PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DAN INTERAKSI GURU DENGAN SISWA TERHADAP PRESTASI SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KAMAL-BANGKALAN SKRIPSI Oleh : Ika Lis Mariatun 04120024 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG JANUARI, 2009
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DAN INTERAKSI
GURU DENGAN SISWA TERHADAP
PRESTASI SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI
1 KAMAL-BANGKALAN
SKRIPSI
Oleh :
Ika Lis Mariatun
04120024
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
JANUARI, 2009
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DAN INTERAKSI
GURU DENGAN SISWA TERHADAP
PRESTASI SISWA PADA MATA
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Strata Sat
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
FAKTOR INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DAN INTERAKSI
GURU DENGAN SISWA TERHADAP PRESTASI SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI
1 KAMAL-BANGKALAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Strata Satu Sarjana Pendidikan IPS (S.Pd)
Oleh :
Ika Lis Mariatun 04120024
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
JANUARI, 2009
FAKTOR INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DAN INTERAKSI
PELAJARAN IPS SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
LEMBAR PERSETUJUAN
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DAN INTERAKSI
GURU DENGAN SISWA TERHADAP
PRESTASI SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI
1 KAMAL-BANGKALAN
SKRIPSI
Oleh:
Ika Lis Mariatun NIM: 04120024
Telah Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing
Dr. H. Nur Ali M,Pd NIP. 150 289 265
Tanggal, 16 Januari 2009
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetuan Sosial
Drs. M. Yunus, Msi NIP: 150 276 940
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DAN INTERAKSI
GURU DENGAN SISWA TERHADAP
PRESTASI SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI
1 KAMAL-BANGKALAN
SKRIPSI
Dipersiapkan dan disusun oleh
Ika Lis Mariatun (04120024)
telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal
17 Januari 2009
dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar stara satu Sarjana Pendidikan IPS (S.Pd)
pada tanggal : 17 Januari 2009.
Panitia ujian Tanda Tangan
Ketua Sidang Dr. H. Nur Ali, M.Pd :
NIP. 150 289 265
Sekretaris Sidang
Drs. H. M. Hadi Masruri, Lc, MA :
NIP. 150 331 145
Pembimbing,
Dr. H. Nur Ali, M.Pd :
NIP. 150 289 265
Penguji Utama
Dr. Wahid Murni, M.Pd.Ak :
NIP. 150 303 049
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony
NIP. 150 042 031
PPPPERSEMBAHANERSEMBAHANERSEMBAHANERSEMBAHAN
Tidak lupa saya mengucapkan do’a dan rasa syukur Alhamdullillah
kehadirat Illahi Robbi dan Junjungan Nabi Muhammad SAW
sebagai pembawa cahaya kebenaran, dan anugerah ALLAH
SWT saya telah menyelesaikan skripsi berkat usaha keras menimba
ilmu selama di bangku kuliah di UIN Malang, maka dengan
hormat saya persembahkan karya ini kepada orang yang telah berjasa
di dalam kehidupan saya ucapkan rasa terima kasih dan sayang
kepada kedua orang tua saya Bapak (Matsuri) dan Ibu (Sringatun),
yang selalu memberikan semangat dalam perjuangan hidup ini, karena
beliaulah saya bisa mengenyam pendidikan sampai kuliah, terima kasih
bapak dan ibu tercinta, atas semua yang telah engkau berikan .....
Kepada adik-adikku tercinta Rohmad Suci Murdiyanto dan Ibnu
Solehudin teruskan perjuangan mbak.Ika, terimakasih buat kalian
telah menghibur mbak.Ika dikala sedang dihadapkan masalah,
Sahabat-sahabatku yang di UM Malang (Yani & Dina), teman
perjuanganku di IPS, Green Comunity (Rohil, Aisy, Hayi, Dodit,
Ayik, Bisry, Hanif, Fatma & All’ green comunity) serta seluruh
teman-teman yang masih ingat saya thank’s very much for all
Syukur Alhamdullillah .... perjuangan saya tidak selalu mulus tetapi
selalu ada kerikil-kerikil tajam yang selalu menghambat akhirnya
kerikil itu bisa saya lewati berkat dukungan semua orang yang selalu
C. Interaksi Guru Siswa dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kamla-Bangkalan
1. Deskripsi Data ........................................................................... 100
2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................... 121
3. Hasil Analisis Korelasi ................................................................. 123
D. Pengaruh Faktor-faktor Interaksi Belajar Mengajar Terhadap Prestasi
Belajar Siswa SMP Negeri 1 Kaml-Bangkalan
1. Hasil Analisis Regresi ................................................................. 124
2. Hasil Uji F .................................................................................. 126
3. Hasil Uji t ................................................................................. 127
BAB V PEMBAHASAN
A. Interaksi Guru dengan Siswa dalam Meningkatkan Prestasi Siswa
SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan .................................................... 130
B. Pengaruh Interaksi Guru dengan siswa dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII Pada Mata Pelajaran IPS di SMP
Negeri 1 Kamal-Bangkalan ............................................................ 132
C. Pengaruh Faktor-faktor Interaksi Belajar Mengajar dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS di
SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan .................................................... 133
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 135
B. Saran- saran .................................................................................. 137
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK
Ika Lis Mariatun, Pengaruh Faktor-faktor Interaksi Belajar Mengajar dan
Interaksi Guru dengan Siswa Terhadap Prestasi Siswa Pada Mata Pelajaran IPS
Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang,
Dr. H. Nur Ali, M.Pd
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk
mencapai keberhasilan dalam hidup. Berdasarkan pengetahuan yang di peroleh
dari sekolah, seseorang dianggap memiliki cakrawala yang luas sehingga dapat
berpikir dan memiliki pandangan yang luas serta dapat mengatsi masalah-
masalah kehidupan dengan lebih bijaksana.
Dalam proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi
atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama
bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peritiwa belajar
mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru
dengan siswa, tetapi berupa interaktif edukatif. Dalam hal ini bukan hanya
penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap pada
diri siswa yang sedang belajar. Berangkat dari latar belakang itulah penulis
kemudian ingin membahasnya dalam skripsi dan mengambil judul , Pengaruh
Faktor-faktor Interaksi Belajar Mengajar dan Interaksi Guru dengan Siswa
Terhadap Prestasi Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1
Kamal-Bangkalan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana
pengaruh interaksi guru siswa terhadap perkembangan prestasi siswa SMP
Negeri 1 Kamal-Bangkalan?
Penelitian yang penulis lakukan ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif
dengan ragam korelasi. Dan dalam perjalanan mengumpulkan data, penulis
menggunakan metode kuesioner/angket, wawancara/interview dan
dokumentasi. Sedangkan untuk analisisnya menggunakan analisis korelasi
product moment yaitu untuk mengetahui ada tidaknya korelasi interaksi guru
siswa dalam mengembangkan prestasi siswa, sedangkan analisis regresi linier
ganda digunakan untuk mengetahui besar pengaruh interaksi guru siswa
terhadap prestasi siswa SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan. Dan untuk
mempercepat perhitungan maka penulis menggunakan bantuan komputer
program SPSS versi 15.00.
Hasil dari penelitian yang dilakukan penulis dapat disampaikan disini
bahwa menurut perhitungan korelasi product moment terdapat korelasi antara
kedua variabel yaitu varaibel X1 (interaksi guru siswa) dan X2 (Faktor-faktor
interaksi belajar mengajar) dengan Y (prestasi siswa) menunjukkan bahwa
interaksi mempunyai nilai koefesien korelasi product moment sebesar 0,448
(44.8%) terhadap kreativitas siswa, angka tersebut menunjukkan bahwa model
ini mempunyai nilai koefisien korelasi tinggi. Sedangkan dari hasil analisis regresi
linier interaksi guru-siswa dan faktor-faktor interaksi belajar-mengajar
berpengaruh signifikan terhadap pengembangan prestasi siswa sebesar 0.724
(72.4%) angka tersebut menunjukkan bahwa model ini baik pengaruhnya dan ini
dilihat dari signifikannya. Perkembangan prestasi siswa akan konstan sebesar
4.142 jika tidak dipengaruhi oleh variabel interaksi dan factor-faktor interaksi
belajar mengajar. Sedangkan interaksi mempengaruhi prestasi siswa sebesar
21.1%. faktor-faktor interaksi belajar mengajar mempengaruhi pengembangan
prestasi siswa sebesar 25.7%.
Dari Penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan prestasi
diantaranya dipengaruhi oleh (interaksi) dan Faktor- factor interaksi belajar
mengajar, dipenelitian ini yang dimaksud interaksi tersebut yaitu interaksi yang
terjadi antara guru dengan siswa. Secara tidak langsung perkembangan prestasi
siswa akan berakibat pada baik buruknya kualitas siswa, maka peneliti
menyarankan tidak hanya prestasi siswa yang dikembangkan tapi juga prestasi
guru perlu dikembangkan. Penulis berharap penelitian tidak berhenti disini akan
tetapi terus berkembang atau diadakan penelitian berikutnya guna memperbaiki
kulitas generasi penerus bangsa.
Kata Kunci: Interaksi guru siswa, Faktor-faktor Interaksi Belajar Mengajar,
Prestasi siswa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar memanusiakan manusia, atau
membudayakan manusia. Pendidikan adalah proses sosialisasi menuju
kedewasaan intelektual, sosial, moral, sesuai dengan kemampuan dan
martabatnya sebagai manusia. Atas dasar itu maka hakikat pendidikan adalah :
1. Interaksi manusiawi
2. Membina dan mengembangkan potensi manusia
3. Berlangsung sepanjang hayat
4. Sesuai dengan kemampuan dan tingkat perkembangan individu
5. Ada dalam keseimbangan antara kebebasan subjek didik dengan
kewibawaan guru
6. Meningkatkan kualitas hidup manusia 1
Fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional tercemin dalam UUSPN No.20
Tahun 2003 pasal 2 yang berbunyi :
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, sedangkan tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.2
1 Nana Sudjana, CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: CV.Sinar Baru, 1988), hlm.35 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional (Jakarta:Citra Umbara, 2006), hlm.76
Dalam proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang
mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan
timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu
merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar.
Interaksi dalam peritiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas,
tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaktif
edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi
pelajaran, melainkan penanaman sikap pada diri siswa yang sedang belajar.3
Bentuk interaksi guru-siswa dalam proses belajar mengajar menurut
Roestiyah adalah sebagai berikut :
1. Pengajaran adalah transfer pengetahuan kepada siswa
2. Pengajaran adalah mengajar siswa sebagaimana caranya belajar,
3. Pengajaran adalah hubungan interaktif antara guru dan siswa,
4. Mengajar adalah proses interaksi siswa dengan siswa dan konsultasi guru4
Bentuk interaksi guru-siswa dalam proses belajar mengajar menurut
Mac Kenchie (dalam bukunya Masnur, dkk), yaitu: pertama, interaksi satu
arah. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa
sebagai penerima aksi. Guru aktif dan siswa pasif. Kedua, interaksi dua arah
yaitu guru dan siswa dapat berperan sama (yaitu pemberi dan penerima aksi),
keduanya dapat saling memberi dan menerima. Ketiga, interaksi tiga
arah/lebih (interaksi optimal), yaitu interaksi dinamis antara guru dengan
3 User Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), hlm.1 4 Roestiyah, Masalah Pengajaran : Sebagai Suatu Sistem (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hlm 40-45
siswa tetapi juga melibatakan interaksi dinamis antara siswa dengan siswa
lainnya.proses belajar mengajar pola interaksi seperti ini mengarah kepada
proses pengajaran yang mengembangkan kegiatan siswa yang optimal,
sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif.5
Peneliti melihat bahwa interaksi antara guru dengan siswa di SMP 1
Negeri 1 Kamal-Bangkalan dapat dikatakan akan memberi manfaat. Menurut
asumsi peneliti prestasi siswa yang baik akan berakibat juga pada kreatifitas
belajar yang baik pula. Pengembangan prestasi siswa salah satunya di
pengaruhi oleh faktor interaksi belajar mengajar.
Ilmu pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran
yang diberikan mulai dari SD/MI/SLDB sampai SMP/MTS/SMPLB. Ilmu
pengetahuan sosial mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan
generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Di SMP / Madrasah Tsanawiyah
mata pelajaran IPS memuat materi pengetahuan sosial yang terdiri dari
Geografi, Sejarah, Sosiologi dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS,
peserta didik di arahkan untuk dapat menjadi warga dunia yang cinta damai.
Hal inilah yang menambah pentingnya ilmu pengetahuan sosial dalam dunia
pendidikan. Hal tersebut terbukti dari ruang lingkupnya yang luas.
Jika ditinjau lebih mendalam lagi, maka nampak bahwa yang
dibicarakan dalam IPS itu tak lain adalah hubungan antara manusia (human
relationships) dan ini mencakup hubungan individu dengan kelompok,
kelompok dengan kelompok, serta kelompok dengan alam. Yang disebutkan 5 Masnur, dkk, Dasar – dasar Interaksi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia (Malang : Jemmars, 1987), hlm.2
terakhir ini nampak sekali dalam pengajaran geografi. Geografi merupakan
ilmu pengetahuan yang membicarakan bumi sebagai ruang huni manusia, dan
manusia sebagai penghuni bumi. Adapun dengan sebutan kelompok diartikan
kelompok menurut makna sosial, ekonomis, politis maupun budaya.
Mengajar adalah proses interaksi siswa dengan siswa dengan
konsultasi guru, dalam proses ini siswa memperoleh pengalaman dari teman-
teman sendiri. Kemudian pengalaman tersebut dikonsultasikan kepada guru.
Atau suatu masalah dihadapkan kepada guru, atau sebaliknya suatu masalah
yang memecahkannya. Maka hal ini akan terjadi interaksi belajar mengajar
apalagi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran
yang ruang lingkupnya yang luas dan sosial.
Ilmu-ilmu pengetahuan sosial adalah penuh dengan problema-
problema yang saling berlawanan, sehingga karenanya tidak seharusnya
diabaikan oleh guru dan harus mendapat perhatian pelajar tanpa emosional
dan bebas dari prasangka. Bila guru tidak memiliki kontrol pribadi yang kuat
dan kesanggupan berpikir yang jelas dan tepat dalam batas-batas lingkup latar
belakang informasi, pikiran pelajar agaknya akan menjadi bimbang.
Generalisasi-generalisasi mungkin dibuat oleh mereka tanpa dasar-dasar fakta
yang memadai.
Teknik-teknik Mengajar. Apa pun yang dipelajari dalam era
pengetahuan sosial , peristiwa belajar dan mengajar harus dengan pusat
perhatian pada saling hubungan antar manusia. Pelajaran sejarah adalah lebih
dari satu daftar panjang orang-orang atau kejadian-kejadian yang dihafal
dalam susunan kronologis. Sejarah mengetengahkan cerita kehidupan,
berpikir, peperangan, jatuh dan suksesnya orang-orang atau peristiwa dari
semua bangsa dan semua suku-suku bangsa. Dalam pelajaran kewargaan
negara, tekanan tidak seharusnya diletakkan pada penguasaan teknik-teknik
informasi saja, tetapi adakan pada penggunaan pengetahuan kewargaan negara
itu dalam kehidupan sehari-hari pelajar. Partisipasi pelajar dalam kegiatan-
kegiatan kenegaraan dan urusan-urusan kemasyarakatan adalah sepatutnya
bagi anak usia muda itu dan harus mendapat tempat yang wajar dalam proses
belajar dan mengajar yang menginginkan hasil yang gemilang.
Telah diketahui bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh tiap-tiap
peserta didik adalah tidak sama. Hal ini disebabkan karena prestasi belajar
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu seperti faktor yang berasal dari
diri individu yang sedang belajar itu sendiri (faktor intern) dan faktor yang
berasal dari luar diri individu yang sedang belajar (faktor ekstern), oleh karena
itu dalam kegiatan belajar mengajar peserta didik, guru, metode pembelajaran,
situasi, kondisi, lingkungan, serta fasilitas belajar, interaksi guru dengan siswa
perlu mendapat perhatian karena faktor-faktor tersebut sangat besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan prestasi siswa.
Menurut hasil penelitian terdahulu mengenai “Pengaruh Interaksi
Guru-Siswa terhadap Kreativitas Siswa Madrasah Aliyah Negeri Srono-
Banyuwangi”.
Berdasarkan hasil analisa data menunjukkan untuk hasil hipotesis
variabel X1 terhadap variabel Y dilakukan uji t. Dari perhitungan diperoleh
bahwa nilai t hitung (6.993), nilai ini lebih besar dari t tabel (1,634). Hasil
pengujian tersebut menunjukkan Ha diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa
interaksi guru siswa berpengaruh secara signifikan terhadap kreativitas siswa
walaupun tidak cukup besar.
Hasil penelitian ini di dukung oleh teori, yang ada bahwa
berkembangnya kreativitas dipengaruhi oleh interaksi antara individu dengan
lingkungan tempat tinggalnya serta pengalaman yang diperoleh sepanjang
hidupnya
Interaksi mempengaruhi kreativitas siswa sebesar 43.8% atau
berpengaruh positif yang artinya jika interaksi ditingkat lebih baik lagi 1%,
maka kreativitas siswa akan naik sebesar 43.8%, sebaliknya jika interaksi
diturunkan 1% maka kreativitas siswa akan turun sebanyak 43.8%.6
Berdasarkan teori bahwa belajar kreatif dapat dilakukan dengan
mengubah cara berpikir dan berperasaan serta mengerjakan sesuatu melalui
proses banyak bertanya (inquiry) dan penjelajahan (eksplorasi). Hal ini
membuat orang mencari hubungan-hubungan dan implikasi-implikasi serta
meningkatkan daya imajinasi sampai kepada penilaian sesuatu. Mulyono
Gandadiputra (1982). Proses seperti ini dapat dilakukan dengan cara
melakukan interaksi yang terus menerus antara individu dengan lingkungan.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi kreatif tidak akan dapat
muncul secara optimal tanpa bantuan yang diberikan oleh lingkungan yang
memacu anak sejak awal. Pendidikan serta sikap yang tepat dapat dipakai oleh 6 Rhoudatul Jannah, Pengaruh Interaksi Guru-Siswa terhadap Kreativitas Siswa Madrasah Aliyah Negeri Srono-Banyuwang (Skripsi, Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang, 2007), hal.107-108
guru untuk lebih mengenal; perasaan siswa. Guru dan orang tua sangat
berpengaruh terhadap perkembangan kreativitas siswa (Munandar, 1977)7
Maka dari itu jika interaksi ditingkatkan akan meningkatkan kreatifitas
dan akan mengubah cara pola pikir siswa dalam belajar dan akan berpengaruh
besar terhadap prestasi belajar pula.
Berdasarkan uraian di atas tersebut, peneliti ingin mengetahui
bagaimana interaksi guru dengan siswa terhadap prestasi belajar Siswa SMP
Negeri 1 Kamal? Dan juga bagaimana pengaruh faktor interaksi belajar
mengajar terhadap prestasi belajar siswa SMP Negeri 1 Kamal?, untuk itu
peneliti mengambil judul penelitian:” Pengaruh Faktor-faktor Interaksi Belajar
Mengajar dan Interaksi Guru dengan Siswa Terhadap Prestasi Siswa Pada
Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan ”.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah faktor-faktor interaksi belajar mengajar berpengaruh positif
signifikan di dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kamal?
2. Apakah interaksi guru dengan siswa berpengaruh positif signifikan dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran IPS di
SMP Negeri 1 Kamal?
