Top Banner

of 30

Protein Energi Malnutrition (Fix)

Jun 02, 2018

Download

Documents

M Rizky W S
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/10/2019 Protein Energi Malnutrition (Fix)

    1/30

    1

    PROTEIN ENERGI MALNUTRITION

    I. PENDAHULUAN

    Secara umum gizi kurang disebabkan oleh kekurangan energi atau

    protein. Namun keadaan di lapangan menunjukkan bahwa jarang dijumpai

    kasus yang menderita defisiensi energy murni ataupun defisiensi protein

    murni. Anak dengan defisiensi protein biasanya disertai pula dengan

    defisiensi energi atau nutrisi lainnya. Karena itu istilah yang lazim dipakaiadalah malnutrisi energi protein (MEP) atau kekurangan kalori protein

    (KKP)1.

    PEM merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. KEP

    disebabkan karena defisiensi makro nutrient (zat gizi makro). Meskipun

    sekarang ini terjadi pergeseran masalah gizi dari defisiensi makro nutrient

    kepada defisiensi mikro nutrient, namun beberapa daerah di Indonesia

    prevalensi KEP masih tinggi ( > 30% ) sehingga memerlukan penanganan

    intensif dalam upaya penurunan prevalensi KEP2.

    Protein energi malnutrition (PEM) merupakan kekurangan energi

    yang mengarah pada defisiensi kronik dari seluruh komponen

    macronutrient. Menurut World Health Organization (WHO), malnutrisi

    merupakan ketidakseimbangan antara suplai nutrisi dan energi dengan

    kebutuhan tubuh untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan fungsi tertentu.

    Istilah PEM berlaku untuk sekelompok penyakit yang terdiri atas marasmus,

    kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor3,4.

    Anak dikatakan PEM apabila berat badannya kurang dari 80%

    indeks berat badan menurut umur (BB/U) baku World Health Organization-

    National Center for Health Statistics (WHO-NCHS), 1983. PEM ringan

    apabila BB/U 70% sampai 79,9% dan PEM sedang apabila BB/U 60%

    sampai 69,9%.5

  • 8/10/2019 Protein Energi Malnutrition (Fix)

    2/30

    2

    Penyakit PEM merupakan bentuk malnutrisi yang terdapat terutama

    pada anak anak di bawah umur 5 tahun dan kebanyakan di negara

    negara sedang berkembang. Bentuk PEM berat memberi gambaran klinis

    yang khas, misalnya bentuk kwashiorkor, bentuk marasmus atau bentuk

    campuran kwashiorkor marasmus. Pada kenyataannya sebagian besar

    penyakit PEM terdapat dalam bentuk ringan. Gejala penyakit PEM ringan

    ini tidak jelas, hanya terlihat bahwa berat badan anak lebih rendah jika

    dibandingkan dengan anak seumurnya.5

    II. EPIDEMIOLOGI

    Pada tahun 2000, WHO memperkirakan bahwa anak anak yang

    menderita malnutrisi berjumlah sekitar 181.900.000 (32%) di negara

    berkembang. Selain itu, sekitar 149.600.000 anak anak di bawah 5 tahun

    menderita malnutrisi, diukur berdasarkan berat badan untuk umur.3

    Dari data penelitian dermatologi, didapatkan bahwa PEM lebih

    sering terjadi pada orang berkult hitam dibandingkan dengan orang berkulit

    putih.Menurut suatu penelitian yang dilakukan di salah satu daerah miskin

    di Amerika Serikat, 2335% anakanak dengan umur antara 2 6 tahun,

    memiliki berat badan di bawah persentil 15. Survei lain menunjukkan 11%

    anak anak di daerah miskin memiliki tinggi badan untuk umur berada di

    bawah persentil 5. Di Asia Selatan dan Afrika Timur, setengah dari anak

    anak menderita retardasi mental yang disebabkan oleh PEM.3

    Menurut data rekam medik RSU Dr. Soetomo Surabaya, kejadian

    PEM pada balita (usia 1 5 tahun) pada tahun 2004 sebanyak 1445 anak

    balita (19,45%), dengan gizi kurang sebanyak 1235 anak balita (19,35%)

    dan gizi buruk sebanyak 210 anak balita (0,1%). 5

    III. ETIOLOGI

    Di seluruh dunia, penyebab paling umum dari gizi buruk adalah

    asupan makanan yang tidak memadai. Pada anakanak usia pra sekolah di

  • 8/10/2019 Protein Energi Malnutrition (Fix)

    3/30

    3

    negara negara berkembang, sangat beresiko untuk menderita malnutrisi

    karena ketergantungan mereka terhadap orang lain untuk mendapat

    makanan, peningkatan kebutuhan energi dan protein, sistem kekebalan

    tubuh yang belum matang menyebabkan kerentanan lebih besar terhadap

    infeksi, dan paparan kondisi yang tidak higienis.3

    Faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya malnutrisi adalah

    faktor kebersihan yang kurang, faktor ekonomi dan faktor budaya. Selain

    itu, ketidaktahuan karena tradisi atau kebiasaan makan makanan tertentu,

    cara pengolahan makanan dan penyajian menu makanan di masyarkat serta

    pengetahuan ibu juga merupakan salah satu faktor terjadinya kurang gizi

    termasuk protein pada balita, karena masih banyak yang beranggapan bila

    anaknya sudah merasa kenyang berarti kebutuhan gizi mereka telah

    terpenuhi.3,5

    Di negaranegara berkembang, intake makanan yang tidak adekuat

    merupakan penyebab utama terjadinya malnutrisi, malnutrisi energi protein

    lebih sering disebabkan oleh penurunan absorbsi makanan atau abnormalitas

    metabolisme. Diet yang berlebihan, penanganan alergi makanan yang

    kurang memadai serta penyakit kejiwaan seperti anorexia nervosa, dapat

    menjadi salah satu penyebab malnutrisi protein energi yang parah.3

    Penyebab KEP sangat banyak dan bervariasi. Beberapa faktor bisa

    berdiri sendiri atau terjadi bersama-sama. Faktor tersebut adalah faktor

    ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, gangguan metabolisme, penyakit

