INFORMASI UMUM a. Pendirian Perusahaan Pakaian jadi, yang dapat dikelompokkan menjadi 3 produk utama, yaitu : PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN 30 September 2011 dan 31 Desember 2010 1. Pada tahun 2005, Perusahaan membeli pabrik pemintalan benang yang terletak di Bandung seluas 60.170 M2, 60.000 spindle dengan kapasitas produksi sebesar 36.000 bale per tahun. Pembelian pabrik tersebut dibiayai dengan menggunakan dana hasil Penawaran Umum Obligasi Syariah I Ricky Putra Globalindo tahun 2005. a. Produk pakaian dalam pria dengan segmen produk utama untuk melayani pasar domestik, dengan merek Ricky, GT Man, Ricsony, GT Man Kid, GT Kid, GT Man Sport dan BUM Equipment. b. Perusahaan memiliki divisi perdagangan di Pontianak, Makassar dan Samarinda yang bertujuan untuk memperluas pemasaran pakaian dalam dan pakaian jadinya di wilayah Timur Indonesia. Pada saat ini, Perusahaan mempunyai 2 bidang usaha, yaitu : 1. PT Ricky Putra Globalindo Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan Akta Notaris Sinta Susikto, S.H., No. 166 tanggal 22 Desember 1987, yang telah diubah dengan Akta No. 99 tanggal 10 Juli 1997 dari Notaris Raharti Sudjardjati, S.H. Akta Pendirian dan perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-7331.HT.01.04.Th.97 tanggal 30 Juli 1997 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 75 tanggal 19 September 1997, Tambahan No. 4259. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta Notaris Syarifah Chozie, S.H., MH, No. 20 tanggal 24 Juni 2008 mengenai perubahan seluruh anggaran dasar Perseroan dalam rangka penyesuaian dengan UU No. 40 tentang Perseroan Terbatas. Akta Perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-42045.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 17 Juli 2008 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 4 tanggal 13 Januari 2009, Tambahan No. 1072. Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama bergerak dalam bidang industri pembuatan pakaian dalam dan pakaian jadi (fashion wear ). CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan lokasi pabrik di Citeureup-Bogor dan Cicalengka-Bandung. Kantor pusat Perusahaan beralamat di Jl. Sawah Lio II No. 29 – 37, Jakarta Barat. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial sejak tahun 1988. Hasil produksi Perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri. Produk pakaian jadi, yang terdiri dari baju berlisensi internasional (dari Walt Disney, Warner Bros, Those Characters From Cleveland, Inc., Sanrio dan Mister Men Limited) dan merek sendiri. 6
50
Embed
PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN …akses.ksei.co.id/docs/quarter/2011/09/TW3/RICY/RICY_LK TW III Notes... · dan mengendalikan kebijakan manajemen serta operasional
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
INFORMASI UMUM
a. Pendirian Perusahaan
Pakaian jadi, yang dapat dikelompokkan menjadi 3 produk utama, yaitu :
PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN
30 September 2011 dan 31 Desember 2010
1.
Pada tahun 2005, Perusahaan membeli pabrik pemintalan benang yang terletak di Bandung seluas 60.170
M2, 60.000 spindle dengan kapasitas produksi sebesar 36.000 bale per tahun. Pembelian pabrik tersebut
dibiayai dengan menggunakan dana hasil Penawaran Umum Obligasi Syariah I Ricky Putra Globalindo
tahun 2005.
a. Produk pakaian dalam pria dengan segmen produk utama untuk melayani pasar domestik,
dengan merek Ricky, GT Man, Ricsony, GT Man Kid, GT Kid, GT Man Sport dan BUM
Equipment.
b.
Perusahaan memiliki divisi perdagangan di Pontianak, Makassar dan Samarinda yang bertujuan untuk
memperluas pemasaran pakaian dalam dan pakaian jadinya di wilayah Timur Indonesia.
Pada saat ini, Perusahaan mempunyai 2 bidang usaha, yaitu :
1.
PT Ricky Putra Globalindo Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan Akta Notaris Sinta Susikto, S.H.,
No. 166 tanggal 22 Desember 1987, yang telah diubah dengan Akta No. 99 tanggal 10 Juli 1997 dari
Notaris Raharti Sudjardjati, S.H. Akta Pendirian dan perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-7331.HT.01.04.Th.97 tanggal 30 Juli
1997 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 75 tanggal 19 September 1997,
Tambahan No. 4259.
Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta Notaris
Syarifah Chozie, S.H., MH, No. 20 tanggal 24 Juni 2008 mengenai perubahan seluruh anggaran dasar
Perseroan dalam rangka penyesuaian dengan UU No. 40 tentang Perseroan Terbatas. Akta Perubahan
tersebut telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat
Keputusan No. AHU-42045.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 17 Juli 2008 dan telah diumumkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia No. 4 tanggal 13 Januari 2009, Tambahan No. 1072.
Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama
bergerak dalam bidang industri pembuatan pakaian dalam dan pakaian jadi (fashion wear ).
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan lokasi pabrik di Citeureup-Bogor dan Cicalengka-Bandung.
Kantor pusat Perusahaan beralamat di Jl. Sawah Lio II No. 29 – 37, Jakarta Barat. Perusahaan mulai
beroperasi secara komersial sejak tahun 1988. Hasil produksi Perusahaan dipasarkan di dalam dan di
luar negeri.
Produk pakaian jadi, yang terdiri dari baju berlisensi internasional (dari Walt Disney, Warner
Bros, Those Characters From Cleveland, Inc., Sanrio dan Mister Men Limited) dan merek
sendiri.
6
PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN
30 September 2011 dan 31 Desember 2010
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
INFORMASI UMUM (Lanjutan)
a. Pendirian Perusahaan (Lanjutan)
Benang rajut yang terdiri dari benang rajut katun dan TC dengan variasi dalam berbagai ukuran.
b. Penawaran Umum Saham dan Obligasi Perusahaan
Saham
Obligasi
Pada tanggal 31 Desember 1997, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal (Bapepam) dengan Surat No. S-2994/PM/1997 untuk melakukan penawaran umum atas
60.000.000 saham Perusahaan kepada masyarakat. Pada tanggal 22 Januari 1998 saham tersebut telah
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia.
