Top Banner
PROSPEK DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN INDUSTRB PULP DAN MEATAS INDONESIA DAUM EM EKOLABELING DAN OTOshlOMl DAERAN Prof. Dr. Ir. F. Gunaman Suratmo, MF Guru Besar Fakultas Kehutanan Instifuf PeHanian Bogor Seminar mengenai Prospek dan Tantangan pengembangan agribisnis pulp dan kertas dalam Ekolabeling dan Otonomi Daerah sangatlah menarik, karena dalam seminar ini diharapkan akan dibedah d m dibahas mengenai: (1) Potensi kemampuan dalam pembangunan melahi agribisnis pulp dan kertas (2) Hambatan dan tantangan yang ada baik dari dalam maupun luar negeri, terutama dengan adanya ecolabeling, IS0 9000, IS0 14000 sampai kesepakatan dalam WTO. (3) Peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan dalam perdagangan internasional yang sangat menjanjikan (promising). (4) Kelemahan yang dimiliki Indonesia yang akan menjadi hambatan, terutama dalam pengelolaan bahan baku dan kelemahan pengelolaan industri. Tantangan yang akan dihadapi pengembangan agribisnis industri kulp dan kertas terutama dalam pemasaran hasil industri pulp dan kertas didalam dan
8

Prosiding Prospekdantantangan Pengembangan Pulp-2

Nov 29, 2015

Download

Documents

zebitoexposto
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Prosiding Prospekdantantangan Pengembangan Pulp-2

PROSPEK DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN INDUSTRB PULP DAN MEATAS INDONESIA

DAUM EM EKOLABELING DAN OTOshlOMl DAERAN

Prof. Dr. Ir. F. Gunaman Suratmo, MF Guru Besar Fakultas Kehutanan

Instifuf PeHanian Bogor

Seminar mengenai Prospek dan Tantangan pengembangan agribisnis pulp dan kertas dalam Ekolabeling dan Otonomi Daerah sangatlah menarik, karena dalam seminar ini diharapkan akan dibedah d m dibahas mengenai:

(1) Potensi kemampuan dalam pembangunan melahi agribisnis pulp dan kertas

(2) Hambatan dan tantangan yang ada baik dari dalam maupun luar negeri, terutama dengan adanya ecolabeling, IS0 9000, IS0 14000 sampai kesepakatan dalam WTO.

(3) Peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan dalam perdagangan internasional yang sangat menjanjikan (promising).

(4) Kelemahan yang dimiliki Indonesia yang akan menjadi hambatan, terutama dalam pengelolaan bahan baku dan kelemahan pengelolaan industri.

Tantangan yang akan dihadapi pengembangan agribisnis industri kulp dan kertas terutama dalam pemasaran hasil industri pulp dan kertas didalam dan

Page 2: Prosiding Prospekdantantangan Pengembangan Pulp-2

luar negeri adalah a d a ~ y a germintaan konsumen (pengimpor) untuk menjalankan pelabelan dari bahan baku

Membicarakan ekolabeling tidak akan lengkap apabila tidak mengkaitkan dengan IS0 9000 (Quality Matzagenreizt) dan IS0 14000 (Envirorzment Management System), yang kemudian akan dikaitkan dengan perdagangan internasional. Hanxbatan perdagangan ini akan menimbulkan aksi pemboikotan (ban) dan tekanakan pada program pinjaman (loan) dan hibah (gmnt).

Menghadapi hambatan dengan adanya kesepakatan internasionali ini, perlu pemerintah, pengusaha dan masyarakat Indonesia menyiapkan diri dan mengantisipasi permasalahan yang akan menggagalkan pembangunan agribisnis industri pulp dan kertas.

2.1. Pengevtian dari ECO-LABELING Sudah banyak difinisi atau pengertian dari arti dari eco-labeling, pada dasarnya diartikan sebagai "pemberian suatu label dari suatu produk". Label tersebut merupakan tanda yang mengandung informasi bahwa produk tersebut dalam proses produksinya teIah memenuhi suatu standard pelestarian lingkungan, sehingga tujuan dari system ekolabeling untuk memberikan informasi bahwa dari hasil penilaian tingkat pelestarian lingkungan dari suatu proses produksi, sehingga konsumen dalam atau luar negeri dapat merni'lih produk yang dihasilkan melalui proses pelestarian lingkungan.

