Top Banner
PROSES PEMBUATAN KOMPOS Composting adalah peristiwa biologis yang alami baik dengan dalam kondisi aerobic (membutuhkan oxygen) maupun aerobic. An aerobic composting tidak umum dipakai karena dalam prosesnya lambat dan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerobic system sangat luas dipakai, dan dalam proses ini berbagai jenis micro organisme, termasuk bakteri dan jamur, turut serta menghancurkan bahan bahan organic menjadi unsure-unsur yang lebih sederhana. Proses composting dapat berlangsung efektif tergantung pada kondisi sekitarnya, seperti jumlah oxygen, temperature, kelembaban, sampah yang diproses dan hasil akhir yang diinginkan. Unsur yang sangat utama yang diperlukan oleh microorganisme untuk melakukan proses composting adalah Carbon, Nitrogen (perbandingan C:N), oxygen dan kadar air (kelembaban) apabila ada keterbatasan (kekurangan) dari unsur-unsur ini, atau apabila ketersediaan unsur unsur ini tidak sebanding (proportional) , microorganisme tidak akan bekerja optimal dan tidak akan menghasilkan panas yang cukup. Proses composting yang optimal akan mengubah material organic menjadi kompos yang stabil yang bebas dari bau dan bakteri pathogen, dan tidak menarik minat lalat untuk hinggap. Sebagai tambahan, volume dan berat sampah organic juga akan sangat berkurang karena proses pengomposan (composting) mengubah banyak sekali komponen yang biodegradable menjadi gas carbon dioxide (CO2) dan air. Pengomposan relative sederhana dan dapat dilakukan dalam rentang skala yang lebar, dari kecil hingga besar, dalam ruangan maupun ditempat terbuka, dan diseluruh tempat dimuka bumi ini. Hampir seluruh sampah organic dapat di jadikan kompos seperti, sampah dapur, dedaunan dan rumput rumputan, sampah pertanian dan ladang, kotoran ternak, kertas dll. KONDISI OPTIMAL PENGOMPOSAN Oxygen/aerasi. Bila oxygen tidak cukup, maka microorganism yang tumbuh adalah anarebic microorganism yang selanjutnya akan mendominasi proses degradasi/pengomposan dan menghasilkan bau yang kurang sedap seperti methane (C2H6), asam organik dan hydrogen sulfide (H2S).
32

PROSES PEMBUATAN KOMPOS

Oct 29, 2015

Download

Documents

uz_15

a
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PROSES PEMBUATAN KOMPOS

PROSES PEMBUATAN KOMPOS

Composting adalah peristiwa biologis yang alami baik dengan dalam kondisi aerobic (membutuhkan oxygen) maupun aerobic. An aerobic composting tidak umum dipakai karena dalam prosesnya lambat dan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerobic system sangat luas dipakai, dan dalam proses ini berbagai jenis micro organisme, termasuk bakteri dan jamur, turut serta menghancurkan bahan bahan organic menjadi unsure-unsur yang lebih sederhana. Proses composting dapat berlangsung efektif tergantung pada kondisi sekitarnya, seperti jumlah oxygen, temperature, kelembaban, sampah yang diproses dan hasil akhir yang diinginkan.Unsur yang sangat utama yang diperlukan oleh microorganisme untuk melakukan proses composting adalah Carbon, Nitrogen (perbandingan C:N), oxygen dan kadar air (kelembaban) apabila ada keterbatasan (kekurangan) dari unsur-unsur ini, atau apabila ketersediaan unsur unsur ini tidak sebanding (proportional) , microorganisme tidak akan bekerja optimal dan tidak akan menghasilkan panas yang cukup. Proses composting yang optimal akan mengubah material organic menjadi kompos yang stabil  yang bebas dari bau dan bakteri pathogen, dan tidak menarik minat lalat untuk hinggap. Sebagai tambahan, volume dan berat sampah organic juga akan sangat berkurang karena proses pengomposan  (composting) mengubah banyak sekali komponen yang biodegradable menjadi gas carbon dioxide (CO2) dan air. Pengomposan relative sederhana dan dapat dilakukan dalam rentang skala yang lebar, dari kecil hingga besar, dalam ruangan maupun ditempat terbuka, dan diseluruh tempat dimuka bumi ini.  Hampir seluruh sampah organic dapat di jadikan kompos seperti, sampah dapur, dedaunan dan rumput rumputan, sampah pertanian dan ladang, kotoran ternak, kertas dll.

KONDISI OPTIMAL PENGOMPOSAN

Oxygen/aerasi.Bila oxygen tidak cukup, maka microorganism yang tumbuh adalah anarebic microorganism yang selanjutnya akan mendominasi proses degradasi/pengomposan dan menghasilkan bau yang kurang sedap seperti methane (C2H6), asam organik dan hydrogen sulfide (H2S). Pemberian oxygen yang teratur akan membuat microorganism aerobic lebih senang dan mendominasi proses pengomposan daripada microorganism an aerobic. Kira kira konsentrasi oxygen minimum yang harus ada diantara pori pori dan sela sela media pengomposan adalah 5%.