Pada tanggal 25 Juni 2004, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal (Bapepam) dengan Surat No. S-1953/PM/2004 untuk melakukan Penawaran Umum
Terbatas II kepada para pemegang saham Dalam Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu sejumlah 374.400.000 saham. Saham-saham tersebut dicatat pada Bursa Efek Indonesia pada
tanggal 12 Juli 2004 sejumlah 353.717.510 saham.
Pada tanggal 18 Juni 1999, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal (Bapepam) dengan Surat No. S-935/PM/1999 untuk melakukan Penawaran Umum Terbatas
I kepada para pemegang saham Dalam Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sejumlah
128.000.000 saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia pada tanggal 24 Juni
1999.
Pada tanggal 31 Desember 2010, seluruh saham Perusahaan atau sejumlah 641.717.510 saham telah
dicatatkan pada Bursa Efek Idonesia.
1.
c. Produk pakaian dalam dan pakaian jadi pesanan khusus pembeli, baik untuk pasar luar negeri
maupun dalam negeri, seperti baju tidur, pakaian dalam wanita, t-shirt dan polo shirt.
2.
Pada tanggal 29 Juni 2005, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas
Pasar Modal (Bapepam) dengan Suratnya No. S-1707/PM/2005 untuk melakukan Penawaran Umum
Obligasi Syariah I Ricky Putra Globalindo tahun 2005 dengan jumlah sisa fee ijarah sebesar
Rp 60.400.000.000. Obligasi tersebut dicatat pada Bursa Efek Indonesia pada tanggal 13 Juli 2005.
7
PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN
30 September 2011 dan 31 Desember 2010
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
INFORMASI UMUM (Lanjutan)
b. Penawaran Umum Saham dan Obligasi Perusahaan (Lanjutan)
Obligasi (Lanjutan)
c. Dewan Komisaris, Direksi, Komite Audit dan Karyawan
Dewan Komisaris :
Komisaris Utama : - Andrian Gunawan
Komisaris : - Subandi Sihman
Komisaris independen : - Sodikin Arsyad
Direksi :
Direktur Utama : - Paulus Gunawan
Direktur : - Tirta Heru Citra
- Victor Richard Franziskus
Komite Audit :
Ketua : - Sodikin Arsyad
Anggota : - Tjiong Indra
- Eddy Nachrowi
Pada 30 September 2011 dan 31Desember 2010, susunan Komite Audit Perusahaan adalah sebagai
berikut :
Pada tanggal 10 Nopember 2009, Perusahaan melakukan pembelian kembali obligasi tersebut sebesar
Rp 9.890.218.574 dengan harga beli sebesar 101% dari nilai sisa fee ijarah. Kemudian, pada tanggal
21 Desember 2009, Perusahaan melakukan pembelian kembali yang kedua dilakukan senilai
Rp 1.250.000.000 dengan harga beli sebesar 100% dari nilai sisa fee ijarah.
Pada tanggal 12 Juli 2010, Perusahaan telah melakukan pelunasan atas sisa obligasi yang telah jatuh
tempo sebesar Rp 19.259.781.426.
1.
Pada tanggal 31 Agustus 2007, Perusahaan telah membeli kembali obligasi yang telah diterbitkan pada
tahun 2005 sebesar Rp 30.000.000.000 dengan harga beli sebesar 100% dari nilai sisa fee ijarah.
Selanjutnya Perusahaan memberlakukan Obligasi Syariah Ijarah yang dibeli kembali tersebut sebagai
pembayaran kembali sebagian Sisa Fee Ijarah, sehingga Sisa Fee Ijarah menjadi Rp 30.400.000.000 dan
pada tanggal 12 Oktober 2009 telah diterbitkan Sertifikat Jumbo Obligasi yang baru sebesar
Rp 30.400.000.000.
Pada tanggal 30 September 2011 dan 31 Desember 2010, susunan Dewan Komisaris dan Direksi
berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan yang diselenggarakan pada tanggal 23 Juni 2010,
sebagaimana dinyatakan dalam akta notaris Syarifah Chozie, S.H., No. 25 tanggal 23 Juni 2010 adalah
sebagai berikut :
8
PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN
30 September 2011 dan 31 Desember 2010
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
INFORMASI UMUM (Lanjutan)
d. Anak Perusahaan
Kegiatan usaha
PT Jasaricky Abadi Medan Perdagangan 1995
dan distribusi
PT Ricky Jaya Sakti Surabaya Perdagangan 1996
dan distribusi
PT Ricky Musi Wijaya Palembang Perdagangan 1997
dan distribusi
PT Ricky Mumbul Daya Semarang Perdagangan 1997
dan distribusi
PT Ricky Arta Jaya Bandung Perdagangan 1997
dan distribusi
PT Ricky Hansen Cemerlang Jakarta Perdagangan 2010
dan distribusi
1.
7,238,555,909
Domisili
51,00
Jumlah aset
Rp
Gaji dan tunjangan Dewan Komisaris dan Direksi Perusahaan pada tanggal 30 September 2011 dan 31
Desember 2010 masing-masing sebesar Rp 2.164.500.000 dan Rp 2.472.829.000
Perusahaan mempunyai kepemilikan lebih dari 50% secara langsung pada Anak-anak Perusahaan sebagai
berikut :
Pada tanggal 30 Agustus 2010, Perusahaan mendirikan Anak Perusahaan baru bernama PT Ricky Hansen
Cemerlang dengan kepemilikan langsung sebesar 52% sesuai dengan akta notaris No. 142 dari Desman,
S.H., M.Hum, M.M. Akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-46315.AH.01.01.Tahun 2010 tanggal 30
September 2010.