Secara umum dikenal2 (dua) macam ekolabel sebagai berikut:

(1) Single isszle Assessnrerzf: pelabelan yang ditujukan pada satu atau beberapa produk. Salah satu contoh system ekolabel yang ditujukan pada produk kayu (log) dan daIam penilaian mengarah pada Sustainable Forest Management (SFM).

(2) Life Cycle Assessment: pemberian ekolabel yang bersifat komprehensip mulai sejak input bahan baku, proses pengolahan (industri) sampai ke limbah dari produk yang sudah tidak dipakai selalu iidak merusak lingkungan. Sering pula disebut sebagai suatu produksi yang selalu tidak merusak atau disebut sebagai prinsip "fronz the crndle to tlze gave". Perkembangan dari system ekolabeling ini berkembang menjadi I S 8 9000 atau Qrmlity Mnrzagernerzt dan kemudian berkembang lagi menjadi IS0 14020 - 14024 atau Enviroizmenfal Labeling".

Labeling pada produk industri hasil hutan (misalnya pulp dan kertas) akan meliputi sejak:

(1) Proses pengolahan hutannya, berarti bahan baku industri harus telah mendapat ekolabel.

Page 3: Prosiding Prospekdantantangan Pengembangan Pulp-2

(2) Pengangkufan kayu dari hutan ke pabrik

(3) Proses dalam industri misalnya limbah gas, cair dan padainya tidak merusak lingkungan disamping indicator lain seperti hemat air dan energi, kesejahteraan rnasyarakat dan karyawan pabrik.

(4) Produk yang dihasilkan tidak merusak apabila digunakm/dirnanfaatkan.

(5) Pengangkutan dan penyebaran dari produk ke konsurnen tidak merusak Lingkungan

(6) Limbah dari produk yang telah selesai dipakai tidak merusak lingkungan.

Ekolabeling pertarna sebenarnya telah diperkena&an oleh Jerrnan pada tahun 1979 dengan nama Program Blue Angel, kemudian berturut-hrut system ekolabeling diperkenalkan Amerika Serikat, Belanda dan Kanada disekitar tahun 1980.

Ekolabeling di Indonesia telah banyak dibicarakan pada tahun 1990 - 1994. Pada tahun 1990 Departemen Kehutanan dan MPI (Masyarakat Perhutani Indonesia) secara cepat dan serius segera mengantisipasi sistem tersebut.

Di dalam konierensi anggauta ITTO (Infenzatio~zal Tropical Timber Organization) di Bali pada bulan Mei 1990 telah rnenetapkan tahun 2000 kayu tropis yang diperdagangkan harus berasal dari hutan tropis yang dikelola secara lestari atau disebut sebagai Sustainable Forest Management yang berarti pula bahwa produk kayu tropis harus mendapat sertifikat ekolabef.

Negara konsurnen kayu tropis seperti Amerika, Inggris, Jerrnan, Belanda, Switzerlan, Austria dan beberapa negara eropa rnulai menuntut diberlakukan ekolabeling produk kayu dan Industri Hasil Hutan kayu tropis diberi Iabel dan memenuhi syarat IS0 9000.

Pada tahun 1990 dan 1991 ITTO telah mengeluarkan 2 (dua) pedornan pengelolaan hutan tropis secara lestari sebagai berikut:

(1) Guidelinesfor the susfainable nznizagement of Nahrral Tropical (1990).

(2) Guidelines for fhe esfablishment of Planted Tropical Forest (1991).

ITTC secara garis besar telah mernperinci kriteria-kriteria yang berisi prinsip- prinsip dan rekomendasi kegiatan yang rnungkin untuk mencapai pengelolaan hutan tropis yang lestari.

Pada tahun 1987 lnlenzational organization for standarization (1.50) telah mengeluarkan PSO 9000 yang dikenal sebagai Qualify Management atau secara

Page 4: Prosiding Prospekdantantangan Pengembangan Pulp-2

3?,L .i -I(, .e, - z *'/ Dufp d m X e r ~ i i s

l e a p dapat disebut sebagai "Standar Manajemen Mutu dan Jaminan Mufu - Pedoman Seleksi dan Penggunaan" .

