Top Banner

of 22

PTK IPA neo

Mar 07, 2016

Download

Documents

NoviPuspitasari

ptk ipa
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Lembar Pengesahan

BAB I

PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional adalah menjadikan manusia Indonesia yang cerdas dan terampil sesuai dengan Undang undang sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 merupakan tantangan bagi seorang guru.

Seiring dengan perubahan paradigma pendidikan, guru diharapkan mampu mengambil keputusan dan merencanakan, melaksanakan pembelajraqn termasuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam pembelajaran. Guru sebagai tenaga profesional dituntut untuk mengusai pengetahuan dan dasar-dasar yang berhubungan dengan persiapan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran, karena dalam setiap proses pembelajaran tidak selamanya berhasil dengan baik.

Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya proses yang terlibat langsung dalam proses pembelajran, harus terjadi interaksi yang maksimal. Ketercapaian hasil belajara ditunjukan dengan penguasaan materi pembelajaran yang dapat diukur dan dinyatakan dengan nilai.

Pada mata pelajaran IPA tentang kenampakan permukaan bumi, setelah melakukan evaluasi masih banyak siswa yang belum berhasi sesuai target yang ditentukan. Setelah mengadakan diskusi dengan teman sejawat identifikasi masalah-masalah adalah :- Rendahnya tingkat penguasaan siswa terhadap materi.

- Rendahnya motivasi siswa terhadap materi yang dipelajari.

Pada mata pelajaran IPA yang akan menjadi fokus perbaikan adalah :1. Meningkatkan penguasaan siswa pada materi dengan penjelasan yang lebih rinci.2. Meningkatkan motivasi dalam belajar dengan menggunakan alat peraga3. Metode lebih bervariasiB. Rumusan MasalahBagaimana meningkatkan kemampuan siswa untuk memahami tentang organ pernafasan manusia melalui penggunaan media gambar?C. Tujuan Penelitian Pembelajaran

Tujuan penelitian pada perbaikan pembelajaran ini adalah :

1. Mendeskripsikan penggunaan media gambar untuk meningkatkan kemampuan siswa terhadap materi organ pernafasan manusia.D. Manfaat Pembelajaran Melalui PTK

1. Bagi Guru

Pada hakekatnya perencanaan pembelajaran merupakan suatu rencana tertulis yang disusun guru sebagai pedoman untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran yang mengacu pada kurikulum dan GBPP. Di dalam pembelajaran tidak pernah ada satu metode mengajar terbaik yang dapat digunakan secara efektif bagi guru untuk semua kapasitas pembelajaran. Oleh karena itu perbaikan pembelajaran melalui PTK perlu dilaksanakan refleksi guru untuk mengidentifikasikan, menganalisa, mengevaluasi dan menentukan langkah-langkah pemecahan masalah agar tujuan pembelajaran tercapai. Ini artinya bahwa antara PTK dengan guru tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa manfaat PTK seperti dibawah ini :

a. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran

b. Membantu teman sejawat yang mempunyai masalah pembelajaran

c. Sebagai upaya mengembangkan profesionalisme gurud. Menilai dan memperbaiki sendiri proses pembelajarannya

e. Guru mampu melakukan kerja sama secara kolega / kekerabatan dengan teman sejawat, Kepala Sekolah dan berkolaborasi dengan piha pihak lain dalam merancang dan melakukan perbaikan pembelajaran 2. Bagi Siswa

Selain dirasakan oleh guru, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) juga berdampak baik bagi siswa diantaranya :

a. Meningkatkan hasil belajara sebagai hubungan timbal balik dari peningkatan pembelajaran.

b. Proses PTK dapat ditiru atau dijadikan model oleh siswa dalam melaksanakan pembelajaran terutama dalam :

- Menganalisis dan menyikapi proses belajar

- Menempatkan diri sebagai peneliti bagi hasil belajarnya. 3. Bagi Sekolah

Menurut Hargreaves dalam Hopkins (1993), bahwa erat sekali hubungan perkembangan sekolah dengan perkembangan kemampuan guru. Perkembangan kemampuan guru sangat menentukan perkembangan sekolah dan sebaliknya kemampuan guru tidak akan berkembang tanpa adanya kemauan sekolah untuk berkembang. Hal ini mengisyaratkan bahwa jika guru mampu meningkatkan pemebelajarannya, melaksanakan PTK maka kualitas pendidikan di suatu lembaga atau sekolah akan berkembang dan standar ketuntasan siswa akan tercapai.

