Top Banner

of 27

PSAK IFRS 2010

Jul 09, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Pokok-Pokok IFRS.PSAK Nomor 1. tentang Penyajian laporan Keuangan Saham minoritas tidak boleh negatif (Perusahaan asosiasi) Bila kewajiban sudah jatuh tempo sebelum tanggal neraca maka masuk jangka panjang Kalau setelah tanggal neraca masuk jangka pendek. OCI = semua pendapatan komprehensive lainnya tidak ada/masuk dalam cash flow nya dan dari OCI masuk ke Ekuitas.

PSAK no.4 Tentang penyajian laporan keuangan Konsolidasi PSAK No.5 Tentang Segmen Operasi Kriteria: Yang wajib membuat segmen operasi adalah perusahaan yang terdapat di bursa atau proses ke bursa. Atau Perusahaan yang sukarela membuat laporan keuangan segment. Segmen bisa berdasarkan geografis, jenis, umur dan jenis barang dagangan dan harus dibuat masing-masing per segment dan mencakup bagian laba dari Investasi dengan methode Ekuitas. OS: tidak perlu mencatat Pajak Penghasilan. Dasar pertimbangan dan Tujuan OS Tujuan membuat informasi apakah resiko perusahaan berdasarkan geografis atau berdasarkan produk nya sehingga syarat pendapatan minimal harus 75% dari total pendapatan. PSAK No. 13 Tentang Property Investasi Syarat : 1. Property (tanah dan atau bangunan) yang tujuannya untuk menghasilkan sewa 2. Tidak digunakan dalam proses produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk tujuan administratif (aset tetap). 3. Tidak dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari (persediaan) / bukan mau dijual.

4. Syarat terpenting Property Investasi adalah dapat dijual secara terpisah, bangunan tidak menyatu dengan yang lain sehingga tidak bisa dijual tersendiri Perbedaan pengakuan antara Aset Tetap dengan aset property Investasi. Aset Tetap Apabila ada kenaikan harga maka masuk sebagai Ekuitas. Apabila terjadi penurunan harga maka masuk sebagai biaya. Aset Property Investasi Apabila terjadi kenaikan harga aset diakui sebagai pendapatan sedangkan apabila terjadi penurunan harga aset maka diakui sebagai biaya . jadi semua masuk komponen laba/Rugi. Methode pencatatan yang dipakai : 1. Cost Methode, atau 2. Fair Value. Apabila pencatatan dengn fair Value maka tidak ada Penyusutan tetapi dengan adanya kenaikan atau penurunan aset. Property Investasi yang disewakan ke anak Perusahaan: 1. Di neraca konsolidasi masuk dalam aktiva tetap. 2. Di Neraca RNI Holding masuk dalam aktiva Property Investasi. Setiap tahun harus dilakukan Review Property Investasi boleh pakai Historycal Cost ataupun vair value, apabila pakai Historycal cost maka tiap tahun harus dilakukan Uji nilai PSAK 48 Apabila terdapat perubahan penggunaan `yaitu dimulainya penggunaan yaitu dimulainya penggunaan oleh pemilik sehingga harus merubah nilai wajar pada saat terdapat pengalihan penggunaan. Komponen biaya perolehan: Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi situs aset (bukan untuk menghasilkan persediaan). Misal : Biaya bangunan Rp 50 M Tahun ke X ( 10 th) harus di bongkar Rp 5 M Jumlah Rp 55 M Biya pembongkaran tahun ke X sebesar Rp 5 M harus di Present Value kan. Jadi biaya bangunan Rp 50 M Bunga dari Biaya bongkar dari PV Rp X M Jadi Total Nilai Rp 50 M + X M Jadi ketika dikeluarkan maka dikeluarkan sebagai alur kas, bunga yang dipakai tarif bunga awal , berubah kalau jumlah tahun ke X berubah sehingga harus

disesuaikan (perubahan estimasi PSAK 57) kalau perubahan ini harus di disclouse. Ini untuk aset tetap yang tidak menghasilkan Persediaan. Biaya pembongkaran kedepan di aktifir sebagai asset dan harus di Present value. Kalau biaya tersebut untuk menghasilkan persediaan maka tidak perlu ada biaya estimasi pembongkaran tahun-tahun mendatang. Biaya-biaya pembukaan/lounching tidak boleh dikapitalisasi. Penghentian biaya kapitalisasi, kalau telah siap digunakan sesuai keinginan Biaya uji aset baru dapat dikapitalisir tetapi untuk uji aset lama tidak bisa dikapitalisir. Biaya Pemborosan untuk mendapatkan aktiva tetap tidak boleh di kapitalisir, jadi yang seharusnya untuk mendapatkan aktiva tersebut untuk mendapatkan ada alternatif : 1. Alternatif 1 biaya pas 2. Alternatif 2 biaya boros 3. Selisih X merupakan biaya Pertukaran aset. Pertukaran kalau nilainya sama, maka dapat diartikan sebagai pe Pertukaran aset. Pertukaran kalau nilainya sama, maka dapat diartikan sebagai penukaran, apabila nilai lebih besar selisihnya maka artinya jual beli. (batasan beda jauh atau beda tipis adalah 5%). Kenaikan dari Revaluasi adalah Ekuitas, kalau penurunan dari Revaluasi adalah masuk kerugian laba/Rugi. Kalau dari kenaikan revaluasi dihilangkanpada saat terjadi penjualan dan hilang di Ekuitas, atau dengan bertahap dalam amortisasi, tetapi tetap melalui laporan perubahan ekuitas. Revaluasi tidak harus tiap tahun, jika harga dipasanukaran, apabila nilai lebih besar selisihnya maka artinya jual beli. (batasan beda jauh atau beda tipis adalah 5%). Kenaikan dari Revaluasi adalah Ekuitas, kalau penurunan dari Revaluasi adalah masuk kerugian laba/Rugi. Kalau dari kenaikan revaluasi dihilangkanpada saat terjadi penjualan dan hilang di Ekuitas, atau dengan bertahap dalam amortisasi, tetapi tetap melalui laporan perubahan ekuitas. Revaluasi tidak harus tiap tahun, jika harga dipasar tidak jauh dari nilai bukunya.