IS0 9000 dibagi kedalarn:

(1) ISO9001: Sistem Mutu-Model untuk jaminan mutu dalam desain pengembangan, produksi, instalasi dan jasa.

(2) IS0 9002: Sistem Mutu Model untuk Jaminan mutu dalam produksi dan instalasi

(3) IS0 9003: Sistem Mutu-Model untuk jaminan mutu dalam inspeksi akhir dan tes.

(4) IS0 9004 bag. 2: Sistem Mutu-Model untuk jaminan mutu dalam standar pelayanan. IS0 9004 juga disebut sebagai "Manajemen kualitas dan Pedoman elemen sistem kualitas"

Penomeran IS0 9000 dan isinya telah disempurnakan sekitar tahun 1996. Pada tahun 1993, IS0 membentuk panitia teknik atau TC (Technrcal Comrnzttee)- 207 yang kemdian membentuk enam SC (Szlb-Commttfee) dan satu WG (Work- Group) untuk merumuskan beberapa standar sebagai berikut:

(1) SC-1: Sistern Manajemen Lingkungan (Envzromenfal Management System); ISO-14001.

(2) SC-2: Audit Lingkungan (Envzronnzenfal Audztzng); IS0 14010-14015.

(3) SC-3: Pelabelan Lingkungan (E~zvzrorznzental Labelzng); IS0 14020 - 14025

(4) SC-4: Evaluasi Kinerja Lingkungan (Envzronmental Performance Evaluntton); ISO-14031

(5) SC-5: Analisis Siklus Hidup (Lfe Cycle Annlysls); IS0 14041 - 14044

(6) SC-6: Istilah dan Definisi (Terms aizd Definztzons)

(7) WG:Aspek Lingkungan dari Standar Produk (Envzronmental Aspects of Product Standart); 150-14060

IS0 14000 merupakan Sistem Manajemen Lingkungan yang meliputi 5 (lima) aspek dalam bentuk desain dan kerangka ke rja pengelolaan lingkungan untuk meminimkan dampak dari kegiatan operasional yang dapat dipadukan dalam manajemen-manajemen lain dalam suatu perusahaan.

Page 5: Prosiding Prospekdantantangan Pengembangan Pulp-2

4. Perrnasalahan dengan Pengembangan Agribisnis Pulp dan Kertas dalam Era Ekolabelirag

dan Otonomi Daerah

(1) Ekolabeling adalah merupakan salah satu sistem dari pengelolam hgkungan untuk melestarikan potensi sumberdaya yang terbaharui dan menghindarkan atau meminimumkan dampak suaiu proyek pembangunan (khususnya industri).

(2) Pelaksanaan sistem ekolabeling merupakan sukarela, tetapi kalau pihak konsumen dalam atau luar negeri menghendaki, maka produsen harus memenuhi.

(3) Sertifikat atau "tda harus diberikan oleh lembaga yang kredibel (dipercaya oleh konsumen) atau professional secara h i a h dan hams Independen artinya iidak dibawah instansi pemerintah atau pengusaha d m biasanya lembaga tersebut nir-laba. Indonesia dapat membentuk lembaga sendiri seperti L.E.I. (Eembaga Ekolabel Indonesia) atau dilakukan oleh Sucofindo, masalahnya apakah negara pen-port produk hasil hutan Indonesia percaya pada Iembaga ekolabel dari Indonesia. Kalau negara pengimpor tidak percaya rnaka negara tersebut akan mengkim asesor nya dan menilai sendiri hasil kerja asesornya. Penilaian ekolabeling dari negara pengimport akan dapat digunakan dalarn perang dagang internasional.

(4) Pelaksanaan dari system ekolabeling iidak akan terpengaruh oleh otonomi Daerah, yang menjadi masalah keadaan hutan produksi dan Industri Pulp dan Kertas siapa yang rnernbha agar dapat memenuhi syarat system ekolabeEng.

(5) Selama ini pembinaan dari hutan produksi dan pabrik pulp d m kertas dilakukan oleh Bapedalda Tk. I atau Bapedal (pusat) dan Dinas Perindustrian atau Departemen Perindustrian seria Pemerintah Daerah Tingkat I (propinsi) misalnya rnelalui Studi Arndal disamping berbagai perahran perundang-undangan lainnya.