BAB II

KAJIAN PUSTAKAA. Hakikat Pembelajaran

Hakikat pembelajaran tidak terlepas dari apa yang disebut belajar, beberapa ahli mengemukakan istilah dan pengertian yang beragam tentang belajar, yang pada prinsipnya merupakan proses psikologis, yaitu perubahan tingkah laku yang berupa pengetahuan, sikap, ataupun keterampilan yang terjadi pada diri peserta didik.

Menurut Gagne dalam Laurens Seba (1989) disebutkan bahwa ciri belajar yang harus dikuasai oleh peserta didik adalah:

1. Informasi verbal berupa kemampuan mengungkapkan pengetahuan melalui bahasa.

2. Ketermpilan Intelektual yaitu kecakapan yang berfungsi untuk berinteraksi dengan lingukungan.

3. Strategi kognitif yaitu kemampuan strategis dalam menggunakan konsep, kaidah, ataupun teori guna pemecahan masalah yang dihadapi.

4. Keterampilan motorik berupa kemampuan untuk melakukan ragam kegiatan yang bersifat fisik satau jasmani.

5. Sikap, yaitu direfleksikan dalam kemampuan menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan kriteria penilaian yang dilakukan.

Selain itu, beberapa ahli pendidikan yang lain memberikan batasan tentang pengertian belajar, di antaranya; Skinner dalam Wahyudin (2006: 3.31), Belajar adalah berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Pengertian lain juga dikemukakan oleh Singer (1968) dalam Supandi dan Seba (1986: 1) bahwa, Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif tetap disebabkan praktek atau pengalaman lampau dalam situasi tertentu.

Berdasarkan pengertian yang dikemukakan di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa pada hakekatnya belajar adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja untuk memeperoleh perubahan tingkah laku yang diinginkan. Sejalan dengan hal tesebut, Hamalik (1995) dalam Wahyudin (2006: 3.33) menjelaskan tiga ciri khas dalam pembelajaran sebagai berikut:

1.Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur yang merupakan unsur sistim pembelajaran dalam suatu rencana khusus.

2.Saling ketergantungan (interdependence) antara unsur sistem pembelajaran yang sersi dalm suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial, dan masing-masing memberi sumbangannya kepada sistem pembelajaran.

3.Tujuan, pembelajaran memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai.

Penelitian ini membahas disiplin ilmu dalam bidang mata pelajaran di Sekolah Dasar, maka dalam konteks pembahasan yaitu pembelajaran dalam wujud pemahaman materi pembelajaran siswa sekolah dasar. Proses pola berfikir peserta didik harus dikuasai oleh guru-guru dalam proses belajar mengajar. Menurut Pitts dan Posner dalam Warganegara (1994: 19) belajar terdiri dari tiga tahapan yaitu:

1. Tahap Kognisi

Dalam tahap ini pembelajaran lebih diarahkan pada pola pamahaman yang dipelajari dalam sistem otak, sehingga kemampuan persepsi seseorang tentang suatu input dipengaruhi oleh kualitas dan kejelasan obyek input.

2. Tahap Latihan

Prinsip belajar pada tahap ini adalah perealisasian rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah terbentuk dalam sistem memori. Cepat lambatnya seseorang dalam melakukan proses pemahaman tergantung pada kemampuan dasar yang dimiliki.

3. Tahap Otomatisasi

Prinsip dalam tahap ini adalah subyek telah memahami konsep keilmuan dengan keterampilan yang sempurna, tingkat koordinasi telah tercapai dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas, menjadi keharusan guru-guru di sekolah dasar dalam proses pembelajaran harus mampu menganalisa secara komponen dari rangkaian pola pemahaman pola pikir sehingga pembelajaran harus mencerminkan proses dari masing-masing tahap pembelajaran.