Page 2: PROSES PEMBUATAN KOMPOS

Aerasi adalah proses pemberian oxygen kedalam material yang sedang dalam proses pengomposan. Hal ini juga akan membuang uap air, gas dan panas berlebih yang terjebak dalam kompos. Aerasi adalah teknik yang umum yang diterapkan dalam proses pengomposan skala besar. Apabila udara yang dialirkan terlalu banyak dapat juga menyebabkan temperature turun, sehingga proses pengomposan menjadi lambat, uap air terlalu banyak yang menguap, ini juga menurunkan kecepatan pengomposan, menyebabkan kehilangan N yang menguap sebagai NH3.Kadar air/moisture content.Kadar air mendukung proses metabolism microorganism. Air adalah media untuk terjadinya reaksi kimia. Kegiatan biologis berhenti bila kadar air dibawah 15 %, secara teoritis metabolisme biologis akan maximum dalam keadaan jenuh air. Biasanya kadar air dijaga antara 40 % - 65 %. Bila kadar air dibawah 40 %, aktivitas microorganism akan tetap berjalan namun sedikit lebih lambat dan diatas 65 % air akan memenuhi rongga bahan yang sedang di proses/pengomposan. Hal ini akan menghamabat  jalannya udara sehingga  akan mengarah dari aerobic ke an aerobic proses.Temperature.Pengomposan terjadi pada temperature mesophilic (10oC – 40oC) dan thermophilic (diatas 42oC) biasanya dilakukan pada temperature 43oC – 65oC sebagai temperature yang optimal dalam proses pengomposan. Thermophilic temperature lebih disukai dalam pengomposan karena membunuh lebih banyak pathogen, kecambah dan larva lalat. Dalam beberapa proses pengomposan, temperature dapat saja melebihi 70oC, karena dampak dari dinding yang tidak dapat menghantar panas (insulation) ketika sedang berjalannya kegiatan microbiologi. Pada temperature ini banyak microbiologi mati dan proses pengomposan dapat berhenti, kemudian temperature turun hingga microorganism dapat tumbuh dan berkembang kembali.

Nutrisi dan perbandingan carbon nitrogen (C:N)Microba yang melakukan proses pengomposan memerlukan energy, dan energy diambil dari carbon dan nitrogen untuk proteinsynthesis. Perbandingan kedua unsur tersebut yaitu Carbon dan Nitrogen yang dibutuhkan microba adalah 30 : 1 (C:N) dihitung dalam perbandingan berat. Perbandingan ini akan mempengaruhi kecepatan microorganism mengurai sampah organic. Kebanyakan material organic tidak memiliki perbandingan C:N seperti diatas, dan untuk mempercepat proses penguraian terkadang diperlukan menambah beberapa bahan agar tercapai kesetimbangan 30:1 tersebut. Misal sampah dapur kaya dengan nitrogen dengan sampah kebun rendah nitrogen.

Page 3: PROSES PEMBUATAN KOMPOS

Bahan baku yang banyak mengandung Nitrogen  (biasanya disebut bahan hijauan, seperti potongan rumput). Bahan yang mengandung C (biasanya disebut bahan coklatan tinggi, seperti limbah serutan kayu).

Bahan Nitrogen

Sisa makanan Daun-daunan hijau

Bahan Carbon

Serbuk gergaji, dedak, kompos Jerami / daun kering

Sumber carbon dapat mengurangi munculnya larva lalat dan belatung, sumber carbon pada umumnya adalah bahan organic yang berserat panjang.

Page 4: PROSES PEMBUATAN KOMPOS

Bahan organic yang memiliki perbandingan C/N > 30, akan terdekomposisi (terurai) dalam waktu yang lama. Sebaliknya perbandingan C/N yang rendah akan menyebabkan kehilangan N, karena N akan menguap selama proses penguraian berlangsung.Carbon adalah sumber energy dan merupakan 50 % dari bagian massa sel microba. Nitrogen merupakan komponen penyusun protein dan bakteri disusun oleh tidak kurang  50 % dari biomassanya adalah protein. Jadi bacteri sangat memerlukan nitrogen untuk mempercepat pertumbuhannya. Seandainya jumlah nitrogen terlalu sedikit, maka populasi bacteri tidak akan optimal dan proses de komposisi kompos akan melambat. Kebalikannya, seandainya N terlalu banyak, akan mengakibatkan pertumbuhan microba sangat cepat dan ini akan menyebabkan masalah aroma kompos, sebagai akibat dari keadaan an arerobic.Ukuran, porositas, structure dan texture.Ukuran yang ideal adalah 5 – 7,5 Cm agar udara dapat leluasa bergerak disela sela sampah organic tersebut. Dalam beberapa kasus, seperti dalam pengomposan sampah dapur,  karena bahan bakunya sangat padat, atau tedrlalu basah, sehinga jalannya udara sangat sulit. Mengatasi masalah seperti ini  adalah dengan menambahkan jerami dan daun kering sebagai bulking agent, agar udara dapat berjalan dengan baik. Mencampur bahan bahan dengan berbagai ukuran dan texture juga akan membuat aerasi yang lebih baik.

