proses welding ( pengelasan )
Berdasarkan defenisi dari Deutche Industrie Normen (DIN) dalam
Harsono & Thoshie (2000:1), mendefinisikan bahwa las adalah
ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam
keadaan lumer atau cair. Dari definisi tersebut dapat dijelaskan
lebih lanjut bahwa las adalah suatu cara untuk menyambung logam
dengan cara mencairkan logam melalui pemanasan lokal pada benda
yang akan disambung.Sebelum melaksanakan pekerjaan pengelasan
perlunya dibuat prosedur pengelasan secara terperinci termasuk
menentukan alat yang diperlukan sesuai dengan rencana pembuatan dan
kualitas produksi. Mutu dari hasil pengelasan tergantung dari
pengerjaan lasnya sendiri dan juga tergantung dari persiapan
sebelum pelaksanaan pengelasan. Adapun persiapan yang dilakukan
sebelum proses pengelasan adalah pemilihan jenis las yang akan
digunakan, persiapan sisi yang akan di las dan jenis posisi
pengelasan.a. Jenis-Jenis PengelasanHarsono & Thoshie
(2000:212) Dalam konstruksi baja umumnya las yang digunakan
biasanya adala las busur listrik dengan elektroda terbungkus, las
busur listrik dengan pelindung gas CO2 dan las busur listrik
terendam. Dari masing-masing jenis pengelasan mempunyai keunggulan
dan kelemahan, untuk itu perlunya suatu pertimbangan dalam
menentukan proses pengelasan yang akan digunakan.1) SMAW (Shielded
Metal Arc Welding)SMAW (Shielded Metal Arc Welding) atau Las
elektroda terbungkus adalah proses pengelasan dengan mencairkan
material dasar yang menggunakan panas dari listrik melalui ujung
elektroda dengan pelindung berupa flux atau slag yang ikut mencair
ketika pengelasan.
Gambar 9. Proses SMAWPada proses las elektroda terbungkus, busur
api listrik yang terjadi antara ujung elektroda dan benda kerja
(base metal) akan menghasilkan panas. Panas inilah yang mencairkan
ujung elektroda (kawat las) dan benda kerja secara setempat. Busur
listrik yang terjadi dibangkitkan oleh mesin las. Elektroda yang
dipakai berupa kawat yang dibungkus oleh pelindung berupa fluks.
Dengan adanya pencairan ini maka kampuh las akan terisi oleh logam
cair yang berasal dari elektroda dan logam induk, terbentuklah
kawah cair, lalu membeku maka terjadilah logam lasan (weldment) dan
terak (slag). Bagian yang sangat penting dalam las elektroda
terbungkus adalah elektroda. Jenis elektroda yang digunakan akan
sangat menetukan hasil pengelasan.Kelebihan dari jenis pengelasan
SMAW adalah:1. Dapat dipakai dimana saja, diluar, dibengkel dan
didalam air2. Dapat mengelas berbagai macam tipe dari material 3.
Set-up yang cepat dan sangat mudah untuk diatur 4. Dapat dipakai
mengelas semua posisi 5. Elektroda mudah didapat dalam banyak
ukuran dan diameter 6. Perlatan yang digunakan sederhana, murah dan
mudah dibawa kemana-mana. 7. Kebisingan rendah (rectifier) 8. Tidak
terlalu sensitif terhadap korosi,oli dan gemuk Kekurangan dari
jenis pengelasan SMAW adalah:1. Pengelasan terbatas hanya sampai
sepanjang elektoda dan harus melakukan penyambungan.2. Setiap akan
melakukan pengelasan berikutnya slag harus dibersihkan.3. Tidak
dapat digunakan untuk pengelasan bahan baja non- ferrous.4. Mudah
terjadi oksidasi akibat pelindung logam cair hanya busur las dari
fluks.5. Diameter elektroda tergantung dari tebal pelat dan posisi
pengelasan.
2) MIG ( Metal Inert Gas )Las MIG ( Metal Inert Gas ) yaitu
merupakan proses penyambungan dua material logam atau lebih menjadi
satu melalui proses pencairan setempat, dengan menggunakan
elektroda gulungan (filler metal) yang sama dengan logam dasarnya
(base metal) dan menggunakan gas pelindung ( inert gas ).Las MIG
(Metal Inert Gas) merupakan las busur gas yang menggunakan kawat
las sekaligus sebagai elektroda. Elektroda tersebut berupa gulungan
kawat ( rol ) yang gerakannya diatur oleh motor listrik. Las ini
menggunakan gas argon dan helium sebagai pelindung busur dan logam
yang mencair dari pengaruh atmosfir.Proses pengelasan MIG ( metal
inert gas ), panas dari proses pengelasan ini dihasilkan oleh busur
las yang terbentuk diantara elektroda kawat (wire electrode) dengan
benda kerja. Selama proses las MIG elektroda akan meleleh kemudian
menjadi deposit logam las dan membentuk butiran las (weld beads).