99,80
7,660,133,608
13,152,396,134
30 September 2011 dan 31 Desember 2010
Tahun
20,394,037,044
99,80
15,511,042,642
52,00
komersial kepemilikan
Persentase
Anak perusahaan
13,764,172,109
Pada tanggal 30 September 2011 dan 31 Desember 2010, Perusahaan masing-masing mempunyai rata-
rata 4 dan 4.611 karyawan tetap.
%
operasi
99,92
95,00
9
PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN
30 September 2011 dan 31 Desember 2010
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI
a. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi
-
- jumlah pendapatan dan beban selama periode pelaporan.
b. Prinsip-prinsip Konsolidasi
Dalam hal pengendalian terhadap Anak Perusahaan dimulai atau diakhiri dalam suatu periode berjalan,
maka hasil usaha Anak Perusahaan yang diperhitungkan ke dalam laporan keuangan konsolidasi hanya
sebatas hasil pada saat pengendalian tersebut mulai diperoleh atau hingga saat pengendalian itu berakhir.
2.
Kebijakan akuntansi utama yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi adalah seperti
dijabarkan di bawah ini :
Laporan arus kas konsolidasi disusun dengan menggunakan metode langsung (direct-method ) dengan
mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
Dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia, dibutuhkan estimasi dan asumsi yang mempengaruhi :
Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan konsep dasar akrual, kecuali untuk laporan arus kas, dan
menggunakan konsep biaya perolehan (historical cost ), kecuali untuk beberapa akun disajikan dengan
pengukuran lain sebagaimana dijelaskan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut.
Laporan keuangan konsolidasi ini telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia, yaitu Standar Akuntansi Keuangan, peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (Bapepam-LK) No. VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan serta SE-
02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan
Publik bagi Industri Manufaktur.
Walaupun estimasi ini dibuat berdasarkan pengetahuan terbaik manajemen atas kejadian dan tindakan
saat ini, hasil yang timbul mungkin berbeda dengan jumlah yang diestimasi semula.
Laporan keuangan konsolidasi meliputi laporan keuangan Perusahaan dan Anak Perusahaan dengan
pemilikan lebih dari 50% baik langsung maupun tidak langsung dan/atau mempunyai hak untuk mengatur
dan mengendalikan kebijakan manajemen serta operasional Anak Perusahaan. Saldo dan transaksi
termasuk keuntungan/kerugian yang belum direalisasi atas transaksi antar Perusahaan dan Anak
Perusahaan dieliminasi untuk mencerminkan posisi keuangan dan hasil usaha Perusahaan dan Anak
Perusahaan sebagai satu kesatuan usaha.
nilai aset dan kewajiban dilaporkan, dan pengungkapan atas aset dan kewajiban kontinjensi pada
tanggal laporan keuangan konsolidasi,
10
PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN
30 September 2011 dan 31 Desember 2010
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan)
b. Prinsip-prinsip Konsolidasi (Lanjutan)
c. Transaksi dengan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa
(i)
(ii) Perusahaan asosiasi (associated company );
(iii)
(iv)
(v)
Dalam menjalankan aktivitas operasinya, Perusahaan dan Anak Perusahaan melakukan transaksi dengan
pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No. 7 (Reformat 2007 ) “Pengungkapan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa”,
yang dimaksud dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai berikut :
Hak minoritas dinyatakan sebesar proporsi pemegang saham minoritas atas laba bersih dan ekuitas Anak
Perusahaan tersebut sesuai dengan persentase kepemilikan pemegang saham minoritas pada Anak
Perusahaan tersebut.
Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak
suara di perusahaan pelapor yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari
perorangan tersebut (yang dimaksud dengan anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat
diharapkan mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan
perusahaan pelapor);
Karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk
merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan perusahaan pelapor yang meliputi anggota
dewan komisaris, direksi dan manajer dari perusahaan serta anggota keluarga dekat orang-orang
tersebut; dan
Perusahaan dimana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara langsung
maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam butir (iii) dan (iv), atau setiap orang
tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaan-
perusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi dan pemegang saham utama dari
perusahaan pelapor dan perusahaan-perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang
sama dengan perusahaan pelapor.
Semua transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, baik yang dilakukan dengan
atau tidak dengan tingkat harga, persyaratan dan kondisi normal sebagaimana dilakukan dengan pihak di
luar hubungan istimewa diungkapkan dalam laporan keuangan konsolidasi.
2.
Perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara (intermediaries ), mengendalikan, atau
dikendalikan oleh, atau berada di bawah pengendalian bersama, dengan perusahaan pelapor
(termasuk holding companies , subsidiaries dan fellow subsidiaries );
11
PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN
30 September 2011 dan 31 Desember 2010
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan)
d. Transaksi dan Penjabaran Laporan Keuangan Konsolidasi dalam Mata Uang Asing
(1) Mata Uang Pelaporan
(2) Transaksi dan Saldo
1 Dolar Amerika Serikat
1 Dolar Singapura
1 Euro
e. Kas dan Setara Kas
f. Investasi
Investasi Jangka Panjang Dalam Bentuk Saham yang Nilai Wajarnya Tidak Tersedia
Laporan keuangan konsolidasi dijabarkan dalam mata uang Rupiah, yang merupakan mata uang
pelaporan Perusahaan Induk.
Rp Rp
30 September 2011
Keuntungan dan kerugian selisih kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dan dari
penjabaran aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing, diakui pada laporan laba rugi
konsolidasi, kecuali apabila ditangguhkan pada bagian ekuitas sebagai lindung nilai arus kas yang
memenuhi syarat.
31 Desember 2010
11,955.79
8,823.00
6,796.38
11,956.06
8,991.00
6,980.61
Kas dan setara kas mencakup kas, simpanan yang sewaktu-waktu bisa dicairkan, dan investasi jangka
pendek likuid lainnya dengan jangka waktu jatuh tempo 3 (tiga) bulan atau kurang dari tanggal
perolehannya dan yang tidak dijaminkan serta tidak dibatasi penggunaannya.
2.