Atmosfir (suasana pengomposan)Proses pengomposan akan menghasilkan asam-asam organic. Mikroba kompos bekerja pada pH 5,5 – 8, kondisi as mini akan mendorong tumbuhnya jamur dan akanmendekomposisi lignin dan celulosa pada bahan kompos. Sehingga menyebabkan pH turun. Pembalikan atau pengadukan ulang dapat menetralkan atau menaikkan pH kembali ke sekitar pH 6 – 8. Netralisasi asam sering juga dilakukan dengan menambah kapur, dolomit atau abu. Pemberian abu tidak hanya menjadikan kompos bersuasana netral, namun juga menambah unsur unsur hara seperti Ca, K dan Mg dalam kompos.Terkadang agar proses pengomposan berlangsung lebih cepat dan kompos yang dihasilkan bermutu tinggi, ditambahkan juga pupuk yang mengandung P. perkembangan mikroba yang cepat memerlukan unsur hara, antara lain P. sebenarnya P disediakan untuk mikroba sehingga perkembangan dan kegiatannya menjadi lebih cepat. Pemberian hara ini meningkatkan kualitas kompos karena kadar P dalam kompos menjadi lebih tinggi, karena P sulit menguap dan tidak mudah hilang saat dicuci.Pengomposan dengan bak

Page 5: PROSES PEMBUATAN KOMPOS

Pengomposan dengan menggunakan bak sebagai wadahnya adalah yang paling popular. Berbagai ukuran bak yang digunakan, mulai dari 200 liter hingga 300 liter. Berbagai jenis material digunakan untuk membuat bak seperti, semen, plastic, logam dll. Pada umumnya dipilih bak yang memiliki tinggi yang cukup untuk menampung sampah organic rumahtangga, sehingga alasnya tidak perlu lebar sehingga menghemat tempat, dan dapat berdiri sendiri dengan baik, tidak mudah oleng. Bak umumnya dapat mengurangi masalah cuaca, bau dan mudah mengendalikan temperature.

RANCANGAN BAK SAMPAH 

1. Mudah dibawa dan dipasang.2. Mempunyai areasi yang baik ( aerasi yang cukup diseluruh bagian bak.

Lubang arerasi <= 1 Cm)3. Mudah membuang kelebihan air (bagian bawah berpori)4. Terlindungi dari masalah cuaca, seperti hujan dan angin, tutup keranjang

harus baik.5. Dapat menjaga temperature yang ada didalam bak (sangat terpengaruh

oleh ukuran dan bahan yang digunakan untuk membuat kernjang)6. Mudah menambah dan mencampur sampah (tidak terlalu tinggi dan mudah

untuk membuka tutupnya)7. Mudah mengambil komposnya (ukuran dan jumlah komposa yang dapat

dikeluarkan lewat pintu)8. Jauh dari binatang mengerat, seperti tikus dll.9. Bak harus kuat dan awet (material yang digunakan)

Pada umumnya 98 % material yang biodegradeable dapat dibuat kompos dengan metoda bak ini. Namun dalam beberapa kasus didaerah padat dan perumahan yang sempit, karena tempatnya sangat terbatas dapat saja terjadi salah praktek (malfunction) dan dapat menyebabkan masalah sosial. Malfunction biasanya terjadi ketika nondegradable material dimasukan juga kedalam bak sampah.Bahan/material yang dapat dimasukan dalam bak sampah.Sayuran/sisa dapur, rumput rumputan hasil pemangkasan halaman, daun, daun kering (jerami), dahan dan ranting yang sudah dipotong kecil kecil, sisa makanan seperti roti, kacang kacangan dsb, kulit telur, kotoran ternak seperti sapi, kambing, domba, ayam, sisa buah buahan, abu atau arang kayu, sisa sayur basi, tapi harus dicuci terlebih dahulu, peras, lalu buang airnya. Sisa nasi, sisa ikan, sisa ikan. Sampah buah (anggur, kulit jeruk, apel dll). Dalam keadaan terpotong potong. Tidak termasuk kulit buah yang keras seperti salak.

Page 6: PROSES PEMBUATAN KOMPOS

Bahan/ material organic yang tidak bisa diolah.Protein, seperti daging, ikan, udang, juga lemak, santan, susu (karena mengundang lalat sehingga tumbuh belatung). Biji biji yang utuh atau keras, seperti biji salak, asam, lengkeng, alpukat dan sejenisnya. Buah utuh yang tidak dimakan karena busuk dan berair, seperti papaya, melon, jeruk anggur dllBahan/material yang tidak boleh dimasukan dalam bak sampah.Bahan bahan yang tidak dapat di biodegradeable (tidak terurai) seperti sampah plastic. Kaca, gelas, logam, polythelene dsb. Kotoran manusia, kotoran binatang peliharaan seperti anjing dan kucing, pohon yang membusuk, ikan, sisa daging dan tulang.Bahan/material berbahaya seperti, baterai, bola lampu, electronic, bahan kimia.

Tempat bak sampah.Bak sampah sebaiknya ditempatkan ditempat yang tepat dengan jarak yang cukup dekat dari dapur (5 – 15 meter). Tempat ini harus terhindar dari guyuran air selama musim hujan, dasar yang kokoh agar bak sampah tidak rusak. Bagian dasar sebaiknya mampu melewatkan kelebihan air, dan dapat pula dimasuki oleh microorganism tanah, cacing tanah dll. Harus dipastikan bahwa tikus dan kecoa tidak dapat masuk, lebih baik lagi kalau bak sampah diletakkan ditempat yang terlindung dari sinar matahari langsung agar pengomposan dapat berjalan baik karena tingginya  temperature (thermophilic composting).Memasukkan sampah untuk di buat kompos : 

•   Isi bak sampah dengan sampah organic rumahtangga dan sampah dapur serta sampah kebun yang sudah kering sebagai dasarnya. Jangan masukan sampah inorganic seperti polythelene, plastic, kaca, logam atau material yang lambat diurai seperti sabut kelapa, tempurung kelapa dll.

