Top Banner
BAB IV DARI KATA KE MAKNA : LEKSIKAL SEMANTIK LAPORAN MEMBACA BUKU “An Introduction to Psycholinguistics” karya Jean Caron Disusun Oleh : SUEDI YULI ASTUTI TRI NURSANTO
27

Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna

Jun 26, 2015

Download

Education

Suedi Ahmad

Kajian Psikolingistik Tentang Kata dan Makna / Leksikal Semantik
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna

BAB IVDARI KATA KE MAKNA : LEKSIKAL SEMANTIK

LAPORAN MEMBACA BUKU“An Introduction to Psycholinguistics”

karya Jean Caron

Disusun Oleh :SUEDI

YULI ASTUTITRI NURSANTO

Page 2: Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna
Page 3: Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna
Page 4: Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna

Studi linguistik perlu dilengkapi dengan studi antardisipilin antara linguistik dan psikologi, yang lazim disebut psikolinguistikMenurut Slobin, Meller, Slama Cazuhu, psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh manusia.

Untuk lebih memahami mengenai psikolinguistik, dalam makalah ini penulis akan membahas dalam isi buku “An Introduction to Psycholinguistics” karya Jean Caron. Khusus makalah ini penulis akan mengkaji pada bab’IV yang berjudul “ From Words to Meaning: Lexical Semantics” (Dari Kata Ke Makna : Semantik Leksikal ) berdasarkan pandangan-pandangan yang disampaikan oleh para ahli.

Page 5: Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna

1.Gambaran Umum Bab’ IV

Dalam bab’IV, yang berjudul “ From Words to Meaning: Lexical Semantics” pada buku “An Introduction to Psycholinguistics” karya Jean Caron, ada dua hal yang akan di bahas. Pertama. Mengenai semantik psikologis dan semantik komponensial. Kedua. Mengenai pengorganisasian memori semantik terdiri dari makna leksikal, jaringan semantik, makna konteks dan referensi, dan fleksibilitas semantik.

Page 6: Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna

2. Acuan PertanyaanBerdasarkan gambaran umum tersebut maka

sebagai pedoman pembahasan dalam makalah ini, dirumuskan acuan pertanyaan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah Semantik Psikologis dan Semantik Komponensial?

2. Bagaimanakah Pengorganisasian memori semantik?

Page 7: Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna

3. Sistematika pembahasanSistematika pembahasan dalam makalah ini

adalah:1. Bagaimanakah Semantik Psikologis dan

Semantik Komponensial?2. Bagaimanakah Pengorganisasian memori

semantik?a. Makna leksikalb. Jaringan semantikc. Makna, konteks dan referensid. Fleksibilitas semantik

Page 8: Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna

1. Semantik Psikologis dan Semantik Komponensial

Teori yang paling besar adalah teori komponensial dan paling terdahulu berpengaruh terhadap para psikolinguis. H, Clark (1970) mengajukan interpretasi ulang terhadap data klasik berkaitan dengan ‘asosiasi kata’ dengan sekilas hipotesis komponensial; jika struktur semantik suatu kata dianggap sebagai seperangkat unsur, produksi suatu asosiasi dapat diinterpretasi sebagai suatu operasi yang berisi perubahan, penambahan, atau penghapusan satu atau lebih unsur ini, contoh yang paling sederhana dengan melakukan inversi sederhana sebuah unsur (contohnya, ‘man’ menjadi ‘woman’, dimana unsur tunggal (+- ‘male’) dirubah. Ini akan menjelaskan frekuensi tinggi asosiasi yang berbeda.

Page 9: Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna

Meskipun pengamatan-pengamatan ini sesuai dengan teori komponensial, mereka tidak membawa bukti nya secara langsung. Sejumlah penelitian berikutnya berusaha membangun lebih langsung realitas psikologis unsur-unsur semantik.

•Dalam serangkaian percobaan, H. Clark dan koleganya berusaha mendemonstrasikan bahwa ‘kompleksitas semantik’ suatu kata (yaitu sejumlah unsur yang dimiliki suatu kata) berakibat pada waktu pemahaman karena sebuah kalimat dimana ia timbul. Penelitian-penelitian ini berkonsentrasi pada pasangan-pasanang yang antonim seperti ‘long’/’short’. Salah satu istilah ini ‘ditandai’ –dengan maksud, berhubungan dengan istilah lain yang memiliki unsur tambahan (negatif). Istilah ‘yang tidak ditandai’ , menerangkan keseluruhan dimensi: kita bisa mengatakan, ‘How long is it?’ tapi tidak ‘How short is it?’, dan istilah ‘yang ditandai’ (dalam contoh ini ‘short’) karena itu membawa spesifikasi tambahan yang hanya merujuk pada dimensi yang lebih rendah. Diamati bahwa ‘short’ memerlukan waktu pemahaman lebih lama dibandingkan istilah ‘long’ (dalam tugas memberi alasan, misalnya).