    jantung bawaan atau penyakit bawaan lainnya. Pada daerah pedesaan

    biasanya faktor sosial, ekonomi dan pendidikan yang sering berpengaruh,

    KEP timbul pada anggota keluarga rumah tangga miskin oleh karena

    kelaparan akibat gagal panen atau hilangnya mata pencaharian sehingga

    mempengaruhi pemberian asupan gizi pada anak. Di daerah perkotaan

    tampaknya yang sering terjadi karena adanya gangguan sistem saluran cerna

    dan gangguan metabolisme sejak lahir, atau malnutrisi sekunder. Gangguan

  • 8/10/2019 Protein Energi Malnutrition (Fix)

    4/30

    4

    ini bisa karena penyakit usus, intoleransi makanan, alergi makanan, atau

    penyakit metabolisme lainnya.6,7

    a. Marasmus8

    Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:

    - Pemasukan kalori yang tidak cukup. Marasmus terjadi akibat

    masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak

    sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang

    tua si anak.

    -

    Kebiasaan makan yang tidak tepat. Seperti mereka yang

    mempunyai hubungan orang tuaanak terganggu.

    - Kelainan metabolik. Misalnya: renal asidosis, idiopathic

    hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance.

    - Malformasi kongenital. Misalnya: penyakit jantung bawaan,

    penyakit Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis,

    micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic

    fibrosis pankreas.

    b. Kwashiorkor8

    Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein

    yang berlangsung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan

    kwashiorkor antara lain.

    1. Pola makan

    Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak

    untuk tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan

    mengandung kalori yang cukup, tidak semua makanan

    mengandung protein/ asam amino yang memadai. Bayi yang masih

    menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan

    ibunya, namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein dari

    sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain) sangatlah

    dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan

  • 8/10/2019 Protein Energi Malnutrition (Fix)

    5/30

    5

    nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor,

    terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.

    2. Faktor sosial

    Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi,

    keadaan sosial dan politik tidak stabil ataupun adanya pantangan

    untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah berlangsung

    turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya

    kwashiorkor.

    3. Faktor ekonomiKemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat

    memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak

    tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi

    kebutuhan proteinnya.

    4. Faktor infeksi dan penyakit lain

    Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP

    dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan

    gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan akan

    menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.

    c. Marasmickwashiorkor9

    Penyebab marasmic kwashiorkor dapat dibagi menjadi

    dua penyebab yaitu malnutrisi primer dan malnutrisi sekunder.

    Malnutrisi primer adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh

    asupan protein maupun energi yang tidak adekuat. Malnutrisi

    sekunder adalah malnutrisi yang terjadi karena kebutuhan yang

    meningkat, menurunnya absorbsi dan/atau peningkatan kehilangan

    protein maupun energi dari tubuh.

    IV. KLASIFIKASI

    Penentuan prevalensi PEM diperlukan klasifikasi menurut derajat

    beratnya PEM. Tingkat PEM I dan PEM II disebut tingkat PEM ringan dan

    sedang dan PEM III disebut PEM berat. PEM berat ini terdiri dari

  • 8/10/2019 Protein Energi Malnutrition (Fix)

    6/30

    6

    marasmus, kwashiorkor dan gabungan keduanya. Maksud utama

    penggolongan ini adalah untuk keperluan perawatan dan pengobatan. Untuk

    menentukan klasifikasi diperlukan batasan-batasan yang disebut dengan

    ambang batas. Batasan ini di setiap negara relatif berbeda, hal ini tergantung

    dari kesepakatan para ahli gizi di negara tersebut, berdasarkan hasil

    penelitian empiris dan keadaan klinis.10

    Klasifikasi PEM menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI

    Tahun 1999 dapat diklasifikasikan menjadi 5 kategori, yaitu Overweight,

    normal, PEM I(ringan), PEM II (sedang) dan PEM III (berat). Baku rujukanyang digunakan adalah WHO-NCHS, dengan indeks berat badan menurut

    umur.10

    Klasifikasi PEM menurut Depkes RI :

    Kategori Status BB/U (%Baku WHO-NCHS, 1983)

    Overweight Gizi lebih > 120 % Median BB/U

    Normal Gizi Baik 80 %120 % Median BB/U

    KEP I Gizi Sedang 70 %79,9 % Median BB/U

    KEP II Gizi Kurang 60 %69,9 % Median BB/UKEP III Gizi Buruk < 60 % Median BB/U

    Sumber: Depkes RI(1999:26)

    Sedangkan klasifikasi kurang Energi Protein menurut standar WHO:

    Klasifikasi

    Malnutrisi sedang Malnutrisi Berat

    Edema Tanpa edema Dengan edema

    BB/TB -3SD s/d -2 SD < -3 SD

    TB/U -3SD s/d -2 SD < -3 SD

    Terdapat tiga macam bentuk dari PEM, yaitu :

    1.

    Marasmus.