7 Roestiyah, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan (Jakarta: Bina Aksara, 1989), hlm.30
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui besar pengaruh faktor-faktor interaksi belajar mengajar
terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di
SMP Negeri 1 Kamal
2. Untuk mengetahui besar pengaruh Interaksi guru dengan siswa terhadap
peningkatan prestasi belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran IPS di
SMP Negeri 1 Kamal
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat bagi Instansi
a. Bagi UIN
Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka melengkapi dan
mengembangkan hasil penelitian yang sudah ada
b. Bagi Sekolah
1) Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar siswa.
2) Sebagai informasi atau bahan pertimbangan lembaga membuat dan
menetapkan kebijakan dalam kegiatan proses belajar.
2. Manfaat bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Sebagai sumbangan pemikiran dan diharapkan mampu memberikan
ruangan dan wahana baru bagi pengembangan ilmu dan konsep pendidikan
di masa yang akan datang.
3. Manfaat bagi Peneliti
Sebagai penambah hazanah keilmuan, pengalaman, latihan dan
pengembangan teori yang diterapkan yang didapat selama dibangku
perkuliahan.
E. Hipotesis
Untuk mengetahui gambaran jawaban yang bersifat sementara dari
penelitian yang diperlukan suatu hipotesis. Hipotesis menurut Marzuki
adalah, menurut asal usulnya hipotesa berarti sesuatu kesimpulan atau
pendapat yang masih kurang (hypo: kurang dari, thesis: pendapat) jadi
kesimpulan itu belum final (protoconculition) karena masih terus dibuktikan
setelah terbukti kebenarannya, hipotesa berubah menjadi teas. Hipotesa
adalah dugaan yang mungkin benar, atau mungkin juga salah8, sedangkan
menurut Suharsini Arikunto: “hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban
yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian. Sampai terbukti
melalui data yang terkumpul”9.rumusan hipotesis yang ditetapkan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Hipotesis kerja (Ha), yaitu :
a) Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel interaksi guru
dengan siswa terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada
BAB VI PENUTUP. Berisi tentang : Kesimpulan dan Saran
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Interaksi Guru-siswa
1. Pengertian Interaksi
Sebagai mahluk sosial, manusia dalam kehidupannya membutuhkan
hubungan dengan manusia yang lain. Hubungan tersebut terjadi karena
manusia mengajarkan manusia yang lain. Hubungan tersebut terjadi karena
manusia mengajarkan manusia yang lain, ketika sesuatu yang akan dilakukan
tidak dapat dilakukan seorang diri.
Kecenderungan manusia untuk berhubungan melahirkan komunikasi
dua arah malaui bahasa yang mengandung tindakan dan perbuatan. Karena ada
aksi dan reaksi, maka interaksi pun terjadi. Karena itu, interaksi akan
berlangsung bila ada hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih.
Istilah interaksi, sebagaimana telah banyak diketahui orang, adalah
suatu hubungan timbal balik antara orang satu dengan orang lain. Didalam
sosiologi misalnya, interaksi selalu dikaitkan dengan istilah interaksi sosial
yaitu hubungan timbal balik atau aksi dan reaksi diantara orang-orang. Yang
mana interaksi sosial tidak memperdulikan hubungan tersebut bersifat
bersahabat atau bermusuhan, formal atau informal, apakah dilakukan
berhadapan muka secara langsung atau melalui komunikasi yang tidak
berhadapan secara langsung. Yang penting dalam interaksi ini adalah adanya
kontak dan komunikasi diantara orang-orang itu.11
Dalam kamus istilah pendidikan dan umum yang di susun oleh
M.Sastrapradja, interaksi adalah hubungan timbal balik secara langsung antara
guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.12
Menurut filsafatnya setiap orang akan mengiakan bahwa mengetahui
sesuatu belum berarti berbuat menurut yang diketahui. Malahan Rousseau,
pemikir Perancis yang murtad itu, pernah mengatakan “dengarlah yang yang
kukatakan, jangan melihat perbuatanku “. Menurut kenyataan tidak jarang kita
jumpai bentuk-bentuk interaksi yang terbatas hanya pada pemberian
pengetahuan. Padahal interaksi itu dilakukan dengan maksud untuk membawa
perubahan dalam tingkah laku pelajar.13
Akan tetapi berbeda halnya kalau pengertian interaksi ini kita
hubungkan dengan proses belajar mengajar. Didalam interaksi belajar
mengajar, hubungan timbal balik antara guru (pengajar) dan anak (murid)
harus menunjukkan adanya hubungan yang bersifat edukatif (mendidik). Hal
mana interaksi itu harus diarahkan pada suatu tujuan tertentu yang bersifat
mendidik yaitu adanya perubahan tingkah laku anak didik kearah kedewasaan.
Hubungan antara anak dengan orang tua dapat dikatakan mempunyai
hubungan (interaksi) edukatif apabila salah satu pihak (orang tuanya) dalam
11 Soetomo, Dasar-Dasar Interaksi Belajar-Mengajar (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), hlm.9
12M. Sastrapradja, Kamus Istilah Pendidikan dan Umum: untuk Guru, Calon Guru dan Umum (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), hlm.228 13 Winarno Surachman, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran (Bandung: Tarsito, 1986), hlm.11
hubungan itu mempunyai tujuan tertentu, misalnya orang tua melarang
anaknya yang sedang makan sambil berjalan. Disini orang tua tersebut
mempunyai tujuan agar anaknya tidak lagi makan sambil berjalan. Karena
makan sambil berjalan dianggap kurang baik. Tetapi hubungan anak dengan
orang tua dapat dikatakan dengan interaksi biasa (bukan interaksi edukatif)
apabila hubungan itu hanya terjadi hubungan yang sifatnya gurau, misalnya
orang tua itu dengan anaknya saling kejar mengejar sambil tertawa
menertawai. Demikian kita dapat membedakan antara interaksi yang sifatnya
edukatif dengan interaksi biasa.14
Dalam proses pembelajaran yang sering juga disebut proses belajar
mengajar, disatu pihak guru melakukan kegiatan atau perubahan- perubahan
yang berbentuk membawa anak kearah tujuan, dalam pada itu siswa
melakukan pula serangkaian kegiatan atau perbuatan yang disediakan guru
yaitu kegiatan belajar yang juga terarah pada tujuan yang akan dicapai itu.
Dengan pengertian lain “kegiatan guru” dan “kegiatan murid” adalah sejalan
atau searah. Apa yang dilakukan oleh guru akan mendapat respon dari murid,
dan demikian pula sebaliknya apa yang dilakukan murid akan mendapat
sambutan dari para guru. Atau dengan kata lain, bahwa antara kegiatan guru
dan kegiatan murid terjadi hubungan interaksi yang disebut “komunikasi
interaksi”
14 Soetomo, Dasar-Dasar Interaksi Belajar-Mengajar (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), hal.10
Salah satu hal yang memegang peranan penting bagi keberhasilan
pengajaran, adalah proses pelaksanaan pengajaran. Pelaksanaan pengajaran
yang baik, sangat dipengaruhi oleh perencanaan yang baik pula.
Pengajaran berintikan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses
belajar-mengajar. Proses belajar dan mengajar merupakan hal yang berbeda
tetapi membentuk satu-kesatuan, ibarat sebuah mata uang yang bersisi dua.
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru. Kegiatan mengajar
yang dilakukan oleh guru sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa.
Apabila guru mengajar dengan pendekatan yang bersifat menyajikan atau
ekspositori, maka para siswa akan belajar dengan cara menerima, dan apabila
guru mengajar dengan menggunakan pendekatan yang lebih mengaktifkan
siswa, seperti pendekatan diskaveri/inkuiri, maka para siswa akan belajar
dengan cara yang aktif pula.
Dalam interaksi belajar-mengajar terjadi proses pengaruh-
mempengaruhi. Bukan hanya guru yang mempengaruhi siswa, tetapi siswa
juga dapat mempengaruhi guru. Perilaku guru akan berbeda, apabila
menghadapi kelas yang aktif dengan yang pasif, kelas yang berdisiplin dengan
yang kurang disiplin. Interaksi ini bukan hanya terjadi antara siswa dengan
guru, tetapi antara siswa dengan manusia sumber (yaitu orang yang biasa
member informasi), antara siswa dengan siswa lain, dan dengan media
pelajaran. Kegiatan mengajar selalu menuntut kehadiran siswa, tanpa siswa
dalam kelas maka guru tidak bisa mengajar. Lain halnya kegiatan belajar,
siswa dapat belajar meskipun tanpa kehadiran guru. Para siswa dapat
melakukan kegiatan belajar sendiri. Sebenarnya dalam kegiatan belajar sendiri
ini gurunya tetap ada, akan tetapi tidak hadir bersama siswa, guru berada pada
jarak jauh.15
2. Interaksi guru dengan siswa
Bagaimanapun variasi interaksi harus ada antara guru dan siswa, siswa
dan siswa dalam setiap kali terjadi interaksi belajar-mengajar. Beberapa
keuntungan dapat diperoleh dengan adanya variasi interaksi tersebut misalnya
suasana kelas menjadi hidup dan beberapa hal dapat dengan cepat diketahui
misalnya:
a) Kebutuhan dan minat siswa
b) Seberapa jauh mata pelajaran dapat diterima/difahami/diketahui oleh siswa
c) Kekurangan/kesalahan konsep pada siswa
d) Kekurangan/kesalahan guru
e) Perhatian siswa
f) Sikap siswa terhadap beberapa aspek yang sedang dipelajari
g) Ada tidaknya kontak antara guru dan siswa16
Ada tidaknya interaksi adalah merupakan tanggung jawab guru,
sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus. Suatu cara untuk
menumbuhkan interaksi ini adalah dengan mengajukan pertanyaaan atau
permasalahan kepada siswa. Tetapi suatu hal yang lebih penting ialah
15 Nana Syaodih S. dan Ibrahim R, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: kerjasama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan Rineka Cipta,1998), hlm.31-32 16 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali, 1990), hlm.204-205
kemampuan guru dalam menyediakan kondisi yang memungkinkan
terciptanya hal tersebut seperti :
a) Menghargai siswa sebagai insan pribadi dan insan sosial yang memilki
hakikat dan harga diri sebagai manusia
b) Menciptakan iklim hubungan yang intim dan erat antara guru dengan
siswa, siswa dengan siswa.
c) Menumbuhkan gairah dan kegembiraaan belajar dikalangan siswa
d) Kesediaaan dalam membantu siswa.17
Adapun mengenai jenis-jenis bentuk interaksi guru-siswa dalam proses
belajar mengajar menurut Mac Kenchie (dalam bukunya Masnur, dkk), yaitu:
pertama, interaksi satu arah. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai
pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif dan siswa pasif.
Kedua, interaksi dua arah yaitu guru dan siswa dapat berperan sama (yaitu
pemberi dan penerima aksi), keduanya dapat saling memberi dan menerima.
Ketiga, interaksi tiga arah/lebih (interaksi optimal), yaitu interaksi di namis
antara guru dengan siswa tetapi juga melibatkan interaksi dinamis antara siswa
dengan siswa lainnya.proses belajar mengajar bentuk interaksi seperti ini
mengarah kepada proses pengajaran yang mengembangkan kegiatan siswa
yang optimal, sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif.18
Adapun bentuk interaksi guru-siswa dalam proses belajar mengajar
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
17Ibid.,hlm.205 18
Masnur, dkk, Dasar – dasar Interaksi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia (Malang : Jemmars, 1987), hlm.2
Gambar 1. Bentuk Interaksi dalam Proses Belajar Mengajar
Bentuk tersebut dapat digunakan secara bervariasi agar tidak
menimbulkan kebosanan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan.
Dalam interaksi edukatif diharapkan semua terlibat di dalamnya
berperan aktif sehingga tercipta komunikasi timbal balik antara guru dan
siswa, dan siswa dengan siswa.
Dari bentuk-bentuk interaksi guru-siswa diatas, diharapkan akan
terjadi interaksi yang baik antara guru dengan siswa. Interaksi guru-siswa
yang baik juga akan berakibat dalam berhasilnya tujuan kegiatan belajar
Guru Guru
Siswa I Siswa II
Interaksi satu arah
Guru
Siswa I Siswa II
Interaksi dua arah
Guru
Siswa I Siswa II
Interaksi tiga arah/lebih (interaksi optimal)
mengajar. Uraian diatas di dukung oleh Al-Qur'an surat Al-Anbiyah ayat 7,
yang berbunyi :
Artinya : "Kami tiada mengutus Rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada Mengetahui”. (Q.S. Al-Anbiya’: 7)19
Dari ayat di atas dijelaskan bahwa guru hendaknya dapat memberikan
dorongan atau motivasi kepada siswa untuk membangkitkan agar siswa tidak
minder dan tidak mau bertanya kepada guru tentang keterangan yang belum
dimengerti atau belum jelas.
3. Dasar-dasar dalam interaksi guru dengan siswa
Adapun dasar-dasar interaksi guru-siswa dalam proses belajar
mengajar terdapat beberapa komponen-komponen, yaitu : (1) interaksi bersifat
edukatif; (2) dalam interaksi terjadi perubahan tingkah laku pada siswa
sebagai hasil belajar mengajar; (3) peranan dan kedudukan guru yang tepat
dalam proses interaksi belajar mengajar; (4) interaksi sebagai proses belajar
mengajar; (5) sarana kegiatan proses belajar mengajar yang tersedia, yang
membantu tercapainya interaksi belajar mengajar secara efektif dan efisien20.
19 Al-Qur’an dan Terjemahnya, Op.cit, Hlm.7 20 Roestiyah, Masalah-masalah Ilmu Keguruan (Jakarta: Bina Aksara, 1989), Hlm. 37-40
Lain halnya dengan soetomo berpendapat di dalam interaksi belajar
mengajar ada beberapa komponen yang harus dipenuhi, yaitu:21
(1) Tujuan interaksi belajar mengajar yang diharapkan, (2) bahan (pesan) yang
akan disampaikan pada anak didik, (3) pendidik dan si anak didik (terdidik),
(4) alat/sarana yang digunakan untuk menunjang tercapainya tujuan, (5)
metode yang digunakan untuk menyampaikan bahan (materi).
Adapun komponen-komponen dalam proses belajar mengajar, yaitu:
tujuan belajar, materi pelajaran, metode mengajar, sumber belajar, media
untuk belajar, manajemen interaksi belajar mengajar, evaluasi belajar, siswa
yang belajar, guru yang mengajar, dan pengembangan dalam proses belajar
mengajar22.
Adapun peranan guru dalam interaksi belajar mengajar, yaitu:(1)
sebagai fasilitator; (2) sebagai pembimbing; (3) sebagai motivator; (4) sebagai
organisator; dan (5) sebagai sumber informasi. Sedangkan kedudukan guru
dalam belajar mengajar, yaitu : (a) berfungsi sebagai pengajar; (b) berfungsi
sebagai pemimpin; (c) berfungsi sebagai pengganti orang tua.
Peranan guru dalam interaksi belajar mengajar, Al-Qur’an
mengisyaratkan seperti peran Nabi kepada sahabat-sahabatnya atau
pengikutnya. Isyarat tersebut, salah satunya terdapat dalam firman Allah SWT
yang berbunyi:
21 Soetomo, dasar – dasar interaksi belajar mengajar (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), hlm.11 22 Roestiyah, op. Cit., hlm.39
Artinya: “Sungguh Allah Telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Q.S. Ali-Imran : 164)23
Dari gambaran ayat di atas, guru memiliki beberapa fungsi,
diantaranya: Pertama, fungsi penyucian, artinya seorang guru berfungsi
sebagai pembersih diri, pemelihara diri, pengembang, serta pemelihara fitra
manusia. Kedua, fungsi pengajaran, artinya seorang guru berfungsi sebagai
penyampai ilmu pengetahuan dan berbagai keyakinan kepada manusia agar
mereka menerapkan seluruh pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas
dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Di dalam kegiatan belajar
mengajar guru harus mempunyai kemampuan komunikasi atau berinteraksi
dan menghidupkan kelas sehingga suasana pengajaran yang baik dapat
terwujud.
Untuk mempunyai kemampuan-kemampuan mengajar di kelas, guru
harus mengetahui latar belakang, kondisi dan situasi kelas dan siswanya.
Bentuk variasi interaksi adalah bagian dari pembelajaran di kelas. Setiap guru
23 Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Departemen Agama, 1984), Hlm.104
harus mempunyai keahlian dalam mengelola kelas dengan menggunakan
beberapa bentuk variasi interaksi.
Dasar yang berikut adalah bahwa di dalam interaksi belajar mengajar
harus mempertimbangkan alat, sarana dan media yang akan digunakan. Dalam
hal ini alat yang utama di pakai dalam interaksi belajar mengajar, memegang
peranan penting pula. Media apa yang digunakan dalam interaksi belajar
mengajar yang tepat. Kita harus melihat media apa yang ada, dan dapat
digunakan, serta tepat dalam menunjang tercapainya tujuan secara efektif dan
efisien.
Bila semua dasar-dasar interaksi belajar mengajar tersebut telah
diperhitungkan dalam mendesain pengajaran, maka diharapkan kegiatan
dalam interaksi belajar mengajar dapat berhasil. Maksudnya ialah bahwa tiap
individu yang belajar dapat mendekati bahkan dapat mencapai tujuan dari
pengembangan potensinya secara optimal. Mereka dapat menikmati
kehidupan dan berintegrasi dengan dan dalam lingkungan fisik dan sosial.
Seorang guru harus merencanakan interaksi belajar mengajar yang akan
dilaksanakan sebagai pertanggungjawaban dalam membantu siswa untuk
belajar.
4. Ciri-ciri interaksi guru dengan siswa
Menurut Edi Suardi yang dikutip dalam bukunya Sardiman, bahwa
ciri-ciri interaksi belajar mengajar sebagai berikut :
a. Interaksi belajar mengajar memiliki tujuan, yaitu untuk membantu anak
dalam suatu perkembangan tertentu.
Inilah yang dimaksud interaksi belajar mengajar itu sadar tujuan, dengan
menempatkan siswa sebagai pusat perhatian. Siswa mempunyai tujuan,
unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung.
b. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang di rencana, didesain untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Agar mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi
perlu adanya prosedur, atau langkah-langkah sistematis dan relevan. Untuk
mencapai suatu tujuan pembelajaran yang satu dengan yang lain, mungkin
akan dibutuhkan prosedur dan desain yang berbeda pula.
c. Interaksi belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang
khusus.
Dalam hal ini materi harus di desain sedemikian rupa sehingga cocok
untuk mencapai tujuan. Sudah barang tentu dalam hal ini perlu
diperhatikan komponen-komponen yang lain, apalagi komponen siswa
yang merupakan sentral. Materi harus sudah di desain dan di siapkan
sebelum berlangsungnya interaksi belajar mengajar.
d. Di tandai dengan adanya aktivitas siswa
Sebagai konsekuensi, bahwa siswa merupakan sentral, maka aktivitas
siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi belajar
mengajar. Aktivitas siswa dalam hal ini, baik secara fisik maupun secara
mental aktif.
e. Dalam interaksi belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing
Dalam peranannya sebagai pembimbing ini guru harus berusaha
menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi yang
kondusif. Guru harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses
belajar mengajar, sehingga guru akan merupakan tokoh yang akan dilihat
dan ditiru tingkah lakunya oleh siswa.
f. Di dalam interaksi belajar mengajar dibutuhkan disiplin
Dalam interaksi belajar mengajar ini diartikan sebagai suatu bentuk
tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah
ditaati oleh semua pihak dengan secara sadar, baik pihak guru maupun
pihak siswa. Mekanisme kongkrit dari ketaatan pada ketentuan atau tata
tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jadi langkah-langkah
yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah digariskan.