Kalau naiknya harga cepat maka direvaluasi/review setiap tahunnya. PSAK 24 dengan methode menggunakan Aktuaria. Aktuaria yang artinya tidak harus

Jika pakai model COST MODEL maka di anjurkan untuk dihitung juga dengan nilai Fair Value.

NILAI PASAR Harga Pasar Estimasi Nilai Wajar dapat dipakai dengan Depreciated replacement, approach.

cost

Apabila pindah model : dari model Revaluasi ke biaya maka di harus disajikan Respropektif. Apabila dari model biaya ke revaluasi maka disajikan Prospektif. Dasar penyusutan dari aset Revaluasi adalah dari dasar Revaluasi Untuk model Revaluasi : 1) Dapat menambah nilai aktiva & menambah nilai akumulasi Gross methode: Aset Tetap Rp XXXX Akumulasi Penyusutan Rp XXXX Surplus Revaluasi Rp XXX Net methode Akumulasi penyusutan Rp XXX Surplus Revaluasi Rp XXX Biaya tangguhan bisa diakumulasi bila melekat di aset yang akan menghasilkan Cost Overan / biaya yang diganti oleh Bank lebih kecil harus dibiayakan, karena selisih terjadi antara biaya realisasi di proyek PIR Petani diganti lebih sedikit oleh Bank , misal hanya diganti 80%. Walaupun perusahaan atau pabrik dapat manfaat terjamin dari petani atas pasokan sawit selama masa kredit sehingga biaya tersebut di amortisasi selama masa kredit tersebut selesai seiring dengan selesainya jaminan pasokan dari petani. Alasan IFRS tetap melakukan sebagai biaya karena biaya tersebut murni sebagai biaya maka tidak boleh diaktifir, disamping itu IFRS tidak mengenal matching Cost agains revenue.

Masuk dalam kelompok aktiva tidak lancar dalam aktiva tetap. Penyusutannya dimulai pada saat SIAP untuk digunakan

PSAK 14 Persediaan Methode Persediaan LIFO tidak diberlakukan di IFRS, tinggal dua methode yaitu FIFO dan Rata-rata (Everage). Penialaian Persediaan dapat dinilai dengan : 1. Historycal Cost, atau (apabila pakai Historical Cost maka harus menerapkan Uji Penurunan dengan PSAK 48) 2. Fair Value Penyajian di Neraca tetap memperhatikan Comwill. Tidak masuk dalam PSAK 14 adalah kontrak Instrumen Keuangan karena sudah masuk dalam PSAK 50 dan 55. Unsur-unsur Biaya Persediaan: 1. Biaya Pembelian 2. Biaya Konversi (Biaya tenaga kerja langsung & over head) 3. Biaya lain yang timbul. Sampai persediaan berada dalam kondisi dilokasi saat ini. Kalau biaya persediaan dibayar s/d waktu yang lama (misal lebih dari 1 tahun) dengan suatu perjanjian maka Substansinya barang tersebut didalamnya terkandung biaya bunga. Misal membeli barang yang pembayarannya 1 tahun kedepan dengan harga Rp 2 M dengan disertai suatu Perjanjian, maka didalamnya ada konskwensi bunga sehingga diharuskan dihitung terlebih dahulu bunganya sejak awal perjanjian yaitu Harga beli misal Rp 1,9 M dan biaya bunga Rp 0,1 M. Rp 1,9 M masuk dalam Persediaan sedangkan Rp 0,1 M masuk sebagai beban/biaya. Apabila hal tersebut adalah sesuatu yang NORMAL, maka biaya jangka waktu yang normal tidak kena biaya, misal jangka waktu pembayaran 3 bulan setelah penerimaan barang.

Lain halnya apabila terjadi kemacetan penagihan yang sampai diatas 1 tahun yang tidak diperjanjikan maka jangka waktu tersebut tidak termasuk dalam jangka waktu yang berkonsekwensi bunga. Inti dari perhitungan HPP adalah: HPP yang bersih tanpa ada/ mengandung bunga. Idle Capacity: biaya yang diakibatkan dari idle Capacity harus dibebankan sebagai biaya dan tidak boleh dimasukkan sebagai unsur HPP, Dasar Perhitungan HPP yang masuk dalam persediaan harus berdasarkan biaya yang harus dikeluarkan pada kondisi yang normal. Contoh : Normal menghasilkan 10.000 unit Actual menghasilkan 9.000 unit Idle Capacity 1.000 unit Over head diketahui Rp 1000.000,Maka Overhead/unit Rp 100/ unit Maka harga yang masuk dalam persediaan adalah Rp 100 x 9.000 unit = Rp 900.000 Sisanya Rp 100 x 1000 = Rp 100.000,- masuk dalam biaya Seumpama Seluruh idle kapasitas tersebut digunakan pihak lain, kita dan kita membeli dengan harga Rp 250.000,- sehingga harus membayar Rp 150.000,- maka di persediaan kita tetap kita catat sebesar harga perolehan sebesar Rp 250.000,Untuk menghitung methode Over Head basis nya adalah masing-masing Pabrik, sehingga antara pabrik satu dengan yang lainnya bisa menghasilkan angka yang berbeda, tergantung dari hasil NORMAL nya setiap pabrik tersebut. ( jadi seolaholah tidak boleh di kapitalisir atas selisih over head tersebut). Apabila diketemukan biaya pemborosan dalam kondisi normal, maka biaya pemborosan tersebut tidak boleh dimasukkan dalam unsur HPP. Biaya Penyimpanan Apabila biaya penyimpanan tersebut adalah Proses yang NORMAL, maka biaya penyimpanan diperbolehkan masuk dalam unsur harga persediaan. Sedangkan apabila dalam proses yang TIDAK NORMAL, maka biaya tersebut merupakan BEBAN. NORAL = FULL KAPASITAS ? Kapasitas Normal tidak sama dengan kapasitas penuh atau Full, Normal dapat dipakai dari yang dapat normalnya diproduksi, jadi tidak sama dengan full kapasitas.