Transaksi dalam mata uang asing dijabarkan ke mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs yang
berlaku pada tanggal transaksi. Pada tanggal neraca, aset dan kewajiban moneter dalam mata uang
asing dijabarkan dengan kurs yang berlaku pada tanggal neraca sebagai berikut :
Investasi dalam bentuk penyertaan saham yang nilai wajarnya tidak tersedia, dimana Perusahaan
mempunyai pemilikan kurang dari 20%, dicatat sebesar harga perolehan.
Perusahaan memiliki saham pada PT Megah Moda Globalindo ("MMG") sebanyak 450 lembar (18%)
atau sebesar Rp 450.000.000. Pada tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, MMG telah mengalami
defisiensi modal, karenanya Perusahaan telah membukukan cadangan 100% atas penurunan nilai
investasi untuk mencerminkan nilai yang dapat dipulihkan atas investasi dan mencatat investasi tersebut
sebesar Rp Nihil.
12
PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN
30 September 2011 dan 31 Desember 2010
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan)
g. Piutang Usaha
h. Persediaan
i. Biaya Dibayar di Muka
j. Aset Tetap
Pemilikan Langsung
Barang jadi, bahan baku dan supplies dan pekerjaan dalam proses diakui sebesar nilai yang lebih rendah
antara harga perolehan dan nilai realisasi bersih. Harga perolehan ditentukan dengan menggunakan
metode rata-rata bergerak. Harga perolehan barang jadi dan pekerjaan dalam proses terdiri dari biaya
bahan baku, tenaga kerja langsung, biaya-biaya langsung lainnya dan biaya overhead yang terkait
dengan produksi (berdasarkan kapasitas operasi normal). Nilai realisasi bersih adalah estimasi harga
penjualan dalam kegiatan usaha normal dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya
penjualan.
Nilai sisa, masa manfaat dan metode penyusutan aset tetap ditelaah dan disesuaikan jika lebih tepat, pada
setiap tanggal neraca, untuk memastikan bahwa nilai sisa, masa manfaat dan metode penyusutan tersebut
telah mencerminkan manfaat ekonomi yang diharapkan dari aset tersebut.
2.
Aset tetap dinyatakan sebesar biaya perolehan (pengakuan awal) setelah dikurangi akumulasi penyusutan
dan akumulasi penurunan nilai aset. Biaya perolehan mencakup pengeluaran-pengeluaran yang dapat
diatribusikan secara langsung untuk memperoleh aset tersebut. Setelah pengakuan awal, aset tetap diukur
dengan model biaya (cost model ).
Piutang usaha disajikan sebesar jumlah neto setelah dikurangi dengan penyisihan piutang tak tertagih,
yang diestimasi berdasarkan penelaahan atas kolektibilitas saldo piutang. Piutang dihapuskan pada saat
piutang tersebut dipastikan tidak akan tertagih.
Penyisihan untuk persediaan usang dan lambat bergerak ditentukan berdasarkan estimasi penggunaan
atau penjualan masing-masing jenis persediaan pada masa mendatang.
Biaya dibayar di muka dibebankan selama masa manfaat masing-masing biaya dengan menggunakan
metode garis lurus.
13
PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN
30 September 2011 dan 31 Desember 2010
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan)
j. Aset Tetap (Lanjutan)
Bangunan dan prasarana 20
Mesin 10 – 16
Peralatan kantor 5
Peralatan pabrik 5
Kendaraan 5
Aset dalam Penyelesaian
k. Sewa
Akumulasi beban konstruksi aset tetap dikapitalisasi sebagai konstruksi dalam penyelesaian. Beban
tersebut direklasifikasi ke aset tetap pada saat proses konstruksi selesai dan aset siap digunakan.
Penyusutan mulai dibebankan pada tanggal tersebut.
2.
Perusahaan dan Anak Perusahaan menerapkan PSAK No. 30 (Revisi 2007), “Sewa” yang mengatur
kebijakan akuntansi dan pengungkapan yang sesuai, baik bagi lessee maupun lessor dalam hubungannya
dengan sewa (lease ). Pernyataan ini mengklasifikasikan sewa berdasarkan sejauh mana risiko dan
manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset sewaan berada pada lessor atau lessee , dan pada substansi
transaksi daripada bentuk kontraknya.
Beban perbaikan dan pemeliharaan dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi periode/tahun
berjalan; sedangkan renovasi dan penambahan yang jumlahnya signifikan dan memperpanjang masa
manfaat dikapitalisasi ke aset tetap yang bersangkutan. Nilai tercatat serta akumulasi penyusutan atas aset
tetap yang tidak digunakan lagi atau yang dijual, dikeluarkan dari kelompok aset tetap yang
bersangkutan, dan keuntungan atau kerugian yang terjadi diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi
periode/tahun berjalan.
Tahun
Tanah yang tidak disusutkan. Aset tetap lainnya disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus
berdasarkan taksiran masa manfaat keekonomian masing-masing aset tetap sebagai berikut :
Apabila aset tetap tidak digunakan lagi atau dijual, maka nilai tercatat dan akumulasi penyusutannya
dikeluarkan dari neraca, dan keuntungan atau kerugian yang terjadi diakui dalam laporan laba rugi
konsolidasi periode/tahun berjalan.
14
PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN
30 September 2011 dan 31 Desember 2010
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan)
k. Sewa (Lanjutan)
Sewa Pembiayaan - Sebagai Lessee
Transaksi Jual dan Sewa-balik
Sewa-Menyewa Biasa – Lessor
l. Penurunan Nilai Aset
Aset yang disewagunausahakan melalui sewa-menyewa biasa termasuk dalam aset tetap di neraca
konsolidasi. Aset tersebut disusutkan selama estimasi masa manfaatnya seperti aset tetap lainnya yang
sejenis. Pendapatan sewa diakui berdasarkan metode garis lurus selama masa sewa guna usaha.
Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan secara substansial
seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Lessee mengkapitalisasi sewa sebesar
nilai wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum, jika nilai kini lebih
rendah dari nilai wajar. Pembayaran sewa minimum harus dipisahkan antara bagian yang merupakan
beban keuangan dan bagian yang merupakan pelunasan kewajiban, sedemikian rupa sehingga
menghasilkan suatu tingkat suku bunga periodik yang konstan atas saldo kewajiban. Beban keuangan
dibebankan langsung ke operasi periode berjalan.