Penyimpangan dari prosedur, berarti suatu indikator pelanggaran disiplin.
g. Ada batas waktu
Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem berkelas
(kelompok siswa), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa
ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu
harus sudah tercapai.
5. Faktor-faktor interaksi
Suatu kegiatan yang namanya “pendidikan” selalu merupakan
rangkaian peristiwa yang sangat kompleks. Dalam peristiwa ini banyak faktor-
faktor yang mempengaruhi dan saling menunjang. Salah satu faktor utama
adalah siswa, yang diharapkan dapat tumbuh menjadi pribadi yang utuh
melalui proses belajar mengajar.
Proses belajar mengajar sebenarnya merupakan rangkaian kegiatan
komunikasi antara manusia, yaitu orang yang belajar (siswa) dan orang yang
mengajar (guru). Komunikasi antara dua subyek guru dan siswa adalah
komunikasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya. Faktor-faktor itu
antara lain, situasi dan kondisi pengajaran, kemampuan yang dimiliki oleh
seorang guru, cara belajar yang harus diikuti siswa, dan sebagainya. Faktor-
faktor ini saling mempengaruhi dalam keberhasilan siswa belajar. Misalnya
salah satu faktor dalam menentukan keberhasilan siswa belajar adalah guru.
Faktor guru ini sangat menentukan baik dalam beberapa metode mengajar
apakah dengan metode ceramah, diskusi, permainan, dan sebagainya, maupun
dalam berbagai system belajar termasuk sistem belajar tuntas (mastery
learning)24
Beberapa faktor interaksi belajar mengajar, yang secara minimum
haruslah memiliki, yaitu:25
a) Tujuan yang akan dicapai jelas
b) Bahan yang menjadi isi interaksi
c) Siswa yang menjadi sasaran interaksi
d) Guru yang melaksanakan
e) Metode tertentu untuk mencapai tujuan 24 Masnur, dkk, Dasar – dasar Interaksi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia (Malang : Jemmars, 1987), hlm.95 25 Masnur, dkk, Ibid, hal.96-99
f) Situasi yang memungkinkan terjadinya proses interaksi belajar mengajar
berlangsung dengan baik, dan
g) Penilaian terhadap hasil interaksi belajar / mengajar itu.
Berikut penjelasan dari dari tiap-tiap item di atas:
a) Tujuan
Apa peranan tujuan dalam interaksi belajar mengajar? Memang guru
dapat saja tidak mempunyai tujuan, atau mungkin saja untuk suatu
pengalaman belajar tertentu tujuan itu sukar untuk dirumuskan. Dalam
keadaan seperti ini, supaya tindakan tetap teratur, maka kita dapat mempunyai
suatu metode atau prosedur tertentu yang dapat di pakai sebagai dasar dalam
menentukan langkah-langkah yang akan kita tempuh. Hal ini berarti fungsi
tujuan dalam interaksi belajar-mengajar selalu ada.
Dalam interaksi edukatif kita mengenal beberapa istilah tujuan, yaitu
yang bersifat umum dan bersifat khusus. Istilah-istilah itu umumnya
dinamakan “aims”, “goals” dan “objectives”.
Meskipun ketiga istilah itu dapat di artikan dengan tujuan, tetapi
mereka mempunyi perbedaan arti yang penting. Perbedaan itu disebabkan oleh
perluasan daerah yang dicakupnya dan berdasarkan tingkat kekhususannya.
Istilah mana yang paling baik dan paling sesuai, tergantung pada tingkat
kegunaannya.
Istilah “aims” dapat diterjemahkan dengan tujuan yang paling umum
dan bersifat luas. “Aims” didefenisikan sebagai suatu pernyataan umum yang
akan memberi gambaran dan arah yang akan dituju. “Aims” merupakan titik
tolak, ide aspirasi dan pengarahan. Dalam rumusan aims terkandung tiga unsur
pokok, yaitu:
(1) Pernyataan umum mengenai nilai
(2) Keamanan usaha harus diarahkan, dan
(3) Saran penyesuaian jika dihadapkan pada hal-hal yang berubah.
Sejalan dengan ketiga unsur pokok di atas, seorang ahli bernama John
Dewey, menyatakan tiga hal yang harus diperhatikan dalam penulisan suatu
“aims”, yaitu:
(1) Harus relevan atau sesuai dengan situasi
(2) Bersifat tentative artinya harus luwes dan dapat diubah, dan
(3) Hendaknya dapat meningkatkan kegiatan-kegiatan.
Istilah “goals” menunjukkan sifat yang lebih nyata dan sering kita
sebut dengan tujuan umum. Jika dibandingkan dengan “aims”, yang
merupakan dasar pemikiran yang utama, maka “goals” merupakan penjelasan
yang lebih terinci. Jika “aims” hanya memberi pengarahan maka “goals” lebih
menyatakan suatu kegiatan.
Meskipun rumusan “goals” bersifat lebih terinci daripada “aims”,
“goals” masih tetap merupakan rumusan yang umum. Untuk pelaksanaan
interaksi belajar mengajar rumusan “goals” masih perlu diturunkan ke dalam
rumusan yang lebih operasional. Rumusan yang terakhir ini dinamakan
“objectives”. Istilah “objectives” biasanya diterjemahkan dengan tujuan
khusus. Jika dalam “goals” tertulis suatu gambaran umum, maka dalam tujuan
khusus tertulis suatu kegiatan siswa setelah manjalani interaksi belajar
mengajar. Kegiatan yang terlukis dalam tujuan khusus ini sering dinyatakan
dalam bentuk “kelakuan” yang dalam istilah asingnya dinamakan “behavior”.
Karena istilah “tujuan khusus” sering pula disebut sebagai “behavioral
objectives”.26
b) Bahan/materi
Penguasaan bahan oleh guru seyogyanya mengarah pada
spesifik/takhasus atas ilmu kecakapan yang diajarkan. Mengingat isi, sifat, dan
luasnya ilmu, maka guru harus mampu menguraikan ilmu atau kecakapan dan
apa-apa yang akan diajarkannya kedalam bidang ilmu atau kecakapan yang
bersangkutan. Penyusunan unsur-unsur atau informasi-informasi yang baik
itu bukan saja akan mempermudah peserta didik untuk mempelajarinya,
melainkan juga memberikan gambaran yang jelas sebagi petunjuk dalam
menetapkan metode pengajaran.27
Isi bahan pengajaran itu luas sekali dan berbeda dalam tinggi
rendahnya serta sukar mudahnya. Sebelum menentukan bahan
studi/pengajaran yang akan dipelajari oleh peserta didik perlu diadakan pilihan
terlebih dahulu. Pilihan itu biasanya berdasarkan pada pedoman-pedoman
tertentu agar keseluruhan bahan yang telah ditentukan itu teratur dan
mencerminkan suatu hal yang integral bagi hidup peserta didik selama
Dan beberapa penyakit kronis sangat mengganggu belajar itu.
Penyakit-penyakit seperti pilek, influenza, sakit gigi, batuk dan yang
sejenis dengan itu biasanya diabaikan karena dipandang tidak cukup serius
untuk mendapatkan perhatian dan pengobatan, akan tetapi dalam
kenyataannya penyakit-penyakit semacam ini sangat mengganggu
aktivitas belajar itu.
Panca indera dapat dimisalkan sebagai pintu gerbang masuknya
pengaruh ke dalam individu. Orang mengenal dunia sekitarnya dan belajar
dengan mempergunakan panca inderanya. Baiknya berfungsinya panca
indera merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik.
Dalam system persekolahan dewasa ini di antara panca indera itu yang
paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga. Karena
itu adalah menjadi kewajiban bagi setiap pendidik untuk menjaga, agar
panca indera anak didiknya berfungsi dengan baik, baik penjagaan yang
bersifat kuratif maupun bersifat yang bersifat preventif, seperti misalnya
adanya pemeriksaaan dokter secara periodik, penyediaan alat-alat
pelajaran serta perlengkapan yang memenuhi syarat, dan penempatan
murid-murid secara baik di kelas (pada sekolah- sekolah), dan
sebagainya.37
2. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang di peroleh
yang terdiri atas :
a. Intelegensi
Yang di maksud intelegensi adalah: kapasitas umum dari seorang
individu yang dapat di lihat dari kesanggupan pikirannya dalam mengatasi
tuntutan kebutuhan yang baru keadaan rohaniah secara umum yang dapat
di sesuaikan dengan problema-problema dan kondisi-kondisi yang baru
dalam kehidupan.38 Faktor intelegensi ini merupakan masalah yang besar
sekali pengaruhnya terhadap kemajuan belajar dan faktor ini juga
menentukan berhasil tidaknya seseorang terlebih pada waktu anak masih
usia muda
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan
psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat.39
37 Sumadi Suryabrata, op.cit., hlm.252. 38 Crow and Crow, Psikologi Pendidikan (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1991), hlm.351 39 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 133
Sedangkan Bimo Walgito mendefinisikan intelegensi dengan daya
menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan mempergunakan alat-alat
berfikir menurut tujuannya.40
Setiap individu mempunyai intelegensi yang berbeda-beda, maka
individu yang satu dengan individu yang lain tidak sama kemampuannya
dalam memecahkan suatu persoalan yang dihadapi.
Ada dua pandangan mengenai perbedaan intelegensi yaitu pandangan yang menekankan pada perbedaan kualitatif dan pandangan yang menekankan pada perbedaan kuantitatif. Pandangan yang pertama berpendapat bahwa perbedaan intelegensi satu dengan yang lainnya memang secara kualitatif berbeda, sedangkan pandangan yang kedua berpendapat bahwa perbedaan intelegensi satu dengan yang lainnya disebabkan semata-mata karena perbedaan materi yang diterima atau proses belajarnya.41
Intelegensi dianggap sebagai suatu norma umum dalam
keberhasilan belajar. Intelegensi normal bila nilai IQ menunjukkan angka
85-115. Diduga 70% penduduk memiliki IQ normal. Sedangkan yang ber
IQ di bawah 70 diduga sebesar 15% penduduk, dan yang ber-IQ 115-145
sebesar 15%. Yang ber-IQ 130-145 hanya sebesar 2% penduduk. Yang
menjadi masalah adalah siswa yang memiliki kecakapan di bawah
normal.42
Untuk menolong siswa yang berbakat, sebaiknya kita menaikkan
kelasnya setingkat lebih tinggi dari kelasnya sekarang. Kelak apabila
ternyata di kelas barunya dia masih merasa terlalu mudah juga, siswa
tersebut dapat dinaikkan setingkat lebih tinggi lagi. Begitu seterusnya,
40 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), hlm.133 41 Ibid., hlm.137 42 Mudjiono, dkk, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), hlm.245-246
hingga dia mendapatkan kelas yang tingkat kesulitan mata pelajarannya
sesuai dengan tingkat intelegensinya. Apabila cara tersebut sulit ditempuh,
alternatif lain dapat diambil, misalnya dengan cara menyerahkan siswa
tersebut kepada lembaga pendidikan khusus untuk para siswa berbakat.
Sementara itu, untuk menolong siswa yang berkecerdasan di
bawah normal, tidak dapat dilakukan sebaliknya, yaitu dengan
menurunkannya ke kelas yang lebih rendah. Sebab, cara penurunan kelas
seperti ini dapat menimbulkan masalah baru yang bersifat psikososial yang
tidak hanya mengganggu dirinya saja, tetapi juga mengganggu "adik-adik"
barunya.
Oleh karena itu, tindakan yang dianggap lebih bijaksana adalah
dengan cara memindahkan siswa penyandang intelegensi rendah tersebut
ke lembaga pendidikan khusus untuk anak-anak penyandang
"kemalangan" IQ.
Berdasarkan hasil tes, intelegensi (intelligence quotient), maka hasil bagi
yang diperoleh dari pembagian umur kecerdasan dengan umur kecerdasan
dengan umur sebenarnya, menunjukkan kesanggupan rata-rata kecerdasan
seseorang. Pembagian itu adalah:
Tabel. 1 Pembagian Kecerdasan43
a. Luar biasa (genius) IQ di atas 140
b. Pintar (begaaf) 110 – 140
43 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi edukatif (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm.58
c. Normal (biasa) 90 – 110
d. Kurang Pintar 70 – 90
e. Bebal (debil) 50 – 70
f. Dungu (imbicil) 30 – 50
g. Pusung (idiot) Di bawah 30
b. Perhatian
Perhatian adalah perpustakaan tenaga psikis tertuju pada suatau
objek banyak sedikit nya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang
dilakukan.
Untuk menjalani hasil belajar yang baik, maka siswa harus
mempunyai perhatian terhadap apa yang dipelajarinya.
Kata perhatian, tidaklah selalu di gunakan dalam arti yang sama.
Beberapa contoh dapat menjelaskan hal ini :44
(1) Dia sedang memperhatikan contoh yang diberikan oleh gurunya.
(2) Dengan penuh perhatian dia mengikuti kuliah yang diberikan oleh
dosen yang baru itu.
c. Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.45
44 Sumadi suryabrata, op.cit., hlm.13 45 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar ( Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2003), hlm.151
Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam
bidang-bidang studi tertentu, misalnya: seseorang yang menaruh minat
besar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak
daripada siswa lainnya.
Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap
materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan
akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. Guru dalam kaitan ini
seyogyanya berusaha membangkitkan minat siswa untuk menguasai
pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara yang
kurang lebih sama dengan kiat membangun sikap positif.
d. Bakat
Pengertian bakat menurut para ahli adalah:
1. Kemampuan untuk belajar.46
2. Gejala kondisi kemampuan seseorang yang relatif sifatnya, yang salah
satu aspeknya yang penting adalah kesiapannya untuk memperoleh
kecakapan-kecakapannya yang potensial sedangkan aspek lainnya
adalah kesiapannya untuk mengembangkan minat dengan
menggunakan kecakapan tersebut.47
Bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.
Oleh karenanya adalah hal yang tidak bijaksana apabila orang tua
memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada jurusan
46 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), hlm.5 47 L.Crow,A.Crow, Psychologi Pendidikan (Yogyakarta: Nur Cahaya, 1989), hlm. 207
keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat yang dimiliki
anaknya itu.
Pemaksaan kehendak terhadap seorang siswa dan juga
ketidaksadaran siswa terhadap bakatnya sendiri sehingga ia memilih
jurusan keahlian tertentu yang sebenarnya bukan bakatnya akan
berpengaruh buruk terhadap kinerja akademik atau prestasi belajarnya.
Adakalanya seseorang mempunyai bakat yang terpendam. Untuk mengetahui bakat yang terpendam ini dapat dilakukan bermacam-macam test antara lain: test ketajaman indera, test kecepatan gerak, test kekuatan dan koordinasi, test temperamen dan karakter, dan test penalaran dan kemampuan belajar.48
e. Motivasi
Seseorang itu akan berhasil dalam belajar kalau pada dirinya
sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk
belajar itu disebut dengan motivasi.
Motivasi menurut Sumadi Suryabrata 49 adalah yang terdapat dalam diri
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna
pencapaian suatu tujuan.
Selanjutnya dijelaskan bahwa dari pengertian motivasi yang
dikemukakan oleh MC. Donald ini mengandung tiga elemen penting
sebagai berikut:
a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri
setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa
beberapa perubahan energi di dalam sistem neurophysiological yang
ada pada organisme manusia (walaupun motivasi itu muncul dari
dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik
manusia.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/”feeling”, afeksi seseorang.
Dalam hal ini, motivasi relevan dengan persoalan kejiwaan, afeksi dan
emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya suatu tujuan. Jadi motivasi
dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yaitu
tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi
kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain,
dalam hal ini tujuan. Tujuan ini menyangkut soal kebutuhan.
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong
terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi
lemah. Lemahnya motivasi, atau tiadanya motivasi belajar akan
melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan
menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu
diperkuast terus menerus. Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat,
pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang mengembirakan.
f. Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan
seseorang di mana alat-alat tubuhnya siap melakukan kecakapan baru.
g. Kesiapan
Kesiapan ini berhubungan dengan kematangan berarti kesiapan
untuk melaksanakan kecakapan kesiapan ini perlu di perhatikan dalam
proses belajar, karena jiwa siswa belajar dalam keadaan yang siap, maka
hasil belajarnya akan lebih baik.
3. Faktor kelelahan
Kelelahan ini adakalanya kelelahan jasmani dan adakalanya
kelelahan rohani. Kedua kelelahan ini mempengaruhi belajar, karena jika
kelelahan jasmani ini terjadi maka siswa kecenderungan untuk berbaring,
begitu pula dengan kelelahan rohani ini terjadi akan kehilangan minat
dorongan untuk menghasilkan prestasi.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang datang dari luar diri anak didik.50
Faktor ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan
faktor masyarakat.
1. Faktor keluarga
Pengertian keluarga menurut para ahli adalah:
a. Suatu kesatuan sosial terkecil yang dipunyai oleh manusia sebagai
makhluk sosial.51
50 Roestiyah NK, Op.Cit., hlm.159
b. Unit satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan
kelompok terkecil dalam masyarakat.52
Keluarga akan memberikan pengaruh kepada siswa yang belajar
berupa: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana
rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga:
1) Cara orang tua mendidik
Orang tua merupakan sumber pembentukan kepribadian anak,
karena anak mulai mengenal pendidikan yang pertama kali adalah
pendidikan keluarga oleh orang tuanya.
Cara orang tua mendidik anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh
terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan
kepentingan-kepentingan dan keperluan-keperluan anaknya dalam belajar,
tidak mengatur waktu belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak
belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar
anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain
sebagainya, dapat menyebabkan anak tidak atau kurang berhasil dalam
belajarnya. Mungkin anak sendiri pandai, tetapi karena cara belajarnya
tidak teratur, akhirnya kesukaran-kesukaran menumpuk sehingga
mengalami kegagalan dalam belajarnya dan akhirnya anak malas belajar.
Hasil yang didapatkan, nilai/hasil belajarnya tidak memuaskan bahkan
mungkin gagal dalam studinya. Hal ini dapat terjadi pada anak dari
51 Wahyu, Wawasan Ilmu Sosial Dasar (Surabaya: Usaha Nasional,1986), hlm. 57 52 Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 87
keluarga yang kedua orang tuanya terlalu sibuk mengurusi pekerjaan atau
kedua orang tua yang memang tidak mencintai anaknya.
2) Relasi antar anggota keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang
tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan
anggota keluarga lainpun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi
ini misalnya apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan
pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sikap yang terlalu keras,
ataukan sikap yang acuh tak acuh dan sebagainya.
Begitu juga relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota
keluarga yang lain tidak baik, akan dapat menimbulkan problem yang
sejenis.
Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan
relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik
adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan
bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman yang sekiranya mendidik
untuk menyukseskan belajar anak sendiri.
3) Suasana rumah tangga
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi-situasi atau kejadian-
kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan
belajar.53
53 Slameto, Op.Cit., hlm. 65
Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak
termasuk faktor yang disengaja. Suasana rumah yang gaduh/ramai dan
semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar.
Suasana tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar dan terlalu banyak
penghuninya. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok,
pertengkaran antar anggota keluarga atau dengan keluarga lainnya
menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, akibatnya belajarnya menjadi
kacau.
Selanjutnya agar anak dapat belajar dengan baik perlu diciptakan
suasana rumah yang tenang dan tenteram, karena selain anak
kerasan/betah tinggal di rumah, anak juga dapat belajar dengan baik.
4) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga sangat erat hubungannya dengan
belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan
pokoknya, misalnya: makan, pakaian, perlindungan, kesehatan dan lain-
lainnya, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja,
kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku-buku dan lain sebagainya.
Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup
uang.
Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok
anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu. Akibat yang
lain anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder dengan
teman lain, hal ini pasti akan mengganggu belajar anak. Bahkan mungkin
anak harus bekerja mencari nafkah untuk membantu orang tuanya
walaupun sebenarnya anak belum saatnya untuk bekerja, hal yang seperti
ini akan mengganggu belajar anak. Walaupun tidak dapat dipungkiri
tentang adanya kemungkinan anak yang serba kekurangan dan selalu
menderita akibat ekonomi keluarga yang lemah, justru keadaan yang
begitu menjadi cambuk baginya untuk belajar lebih giat dan akhirnya
sukses besar. Hal ini terjadi karena anak merasa bahwa nasibnya tidak
akan berubah jika dia sendiri tidak berusaha mengubah nasibnya sendiri.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat Ar-ra'du ayat 11:
Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.54
Sebaliknya keluarga yang kaya raya, orang tua sering mempunyai
kecenderungan untuk memanjakan anak. Anak hanya bersenang-senang
dan berfoya-foya, akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatiannya
kepada belajar. Hal tersebut juga dapat mengganggu belajar anak.
54 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 370
2. Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan
gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Berikut ini akan penulis bahas
faktor-faktor tersebut satu persatu.
a. Metode Mengajar
Metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk
mencapai suatu tujuan.55
Sebagaimana kita ketahui ada banyak sekali metode mengajar. Faktor-
faktor penyebab adanya berbagai macam metode mengajar ini adalah:
(1) Tujuan yang berbeda dari masing-masing mata pelajaran sesuai dengan
jenis, sifat maupun isi mata pelajaran masing-masing.
(2) Perbedaan latar belakang individual anak, baik latar belakang
kehidupan, tingkat usia maupun tingkat kemampuan berfikirnya.
(3) Perbedaan situasi dan kondisi di mana pendidikan berlangsung.
(4) Perbedaan pribadi dan kemampuan dari pendidik masing-masing.
(5) Karena adanya sarana/fasilitas yang berbeda baik dari segi kualitas
maupun dari segi kuantitas.56
Metode mengajar seorang guru akan mempengaruhi belajar siswa.
Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar
siswa menjadi tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu 55 Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran Nasional (Bandung: Jemmars, 1980), hlm. 75 56 Zuhairini,Abdul Ghofir, Slamet AS. Yusuf, Methodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hlm.80
dapat terjadi karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan
pelajaran sehingga guru tersebut menerangkannya tidak jelas. Akibatnya
siswa malas untuk belajar.
Guru yang lama biasanya mengajar dengan metode ceramah saja.
Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja. Guru
yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat
membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan
motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka
metode mengajar harus diusahakan yang setepat, seefisien, dan seefektif
mungkin.
b. Kurikulum
Kurikulum dipandang sebagai sejumlah mata pelajaran yang
tertentu yang harus ditempuh atau sejumlah pengetahuan yang harus
dikuasai untuk mencapai suatu tingkat atau ijazah.57
Nana Sudjana mendefinisikan kurikulum dengan semua kegiatan
atau semua pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa di bawah
tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.58
Kurikulum sangat mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang
kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Kurikulum yang
tidak baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan
siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa. Sistem
instruksional sekarang menghendaki proses belajar mengajar yang 57 Ibid., hlm. 58 58 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1989), hlm. 2
mementingkan kebutuhan siswa. Guru perlu mendalami siswa dengan
baik, harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani
siswa belajar secara individual.
Dan adanya perubahan kurikulum sekolah tidak hanya
menimbulkan masalah bagi guru dan siswa , tetapi juga petugas
pendidikan dan orang tua siswa. Bagi guru, ia perlu mengadakan
perubahan pembelajaran. Dalam hal ini guru harus menghindarkan diri
dari kebiasaan pembelajaran yang ‘lama‘. Bagi siswa, ia perlu mempelajari
cara-cara belajar, buku pelajaran, dan sumber belajar yang baru. Dalam hal
ini siswa harus menghindarkan diri dari cara-cara belajar ‘lama‘. Bagi
orang tua siswa, ia perlu mempelajari maksud, tata kerja, peran guru, dan
peran siswa dalam belajar pada kurikulum ‘baru‘. Orang tua perlu
memahami adanya metode dan teknik belajar ‘baru‘ bagi anak-anaknya.
Dengan memahami dan mempelajari teknik belajar yang ‘baru‘, maka ia
dapat membantu proses belajar anaknya secara baik.59
c. Relasi Guru dengan Siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses
tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri.
Jadi cara belajar juga dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya.
Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai mata
pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-
baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa membenci
59 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta : kerja sama Pusat perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan PT. Rineka Cipta, 1999), hlm.254
gurunya. Ia segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya,
akibatnya pelajarannya tidak maju.
Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab,
menyebabkan proses belajar mengajar itu kurang lancar. Juga siswa
merasa jauh dari guru, maka segan untuk berpartisipasi secara aktif dalam
belajar.
d. Relasi Siswa dengan Siswa
Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, tidak
akan melihat bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara
tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing
individu tidak tampak.
Siswa yang mempunyai sifat-sifat dan tingkah laku yang kurang
menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang
mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok.
Akibatnya makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya.
Lebih-lebih lagi ia akan menjadi malas untuk masuk sekolah dengan
alasan-alasan yang tidak-tidak karena di sekolah mengalami perlakuan
yang kurang menyenangkan dari teman-temannya.
Menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah perlu, agar dapat
memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.
e. Disiplin Sekolah
Disiplin sekolah berarti adanya kesediaan untuk mematuhi
peraturan-peraturan dan larangan-larangan.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menanamkan disiplin kepada
anak antara lain adalah: dengan pembiasaaan, dengan contoh atau tauladan
dan dengan penyadaran.
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa
dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup
kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib,
kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan
kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain.
Kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa-
siswanya, dan kedisiplinan team BP dalam pelayanannya kepada siswa.
f. Alat Pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena
alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai oleh
siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang
lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang
diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan
menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju.
Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah siswa yang masuk
sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belajar
siswa dalam jumlah yang besar pula, seperti buku-buku perpustakaan,
laboratorium atau media-media lain. Kebanyakan sekolah masih kurang
memiliki media dalam jumlah maupun kualitasnya.
Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap adalah perlu
agar guru dapat mengajar dengan baik sehingga siswa dapat menerima
pelajaran dengan baik pula.
g. Waktu Sekolah
Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di
sekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang, sore/malam hari.60
Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Akibat
meledaknya jumlah anak yang masuk sekolah, dan penambahan gedung
sekolah belum seimbang dengan jumlah siswa, banyak siswa yang
terpaksa masuk sekolah disore hari, hal yang sebenarnya kurang dapat
dipertanggung jawabkan. Di mana siswa harus istirahat, tetapi terpaksa
masuk sekolah, sehingga mereka mendengarkan pelajaran sambil
mengantuk dan lain sebagainya. Sebaliknya bagi siswa yang belajar dipagi
hari, pikiran masih segar, jasmani dan rohani dalam keadaan yang baik.
Jika siswa bersekolah pada waktu kondisi badannya sudah lelah, misalnya
pada siang hari, akan mengalami kesulitan di dalam menerima pelajaran.
Kesulitan itu disebabkan karena siswa kurang berkonsentrasi dan berpikir
pada kondisi badan yang sudah lemah tadi. Jadi memilih waktu sekolah
yang tepat akan memberi pengaruh positif terhadap belajar.
60 Slameto, Op.Cit., hlm. 70
h. Standar Pelajaran
Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu
memberi pelajaran di atas standar akibatnya siswa merasa kurang mampu
dan takut kepada guru.
Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mata
pelajarannya, guru semacam itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori
belajar, yang mengingat perkembangan psikis dan kepribadian siswa yang
berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam menuntut
penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan masing-masing. Yang
penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.
i. Keadaan Gedung
Dengan jumlah siswa yang luar biasa banyaknya, keadaan gedung
dewasa ini terpaksa kurang, mereka duduk berjejal-jejal di dalam setiap
kelas.
Dan sebaliknya jika lengkapnya gedung (prasarana dan sarana)
pembelajaran merupakan kondisi pembelajran yang baik. Dan ini yang
menentukan jaminan terselenggaranya proses belajar yang baik.
j. Metode Belajar
Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah, dalam hal ini
perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif
pula hasil belajar siswa itu. Juga dalam pembagian waktu untuk belajar.
Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus menerus, karena
besok akan ujian. Dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat,
bahkan mungkin jatuh sakit.
Ada rumus yang menyatakan bahwa 5 X 2 lebih baik dari 2 X 5
artinya lima kali belajar masing-masing dua topik lebih baik hasilnya
daripada dua kali belajar masing-masing lima topik.61
Adanya keteraturan belajar adalah syarat utama belajar. Bukan lamanya
belajar yang diutamakan tetapi kebiasaaan teratur dan rutin melakukan
belajar. Belajar teratur selama dua jam sekalipun setiap harinya, jauh lebih
penting dari belajar 6 jam namun hanya dilakukan pada hari-hari tertentu
saja. Demikian pula bukan banyaknya materi yang dipelajari yang harus
diutamakan, tapi seringnya mempelajari bahan tersebut sekalipun bahan
tersebut tidak banyak.
k. Tugas Rumah
Waktu belajar adalah di sekolah, tidak menutup kemungkinan jika
guru memberikan tugas rumah agar siswa akan belajar mengingat kembali
materi yang disampaikan guru di sekolah dan siswa juga dapat belajar
untuk menyiapkan bekal materi untuk dibawa ke sekolah besok. Sehingga
siswa di rumah tidak menyia-nyiakan waktu hanya untuk bermain saja di
rumah tetapi digunakan untuk belajar juga.
61 Nana Sudjana, Op.Cit., hlm.167
3. Faktor Masyarakat
Abu Ahmadi mendefinisikan masyarakat dengan suatu kelompok
yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang
sama-sama ditaati dalam lingkungannya.62
Sedangkan Wahyu memberikan batasan masyarakat dengan setiap
manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka
dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu
kesatuan sosial dengan batas yang dirumuskan dengan jelas.63
Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa masyarakat
merupakan satu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu
system adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan terikat oleh suatu
rasa identitas bersama.
Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh
terhadap belajar siswa. Yang termasuk dalam faktor masyarakat ini antara
lain adalah: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul
dan bentuk kehidupan masyarakat.
a. Kegiatan siswa dalam masyarakat
Barang siapa menguasai generasi muda, berarti menguasai masa
depan suatu bangsa, demikianlah bunyi pepatah. Dengan mengkaji lebih
dalam arti apa yang tersirat dalam pepatah itu, berarti bahwa masa depan
suatu bangsa itu terletak di tangan generasi muda. Generasi mudalah yang
harus menggantikan generasi sebelumnya memimpin bangsanya.
Jumlah pemuda yang dapat mengenyam pendidikan Tinggi tidaklah
banyak.64
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap
perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan
masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan
sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih
jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.
Perlulah kiranya membatasi kegiatan siswa dalam masyarakat
supaya jangan sampai mengganggu belajarnya. Jika mungkin memilih
kegiatan yang mendukung belajar. Kegiatan ini misalnya kursus bahasa
Inggris, PKK remaja, kelompok diskusi dan lain sebagainya.
b. Mass media
Yang termasuk mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar,
majalah, buku-buku, komik-komik dan lain-lain. Semuanya itu ada dan
beredar dalam masyarakat.
Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap
siswa dan belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga memberi
pengaruh yang jelek terhadap siswa. Sebagai contoh, siswa yang suka
nonton film atau membaca cerita-cerita detektif, pergaulan bebas akan
berkecenderungan untuk berbuat seperti tokoh yang dikagumi dalam cerita
itu, karena pengaruh dari jalan ceritanya. Jika tidak ada kontrol dan
64 Abu Ahmadi, ilmu social dasar – edisi revisi (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1991), hlm.147
pembinaan dari orang tua (bahkan pendidik), pastilah semangat belajarnya
menurun bahkan mundur sama sekali.
c. Teman bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk
dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan
berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman
bergaul yang jelek pasti berpengaruh jelek pula.
Teman bergaul yang tidak baik misalnya yang suka bergadang,
minum-minum dan lain sebagainya.
Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan
agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan
pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus
cukup bijaksana.
d. Bentuk kehidupan masyarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap
belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak
terpelajar, penjudi, suka mencuri, dan mempunyai kebiasaaan yang tidak
baik akan berpengaruh jelek terhadap anak (siswa) yang berada di situ.
Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang yang terpelajar baik-
baik mereka mendidik dan menyekolahkan anak-anaknya, antusias akan
cita-cita yang luhur akan masa depannya, anak/siswa akan terpengaruh
juga ke hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang di lingkungannya.
Pengaruh itu dapat mendorong semangat dan motivasi anak/siswa untuk
belajar lebih giat lagi. Untuk itu perlulah mengusahakan lingkungan yang
baik agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap anak/siswa
sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya
Tabel 2. Faktor – faktor yang mempengaruhi belajar65
Ragam Faktor dan Unsur - unsurnya
Internal Siswa Eksternal Siswa Pendekatan
1.Aspek Fisiologis
- Tonus jasmani
- Mata dan telinga
2. Aspek Psikologis
1. Lingkungan Sosial
- Keluarga
- Guru dan staf
- Masyarakat
- Teman
2. Lingkungan nonsosial
- Rumah
- Sekolah
- Peralatan
- alam
1. Pendekatan Tinggi
- speculative
- achieving
2. Pendekatan
Menengah
- analical
- deep
3. Pendekatan
Rendah
- reproductive
- surface
65 Muhibbin Syah, op.cit., hlm.156
Masih banyak lagi faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh pada
prestasi belajar seseorang. Maka tugas orang tua, pendidik untuk
memahami secara mendalam, sehingga dikemudian hari dapat membina
anak/siswanya secara individual dan efektif.
C. Mata Pelajaran IPS
1. Pengertian mata pelajaran IPS
Ilmu pengetahuan sosial adalah suatu bidang studi yang
mempelajari manusia dalam lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya,
dalam hubungan dengan kodratnya bahwa manusia hidup dalam
kelompok membentuk lingkungan sosial. Lebih luas lagi, dalam
kelompok masyarakat. Negara yang mendukung segala aspirasi dan
cita-cita kehidupan bersama. Ia tumbuh dalam kelompok dan terpengaruh
oleh kondisi fisik-geografis yang melingkunginya. Sifat determinasinya
tidak hanya pasif tetapi juga aktif, karena dengan segala kemampuannya
manusia berusaha mengelola lingkungannya demi kesejahteraan dan
keselamatan hidup mereka sendiri.66
Pengetahuan sosial merupakan seperangkat peristiwa, fakta,
konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan
manusia untuk membangun dirinya, masyarakatnya, bangsanya, dan
lingkungannya berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang dapat di
66 Dep. P dan K / balai pustaka, Jakarta, 1978, hlm. 74-87
maknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan
datang.67
Sosial studies atau Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu -
ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan-tujuan pendidikan dan
pengajaran di sekolah dasar dan menengah (elementary and secondary
school).68
Dengan begitu, tandaslah sudah bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) ialah ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan disesuaikan bagi
penggunaan program pendidikan di sekolah atau bagi kelompok belajar
lainnya, yang sederajat.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah bidang studi yang
merupakan paduan (fusi) dari sejumlah mata pelajaran sosial.69
Sudah terasa bahwa melalui berbagai pelajaran yang terpisah -
pisah, tujuan pendidikan di sekolah akan sulit dicapai. Sebab itulah
maka diidamkan kurikulum IPS yang terintregrasikan dan
terkorelasikan sesuai dengan kemampuan guru dalam hal
mengajarkannya dan daya tangkap fihak siswa. Dari pemikiran inilah
muncul tiga macam definisi tentang IPS seperti dicantumkan di bawah
ini:
1) IPS adalah penyederhanaan ilmu-ilmu sosial untuk keperluan
pendidikan di sekolah.
67 Arni Fajar, Portofolio Dalam Pelajaran IPS (Bandung : PT.Remaja Roasdakarya, 2005), hlm.114 68 Ali Umran Udin (almarhum), Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ilmu-ilmu Sosial Dasar (Jakarta: Forum Pendidikan IKIP, Desember 1976), hlm.47 69 Abu Ahmadi, op.cit., hlm.3
2) IPS adalah bagian-bagian dari ilmu-ilmu sosial yang telah diseleksi
demikian rupa untuk dicocokkan dengan kebutuhan sekolah dalam
berbagai situasi pengajaran.
3) IPS adalah penelaah masyarakat untuk memperoleh pengertian
tentang cara-cara manusia hidup, tentang jenis-jenis
kebutuhannya dan berbagai kegiatan yang bertalian dengan
pemenuhan kebutuhan itu, serta tentang lembaga-lembaga yang
dikembangkannya sehubungan dengan itu semua.70
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai
cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi,
politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas
dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan
interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi,
sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi
sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari
ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.71
Fungsi mata pelajaran pengetahuan sosial di SMP dan MTs adalah
untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan sosial
dan kewarganegaraan peserta didik agar dapat direfleksikan dalam
70 Daldjoeni, dasar –dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (buku pengantar bagi mahasiswa dan guru) (Bandung : Alumni, 1985), hlm.64 71 http://mgmpips.wordpress.com/2008/02/11/model-ips-terpadu-bag1/, hlm.1
kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia.72
Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai
cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi,
politik, hukum dan budaya. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan
fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan intedidipliner dari
aspek cabang-cabang ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi,
politik, hukum dan budaya)73.
Adanya mata pelajaran IPS ini bertujuan agar peserta didik atau
siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu,inquiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam
kehidupan sosial.
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional maupun
global74.
72 Arni Fajar, op.cit., hlm.114 73 Departemen Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional Pusat Kurikulum, Model Pembelajaran Terpadu IPS SMP/MTs/SMPLB (http//www.Puskur.Net/Inc/mdl/060_model_ips_trpd.pdf,diakses 20 mei 2007),hlm 7 74 Departemen Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional Pusat Kurikulum, Mata Pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial Untuk Sekolah Mengengah Pertama(SMP) dan madrasah Tsanawiyah (MTs), (http//www. Puskur.Net/ inc /si/ smp/ pengetahuan social.pdf,diakses 20 mei 2007), hlm.417
Tabel 3. Aspek dan sub aspek ilmu-ilmu sosial
ASPEK SUB ASPEK
1. Sistem sosial dan
budaya
� Individu, keluarga, dan masyarakat
� Sosiologi sebagai ilmu dan metode
� Interaksi sosial
� Struktur sosial
� Kebudayaan
� Perubahan sosial budaya
2. Manusia, tempat dan
lingkungan
� System informasi geografi
� Interaksi gejala fisik dan sosial
� Struktur internal suatu tempat / wilayah
� Interaksi keruangan
� Persepsi lingkungan dan kewilayahan
3. Perilaku ekonomi dan
kesejahteraan
� Berekonomi
� Ketergantungan
� Spesialisasi dan pembagian kerja
� Perkoperasian
� Kewirausahaan
� Pengelolaan keuangan perusahaan
4. Waktu, keberlanjutan,
dan perubahan
� Dasar – dasar ilmu sejarah
� Fakta, peristiwa, dan proses
5. System berbangsa dan
bernegara
� Persatuan bangsa
� Nilai dan norma (agama, kesusilaan,
kesopanan, dan hukum)
� Hak asasi manusia
� Kebutuhan hidup
� Kekuasaan dan politik
� Masyarakat demokratis
� Pancasila dan konstitusi Negara
� globalisasi
Tabel di atas merupakan ruang lingkup mata pelajaran pengetauhan sosial
di SMP dan MTs.75
Jika ditinjau lebih mendalam lagi, maka nampak bahwa yang
dibicarakan dalam IPS itu tak lain adalah hubungan antara manusia
(human relationships) dan ini mencakup hubungan individu dengan
kelompok, kelompok dengan kelompok, serta kelompok dengan alam.