    Marasmus merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh defisiensi

    kalori dan energi. Tidak seperti kwashiorkor, gejala sisa marasmus dapat

    dianggap sebagai adaptasi pada anak dalam menghadapi asupan energi yang

    tidak mencukupi. Marasmus selalu dihasilkan dari keseimbangan energi

  • 8/10/2019 Protein Energi Malnutrition (Fix)

    7/30

    7

    negatif. Ketidakseimbangan dapat dihasilkan dari asupan energi yang

    menurun, penurunan jumlah kalori yang dicerna, yang dapat disebabkan

    oleh diare, muntah dan luka bakar, peningkatan pemakaian energi, atau

    kombinasi dari semua faktor tersebut. Anak anak beradaptasi terhadap

    defisiensi energi dengan cara mengurangi aktivitas fisik, letargi, dan

    penurunan metabolisme energi basal, memperlambat pertumbuhan dan pada

    akhirnya penurunan berat badan.7

    Perubahan patofisiologi yang terkait dengan defisiensi nutrisi dan

    energi dapat digambarkan sebagai:

    7

    a. Perubahan komposisi tubuh,

    b.

    Perubahan metabolik

    c. Perubahan anatomi.

    2.

    Kwashiorkor

    Kwashiorkor merupakan suatu keadaan yang diindikasikan

    berasosiasi dengan defisiensi protein. Kejadian kwashiorkor lebih jarang

    dibandingkan dengan marasmus. Terminologi kwashiorkor berasal dari

    bahasa Afrika, yang berarti First child second child. Karena, anak

    pertama dapat menderita kwashiorkor di masa pertumbuhannya saat anak

    kedua mengambil alih posisinya dalam mendapatkan air susu ibu (ASI).7

    3. MarasmusKwashiorkor

    Merupakan suatu keadaan yang menggambarkan gabungan antara

    keduanya.7

    V.PATOFISIOLOGI

    Protein Energi Malnutrisi (PEM) adalah manifestasi dari

    kurangnya asupan protein dan energi, dalam makanan sehari-hari yang

    tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG), dan biasanya juga diserta

    adanya kekurangan dari beberapa nutrisi lainnya. Disebut malnutrisi

    primer bila kejadian KEP akibat kekurangan asupan nutrisi, yang pada

  • 8/10/2019 Protein Energi Malnutrition (Fix)

    8/30

    8

    umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan serta

    rendahnya pengetahuan dibidang gizi. Malnutrisi sekunder bila kondisi

    masalah nutrisi seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit utama,

    seperti kelainan bawaan, infeksi kronis ataupun kelainan pencernaan dan

    metabolik, yang mengakibatkan kebutuhan nutrisi meningkat,

    penyerapan nutrisi yang turun dan/meningkatnya kehilangan nutrisi.

    Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai

    cadangan makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup,

    dimulai dengan pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadanganlemak serta protein dengan melalui proses katabolik. Kalau terjadi stres

    katabolik (infeksi) maka kebutuhan akan protein akan meningkat,

    sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relatif, kalau

    kondisi ini terjadi pada saat status gizi masih diatas -3 SD (-2SD--3SD),

    maka terjadilah kwashiorkor (malnutrisi akut/decompensated

    malnutrition). Pada kondisi ini penting peranan radikal bebas dan anti

    oksidan. Bila stres katabolik ini terjadi pada saat status gizi dibawah -3

    SD, maka akan terjadilah marasmik-kwashiorkor. Kalau kondisi

    kekurangan ini terus dapat teradaptasi sampai dibawah -3 SD maka akan

    terjadilah marasmik (malnutrisikronik/compensated malnutrition).

    Dengan demikian pada malnutrisi dapat terjadi : gangguan pertumbuhan,

    atrofi otot, penurunan kadar albumin serum, penurunan hemoglobin,

    penurunan sistem kekebalan tubuh, penurunan berbagai sintesa enzim.9

    Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus

    melalui 3 proses fisiologis, yaitu : pengendalian rasa lapar dan kenyang,

    mempengaruhi laju pengeluaran energi dan regulasi sekresi hormon.

    Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-

    sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal

    aferen dari perifer (jaringan adipose, usus dan jaringan otot). Sinyal-

    sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta

    menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik

    (anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2

  • 8/10/2019 Protein Energi Malnutrition (Fix)

    9/30

    9

    kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek

    mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan

    faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan

    oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa

    lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan

    insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi.9

    Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka

    jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin

    dalam peredaran darah. Leptin kemudian merangsang anorexigeniccenter di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptide Y

    (NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula

    sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka

    jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic

    center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan.

    Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga

    tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan13.

    VI. MANIFESTASI KLINIS

    Manifestasi klinis PEM berbedabeda tergantung derajat dan lama

    deplesi protein, energi, dan umur penderita, juga tergantung oleh hal lain

    seperti adanya kekurangan vitamin dan mineral yang menyertainya. Pada

    PEM ringan dan sedang yang ditemukan hanya pertumbuhan yang kurang,

    seperti berat badan yang kurang dibandingkan dengan anak yang sehat.3

    PEM ringan dan sedang sering ditemukan pada anakanak dari 9

    bulan sampai usia 2 tahun, tetapi dapat dijumpai pula pada anak yang lebih

    besar.5

    Berikut tanda tanda PEM ringan dan sedang dilihat dari

    pertumbuhan yang terganggu dapat diketahui melalui :5

  • 8/10/2019 Protein Energi Malnutrition (Fix)

    10/30

    10

    1. Pertumbuhan linier berkurang atau berhenti,

    2.

    Kenaikan berat badan berkurang, terhenti, ada kalanya berat badan

    kadang menurun,

    3. Ukuran lingkar lengan atas menurun,

    4. Maturasi tulang terlambat,

    5.

    Rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun,

    6. Tebal lipat kulit normal atau mengurang,

    7. Anemia ringan, diet yang menyebabkan PEM sering tidak mengandung

    cukup zat besi dan vitaminvitamin lainnya,8. Aktivitas dan perhatian mereka berkurang jika dibandingkan dengan

    anak sehat,

    9. Kelainan kulit maupun rambut jarang ditemukan pada PEM ringan dan

    sedang, akan tetapi adakalanya dapat ditemukan.

    Pada PEM berat gejala klinisnya khas sesuai dengan defisiensi zat

    tersebut. PEM berat ini terdiri dari marasmus, kwashiorkor dan gabungan

    keduanya, marasmus kwasiokor.5

    Secara klinis terdapat dalam 3 tipe PEM berat yaitu :5,14

    1. Kwashiorkor, ditandai dengan :

    a. Edema, yang dapat terjadi di seluruh tubuh,

    b. Wajah sembab dan membulat,

    c. Mata sayu,

    d.

    Rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung, mudah dicabut danrontok,

    e.

    Cengeng, rewel dan apatis,

    f. Pembesaran hati,

    g.

    Otot mengecil (hipotrofi),

    h. Bercak merah ke coklatan di kulit dan mudah terkelupas (crazy

    pavement dermatosis),

    i.

    Penyakit infeksi terutama akut, diare dan anemia.

  • 8/10/2019 Protein Energi Malnutrition (Fix)

    11/30

    11

    2. Marasmus ditandai dengan :

    a. Sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit,

    b.

    Wajah seperti orang tua (old man face),

    c. Cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak subkutan

    minimal/tidak ada,

    d. Perut cekung,

    e. Iga gambang,

    f. Infeksi dan diare.S

  • 8/10/2019 Protein Energi Malnutrition (Fix)

    12/30

    12

    3. Marasmus kwashiorkor, campuran gejala klinis kwashiorkor dan

    marasmus.

  • 8/10/2019 Protein Energi Malnutrition (Fix)

    13/30

  • 8/10/2019 Protein Energi Malnutrition (Fix)

    14/30

    14

    Jika BB/TB tidak dapat diukur, gunakan tanda klinis berupa anak

    tampak sangat kurus (visible severe wasting) dan tidak mempunyai

    jaringan lemak bawah kulit terutama pada kedua bahu, lengan, pantat,

    paha, tulang iga terlihat jelas, dengan atau tanpa adanya edema12.

    Anak anak dengan BB/U

  • 8/10/2019 Protein Energi Malnutrition (Fix)

    15/30

    15

    a.7. Fasilitas tumbuh kejar

    a.8. Koreksi defisiensi nutrisi mikro

    a.9. Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental

    a.10. Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh

    a. Mencegah dan mengatasi hipoglikemi

    Semua anak dengan gizi buruk berisiko hipoglikemia (kadar gula

    darah < 3 mmol/L atau < 54 mg/dl) sehingga setiap anak gizi buruk harus

    diberi makan atau larutan glukosa/gula pasir 10% segera setelah masuk

    rumah sakit15.

    Jika fasilitas setempat tidak memungkinkan untuk memeriksa

    kadar gula darah, maka semua anak gizi buruk harus dianggap menderita

    hipoglikemia dan segera ditangani sesuai panduan15.

    Tatalaksana15

    - Segera beri F-75 pertama atau modifikasinya bila penyediaannya

    memungkinkan.

  • 8/10/2019 Protein Energi Malnutrition (Fix)

    16/30

  • 8/10/2019 Protein Energi Malnutrition (Fix)

    17/30

    17

    anak) atau lampu di dekatnya, atau letakkan anak langsung pada dada atau

    perut ibunya (dari kulit ke kulit: metode kanguru). Bila menggunakan

    lampu listrik, letakkan lampu pijar 60 W dengan jarak 60 cm dari tubuh

    anak.

    - Beri antibiotik sesuai pedoman.

    Pemantauan15

    - Ukur suhu aksilar anak setiap 2 jam sampai suhu meningkat menjadi 36.5

    C atau lebih. Jika digunakan pemanas, ukur suhu tiap setengah jam.

    Hentikan pemanasan bila suhu mencapai 36.5 C- Pastikan bahwa anak selalu tertutup pakaian atau selimut, terutama pada

    malam hari

    - Periksa kadar gula darah bila ditemukan hipotermia

    Pencegahan15

    -

    Letakkan tempat tidur di area yang hangat, di bagian bangsal yang bebas

    angin dan pastikan anak selalu tertutup pakaian/selimut

    - Ganti pakaian dan seprai yang basah, jaga agar anak dan tempat tidur tetap

    kering

    - Hindarkan anak dari suasana dingin (misalnya: sewaktu dan setelah mandi,

    atau selama pemeriksaan medis)

    -

    Biarkan anak tidur dengan dipeluk orang tuanya agar tetap hangat,

    terutama di malam hari

    - Beri makan F-75 atau modifikasinya setiap 2 jam, mulai sesegera

    mungkin, sepanjang hari, siang dan malam.

    c. Mencegah dan mengatasi dehidrasi

    Diagnosis

    Cenderung terjadi diagnosis berlebihan dari dehidrasi dan estimasi

    yang berlebihan mengenai derajat keparahannya pada anak dengan gizi

    buruk. Hal ini disebabkan oleh sulitnya menentukan status dehidrasi secara

    tepat pada anak dengan gizi buruk, hanya dengan menggunakan gejala

  • 8/10/2019 Protein Energi Malnutrition (Fix)

    18/30

    18

    klinis saja. Anak gizi buruk dengan diare cair, bila gejala dehidrasi tidak

    jelas, anggap dehidrasi ringan15

    .