Page 10: Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna

•Kelompok penelitian kedua melangkah mendukung teori komponensial dengan mengambil ‘penguasaan’ makna leksikal pada anak-anak. Dalam sebuah artikel yang penting, Eve Clark (1973) mencoba menginterpretasi perkembangan makna dalam kamus anak-anak karena penguasaan unsur-unsur semantik yang beragam terus menerus dilekatkan pada kata. Ada dua tipe data diinterpretasi dengan cara ini :

•Pertama, ‘perluasan yang berlebihan’ yang sering diteliti pada anak-anak muda: sebuah kata digunakan pada suatu kategori objek yang lebih luas dibandingkan penggunaan orang dewasa diperbolehkan (misalnya, ‘dog’ digunakan pada semua hewan berkaki empat) karena, bagi anak-anak, kata tersebut belum memiliki semua unsur semantik yang membatasi penggunaannya.•Kedua, anak-anak nampak bingung pada –sering terkejut—istilah-istilah yang berbeda hanya karena satu unsur, contoh terbaik adalah bahwa anak-anak berusia 3-4 tahun berdasarkan pengamatan Donaldson dan Balfour (1968) lebih banyak atau sedikit tampak bingung. Menurut Eve Clark, dua istilah ini memiliki unsur (+kuantitas) yang sama dan berbeda hanya karena unsur (polaritas), unsur berikutnya tidak diperlukan sampai anak-anak dewasa. Pengamatan analog dilakukaan berkiatan dengan pasangan-pasangan kata lain: ‘same’/’different’, ‘before’/’after’, ‘come’/’go’, dsb. Dalam banyak hal, usnur pembeda yang khusus tampaknya dipelajari selanjutnya dibandingkan unsur yang umum dari kedua kata.

Page 11: Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna

•Akhirnya, tugas—tugas pembelajaran dan teori diulangi lagi untuk mencari bukti bahwa makna dibagi menjadi unit-unit paling sederhana. Misalnya, dengan membandingkan waktu penelitian yang dibutuhkan untuk mempelajari daftar-daftar kalimat, Le Ny dan koleganya (1973) memberitahu bahwa hal ini tergantung pada kompleksitas semantik (diukur dengan sejumlah unsur semantik yang ada di dalam kata); dan, juga (Cordier dan Le Ny, 1975), bahwa fasilitas pembelajaran (transfer positif) dapat diamati ketika para subjek telah mempelajari kalimat-kalimat yang mengandung unsur-unsur semantik yang sama dengan kata-kata yang diteliti. Percobaan lain oleh Johnson-Laird, Gibbs dan de Mowbray (1978) juga membawa bukti terang tentang realitas psikologis unsur-unsur semantik. Dalam sautu daftar kata-kata, para subjek yang diteliti harus menemukan kata-kata milik kategori tertentu (contohnya, benda padat yang dapat dikonsumsi). Kemudia mereka diminta mengingat sebanyak mungkin kata-kata dari daftar. Kata-kata yang cocok dengan kategori (misalnya ‘bread’) yang paling banyak diingat, sedangkan kata-kata yang memiliki unsur semantik sama dengan kategori (misalnya, benda-benda padat seperti ‘beer’ atau benda-benda padat yang tidak dapat dimakan seperti ‘coal’) lebih baik diingat dibandingkan kata-kata yang tidak memiliki unsur semantik (misalnya, ‘petrol’).

Page 12: Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna

•Kesimpulannya, ketika hipotesis komponensial merupakan hal yang menarik (setidaknya memberi inspirasi pada studi pertama tentang makna), data eksperimen pada analisis akhir belum cukup membuktikan. Data tersebut meragukan bisa membawa bukti terang, dalam kasus-kasus tertentu, mengenai pencapaian makna ke dalam unit-unit terkecil, tetapi pencapaian ini tampaknya lebih dihubungkan dengan tugas-tugas yang digunakan (verifikasi, prosedur, strategi pembelajaran) dibandingkan dengan proses pemahaman itu sendiri. Kami seharusnya menambahkan bahwa analisis komponensial dapat diterapkan secara memuaskan hanya pada domain semantik tertentu yang didefinisikan dengan baik. Dalam banyak kasus, sulit mendefinisikan ‘unsur-unsur’ dasar yang membedakan makna tiap kata dari kata-kata yang sama: misalnya, jika unsur (‘male’) membedakan antara ‘horse’ dan ‘mare’, unsur semantik apa yang membedakan ‘horse’ dari ‘donkey’? Apakah unusr-unsur dimana kata benda konkrit didefinisikan sama sifatnya seperti kata-kata yang merupakan makna kata-kata fungsi (artikel, konjungsi, dsb).

