0 PENGOPTIMALAN PENERAPAN METODE INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI PELAJARAN IPA (Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VI SDN Cemarajaya II Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Tahun Pelajaran 2009/2010) Disusun Sebagai Tindak Lanjut Kegiatan KKG BERMUTU Gugus II Kecamatan Cibuaya Oleh: AGUS WURYANTO, S.Pd. NIP: 19790709 200212 1 006 NUPTK: 4041757658200023
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
0
PENGOPTIMALAN PENERAPAN METODE INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA
TERHADAP MATERI PELAJARAN IPA
(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VI SDN Cemarajaya II Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Tahun Pelajaran 2009/2010)
Disusun Sebagai Tindak Lanjut Kegiatan KKG BERMUTUGugus II Kecamatan Cibuaya
Oleh:
AGUS WURYANTO, S.Pd.
NIP: 19790709 200212 1 006NUPTK: 4041757658200023
DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGAUPTD TK,SD KECAMATAN CIBUAYA
SDN CEMARAJAYA II
2010
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru merupakan “agent of change” bagi peserta didik (siswa). Status
ini membawa konsekuensi bahwa seorang guru dituntut untuk mampu
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik baik potensi
intelegensi, keterampilan, sosial maupun moral dan kepribadian. Dengan
demikian tugas guru tidak hanya sekedar mengajar (mentransfer ilmu
pengetahuan kepada peserta didik) tetapi juga mendidik (memberikan
bimbingan moral dan kepribadian kepada peserta didik). Untuk mampu
melaksanakan tugas tersebut guru dituntut untuk menguasai kompetensi
pendidik yang meliputi kompetensi paedagogik, kepribadian, sosial dan
kompetensi profesional.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru diharapkan mampu
mengembangkan pola pembelajaran variatif, melaksanakan pembelajaran
dengan menerapkan berbagai metode yang sesuai dengan bahan ajar,
sehingga peserta didik termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan
antusias dan menyenangkan. Hal ini sejalan dengan model pembelajaran
PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) yang saat
ini sedang “booming” di lingkungan pendidikan, khususnya di Kabupaten
Karawang. Model PAKEM menuntut perubahan posisi lama guru dalam
pembelajaran, yang semula pembelajaran berpusat pada guru (teacher center)
2
berubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center)
sehingga guru harus lebih memotivasi dan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Sebagai bentuk pelaksanaan model PAKEM tersebut, proses
pembelajaran yang dilaksanakan dikelas VI SDN Cemarajaya II khususnya
pada mata pelajaran IPA, menggunakan metode “interaktif”. Penerapan
metode interaktif ini memberikan peluang kepada peserta didik untuk berani
bertanya kepada guru dan menyampaikan gagasannya, baik melalui forum
tanya jawab yang sengaja disediakan oleh guru maupun secara spontanitas
oleh siswa dalam pembelajaran.
Penerapan metode interaktif juga sejalan dengan PP No. 19 tahun
2005 Bab IV Pasal 19 ayat 1 (war2nyahoo.blogspot.com/2010/02) yang
menyatakan bahwa ‘Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpatisipasi aktif serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, keatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.’
Meskipun pelaksanaan pembelajaran di kelas telah menggunakan
metode interaktif, namun pencapaian hasil belajar siswa ternyata belum
maksimal. Hal tersebut ditandai dengan masih rendahnya nilai yang dicapai
siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan rata-rata nilai ulangan IPA yang
telah dilaksanakan, diperoleh data bahwa dari keseluruhan siswa kelas VI
yang berjumlah 31 orang, 14 siswa (45%) masih mendapat nilai di bawah 6,
3
9 siswa (29%) mendapat nilai antara 6 s.d. 7 dan hanya 8 siswa (26%) yang
mendapat nilai di atas 7.
Kondisi ini memotivasi guru untuk melakukan Penelitian Tindakan
Kelas dengan mengoptimalkan penerapan metode intaraktif dalam proses
pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran IPA di kelas VI SDN
Cemarajaya II, Cibuaya Kabupaten Karawang.