    Tatalaksana15

    - Jangangunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat

    dengan syok.

    -

    Beri ReSoMal, secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih lambat

    disbanding jika melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik.

    - Beri 5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama

    - Setelah 2 jam, berikan ReSoMal 510 ml/kgBB/jam berselang-selingdengan F-75 dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam.

    Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau, volume tinja

    yang keluar dan apakah anak muntah.

    - Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam

    - Jika masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare. Untuk usia < 1 th: 50-

    100ml setiap buang air besar, usia 1 th: 100 -200 ml setiap buang air

    besar.

    d. Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit

    Pemantauan

    Pantau kemajuan proses rehidrasi dan perbaikan keadaan klinis setiap

    setengah jam selama 2 jam pertama, kemudian tiap jam sampai 10 jam

    berikutnya. Waspada terhadap gejala kelebihan cairan, yang sangat

    berbahaya dan bisa mengakibatkan gagal jantung dan kematian15.

    Periksalah15:

    - frekuensi napas

    -

    frekuensi nadi

    - frekuensi miksi dan jumlah produksi urin

    - frekuensi buang air besar dan muntah

    Selama proses rehidrasi, frekuensi napas dan nadi akan berkurang dan

    mulai ada diuresis. Kembalinya air mata, mulut basah cekung mata dan

    fontanel berkurang serta turgor kulit membaik merupakan tanda

  • 8/10/2019 Protein Energi Malnutrition (Fix)

    19/30

    19

    membaiknya hidrasi, tetapi anak gizi buruk seringkali tidak

    memperlihatkan tanda tersebut walaupun rehidrasi penuh telah terjadi,

    sehingga sangat penting untuk memantau berat badan.

    Jika ditemukan tanda kelebihan cairan (frekuensi napas meningkat

    5x/menit dan frekuensi nadi 15x/menit), hentikan pemberian

    cairan/ReSoMal segera dan lakukan penilaian ulang setelah 1 jam.

    Pencegahan15

    Cara mencegah dehidrasi akibat diare yang berkelanjutan sama dengan

    pada anak dengan gizi baik, kecuali penggunaan cairan ReSoMal sebagaipengganti larutan oralit standar.

    - Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI

    - Pemberian F-75 sesegera mungkin

    - Beri ReSoMal sebanyak 50-100 ml setiap buang air besar cair.

    Tatalaksana15

    - Untuk mengatasi gangguan elektrolit diberikan Kalium dan Magnesium,

    yang sudah terkandung di dalam larutan Mineral-Mix yang ditambahkan

    ke dalam F-75, F-100 atau ReSoMal

    - Gunakan larutan ReSoMal untuk rehidrasi

    - Siapkan makanan tanpa menambahkan garam (NaCl).

    e. Mengobati infeksi

    Pada gizi buruk, gejala infeksi yang biasa ditemukan seperti demam,

    seringkali tidak ada, padahal infeksi ganda merupakan hal yang sering

    terjadi. Oleh karena itu, anggaplah semua anak dengan gizi buruk

    mengalami infeksi saat mereka datang ke rumah sakit dan segera tangani

    dengan antibiotik. Hipoglikemia dan hipotermia merupakan tanda infeksi

    berat15.

    Tatalaksana15

    Berikan pada semua anak dengan gizi buruk:

    - Antibiotik spektrum luas

  • 8/10/2019 Protein Energi Malnutrition (Fix)

    20/30

    20

    - Vaksin campak jika anak berumur 6 bulan dan belum pernah

    mendapatkannya, atau jika anak berumur > 9 bulan dan sudah pernah

    diberi vaksin sebelum berumur 9 bulan.

    - Tunda imunisasi jika anak syok.

    Pilihan antibiotik spektrum luas

    -

    Jika tidak ada komplikasi atau tidak ada infeksi nyata, beri Kotrimoksazol

    per oral (25 mg SMZ + 5 mg TMP/kgBB setiap 12 jam selama 5 hari

    - Jika ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak terlihat letargis

    atau tampak sakit berat), atau jelas ada infeksi, beri: Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari), dilanjutkan

    dengan Amoksisilin oral (15 mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hari) ATAU,

    jika tidak tersedia amoksisilin, beri Ampisilin per oral (50 mg/kgBB setiap

    6 jam selama 5 hari) sehingga total selama 7 hari

    DITAMBAH:

    Gentamisin (7.5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari selama 7 hari.

    - Jika diduga meningitis, lakukan pungsi lumbal untuk memastikan dan

    obati dengan Kloramfenikol (25 mg/kg setiap 6 jam) selama 10 hari

    - Jika ditemukan infeksi spesifik lainnya (seperti pneumonia, tuberkulosis,

    malaria, disentri, infeksi kulit atau jaringan lunak), beri antibiotik yang

    sesuai.

    - Beri obat antimalaria bila pada apusan darah tepi ditemukan parasit

    malaria.

    -

    Walaupun tuberkulosis merupakan penyakit yang umum terdapat, obat anti

    tuberkulosis hanya diberikan bila anak terbukti atau sangat diduga

    menderita tuberkulosis.

    Pemantauan

    Jika terdapat anoreksia setelah pemberian antibiotik di atas, lanjutkan

    pengobatan sampai seluruhnya 10 hari penuh. Jika nafsu makan belum

    membaik, lakukan penilaian ulang menyeluruh pada anak15.