•   Cabang dan ranting kayu yang dipotong kecil kecil, sehingga dapat mempercepat proses pengomposan.

•   Jangan masukan bahan bahan yang bermasalah seperti sisa daging, ikan dan minyak ini akan menarik tikus dan binatang peliharaan, kocar kacir deh isi bak sampahnya. Namun bila jumlahnya sedikit, boleh juga sih dibenamkan ditengah bak agar binatang peliharaan tidak tertarik untuk mengaduknya.

•   Volume minimum bak sampah agar proses composting berjalan adalah harus diisi paling tidak ¾ bagian.

•   Pengomposan tidak dapat berjalan tanpa adanya air, karena itu semprotkan air agar bahan bahan yang kering menjadi basah. Terlalu banyak air akan menyebabkan terjadinya kondisi an aerobic dan dapat menimbulkan bau

Page 7: PROSES PEMBUATAN KOMPOS

yang tidak sedap (lembab namun tidak sampai ada air yang keluar dari bak sampah).

•   Campuran bahan bahan yang seimbang akan memperoleh pengomposan yang baik karena tumbuhnya microorganism secara optimal. Satu jenis sampah saja tidak baik untuk proses pengomposan, sebaiknya dicampur dengan material lain yang berbeda jenisnya, seperti sampah kebun yang kering dicampur dengan sampah dapur. Sampah dapur saja akan menyebabkan bertelurnya lalat, karena itu sebaiknya dilapisi dengan sampah kebun kering.

•   Mengaduk atau membalik balik selama proses pengomposan, akan memberikan aerasi yang baik, dan membantu pengurain berjalan lebih cepat serta mencegah bau yang tidak sedap. Kompos sebaiknya diaduk atau dibalik paling tidak setiap minggu.

•   Microorganism dalam tahap pengomposan menghasilkan panas yang banyak. Karena itu dibagian tengah temperature dapat naik lebih dari 60o C. panas ini sangat diharapkan untuk membunuh kecambah, pathogens dan untuk menghacurkan material. Menempatkan bak sampah dibawah sinar matahari langsung juga membantu untuk naiknya temperature didalam bak sampah sehingga pengomposan berjalan lebih cepat lagi.

•   Tutup bak sampah harus dipastikan dapat menutup rapat dan kuat agar binatang peliharaan dan tikus tidak dapat masuk, ketika binatang binatang seperti semut, kecoa masuk kedalam bak sampah ini pertanda bahwa sampah dalam bak terlalu kering.

MASALAH MASALAH YANG TIMBUL DALAM PROSES PENGOMPOSAN

Tumpukan kompos lembab dan hanya hangat ditengah tumpukanSebab :

Tumpukan kompos terlalu kecil, atau cuaca dingin telah memperlambat proses pengomposan.Pemecahan masalahKalau membuat kompos hanya dengan cara menumpuk, pastikan tumpukannya paling sedikit 1 meter tingginya dan 1 meter lebarnya.

Proses pengomposan tidak berjalan, tidak ada panas yang timbulPenyebab.

1.  Oxygen tidak cukup.2.  Bahan nitrogen tidak cukup3.  Kelembaban tidak cukup4.  Komposnya sudah selesai, siap digunakan.

Page 8: PROSES PEMBUATAN KOMPOS

Pemecahan masalah.1.  Campur dan aduk tumpukan komposnya sehingga dapat bernafas dengan

lega.2.  Tambahkan sumber kaya nitrogen seperti, kotoran hewan, potongan rumput

atau sisa makanan.3.  Aduk komposnya dan siram dengan air sehingga lembab.

Daun daun lengket, rumput tidak terurai.Penyebab.Aliran udara tidak cukup dan atau kurang lembab.Pemecahan masalah.

1.  Hindari lapisan tebal yang hanya terdiri dari satu jenis material.2.  Campur dengan jenis material yang lain dan aduk hingga rata.3.  Material yang tidak terurai di hancurkan atau dicacah kecil kecil

Komposnya berbau seperti mentega asam tahu telur busuk.Penyebab.Kekurangan oxygen dan atau tumpukan kompos terlalu basah atau terlalu padat.Pemecahan masalah.

1.  Aduk tumpukan komposnya sehingga dapat dialiri udara dan bernafas lega.2.  Tambahkan bahan bahan kering yang kasar, seperti jerami atau daun daun

kering untuk menyerap air.3.  Jika sangat bau, tambahkan bahan kering diatasnya dan tunggu sampai

agak kering sedikit, baru diaduk.

Komposnya berbau seperti ammonia.Penyebab.Tidak cukup bahan carbon dalam kompos.Pemecahan masalah.Tambahkan bahan carbon seperti serbuk gergaji, sekam padi, daun daunan, jerami, cacahan Koran dll.

Komposnya dirubung kecoa, belatung, lalat atau binatang lain.Penyebab.Bahan bahan yang tidak tepat untuk pengomposan seperti, daging atau minyak, atau bahan bahan tersebut terlalu dekat permukaan.Pemecahan masalah.Kubur sisa sisa makanan ditengah tengah tumpukan, jangan tambahkan bahan bahan yang tidak seharusnya seperti tulang dan daging.