•Kesimpulannya, ketika hipotesis komponensial merupakan hal yang menarik (setidaknya memberi inspirasi pada studi pertama tentang makna), data eksperimen pada analisis akhir belum cukup membuktikan. Data tersebut meragukan bisa membawa bukti terang, dalam kasus-kasus tertentu, mengenai pencapaian makna ke dalam unit-unit terkecil, tetapi pencapaian ini tampaknya lebih dihubungkan dengan tugas-tugas yang digunakan (verifikasi, prosedur, strategi pembelajaran) dibandingkan dengan proses pemahaman itu sendiri. Kami seharusnya menambahkan bahwa analisis komponensial dapat diterapkan secara memuaskan hanya pada domain semantik tertentu yang didefinisikan dengan baik. Dalam banyak kasus, sulit mendefinisikan ‘unsur-unsur’ dasar yang membedakan makna tiap kata dari kata-kata yang sama: misalnya, jika unsur (‘male’) membedakan antara ‘horse’ dan ‘mare’, unsur semantik apa yang membedakan ‘horse’ dari ‘donkey’? Apakah unusr-unsur dimana kata benda konkrit didefinisikan sama sifatnya seperti kata-kata yang merupakan makna kata-kata fungsi (artikel, konjungsi, dsb).

Page 13: Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna

2. Pengorganisasian memori semantik

Menurut Tulving (1972) membandingkan memori semantik dengan memori ‘kadang-kadang’, yang memuat peristiwa-peristiwa khusus dan tanggal-tanggal berkaitan kehidupan sendiri. Perbedaan yang berikutnya sekarang dengan sendirinya ditinggalkan, akibatnya, istilah ‘memori semantik’ digunakan untuk menutupi keseluruhan isi memori jangka panjang. Pertama-tama kita harus memeriksa model-model yang secara umum berhubungan dengan aspek makna leksikal, dan yang kedua model-model yang lebih luas dan ambisius yang menunjang masalah menggambarkan pengetahuan lebih umum.

Page 14: Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna

•Makna leksikalBagaimana makna kata disimpan di dalam memori? Ini bisa dipertimbangkan dengan dua cara: Pertama. Dalam bentuk seperangkat hubungan yang dimiliki kata dengan kata-kata lain. Kedua. Atau dalam bentuk daftar sifat (atau ‘unsur-unsur’) yang terdapat dalam kata.

Page 15: Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna

•Model Collins dan QuillianModel memori semantik yang pertama, diajukan tahun 1966 oleh Quillian (lihat Quillian, 1967) yang kemudian menyaring dan mengembangkkannya dengan berkolaborasi bersama Collins, yakni menerapkan jenis representasi pertama yaitu ‘jaringan’/network.Modelnya seperti kamus: pendefinisian suatu kata yang diberikan dengan bentuk kata-kata lain yang berhubungan dengan berbagai cara. Pada saatnya, kata-kata ini merujuk pada definisi mereka sendiri yang membawa kata-kata lain untuk digunakan dsb. Misalnya, kata ‘plant’ (didefinisikan sebagai PLANT: bentuk makhluk hidup, bukan binatang, seringnya memiliki daun-daun, memperoleh makanannya dari udara, air atau bumi’) merujuk pada kata-kata ‘struktur’, ‘makhluk hidup’, ‘hewan’ ‘makanan’, dsb

Page 16: Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna

Glass dan Holyoak (1975) mengajukan model yang telah diatur dan sesuai untuk data percobaan dengan sangat memuaskan. Data yang sama dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda, dengan dugaan bahwa kata disimpan secara terpisah, masing-masing melambangkan satu daftar sifat (atau unsur-unsur semantik). Verifikasi kalimat tidak akan lagi menjadi masalah dalam menelusuri jaringan, melainkan perbandingan antara dua perangkat unsur. Model ini diajukan oleh Smith, Shoben dan Rips (1974) dan didukung oleh banyak data eksperimen.