Gas pelindung digunakan untuk mencegah oksidasi dan melindungi
hasil las selama masa pembekuan (solidification).Proses pengelasan
MIG beroperasi menggunakan arus searah (DC), biasanya menggunakan
elektroda kawat positif. Ini dikenal sebagai polaritas terbalik
(reverse polarity). Polaritas searah sangat jarang digunakan karena
transfer logam yang kurang baik dari elektroda kawat ke benda
kerja. Hal ini karena polaritas searah, panas terletak pada
elektroda. Proses pengelasan MIG menggunakan arus sekitar 50 A
hingga mencapai 600 A, biasanya digunakan untuk tegangan las 15
volt hingga 32 volt. Adapun proses las MIG dapat dilihat pada
gambar 10.
Gambar 10. Proses pengelasan las MIGPenggunaan Las MIG ( Metal
Inert Gas ) dalam berbagai pengelasan memiliki beberapa kelebihan
antara lain dapat disebutkan berikut ini :a. Sangat efisien dan
proses pengerjaan yang cepatb. Dapat digunakan untuk semua posisi
pengelasan (welding positif)c. Tidak menghasilkan slag atau
terak,layaknya terjadi pada las SMAWd. Memiliki angka deposisi
(deposition rates) yang lebih tinggi dibandingkan SMAWe.
Membutuhkan kemampuan operator yang baikf. Proses pengelasan MIG (
metal inert gas ) sangat cocok untuk pekerjaan konstruksig.
Membutuhkan sedikit pembersihan post-weldPada proses pengelasan MIG
( Metal Inert Gas ) memiliki beberapa kelemahan , antara lain :a.
Wire-feeder yang memerlukan pengontrolan yang kontinub. Sewaktu
waktu dapat terjadi Burnbackc. Cacat las porositi sering terjadi
akibat pengunaan kualitas gas pelindung yang tidak baik.d. Busur
yang tidak stabil, akibat ketrampilan operator yang kurang baik.e.
Pada awalnya set-up pengelasan merupakan permulaan yang sulit3)
FCAW (Flux Cored Arc Welding)FCAW adalah Las busur listrik fluk
inti tengah / pelindung inti tengah. FCAW merupakan kombinasi
antara proses SMAW, GMAW dan SAW. Sumber energi pengelasan :
menggunakan arus listrik AC atau DC dari pembangkit listrik atau
melalui trafo dan atau rectifier. Dalam hal ini dapat menggunakan
DCRP atau DCSP.FCAW adalah salah satu jenis las listrik yang
memasok filler elektroda secara mekanis terus ke dalam busur
listrik yang terbentuk di antara ujung filler elektroda dan metal
induk.Elektroda pada FCAW terbuat dari metal tipis yang digulung
cylindrical , diisi dengan flux sesuai kegunaannya.Pelindung proses
pengelasan ini dari kemungkinan kontaminasi dari luar, terlaksana
dengan :a. Gas yang dihasilkan pada proses pengelasanb. Terak yang
dihasilkan cukup banyak karena berada pada inti elektroda.c.
Tambahan gas pelindung dari luar jika diinginkanProses FCAW pada
dasarnya sama dengan GMAW dan yang menjadi pembeda utamanya adalah
elektrodanya yang berbentuk tubular yang berisi fluks. Berdasarkan
metode pelindung, FCAW dibedakan :a. Self shielding FCAW
(Pelindungan sendiri) , yaitu melindungi las yang mencair dengan
gas dari hasil penguapan dan reaksi inti fluks.b. Gas shielding
FCAW (perlindungan gas) adalah dual gas, yaitu melindungi las yang
mencair selain dengan gas sendiri juga ditambah gas pelindung dari
luar sistem.Kedua jenis pelindung di atas sama-sama menghasilkan
terak las yang memadai untuk melindungi metal las yang akan beku.