Kalau, hasil ada yang Rijek, misal 10% dan hal ini Normal maka rijek ini bisa masuk dalam unsur HPP dan Persediaan, tetapi kalau rijek ini tidak normal maka selisih dari normal ini masuk pada BIAYA/BEBAN. Apablia Rijek ini laku dijual, maka masuk penjualan dalam produk samping. Apabila material = masuk dalam pendapatan Apabila tidak material = masuk sebagai pengurang biaya AGAR SERAGAM untuk diseragamkan Kebijakan Akuntansinya hasil samping tersebut masuk dalam pendapatan atau pengurang biaya. Kunci nya NORMAL tidak pemborosan atau TIDAK NORMAL masuk sebagai biaya. Nilai Realisasi Netto.

Nilai Realisasi Nett Untuk Proses yang Tahap I TahaP II Tahap III

Bahan

Untuk Selalu Di Review setiap tanggal Pelaporan Berapa Cost nya berapa ,harga pasar nya berapa ? tidak boleh cost melebihi harga pasar. Masuk dalam kerugian dalam tahun berjalan.

Untuk Gula termasuk proses tahunan, sehingga tidak masuk tahapan seperti contoh tsb diatas.

31-Des1. Kalau penyebab nya sebelum tanggal 31 desember 2010, maka penurunan harga jual tersebut harus di koreksi dengan PSAK 48. 2. Kalau penyebab nya setelah tanggal 31 desember 2010, misal januari . maka HPP tersebut tidak perlu di koreksi tetapi Cukup di Disclouse 3. Jurnal Kerugian Persediaan Rp xxxx Rp xxxx

PSAK 15 Investasi pada Perusahaan Asosiasi Adakah : 1. Pengaruh Signifikan dan pengendalian (dari penyertaan) Baik pengaruh kontraktual maupun faktual Pengaruh Signifikan harus dibuktikan adanya betul atau tidaknya ada pengaruh signifikan. 2. Pengaruh signifikan Yaitu dari pemilikan saham diatas 20% sampai dengan 50% termasuk Perusahaan adosiasi Pencatatannya dengan methode Ekuitas atau methode Biaya. 3. Pengendalian bersama Yaitu kepemilikan saham sama dengan atau lebih dari 50% atau Ventura bersama Pencatatannya ekuitas dan konsolidasi Proposional 4. Pengendalian Kepemilikan sama dengan atau diatas 50% merupakan anak Perusahaan Pencatatannya ekuitas dan konsolidasi Perusahaan asosiasi adalah Yang mempunyai kepemilikan 20% s/d 50%.

harga jual Rp 10.00 HPP Rp 8000

Untuk saham ekuitas yang hanya sebagai penyertaan pada perusahaan yang tidak terkonsolidasi tidak boleh pakai ekuitas negatif di Neraca perusahaan yang mempunyai ekuitas tsb (RNI) , minimal harus Nol (0). Karena perusahaan asosiasi bukan anak Perusahaan.

Sedangkan untuk perusahaan yang terkonsolidasi (anak perusahaan) boleh ditampilkan Negatif.

PSAK 16 Aktiva Tetap Biaya Perolehan asset tetap harus diakui sebagai asset jika : 1. Besar kemungkinan manfaat ekonomi dimasa depan berknaan dengan aset tersebut akan mengalir ke entitas. 2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal. Penyusutan dilakukan atau dimulai pada saat SIAP digunakan. Biaya berhubungan dengan Perawatan dan atau penggantian spare part Sepanjang hanya mengembalikan pada kapasitas normal tidak boleh di kapitalisasi dalam aktiva berapapaun jumlahnya, baik Milyar atau ribuan. Biiaya penggantian mesin sepanjang untuk memperpanjang umur, memperbesar kapasitas dapat dilakukan kapitalisasi dalam aktiva, berapapun jumlahnya (tidak melihat jumlah). Pengukran Handal Aktiva Tetap Boleh pilih : 1. Fair value 2. Historycal Cost. Historical cost mempunyai persyaratan yaitu harus dilakukan Uji imparment PSAK 48 Dan di review dalam hal : a. Umur sisa b. Methode penyusutan sudahkah tepat. c. Pola pemanfaatannya d. Kebijakan akuntansinya anak dan induk aktiva tetap harus sama Biaya Pemeliharaan Sebelum IFRS , diatas jumlah tertentu dikapitalisir.

Setelah IFRS : Semua biaya maintenance dengan tujuan perbaikan atau mengembalikan keadaan yang normal jumlahnya biaya berapapun merupakan BIAYA. Apabila biaya Perbaikan tersebut bertujuan untuk menambah umur dan menambah kapasitas dan jumlahnya material maka dapat DIKAPITALISIR. Dengan kata kunci apabila digunakan biaya tersebut akan mempengaruhi data pengambilan keputusan atau tidak. Komponen Biaya Perolehan: Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi situs aset ( bukan untuk menghasilkan persediaan) misal biaya pembongkaran setelah tahun-tahun kedepan yang bersifat wajib dilaksanakan pembongkaran , maka biaya pembongkaran tersebut harus ditaksir beberapa tahun kedepan dan di Present value kan. Alasan bukan Future Value karena kenaikan biaya pembongkaran tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat bunga saja, melainkan banyak faktor. Contoh: Biaya bangunan Rp 50 M Tahun ke 10 harus bongkar, dengan taksiran biaya kedepan Rp 5 M Total biaya + estimasi Rp 55 M Dari Estimasi biaya bongkar tahun ke depan tsb Rp 5 M harus di Present value kan di tahun berjalan, sehingga akan menghasilkan angka Rp 50 M + Present value dari Rp 5 M ( jadi Present value Rp 5 M tersebut harus dikeluarkan dari arus kas), dasar bunga yang dipakai sebagai dasar Present value adalah tarif bunga di tahun berjalan tersebut dan berubah dalam setiap tahun berjalan selanjutnya sebagai penyusaian. Kecuali estimasinya salah (diatur tersendiri dalam PSAK 57 tentang Perubahan Estimasi) sehingga Perubahan ini harus di disclouse. Biaya estimasi ini diterapkan untuk aset tetap yang tidak menghasilkan Persediaan. Kalau untuk menghasilkan persediaan maka tidak perlu ada estimasi biaya pembongkaran di tahun-tahun mendatang. Biaya pembukaan / lounching dan sejenisnya tidak diperkenankan untuk menambah harga perolehan atau di kapitalisir. Penghentian biaya kapitalisasi: Kalau bangunan telah selesai dan telah siap untuk digunakan sesuai keinginan maka biaya kapitalisasi harus dihentikan. Biaya Uji aset. Biaya Uji aset baru dapat dikapitalisir. Biaya Uji aset lama tidak dapat dikapitalisir , misal uji mesin giling.