Jika terdapat kepastian yang memadai bahwa Perusahaan dan Anak Perusahaan akan mendapatkan hak
kepemilikan pada akhir masa sewa, aset sewaan disusutkan selama masa penggunaan aset yang diestimasi
berdasarkan umur manfaat aset tersebut. Jika tidak terdapat kepastian tersebut, maka aset sewaan
disusutkan selama periode yang lebih pendek antara masa sewa dan umur manfaat aset sewaan. Laba atau
rugi yang timbul dari transaksi jual dan sewa-balik kembali ditangguhkan dan diamortisasi selama sisa
masa sewa.
Transaksi jual dan sewa-balik harus diperlakukan sebagai 2 (dua) transaksi yang terpisah. Selisih lebih
antara harga jual dan nilai tercatat aset harus diakui sebagai keuntungan tangguhan yang harus
diamortisasi dengan dasar garis lurus selama masa sewa, dan dalam hal terjadi kerugiaan, harus diakui
segera pada periode berjalan apabila penyewaan kembali merupakan sewa guna usaha pembiayaan atau
keuntungan atau kerugian harus diakui segera apabila penyewaan kembali merupakan sewa-menyewa
biasa.
Perusahaan dan Anak Perusahaan mengakui rugi penurunan nilai aset apabila taksiran jumlah yang dapat
diperoleh kembali (recoverable amount ) dari suatu aset lebih rendah dari nilai tercatatnya. Pada setiap
tanggal neraca, Perusahaan dan Anak Perusahaan melakukan penelaahan untuk menentukan apakah
terdapat indikasi pemulihan penurunan nilai. Pemulihan penurunan nilai diakui sebagai laba konsolidasi
pada periode terjadinya pemulihan.
2.
15
PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN
30 September 2011 dan 31 Desember 2010
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan)
m. Transaksi Restrukturisasi Antar Entitas Sepengendali
n. Biaya Emisi Obligasi
o. Pengakuan Penghasilan dan Beban
p. Manfaat (Beban) Pajak
Transaksi restrukturisasi antar entitas sepengendali dicatat seolah-olah menggunakan metode penyatuan
kepemilikan. Selisih antara biaya investasi dengan nilai buku aset bersih yang diperoleh, tidak termasuk
saldo laba, dicatat sebagai "Selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali" pada bagian
ekuitas di neraca konsolidasi.
Beban pajak terdiri dari beban pajak kini dan beban pajak tangguhan. Beban pajak diakui pada laporan
laba rugi konsolidasi kecuali untuk item yang langsung diakui di ekuitas, dimana beban pajak yang
terkait dengan item tersebut diakui di ekuitas.
Beban diakui pada saat terjadinya (accrual basis) .
Pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substansial telah
berlaku pada tanggal neraca.
Aset dan kewajiban pajak tangguhan diakui atas konsekuensi pajak periode mendatang yang timbul dari
perbedaan jumlah tercatat aset dan kewajiban menurut laporan keuangan konsolidasi dengan dasar
pengenaan pajak aset dan kewajiban. Kewajiban pajak tangguhan diakui untuk semua perbedaan
temporer kena pajak dan aset pajak tangguhan diakui untuk perbedaan temporer yang boleh dikurangkan,
sepanjang besar kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba kena pajak pada masa yang
akan datang.
2.
Biaya yang timbul dalam rangka pelaksanaan emisi obligasi langsung dikurangi dari hasil emisi dalam
rangka menentukan hasil emisi bersih obligasi tersebut. Biaya tersebut diamortisasi dengan
menggunakan metode garis lurus (straight-line method ), selama umur obligasi yang bersangkutan.
Penghasilan dari penjualan barang putus di pasar lokal diakui pada saat penyerahan barang kepada
pelanggan; pelanggan telah menerima barang dan terdapat keyakinan memadai bahwa piutang dari
penjualan tersebut akan dapat ditagih. Penjualan ekspor diakui pada saat penyerahan barang di atas kapal
di pelabuhan pengiriman.
Beban pajak kini ditentukan berdasarkan taksiran laba kena pajak untuk tahun yang bersangkutan yang
dihitung berdasarkan tarif pajak yang berlaku, atau yang secara substansial telah berlaku pada tanggal
neraca konsolidasi.
Amandemen terhadap kewajiban perpajakan dicatat pada saat diterimanya surat ketetapan atau apabila
dilakukan banding, ketika hasil banding sudah diputuskan.
16
PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN
30 September 2011 dan 31 Desember 2010
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan)
q. Informasi Segmen
q. Informasi Segmen (Lanjutan)
r. Kewajiban Imbalan Pasca Kerja
s. Laba Bersih per Saham Dasar
Aset dan kewajiban yang digunakan bersama dalam satu segmen atau lebih dialokasikan kepada setiap
segmen jika, dan hanya jika, pendapatan dan beban yang terkait dengan aset tersebut juga dialokasikan
kepada segmen-segmen tersebut.
Segmen geografis adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau
jasa pada lingkungan (wilayah) ekonomi tertentu dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang
berbeda dengan risiko dan imbalan pada komponen yang beroperasi pada lingkungan (wilayah) ekonomi
lain.
Perusahaan memberikan imbalan pasca kerja secara pasti untuk karyawan sesuai dengan Undang Undang
Ketenagakerjaan No. 13/2003. Tidak terdapat pendanaan yang disisihkan oleh Perusahaan sehubungan
dengan imbalan pasca kerja ini.
Perhitungan imbalan pasca kerja menggunakan metode Projected Unit Credit . Akumulasi keuntungan
dan kerugian aktuarial bersih yang belum diakui yang melebihi 10% dari nilai kini imbalan pasti diakui
dengan metode garis lurus selama rata-rata sisa masa kerja yang diprakirakan dari para pekerja dalam
program tersebut. Biaya jasa lalu dibebankan langsung apabila imbalan tersebut menjadi hak atau vested ,
dan sebaliknya akan diakui sebagai beban dengan metode garis lurus selama periode rata-rata sampai
imbalan tersebut menjadi vested.