Pada tahap kognisi aplikasi di kelas sebaiknya guru harus menyampaikan dengan jelas tujuan pembelajaran yang diharapkan. Guru harus menjelaskan pengetahuan minimal yang harus dikuasai oleh siswa setelah proses pembelajaran selesai. Tahap latihan, aplikasi di kelas tahap ini adalah guru harus sering melatih atau memberikan tugas secara kontinyu, karena pemahaman akan terbina dengan baik apabila latihan dan tugas tersebut berlangsung dengan pengulangan dan koreksi yang sesegera mungkin. Sedangkan pada tahap otomatisasi aplikasi di kelas adalah guru harus sering memberikan tugas dam teknik baru secara kontinyu, karena pemahaman akan terbina dengan baik apabila latihan berlangsung dengan pengulangan. Dengan demikian, subyek tidak memikirkan lagi bagaimana harus melakukan tugas yang diberikan tersebut. Tugas guru pada tahap ini yaitu memberi variasi tugas dan latihan sebanyak mungkin untuk meningkatkan otomatisasi pemahaman suatu konsep.

Pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Komunikasi transaksional adalah bentuk komunikasi yang dapat diterima dan dipahami oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses pembelajaran. Pembelajaran pada dasarnya merupakan proses sebab akibat, yang mengandung makna apabila proses pembelajaran dirancang dengan baik maka hasil dari pembelajaran juga akan baik pula.

Sejalan dengan hal tersebut di atas, faktor guru memegang peranan yang sangat penting karena guru merupakan figur sentral dalam mengkondisikan proses belajar mengajar. Guru harus mampu menemukan strategi dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif agar siswa dapat mengikuti proses pembelajaran secara optimal. Sebagai subyek pembelajaran, siswa merupakan karakter yang unik, karena keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran tergantung pada kesiapan dan cara belajar yang dilakukan oleh siswa, sedangkan pola belajar dan cara belajar merupakan hasil dari pengkondisian seorang guru selama proses belajar mengajar berlangsung.

Dalam proses belajar mengajar di kelas, banyak sekali faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran. Keberhasilan suatu pembelajaran dipengaruhi oleh keadaan siswa dan faktor di sekitarnya , hal ini sejalan yang dikemukakan oleh Thorndike dalam Laurens Seba (1986: 11) disebutkan bahwa: Suatu respon pelajaran akan menjadi lebih tertanam apabila diikuti oleh kesenangan, dan menjadi lemah apabila diikuti ketidaksenangan. (Hukum Akibat atau Law of effect)1. Hubungan antara stimulus (materi pelajaran) dan respon (penguasaan anak) akan berlangsung lama apabila respon dirangsang berulang-ulang (Hukum Pengulangan/Law of exercise).2. Stimulus akan dapat diterima dengan baik apabila ada kesiapan. (Hukum Kesiapan/Law of readnes). Pembelajaran IPA Sekolah Dasar

Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Tujuan IPA secara umum membantu agar siswa memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Memiliki keterampilan untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar maupun menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala-gejala alam yang harus dibuktikan kebenarannya di laboratorium, dengan demikian IPA tidak saja sebagai produk tetapi juga sebagai proses.

Untuk itu ada tiga hal yang berkaitan dengan sasaran IPA di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut. (1) IPA tidak semata berorientasi kepada hasil tetapi juga proses. (2) Sasaran pembelajaran IPA harus utuh menyeluruh dan (3) pembelajaran IPA akan lebih berarti apabila dilakukan secara berkesinambungan dan melibatkan siswa secara aktif.

B. Media Pembelajaran

Pemilihan media pembelajaran yang tepat akan mendapat hasil yang optimal,sehingga guru berupaya mencari media pembelajaran yang sesuai dengan materi pokok atau indikator yang akan dicapai.

Media dari bahasa Latin.Dalam bahasa Indonesia berarti tengah atau perantara atau pengatar. Dengan demikian makna dari media dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Dalam proses pembelajaran maka media pengajaran merupakan merupakan suatu perantara dari materi pembelajaran atau dari guru sebagai pemberi pesan kepada siswa sebagai penerima pesan agar proses transformasi dapat berlangsung efektif dan efesien. Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pembelajaran. Merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses pembelajaran yang optimal dan hasil belajar yang memuaskan.Pada tahun 50 an media disebut sebagai alat bantu audio visual (Audio Visual Aides) karena pada masa itu peranan media memang semata-mata untuk membantu guru dalam mengajar. Tetapi kemudian namanya lebih populer sebagai media pengajaran atau pembelajaran.