Page 9: PROSES PEMBUATAN KOMPOS

Komposnya dirubung semut.Penyebab.Tumpukan kompos terlalu kering, tidak cukup hangat dan atau ada sisa makanan yang terlalu dekat ke permukaan.Pemecahan masalah.Pastikan tumpukan kompos mempunyai campuran yang seimbang agar dapat mengahangat dan kelembaban dijaga.

Komposnya dirubungi serangga kaki seribu.Ini merupakan proses pengomposan yang normal dan alami, horeeee berhasillll.Ciri ciri kompos yang sudah jadi

1.  Warna, warna kompos biasanya coklat kehitaman.2.  Aroma, kompos yang baik tidak beraroma menyengat, tetapi mengeluarkan

aroma lemah, seperti bau tanah atau humus dihutan3.  Apabila dipegang dan dikepal, kompos akan menggumpal. Apabila ditekan

dengan lunak, gumpalan kompos akan hancur dengan mudah.

CONTOH BAK SAMPAH PENGOMPOSAN

Bak sampah dari semen di Srilanka

Bagian atas bak sampah dengan penutupnya

Page 10: PROSES PEMBUATAN KOMPOS

Alas bagian bawah dengan lubang untuk dranage air berlebih

Diameter lubar ½ inch

Bagian bawah bak sampah agar dapat disusun dengan baik dan mudah mengambil komposnya

Page 11: PROSES PEMBUATAN KOMPOS

Contoh bak sampah dari semen (bak sampah Srilanka

Bagian atas bak sampah dengan tutupnyaAlas bagian bawah dengan lubang untuk dranage air berlebihDiameter lubar ½ inch

Bagian bawah bak sampah agar dapat disusun dengan baik dan mudah mengambil komposnya

Page 12: PROSES PEMBUATAN KOMPOS

Bak sampah dari semen setelah tersusun dan siap digunakanJumlah lubang aerasi setiap segment 70 – 100, diameter lubang kurang dari 1 CmKomposter bak sampah dari plastic

Komposter an aerobic.

Page 13: PROSES PEMBUATAN KOMPOS

Komposter an aerobic yang ditimbun dalam tanah agar tidak menyebarkan bau. 

Page 15: PROSES PEMBUATAN KOMPOS

KOMPOS

Pengomposan merupakan salah satu alternative pengolahan limbah padat organic (organic solid waste) yang dapat diterapkan di Indonesia, mengingat bahan baku, terutama sampah perkotaan (municipal waste) tersedia berlimpah, dan teknologi tepat guna untuk proses pengomposanpun telah cukup dikuasai. Dari sisi kepentingan lingkungan, pengomposan dapat mengurangi volume sampah perkotaan yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA), karena sebagian diantaranya khususnya sampah

Page 16: PROSES PEMBUATAN KOMPOS

padat organic dimanfaatkan ulang dan diolah menjadi kompos. Dari sisi ekonomi, pengomposan sampah padat organic mengandung arti bahwa barang yang semula tidak memiliki nilai ekonomis dan bahkan memerlukan biaya yang mahal untuk menanganinya serta akhir akhir ini sering menimbulkan masalah social, ternyata dapat diubah menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai ekonomis cukup menjanjikan.

Kompos merupakan hasil perombakan bahan organic oleh mikroba dengan hasil akhir berupa kompos yang memiliki nisbah/ratio C/N rendah. Bahan ideal untuk dikomposkan memiliki nisbah C/N sekitar 30, sedangkan kompos yang dihasilkan memiliki nisbah C/N < 20. Kompos yang dihasilkan dengan fermentasi menggunakan teknologi mikroba efektif dikenal dengan nama “bokashi” dengan cara ini proses pembuatan kompos dapat berlangsung lebih singkat disbanding cara konvensional.Manfaat komposPada dasarnya kompos dapat meningkatkan kesuburan kimia dan fisik tanah yang selanjutnya akan meningkatkan produksi tanaman. pada tanaman hortikultura (buah buahan, tanaman hias dan sayuran) atau tanaman yang sifatnya perishable ini hamper tidak mungkin ditanam tanpa kompos. Demikian juga dibidang perkebunan, penggunaan kompos terbukti dapat meningkatkan produksi tanaman. Dibidang kehutanan, tanaman akan tumbuh lebih baik dengan kompos. Sementara itu pada perikanan, umur pemeliharaan ikan berkurang, dan pada tambak, umur pemeliharaan 7 bulan menjadi 5-6 bulan saja.Kompos membuat rasa buah buahan dan sayuran lebih enak, lebih harum dan lebih massif. Hal inilah yang mendorong perkembangan tanaman organic, selain lebih sehat dan aman karena tidak menggunakan pestisida dan pupuk kimia, rasanya lebih baik, lebih getas dan harum. Penggunaan kompos sebagai pupuk organic saja akan menghasilkan produktivitas yang terbatas. Peenggunaan pupuk buatan saja (urea, SP, MOP, NPK) juga akan memberikan produktivitas yang terbatas. Namun jika keduanya digunakan saling melengkapi, akan terjadi synergy yang positif. Produktivitas jauh lebih tinggi daripada pengunaan jenis pupuk tersebut secara sendiri sendiri.Selain itu, air lindi yang dianggap mencemarkan sumur dilingkungan TPA dapat dijadikan pupuk cair atau diolah lebih dahulu sebelum dialirkan kesaluran pembuangan umum. Keuntungan lainnya, dengan dihilangkannya TPA (Tempat pembuangan Akhir) dan diganti dengan TPK (Tempat Pengolahan Kompos) alias pabrik kompos, lahan untuk sampah ini tidak berpindah pindah, cukup satu tempat untuk kegiatan yang berkesinambungan.