B. Identifikasi, Analisis dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi masalah
Beberapa permasalahan yang berhasil diidentifikasi selama proses
pembelajaran yaitu:
a. Beberapa siswa membuat suasana gaduh saat proses pembelajaran.
b. Ada beberapa siswa yang berucap spontan (menyeletuk) sehingga
mengganggu konsentrasi siswa lain.
c. Masih ada siswa yang belum bisa menjawab dengan benar pertanyaan
yang diberikan oleh guru meskipun sudah membaca dan
memperhatikan penjelasan guru.
d. Guru terlalu banyak membiarkan suasana kelas menjadi gaduh.
2. Analisis Masalah
Dari beberapa permasalahan yang berhasil diidentifikasi, tindakan akan
lebih difokuskan pada 1 masalah, yaitu “Masih ada siswa yang belum bisa
menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan oleh guru meskipun
sudah membaca dan memperhatikan penjelasan guru.”
4
Ada bebarapa kemungkinan yang menyebabkan terjadinya hal tersebut,
diantaranya:
a. Guru terlalu cepat dalam menjelaskan materi pelajaran.
b. Siswa kurang konsentrasi baik pada saat membaca maupun pada saat
menerima penjelasan guru.
c. Pandangan guru lebih banyak terfokus pada siswa yang biasa aktif
(kurang meratakan pandangan kepada seluruh siswa.)
d. Kemampuan berfikir siswa rendah.
e. Siswa kurang menyukai metode interaktif yang diterapkan oleh guru.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil analisa masalah, peneliti merumuskan 2 (dua masalah)
yang akan difokuskan pada penelitian, yaitu:
a. Bagaimana pengaruh pengoptimalan metode interaktif terhadap
kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran IPA?
b. Sejauhmana antusiasme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
IPA?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini betujuan:
1. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran IPA.
2. Mengetahui tingkat antusiasme siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran IPA.
5
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa: a) lebih konsentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran; b)
membiasakan siswa untuk berani bertanya kepada guru; c) meningkatkan
keberanian siswa untuk menyampaikan gagasannya.
2. Bagi peneliti: a) lebih berperan aktif dalam memotivasi siswa untuk
bertanya dan menyampaikan gagasannya; b) lebih mengenal karakter
siswa; c) mampu mengembangkan berbagai tehnik untuk meningkatkan
keaktifan siswa.
3. Bagi rekan sejawat: a) dapat dijadikan sebagai motivasi untuk
mengembangkan metode pembelajaran; b) penerapan metode interaktif
dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
6
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Belajar dan Pembelajaran
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Morgan (Ngalim Purwanto, 1998:84) mengemukakan bahwa
‘belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam
tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman.’
Sedangkan Dimyati Mahmud (Sri Rukmini et. All, 1997:59)
menyatakan bahwa
‘Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku, baik yang dapat
diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung dan
terjadi dalam diri seseorang karena pengalaman.’
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada seseorang,
baik berupa tingkah laku yang dapat diamati secara langsung (misal:
gerakan tubuh) maupun tingkah laku yang tidak dapat diamati secara
langsung (karakter/sifat) dan perubahan tersebut terjadi karena
adanya proses latihan (pengalaman) yang dialami olehnya.
7
b. Bentuk-Bentuk Belajar
Syamsu Yusuf et. all. (1993:12) mengemukakan bentuk-bentuk
belajar sebagai berikut:
1) Belajar keterampilan intelektual.
2) Belajar kognitif
3) Belajar verbal
4) Belajar keterampilan motorik
5) Belajar sikap
c. Gaya Belajar
“Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia
menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi” Bobbi
De porter et. all (2005:111).
Gaya belajar seseorang belum tentu sama dengan orang lain.
Gaya belajar merupakan kunci untuk mengembangkan potensi
seseorang.
Rita Dunn (Bobbi De porter et. all, 2005:110) menemukan
banyak variable yang mempengaruhi cara belajar orang. Variable
tersebut mencakup faktor-faktor fisik, emosional, sosiologis dan
lingkungan.