(6) Keberadaan Bapedal Tk. I1 dan Dinas Perindustrian Tk 11 sangat perlu dipikirkan keberadaannya.

(7) Pemerintah dan para pengusaha perlu menyusun strategi agar sistem ekolabeling tidak digunakan untuk rnengharnbat produk pulp dan kertas dalam perdagangan internasional.

(8) Negara-negara pesaing prodbk pulp dan kertas perIu diwaspadai atau asosiasi-asosiasi pengusaha internasional yang rnenghasilkan pulp dan kertas.

Page 6: Prosiding Prospekdantantangan Pengembangan Pulp-2

(9) Peningkatan Profesiond dari pengeilola (Manager) dari I lPW d m HTl serta pengelola I n d u s ~ pulp dan kertas temtarna pengeloIaan limbah (cair, gas dan padat) d m darnpak sosial-ekonorni, termasuk karyawannya.

(10) Banban atau dukungan dari Pernerin&, Departemen Kehutanan d m Departemen Perindusbian perlu digalakkan atau ditingkatkm bukan memberikan beban atau kesulitan dengan rnelalui berbagai peraturan- perundang-undangan dm kebijaksanaamya.

(11) Dukungan dan ke jasama dengan pakar-pakar yang terkait baik dari universitas maupun lernbaga peneliti perlu digiatkan.

(12)Kerjasarna dalam menpmpulkan ~ o r m a s i dalarn ilmu dan teknologi pengelola hutan d m industri pulp dan kertas baik dari dalam maupun luar negeri perlu diadakan.

(13)Aktii dalam kegiatan asosiasi pulp dan kertas hternasional serta ddam pejlaksmaan perdagangan bebas perlu dildukan baik oleh pemerhtah maupun penpsaha.

(1) Selama pengelolaan hutan produksi dan indusM pulp dan kertas dalam rnengiku~ criteria dari sistem manajemen Iingkungan tidak perlu dikhawatirkm.

(2) Perlu capacity building yang terkait di &gkat 11 (kabupaten) yang dipegang tenaga yang professional dan berdedikasi tinggi perlu dibentuk.

(3) Usaha negatif dari perdagangan bebas intemasional yang akan dapat rnenimbulkan perang dagang perlu diantisipasi oleh Pemerintah dan pengusaha.

(4) TerbenSuknya Iembaga ekolabeling Indonesia akan leb& menguntungkan dibandingkan lernbaga ekolabeling dan asesor yang dating dari luar negeri.

Kelompok Ke j a Ekolabeling Indonesia 1995. Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI), Jakarta

KUHRE, W.L.; 1995. ISO 14001 Certification Environmental Management System. Prentice Hall, NJ. USA

ROTWERK, B. 1993. Analisis IS0 9000. (PPM). Pustaka Biaman Pressindo. Jakarta.

SURATMO, F.G. 1994. Prinsip Ecolabelhg dan kaitannya dengan ITTO, UU 4 tahun 1982, PP. 51 tahun 1993, IS0 9000, Audit Lingkungan, GATT/WTO dan Peraturan dalam negeri yang telah ada Fakultas Kehutanan, IPB Bogor.

Page 7: Prosiding Prospekdantantangan Pengembangan Pulp-2

,9?~sig/:lq -sp;;p,2;:

Puip dan fferrtds

4. Permasalahan dengan Pengembangan Agribisnis Pulp dan Kertas dalam Era Ekolabeling

dan Oltonoml Daerah

(I) Ekolabeiing adalah merupakan salah satu sistem dari pengelolaan lingkungan untuk melestarikan potensi sumberdaya yang terbaharui dan menghindarkan atau meminimumkan dampak suatu proyek pembangunan (khususnya kdustri).

(2) Pelaksanaan sistem ekolabeling merupakan sukarela, tetapi kalau pihak konsumen dalam atau luar negeri menghendaki, maka produsen hams memenuhi.