Yang disebutkan terakhir ini nampak sekali dalam pengajaran geografi.
Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang membicarakan bumi sebagai
ruang huni manusia, dan manusia sebagai penghuni bumi. Adapun
dengan sebutan kelompok diartikan kelompok menurut makna sosial,
ekonomis, politis maupun budaya.
Standar kompetensi mata pelajaran pengetahuan sosial SMP dan
MTs adalah kompetensi yang harus dikuasai siswa setelah melalui proses
pembelajaran pengetahuan sosial antara lain:76
a. kemampuan memahami
1) proses pembentukan kepribadian manusia
2) unsur-unsur usaha berekonomi
3) perubahan unsur-unsur fisik muka bumi
4) perjalanan bangsa Indonesia pada masa Hindu-Buddha dan Islam
sampai abad ke-18
75 Arni Fajar, op.cit., hlm.115 76 Ibid, hlm.116
5) peraturan perundang-undangan nasional, Hak Asasi Manusia, ke-
merdekaaan mengemukakan pendapat dan berpartisipasi dalam
era otonomi.
b. kemampuan memahami
1) bentuk-bentuk hubungan antar kelompok sosial
2) pelaku-pelaku ekonomi dalam kegiatan ekonomi masyarakat
3) dinamika perubahan kependudukan dan pembangunan
berwawasan lingkungan di Indonesia
4) perjalanan bangsa Indonesia sejak masa penjajahan Barat sampai
dengan persiapan kemerdekaan Indonesia
5) kedaulatan rakyat, budaya demokrasi, dan ideologi Pancasila.
c. kemampuan memahami
1) perilaku masyarakat dalam menyikapi perubahan sosial-budaya
2) perdagangan internasional serta dampaknya terhadap
perekonomi-an Indonesia
3) keterkaitan unsur-unsur sosial dan fisik di Negara maju dan
berkembang
4) perjalanan bangsa Indonesia dari masa kemerdekaan sampai orde
baru serta bentuk kerjasama Indonesia dalam dunia internasional
5) fungsi hukum, pengadilan nasional dan cara-cara mencari
perlindu-ngan hukum warganegara.
D. Pengaruh interaksi guru dengan siswa dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa
Proses belajar mengajar sebenarnya merupakan rangkaian kegiatan
komunikasi antara manusia, yaitu orang yang belajar (siswa) dan orang yang
mengajar (guru). Komunikasi antara dua subyek guru dan siswa adalah
komunikasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya. Faktor-faktor itu
antara lain, situasi dan kondisi pengajaran, kemampuan yang dimiliki oleh
seorang guru, cara belajar yang harus diikuti siswa, dan sebagainya. Faktor-
faktor ini saling mempengaruhi dalam keberhasilan siswa belajar. Misalnya
salah satu faktor dalam menentukan keberhasilan siswa belajar adalah guru.
Faktor guru ini sangat menentukan baik dalam beberapa metode mengajar
apakah dengan metode ceramah, diskusi, permainan, dan sebagainya, maupun
dalam berbagai system belajar termasuk system belajar tuntas (mastery
learning)77
Untuk memperlancar kegiatan pengelolaan interaksi belajar-mengajar,
masih juga diperlukan kegiatan sarana-sarana pendukung yang lain, termasuk
antara lain mengetahui prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Setiap
siswa itu pada hakikatnya memiliki perbedaan antara satu dengan yang
lainnya. Perbedaan-perbedaan semacam ini dapat membawa akibat perbedaan-
perbedaan pada kegiatan yang lain, misalnya soal kreativitas, gaya belajar
bahkan juga dapat membawa akibat perbedaan dalam hal prestasi siswa.
77 Masnur, dkk, Dasar – dasar Interaksi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia (Malang : Jemmars, 1987), hlm.95
Persoalan ini perlu diketahui oleh guru. Karena dengan itu berarti dapat
mengambil tindakan-tindakan instruksional yang lebih tepat dan memadai.
Berkaitan dengan hal tersebut maka salah-satunya guru harus mampu
menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Dengan mengetahui
perestasi belajar siswa, apalagi secara individual, seperti telah di singgung
diatas, guru akan dapat mengambil langkah-langkah instruksional yang
kontruktif. Bagi guru yang bijaksana dan memahami karakteristik siswa akan
menciptakan kegiatan belajar mengajar yang berbeda antara siswa yang
berprestasi tinggi dengan siswa yang berprestasi rendah. Sebagi contoh ada
langkah pengayaan bagi siswa yang berprestasi tinggi dan akan mencarikan
kegiatan belajar tertentu bagi siswa yang berprestasi rendah seperti kegiatan
remidi dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat meningkatkan prestasi siswa.78
Dalam hal ini secara kongkrit guru mengambil langkah-langkah
sebagai berikut :79
a. Mengumpulkan data hasil belajar siswa:
(1) Setiap kali ada usaha mengevaluasi selama pelajaran berlangsung.
(2) Pada akhir pelajaran
b. Menganalisa data hasil belajar siswa. Dengan langkah ini guru akan
mengetahui:
(1) Siswa yang menemukan pola-pola belajar yang lain.
(2) Keberhasilan atau tidaknya siswa dalam belajar.
78 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali, 1990), hlm.172 79 Ibid, hlm. 172-173
c. Menggunakan data hasil belajar siswa, dalam hal ini menyangkut:
(1) Lahirnya feed back untuk masing-masing siswa dan dan ini perlu
diketahui oleh guru
(2) Adanya feed back itu maka guru akan menganalisa dengan tepat follow
up atau kegiatan-kegiatan berikutnya.
Hasil belajar siswa (prestasi belajar siswa) di kategorikan dalam tiga
aspek yaitu : aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik, dengan
demikian untuk mencapai prestasi dalam belajar diperlukan adanya sifat dan
tingkah laku seperti aspirasi yang tinggi, interaksi dengan lingkungan yang
baik, kesiapan belajar, kedisplinan siswa dan sebagainya. Sedangkan hasil
belajar siswa dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari luar diri
individu yang sedang belajar.
Jadi secara teoritis interaksi sangat berpengaruh terhadap dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa, dengan interaksi setiap pelajaran akan
dapat dilakukan secara efektif dan efisien, dengan demikian ditingkatkan
interaksi guru dengan siswa kemungkinan akan dapat mencapai prestasi yang
baik dan juga sebaliknya semakin rendah interaksi maka prestasi belajarnya
juga akan rendah.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sebuah sekolah SMP Negeri 1 Kamal, jalan
raya Kamal depan Kantor (POLSEK) Polisi Sektor Kamal dan di samping
Puskesmas Kamal. Pemilihan lokasi ini atas beberapa pertimbangan, yaitu
penelitian ini memang difokuskan pada interaksi guru dengan siswa, siswa
sebagai responden. Di samping itu pertimbangan lain bagi peneliti adalah
peneliti mengetahui situasi dan kondisi SMP Negeri 1 Kamal. Dan juga SMP
Negeri 1 Kamal ini merupakan satu-satunya SMP Negeri faforit di kecamatan
Kamal diantara 4 SMP-SMP yang ada di Kamal, disini peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian DI SMP Negeri 1 Kamal. Di mana penilaian tersebut
tentunya berdasarkan kualitas lembaga dan penilaian masyarakat setempat.
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan teoritis dan empiris dalam penelitian sangat di perlukan.
Oleh karena itu, sesuai dengan judul skripsi ini, peneliti menggunakan jenis
penelitiannya adalah penelitian jenis korelasional. Karena pada penelitian ini
hanya menggambarkan suatu variabel, gejala atau keadaan yang diteliti secara
apa adanya dari data yang bersifat angka (kuantitatif).
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu
keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan80
Sedangkan pendekatan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan
empiris rasional atau deskriptif kuantitatif. Pada pendekatan ini peneliti
memulai dari observasi di lapangan, menyebarkan angket, dan analisis
dokumen. Fakta-fakta dikumpulkan secara lengkap selanjutnya dianalisis
untuk ditarik kesimpulan.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu
keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Donal Ary, dkk yang menyatakan bahwa penelitian
deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan peristiwa secara apa
adanya.
Jenis penelitian deskriptif yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
deskriptif dengan ragam korelasi. Koefisien korelasi adalah suatu alat statistik,
yang dapat digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dua variabel
yang berbeda agar dapat menentukan tingkat hubungan antara variabel-
variabel ini81. Penelitian ini juga bisa digolongkan dalam penelitian deskriptif
kuantitaif karena dalam penelitian ini data primernya menggunakan data yang
berarti memiliki validitas rendah93. Valid tidaknya suatu butir instrumen dapat
diketahui dengan membandingkan indeks korelasi produck moment dengan
level of signifikansi 5 % dengan nilai kritisnya. Rumus statistik product
moment merupakan tehnik yang sering di gunakan untuk menentukan
hubungan dua variabel, yaitu 94
=
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi X dan Y (pearson-r) ∑XY =Jumlah kuadrat perkalian butir dengan skor total ∑X =Jumlah skor butir ∑Y =Jumlah skor total N =Jumlah subyek dalam sample yang diteliti ∑X2 =Jumlah kuadrat skor butir ∑Y2 = Jumlah kuadrat skor total
Tabel 5. Inteerpretasi r
Besarnya nilai r Interpretasi r Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Antara 0,000 sampai dengan 0,200
Tinggi Cukup
Agak Rendah Rendah
Sangat rendah (Tidak berkorelasi)
Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat
tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu.
Instrumen yang sudah dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang
dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan
kenyatannya, maka berapa kalipun diambil, tetap akan sama. Reliabilitas
menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya,
jadi dapat diandalkan95. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa reabilitas
menunjukan konsistensinya dalam mengukur. Pengujiannya adalah dengan
menguji skor antar butir. Uji reabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus Alpha Crombach96, yaitu
Σ
−=
2
2
1 t
b
k
kr
σσ
Dimana : k : Banyaknya butir pertanyaan
: Jumlah varians butir 2tσ : Varians butir
Skor butir dengan skor butir yang lain kemudian hasilnya di
bandingkan dengan nilai kritis dengan tingkat signifikansi 5 % ( = 0,05).
Jika koefisien korelasi lebih besar dari nilai kritis maka alat ukur tersebut
dikatakan reliabel.
Untuk mempercepat perhitungan mencari hasil reliabilitas instrumen
maka peneliti menggunakan SPSS versi 15.00.
Penggunaan Software SPSS
Untuk melengkapi analisis data deskriptif kuantitaif ini maka peneliti
menggunakan alat hitung SPSS (Statistical Product and Service Solution)
95 Ibid.,. hlm. 154 96 Ibid., hlm.171
2bσΣ
α
versi 15.00 yang berupa analisis deskriptif (frekuensi) persentase. SPSS
adalah komputer statistik yang mampu untuk memproses data statistik secara
cepat dan tepat, untuk mencari berbagai output yang dikehendaki para
pengambil keputusan yang akan menunjukkan gambaran pengaruh interaksi
guru-siswa terhadap prestasi siswa.
Korelasi Produck Moment Peneliti dalam menganalisis data ini menggunakan perhitungan
statistik dengan tehnik korelasi product moment karena penelitian ini mencari
korelasi antara dua varibel yaitu variebel X dan Y. Rumus statistik product
moment merupakan tehnik yang sering digunakan untuk menentukan
hubungan dua variebel.
Selain itu tehnik korelasi product moment di gunakan :
a. Variabel yang dikorelasikan berbentuk gejala atau data yang
kontinu
b. Sampel yang diteliti mempunyai sifat homogen, atau setidak-
tidaknya mendekati homogen
c. Regresinya merupakan regresi linier
Untuk mengetahui sering tidaknya interaksi guru-siswa dan tingkat
prestasi siswa dengan menggunakan rumus persentase 97:
Keterangan : p = Angka persentase f = Frekuensi yang sedang dicari frekuensinya
97 Ibid., Hlm. 40-41
%100×=N
fp
N = Number of cases (Jumlah frekuensi/banyaknya individu)
Untuk mencari korelasi antara variabel interaksi dengan variabel
prestasi siswa, dengan menggunakan rumus product moment:
xyr =
Keterangan: rxy = koefisien korelasi X dan Y (pearson-r) ∑XY = Jumlah kuadrat perkalian butir dengan skor total ∑X = Jumlah skor butir ∑Y = Jumlah skor total N = Jumlah subyek dalam sample yang diteliti ∑X2 = Jumlah kuadrat skor butir ∑Y2 = Jumlah kuadrat skor total
Tabel 6. Inteerpretasi r
Besarnya nilai r Interpretasi r Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Antara 0,000 sampai dengan 0,200
Tinggi Cukup
Agak Rendah Rendah
Sangat rendah (Tidak berkorelasi)
Untuk mempercepat perhitungan peneliti menggunakan computer
SPSS versi 15.00.
Regresi Linier Ganda
Untuk mengetahui pengaruh interaksi Guru-siswa terhadap
pengembangan prestasi siswa, maka menggunakan analisis regresi linier ganda
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut 98:
Y= a + b1X1+b2X2
98 Sugiono, Metode Penelitian Administrasi (Bandung: Alfabeta, 1997), hlm.170
( )( )( ){ } ( ){ }2222 ΣΥ−ΝΣΥΣΝ−ΝΣΧ
ΣΥΣΧ−ΣΧΥN
Dimana : Y : Subyek dependent yang diprediksikan a : Konstanta (harga Y bila X =0) b1 : Koefisien regresi (Bila b (+) maka naik, bila (-)
maka terjadi penurunan) (interaksi guru-siswa) b2 : Koefisien regresi (Bila b (+) maka naik, bila (-)
maka terjadi penurunan) (faktor-faktor interaksi belajar mengajar)
9 2004 - 2008 Drs. H. Anang Iskandar, MM - 10 2008 - Sekarang Drs. H. Ti,in, M.Pd -
2. Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan
a. Visi SMP Negeri 1 Kamal
Visi SMP Negeri 1 Kamal, yaitu:
”Unggul dalam Kelembagaan dan Prestasi dilandasi Iman dan Taqwa”
Indikator-indikator visi:
1. Terwujudnya pendidikan yang adil dan merata
2. Terwujudnya pendidikan yang bermutu, efisien dan relevan serta
daya saing tinggi
3. Terwujudnya system pendidikan transparan, akuntabel, efektif dan
partisipatif
4. Terwujudnya budaya sekolah yang bernuansa agamis
5. Terwujudnya budaya bersih pada warga sekolah
6. Terwujudnya pengembangan kurikiulum standart nasional
pendidikan
7. Terwujudnya proses pembelajaran standart nasional pendidikan
8. Terwujudnya kelulusan yang bermutu
9. Terwujudnya prestasi akademik dan non akademik
10. Terwujudnya tenaga kependidikan yang handal
b. Misi SMP Negeri 1 Kamal
Misi SMP Negeri 1 Kamal, yaitu:
1. Mewujudkan pendidikan dengan kelulusan yang cerdas, terampil,
beriman, bertaqwa, dan memiliki keunggulan kompetitif
2. Mewujudkan pendidikan yang adil dan merata
3. Mewujudkan pendidikan yang bermutu efisien dan relevan serta
berdaya saing tinggi
4. Mewujudkan sistem pendidikan yang transparan, akuntabel,
partisifatif dan efektif
5. Mewujudkan budaya sekolah yang bernuansa agamis
6. Mewujudkan budaya bersih pada warga sekolah
7. Mewujudkan pengembangan kurikulum standart nasional
pendidikan
8. Mewujudkan proses pembelajaran standart nasional pendidikan
9. Mewujudkan kelulusan yang bermutu
10. Mewujudkan prestasi akademik dan non akademik
11. Mewujudkan tenaga kependidikan yang handal
c. Tujuan SMP Negeri 1 Kamal
Adapun tujuan SMP Negeri 1 Kamal, yaitu:
1. Memenuhi pendidikan dengan lulusan yang cerdas, terampil,
beriman, bertaqwa, dan memiliki keunggulan kompetitif.
2. Memenuhi pendidikan yang adil dan merata
3. Memenuhi pendidikan yang bermutu efisien dan relevan serta
berdaya saing tinggi
4. Memenuhi sistem pendidikan yang transparan, akuntabel,
partisifatif dan efektif.