Sementara Bobbi De porter et. all (2005:110) membagi gaya
belajar berdasarkan modalitas seseorang menjadi tiga kelompok,
yaitu:
a. Gaya belajar visual (belajar dengan cara melihat)
8
b. Gaya belajar Auditorial (belajar dengan cara mendengar)
c. Gaya belajar kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja,
dan menyentuh.
2. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
“Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” (M Surya, 2003:11).
Keseluruhan yang dimaksud, meliputi aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Hal ini sejalan dengan taksonomi Bloom (E. Mulyana,
2001:110) yang mengelompokkan tujuan pembelajaran sebagai
JUMLAH NILAI 2024 RATA-RATA NILAI 65.29 MEDIAN 69 PROSENTASE LULUS 58.06 PROSENTASE TIDAK LULUS 41.94
b) Tahap Refleksi
Setelah melakukan konfirmasi data hasil observasi dengan
rekan sejawat yang menjadi observer diperoleh kesimpulan
bahwa pnerapan metode interaksi belum optimal dilaksanakan.
Hal itu terlihat ketika proses pembelajaran berlangsung ada
beberapa siswa yang aktif negative (tampak aktif, tapi tidak
memperhatikan penjelasan guru dan kurang disiplin dalam
melaksanakan tugas). Selain itu keaktifan siswa masih
23
didominasi oleh beberapa siswa, sedangkan sebagian besar
siswa lainnya belum menunjukkan keberaniannya untuk aktif
berinteraksi dan menyampaikan gagasannya kepada guru
maupun kepada sesama anggota kelompok.
Meskipun data hasil observasi belum menunjukkan
perubahann yang signifikan terhadap keaktifan siswa, namun
data hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan nilai
yang diperoleh siswa pada PTK siklus I dibandingkan dengan
nilai yang mereka peroleh sebelum peaksanaan metode
interaktif.
TABEL 4.4PERBANDINGAN DATA NILAI SISWA
NO KETERANGAN SEBELUM PTK PTK SIKLUS I1 JUMLAH NILAI 1760 20242 RATA-RATA NILAI 56,77 65,293 MEDIAN 60 694 PROSENTASE LULUS 29,03 58,065 PROSENTASE TIDAK LULUS 70,97 41,94
Data di atas menunjukkan adanya peningkatan nilai hasil
belajar siswa pada pelaksanaan PTK Siklus I dibandingkan
dengan nilai sebelum pelaksanaan PTK. Terjadi peningkatan
yang cukup signifikan pada nilai median dan prosentase
kelulusan, namun rata-rata nilai siswa belum menunjukkan
peningkatan yang tinggi. Hal tersebut mencerminkan adanya
perbedaan nilai yang cukup mencolok diantara siswa.
24
Kondisi ini mendorong peneliti untuk lebih mengoptimalkan
pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode interaktif
pada siklus II dengan lebih memperhatikan perbedaan individu
siswa yang selanjutnya memotivasi mereka untuk aktif dalam
proses pembelajaran.
2. Siklus II
2.1. Tahap Perencanaan
Siklus II dilaksanakan pada tanggal 9 s.d 13 Maret 2010.
Setelah melakukan pengolahan dan analisa data hasil PTK
siklus I, langkah selanjutnya adalah membuat scenario
pembelajaran, sebagai berikut:
a. Membagi siswa menjadi 8 kelompok dengan persebaran
prestasi siswa merata pada setiap kelompok, serta pembagian
jumlah anggota kelompok sebagai berikut:
Tabel 4.5
Pembagian Kelompok Siklus II
KELOMPOKJUMLAH
ANGGOTA KETUA KELOMPOKI 4 Indah HII 4 Sri MulyaniIII 4 M NasirIV 4 Endra MV 4 SarjanaVI 4 M Ardianto DVII 4 Rudi SVIII 3 Rendi J
25
b. Menentukan Kompetensi Dasar dan Indikator yang akan
dipelajari, yaitu KD: Mengidentifikasi kegunaan energi listrik
dan berpartisipasi dalam penghematannya dalam kehidupan
sehari-hari.
c. Membuat RPP.
d. Mempersiapkan instrument penilaian, berupa lembar observasi
dan tes evaluasi hasil belajar siswa.