Biaya pemborosan. Biaya Pemborosan yang terjadi dalam proses Untuk mendapatkan aktiva tetap gidak boleh di kapitalisir, sehingga harus diketahui harga normal atau harga pas nya aktiva tersebut dibandingkan dengan biaya yang di aktivir dalam aset tersebut. Selisih dari biaya tersebut merupakan biaya. Perputaran aset. Pertukaran kalau nilainya sama, maka dapat diartikan pertukaran. Apabila nilai lebih besar selisihnya maka dapat diartikan transaksi jual beli bukan tukar menukar melainkan subsatansinya jual beli. (batasan beda jauh atau tipis adalah 5%). Kenaikan dari revaluasi . Kenaikan dari revaluasi adalah masuk dalam ekuitas, sedangkan kalau terjadi penurunan dari revaluasi adalah masuk dalam unsur kerugian sehingga masuk dalam laba/Rugi. Kalau dari kenaikan revaluasi dihilangkan pada saat penjualan NILAI PASAR Harga Pasar Estimasi Nilai Wajar dapat dipakai dengan Depreciated replacement, approach.

cost

Apabila pindah model : dari model Revaluasi ke biaya maka di harus disajikan Respropektif. Apabila dari model biaya ke revaluasi maka disajikan Prospektif. Dasar penyusutan dari aset Revaluasi adalah dari dasar Revaluasi Untuk model Revaluasi : 1) Dapat menambah nilai aktiva & menambah nilai akumulasi Gross methode: Aset Tetap Rp XXXX Akumulasi Penyusutan Rp XXXX Surplus Revaluasi Rp XXX Net methode Akumulasi penyusutan Rp XXX Surplus Revaluasi Rp XXX Biaya tangguhan bisa diakumulasi bila melekat di aset yang akan menghasilkan Cost Overan / biaya yang diganti oleh Bank lebih kecil harus dibiayakan, karena selisih terjadi antara biaya realisasi di proyek PIR Petani diganti lebih sedikit oleh Bank , misal hanya diganti 80%. Walaupun perusahaan atau pabrik dapat manfaat terjamin dari petani atas pasokan sawit selama masa kredit sehingga biaya tersebut di amortisasi selama

masa kredit tersebut selesai seiring dengan selesainya jaminan pasokan dari petani. Alasan IFRS tetap melakukan sebagai biaya karena biaya tersebut murni sebagai biaya maka tidak boleh diaktifir, disamping itu IFRS tidak mengenal matching Cost agains revenue. Aktiva dalam Pelaksanaan : masuk dalam aktiva tetap. Spare part apabila tidak bisa digunakan mesin lain maka juga masuk dalam aktiva tetap, kecuali dapat dipergunakan oleh mesin-mesin lainnya dapat dimasukkan sebagai Persediaan. PSAK 24 Imbalan Pasca Kerja

PSAK 26. Bunga Pinjaman (Borrowing Cost). Biaya Pinjaman bila dikaitkan lamgsung dengan Konstruksi atau Produksi dengan syarat : 1. Kalau merupakan bagian dari konstruksi melalui proses pengerjaan maka dapat di kapitalisasi.(harus memenuhi kwalifikasi yaitu waktunya lama dsb) 2. Tidak merupakan bagian konstruksi dan produk maka masuk sebagai Biaya, tidak boleh di kapitalisasi. 3. Biaya bunga untuk pembelian barang yang sudah jadi tidak dapat di kapitalisasi/ masuk biaya. 4. Biaya Bunga yang dikapitalisasi adalah biaya bunga pada saat proyek tersebut dimulai sampai selesai, dan biaya bunga nya riil dari pinjaman saat cair sampai selesai, apabila ada dana sendiri yang dipakai dalam bagian masa proses tersebut tidak dapat diakui sebagai biaya bunga yang dapat dikapitalisir). Komponen Biaya Bunga. a. Bunga b. Provisi c. Emisi

d. Dll Yang terkait dengan perolehan pinjaman, baik dari Bank maupun dari Obligasi, dll. Misal Selisih kurs dari Pinjaman US $ dan merupakan penyebab biaya bunga termasuk biaya Kalau Pinjaman: masih ada hubungannya dengan persediaan tidak boleh di kapitalisasi. Tidak Termasuk: Misal untuk beli gedung/mesin yang sudah jadi tyidak boleh biaya bunganya dikapitalisasi kecuali dengan jalan proses membangun sendiri proyek tsb. Biaya pinjaman yang layak dapat dikapitalisasi, sedangkan biaya yang tidak efisien tidak boleh dilakukan kapitalisasi. Tebu: Biaya untuk proses penanaman tebu dari pinjaman, bunga nya dapat di kapitalisasi Biaya bunga pinjaman untuk membeli tebu yang sudah jadi (tanpa proses tanam) tidak dapat dikapitalisasi diakui sebagai Biaya. Apabila pinjaman dari induk perusahaan untuk anak perusahaan masuk yang diaktifir di anak, maka di Induk perusahaan (RNI) akan ada eliminasi dari aktiva anak perusahaan tersebut dan bukan masuk biaya. Apabila bunga dari hasil reinvestasi dari pinjaman maka hasil bunga tersebut harus dikurangkan dari biaya yang dikapitalisir. Kalau bunga sekaligus dibayar dimuka, maka biaya bunga diakui dengan amortisasi pada proporsional per tahunnya. Awal tanggal kapitalisasi: Ketika memenuhi kondisi: 1. Terjadinya pengeluaran aset. 2. Terjadinya biaya pinjaman 3. Ketika aktiva dapat digunakan. Jadi Kunci dari kapitalisasi biaya bunga harus melalui proses produksi. PSAK 30 Sewa Perjanjian mengandung sewa: Pemenuhan perjanjian tergantung pada penggunaan suatu aset/ aset-aset tertentu yaitu kalu rusak tidak bisa diganti dengan yang lain.