2.
Informasi segmen disusun sesuai dengan kebijakan akuntansi yang dianut dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan konsolidasi. Bentuk primer pelaporan segmen adalah segmen usaha
sedangkan segmen sekunder adalah segmen geografis.
Segmen usaha adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan suatu produk
atau jasa (baik produk atau jasa individual maupun kelompok produk atau jasa terkait) dan komponen itu
memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan segmen lain.
Laba bersih per saham dasar dihitung dengan membagi laba bersih residual dengan jumlah rata-rata
tertimbang saham yang beredar pada tahun yang bersangkutan.
Jumlah yang diakui sebagai kewajiban imbalan pasti di neraca merupakan nilai kini kewajiban imbalan
pasti disesuaikan dengan keuntungan dan kerugian aktuarial yang belum diakui, dan biaya jasa lalu yang
belum diakui.
17
PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN
30 September 2011 dan 31 Desember 2010
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan)
t. Aset Keuangan dan Kewajiban Keuangan
i. Aset Keuangan
Aset keuangan diklasifikasikan dalam kelompok berikut :
• Aset keuangan yang dinilai pada nilai wajar melalui laba atau rugi
• Pinjaman yang diberikan dan piutang
Aset keuangan diklasifikasikan sebagai kelompok diperdagangkan jika diperoleh atau dimiliki
untuk tujuan dijual dalam waktu dekat. Aset derivatif juga diklasifikasikan dalam kelompok
diperdagangkan kecuali derivatif yang ditetapkan sebagai instrumen lindung nilai. Aset keuangan
yang dinilai pada nilai wajar melalui laba atau rugi dicatat dalam neraca konsolidasi pada nilai
wajar dengan laba atau rugi diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi.
Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non derivatif dengan pembayaran
tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif. Aset keuangan tersebut
dicatat pada biaya perolehan yang diamortisasi menggunakan metode tingkat bunga efektif. Laba
atau rugi diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi pada saat pinjaman dan piutang dihentikan
pengakuannya atau mengalami penurunan nilai, serta melalui proses amortisasi.
Dalam rangka penerapan PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006), Perusahaan dan Anak
Perusahaan mengklasifikasikan instrumen keuangan dalam bentuk aset keuangan dan kewajiban
keuangan.
2.
Mulai tanggal 1 Januari 2010, Perusahaan dan Anak Perusahaan telah menerapkan PSAK No.50 (Revisi
2006), “Instrumen Keuangan : Penyajian dan Pengungkapan”, dan PSAK No. 55 (Revisi 2006),
“Instrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran”.
Aset keuangan yang dinilai pada nilai wajar melalui laba atau rugi meliputi aset keuangan yang
diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan dan aset keuangan yang pada saat pengakuan
awalnya telah ditetapkan untuk dinilai pada nilai wajar melalui laba atau rugi.
Kas dan setara kas (Catatan 2e), piutang usaha (Catatan 2g), piutang lain-lain dan aset keuangan
tidak lancar lainnya Perusahaan dan Anak Perusahaan termasuk dalam kategori ini.
18
PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN
30 September 2011 dan 31 Desember 2010
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan)
t. Aset Keuangan dan Kewajiban Keuangan (Lanjutan)
i. Aset Keuangan (Lanjutan)
• Investasi dimiliki hingga jatuh tempo
• Aset keuangan tersedia untuk dijual
ii. Kewajiban Keuangan
Kewajiban keuangan diklasifikasikan pada kelompok berikut :
• Kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba atau rugi
Aset keuangan non derivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya
telah ditetapkan diklasifikasi sebagai investasi dimiliki hingga jatuh tempo jika Perusahaan
mempunyai maksud dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo.
Setelah pengukuran awal, investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo diukur pada
biaya perolehan yang diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Metode ini
menggunakan suku bunga efektif untuk mendiskonto penerimaan kas di masa yang akan datang
selama perkiraan umur aset keuangan menjadi nilai tercatat bersihnya. Laba atau rugi diakui pada
laporan laba rugi konsolidasi ketika investasi dihentikan pengakuannya atau mengalami
penurunan nilai, serta melalui proses amortisasi.
Aset keuangan tersedia untuk dijual adalah aset keuangan non derivatif yang ditetapkan sebagai
tersedia untuk dijual atau yang tidak diklasifikasikan ke dalam tiga kategori sebelumnya. Setelah
pengukuran awal, aset keuangan tersedia untuk dijual diukur pada nilai wajar dengan laba atau
rugi yang belum direalisasi diakui dalam ekuitas sampai investasi tersebut dihentikan
pengakuannya. Pada saat itu, laba atau rugi kumulatif yang sebelumnya diakui dalam ekuitas
harus direklasifikasi ke dalam laba atau rugi sebagai penyesuaian reklasifikasi.
Perusahaan tidak mempunyai aset keuangan tersedia untuk dijual pada tanggal 31 Desember
2010.
2.
Perusahaan tidak mempunyai investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo pada tanggal 31
Desember 2010.
Kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba atau rugi mencakup kewajiban
keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan dan kewajiban keuangan yang
pada saat pengakuan awalnya, telah ditetapkan, diukur pada nilai wajar melalui laba atau rugi.
Kewajiban keuangan diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan jika diperoleh atau
dimiliki untuk tujuan dijual dalam waktu dekat. Kewajiban derivatif juga diklasifikasikan dalam
kelompok diperdagangkan kecuali derivatif yang ditetapkan sebagai instrumen lindung nilai yang
efektif.
19
PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN
30 September 2011 dan 31 Desember 2010
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (Lanjutan)
t. Aset Keuangan dan Kewajiban Keuangan (Lanjutan)
ii. Kewajiban Keuangan (Lanjutan)
• Kewajiban keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi
MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN
Risiko Pasar
Risiko Nilai Tukar Mata Uang Asing
2.