Page 17: PROSES PEMBUATAN KOMPOS

Sampah organic secara alami akan mengalami peruraian oleh berbagai jenis mikroba, binatang yang hidup ditanah, enzim dan jamur. Proses peruraian ini memerlukan kondisi tertentu, yaitu suhu, udara dan kelembaban. Makin cocok kondisinya, makin cepat pembentukan kompos, dalam 4 – 6 minggu sudah jadi.  Apabila sampah organic ditimbun saja, baru berbulan bulan kemudian menjadi kompos. Dalam proses pengomposan akan timbul panas aktivitas microba. Ini pertanda microba mengunyah bahan organic dan merubahnya menjadi kompos.

SPESIFIKASI KOMPOS

Kandungan hara.Kompos yang baik mengandung unsur hara makro, Nitrogen > 1,5 %, P2O5 (Phospat) > 1 % dan K2O (kalium) > 1,5 %. Disamping unsur mikro lainnya C/N ratio antara 15 – 20, diatas atau dibawah itu kurang baik. Untuk kepentingan bisnis, pupuk kompos yang dihasilkan harus mempunyai kualitas yang konstan dan suplai yang terjamin dan berkesinambungan.Jika unsur haranya kurang, dapat ditambah dari bahan organic lainnya.Nitrogen, dapat ditambah dari urine ternak, mikroba pengikat nitrogen, pupuk organic yang berasal dari hewani seperti ikan, darah dll.Phospat, dapat ditambah dari pupuk guano, atau rock phospat, dapat juga dicampurkan  dengan mikroba peleas phospat.Kalium, dapat ditambahkan dari arang/abu batok kelapa/ kelapa sawit, abu bekas incinerator, dll.Karena bahan baku sampah yang tidak tetap jenis dan jumlahnya, diperlukan mencampur dengan bahan yang lainnya agar kualitas tetap terjaga. Quality control harus diterapkan disini, sehingga pembeli benar benar puas.

Penyimpanan komposKompos sebaiknya disimpan selama 1 – 2 bulan untuk mengurangi unsur yang beracun. Walaupun penyimpanan ini akan menyebabkan terjadinya sedikit kehilangan unsur, seperti nitrogen, tetapi secara umum kompos yang disimpan dahulu lebih baik. Selama penyimpanan harus dijaga :

1.  Kelembaban jangan sampai < 20 % dari berat bobotnya.2.  Jangan sampai kena matahari langsung (tertutup)3.  Jangan sampai kena air / hujan secara langsung (tertutup).

Apabila akan dikemas, pililah kemasan yang baik yang kedap air dan udara dan tidak mudah rusak. Bahan kemasan yang tidak tembus cahaya matahari lebih baik.Kompos merupakan bahan yang apabila berubah, tidak dapat kembali kekeadaan semula (irreversible). Apabila kompos mongering, unsur hara

Page 18: PROSES PEMBUATAN KOMPOS

yang ada ikut hilang bersama dengan menguapnya air, apabila kompos ditambah air kembali, unsur hara yang hilang tadi tidak dapat kembali lagi. Demikian juga dengan air hujan. Apbila kompos kehujanan , unsur hara akan larut dan terbawa air hujan.Kemasan kompos yang baik dan kedap adalah untuk menghindari kehilangan air. Kemasan yang baik dapat membuat kompos bertahan lebih dari 3 tahun.

Keunggulan dan kekurangan komposPupuk organic mempunyai banyak kelebihan namun juga memiliki kekurangan bila dibandingkan dengan pupuk buatan atau kimia (an organic)Kekurangan

1.  Kandungan unsur haranya kecil, sehingga jumlah pupuk yang diberikan harus relative banyak bila dibandingkan dengan pupuk kimia

2.  Karena harus digunakan dalam jumlah yang banyak, maka perlu biaya tranportasi dan operasional yang lebih besar.

3.  Dalam jangka pendek, apalgi untuk tanah tanah yang sudah miskin hara, pemperian pupuk organic membutuhkan jumlah yang besar, sehingga membebani petani. Sementara itu reaksi tau respon tanaman tehadap pemberian pupuk organic tidak spektakuler pemberian pupuk buatan.

Keunggulan1.  Pupuk organic mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur hara mikro

maupun makro, kondisi ini tidak dimiliki oleh pupuk kimia.2.  Pupuk organic mengandung asam asam organic, antara lain asam humic,

asam fulfic, hormone dan enzyme yang tidak terdapat dalam pupuk buatan, yang berguna baik bagi tanaman maupun lingkungan dan micro organisme. Pupuk organic mengandung mikro dan makro organisme tanah yang mempunyai pengaruh yang sangat baik terhadap perbaikan sifat fisik tanah dan terutama sifat biologis tanah.