Berbagai bentuk media pembelajaran dapat digunakan untuk meningkatkan belajar ke arah yang lebih konkrit. Pembelajaran dengan menggunakan media tidak hanya menggunakan kata-kata (simbol visual), sehingga dapat diharapkan diperolehnya hasil pengalaman berlajar yang lebih berarti bagi siswa. Dalam hal ini Gagne dan Briggs (1974) dalam Ibrahim (2003:129) menenekankan pentingnya media sebagai alat untuk merangsang proses pembelajaran.

Fungsi media pembelajaran untuk memperjelas materi pembelajaran, dapat menarik perhatian siswa, akan membantu pemusatan perhatian siswa, dan menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa. Koosep ini sejalan dengan Vernon A.Magnesen, melalui Fathurahman bahwa Kita belajar berdasarkan 10% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita an dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan. (Fathurahman, 2007:3)

Gambar atau lukisan adalah bentuk visual yang dapat dinikmati oleh setiap orang yang memandangnya sebagai wujud pindahan atau dari keadaan yang sebenarnya. Baik mengenai pemandangan benda atau barang, maupun suasana kehidupan. Gambar dikenal oleh setiap guru dan dipakai sebagai media proses belajar-mengajar untuk memperjelas pengertian tentang sesuatu. Gambar sangat menarik perhatian peserta didik mereka dapat mempelajarinya secara mendalam disamping dapat menimatinya. Gambar dapat menunjukan pokok masalah secara lebih baik dibandingkan media verbal. Ia dapat menmbus ruang dan waktu, dapat mengatasi keterbatasan pengamatan, dapat memperjelas masalah dan sangat murah harganya. Untuk lebih meningkatkan keefektifan proses pembelajaran melalui gambar, sebaiknya gambar itu harus bagus, jelas, menarik mudah dimengerti dan harus menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Foto adalah bentuk visual yang dapat dinikmati oleh setiap orang yang memandangnya sebagai hasil pemotretan tentang alam, benda, atau situasi kehidupan. Gambar foto bersifat naturalistic karena pesis sama dengan keadaan yang sebenarnya (Drs.A.Tabrani Rusyana,1993:9).

Media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapai. Beberapa manfaat penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar siswa menurut Sudjana (2007:2) antara lain :a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik

c. Metode belajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi jika guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.

d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengar uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain

C. Alat Peraga Pembelajaran

1. Pengertian Alat Peraga

Sampai saat ini para ahli pendidikan belum banyak yang mengungkapkan secara sistematik tentang konsep alat peraga belajar. Namun dari beberapa buku yang dibaca, banyak diungkapkan tentang alat peraga pelajaran bukan alat peraga belajar. Namun penulis berpendapat bahwa yang dimaksud dengan alat peraga pelajaran adalah juga alat peraga belajar.

Dari maksud tersebut dapat disimpulkan bahwa maksud dan tujuan digunakannya alat peraga mengajar, yaitu agar siswa lebih cepat menguasai materi pelajaran yang diberikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, alat peraga belajar atau alat peraga mengajar pada situasi situasi tertentu dapat dikatakan sama, yaitu untuk membantu pembelajaran peserta didik. Hanya perbedaannya terletak pada siapa yang menggunakan alat peraga tersebut. Jika alat tersebut digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar sehingga proses mengajarnya lebih efektif, maka alat alat tersebut alat peraga mengajar. Tetapi juga alat tersebut digunakan siswa untuk mempermudah belajarnya, maka disebut alat peraga belajar.

2. Fungsi Alat Peraga

Adapun fungsi media pengajaran (alat peraga) seperti yang diungkapkan Sadiman (1986 : 17) sebagai berikut :

a. Memperjelas penyajian pesan agar guru tidak bersifat verbalitas.

b. Mengembangkan sifat kreatif anak karena menimbulkan gairah belajar, memungkinkan interaksi yang berlangsung antara siswa dan lingkungannya, mungkin anak belajar sendiri sesuai dengan kemampuannya.

c. Salah satu fungsi alat peraga diatas adalah memperjelas penyajian materi pelajaran agar tidak bersifat verbalitas (dalam bentuk kata kata atau tulisan), untuk itu peranan alat peraga dalam belajar adalah penting, apabila guru tersebut tidak bisa menyampaikan pesan tersebut melalui media verbal.