3.
Kewajiban keuangan yang tidak diklasifikasikan sebagai kewajiban keuangan yang diukur pada
nilai wajar melalui laporan laba rugi dikategorikan dan diukur pada biaya perolehan diamortisasi.
Kewajiban keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi antara lain, hutang usaha,
hutang lain-lain, biaya masih harus dibayar dan pinjaman bank.
Berbagai macam risiko keuangan utama yang dihadapi Perusahaan sehubungan dengan aktivitas yang
dilakukan adalah risiko pasar (termasuk risiko nilai tukar mata uang asing dan risiko tingkat suku bunga),
risiko kredit dan risiko likuiditas. Melalui pendekatan manajemen risiko, Perusahaan mencoba meminimalkan
potensi dampak negatif dari risiko-risiko tersebut.
i.
Perusahaan terekspos risiko nilai tukar mata uang asing yang terutama timbul dari aset dan kewajiban
moneter yang diakui dalam mata uang yang berbeda dengan mata uang fungsional entitas yang
bersangkutan, terutama karena Perusahaan mempunyai pinjaman bank dalam mata uang dolar AS dalam
jumlah yang besar. Disamping itu, Perusahaan juga melakukan transaksi-transaksi dengan menggunakan
mata uang asing, diantaranya pembelian bahan baku dan penjualan, sehingga Perusahaan harus
mengkonversi Rupiah ke mata uang asing untuk memenuhi kewajiban dalam mata uang asing pada saat
jatuh tempo. Fluktuasi nilai tukar mata uang Rupiah terhadap mata uang asing dapat memberikan dampak
pada kondisi keuangan Perusahaan.
Untuk mengelola risiko tersebut, Perusahaan melakukan pengawasan terhadap dampak pergerakan nilai
tukar mata uang asing secara terus menerus sehingga dapat melakukan tindakan yang tepat seperti
penggunaan transaksi lindung nilai apabila diperlukan untuk meminimalisasi dampak negatif terhadap
Perusahaan.
Eksposur mata uang Perusahaan disajikan pada Catatan 35.
Pada tanggal 31 Desember 2010, tidak ada kewajiban Perusahaan yang diklasifikasikan sebagai
kewajiban keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.
Laba atau rugi atas kewajiban dalam kelompok diperdagangkan harus diakui dalam laporan laba
rugi.
20
PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN
30 September 2011 dan 31 Desember 2010
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
MANAJEMEN RISIKO KEUANGAN (Lanjutan)
Risiko Pasar (Lanjutan)
Risiko Suku Bunga
Risiko Kredit
Kas dan setara kas
Piutang usaha
Piutang lain-lain
Risiko Likuiditas
12,162,069,826
30 September 2011 31 Desember 2010
120,364,710,109 120,768,209,509
20,092,064,633
ii.
Perusahaan memiliki risiko suku bunga terutama karena sebagian pinjaman bank dilakukan dengan
menggunakan suku bunga mengambang. Perusahaan melakukan pengawasan terhadap dampak
pergerakan suku bunga untuk meminimalisasi dampak negatif terhadap Perusahaan.
Informasi mengenai suku bunga pinjaman yang dikenakan kepada Perusahaan dijelaskan pada Catatan 10
dan 16.
3.
iii.
Risiko likuiditas timbul jika Perusahaan mengelola risiko likuiditas jika Perusahaan mengalami kesulitas
mendapatkan sumber pendanaan. Manajemen risiko likuiditas berarti menjaga kecukupan saldo kas dan
setara kas. Perusahaan mengelolah manejemen risiko likuiditas dengan melakukan pengawasan proyeksi
dan arus kas aktual secara terus menerus serta pengawasan tanggal jatuh tempo aset dan kewajiban
keuangan.
Tidak terdapat risiko konsentrasi kredit karena Perusahaan mempunyai banyak pelanggan tanpa ada
pelanggan individu yang signifikan.
Eksposur maksimum risiko Perusahaan atas risiko kredit adalah sebagai berikut :
Sehubungan dengan simpanan di bank, Perusahaan mengelola risiko kredit dengan memonitor reputasi
bank dan hanya bank-bank dengan reputasi baik yang dipilih.
i.
Terkait dengan piutang usaha yang sebagian besar berasal dari penjualan kredit, Perusahaan melakukan
monitoring terhadap umur piutang dan melakukan penagihan secara berkesinambungan untuk
meminimalisasi risiko kredit.
Rp
Perusahaan memiliki risiko kredit, terutama berasal dari simpanan di bank, piutang usaha dan piutang
lain-lain. Jumlah eksposur risiko kredit maksimum sama dengan nilai tercatat atas akun-akun tersebut.
Rp
21,360,381,468 12,407,879,379
21
PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN
30 September 2011 dan 31 Desember 2010
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
KAS DAN SETARA KAS
Kas
Bank :
Rupiah
PT Bank Central Asia Tbk
PT Bank Internasional Indonesia Tbk
PT CIMB Niaga Tbk
PT Bank UOB (sebelumnya PT Bank Buana
Indonesia Tbk)
PT Bank Panin Tbk
PT Bank OCBC NISP Tbk
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
PT Bank HSBC
PT Bank Kosipa
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
Dolar AS
PT Bank Internasional Indonesia Tbk
PT Bank Panin Tbk
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia [sebelumnya
PT Bank Ekspor Indonesia (Persero)]
PT Bank DBS Indonesia
PT Bank OCBC NISP Tbk
PT Bank HSBC
PT Bank Negara Indonesia Tbk (Persero)
Euro
Citibank N.A.
Jumlah kas dan setara kas
7,717,302
-
109,926,069
34,539,310
371,807,308
23,771,189
1,876,492,964
5,425,067
17,566,787
124,593,729
519,253,331
20,948,791
21,360,381,468 12,407,879,379
9,538,448,705
-
4.