3.  Memperbaiki dan menjaga struktur tanah.4.  Menjadi penyangga pH tanah5.  Menjadi penyangga unsur hara organic yang diberikan.6.  Membantu menjaga kelembaban tanah7.  Aman dipakai dalam jumlah besar dan berlebih sekalipun8.  Tidak merusak lingkungan.

Standar kwalitas kompos menurut Bank dunia(persyaratan minimum bagi program subsidi kompos)PARAMETER KWALITAS SATUAN STANDARD KWALITAS1.       KWALITAS UMUM

Page 19: PROSES PEMBUATAN KOMPOS

•   Kadar air  % < 45•   C/N Ratio  dimensionless < 20

2.       KADAR LOGAM BERAT•   Cr (Chrom) mg/kg berat kering  <45•   Cu (tembaga) mg/kg berat kering <150•   Pb (Timbal) mg/kg berat kering < 150•   Zn (seng)  mg/kg berat kering < 400

TEKNIK PEMBUATAN KOMPOS

Pembuatan kompos rumah tangga (sampah kota/municipal waste)Sampah rumah tangga mengandung sampah organic sebesar 75 %. Proses pengomposan menyesuaikan diri dengan tersedianya bahan baku yang tidak sekaligus terkumpul dalam jumlah besar, melaikan sedikit demi sedikit setiap hari. Kondisi seperti ini terjadi secara alami di lantai hutan, dimana sisa sisa organic jatuh keatas tanah selapis demi selapis sampai menjadi tebal.Proses perombakan-fermentasi organisme tanah terjadi dari bawah ketas mengejar bahan baku yang baru jatuh, diikuti terbentuknya humus dari bawah keatas pula. Kecepatan pengomposan sangat tergantung pada komposisi bahan baku, perbandingan kadar C (bahan berserat tinggi) dengan kadar N (jenis kacang kacangan, pupuk kandang, dsb.) untuk bahan baku kompos yang optimal perbandingan C/N disekitar 30.Pengomposan adalah proses penguraian materi organic oleh organisme secara aerobic dalam kondisi yang terkendali menjadi produk yang stabil seperti humus. Rata rata produksi sampah rumah tangga di Indonesia 2,6 liter per orang/hari atau rata rata 15 liter/keluarga per hari. Sekitar 50 % - 80 % (7,5 – 12,5 liter) merupakan sampah organic yang dapat diolah menjadi kompos. Manfaat yang diperoleh dari segi teknolohi yaitu, penerapan teknik penanggulangan sampah yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengaqn teknik yang lain seperti landfill dan pembakaran, mudah dipelajari dan diterapkan, membutuhkan modal yang relative sedikit. Dari segi ekonomi, menghemat biaya pengelolaan sampah dan dapat memenuhi kebutuhan pupuk organic. Dari segi ekologi, mengurangi pencemaran akibat sampah dan menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat, mendukung upaya pelestarian sumberdaya alam, dan mengurangi herbisida dan pestisida. Sedangkan dari segi social, menciptakan kesempatan kerja dengan pendapatan yang layak dan menciptakan image positif / meningkatkan citra “kepedulian terhadap lingkungan”Teknologi pembuatan kompos jerami

Page 20: PROSES PEMBUATAN KOMPOS

(Balai Pengkajian Teknologi Pertanian / BPTP Sumatra Barat)Akibat penghapusan subsidi pupuk buatan oleh pemerintah, harga dipasaran naik 3 x lipat lebih tinggi dari harga semula. Hal ini menyebabkan penggunaan pupuk buatan secara nasional mengalami penurunan, khususnya bagi petani yang kurang mampu sehingga berdampak negative terhadap peningkatan produksi. Beranjak dari permasalahan tersebut, BPTP Sumatra Barat telah menemukan dan mengembangkan teknologi “PEMBUATAN KOMPOS JERAMI SEBAGAI PUPUK ALTERNATIVE MENGGUNAKAN TRICHODERMA HARZIANUM”

Cara pembuatan :Bahan, jerami segar 1m3 (100 Kg), Urea 2 Kg, SP36 3 Kg, Kapur 1 Kg, pupuk kandang 25 Kg, starter trichoderma 3 Kg, Plastik hitam 5 meter.Jerami segar direndam satu malam (agar jerami lembab), dalam pengomposan air sangat diperlukan, kekurangan air menyebabkan banyak cendawan sehingga proses pengomposan tidak sempurna. Awal pengomposan diperlukan air cukup banyak untuk mengimbangi penguapan dan mengaktivkan jasad renik.Bahan activator (urea, SP36, kapur, pupuk kandang, starter trichoderma harzanium) diaduk merata dan dibagai menjadi 4 bagian.Jerami ditumpuk setinggi 1 X 1 X 1 meter lalu dibagi menjadi 4 bagian, masing masing setinggi 25 Cm.Diatas tumpukan jerami, ditabur bahan activator secara merata sebanyak ¼ bagian, dan diperciki air untuk menjaga kelembaban.Gabung tumpukan jerami menjadi 1 tumpukan kembali  1X1X1 meter. Tutp tumpukan dengan plastic hitam anti air agar terlindung dari hujan dan panas matahari. Lakukan pembalikan tumpukan jerami setiap 1 minggu dengan cara memindahkan tumpukan paling atas ke paling bawah dan seterusnya. Perlu dijaga kelembaban tumpukan harus stabil (kelembaban 60 – 80 %) selama proses pengomposan dengan cara menyiran dan memerciki air.Panen kompos jerami dapat dilakukan bila jerami telah matang dengan kriteria : suhu dingin, struktur lunak/hancur, warna coklat gelap sampai hitam, tidak berbau, hasilnya ½ sampai 1/3 bagian jumlah awal.Teknik pembuatan kompos.Agar kompos yang jadi berkualitas baik, kita perlu memperhatikan jumlah dan dosis yang tepat dari masing masing komponen penyusun komposisi. Bahan dan alat yang harus disediakan dalam pembuatan kompos sebanyak 1 m3 adalah :Bahan : jerami, dedaunan, rerumputan, sisa tanaman, abu, sampah dapur atau sampah kota yang telah dibersihkan dari bahan bahan an-organik seperti plastic, kaleng dan batu.