PSAK 47 Tanah Tanah tidak diakui sebagai hak aktiva apabila tidak dalam bentuk hak milik sehingga harus diakui sebagai biaya diabayar dimuka. Beli tanah: 1. Biaya legal pengurusan tanah yang jumlahnya tidak material masuk dalam aset tanah. 2. Biaya legal Hak legal yang tidak dapat diperpanjang (Biaya perpanjangan) maka disusutkan. 3. Biaya legal dapat diperpanjang haknya maka apabila material maka ditangguhkan, apabila tidak material maka di biayakan. Esseency dari HGU adalah hak milik sehingga kalau telat/ lupa diperpanjang hanya pajaknya saja yang bermasalah, hal ini karena di Barat sana Perusahaan punya hak milik sedangkan di Indonesia tidak ada Perusahaan yang punya hak milik. Biaya setelah perolehan dikapitalisir adalah yang mempunyai manfaat ekonomis. Kasus : lebung di rajawali 2 sesungguhnya adalah aktiva lebung tersendiri bukan masuk dalam aktiva tanah. Tanah diakui bila mempunyai Hak Milik, apabila yang dipunyai adalah HGU maka masuk dalam Biaya dibyar dimuka dan dilakukan amortisasi. Asset tetap tanah : 1. Pembebasan Hak 2. Legalitas sebagai HGU 3. Komponen pembebasan tanah apa saja ? PSAK 46 Pajak Tangguhan

PSAK 48 Impairment / Uji Penurunan Nilai Uji Penurunan Nilai ini harus dilakukan ( pada aktiva yang memakai Cost methode) pada :

1. Aktiva (Tetap dan lancar). 2. Persediaan 3. Property Investasi Kapan dilakukan? Uji penurunan nilai dilakukan apabila terdapat Indikasi adanya penurunan nilai baik internal maupun ekstrnal yaitu : 1. Dari data Intern. a. Midal nilai buku Rp 1 M, tetapi dipasar nilainya Rp 0,8 M, sedangkan jika dipakai hanya menghasilkan Rp 0,7 M. Maka terjadi penurunan Rp 0,2 M. Maka terdapat Indikasi terlalu besar nilai 2. Adanya perubahan teknologi. Karena dengan adanya teknologi baru maka nilai alat ini akan ketinggalan, hal ini juga merupakan indikasi penurunan nilai. 3. Penurunan hasil atau kapasitas terpasang dari mesin./ hasil dari kapasitas tidak tercapai karena adanya penurunan. Mesin atau alat tebu semakin lama semakin menurun kinerjanya maka hal tersebut menunjukkan adanya penurunan Nilai. 4. Hasil dari barang tersebut tidak laku dipasar / harga jual semakin turun. Barang hasil produksi yang tidak laku dipasar termasuk adanya penurunan harga yang terus menerus maka dianggap terdapat adanya penurunan. Misal msin gula menghasilkan gula putih, dipasaran yang ramai gula substitusi yang menggantikan gula putih ini menunjukkan adanya indikasi penurunan nilai, hasil dari hitungan uji penurunan nilai ini menghasilkan antara lain : a. Nilai bisa turun b. Nilai bisa tetap c. Nilai bisa naik. 5. Asset mengalami kerusakan. Sehingga harus diuji ada penurunan nilai / tidak. 6. Ketika membeli asset lebih tinggi dari yang di budgetkan, maka ada indiksi Kemahalan untuk itu harus di uji penurunan. 7. Arus Kas dari laba operasi turun sangat signifikan lebih kecil dari yang dianggarkan. 8. Unit Penghasil Kas (SBU) Nilai yang dihasilkan kembali untuk dapat memperoleh kembali kurang, maka ada indikasi penurunan. Nilai yang dapat diperoleh kembali ( harga jual netto), kalau aset nya diperdagangkan pakai nilai pasar, kalau tidak ada maka pakai informasi terbaik dan atau pakai internal revaluasion. Nilai Pakai : adalah berapa yang dapat dihasilkan oleh asset ini.

Yaitu : taksiran arus kas masa depan ( 1 th, 2 th, 3 th dst) baru di discounto kan berapa nilai sekarang dan... bandingkan nilai pasar serta... bandingkan nilai buku. Tingkat Discounto sebagai bahan pertimbangan bila dilihat dengan feseability study, uji ini bisa terjadi penurunan nilai atau tidak apabila nilai buku buku lebih rendah daripada nilai pasar, atau juga nilai buku dibandingkan dengan nilai hasil produksi (income). jangan sampai nilai buku lebih besar daripada nilai pasar Jadi dilakukan hanya bila ada Indikasi nya, Indikasi dari hasil penjualan harus indikasi yang permanen, kalau bersifat temporer atau fluktuasi tidak bisa dimasukkan sebagai adanya indikasi. Misal: Roll gilingan mesin gula patah, maka hal tersebut mengindikasukan penurunan maka di jurnal : Kerugian penurunan nilai RpXXX Cadangan Penurunan nilai Rp XXX Cadangan Penurunan Nilai di akumulasi, apabila harga mesin tersebut terjadi kenaikan di pasar maka keuntungan kenaikan harga tersebut akan mengurangi cadangan / akumulasi. Pada setia tanggal neraca, perusahaan harus Mereview ada atau tidak adanya penurunan nilai yang harus dilaporkan pada lap keu yang bersifat untuk external ( untuk Internal tidak diperlukan). Uji penurunan nilai tidak hanya pada aktiva saja, tetapi juga pada Nilai persediaannya. PSAK 48 ini tidak diberlakukan pada Instrumen Keuangan/misal surat berharga karena telah ada PSAK nya tersendiri yaitu PSAK 50 dan 55. Indikasi penurunan nilai adalah bisa terjadi satu daerah dan lainnya tidak sama. Alokasi Rugi Penuruan Nilai.(Hirarki) (Alokasi Rugi Penurunan Nilai di Holding Konsolidasi) sbb: 1. Pertama : alokasikan ke Good Will. Apabila belum habis maka alokasikan ke: 2. Kedua : alokasikan ke aset tidak berwujud yang tidak ada pasarnya (licency dsb). Apabila belum habis alokasikan ke : 3. Ketiga : Alokasikan ke aset yang harga jual netto nya lebih kecil dari nilai tercatatnya. 4. Keempat: dialokasikan Prorata dalam unit tersebut.