5. Memenuhi budaya sekolah yang bernuansa agamis.
6. Memenuhi budaya bersih pada warga sekolah
7. Memenuhi pengembangan kurikulum standart nasional
pendidikan
8. Memenuhi proses pembelajaran standart nasional pendidikan
9. Memenuhi kelulusan yang bermutu
10. Memenuhi prestasi akademik dan non akademik
11. Memenuhi tenaga kependidikan yang handal
3. Jumlah Guru dan Karyawan SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan
SMP Negeri 1 Kamal jumlah guru tetapnya sebanyak 49 guru, tata
usaha sebanyak 12 pegawai tetap, karyawan sejumlah 2 karyawan. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 8 Jumlah Guru dan Karyawan SMP Negeri 1 Kamal
No Nama Pangkat Jabatan 1 Drs.H.Ti’in, M.Pd Pembina,
Tk.I Kepala Sekolah
2 Siti Nurdjannah, S.Pd Pembina, Tk.I
Guru
3 Crhistiana Ngatijem, SP.d Pembina, Tk.I
Guru
4 Dra. Mimiek Soedarjati Pembina Guru
5 Drs. Buchori Pembina Guru
6 Dra. Anki Prasetiawati Pembina Guru
7 Kusbandinah, BA Pembina Guru
8 Hj. Sri Harlinah Pembina Guru
9 Siti Muniah Umar, S.Pd Pembina Guru
10 Imam Mustari Pembina Guru
11 Titien Wahyutri S, S.Pd Pembina Guru
12 Dra. Hj. Ina Syahadah Pembina Guru
13 Supriadi, S.Pd Pembina Guru
14 Sri Sumiyati Pembina Guru
15 R. Musyarofah Pembina Guru
16 Zainal Abidin, S.Pd Pembina Guru
17 Elmawati, S.Pd Pembina Guru
18 Alfi Adriana Pembina Guru
19 Dra. Esti Romawati Pembina Guru
20 Suharti Pembina Guru
21 Kamalyatien, BA Pembina Guru
22 Suwito Al Matrai Pembina Guru
23 Lilik Idriyani, Dra Pembina Guru
24 Jatmiko, S.Pd Pembina Guru
25 Dra. Tuti Rilayati Pembina Guru
26 Triminayu Puji Astuti Penata, Tk.I Guru
27 Sarwanto Penata, TK.I
Guru
28 M. Yusuf, S.Pd Penata, Tk.I Guru
29 R. Wahyudi Oetomo, S.Pd Penata, Tk.I Guru
30 R.r Nany Dwi Andayani Penata, Tk.I Guru
31 Komariyah Penata, Tk.I Guru
32 Marsudi, S.Ag Penata Guru
33 Widi Martana, S.Pd Penata Guru
34 Dra. Ismi Mudji Penata Guru
35 Nuriyamah Pengda, Tk.I
Guru
36 Muyassaroh, S.Pd Pengda, Tk.I
Guru
37 Luluk Dwi Ratnawati, S.Pd Penata, Tk.I Guru
38 Hartono, S.Pd Penata, Tk.I Guru
39 Retna Mulyaningsih, S.Pd Penata, Tk.I Guru
40 R. Indriana Budy Reni, S.Pd Penata Muda
Guru
41 Hj. Murdiati Fatma, S.Pd.i Penata Muda
Guru
42 Merlyn Sudiati, S.Pd Penata Muda
Guru
43 Achmad Huzaini, S.Pd Penata Muda
Guru
44 Sulis tri Wahyuni, S.Pd Penata Muda
Guru
45 Widad Bin Thalib, S.Pd Penata Muda
Guru
46 Nuraini, S.Pd Penata Muda
Guru
47 Dwi Nugraheni, S.Pd Penata Muda
Guru
48 Suji Rahayu p, S.Pd Penata Muda
Guru
49 Maskur, S.Ag Penata Muda
Guru
50 Nurhayati Camelia Ningtyas, S.Pd Penata Muda
Tata Usaha
51 R. P Samsul Arifin Pengda, Tk.I
Tata Usaha
52 Hanafi Teng Pengda, Tk.I
Tata Usaha
53 Roikhatul Musthofia Pengatur muda
Tata Usaha
54 Siti Fatima Pengatur muda
Tata Usaha
55 Maya Mahadewi, SH Pengatur muda
Tata Usaha
56 Erna Irawati, SE Pengatur muda
Tata Usaha
57 M. Tohir Pengatur muda
Tata Usaha
58 Robiatun Pengatur muda
Tata Usaha
59 Rusti’ah Pengatur muda
Tata Usaha
60 Erfani Pengatur muda
Tata Usaha
61 Diana Sari Rahmawati Pengatur muda
Tata Usaha
62 Moh. Nafar Juru Muda -
63 Supardi Juru Muda -
Sumber: Data dokumen (2008)
4. Jumlah Siswa SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan
SMP Negeri 1 Kamal tahun ajaran 2008-2009, jumlah siswa kelas
VII sejumlah 327 siswa, kelas VIII sejumlah 303 dan kelas IX sejumlah
284 siswa. Jumlah keseluruhan siswa SMP Negeri 1 Kamal jumlah
siswanya sebesar 912 siswa, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
Tabel 9 Jumlah Siswa SMP Negeri 1 Kamal
No Kelas Jumlah 1 VII 327 2 VIII 303 3 IX 284
Total 912 Sumber: Data dokumen (2009)
B. Deskripsi Penelitian
1. Pelaksanaan Penelitian
Peneliti sebelum melakukan penelitian, peneliti mengantarkan surat
ijin penelitian yaitu tanggal 20 Oktober 2008. Pada tanggal 27 Oktober
2008 peneliti mengumpulkan data dokumen. Pada tanggal 3 November
2008 peneliti menguji coba angket untuk mengetahui valid dan reliabelnya
suatu angket. Pada tanggal 18 November 2008 peneliti menyebarkan
angket. Pada tanggal 25 Desember 2008 melakukan wawancara kepada
siswa guru dan kepala sekolah, dimana hasil wawancara merupakan
sebagai data sekunder (data pelengkap). Pada tanggal 06 Januari 2008
peneliti mengumpulkan data yang masih diperlukan untuk melengkapi
data yang kurang.
2. Deskripsi Responden
Responden pada penelitian ini adalah siswa Kelas VIII yang
masih aktif studinya. Dan juga guru sebagai pelengkap.
Penelitian ini mengambil responden dari siswa kelas VIII sebanyak
100 Siswa yang masih aktif masa studinya.
Pengambilan responden dalam penelitian ini dengan system
random (acak) tanpa memberikan porsi khusus untuk masing-masing
kelas. Peneliti hanya mengambil responden yang peneliti nilai cocok.
Pengambilan responden untuk wawancara berbeda jumlahnya dengan
responden yang dimintai untuk mengisi kuesioner, responden dalam
penelitian ini mengisi kuesioner sebanyak 100 siswa dan wawancara
kepada 4 guru sebagai responden sebagai pelengkap. Jumlah responden
yang dimintai wawancara berbeda dengan jumlah kuesioner karena
keterbatasan waktu dan dana penelitian.
Dari deskripsi statistik pada lampiran 2 (lampiran deskripsi
statistik) menunjukkan standard deviasi terkecil sebesar 0.741 pada
variabel X1.8 dimana variasi frequensi maksimumnya sangat kecil sebesar
5 dalam artian responden yang menjawab pertanyaan hanya sampai skor 5
(jawaban tidak pernah). Sedangkan standard devisiasi terbesar sebesar
1.459 pada variabel Y6 dimana varaiasi frequensi maksimumnya sebesar 5
dalam artian responden yang menjawab sampai skor 5 (jawaban tidak
pernah). Dari uraian tersebut standard deviasinya sangat jauh.
C. Interaksi Guru-siswa dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada
Mata Pelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan
1. Deskripsi data
a. Interaksi Guru-Siswa
Dari hasil kuesioner dan wawancara tentang interaksi guru-siswa
diperoleh dari penelitian, diperoleh data mentah sebagai berikut:
Tabel 10 guru IPS dalam menyampaikan materi menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti oleh siswa Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%)
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
71 11 15 3 -
71 11 15 3 -
Total 100 100 Data olah kuesioner 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab
pertanyaan ke-1 tentang guru menggunakan bahasa yang sederhana dan
mudah dipahami siswa, yang menjawab selalu 71 responden (71 %), yang
menjawab sering 11 responden (11 %), yang menjawab kadang-kadang 15
responden (15 %), yang menjawab jarang 3 responden (3 %), sedangkan
yang menjawab tidak pernah tidak ada responden (0 %). Data tersebut
menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab selalu ini berarti
dalam interaksi di kelas guru selalu menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti oleh siswa.
Tabel 11 Siswa senang jika guru IPS hanya menerangkan materi pelajaran saja
Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
16 30 30 7 17
11 34 31 7 17
Total 100 100 Data olah kuesioner 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab
pertanyaan ke-2 tentang siswa senang jika guru IPS hanya menerangkan
materi pelajaran saja, yang menjawab selalu 11 responden (16 %), yang
menjawab sering 30 responden (30 %), yang menjawab kadang-kadang 30
responden (30 %), yang menjawab jarang 7 responden (7 %), sedangkan
yang menjawab tidak pernah 17 responden (17 %). Data tersebut
menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab sering ini berarti
dalam interaksi di kelas siswa sering senang jika guru IPS hanya
menerangkan materi pelajaran saja.
Tabel 12 guru IPS menanyakan pertanyaan sebelum pelajaran di mulai
Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
11 25 32 15 17
11 25 32 15 17
Total 100 100 Data olah kuesioner 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab
pertanyaan ke-3 tentang guru IPS menanyakan pertanyaan sebelum pelajaran
di mulai, yang menjawab selalu 11 responden (11 %), yang menjawab sering
25 responden (25 %), yang menjawab kadang-kadang 32 responden (32 %),
yang menjawab jarang 15 responden (15 %), sedangkan yang menjawab
tidak pernah 17 responden (17 %). Data tersebut menunjukkan bahwa
responden lebih banyak menjawab kadang-kadang ini berarti dalam interaksi
di kelas guru IPS kadang-kadang menanyakan pertanyaan sebelum pelajaran
di mulai.
Tabel 13 Siswa di kelas tidak pernah bertanya jika ada masalah
Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
19 19 33 13 16
19 19 33 13 16
Total 100 100 Data olah kuesioner 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab
pertanyaan ke-4 Siswa dikelas tidak pernah bertanya jika ada masalah, yang
menjawab selalu 19 responden (19 %), yang menjawab sering 19 responden
(19 %), yang menjawab kadang-kadang 33 responden (33 %), yang
menjawab jarang 13 responden (13 %), sedangkan yang menjawab tidak
pernah 16 responden (16 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden
lebih banyak menjawab kadang-kadang ini berarti dalam interaksi di kelas
siswa kadang-kadang tidak pernah bertanya jika ada masalah.
Tabel 14 Siswa selalu merespon setiap pertanyaan yang di berikan oleh guru IPS
Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
35 27 30 6 2
35 27 30 6 2
Total 100 100 Data olah kuesioner 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab
pertanyaan ke-5 Siswa selalu merespon setiap pertanyaan yang di berikan
oleh guru IPS, yang menjawab selalu 35 responden (35 %), yang menjawab
sering 27 responden (27 %), yang menjawab kadang-kadang 30 responden
(30 %), yang menjawab jarang 6 responden (6 %), sedangkan yang
menjawab tidak pernah 2 responden (2 %). Data tersebut menunjukkan
bahwa responden lebih banyak menjawab selalu ini berarti dalam interaksi
di kelas siswa selalu merespon setiap pertanyaan yang diberikan oleh guru
IPS.
Tabel 15 guru IPS memberi kebebasan menyampaikan pendapat dalam menyelesaikan
masalah Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%)
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
57 27 9 4 3
57 27 9 4 3
Total 100 100 Data olah kuesioner 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab
pertanyaan ke-6 guru IPS memberi kebebasan menyampaikan pendapat
dalam menyelesaikan masalah, yang menjawab selalu 57 responden (57 %),
yang menjawab sering 27 responden (27 %), yang menjawab kadang-kadang
9 responden (9 %), yang menjawab jarang 4 responden (4 %), sedangkan
yang menjawab tidak pernah 3 responden (3 %). Data tersebut menunjukkan
bahwa responden lebih banyak menjawab selalu ini berarti dalam interaksi
di kelas guru IPS selalu memberi kebebasan menyampaikan pendapat dalam
menyelesaikan masalah.
Tabel 16 Guru IPS memberi kesempatan pada siswa untuk menanggapi permasalahan yang
di ajukan Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%)
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
50 32 14 4 -
50 32 14 4 -
Total 100 100 Data olah kuesioner 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab
pertanyaan ke-7 guru IPS memberi kesempatan pada siswa untuk
menanggapi permasalahan yang di ajukan, yang menjawab selalu 50
responden (50 %), yang menjawab sering 32 responden (32 %), yang
menjawab kadang-kadang 14 responden (14 %), yang menjawab jarang 4
responden (4 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah tidak ada
responden (0 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak
menjawab selalu ini berarti dalam interaksi di kelas guru IPS selalu memberi
kesempatan pada siswa untuk menanggapi permasalahan yang diajukan.
Tabel 17 Guru IPS menghargai siswa ketika siswa mengemukakan pendapat di dalam kelas
Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
77 16 4 2 1
77 16 4 2 1
Total 100 100 Data olah kuesioner 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab
pertanyaan ke-8 guru IPS menghargai siswa ketika siswa mengemukakan
pendapat di dalam kelas, yang menjawab selalu 77 responden (77 %), yang
menjawab sering 16 responden (16 %), yang menjawab kadang-kadang 4
responden (4 %), yang menjawab jarang 2 responden (2 %), sedangkan yang
menjawab tidak pernah 1 responden (1 %). Data tersebut menunjukkan
bahwa responden lebih banyak menjawab selalu ini berarti dalam interaksi
di kelas guru IPS selalu menghargai siswa ketika siswa mengemukakan
pendapat di dalam kelas.
Tabel 18 di kelas siswa pernah diadakan diskusi
Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
25 45 23 7 -
25 45 23 7 -
Total 100 100 Data olah kuesioner 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab
pertanyaan ke-9 dikelas siswa pernah diadakan diskusi, yang menjawab
selalu 25 responden (25 %), yang menjawab sering 45 responden (45 %),
yang menjawab kadang-kadang 23 responden (23 %), yang menjawab jarang
7 responden (7 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah tidak ada
responden (0 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak
menjawab sering ini berarti dalam interaksi di kelas siswa sering diadakan
diskusi.
Tabel 19 Siswa dapat menarik kesimpulan dalam setiap diskusi di kelas
Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
32 28 34 5 1
32 28 34 5 1
Total 100 100 Data olah kuesioner 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab
pertanyaan ke-10 dikelas siswa dapat menarik kesimpulan, yang menjawab
selalu 32 responden (32 %), yang menjawab sering 28 responden (28 %),
yang menjawab kadang-kadang 34 responden (34 %), yang menjawab jarang
5 responden (5 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 1 responden (1
%). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab
kadang-kadang ini berarti dalam interaksi di kelas siswa kadang-kadang
dapat menarik kesimpulan dalam setiap diskusi di kelas.
Tabel 20 siswa senang apabila diadakan diskusi di dalam kelas
Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
50 24 19 5 2
50 24 19 5 2
Total 100 100 Data olah kuesioner 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab
pertanyaan ke-11 dikelas siswa senang apabila diadakan diskusi di dalam
kelas, yang menjawab selalu 50 responden (50 %), yang menjawab sering 24
responden (24 %), yang menjawab kadang-kadang 19 responden (19 %),
yang menjawab jarang 5 responden (5 %), sedangkan yang menjawab tidak
pernah 2 responden (2 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden
lebih banyak menjawab selalu ini berarti dalam interaksi di kelas siswa
selalu senang apabila diadakan diskusi di dalam kelas.
Tabel 21 siswa bertanya tentang pelajaran yang sulit di mengerti kepada teman
Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
25 19 36 15 5
25 19 36 15 5
Total 100 100 Data olah kuesioner 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab
pertanyaan ke-12 dikelas siswa bertanya tentang pelajaran yang sulit
dimengerti kepada teman, yang menjawab selalu 25 responden (25 %), yang
menjawab sering 19 responden (19 %), yang menjawab kadang-kadang 36
responden (36 %), yang menjawab jarang 15 responden (15 %), sedangkan
yang menjawab tidak pernah 5 responden (5 %). Data tersebut menunjukkan
bahwa responden lebih banyak menjawab kadang-kadang ini berarti dalam
interaksi di kelas siswa kadang-kadang bertanya tentang pelajaran yang sulit
di mengerti kepada teman.
Dari data kuesioner tersebut juga di dukung oleh hasil wawancara
peneliti baik dengan Kepala Sekolah, Wali kelas, guru dan Waka.Kesiswaan
yang berhubungan dengan interaksi guru dengan siswa. Hasil wawancara
tersebut adalah sebagai berikut :
Data wawancara peneliti dengan guru, yaitu
Kepala Sekolah Drs. H. Ti’in, M.Pd menyatakan: “ Interaksi guru dengan siswa menurut penglihatan kacamata saya baik, dan semakin bagus, dalam contoh hal kecil misalnya jika ada siswa melakukan pelanggaran tata tertib, itu harus di bina oleh guru BK. Kemudian tidak ada hukuman fisik. Tidak boleh ada kekerasan ya, mungkin kita ajak baca-baca atau berdo’a bersama “.
Waka. Kesiswaan Ibu guru Dra. Tuti Rilayati, menyatakan: “ Biasanya saya melihat materinya apakah mampu dilakukan interaksi dua arah atau tiga arah siswa diajak belajar yang menyenangkan kayak diskusi panel, pendapat anak-anak misalkan ada kasus masalah sosial yang menghambat terjadinya kasus ini contohnya apa? pendidikan, yang menjadi kendala apa? mungkin mahasiswa yang sering demo. Setelah itu siswa presentasi kedepan kelas yang bertanya temannya sendiri. Kalau misalkan 1 kelompok presentasi tidak bisa menjawab langsung dilempar kepada kelompok lain (jadi 3 arah) ”.
Guru Fisika Bapak guru Zainal Abidin, S.pd.menyatakan: ” Interaksi guru dengan siswa banyak dilakukan dengan 2 arah kalau dulu ceramah aja, model pembelajaran yang baru sekarang (PAKEM), guru SMP 1 Negeri Kamal bisa aktif, lingkungan juga mendukung, jadi yang paling banyak dua arah. Apalagi didukung dengan KTSP jadi bisa banyak arah dan guru hanya sebagai fasilitatornya “. Wali Kelas VIII-D Ibu Dra. Ismi Mudji menyatakan : ”Interaksi guru dengan siswa yang ibu lakukan ada refleksi minimal 2 arah metode yang sering dilakukan CTL. Semacam studi kasus tekniknya macam-mcam misalnya beritung 1,2,3,4 jadi 1 kelompok dan berhitung selanjutnya dari 1 sampai 4 dan seterusnya itu yang dinamakan metode (JIGSAW) ”.
Sedangkan jawaban responden yang menjawab pertanyaan guru IPS
memberi kebebasan menyampaikan pendapat dalam menyelesaikan
masalah, yang menjawab selalu mempunyai frequensi tertinggi sebesar 57
responden (57 %). Data ini menunjukkan bahwa secara global interaksi yang
ada di gunakan dalam interaksi guru-siswa interaksi dua arah dengan teknik
guru IPS memberi kebebasan menyampaikan pendapat dalam
menyelesaikan masalah
Dari data tersebut dari hasil kuesioner dan hasil wawancara dapat
diambil kesimpulan bahwa responden menjawab pertanyaan ke-9 tentang
guru membentuk kelompok diskusi bagi siswa didalam kelas frequensi
jawaban sering tertinggi sebesar 45%. Data ini menunjukkan bahwa secara
global interaksi yang ada di gunakan dalam interaksi guru-siswa interaksi
multi arah dengan teknik membentuk kelompok diskusi di dalam kelas.
b. Faktor-faktor interaksi belajar mengajar siswa
Dari hasil kuesioner dan wawancara tentang kreativitas siswa
diperoleh dari penelitian, diperoleh data mentah sebagai berikut:
Tabel 22 guru IPS selalu mengarahkan siswa dalam memahami materi pelajaran yang di
sampaikan Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%)
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
66 20 13 1 -
66 20 13 1 -
Total 100 100 Data olah kuesioner 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab
pertanyaan ke-13 dikelas guru IPS selalu mengarahkan siswa dalam
memahami materi pelajaran yang di sampaikan, yang menjawab selalu 66
responden (66 %), yang menjawab sering 20 responden (20 %), yang
menjawab kadang-kadang 13 responden (13 %), yang menjawab jarang 1
responden (1 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah tidak ada
responden (0 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak
menjawab selalu ini berarti dalam faktor interaksi belajar mengajar di kelas
guru IPS selalu mengarahkan siswa dalam memahami materi pelajaran yang
disampaikan.
Tabel 23 guru IPS menguasai setiap bahan yang diberikan kepada siswa
Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
63 20 10 5 2
63 20 10 5 2
Total 100 100 Data olah kuesioner 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab
pertanyaan ke-14 dikelas guru IPS menguasai setiap bahan yang diberikan
kepada siswa, yang menjawab selalu 63 responden (63 %), yang menjawab
sering 20 responden (20 %), yang menjawab kadang-kadang 10 responden
(10 %), yang menjawab jarang 5 responden (5 %), sedangkan yang
menjawab tidak pernah 2 responden (2 %). Data tersebut menunjukkan
bahwa responden lebih banyak menjawab selalu ini berarti dalam faktor
interaksi belajar mengajar di kelas guru IPS selalu menguasai setiap bahan
yang diberikan kepada siswa.
Tabel 24 guru IPS tidak hadir di dalam kelas
Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
5 6 16 19 54
5 6 16 19 54
Total 100 100 Data olah kuesioner 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab
pertanyaan ke-15 dikelas guru IPS sering hadir di dalam kelas, yang
menjawab selalu 5 responden (5 %), yang menjawab sering 6 responden (6
%), yang menjawab kadang-kadang 16 responden (16 %), yang menjawab
jarang 19 responden (19 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 54
responden (54 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih
banyak menjawab tidak pernah ini berarti dalam faktor interaksi belajar
mengajar di kelas guru IPS tidak pernah tidak hadir di dalam kelas.