Perbedaannya terletak pada tambahan sistem pemasok gas dan welding
torch (welding gun). Berdasarkan cara pengoperasiannya, FCAW
dibedakan menjadi :1. Semi otomatik (semi automatic)2. Otomatik
(machine otomatik)Sifat-sifat utama (Principal features) FCAW dalam
proses pengelasan :1. Produktivitas yang kontinu dari pasokan
elektroda las2. Sifat metalurgy las yang dapat dikontrol dari
pemilihan fluks3. Pembentukan manik las yang cair dapat ditopang
oleh slag yang tebal dan kuatPelindung gas umumnya menggunakan gas
CO2 atau campuran CO2 dengan Argon. Namun dengan keberadaan oksigen
kadang akan menimbulkan problem baru yaitu dengan porosity yang
dihasilkan reaksi CO2 dan oxygen yang ada di udara sekitar lasan,
sehingga perlu memilih fluks yang mengandung zat yang bersifat
pengikat oxygen atau deoxydizer.Alasan self shielding populer
digunakan di luar ruangan (FIELD WORK), yaitu :1. Menggunakan
keluaran elektroda (Electrode extension) yang panjang, antara s/d 3
(12 s/d 95 mm)2. Dengan electrode extension yang tinggi akan
menghindari hambatan pengaruh pemanasan elektroda (seperti preheat)
yang dapat menstabilkan tegangan listrik (V) serta menurunkan arus
lsitrik (A).3. Penetrasi hasil pengelasan dangkal dan menyempit
yang baik untuk proses build up pada gap yang melebar4. Apabila
sistem pengendalian Voltage dan amperage pada power station dapat
dipertahankan, maka deposition rate meningkat pesat, sehingga
meningkatkan produktivity5. Penetrasi dapat disesuaikan dan untuk
menghasilkan penetrasi dangkal, pemakaian arus dan polarity harus
DCRP dan penetrasi dalam dengan DCSPPenggunaan utama FCAW :1. Baja
karbon (carbon steel)2. Baja karon Alloy rendah (Low alloy carbon
steel)3. Baja tahan karat (Stainless steel)4. Besi tuang (Cast
Iron)5. Las titik baja tipis (Sheet steel spot welding)6.
Pengerasan & pelapisan permukaan (Steel hard facing and
cladding)Lay out mesin otomatik FCAW dioperasikan dengan arus DC
constant dengan voltage 100% duty cycle.Umumnya penggunaan side
shielding ialah untuk pengelasan yang sempit, penetrasi kampuh yang
dalam dan mengurangi spatter dan nozzle dapat dengan pendinginan
gas atau air. Pendinginan air apabila menggunakan arus di atas. 600
A Penggunaan nozle secara tandem, untuk deposition rate yang tinggi
dengan pelindung gas dapat dilakukan.Gas pelindung pada FCAW adalah
CO2, dengan keuntungan :1. Harga murah2. Meningkatkan daya
penetrasi, walaupun dapat meningkatkan transfer globular mode
mechanismJika komposisi CO2 pada material rendah maka pengelasan
yang mencair akan mengambilnya dari udara sekitarnya, sehingga
hasil lasan baik dan tanpa porosity.Jika komposisi karbon tinggi
akan cenderung menghasilkan lasan yang banyak porosity, sehingga
pemilihan fluks yang mempunyai daya antioksidasi (oxidizer) perlu
dipertimbangkan, sehingga mutu lasan dapat memenuhi tanpa porosity.
Base metal (metal dasar) yang dilas dengan FCAW ialah secara umum
seluruh material yang dapat dilas dengan SMAW, GMAW atau SAW dapat
dilakukan dengan baik.b. Jenis-Jenis Sambungan Dalam
PengelasanHarsono & Thoshie (2000:157) sambungan las dalam
konstruksi baja pada dasarnya dibagi dalam sambungan tumpul,
sambungan T, sambungan sudut dan sambungan tumpang.
Gambar 11. Jenis-jenis sambunganPada proses pengelasan terdapat
lima jenis desain dasar sambungan las. Kelima jenis dasar sambungan
tersebut adalah sambungan Tumpul (Butt), Sudut (Corner), T (Tee),
Tumpang (Lap), dan Sisi (Edge), seperti terihat Gambar 11. Lima
jenis dasar sambungan las dapat dibuat dalam empat posisi
pengelasan yang berbeda, yaitu posisi flat (datar), vertical,
horizontal, dan diatas kepala seperti ditunjukkan pada gambar
12.
Gambar 12 . Posisi pengelasan pada kelima jenis sambungan
lasDalam merencanakan konstruksi yang memiliki sambungan
pengelasan, harus dipilih secara benar dan tepat mengenai
jenis-jenis sambungan las, yang disesuaikan dengan fungsi dan
kegunaannya. Yang perlu dipertimbangkan bahwa sambungan pengelasan
harus mampu menerima beban dinamis maupun beban statis.c.