  • 8/10/2019 Protein Energi Malnutrition (Fix)

    21/30

  • 8/10/2019 Protein Energi Malnutrition (Fix)

    22/30

    22

    - Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dan rendah osmolaritas

    maupun rendah laktosa

    - Berikan secara oral atau melalui NGT, hindari penggunaan parenteral

    - Energi: 100 kkal/kgBB/hari

    - Protein: 1-1.5 g/kgBB/hari

    -

    Cairan: 130 ml/kgBB/hari (bila ada edema berat beri 100 ml/kgBB/hari)

    - Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan, tetapi pastikan bahwa jumlah

    - F-75 yang ditentukan harus dipenuhi seperti di bawah ini:

    Pada anak dengan nafsu makan baik dan tanpa edema, jadwal di

    atas dapat dipercepat menjadi 2-3 hari. Jika jumlah petugas terbatas, beri

    prioritas untuk pemberian makan setiap 2 jam hanya pada kasus yang

    keadaan klinisnya paling berat, dan bila terpaksa upayakan paling tidak

    tiap 3 jam pada fase permulaan. Libatkan dan ajari orang tua atau

    penunggu pasien15.

    Pemberian makan sepanjang malam hari sangat penting agar anak

    tidak terlalu lama tanpa pemberian makan (puasa dapat meningkatkan

    risiko kematian). Apabila pemberian makanan per oral pada fase awal

    tidak mencapai kebutuhan minimal (80 kkal/kgBB/hari), berikan sisanya

    melalui NGT.Jangan melebihi 100 kkal/kgBB/hari pada fase awal ini.15

    Pada cuaca yang sangat panas dan anak berkeringat banyak maka anak

    perlu mendapat ekstra air/cairan.

    Pemantauan

    Hari ke : Frekuensi Volume/kgBB/pemberian Volume/kgBB/hari

    1

    2

    3

    5

    6

    dst

    2 jam

    3 jam

    4 jam

    11 ml

    16 ml

    22 ml

    130 ml

    130 ml

    130 ml

  • 8/10/2019 Protein Energi Malnutrition (Fix)

    23/30

    23

    Pantau dan catat setiap hari15:

    Jumlah makanan yang diberikan dan dihabiskan

    Muntah

    Frekuensi defekasi dan konsistensi feses

    Berat badan.

    h. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar

    Tanda yang menunjukkan bahwa anak telah mencapai fase ini adalah15:

    Kembalinya nafsu makan Edema minimal atau hilang.

    Tatalaksana

    Lakukan transisi secara bertahap dari formula awal (F-75) ke formula

    tumbuh-kejar (F-100) (fase transisi)15:

    Ganti F 75 dengan F 100. Beri F-100 sejumlah yang sama dengan F-75

    selama 2 hari berturutan.

    Selanjutnya naikkan jumlah F-100 sebanyak 10 ml setiap kali pemberian

    sampai anak tidak mampu menghabiskan atau tersisa sedikit. Biasanya hal

    ini terjadi ketika pemberian formula mencapai 200 ml/kgBB/hari.

    Dapat pula digunakan bubur atau makanan pendamping ASI yang

    dimodifikasi sehingga kandungan energi dan proteinnya sebanding dengan

    F-100.

    Setelah transisi bertahap, beri anak:

    -

    pemberian makan yang sering dengan jumlah tidak terbatas (sesuai

    kemampuan anak)

    - energi: 150-220 kkal/kgBB/hari

    -

    protein: 4-6 g/kgBB/hari.

    Bila anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI tetapi pastikan

    anak sudah mendapat F-100 sesuai kebutuhan karena ASI tidak

    mengandung cukup energi untuk menunjang tumbuh-kejar. Makanan-

    terapeutik-siap-saji (ready to use therapeutic food = RUTF) yang

  • 8/10/2019 Protein Energi Malnutrition (Fix)

    24/30

    24

    mengandung energi sebanyak 500 kkal/sachet 92g dapat digunakan pada

    fase rehabilitasi.

    Pemantauan

    H indari terj adinya gagal jantung.

    Amati gejala dini gagal jantung (nadi cepat dan napas cepat). Jika nadi

    maupun frekuensi napas meningkat (pernapasan naik 5x/menit dan nadi

    naik 25x/menit), dan kenaikan ini menetap selama 2 kali pemeriksaan

    dengan jarak 4 jam berturut-turut, maka hal ini merupakan tanda bahaya(cari penyebabnya).

    Lakukan segera15:

    - kurangi volume makanan menjadi 100 ml/kgBB/hari selama 24 jam

    - kemudian, tingkatkan perlahan-lahan sebagai berikut:

    -

    115 ml/kgBB/hari selama 24 jam berikutnya

    - 130 ml/kgBB/hari selama 48 jam berikutnya

    - selanjutnya, tingkatkan setiap kali makan dengan 10 ml sebagaimana

    dijelaskan sebelumnya.

    - atasi penyebab

    Penilaian kemajuan

    Kemajuan terapi dinilai dari kecepatan kenaikan berat badan setelah taha

    ptransisi dan mendapat F-10015:

    Timbang dan catat berat badan setiap pagi sebelum diberi makan

    Hitung dan catat kenaikan berat badan setiap 3 hari dalam

    gram/kgBB/hari

    Jika kenaikan berat badan:

    -

    kurang (< 5 g/kgBB/hari), anak membutuhkan penilaian ulang

    lengkap

    - sedang (5-10 g/kgBB/hari), periksa apakah target asupan

    terpenuhi, atau mungkin ada infeksi yang tidak terdeteksi.

    - baik (> 10 g/kgBB/hari).

    i.

    Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang

  • 8/10/2019 Protein Energi Malnutrition (Fix)

    25/30

    25

    - ungkapan kasih sayang

    -

    lingkungan yang ceria

    - terapi bermain terstruktur selama 1530 menit per hari

    - aktivitas fisik segera setelah anak cukup sehat

    - keterlibatan ibu sesering mungkin (misalnya menghibur, memberi makan,

    memandikan, bermain)15

    j. Mempersiapkan untuk tindak lanjut di rumah

    Bila telah tercapai BB/TB > -2 SD (setara dengan >80%) dapat dianggapanak telah sembuh. Anak mungkin masih mempunyai BB/U rendah karena

    anak berperawakan pendek. Pola pemberian makan yang baik dan

    stimulasi harus tetap dilanjutkan di rumah15.

    Berikan contoh kepada orang tua15:

    -

    Menu dan cara membuat makanan kaya energi dan padat gizi serta

    frekuensi pemberian makan yang sering.

    - Terapi bermain yang terstruktur

    Sarankan:

    - Melengkapi imunisasi dasar dan/atau ulangan

    - Mengikuti program pemberian vitamin A (Februari dan Agustus)

    Pemulangan sebelum sembuh total

    Anak yang belum sembuh total mempunyai risiko tinggi untuk kambuh.

    Waktu untuk pemulangan harus mempertimbangkan manfaat dan faktor

    risiko. Faktor sosial juga harus dipertimbangkan. Anak membutuhkan

    perawatan lanjutan melalui rawat jalan untuk menyelesaikan fase

    rehabilitasi serta untuk mencegah kekambuhan.15

    Beberapa pertimbangan agar perawatan di rumah berhasil15:

    Anak seharusnya:

    telah menyelesaikan pengobatan antibiotik

    mempunyai nafsu makan baik

    menunjukkan kenaikan berat badan yang baik

    edema sudah hilang atau setidaknya sudah berkurang.

  • 8/10/2019 Protein Energi Malnutrition (Fix)

    26/30

    26

    Ibu atau pengasuh seharusnya:

    mempunyai waktu untuk mengasuh anak

    memperoleh pelatihan mengenai pemberian makan yang tepat (jenis,

    jumlah dan frekuensi)

    mempunyai sumber daya untuk memberi makan anak. Jika tidak

    mungkin, nasihati tentang dukungan yang tersedia.

    Tindak lanjut bagi anak yang pulang sebelum sembuh

    Jika anak dipulangkan lebih awal, buatlah rencana untuk tindak

    lanjut sampai anak sembuh

    15

    : Hubungi unit rawat jalan, pusat rehabilitasi gizi, klinik kesehatan local

    untuk melakukan supervisi dan pendampingan.

    Anak harus ditimbang secara teratur setiap minggu. Jika ada kegagalan

    kenaikan berat badan dalam waktu 2 minggu berturut-turut atau terjadi

    penurunan berat badan, anak harus dirujuk kembali ke rumah sakit.

    Langkah berikutnya adalah penggantian macronutrients yang

    sebelumnya ditunda pemberiannya dalam 24 48 jam. Pemberian susu

    formula merupakan pilihan. Pada awal dietetik, makanan diberikan sedikit

    sedikit tetapi sering. Setelah satu minggu, intake kalori dinaikkan menjadi

    175 kkal/kgBB/hari serta pemberian protein sebesar 4 gr/kgBB/hari. Selain

    itu, dapat disertai dengan pemberian multivitamin, antara lain :15

    Magnesium sulfat 0,4 mEq/kgBB/hari, intramuskular, selama 7 hari

    Vitamin B kompleks diberikan selama 3 hari, bersama sama dengan

    pemberian vitamin A, phosphorus, zinc, mangan, dan lainlain.

    Tujuan penatalaksanaan ialah pemberian makanan yang adekuat,

    mengobati penyakit defisiensi gizi dan non gizi (infeksi/infestasi) yang

    menyertai PEM, serta mengobati komplikasi.15

    1. Dietetik

    A. Sasaran diit TKTP :

    03 tahun : 150175 kcal/kgBB/hr + protein 35 g/kgBB/hr.

  • 8/10/2019 Protein Energi Malnutrition (Fix)

    27/30

    27

    Lebih 3 tahun : 1,5 kali kebutuhan normal menurut umur.

    B.

    Pemberian makanan :

    Secara bertahap ditingkatkan hingga mencapai sasaran.

    Disesuaikan dengan toleransi pencernaan (intoleransi laktosa,

    malabsorbsi lemak).

    Pola makanan dalam bentuk mudah diterima sesuai umur dan berat

    badan (dengan ekstra kalori + protein hewani atau nabati).

    a.

    Tahap-tahap pemberian makanan :

    Minggu I (tahap stabilisasi) : TKTP atau 80%

    kebutuhan normal.

    Minggu II (tahap transisi) : 150% kebutuhan

    normal.

    Minggu III (tahap rehabilitasi) : 150 200%

    kebutuhan normal.

    b. Keadaan khusus :

    Makanan per sonde. IVFD untuk dehidrasi berat.

    Nutrisi parenteral

    4. Suplementasi vitamin :

    A. Vitamin A :

    200.000 SI vitamin A (oily solution) per oral, atau 100.000 SI

    vitamin A (water miscible solution) untuk anak > 1 tahun pada

    hari

    Rutin : 1500 SI per oral setiap hari.

    Bila ada Xerophthalmia : 100.000 SI per oral (oily solution)

    waktu pulang.

    Khusus anak 612 bulan : 100.000 SI per oral.

    Khusus anak 06 bulan : 50.000 SI per oral.

    B.