Untuk membantu menghilangkan kebiasaan kebiasaan yang salah, maka diperlukan alat. Alat peraga belajar yang baik dan benar, yaitu yang dapat mempercepat pencapaian tujuan belajar siswa. Banyak alat peraga yang bisa digunakan dalam proses belajar mengajar olahraga, tetapi alat yang dibutuhkan adalah alat peraga yang sesuai dengan tujuan belajar siswa yang diharapkan. Dalam hal ini maka guru harus memahami, memiliki dan menetapkan alat alat peraga yang cocok untuk digunakan.BAB III

METODE PENELITIANA. Waktu dan Tempat Penelitian1. Waktu PenelitianTabel 3.1

Jadwal Pelaksanaan

PTK pada Kelas V di SDN Cikuasa II

No.RENCANA KEGIATAN PTKJULIAGUSTSEPT

Minggu Ke123412341234

1Penyerahan Proposal

2Siklus I

3Siklus II

4Siklus III

5Penyusunan Laporan

6Seminar

7Penyempurnaan Laporan

8Penyerahan Laporan

9Penulisan Makalah

10Penyerahan Makalah

2. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan pada Kelas V di SD Negeri Cikuasa II Kecamatan Grogol Kota Cilegon.B. Populasi dan Sampel1. Populasi

Sebagai Populasi dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah siswa SDN Cikuasa II Kecamatan Grogol.2. Sampel

Sebagai Populasi dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah siswa Kelas V SDN Cikuasa II Kecamtan Grogol sebanyak 37 orang.

C. Prosedur Penelitian 1. Rencana

Melihat hasil analisis permasalahan pembelajaran IPA yang berpusat pada kurangnya pengawasan siswa pada materi dan rendahnya ,otivasi siswa, maka rencana kegiatan perbaikan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :

- Siklus I

a. Penjelasan materi secara sistematis dan tidak terlalu cepatb. Melengkapi alat peraga sesuai tuntutan materi dan selalu melibatkan siswa saat peragaanc. Meperbanyak tanya jawab dan memberi penguatand. Memperbanyak latihan soal-soale. Memberi kesmpatan bertanya pada siswaf. Memberi tugas/tindak lanjut - Siklus II

a. Penjelasan materi yang lebih terarah sesuai tujuan

b. Melengkapi alat peraga dan media lainnya

c. Mengerjakan LKS secara kelompok

d. Menjelaskan materi yang dipahami siswa

e. Menyimpulkan materi pelajaran

f. memberi tugas/latihan

- Siklus III

a. Mengadakan diskusi kelompok

b. Melngkapi alat peraga/ media yang lebih kongkrit

c. Pembahasan materi hasil diskusi kelompok

d. memberikan pimbingan pada kelompok mengenai materi yang belum di kuasai.

e. Memberikan tugas/ latihan dan tidak lanjut.2. Pelaksanakan

Prosedur pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang akan ditempuh adalah

a. Menentukan rencana perbaikan pembelajaran tahap I, II dan III

b. Mempersiapkan sarana dan alat bantu pelajaran

c. Mempersiapkan alat evaluasi

d. Melakukan diskusi dengan teman sejawat

e. Meningkatkan kemampuanLangkah langkah yang akan ditempuh dalam perbaikan yang akan ditempuh dalam perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut : Siklus I

a. Guru menjelaskan nama-nama organ pernapasan pada manusia dan fungsinya dengan menggunakan alat peraga patung (torso).

b. Siswa mengamati media patung (torso).

c. Siswa mencoba mencocokan alat pernapasan yang ada pada tubuh m asing-masing dengan media patung atau torso yang telah disediakan.

d. Siswa menyebutkan nama organ pernapasan pada manusia dan fungsinya.

e. Guru memberikan penekanan dan menyimpulkan materi alat-alat pernapasan manusia dan fungsinya. Siklus IIa. Guru menjelaskan nama-nama organ pernapasan pada manusia dan fungsinya dengan menggunakan alat peraga gambar

b. Siswa mengamati media gambar

c. Siswa mencoba mencocokan alat pernapasan yang ada pada tubuh masing-masing dengan media gambar yang disediakan

d. Siswa menyebutkan nama organ pernapasan pada manusia dan fungsinya

e. Guru memberikan penekanan dan menymipulkan materi alat-alat pernapasan manusia dan fungsinya. Siklus III

a. Siswa membaca sekilas buku IPA dan mengamati gambar-gambar yang ada di buku.