Jenis-jenis Alur PengelasanSetelah penentuan jenis pengelasan dan
jenis sambungan pengelasan, maka persiapan selanjutnya adalah
mempersiapkan sisi yang akan dilas. Apakah pada sisi tersebut
dibuat alur V atau X dan lain sebagainya.
Gambar 13. Alur sambungan las tumpul Sumber : Harsono &
Toshie, 2000
Dalam pemilihan jenis bentuk alur harus menuju kepada penurunan
masukan panas dan penurunan logam las sampai kepada harga terendah
yang tidak menurunkan mutu pengelasan. Untuk itu perlunya kemampuan
dan pengalaman yang luas dalam pemilihan bentuk alur.
Gambar 14. Alur sambungan TSumber : Harsono & Toshie,
2000
Sambungan tumpang jarang sekali digunakan untuk pelaksanaan
penyambungan konstruksi utama, karena sambungan ini efisiensinya
rendah . Sambungan tumpang biasa dilaksanakan dengan las sudut dan
las isi.
Gambar 15. Alur sambungan tumpangSumber : Harsono & Toshie,
2000
Dalam penyambungan sudut sering terjadinya retak lamel hal ini
disebabkan terjadinya penyusutan dalam arah tebal pelat. Hal
tersebut dapat dihindari dengan membuat alur pada pelat tegak
seperti terlihat pada gambar 16.
Gambar 16. Alur pada sambungan SudutSumber : Harsono &
Toshie, 2000
Sambungan sisi dibagi dalam sambungan las dengan alur dengan
ujung. Jenis sambungan las ini hanya dipakai untuk pengelasan
tambahan atau sementara pada pengelasan pelat-pelat yang tebal.
Gambar 17. Alur pada sambungan sisiSumber : Harsono &
Toshie, 2000
d. Posisi Dalam Pengelasan Selanjutnya posisi pengelasan,
Harsono & Thoshie (2000:212) posisi pengelasan yang terbaik
dilihat dari sudut kualitas sambungan dan efisiensi pengelasan
adalah posisi datar.
Gambar 18. posisi las alur sambungan tumpul pada pelatSumber:
www.aws.org
Gambar 19. Posisi las fillet pada pelat Sumber: www.aws.org
Gambar 20. Posisi las alur pada pipa Sumber: www.aws.org
Gambar 21. Posisi las fillet pada pipaSumber: www.aws.org
e. Simbol Dasar PengelasanDalam mencapai mutu sambungan las
sangat penting disampaikan syarat-syarat dalam pengelasan dengan
baik dan tepat kepada juru las. cara yang paling tepat adalah
menempatkan tanda-tanda gambar pada gambar konstruksi. Tanda gambar
biasanya terdiri dari tanda gambar dasar dan tanda gambar pelengkap
yang kedua-duanya ditempatkan pada garis tanda. Penempatan dan cara
pengambaran tanda pengelasan dalam gambar harus mengikuti
peraturan-peraturan tertentu. Harsono dan toshie (2000: 164)
beberapa cara menurut JIS dan AWS:1) Tanda pengelasan pada dasarnya
harus menunjukkan macam pengelasan dari bagian yang disambung,
kecuali dalam hal pengelasan lapisan.2) Tanda pengelasan harus
ditempatkan pada garis tanda lengkap dengan ukuranya3) Garis tanda
harus terdiri dari dua garis yaitu garis lurus datar tempat tanda
dan garis penunjuk dengan panah yang menunjukkan bagian dari
sambungan dan membuat sudut 60o terhadap garis tempat tanda seperti
ditunjukkan gambar 22. 4) Tanda gambar dan ukuran harus ditempatkan
sedekat mungkin dengan garis tanda dan diletakkan dibawah garis
bila sisi yang dilas adalah sisi yang ditunjukkan oleh panah dan
harus diletakkan diatas garis bila yang dilas adalah sisi
sebaliknya.5) Tanda-tanda pelengkap untuk pengelasan di lapangan
harus diletakkan pada pertemuan dari garis tanda dan garis
penunjuk6) Pengelasan-pengelasan khusus yang perlu harus
ditempatkan pada ujung akhir garis tanda.
Gambar 22. Garis Tanda dan garis penunjukSumber: Harsono dan
Toshie, 2000
Gambar 23. Contoh penempatan tanda gambarSumber: Harsono dan
Toshie, 2000
Tebel 1. Tanda tanda dasarSumber : Harsono dan Toshie, 2000
Penulis : Rahmat Azis Nabawi, S.Pd