Good will terjadi pada selisih aset minus kewajiban (aset bersih) anak perusahaan yang dibeli dibandingkan dengan harga beli anak perusahaan tersebut. Good will hilang pada saat dikonsolidasikan. Jika terjadi penurunan suatu asset di anak perusahaan maka 1. Di anak dihitung PSAK 48. 2. Di Holding Konsolidasi di hitung lagi, apabila terdapat selisih nilai penurunan dai nilai aktiva netto anak perusahaan maka di RNI Holding harus menurunkan nilai lagi. Good Will tidak boleh di amortisasi sehingga di uji / test tentang adanya penurunan sesuai PSAK 48.

PSAK 50 A. Instrumen Keuangan Instrumen Keuangan didasari oleh ciri adanya / dalam Penyelesaian dalam bentuk kas atau aset keuangan, yaitu : 1. Aset Keuagan a. Kas a.1. kas a.2. Piutang usaha a.3. Wesel tagih a.4. Pinjaman diberikan a.5. Piutang obligasi b. Insrumen Ekuitas entitas lain c. Hak Kontraktual (Kontrak tidak harus tertulis) d. Kontrak yang mungkin diselesaikan dengan instrumen entitas lain 2. Kewajiban keuangan a. Kewajiban kontraktual untuk menyerahkan kas atau aset keuangan b. Kontrak yang mungkin diselesaikan dengan instrumen entitas lain. Antara lain: 1. Hutang usaha 2. Wesel bayar 3. Pinjaman diterima 4. Hutang Obligasi 5. Hutang bank 6. Komitmen pinjaman sebagai kewajiban keuangan

3. Derifatif. Instrumen Keuangan/kontrak lain: a. Nilainya berubah-ubah tergantung dari Variabel. b. Tidak memerlukan investasi awal neto c. Diselesaikan pada tanggal tertentu dimasa depan

B. INSTRUMEN NON KEUANGAN Penyelesaiannya dengan dalam Keuangan: Kontrak Pembelian bagi penjual Kontrak Penjualan bagi pembeli Hak Kontraktual: 1. Untuk menerima aset non kas,atau 2. Menyerahkan aset non kas 3. Kontrak tidak harus tertulis

bentuk

Non

Kas/Non

Aset

Contoh: a. Kontrak pembelian persediaan atau kontrak pembelian aset tetap bagi penjual b. Kontrak futures/ Forward dengan penyerahan aset non kas C. INSTRUMEN EKUITAS Ciri : Bersifat residual Jumlah dan saat tidak dijamin/ tidak ditentukan/ bersifat residu Contoh: Saham biasa KLASIFKASI & PENGUKURAN Dilakukan setiap tanggal Neraca : ASET KEUANGAN: 1. Dimiliki Hingga jatuh tempo (HTM) Biaya Perolehan Diamortisasi 2. Tersedia untuk di jual (AFS) Dinilai dengan Nilai Wajar 3. Diperdagangkan (Trading) Dinilai dengan Nilai wajar 4. Di ukur pada Nilai wajar melalui laba Rugi ( FVTPL) diniai dengan Nilai wajar Langkahnya : 1. Idntifikasi 2. Klasifikasi 3. Diskusi 4. Kebijakan baru (masuk mana saja, apa perlu di rubah) 5. Proses mengukur 6. Melaporkan di laporan keuangan Mencakup tentang hutang piutang termasuk Instrumen euangan, tidak hanya yang berhubungan dengan perbankan, tapi seluruhnya kecuali yang diatur dalam PSAK tersendiri. Bagaimana cara untuk : 1. Mengakui 2. Mengkategorikan 3. Fair Value Option 4. Reclassifikasi 5. Impairement 6. Penghentian pengakhiran/menghilangkan catatan neraca, diatur, kapan dan dimana serta kriterianya apa. Definisi Instrumen keuangan Syarat kedua-dua nya ini harus dipenuhi sehingga masuk dalam Instrumen Keuangan, yaitu : 1. Ada Kontrak. Setiap kontrak yang menambah nilai aset keuangan dan kewajiban disisi lain. Dokumen yang berisi kesepakatan bertransaksi dengan mengakui