1.4 Tahap Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
a. Pelaksanaan Tindakan
Peneliti melaksanakan proses pembelajaran dengan mengacu
pada rencana pembelajaran yang telah dibuat (RPP).
b. Observasi
Observasi dilakukan oleh rekan sejawat pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Obyek observasi adalah guru dan
siswa.
1.5 Tahap Refleksi
Seperti pada siklus I, refleksi pada siklus II pun secara teknis
terbagi menjadi 2 sub, yaitu a) tahap pengolahan data, b) tahap
analisa data (refleksi).
a) Tahap pengolahan data
Data yang diperoleh dari hasil evaluasi sebagai berikut:
JUMLAH NILAI 2111 RATA-RATA NILAI 68.10 MEDIAN 72 PROSENTASE LULUS 64.52 PROSENTASE TIDAK LULUS 35.48
27
b) Tahap Refleksi
Setelah melakukan konfirmasi data hasil observasi dengan
rekan sejawat yang menjadi observer diperoleh kesimpulan
bahwa penerapan metode interaksi sudah menghasilkan adanya
perubahan sikap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Hal itu terlihat ketika proses pembelajaran berlangsung siswa
yang aktif negative mulai berkurang. Siswa mulai terkondisi
dan tampak antusias dalam melaksanakan pembelajaran secara
interaktif.
Data hasil evaluasi pun menunjukkan adanya peningkatan nilai
yang cukup signifikan diperoleh siswa pada PTK siklus II
dibandingkan dengan nilai yang mereka peroleh pada
pelaksanaan PTK Siklus I.
TABEL 4.7PERBANDINGAN DATA NILAI SISWA
NO KETERANGAN PTK SIKLUS I PTK SIKLUS II
JUMLAH NILAI 2024 2111 RATA-RATA NILAI 65,29 68,10 MEDIAN 69 72 PROSENTASE LULUS 58,06 64,52 PROSENTASE TIDAK LULUS 41,94 35,48
Data di atas menunjukkan adanya peningkatan nilai hasil
belajar siswa pada pelaksanaan PTK Siklus II dibandingkan
dengan nilai pada pelaksanaan PTK siklus I. Terjadi
28
peningkatan yang cukup signifikan pada nilai median,
prosentase kelulusan. Meskipun peningkatan rata-rata nilai
siswa tidak terlalu tinggi, hal tersebut tetap mengindikasikan
bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa pada
pelaksanaan PTK siklus II.
C. Pembahasan Hasil Penelitian Secara Keseluruhan
Perbandingan pencapaian hasil belajar siswa sebelum pelaksanaan
PTK dengan pencapaian setelah PTK siklus I dan siklus II secara ringkas
tersaji pada table berikut:
TABEL 4.8PERBANDINGAN DATA NILAI SISWA
NO KETERANGAN SEBELUM PTKPTK SIKLUS
IPTK SIKLUS
II JUMLAH NILAI 1760 2024 2111 RATA-RATA NILAI 56,77 65,29 68,10 MEDIAN 60 69 72 PROSENTASE LULUS 29,03 58,06 64,52 PROSENTASE TIDAK LULUS 70,97 41,94 35,48
Dari table tersebut tampak adanya peningkatan secara berkala nilai
hasil belajar siswa.
Jumlah nilai siswa pada PTK siklus I mengalami kenaikan sebesar 264
dari jumlah nilai sebelum PTK, yaitu dari 1.760 menjadi 2.024 dan pada
siklus II mengalami kenaikan sebesar 87 dari jumlah nilai PTK siklus I, yaitu
dari 2.024 menjadi 2.111. Peningkatan jumlah nilai pada siklus II tidak terlalu
29
signifikan, hal ini terjadi karena pada siklus I jumlah ilai siswa telah
mengalami peningkatan yang cukup tinggi.