Tabel 25 siswa tidak hadir dalam pelajaran IPS
Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
10 6 4 4 76
10 6 4 4 76
Total 100 100 Data olah kuesioner 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab
pertanyaan ke-16 dikelas guru IPS sering hadir di dalam kelas, yang
menjawab selalu 10 responden (10 %), yang menjawab sering 6 responden
(6 %), yang menjawab kadang-kadang 4 responden (4 %), yang menjawab
jarang 4 responden (4 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 76
responden (76 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih
banyak menjawab tidak pernah ini berarti dalam faktor interaksi belajar
mengajar di kelas siswa hadir dalam pelajaran IPS.
Tabel 26 guru IPS menerangkan materi pelajaran selalu bervariasi
Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
48 24 15 8 5
48 24 15 8 5
Total 100 100 Data olah kuesioner 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab
pertanyaan ke-17 dikelas guru IPS menerangkan materi pelajaran sealu
bervariasi, yang menjawab selalu 48 responden (48 %), yang menjawab
sering 24 responden (24 %), yang menjawab kadang-kadang 15 responden
(15 %), yang menjawab jarang 8 responden (8 %), sedangkan yang
menjawab tidak pernah 5 responden (5 %). Data tersebut menunjukkan
bahwa responden lebih banyak menjawab selalu ini berarti dalam faktor
interaksi belajar mengajar di kelas guru IPS selalu menerangkan materi
pelajaran selalu bervariasi.
Tabel 27 guru IPS menguasai kelas apabila terjadi keributan di kelas
Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
45 27 16 10 2
45 27 16 10 2
Total 100 100 Data olah kuesioner 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab
pertanyaan ke-18 dikelas guru IPS menguasai kelas apabila terjadi keributan
di kelas, yang menjawab selalu 45 responden (45 %), yang menjawab sering
27 responden (27 %), yang menjawab kadang-kadang 16 responden (16 %),
yang menjawab jarang 10 responden (10 %), sedangkan yang menjawab
tidak pernah 2 responden (2 %). Data tersebut menunjukkan bahwa
responden lebih banyak menjawab selalu ini berarti dalam faktor interaksi
belajar mengajar di kelas guru IPS selalu menguasai kelas apabila terjadi
keributan di kelas.
Tabel 28 Hasil nilai ulangan IPS siswa bagus
Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
17 29 44 4 6
17 29 44 4 6
Total 100 100 Data olah kuesioner 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab
pertanyaan ke-19 dikelas hasil ulangan IPS siswa bagus, yang menjawab
selalu 17 responden (17 %), yang menjawab sering 29 responden (29 %),
yang menjawab kadang-kadang 44 responden (44 %), yang menjawab jarang
4 responden (4 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 6 responden (6
%). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab
kadang-kadang ini berarti dalam faktor interaksi belajar mengajar di kelas
kadang-kadang hasil ulangan IPS siswa bagus.
Dari data kuesioner tersebut juga di dukung oleh hasil wawancara
peneliti baik dengan Kepala Sekolah, Wali kelas, guru dan Waka.Kesiswaan
yang berhubungan dengan interaksi belajar-mengajar. Hasil wawancara
tersebut adalah sebagai berikut :
Data wawancara peneliti dengan guru, yaitu :
Kepala Sekolah Drs. H. Ti’in, M.Pd menyatakan: “ Interaksi guru siswa yang baik jika seorang guru bisa mengaktifkan siswa. Karena guru sebagai sumber satu-satunya dalam pembelajaran sebagaimana guru sebagai pengajar. Tetapi guru bukan satu-satunya sebagai pusat informasi karena seorang siswa bisa lebih tau, guru hanyalah sebagai fasilitator saja. Yang menjadi kendalakan pada keterbatasan sarana-prasarana saja. Kalau di SMP Negeri 1 Kamal Alhamdullillah bisa memadailah “.
Waka. Kesiswaan Ibu guru Dra. Tuti Rilayati, menyatakan: “ Baik, seperti biasa kalau mengajar interaksi guru melakukan metode pembelajaran dengan menyenangkan, banyak berbagai metode bisa digunakan. Interaksi kalau dulu modelnya hanya guru. Kalau sekarang siswa harus aktif dengan dikasih masalah terus siswa mempresentasikan dan dibahas bersama. Contohnya, biasanya Jigsaw, Sistem kartu (arisan) yaitu soal dibagikan kemudian siswa mencari kartu untuk jawaban nomer 1 dan jawaban disesuaikan dengan pertanyaannya dengan menyenangkan. Kalau dulu metode pembelajaran diantaranya zamannya pake LCD, OHP, sekarang Power Point jangan sampai siswa disitu- situ saja (dikelas). Tapi sekali-kali diajak ketempat lain yang mendukung pembelajaran. Yang kedua kalau pelajaran sejarah pakai audio visual (CD) materinya Perang Dunia II (PD II) diputarkan filmnya kemudian siswa menyimpulkan hasilnya. Kalau sekarangkan perpilah-pilah IPS terpadu sejak sistem KTSP kita harus menggunakan media. Contoh lagi pada mata pelajaran ekonomi materinya tentang valas siswa itu jangan diajak membayangkan saja tetapi guru membawa album foto mata uang asing. Kalau kelas saya kasih contoh ini mata uang euro, rupee, pondsterling, bath, real dll supaya anak lebih paham “.
Guru Fisika Bapak guru Zainal Abidin, S.pd.menyatakan: “ Interaksi guru siswa di SMP Negeri 1 Kamal bagaimana mengaktifkan siswa dengan menggunakan metode-metode yang baru yang banyak dilakukan disini CTL, atau dengan bimbingan khusus misalnya memaparkan sesuatu keterampilan menjahit ya saya datangkan tukang jahit, dialog bahasa Inggris ya saya datangkan turis. Atau temannya yang mempunyai kelebihan dalam hal lain ya disuruh maju kedepan untuk menunjukkan kebolehannya, yang terakhir model pembelajaran tergantung pada bapak gurunya “.
Wali Kelas VIII-D Ibu Dra. Ismi Mudji menyatakan : “Kalau
menurut pengalaman saya karena saya team teaching basic IPS terpadu, disiplin ilmunya 4 mata pelajaran. Maka saya sejarah dan geografi kemudian bu.alfi ekonomi dan sosiologi. Karena sosial gak mungkin mengharap hening tetapi suasana kelas harus hidup. Tugas guru prepare sebelum mengajar harus sudah siap dalam RPP sekarang harus melibatkan siswa semaksimal mungkin kita harus memberikan stimulus. Biasanya awal mata pelajaran kan ada apersepsi, atau saya kasih cuplikan gambar, seperti kemarin mata pelajaran ekonomi membahas kelangkaaan pada semester 1, ya dipapan digambar tentang kelangkaaan. dibutuhkan guru yang pintar mengambar juga. Kemudian siswa memberikan pendapat masing-masing dan pasti bermacam-macam jawabannya. Pas materi kelangkaan sumber daya alam, ekonomi ibu alfi masuk karena keterkaitan dengan geografi juga. Alhamdullillah teamteaching mengajar valid kita masuk gak bondo nekad tapi, terskenario. Apalagi banyak metode baru kalau dulu cuma diskusi yang aktif ketua dan sekertarisnya dalam satu kelompok. Kalau sekarang bagaimana dalam satu kelompok semua siswa juga bisa aktif mengemukakan pendapatnya masing-masing ”.
c. Prestasi siswa
Dari hasil kuesioner dan wawancara tentang prestasi siswa diperoleh
dari penelitian, diperoleh data mentah sebagai berikut:
Tabel 29 Siswa dalam mengeluarkan pendapat dan bertanya dapat meningkatkan pretasi
belajar Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%)
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
64 22 10 3 1
64 22 10 3 1
Total 100 100 Data olah kuesioner 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab
pertanyaan ke-20 dikelas siswa dalam mengeluarkan pendapat dan bertanya
dapat meningkatkan prestasi belajar, yang menjawab selalu 64 responden
(64 %), yang menjawab sering 22 responden (22 %), yang menjawab
kadang-kadang 10 responden (10 %), yang menjawab jarang 3 responden (3
%), sedangkan yang menjawab tidak pernah 1 responden (1 %). Data
tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab selalu ini
berarti dalam prestasi di kelas selalu siswa dalam mengeluarkan pendapat
dan bertanya dapat meningkatkan prestasi belajar.
Tabel 30 Dalam memberikan penilaian guru IPS memberikan penilaian secara objektif atau
sesuai kemampuan siswa Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%)
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
52 30 11 3 4
52 30 11 3 4
Total 100 100 Data olah kuesioner 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab
pertanyaan ke-21 dikelas dalam memberikan penilaian guru IPS
memberikan penilaian secara objektif atau sesuai kemampuan siswa, yang
menjawab selalu 52 responden (52 %), yang menjawab sering 30 responden
(30 %), yang menjawab kadang-kadang 11 responden (11 %), yang
menjawab jarang 3 responden (3 %), sedangkan yang menjawab tidak
pernah 4 responden (4 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden
lebih banyak menjawab selalu ini berarti dalam prestasi di kelas selalu
dalam memberikan penilaian guru IPS memberikan penilaian secara objektif
atau sesuai kemampuan siswa.
Tabel 31 Guru IPS pada setiap memulai pelajaran diawalai dengan pre-tes
Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
20 7 35 15 23
20 7 35 15 23
Total 100 100 Data olah kuesioner 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab
pertanyaan ke-22 dikelas guru IPS pada setiap memulai pelajaran diawali
dengan pre-tes, yang menjawab selalu 20 responden (20 %), yang menjawab
sering 7 responden (7 %), yang menjawab kadang-kadang 35 responden (35
%), yang menjawab jarang 15 responden (15 %), sedangkan yang menjawab
tidak pernah 23 responden (23 %). Data tersebut menunjukkan bahwa
responden lebih banyak menjawab kadang-kadang ini berarti dalam prestasi
di kelas kadang-kadang guru IPS pada setiap memulai pelajaran diawali
dengan pre-tes.
Tabel 32 Guru IPS mengadakan remedial/perbaikan nilai bagi siswa yang belum berhasil
Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
49 26 12 6 7
49 26 12 6 7
Total 100 100 Data olah kuesioner 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab
pertanyaan ke-23 dikelas guru IPS mengadakan remedila/perbaikan nilai
bagi siswa yang belum berhasil, yang menjawab selalu 49 responden (49 %),
yang menjawab sering 26 responden (26 %), yang menjawab kadang-kadang
12 responden (12 %), yang menjawab jarang 6 responden (6 %), sedangkan
yang menjawab tidak pernah 7 responden (7 %). Data tersebut menunjukkan
bahwa responden lebih banyak menjawab selalu ini berarti dalam prestasi di
kelas selalu guru IPS mengadakan remedial/perbaikan nilai bagi siswa yang
belum berhasil.
Tabel 33 Guru IPS memberitahu siswa jika nilai siswa tidak bagus
Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
39 18 27 5 11
39 18 27 5 11
Total 100 100 Data olah kuesioner 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab
pertanyaan ke-24 dikelas guru IPS memberitahu siswa jika nilai siswa tidak
bagus, yang menjawab selalu 39 responden (39 %), yang menjawab sering
18 responden (18 %), yang menjawab kadang-kadang 27 responden (27 %),
yang menjawab jarang 5 responden (5 %), sedangkan yang menjawab tidak
pernah 11 responden (11 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden
lebih banyak menjawab selalu ini berarti dalam prestasi di kelas selalu guru
IPS memberitahu siswa jika nilai siswa tidak bagus.
Tabel 34 Siswa mendapatkan informasi lomba mata pelajaran IPS di sekolah
Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak pernah
14 13 22 13 38
14 13 22 13 38
Total 100 100 Data olah kuesioner 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab
pertanyaan ke-25 dikelas siswa pernah mendapatkan informasi lomba mata
pelajaran IPS di sekolah, yang menjawab selalu 14 responden (14 %), yang
menjawab sering 13 responden (13 %), yang menjawab kadang-kadang 22
responden (22 %), yang menjawab jarang 13 responden (13 %), sedangkan
yang menjawab tidak pernah 38 responden (38 %). Data tersebut
menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab tidak pernah ini
berarti dalam prestasi di kelas tidak pernah siswa mendapatkan informasi
lomba mata pelajaran IPS di sekolah.
Dari data kuesioner tersebut juga di dukung oleh hasil wawancara
peneliti baik dengan Kepala Sekolah, Wali kelas, guru dan Waka.Kesiswaan
yang berhubungan dengan prestasi. Hasil wawancara tersebut adalah sebagai
berikut :
Data wawancara peneliti dengan guru, yaitu
Kepala Sekolah Drs. H. Ti’in, M.Pd menyatakan: “ Perkembangan prestasi siswa di SMP Negeri 1 Kamal tercukupi sudah dari tahun ke tahun masih stabil. Saya juga belum membandingkan grafik dari tahun ke tahun karena saya menjabat kepala sekolah disini baru 4 bulan.Yang saya ketahui bahwa sering menyabet juara 1 dalam lomba ekstra maupun lomba Mapel. Saya juga mengucapkan puji syukur Alhamdullilah kita rasakan “.
Waka. Kesiswaan Ibu guru Dra. Tuti Rilayati, menyatakan: “ Prestasi di SMP Negeri 1 Kamal sementara 6 besar karena tiap semester selalu ada kegiatan lomba mapel, 5 bidang studi (IPA, IPS, Matematika, Bahasa. Indonesia, Bahasa.Inggris) kalau kita 3 besar terakhir kemarin juara 2 lomba mapel tingkat SMP se- Bangkalan. Yang IPS 5 besar dengan menyabet juara 4 tahun berturut-turut juara2, juara 3, juara 2, juara harapan 1, juara 2. klau tingkat se-Jawa Timur pada mapel perbidang studi biasanya diadakan di SMP 5 Surabaya dari 328 peserta kita masih masuk 50 besar kalau IPS peringkat 16. Even-even seperti ini gunanya hanya ingin mengukur kemampuan siswa yang dimiliki SMP Negeri 1 Kamal (kelas unggulan ) ”.
Guru Fisika Bapak guru Zainal Abidin, S.pd.menyatakan: ”Prestasi
SMP 1 Kamal selalu menjuarai dalam lomba MAPEL SMP se-Bangkalan apalagi dalam hal IPA juga “.
Ibu Dra. Ismi Mudji menyatakan : ” Prestasi dikelas Rata, Tanggap
walaupun sering banyak diskusi ibu mesti menghindari terpusat pada 1,2 orang yang selalu aktif. Tetapi disamaratakan.
Sedangkan jawaban responden yang menjawab pertanyaan ke-20
siswa dengan seringnya dalam mengeluarkan pendapat dan bertanya dapat
meningkatkan prestasi belajar, yang menjawab mempunyai frequensi
tertinggi sebesar 64 responden (64 %). Data ini menunjukkan bahwa secara
global prestasi siswa cukup baik.
Dari data tersebut dari hasil kuesioner dan hasil wawancara dapat
diambil kesimpulan bahwa responden menjawab pertanyaan ke-21 dalam
memberikan penilaian secara objektif atau sesuai kemampuan siswa ke-23
guru IPS mengadakan remedial/perbaikan nilai bagi siswa yang belum
berhasil frequensi jawaban sering tertinggi sebesar 52 responden (52 %).
Data ini menunjukkan bahwa secara global prestasi siswa SMP Negeri 1
Kamal baik.
2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Pengujian instrumen penelitian ini dari segi validitas harus dilakukan
karena membuktikan kuesioner yang telah ada valid, dan jika valid maka
akan lolos untuk pengujian berikutnya. Kuesioner ini terisi oleh 100
responden, hasil kuesioner ini dikatan valid dimana nialai probabilitas untuk
korelasi lebih kecil dari 0,05 dan koefisien keandalannya (Croambach
Alpha) lebih besar dari 0,5 untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut :
Tabel 35 Uji Validitas dan reliabilitas variabel Interaksi guru-siswa
Dari tabel di atas menunjukkan butir pernyatan variabel interaksi
guru-siswa mempunyai nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 dan
mempunyai koefisien alpha 0,437. Dengan demikian bahwa pertanyaan
untuk variabel faktor-faktor interaksi belajar mengajar bisa dikatakan valid
dan reliabel untuk pengujian berikutnya.
3. Hasil Analisa Korelasi
Dalam pengelolaan data yang menggunakan korelasi product
moment dengan bantuan komputer SPSS 15.00 for windows untuk mencari
hubungan antara variabel independent dan variabel dependen melalui
hubungan interaksi (X) terhadap prestasi siswa (Y).
Secara teoritis semakin baik interaksi guru siswa maka semakin baik
pula perkembangan prestasi siswa SMP 1 Kamal. Keofisien korelasi antara
variabel interaksi guru-siswa dan faktor-faktor interaksi belajar mengajar
dengan prestasi siswa berpengaruh signifikan, dengan angka korelasi
sebesar 0.448. Hasil korelasi yang 0.448 menunjukkan bahwa hubungan
antara interaksi guru-siswa dan faktor-faktor interaksi belajar-mengajar
dengan prestasi siswa tinggi ini di lihat dari tabel interpretasi r, hasil tersebut
menunjukkan terdapat hubungan yang sangat signifikan antara interaksi
dengan prestasi siswa.
Sedangkan hasil korelasi interaksi guru-siswa dengan
perkembangan prestasi siswa sebesar 0.275. Hasil korelasi tersebut
menunjukkan bahwa hubungan antara interaksi guru-siswa dengan
perkembangan prestasi siswa cukup tinggi ini di lihat dari tabel interpretasi
r, hasil tersebut menunjukkan terdapat hubungan yang sangat signifikan.
Korelasi antara faktor-faktor interaksi belajar mengajar dengan
perkembangan prestasi siswa sebesar 0.260 (26%). Angka tersebut
menunjukkan bahwa antara faktor-faktor interaksi belajar mengajar dengan
perkembangan prestasi agak rendah.
D. Pengaruh Interaksi Guru-siswa dan Faktor-faktor Interaksi Belajar
Mengajar terhadap Prestasi Siswa SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan
1. Hasil analisis Regresi Berganda
Berdasarkan data yang telah diuraikan pada bab hasil penelitian di
poin C tentang interaksi guru-siswa dalam meningkatkan prestasi siswa
SMP Negeri 1 Kamal maka data tersebut di olah dengan menggunakan
bantuan komputer SPSS 15.00 for windows. Setelah pengelohan data, hasil
regresi dapat di lihat pada tabel dibawah ini.
Tabel. 38 Rangkuman Output Regresi Linier
Variabel Unstandardized
Coefficients (B) t hitung Signifikansi
Constanta Interaksi F.I.B.M
4.142 0.211 0.257
1.997 2.773 2.626
0.049 0.007 0.010
R= 0.448 R Square= 0.200 Adjusted R Square= 0.184 F hitung= 12.160 F tabel = 3.09 Signifikan F= 0,000 α = 0,05
Sumber: Data primer diolah (2009)
Keterangan : Jumlah data: 100 responden Nilai t table : α = 5 % Dependent Variabel: Y
Dari tabel diatas maka persamaan regresi dapat dituliskan sebagai
berikut:
Y= 4.142 + 0.211X1+0.257X2
1) Konstanta 4.142 berarti bahwa prestasi akan konstan sebesar 4.142
% jika tidak dipengaruhi variabel interaksi dan faktor-faktor
interaksi belajar mengajar
2) b 1= 0.211 berarti interaksi mempengaruhi prestasi siswa sebesar
21.1% atau berpengaruh positif yang artinya jika interaksi ditingkat
lebih baik lagi 1%, maka prestasi siswa akan naik sebesar 21.1%,
sebaliknya jika interaksi diturunkan 1% maka kreativitas siswa
akan turun sebanyak 21.1%.