Page 21: PROSES PEMBUATAN KOMPOS

Tempat : sediakan tempat yang teduh dan beratap, juga berlantai kering dank eras.Cara pembuatanPilih lokasi dipermukaan tanah (bukan didalam lubang tanah), misalnya ditepi pematang sawah dan kebun. Susun media kompos (yakni hijauan atau jerami) setebal 25 cm sebagai lapisan pertama. Taburkan ¼ bagian keatas tumpukan jerami dan siramkan air ketumpukan tersebut. Lakukan sehingga terbentuk 4 lapisan kompos. Tutp dengan plastic dan diberi penyangga dari bamboo sekelilingnya. Aduk setiap 7 hari sekali. Dalam 3 minggu atau setelah 3 kali pengadukan biasanya kompos sudah masak. Kompos yang masak ditandai oleh warnanya yang coklat kehitam hitaman, atau hitam bila terlalu panas. Kandungan unsur hara yang ada dalam kompos sangat tergantung pada komposisi bahan asalnya, yakni Nitrogen (N) 0,19 % - 0,5 %, Fosfat (P2O5) 0,08 % - 0,27 % dan kalium (K2O) 0,45 % - 1,2 %.Cara praktis membuat  bokashi jerami – pupuk kandangPembuatan kompos sebaiknya dikerjakan :

1.  Dalam bangunan yang memiliki lantai rata, keras dan bebas dari genangan air serta adanya atap yang melindungi dari terik matahari dan hujan

2.  Dekat dengan sumber bahan organic : jerami, pupuk kandang, sampah, sekam, dedak dll.

3.  Dekat dengan sumber air.4.  Transportasi mudah.5.  Alat yang diperlukan : garuk atau cangkul, pemotong rumput atau sabit,

gembor, ember, cetakan kayu dan karung atau plastic6.  Bahan : jerami dicacah halus 3-5 cm, 500 Kg, pupuk kandang 500 kg, MIG

DEKOMPOSER, 100 ml, gula pasir, 250 gram.

Cara pembuatan :a.  MIG DECOMPOSER, masukan 20 ml  + gula pasir 10 gram + air bersih 1000

ml, kedalam jerigen tertutup rapat, dikocok merata dan difermentasikan selama 24 jam.

b.  Jerami + pupuk kandang dicampur merata diatas lantai.c.  Tambahkan larutan mig decomposer kemudian diaduk merata sehingga

kadar lengas dalam adukan tersebut 30 %. Ambil segenggam bakal kompos tersebut, jika diperas air mulai menetes.

d.  Buat gundukan setinggi 60 cm, tutpi dengan karung goni.e.  Setiap 2 hari gundukan tersebut diperiksa, jika tempertur > 50oC gundukan

harus dibongkar dan dianginkan. Setelah dingin buat gundukan kembali, tutp dengan karung goni. Jika terlalu kering tambahkan larutan mig decomposer.

f.   Setelah 3 minggu gundukan dibongkar. Kompos diayak dengan saringan kasa 2 cm. bahan yang tidak lolos saring dikomposkan kembali.

Page 22: PROSES PEMBUATAN KOMPOS

Pengunaan bokashi.Takaran penggunaan bokashi secara umum 2 kg/m2. Begitu sampai di lahan kompos harus segera dicampur merata dengan tanah.

PENGOLAHAN KOMPOS DI PASAR BUNDER SRAGEN

Salah satu unit pengolahan sampah organic menjadi kompos ada di pasar Bunder – Kabupaten Sragen, kami coba tuangkan disini sebagai salah satu rujukan.Luas bangunan rumah pengolahan kompos  10 X 12 meter, jumlah sampah organic yang diolah 5 ton/hari, jumlah pekerja 7 orang, rumah kompos terdiri dari :

Rumah Kompos luas 10x12 m

Page 26: PROSES PEMBUATAN KOMPOS

Pengolahan Kompos tahap 1

Proses Pengomposan sedang berlangsung, Pembalikan kompos dilakukan setiap 3 hari sekali

(Gb. Kiri) Kompos sudah jadi setelah 14 hari, (Gb. Kanan) Proses Panen Kompos

Page 28: PROSES PEMBUATAN KOMPOS

Proses pembuatan kompos Granul

(Gb. Kiri) Proses Penjemuran Kompos Granul - (Gb. Tengah)  Penimbangan Kompos Granul dan  (Gb. Kanan) Pengemasan Kompos

Oleh : Purwaka

Share this article :