b.Siswa mengamati media gambar organ pernapasan tanpa nama bagian-bagiannya, yang disediakan guru.

c. Siswa mencocokan dan menunjukan nama alat-alat pernapasan.

d. Mengadakan tanya jawab dengan media gambar.

e. Guru menjelaskan dan memberikan tambahan mengenai nama dan fungsi organ pernapasan.

f. Memberikan penekanan dan kesimpulan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Deskripsi Per Siklus

Perbaikan pembelajaran IPA dalam 3 siklus menghasilkan beberapa temaun yang menjadi tolak ukur keberhasilan perbaikan pembelajaran.1. Siklus pertama

Pada tahap ini hasil belajar yang dicapai siswa belum maksimal. Dari 37 siswa yang melaksanakan evaluasi ada 27 orang yang dapat nilai 70 ke atas (50%)2. Siklus kedua

Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran dan dilaksanakan evaluasi hasil yang dicapai menunjukan adanya peningkatan baik secara kualitas maupun kuantitas. Dari 37 siswa yang mengikuti tes, 27 siswa mendapat nilai 70 ke atas (55%) sedangkan 10 siswa masih belum mencapai target yang diharapakan sehingga pembelajaran perlu dilakukan perbaikan.3 Siklus ketiga

Dari hasil perbaikan pembelajaran terlihat adanya peningkatan hasil evaluasi. Dari 37 siswa yang mendapat nilai 70 ke atas tercatat 36 siswa (82%) hanya satu siswa yang belum mencapai target nilai (rentang nilai 70 ke atas berhasil) sehingga peneliti tidak melaksanakan perbaikan selanjutnya.4. Kadar keaktifan, latihan, perhatian pada mata pelajaran IPA

No Siklus Aspek yang dinilai

KeaktifanLatihan Perhatian

1

2

3I

II

III25%

30%

55%35%

60%

68%48%

70%

80%

5. Nilai Akhir tiap siklus mata Pelajaran IPA

NoNamaNilai

Siklus ISiklus IISiklus III

1Aris Alfiyansah506067

2Aavonika505571

3Agus Maryadi757580

4Ahmad Syfaat707075

5Ammarul Fadli859095

6Ammirul Fadli506075

7Anggi Wulan c455075

8Azeng Nurul H957075

9Badrun Alaina455060

10Deden Supriyadi455072

11Dorivatul Mulativa757580

12Endang Supriyadi 655585

13Firman757581

14Firman Maulana959098

15Heroni609097

16Hairulloh506074

17Herulloh909090

18Imroatusolihah755065

19Junita Trimafila455571

20M. Azi Aditya455568

21Miftahul Fauziyah85100100

22M. Alam Ilham857591

23M. Lukman Hakim858585

24M. Mutamir759090

25M. Salman756090

26Nirmala Sari809090

27Rafi Arifianto806080

28Rodatuniyah809080

29Safuri Arif Gunawan758086

30Sabi Farhan758087

31Sela Rahmawati758088

32Siti Martini 858090

33Suhendra758590

34Syafaatulloh758575

35Syahril Hidayatulloh758080

36Tia Afriyati758580

37Tri Sapturi758580

Jumlah261527153016

Rata-rata70,6773,3781,51

Keterangan:Pada Siklus I: Siswa mendapat Nilai 70 hanya mencapai 50 % dari rata-rata kelas 70,67 dari 37 Siswa yang ikut ulangan.Pada Siklus II : Siswa yang mendapat nilai 70 ke atas mencapai 55 % rata-rata kelas 73,37 dari 37 siswa yang ikut ulangan.Siklus III : Siswa yang mendapat 70 ke atas mencapai 82 % dari rata rata kelas 81,51 dari 37 siswa yang mengikuti ulangan.

Grafik 4.1 Nilai Siklus I,II, III

Mata Pelajaran IPA

B. Pembahasan Per Siklus

Dengan melihat hasil observasi evaluasi dan nilai rata-rata meningkat dari tiap siklus baik pada pembelajaran IPA menunjukan adanya pengingkatan dalam penguasaan materi yang ditunjang dengan keaktifan siswa, dalam KBM proses pembelajaran yang demokrasi dan komunikatif antara guru dan siswa.