Page 17: Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna
Page 18: Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna

•Jaringan semantikSekarang mari kita perhatikan model-model yang lebih umum dengan jangkauan yang lebih khusus dan ambisius. Model-model tersebut berurusan dengan ‘gambaran pengetahuan’, dan kaitannya dengan psikolinguistik yang kadang-kadang lemah –terpisah dari fakta bahwa pengetahuan pertanyaan yang umumnya dipelajari (dan diformulasikan) dalam bentuk verbal. Sementara model ini hanya memberikan penjelasan terbatas pada proses aktual pemahaman bahasa, model tersebut memperhatikan bentuk akibat proses ini dalam memori. Sehingga, untuk alasan ini, psikolinguis tidak dapat mengabaikan model tersebut. Lagipula, tujuan model mempertanggungjawabkan keseluruhan rangkaian kegiatan kognitif (pemberian alasan, pemecahan masalah, formasi konsep, dst) dan pemahaman bahasa. Menariknya model-model tersebut terletak pada cara model-model tersebut mensituasikan bahasa dalam kerangka yang lebih luas dari keseluruhan aktivitas mental.

Page 19: Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna

•Model Rumelhart, Lindsay, dan NormanSekarang mari kita diskusikan model yang diusulkan oleh Rumelhart, Lindsay dan Norman (1972) dan elaborasi selanjutnya (Norman dan Rumelhart, 1975).Seperti pada teori Kintsch, elemen dasar dari ‘proposisi’, disajikan dengan suatu hubungan seperangkat node. Dengan demikian ‘toko makna’ dasar berisi dua macam elemen:•Hubungan : skenario yang memiliki peran bervariasi (kasus Fillmore). Dengan begitu, kata kerja ‘fall’/jatuh (Tabel 4.3) disajikan dengan tipe tertentu dari tindakan (‘move’/bergerak) yang mempengaruhi objek tertentu (dikhususkan), sesuai jalan khusus (dispesifikasikan), di bawah pengaruh instrumen tertentu (gravitasi);•Konsep : secara tetap mengisi tempat-tempat kosong dalam hubungan itu,

Page 20: Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna
Page 21: Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna

•Makna, konteks dan referensiDalam analisis terakhir, pertanyaan apakah kami menyajikan makna kata dalam bentuk komponen-komponen semantik, jaringan atau dalil-dalil makna hanyalah masalah kecil. Penyajian ini berakibat sepadan dan pada saat ini sangat mungkin melihat jenis data empiris apa yang yang dapat membantu kami memeutuskannya. Masalah utamanya adalah mengidentifikasi fakta karena penyajian-penyajian ini tidak bisa dipertanggungjawabkan

Page 22: Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna

•ArticlesSeperti banyak bahasa-bahasa lain, bahasa Perancis mempunyai dua kategori artikel yang berfungsi sebagai determiner/penentu bagi frasa kata benda: artikel tertentu (le, la, les= ‘the’ untuk maskulin, feminin dan bentuk jamak) dan artikel tak tentu (un, une = ‘a/an’ dalam bentuk maskulin dan feminin, dan des = sama). Disamping perannya yang nampak tidak penting, kata-kata kecil ini mempunyai tampilan yang sangat bervariasi.

•KonektivitasSering dianggap untuk mengekspresikan suatu hubungan (logis, sebab, temporal, dsb) di anatara klausa, konektif –dan, atau, jika, tetapi, dengan demikian, dsb -sebenarnya memiliki fungsi yang luas dalam bahasa alamiah. Kami membatasi pada beberapa konjungsi bahasa Perancis ‘si’ (=’if’/jika), yang paling banyak diteliti. Pertama. Nilai yang dibawa oleh ‘si’ bisa dikenal dan ditemukan di semua bahasa.

Kedua, peran ‘si’ menetralisir pernyataan yang berisi klausa yang diperkenalkan. Akan tetapi penetralan ini sendiri disampaikan dengan berbagaii bentuk: dari hipotesis yang sederhana ( ‘S’il pleut demain ...= ‘If it rains tomorrow...) untuk penyaranan (‘Si nous allions faire un tour? = ‘(How about) If we go far a walk?’) atau untuk menyatakan fakta yang telah dikenal dan dianggap penting (‘S’ll a reaverse ce peiton, ce n’est pas sa faute’= ‘If he did knock down that pedestrian, it wasn’t his fault’).

Page 23: Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna

•Fleksibilitas semantikMasalah yang dikenal mula-mula adalah masalah polisemi (atau kedwiartian leksikal) dari kata-kata tertentu. Cara sederhana untuk memecahkan masalah ini adalah dengan menerima ambiguitas kata, faktanya, menghubungkan beberapa unit leksikal yang berbeda. Misalnya, kata ‘study’ terdiri dari dua makna –‘reading room’ (ruang baca) dan ‘periode of research’ (penelitian).