angka tertentu, kalau tidak ada kontrak maka berarti ini tidak termasuk Instrumen Keuangan. Contoh yang tidak termasuk instrumen Keuangan, misal : hutang pajak/piutang pajak. 2. Harus sama-sama mencatat / ke dua-duanya debitur dan kreditur harus sama-sama mencatat Aset keuangan dan kewajiban keuangan. Kasus pinjaman petani 1. Ada Kontrak 2. Petani mencatat (tak tertulis) Pada dasarnya masuk dalam aset keuangan sehingga masuk dalam Instrumen Keuangan dan akan muncul apabila terdapat petani , apabila default tidak bisa bayar maka timbul hak tagih sehingga hal ini menjadi Instrumen Keuangan. ( masuk juga dalam PSAK 57 tentang Pengungkapan ). Kasus PDAM, Telkom dsb. Pada saat ada tagihan belum masuk dalam Instrumen Keuangan, karena yang mencatat baru PDAM dan Telkom saja) sedangkan pelanggan belum mencatat, sehingga belum dianggap sebagai Instrumen keuangan. Ketika Pelanggan Menunggak dan tidak membayar/ macet... maka masuk pada Kategori INSTRUMEN KEUANGAN. (Aset Keuangan). Catatan: Syarat IK: 1. Pembayaran hutang tersebut harus berupa CASH bukan penggantian Barang. Apabila barang yang diberikan untuk membayar maka tidak masuk dalam kategori aset keuangan/ instrumen keuangan, karena pembayarannya harus berupa kas atau aset keuangan lainnya yaitu ekuitas/ surat berharga lainnya. 2. Mempertukarkan dengan aset keuangan dengan entitas lain dengan kondisi berpotensi untung contoh Forward. Jadi, kontrak yang akan diselesaikan dengan penerbitan instrumen ekuitas entitas contoh dapat diselesaikan dengan penerbitan saham, option, warrant (ini termasuk Instrumen keuangan) Kewajiban Keuangan Kewajiban ada Kontraktual nya, berapa yang haus dibayar. Kewajiban keuangan untuk menyerahkan kas atau aset keuangan. Contoh. Kas Rp xxx Pendapatan diterima dimuka Rp xxx Ini bukan kewajiban keuangan karena nantinya dibayar dengan barang dagangan/ bukan uang. Catatan: Plafon Kredit yang tidak diambil harus didisclose

Contoh: Apabila ada perjanjian yang sifatnya kontingensi. Misal: uang muka tersebut bisa dikembalikan/ada potensi kembali dalam bentuk uang dan pasti Maka uang muka tersebut ternasuk instrumen keuangan, apabila : a. Uang tersebut kembali dalam bentuk jasa maka bukan Instrumen Keuangan b. Atau tidak bisa kembali maka bukan Instrumen Keuangan. Deposit uang jaminan = tidak Instrumen keuangan, karena apabila ada pelanggaran uang tersebut akan dipotong. Bagi penerima uang deposit tersebut masuk dalam Liability. Instrumen Ekuitas = Setiap kontrak yang memberikan hak residual Contoh: Hak Residual= Pada dasarnya bila berinvestasi da bahan tidak bisa minta pengembaliannya dana tersebut(pada dasarnya), ketika likwidasi itupun bisa dari nilai. Berbeda dengan deposito yang bisa diminta dengan harga yang sama . Contoh lain Pinjaman yang tanpa jelas waktu pengembaliannya (seperti pinjaman RNI ke anak perusahaan), bisa diberi bunga atau tidak, bisa dibayar atau tidak. Maka pinjaman tersebut Substansinya termasuk kategori Ekuitas. Karena substansinya konsul kesepakatannya adalah Ekuitas. rate

1 Kont KontrakAvalis/Pinjaman = masuk PSAK 57, karena belum pasti dibayar. Derifatif melekat. Contoh : melakukan transaksi pinjaman dengan floating rate maka termasuk Derifatif.

Identifikasi Instrumen Keuangan:

Identifikasi Instrumen Keua I A Kreditor

Komitmen Pengalihan pinjaman yang diperdagangkan dengan keuntungan maka masuk dalam kategori Derifatif, kalau tidak diperdagangkan maka masuk PSAK 57. 1. Kalau ada kontraktual dalam pemberian pinjaman adalah liabilitas, apabila ada konversi, maka pertama Liabilitas, bila dikonfersi masuk Ekuitas. 2. Kalau ada unsur residual (kalau untung ya dibagi.... kalu tidak untung ya... tidak dibagi.... (Deviden) maka hal ini adalah Equitas. 3. Kalau didalamnya ada sifat Kontijensi bisa cash atau saham, bila yang menetukan investor : bila dapat dipastikan dengan saham langsung maka itu adalah Ekuitas.

A & B Mencatat

II a

Hutang Piutang

PSAK 55 Pengakuan dan Pengukuran Penurunan Nilai Terdapat bukti obyektif atas penurunan Nilai Evaluasi penurunan dilakukan setiap tanggal neraca Kriteria Impairment (cukup ada salah satu indikasi dari enam indikasi ini sudah harus di judgment.) Indikasi Data Internal: 1. Adanya kesulitan keuangan debitur yang signifikan 2. Adanya Informasi akan bangkrut 3. Adanya pemberian Konsesi (misal tadinya kredit selama 2 tahun diperpanjang jadi 3 tahun) Data Eksternal 4. Turunnya Nilai di Bursa, tanpa ada sebab Inflasi tetapi dengan sendirinya turun 5. Adanya pelanggaran kontrak/pembayarannya molor 6. Adanya faktor-faktor yang berubah pada kondisi yang memburuk, misal karena menurunnya produksi di pasar.

Perolehan awal dengan mekanime Kapan dicatat : misal pembelian tanggal 29 Desember 2010, baru sattlement date/ tanggal penyelesaian 5 januari 2010. Kalau didapat pembelian dari mekanisme maka yang lazim di bursa efek, kalau tidak di bursa maka pada tanggal sattlement. Pilihan tanggal harus transaksi harus Konsisten per kategori. Pengukuran aset Keuangan Setealah Pengakuan awal: Kalau tidak ada data pakai cost methode, untuk Instrumen Keuangan pakai Nilai wajar. Hutang RNI dengan anak Perusahaan RNI harus mencatat pada AFS 9Available for sale) pada Instrumen Keuangan. Anak Perusahaan harus mencatat= kalau tidak ada batas waktu pinjaman (substansinya misal dapat diperpanjang terus tanpa batas waktu pengembalian) maka masuk Ekuitas, bukan dihutang jangka panjang. Disebut Syntetic Equity. Nilai wajar dengan karakteristik