Semangat untuk belajar dan berlatih yang ditampilkan siswa merupakan akibat dari apa yang penulis lakukan dalam pelaksaan perbaikan pembelajaran. Keaktifan siswa pada saaat pembelajaran siswa nampak ketika guru menggunakan alat peraga dan timbulnya motivasi saat guru melibatkan siswa dalam peragaan.

C. Refleksi

Setiap mempelajari hasil evaluasi dari tiap akhir pembelajaran diperoleh nilai rata-rata meningkat pada setiap siklusnya. Nilai diperoleh ini merupakan usaha untuk meningkatkan pengetahuan pada kegiatan pembelajaran. Sebauh renungan yang harus ditindak lanjuti pada kegiatan ini saat siswa dibawah dalam situasi ketidak tahuan, tidak memahami suatu konsep yang ingin dicapai, sementara pada guru tidak tanggap pada situasi yang nyata dan perlu diperbaiki dengan segera, bukan keberhasilan yang dicapai tapi kegagalan yang dirasakan baik oleh guru maupun siswa sebagai tujuan akhir.

Kita ketahui bahwa setiap siswa mempunyai karajteristik yang berbeda-beda dan dari lingkungan sosial yang berbeda pula, maka alangkah idealnya seorang guru mampu merefleksi proses pembelajaran sebelum, sesudah atau saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik yang berda-beda. Oleh karena itu dalam penyampaiannya pada prose pembelajaran haru disesuaikan dengan karakteristik tersebut. Agar pembelajaran menarik bagi siswa dan tingkat pencapaiannya tujuan maksimal, maka guru harus menggunakan media, strategi, metode yang tepat dan bervariasi, siswa sebagai tujuan utama dalam kegiatan pembel;ajran berlangsung guru berusaha menggunakan tehnik pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) agar lebih bermakna.

Dari hasi perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :1. Penggunaan alat peraga/media yang bervariasi dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir.

2. Kegiatan pembelajaran tidak selamanya harus didalam kelas, tetapi disesuaikan dengan tuntutan dari materi yang harus dikuasai siswa sehingga lingkungan pun dapat dipakai sebagai sumber belajar.

3. Keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan atau mengampaikan pertanyaan dapat ditumbuhkan dan ditingkatkan melalui penampilan guru yang familier, ramah, luwes serta menggunakan kaidah-kaidah bertanya dasar yang benar.

4. Melalui kerja kelompok siswa dibimbing untuk dapat berinteraksi dengan kingkungan sosialnya serat memberdayakan turor sebaya.

B. Saran

Berdasarkan data dari kesimpulan tersebut, ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh guru meningkatkan kualitas pembelajaran, diantaranya adalah :

1. Sebelum melaksanakan pembelajaran gru harus membuat rencana pembelajaran dan menyiapkan media yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

2. Evaluasi dari melalui refleksi setelah melaksanakan pembelajaran saat penting bagi guru serta selalu membuka diri dalam memeriksa saran dan pendapa orang lain.3. Membiasakan disiplin dala segala hal, agar kita mampu menerapkan disiplin kepada siswa.

4. Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat melalui tanya jawab dan diskusi kelompok.

DAFTAR PUSTAKAAsep Herry Hermawan, dkk (2006) Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Jakarta : Universitas Terbuka

Djonda Rochhanda Wiradinata, Drs MP (2006) Perencanaan PembelajaranBandung : Departemen Pendidikan Nasional

Haryanto, (2004), Selain untuk sekolah Dasar kelas IV. Jakarta : Erlangga

Mulyani, Syaodih, Nani (2004), Pengembangan Peserta didik. Jakarta : Universitas TerbukaSurayekti, dkk (2005) Pembaharuan dan Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka

Syamsudin Abin, Budiman nandang (2004), Profesi Kegunaan 2. Jakarta : Universitas TerbukaWardani I.G.A.K, Julaeha Siti, Marsina Ngadi (2004). Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta : Universitas Terbuka

Wardani I.G.A.K, Wihardil K, Nasution N. (2002). Penelitian Tindakan Kelas . Jakarta : Universitas Terbuka

Zaenal Asnawi, Mulyana Agus, (2004). Tes dan Assesmen di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.

11

_1506841350.xls