Jumlah bank
3,374,124,013 2,869,430,674
564,527,998
148,867,105
352,766,286
37,516,883
6,650,256,760
273,789,472
685,139,497
1,615,029,217
31 Desember 201030 September 2011
165,054,286
17,986,257,455
–
1,326,895,591
38,478,587
8,133,878
222,996,464
Rp
60,374,473
51,211,339
29,131,819
11,349,615,474
Rp
781,133,176
23,669,991
27,144,017
932,000
–
22
PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN
30 September 2011 dan 31 Desember 2010
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
PIUTANG USAHA
a. Berdasarkan pelanggan :
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa :
PT Uomo Donna Indonesia
PT Taitat Putra Rezeki
Pihak ketiga :
Pelanggan dalam negeri
Pelanggan luar negeri
Dikurangi : Penyisihan piutang tak tertagih
Jumlah – bersih
b. Berdasarkan umur (hari) :
Belum jatuh tempo
Telah jatuh tempo
< 30 hari
31 - 60 hari
61 - 90 hari
> 90 hari
Jumlah
Dikurangi : Penyisihan piutang tak tertagih
Jumlah – bersih
c. Berdasarkan mata uang :
Rupiah
Dolar AS
Jumlah
Dikurangi : Penyisihan piutang tak tertagih
Jumlah – bersih
49,891,709,096
(2,931,469,050)
76,256,126,575
123,296,179,159
28,204,802,972 13,369,801,258
(2,931,469,050) (3,978,989,129)
74,855,489,542
120,364,710,109
30 September 2011
47,040,052,584
Rp
30 September 2011 31 Desember 2010
4,137,681,616
80,864,261,648
7,932,910,262 8,877,881,744
Rp
Rp Rp
(2,931,469,050)
102,949,523,457
(3,978,989,129)
3,699,219,110
153,977,396
121,443,961,447 120,697,085,876
1,698,240,316
5.
30 September 2011 31 Desember 2010
101,302,383,034
4,359,304,642
120,364,710,109
120,364,710,109
124,747,198,638
18,494,437,990 19,394,702,842
3,607,542,140
92,084,238,541
120,768,209,509
4,604,952,974
31 Desember 2010
Rp
4,050,112,762
Rp
118,512,492,397
1,852,217,712
120,768,209,509
(3,978,989,129)
124,747,198,638
120,768,209,509
116,718,096,747
350,893,652
123,296,179,159
23
PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN
30 September 2011 dan 31 Desember 2010
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
PIUTANG USAHA (Lanjutan)
Mutasi penyisihan piutang tak tertagih adalah sebagai berikut :
Saldo awal
Penambahan
Pemulihan
Saldo akhir
PERSEDIAAN
Barang jadi
Barang dalam proses
Bahan baku
Bahan pembantu dan suku cadang
Barang dalam perjalanan
Dikurangi :
Penyisihan persediaan usang dan lambat bergerak
Jumlah - bersih
Piutang usaha Perusahaan sebesar Rp 15.000.000.000 telah dijaminkan atas fasilitas pinjaman jangka pendek
dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia dan sebesar US$ 1.500.000 dijadikan jaminan atas pinjaman
jangka pendek dari PT Bank Internasional Indonesia Tbk (Catatan 10).
Rp Rp
Rp
524,658,130
30 September 2011
Rp
31 Desember 2010
30 September 2011 31 Desember 2010
6.
5.
103,640,588,643 107,479,260,709
Manajemen berpendapat bahwa penyisihan piutang tak tertagih atas piutang kepada pihak ketiga pada tanggal
30 September 2011 dan 31 Desember 2010 masing-masing sebesar Rp 2.931.469.050 dan Rp
3.978.989.129 adalah cukup untuk menutupi kerugian yang mungkin timbul dari tidak tertagihnya piutang
tersebut, sedangkan terhadap piutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa tidak dilakukan
penyisihan karena manajemen berpendapat seluruh piutang tersebut dapat tertagih di kemudian hari.
(528,482,303)
3,978,989,129
335,695,605
213,457,279,457
51,148,419,132
(519,037,776) (61,539,017)
Manajemen juga berpendapat bahwa tidak terdapat risiko yang terkonsentrasi secara signifikan atas piutang
kepada pihak ketiga.
3,978,989,129 2,931,469,050
26,164,926
4,014,363,220
224,298,649,491
225,849,237,867
17,902,595,892
48,983,266,530 46,913,561,259
(1,550,588,377)
215,007,867,834
(1,550,588,376)
47,603,230,745
16,325,829,057
24
PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN
30 September 2011 dan 31 Desember 2010
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI
PERSEDIAAN (Lanjutan)
Mutasi penyisihan persediaan usang dan lambat bergerak adalah sebagai berikut :
Saldo awal
Penambahan
Pemulihan
Saldo akhir
UANG MUKA PEMBELIAN
Bahan baku
Tanah
Mesin
Jaminan L/C
Lain-lain
Jumlah
Rp
9,021,683,033 10,652,188,045
Rp
Rp
− −
1,656,086,473
7.
30 September 2011 31 Desember 2010
15,252,460,514
1,158,652,885
23,263,166,778
−
1,550,588,377
30 September 2011
2,603,641,865
51,299,605,075
Persediaan Perusahaan sebesar Rp 120.500.000.000 telah dijaminkan atas fasilitas pinjaman jangka pendek
dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia dan sebesar US$ 20.000.000 dijaminkan atas pinjaman jangka
pendek dan jangka panjang dari PT Bank Internasional Indonesia Tbk (Catatan 10 dan 16).
31 Desember 2010
Pada tanggal 30 September 2011 dan 31 Desember 2010, persediaan telah diasuransikan terhadap risiko
kebakaran dan risiko lainnya yang mungkin timbul dengan jumlah pertanggungan sebesar
Rp 119.172.635.150. Manajemen berpendapat bahwa nilai pertanggungan tersebut cukup untuk menutupi
kemungkinan kerugian yang dialami Perusahaan dan Anak Perusahaan.
76,939,746,173
1,550,588,377
Manajemen berpendapat penyisihan persediaan usang dan lambat bergerak cukup untuk menutupi kerugian