3) b2= 0.257 berarti faktor-faktor interaksi belajar mengajar
mempengaruhi prestasi siswa sebesar 25.7% atau berpengaruh
positif yang artinya jika interaksi ditingkat lebih baik lagi 1%,
maka prestasi siswa akan naik sebesar 25.7 %, sebaliknya jika
interaksi diturunkan 1% maka prestasi siswa akan turun sebanyak
25.7 %.
2. Hasil Uji F
Untuk menunjukkan apakah variabel bebas yang di maksud dalam
model ini mempunyai pengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap
variabel terikat digunakan uji F. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan
hasil uji F dan besarnya F table dengan degree of freedom (df) 2.
Hopotesis:
Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel interaksi guru-
siswa dan faktor-faktor interaksi belajar mengajar terhadap
perkembangan prestasi siswa
Nilai : R : 0,448 R Square : 0,200 F hitung : 12.160 F table : 3,09 Signifikan : 0,000 Angka R sebesar 0,448 menunjukkan bahwa korelasi antar variabel
interaksi guru-siswa dan faktor-faktor interaksi belajar mengajar dengan
prestasi siswa. Angka R Square sebesar 0,200 adalah pengkuadratan dari
koefisien determinasi korelasi. RSquare dapat di sebut koefisien, dalam hal
ini variabel prestasi yang dapat di jelaskan oleh persamaan regresi diperoleh
sebesar 20%. Nilai RSquarqe berkisar pada angka 0 sampai 1, dengan
catatan semakin besar RSquare, semakin kuat hubungan antar variabel-
varaibel tersebut.
Untuk hipotesis tersebut dilakukan dengan uji F yaitu pengujian
secara serentak pengaruh variabel interaksi dan jenis kelamin terhadap
pengembangan kreativitas siswa. Pada pengujian ini Ho ditolak dengan
ditunjukkan dengan besarnya F hitung sebesar 12.160 nilai ini lebih besar dari
F tabel (12.160>3.09), ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang cukup
signifikan dari variabel interaksi terhadap prestasi siswa.
3. Hasil Uji t
Untuk menunjukkan apakah varaibel bebas secara individu
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat maka
digunakan uji t berikut ini :
Tabel 39 Data Uji t (Parsial)
Hipotesis Variabel thitung Signifikan ttabel
Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel interaksi guru-siswa terhadap peningkatan prestasi siswa.
Interaksi (X1)
2.773 0.007 1.660
Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel jenis faktor-faktor belajar mengajar terhadap peningkatan prestasi siswa.
Faktor-faktor interaksi belajar mengajar (X2)
2.626 0.10
Kreteria pengujian t
-t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak
t tabel < -t tabel atau t hitung > t tabel dan nilai probalitas < 0,05 maka Ho ditolak
dan Ha diterima
Berdasarkan data di atas untuk hipotesis selanjutnya dilakukan uji t
yaitu pengujian hipotesis secara parsial antara variabel X1 (Interaksi guru-
siswa) dengan Y (prestasi siswa). Varaibel X1 (Interaksi guru-siswa)
memiliki nilai t hitung (2.773), nilai ini lebih besar dari t tabel (1.660). Dengan
demikian pengujian ini menunjukkan Ho di tolak. Hasil ini memperlihatkan
bahwa thitung (2.773) > ttabel (1,660). Berdasarkan hasil pengujian tersebut
variabel interaksi berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi siswa.
Berdasarkan data tersebut untuk hipotesis selanjutnya dilakukan uji t
yaitu pengujian hipotesis secara parsial antara variabel X2 (faktor-faktor
interaksi belajar mengajar) dengan Y (prestasi Siswa). Varaibel X2 (faktor-
faktor interaksi belajar mengajar) memiliki nilai t hitung (2.626), nilai ini lebih
besar dari t tabel (1,660). Dengan demikian pengujian ini menunjukkan Ho di
tolak. Hasil ini memperlihatkan bahwa thitung (2.626) >ttabel (1,660).
Berdasarkan hasil pengujian tersebut variabel faktor-faktor interaksi belajar
mengajar berpengaruh secara signifikan terhadap pengembangan prestasi
siswa.
Berdasarkan hasil uji t yaitu pengujian hipotesis secara parsial antara
variabel X1 (Interaksi Guru-siswa) dengan Y (prestasi). Varaibel X1
(Interaksi Guru-siswa) memiliki nilai t hitung (2.773) dengan Y (prestasi
siswa) jadi hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel interaksi mempunyai
pengaruh yang paling besar terhadap perkembangan prestasi siswa. dan
variabel X2 (faktor-faktor interaksi belajar mengajar) nilai thitung (2.626)
dengan Y (prestasi siswa) jadi hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel
faktor-faktor interaksi belajar mengajar mempunyai pengaruh yang paling
besar terhadap perkembangan prestasi.
BAB V
PEMBAHASAN
A. Interaksi Guru dengan siswa dalam Meningkatkan Prestasi Siswa SMP
Negeri 1 Kamal-Bangkalan.
Berdasarkan hasil perhitungan korelasi product moment dengan
bantuan SPSS versi 15.00 dimana untuk mengetahui masing-masing variabel
mempunyai korelasi arah dari kedua variabel yaitu varaibel X dan Variabel Y
menunjukkan bahwa interaksi guru-siswa dan faktor-faktor interaksi belajar
mengajar mempunyai nilai koefesien korelasi product moment sebesar 0.448
(44.8%), angka tersebut menunjukkan bahwa model ini mempunyai
interpretasi tinggi, ini dapat dilihat dari tabel interpretasi r.
Pada variabel interaksi guru-siswa dengan prestasi siswa sebesar 0.275
(27.5 %), angka ini menunjukkan nilai interpretasi cukup tinggi, ini dapat
dilihat dari tabel interpretasi r. Sedangkan pada variabel faktor-faktor interaksi
belajar mengajar dengan prestasi siswa sebesar 0.260 (26%), angka tersebut
menunjukkan nilai interpretasi rendah, ini dapat dilihat dari tabel interpretasi
r.
Hasil penelitian yang diperoleh didukung oleh teori yang telah
diuraikan pada bab II. Salah satu hal yang memegang peranan penting bagi
keberhasilan pengajaran, adalah proses pelaksanaan pengajaran. Pelaksanaan
pengajaran yang baik, sangat dipengaruhi oleh perencanaan yang baik pula.
Pengajaran berintikan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses
belajar-mengajar. Proses belajar dan mengajar merupakan hal yang berbeda
tetapi membentuk satu-kesatuan, ibarat sebuah mata uang yang bersisi dua.
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru. Kegiatan mengajar
yang dilakukan oleh guru sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa.
Apabila guru mengajar dengan pendekatan yang bersifat menyajikan atau
ekspositori, maka para siswa akan belajar dengan cara menerima, dan apabila
guru mengajar dengan menggunakan pendekatan yang lebih mengaktifkan
siswa, seperti pendekatan diskaveri/inkuiri, maka para siswa akan belajar
dengan cara yang aktif pula.
Interaksi bersifat edukatif maksudnya bahwa interaksi itu berlangsung
dalam rangka untuk mencapai tujuan pendidikan. Interaksi dalam hal ini
bertujuan membantu pribadi anak mengembangkan potensi sepenuhnya,
sesuai dengan cita-citanya serta hidupnya dapat bermanfaat bagi dirinya,
masyarakat dan negara.
Hasil penelitian yang ditemukan dan juga teori yang ada menunjukkan
bahwa interaksi guru-siswa adanya korelasi yang signifikan sebesar 0,245.
Dari tabel interpretasi r pada korelasi product moment angka tersebut
menunjukkan bahwa korelasi interaksi guru–siswa dengan pengembangan
prestasi siswa tinggi.
B. Pengaruh Interaksi Guru dengan Siswa Terhadap Prestasi Siswa SMP
Negeri 1 Kamal-Bangkalan.
Berdasarkan hasil analisa data menunjukkan untuk hasil hipotesis
variabel X1 terhadap variabel Y dilakukan uji t. Dari perhitungan diperoleh
bahwa nilai t hitung (2.773), nilai ini lebih besar dari t tabel (1.660). Hasil
pengujian tersebut menunjukkan Ha diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa
interaksi guru siswa berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi siswa
walaupun tidak cukup besar.
Hasil penelitian ini di dukung oleh teori, Proses belajar – mengajar
sebenarnya merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antara manusia, yaitu
orang yang belajar (siswa) dan orang yang mengajar (guru). Komunikasi
antara dua subyek guru dan siswa adalah komunikasi yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor lainnya. Faktor-faktor itu antara lain, situasi dan kondisi
pengajaran, kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru, cara belajar yang
harus diikuti siswa, dan sebagainya. Faktor-faktor ini saling mempengaruhi
dalam keberhasilan siswa belajar. Misalnya salah satu faktor dalam
menentukan keberhasilan siswa belajar adalah guru. Faktor guru ini sangat
menentukan baik dalam beberapa metode mengajar apakah dengan metode
ceramah, diskusi, permainan, dan sebagainya, maupun dalam berbagai system
belajar termasuk system belajar tuntas (mastery learning)101
Interaksi mempengaruhi prestasi siswa sebesar 21.1% atau
berpengaruh positif yang artinya jika interaksi ditingkat lebih baik lagi 1%,
101 Masnur, dkk, Dasar – dasar Interaksi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia (Malang : Jemmars, 1987), hlm.95
maka kreativitas siswa akan naik sebesar 21.1%, sebaliknya jika interaksi
diturunkan 1% maka kreativitas siswa akan turun sebanyak 21.1%.
Berdasarkan teori bahwa Berkaitan dengan hal tersebut maka salah -
satunya guru harus mampu menilai prestasi siswa untuk kepentingan
pengajaran. Dengan mengetahui perestasi belajar siswa, apalagi secara
individual, seperti telah di singgung diatas, guru akan dapat mengambil
langkah-langkah instruksional yang kontruktif. Bagi guru yang bijaksana dan
memahami karakteristik siswa akan menciptakan kegiatan belajar mengajar
yang berbeda antara siswa yang berprestasi tinggi dengan siswa yang
berprestasi rendah. Sebagi contoh ada langkah pengayaan bagi siswa yang
berprestasi tinggi dan akan mencarikan kegiatan belajar tertentu bagi siswa
yang berprestasi rendah seperti kegiatan remidi dan kegiatan –kegiatan lain
yang dapat meningkatkan prestasi siswa.102
C. Pengaruh Faktor Interaksi Belajar mengajar terhadap Peningkatan
Prestasi Siswa SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan.
Berdasarkan hasil analisa data menunjukkan untuk hasil hipotesis
variabel X2 (faktor interaksi belajar mengajar) memiliki nilai t hitung (2.626),
nilai ini lebih besar dari t tabel (1,660). Hasil ini memperlihatkan bahwa thitung
(2.626) > ttabel (1,660). Berdasarkan hasil pengujian tersebut variabel faktor
interaksi belajar mengajar berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi
siswa.
102 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali, 1990), hlm.172
Hasil penelitian ini didukung oleh teori, Dalam interaksi belajar-
mengajar terjadi proses pengaruh-mempengaruhi. Bukan hanya guru yang
mempengaruhi siswa, tetapi siswa juga dapat mempengaruhi guru. Perilaku
guru akan berbeda, apabila menghadapi kelas yang aktif dengan yang pasif,
kelas yang berdisiplin dengan yang kurang disiplin. Interaksi ini bukan hanya
terjadi antara siswa dengan guru, tetapi antara siswa dengan manusia sumber
(yaitu orang yang biasa memberi informasi), antara siswa dengan siswa lain,
dan dengan media pelajaran. Kegiatan mengajar selalu menuntut kehadiran
siswa, tanpa siswa dalam kelas maka guru tidak bisa mengajar. Lain halnya
kegiatan belajar, siswa dapat belajar meskipun tanpa kehadiran guru. Para
siswa dapat melakukan kegiatan belajar sendiri. Sebenarnya dalam kegiatan
belajar sendiri ini gurunya tetap ada, akan tetapi tidak hadir bersama siswa,
guru berada pada jarak jauh.103
Faktor interaksi belajar mengajar mempengaruhi prestasi siswa sebesar
25.7% atau berpengaruh positif yang artinya jika interaksi ditingkat lebih baik
lagi 1%, maka kreativitas siswa akan naik sebesar 25.7 %, sebaliknya jika
interaksi diturunkan 1% maka kreativitas siswa akan turun sebanyak 25.7 %.
103 Nana Syaodih S. dan Ibrahim R, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: kerjasama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan Rineka Cipta,1998), hlm.31-32
BAB V I
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya Keofisien korelasi antara
variabel interaksi guru-siswa dan faktor-faktor interaksi belajar mengajar
dengan prestasi siswa berpengaruh signifikan, dengan angka korelasi
sebesar 0.448 (44.8%). Angka tersebut menunjukkan bahwa hubungan
antara interaksi guru-siswa dan faktor-faktor interaksi belajar-mengajar
dengan prestasi siswa tinggi ini di lihat dari tabel interpreatsi r, hasil
tersebut menunjukkan terdapat hubungan yang sangat signifikan antara
interaksi dengan prestasi siswa.
Sedangkan hasil korelasi interaksi guru-siswa dengan perkembangan
prestasi siswa sebesar 0.275(27.5%). Angka tersebut menunjukkan bahwa
hubungan antara interaksi guru-siswa dengan perkembangan prestasi siswa
cukup tinggi ini di lihat dari tabel interpretasi r, hasil tersebut
menunjukkan terdapat hubungan yang sangat signifikan. Korelasi antara
faktor-faktor interaksi belajar mengajar dengan perkembangan prestasi
siswa sebesar 0.260 (26%). Angka tersebut menunjukkan bahwa antara
faktor-faktor interaksi belajar mengajar dengan perkembangan prestasi
agak rendah.
2. Untuk mencari pengaruh interaksi guru-siswa terhadap prestasi siswa
penelitian ini menggunakan analisis regresi linier ganda dengan persamaan
regresi linier ganda:
Y= 4.142 + 0.211X1+0.257X2
Yang artinya peningkatan prestasi siswa akan Konstanta sebesar 4.142 jika
tidak dipengaruhi oleh variabel interaksi. Sedangkan interaksi
mempengaruhi prestasi siswa sebesar 21.1 % atau berpengaruh positif
yang artinya jika interaksi ditingkatkan lebih baik lagi 1% maka prestasi
siswa akan naik sebesar 21.1%, sebaliknya jika interaksi diturunkan 1%
maka prestasi siswa akan turun sebesar 21.1%.
Untuk menunjukkan varaibel bebas mempunyai pengaruh
signifikan secara bersama-sama terhadap varaiabel terikat maka di
gunakan uji F (simultan) R sebesar 0.448 menunjukkan bahwa korelasi
antar variabel interaksi guru-siswa dengan prestasi siswa.Angka R Square
sebesar 0.200 adalah pengkuadratan dari koefisien determinasi korelasi. R
Square dapat di sebut koefisien, dalam hal ini variabel prestasi yang dapat
di jelaskan oleh persamaan regresi diperoleh sebesar 12.4%. Nilai
RSquarqe berkisar pada angka 0 sampai 1, dengan catatan semakin besar
RSquare, semakin kuat hubungan antar variabel-variabel tersebut. Pada
pengujian ini Ho ditolak dengan ditunjukkan dengan besarnya F hitung
sebesar 12.160 nilai ini lebih besar dari F tabel (12.160>3.09), ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang cukup signifikan dari
variabel interaksi terhadap prestasi siswa.
Untuk menunjukkan apakah variabel bebas secara individu
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat maka
digunakan uji t. Hasilnya memperlihatkan pada variabel interaksi guru-
siswa bahwa thitung (2.773) > ttabel (1,660), berarti Ho ditolak dan Ha
diterima. Interaksi mempengaruhi prestasi siswa sebesar 21.1%.
Berdasarkan hasil pengujian tersebut variabel interaksi berpengaruh secara
signifikan terhadap prestasi siswa.
3. Untuk menunjukkan apakah variabel bebas secara individu mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat maka digunakan uji t.
Hasilnya memperlihatkan pada variabel faktor-faktor interaksi belajar
mengajar bahwa thitung (2.626) > ttabel (1.660), berarti Ho ditolak dan Ha
diterima. faktor-faktor interaksi belajar tidak mempengaruhi prestasi siswa
sebesar 25.7% atau berpengaruh positif yang artinya jika interaksi
ditingkat lebih baik lagi 1%, maka prestasi siswa akan naik sebesar 25.7
%, sebaliknya jika interaksi diturunkan 1% maka prestasi siswa akan
turun sebanyak 25.7 %.
B. Saran
1. Penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi guru-siswa berpengaruh pada
perkembangan prestasi siswa secara tidak langsung akan berakibat kualitas
siswa pun akan berpengaruh, maka peneliti menyarankan agar interaksi
guru-siswa yang sudah baik perlu ditingkatkan lagi.
2. Interaksi guru-siswa berpengaruh pula pada perkembangan lembaga
pendidikan, maka penulis menyarankan agar interaksi guru-siswa yang
sudah baik perlu ditingkatkan lagi.
3. Peneliti adalah peneliti pemula dan penelitian ini tidak menutup
kemungkinan sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga ada beberapa
kekurangan dalam penelitian ini bisa diadakan pada penelitian berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1997. Wawasan Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Al-Qur’an dan Terjemahnya. 1984. Jakarta: Departemen Agama.
Arikunto, Suharsini. 1993. Prosuder Penelitian: Suatu Pendekatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsini. 2002. Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Crow and Crow, 1991, Psikologi Pendidikan. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Daldjoeni. 1985. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (Buku Pengantar Bagi
Mahasiswa dan Guru). Bandung: Alumni.
Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru.. Jakarta
: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta : Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Departemen Agama Republik Indonesia. 1989. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: Toha Putra.
Departemen Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan Nasional Pusat Kurikulum, Model Pembelajaran Terpadu IPS SMP/MTs/SMPLB (http//www.Puskur.Net/Inc/mdl/060_model_ips_trpd.pdf,diakses 20 mei 2007).
Departemen Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan Nasional Pusat Kurikulum, Mata Pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial Untuk Sekolah Mengengah Pertama(SMP) dan madrasah Tsanawiyah (MTs), (http//www. Puskur.Net/ inc /si/ smp/ pengetahuan social.pdf,diakses 20 mei 2007).
Fajar, Arni. 2005. Portofolio Dalam Pelajaran IPS. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Hadi S. 1995. Metode Researc. Yogyakarta: Andi Offset.
Jannah, Roudhatul. 2007. Pengaruh Interaksi Guru-Siswa Terhadap
Kreativitas Siswa Madrasah Aliyah Negeri Srono-Banyuwangi. Malang:
Skripsi Fakultas Tarbiyah UIN Malang.
Marzuki. 1981. Metodologi Riset. Yogyakarta: Penerbit Fak. Ek. VIII.
Mardalis. 1993. Metodologi Penelitian Kuantitaif. Jakarta : Bina aksara.
Masnur, dkk. 1987. Dasar-dasar Belajar Mengajar Bahasa Indonesia.
Bandung: Jemmars.
M. Sastrapradja. 1981 Kamus Istilah Pendidikan & Umum : Untuk Guru, Calon
Guru dan Umum. Surabaya: Usaha Nasional.
Mudjiono, dkk. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Mudjiono dan Dimyati. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Kerjasama
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan PT.
Rineka Cipta.
Nana Syaodih S dan Ibrahim R. 1998. Perencanaan Pengajaran. Jakarta:
Kerjasama Departemen Pendidikan & Kebudayaan dengan Rineka Cipta.
Narbuko, Cholid. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.