•Fleksibilitas semantik ini telah diujicobakan oleh Bransford dan para koleganya (Barclay dkk, 1976). Guna menunjukkan bahwa interpretasi kata bervariasi dengan konteks yang dihadirkan, para pengarang lebih menyandarkan pada tugas ingatan yang disyaratkan. Mereka menampilkan daftar kalimat kepada para subjek, misalnya, salah satu dari dua kalimat berikut:•The main lifted the piano.•The man tuned the piano.

•Metafor merupakan masalah khusus dalam fleksibilitas semantik. Penggunaan bahasa metafor sangat sering dan tidak bisa diabaikan oleh teori psikologi makna. Meskipun demikian, metafor baru mulai menjadi daya tarik bagi psikolinguis

Page 24: Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:•Semantik Psikologis dan Semantik KomponensialPenelitian-penelitain penting yang pertama dalam semantik psikologis mulai berkembang ketika teori-teori makna kebahasaan telah cukup digabungkan sehingga dapat menyediakan teori-teori dengan kerangka teoritis. Teori yang paling besar adalah teori komponensial dan paling terdahulu berpengaruh terhadap para psikolinguis. H, Clark (1970) mengajukan interpretasi ulang terhadap data klasik berkaitan dengan ‘asosiasi kata’ dengan sekilas hipotesis komponensial; jika struktur semantik suatu kata dianggap sebagai seperangkat unsur, produksi suatu asosiasi dapat diinterpretasi sebagai suatu operasi yang berisi perubahan, penambahan, atau penghapusan satu atau lebih dari unsur ini.

Page 25: Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna

•Pengorganisasian memori semantik•Makna leksikalBagaimana makna kata disimpan di dalam memori? Ini bisa dipertimbangkan dengan dua cara: Pertama. Dalam bentuk seperangkat hubungan yang dimiliki kata dengan kata-kata lain. Kedua. Atau dalam bentuk daftar sifat (atau ‘unsur-unsur’) yang terdapat dalam kata.

•Jaringan semantikModel-model tersebut berurusan dengan ‘gambaran pengetahuan’, dan kaitannya dengan psikolinguistik yang kadang-kadang lemah-terpisah dari fakta bahwa pengetahuan pertanyaan yang umumnya dipelajari (dan diformulasikan) dalam bentuk verbal. Sementara model ini hanya memberikan penjelasan terbatas pada proses aktual pemahaman bahasa, model tersebut memperhatikan bentuk akibat proses ini dalam memori. Sehingga, untuk alasan ini, psikolinguis tidak dapat mengabaikan model tersebut.

Page 26: Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna

•Makna, konteks dan referensiMasalah utamanya adalah mengidentifikasi fakta karena penyajian-penyajian ini tidak bisa dipertanggungjawabkan. Penyajian tersebut seperti kata-kata fungsi, yakni kata-kata yang luas yang mengkaji semantik psikologis sering dilihat hanya dengan setengah hati, dan tidak mempermainkan peran penting dalam bahas, yang dikaji adalah articles dan konektivitasnya

Page 27: Psikolinguistik Leksikal Semantik : Dari Kata Ke Makna

•Fleksibilitas semantik•Masalah yang dikenal mula-mula adalah masalah polisemi (atau ke dwiartian leksikal) dari kata-kata tertentu.•Guna menunjukkan bahwa interpretasi kata bervariasi dengan konteks yang dihadirkan, para pengarang lebih menyandarkan pada tugas ingatan yang disyaratkan. Mereka menampilkan daftar kalimat kepada para subjek, misalnya, salah satu dari dua kalimat berikut: a). The main lifted the piano. b). The man tuned the piano.

•Metafor merupakan masalah khusus dalam fleksibilitas semantik. Penggunaan bahasa metafor sangat sering dan tidak bisa diabaikan oleh teori psikologi makna. Meskipun demikian, metafor baru mulai menjadi daya tarik bagi psikolinguis.•Semua fenomena ini fleksibilitas semantik, ambiguitas, metafora-tidak mudah dipertemukan dengan hipotesis makna leksikal yang berbeda yang melekat pada tiap-tiap kata. Bahasa digunakan untuk ‘membicarakan sesuatu’, yakni tentang realitas di luar bahasa tertentu – yang bersifat persepsi atau konsep; dan melalui hubunganya dengan realitas tertentu ini yang menyebabkan maknanya. Ilmu semantik tidak dapat menghindar dari masalah ‘rujukan’ ini.