Apabila aset tersebut dapat dipertukarkan / suatu kewajiban dapat diselesaikan antar pihak yang memahami dan berkeinginan (jadi harus jelas tahu dan faham yang kan dibeli). Hutang Piutang Related parted. RNI , untuk mengklasifikasi dalam (1 dari 3 ini) sbb : 1. HTM 2. AFS 3. Trading Loan Receivable: Klasifikasian -Selama ada perjanjian yang masih berlaku -Bila seharusnya sudah lunas tapi di Reschedule, maka masuk kategori sebagai Ekuitas. Maka akan dicatat dama loan receivable karena karakteristik ekuitas pilihan : a. AFS b. Trading Atau di Reclass ke AFS, apabila ada addendum masuk loan receivable, lalu carikan bunga nya ( masuk di amortisasi) Di Anak Perusahaan: Di aset pinjaman yang tersisa hutang disesuaikan dengan aturan yang baru (berapa hutang dan berapa yang dibayar) Misal Rp 1.000.000,Dibayar Rp 300.000,Sisa Rp 7.00.000,- untuk dihitung bunga nya dengan nilai yang baru. Bila masuk dalam posisi Ekuitas maka cara nilai wajar Rp 700.000,- kalau tidak ada pembanding nilai wajar maka pakai Rp 700.000,- masuk AFS. Bagi Pihak yang berhutang (anak perusahaan). Jumlah yang tercatat Rp 700.000,- sebagai den cost dan dihitung dengan bunga dengan rumus, kalau tidak jelas tanggal pembayarannya masuk ekuitas (Syntetics ekuitas). Bunga yang diterima dari anak Perusahaan adalah dimasukkan dalam perubahan ekuitas ditreatment seperti Deviden. Catatan: Apabila legal Formanya jelas bisa sebagai Loan/liabilitas kalau tidak jelas maka masuk Ekuitas. Kalau perjanjiannya jelas tanggal pengembaliannya tetap masuk pinjaman tetapi tetap harus dilakukan Empairement. Impairement PSAK 55 hanya di Induk Perusahaan, dengan bukti yang obyektif tas Penurunan Nilai, sedangkan di anak Perusahaan tidak perlu melakukan Empairement. Impairment PSAK 55 ini bisa di akses/dihitung pada individual atau grup untuk bunga /disconto pakai data belakang.

Kriteria Penurunan nilai: a. Berapa ? b. Signifikan ? c. Prioritas? Untuk diuji / assessment secara individual, memungkinkan maka bisa pakai kolektif.

tetapi

kalau

tidak

tidak selalu aset keuangan yang kita jual ke pihak lain harus pasti resiko berpindah ke pihak pembeli/pihak lain itu. Apabila tidak maka tidak dapat diakui atau diakui sebagian sehingga tidak bisa menghentikan asset keuangan. Cara menghitung penurunan.

PENURUNAN PIUTANG dg methode Migrasi Klasifikasi Piutang 1-2 tahun

Saldo Piut 31/12/20

Contoh : PT ABC memiliki saham PT Telkom sebanyak 5 juta lembar, saham tersebut dibeli dengan harga Rp 5000 perlembar saham. Pada akhir tahun 2010 harga saham PT Telkom yang diperdagangkan adalah Rp 4.750,- perlembar saham Berapa Nilai wajar saham PT Telkom pada akhir tahun 2010:

100.0

Jawab: Karena saham PT Telkom merupakan salah satu saham Blue Chip, maka harga wajar saham pada akhir tahun 2010 adalah sebesar Rp 4.750/lembar saham, karena harga tersebut dianggap mendekati harga yang sebenarnya. Penentuan Nilai Wajar Formula Penilaian Model Analisa arus kas yang didiskonto

Piutang 2-3 th Migrasi 1-2 ke 2-3 th Piutang 2-3 th

Value of operation (Vop) Vop = Free Cash Flow t ( 1 + WACC)t Contoh : PT ABC tahun 2008 membagikan Deviden sebesar Rp 500/ saham. Berdasarkan pengalaman, Pertumbuhan dividen PT ABC adalah konstan sebesar 10% pertahun. Dengan asumsi WACC sebesar 15% berapa nilai per lembar saham PT ABC tahun 2008 ? Jawaban: Nilai per lembar saham =

Contoh: PT ABC sebuah perusahaan pabrik baja ingin menjual mesin dan peralatannya yang diperoleh 5 tahun yang lalu dengan harga Rp 50 M. Dan Nilai buku pada akhir tahun 20X9 adalah sebesar Rp 25 M. Asumsi Umur Ekonomis 10 tahun Penyusutan dengan methode Garis Lurus. PT ABC tidak lagi mengoperasikan mesin dan peralatan tersebut ditahun 20X9 Harga Perolehan kembali untuk mesin serupa pada tahun 20X9 adalah Rp 75 M.

500 ( (

1 15%

Berapa Nilai Wajar Mesin dan Peralatan T ABC ? Jawab: Dikarenakan hirarki I dan II tidak bisa digunakan maka nilai dihitung dengan menggunakan methode Direct Replacement Cost (DRC).

=

Nilia DRS sebesar Rp 75 M seolah-olah dimiliki umur ekonomis dan penyusutan yang sama dengan aset yang di nilai, sehingga Nilai wajar adalah : Nilai wajar = Rp 75 M /10 x (10-5) = Rp 35 Milyar. Contoh : Penentuan Biaya perolehan Diamortisasi

500 5%

Pada tanggal 1 Januari 2008 PT ABC membeli obligasi PT XYZ seharga Rp 100.000 yang memberikan Coupon sebesar 8% yang dibayarkan per 6 bulan setiap tanggal 1 januari dan 1 Juli. PT ABC membayar obligasi tersebut dengan harga Rp 92.278. Obligasi akan jatuh tempo pada tanggal 1 Januari 2013. Bagaimana pencatatan tiap tahun yang harus dilakukan oleh PT ABC ? Jawab:

Penentuan Biaya Perole Harga Rp

100.000 8% Bonds Pu

date

cash Received