    Vitamin B kompleks :

  • 8/10/2019 Protein Energi Malnutrition (Fix)

    28/30

    28

    2 x 1 tablet tiap hari. (Untuk kebutuhan metabolisme yang

    meningkat maupun adanya defisiensi B kompleks penyerta).

    5. Suplementasi mineral :

    A. Potassium (K) :

    o Untuk mengembalikan TBP (Total Body Potassium) yang hilang.

    o Segera pada hari pertama per oral atau per infus.

    o Dosis KCl : dengan diare 24 mEq/kg BB/hari, tanpa diare 12

    mEq/KgBB/hari (N= 1,5 mEq/kgBB/hari, 1 mEq = 75 mg).

    o Pemberian 23 minggu (kontrol pemeriksaan elektrolit darah dan

    EKG).

    B. Magnesium (Mg) :

    o Bersama dengan Potassium selama 23 minggu per oral.

    o Dosis MgCl2: 23 mEq/kgBB/hari (N=200-300 mg/hari, 1 mEq

    = 50 mg).

    C.

    Sodium (Na) :

    o Tidak dilakukan suplementasi langsung dengan NaCl (N = 2

    mEq/kgBB/hari, 1 mEq = 60 mg)

    o Makanan cair per oral atau infus tidak boleh mengandung Na

    lebih dari 70 mEq/liter larutan.

    D. Ferrum (Fe) :

    o Untuk anemia defisiensi besi :

    o

    Dosis : 3 mg Fe elemental/kgBB/hari per oral.

    o Diberikan 12 minggu setelah diare teratasi dan masukan protein

    sudah memadai.

    E. Calsium (Ca) :

    o Hanya bila ada gejala klinik defisiensi.

    o Dosis : 3 g/hari per infus (kecuali bila cairan mengandung Nabic) atau

    per oral (Ca gluconas 10%).

  • 8/10/2019 Protein Energi Malnutrition (Fix)

    29/30

    29

    IX. PROGNOSIS

    Prognosis dari penyakit ini baik, jika diatasi secepat mungkin.

    Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi antara lain,

    adanya infeksi berat, gagal tumbuh serta abnormalitas elektrolit yang berat

    dapat memperburuk prognosis, bahkan dapat menyebabkan kematian.15

  • 8/10/2019 Protein Energi Malnutrition (Fix)

    30/30

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Malnutrisi. In: Ismael S, Alatas H, Akib A, dkk, editors. Buku Ajar Ilmu

    Kesehatan Anak. Jilid I. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran

    Universitas Indonesia; 1991. Hal. 163-169

    2.

    A Evawany. Kurang Energi Protein (Protein Energy Malnutrition).

    Available from:

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3741/1/fkmgizi-

    evawany.pdf

    3. Scheinfeld. N.S. Protein-energy malnutrition [online]. 2010, Augustus 24

    [cited on 2014, Juli 28]. Available from :http://emedicine.medscape.com/.

    4. Morley J. E. Protein energy undernutrition [online]. 2007 June [cited on

    2014, Juli 28]. Available from :http://www.merckmanual.com/

    5. Adila. R. Kurang energi protein [online]. 2008 [cited on 2014, Juli 28].

    6. Gunung MPH, I Komang. Dr (1999), Perjalanan Alamiah Penyakit Gizi

    Kurang, Lab. Gizi, Jurusan IKM, FK UNUD, Denpasar

    7.

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2000), Pedoman Tata

    Laksana Kurang Energi Protein Pada Anak di Rumah Sakit

    Kabupaten/Kodya, Depkes RI Jakarta.

    8.

    Rabi Yaszero. Epidemiologi Penanggulangan Marasmus dan Mengenal

    Kwashiorkor

    9. Hidajat B, Irawan R, Hidjati S. Kurang Energi Protein (KEP)

    http://pediatrik.com/pdt/07110-rswg255.html

    10.Barbara Lukee (1984), Principles Of Nutrition and Diet Therapy, Little

    Brown and Company, Boston Toronto.

    11.

    Rabinowtz, S.S. Marasmus [online]. 2009, May 20 [cited on 2014, Juli

    28]. Available from :http://emedicine.medscape.com/

    12.

    Thomas, D.R. Undernutrition [online]. 2007, Augustus [cited on 2014,

    Juli 2014]. Available from :http://merckmanual.com/

    13.

    Barness L.A. and Curran J.S. Nutrisi. Dalam : Nelson W.E, et all.

    Nelson, ilmu kesehatan anak. Volume 1. Edisi 15. Jakarta : Penerbit

    Buku Kedokteran EGC. 2000. P. 211-3.

    14.

    Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Standar pelayanan medis kesehatan anak.

    Makassar : SMF Anak RS.Dr. Wahidin Sudirohusodo. 2009. P.73-8

    15.

    World Health Organization. 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah

    Sakit. Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di

    Kabupaten /Kota. Jakarta; Bina Mulia. Hal 197-217.

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3741/1/fkmgizi-evawany.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3741/1/fkmgizi-evawany.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3741/1/fkmgizi-evawany.pdfhttp://emedicine.medscape.com/http://emedicine.medscape.com/http://www.merckmanual.com/http://www.merckmanual.com/http://www.merckmanual.com/http://pediatrik.com/pdt/07110-rswg255.htmlhttp://emedicine.medscape.com/http://emedicine.medscape.com/http://emedicine.medscape.com/http://merckmanual.com/http://merckmanual.com/http://merckmanual.com/http://merckmanual.com/http://emedicine.medscape.com/http://pediatrik.com/pdt/07110-rswg255.htmlhttp://www.merckmanual.com/http://emedicine.medscape.com/http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3741/1/fkmgizi-evawany.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3741/1/fkmgizi-evawany.pdf