Rata-rata nilai siswa pada PTK siklus I mengalami kenaikan sebesar
8,52 dari rata-rata nilai sebelum PTK, yaitu dari 56,77 menjadi 65,29 dan
pada siklus II mengalami kenaikan sebesar 2,81 dari rata-rata nilai PTK siklus
I, yaitu dari 65,29 menjadi 68,10. Peningkatan rata-rata nilai pada siklus II
lebih rendah dari pada peningkatan rata-rata nilai siswa pada siklus I, hal ini
tentunya dipengaruhi oleh peningkatan jumlah nilai siswa.
Demikian pula pada pencapaian median dan prosentase kelulusan
siswa pada pelaksanaan PTK siklus I lebih besar dari pada peningkatan
median dan prosentase kelulusan pada pelaksanaan PTK siklus II.
30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab IV, dengan
mengacu pada rumusan masalah yang dikemukakan pada bab I, peneliti
menyimpulkan:
1. Pengoptimalan penerapan metode interaktif mampu meningkatkan
kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran IPA. Adanya
peningkatan pemahaman terhadap materi IPA tercermin pada peningkatan
nilai hasil evaluasi belajar siswa, baik pada pelaksanaan PTK siklus I
maupun pada siklus II.
2. Antusiasme siswa dalam mengikoti proses pembelajaran IPA mengalami
peningkatan dengan diterapkannya metode interaktif pada proses
pembelajaran. Kesimpulan ini didasarkan dari data hasil observasi rekan
sejawat yang menjadi observer pada pelaksanaan pembelajaran, baikpada
siklus I maupun pada siklus II. Hal ini juga berkorelasi dengan
meningkatnya pencapaian hasil belajar siswa.
B. Saran
31
Mengacu pada kesimpulan di atas, maka metode interaktif dapat
dijadikan sebagai metode alternative untuk meningkatkan partisipasi aktif
siswa dalam proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa.
1. Kepada rekan sejawat (guru) diharapkan mampu mengoptimalkan
pelaksanaan pembelajaran dengan menitikberatkan pada partisipasi aktif
siswa melalui pembelajaran yang interaktif.
2. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan kiranya Bapak Kepala Sekolah
dan Pengawas TK/SD perlu memberikan bimbingan secara berkala kepada
guru, terutama untuk meningkatkan pengelolaan pembelajaran. Perju juga
kiranya untuk mensosialisasikan keberhasilan penerapan metode interaktif
di SDN Cemarajaya II kepada rekan guru di wilayah Cibuaya, sebagai
perbandingan dan sharing pengetahuan dalam membimbing siswa.
3. Kepada peneliti berikutnya yang akan menerapkan metode yang sama,
diharapkan hasil Penelitian Tindakan Kelas ini dapat dijadikan sebagai
salah satu referensi dan perbandingan. Termasuk memberikan saran
konstrujtif dan mengoreksi kelemahan yang terdapat pada laporan PTK
Hatimah, I. (2000). Strategi dan Metode Pembelajaran, Bandung: CV. Andira.
Kasbolah, K. (1999). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Dirjen Dikti, Depdikbud.
Rohani, A. (2004). Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Rukmini, S. et.all. (1997). Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: UPP IKIP
Yogyakarta.
Ruskandi, K. (2001). Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning, Tesis: Bandung tidak diterbitkan.
Sudrajat, A. (2008) Konsep PAKEM, (Online), (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/konsep-pakem)
Surya, M. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Bandung: Yayasan Bhakti Winaya.
Warnyoto, (2010). Konsep PAKEM, (Online), (http://war2nyahoo.blogspot.com/2010/02/konsep-pakem-1.html)
Wuryanto, A. (2009). Pakem. (Online), (http://salam02.wordpress.com/2009/02/11/pakem, http://salam02.wordpress.com/2009/02/11/pakem-2, http://salam02.wordpress.com/2009/02/22/pakem-3)