(3) Sertifikat atau tanda harus diberikan oleh lembaga yang kredibel (dipercaya oleh konsumen) atau professional secara h i a h dan hams Independen artinya tidak dibawah instansi pemerhtah atau pengusaha d m biasanya lembaga tersebut nir-laba. Indonesia dapat membentuk Iembaga sendiri seperti L.E.I. (Lembaga Ekolabel Indonesia) atau dilakukan oleh Sucofkdo, masalahnya apakah negara pen@mport produk hasil hutan Indonesia percaya pada Iembaga ekolabel dari Indonesia. Kalau negara pengirnpor tidak percaya maka negara tersebut akm mengirirn asesor nya dan rnenilai sendiri hasil kerja asesornya. Penilaian ekolabeling dari negara pengimport akan dapat digunakan dalam perang dagang internasional.

(4) Pelaksanaan dari system ekolabeling tidak akan terpengaruh oleh otonomi Daerah, yang menjadi masalah keadaan hutan produksi dan Industri Pulp dan Kertas siapa yang membina agar dapat memenuhi syarat system ekolabeling.

(5) Selama ini pembinaan dari hutan produksi dan pabrik pulp dan kertas dilakukan oleh Bapedalda Tk. I atau BapedaI (pusat-) dan Dinas Perindustrian atau Departemen Perindustrian serta Pemerintah Daerah Tingkat I (propinsi) misalnya melalui Studi Amdal disamping berbagai peraturan perundang-undangan lainnya.

(6) Keberadaan Bapedal Tk. TI dan Dinas Perindustrian Tk I1 sangat gerlu dipikirkan keberadaamya.

(7) Pemerintah dan para pengusaha perlu menyusun strategi agar sistem ekolabeling tidak digunakan untuk menghambat produk pulp d m kertas dalam perdagangan internasional.

(8) Negara-negara pesaing produk pulp dan kertas perlu diwaspadai atau asosiasi-asosiasi pengusaha internasional yang rnenghasilkan pulp dan kertas.

Page 8: Prosiding Prospekdantantangan Pengembangan Pulp-2

(9) Peningkatan Profesional dari pengelola (Manager) dari HPH dan serta pengelola Industri pulp d m kertas terutama pengelolaan limbah (cair, gas dan padat) dan dampak sosial-ekonomi, terrnasuk karyawmya.

(10) Bantuan atau dukungan dari Pemerintah, Departemen Kehutanan dan Depa~temen Perindustrim perlu digalakkan atau ditingka.tkan bukan memberikan beban atau kesulltan dengan melalui berbagai peraturan- pemndang-undangm dan kebijaksanaamya.

(11)Dukungan dan kejasama dengan pakar-pakar yang terkait baik dari universitas maupun lembaga peneliti perlu digiatkan.

(12)Kerjasarna dalam mengumpulkan informasi dalam i l m dan lteknologi pengelola h u b dan industri pulp dan kertas baik dari dalam maupun luar negeri perlu diadakan.

(1S)Aktif dalarn kegiatan asosiasi pulp dan kertas internasional serta dalam pelaksmaan perdagangan bebas perlu dilakukan baik oleh p e m e r i n ~ maupun pengusaha.

(1) %lama pengelolam hutan produksi dan industri pulp dan kertas dalam rnengikuti criteria dari sistem manajernen lingkungan tidak perlu dikhawatirkan.

(2) Perlu cnpncify building yang terkait di tingkat II (kabupaten) yang dipegang tenaga yang professional dan berdedikasi tinggi perlu dibentuk.

(3) Usaha negatif dari perdagangan bebas iniernasional yang akan dapat ulkan perang dagang perlu dimtisipasi oleh Pemerintah dan

pengusaha.

(4) Terhnbknya lernbaga ekolabeling Indonesia akan lebih menguntungkan dibandingkan lernbaga ekolabeling dan asesor yang dating dari luar negeri.

Kelompok Ke rja EkolabeIing Indonesia 1996. Lernbaga Ekoiabel Indonesia (LEI), Jakarta

KUHRE, W.L.; 1995. ISO 140f)l Certification Environmental Management System. Prentice Mall, NJ. USA

ROTHERY, B. 1993. Analisis IS0 9000. (PPM). Pustaka Biaman Pressindo. Jakarta.

SURATMO, F.G. 1994. Prinsip Ecolabeling dan kaitannya dengan ITTO, UU 4 hhun 1982, PP. 51 tahun 1993, IS0 9000, Audit Lingkungan, GATT/WTO dan Peraturan dalam negeri yang telah ada Fakultas Kehutanan, IPB Bogor.