Top Banner
PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIF I NYOMAN DARSANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016
34

PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

Dec 14, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIF

I NYOMAN DARSANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016

Page 2: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkank ehadapanTuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi

Wasa, karena berkat rahmat-Nyalah tulisan ini dapat diselesaikan. Penulisan Proses

Morfofonemik Bahasa Bali Kajian Generatif dalam rangka pengembangn salah satu Tri dharma

perguruan tinggi yaitu bidang penelitian.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kejanggalan-kejanggalan.Hal ini

disebabkan karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, maka dari ini segala kritik dan

saran dari pembaca penulis terima dengan senang hati demi perbaikan lebih lanjut.

Penelitian ini dapat penulis selesaikan berka tbantuan semua pihak, oleh karena itu dalam

keempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih.

Denpasar, 16 Juni 2016

Penulis

Page 3: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

KATA PENGANTAR

PujisyukurpenulispanjatkankehadapanTuhan Yang MahaEsa/Ida Sang

HyangWidhiWasa, karenaberkatrahmat-Nyalahtulisaninidapatdiselesaikan.PenulisanProses

MorfofonemikBahasa BaliKajianGeneratifdalamrangkapengembangnsalahsatu Tri dharma

perguruantinggiyaitubidangpenelitian.

Penulismenyadaribahwatulisaninitidakluputdarikejanggalan-kejanggalan.Hal

inidisebabkankarenaketerbatasanpengetahuan yang penulismiliki, makadariinisegalakritikdan

saran daripembacapenulisterimadengansenanghati demi perbaikanlebihlanjut.

Penelitianinidapatpenulisselesaikanberkatbantuansemuapihak,

olehkarenaitudalamkeempataninipenulismenyampaikanucapanterimakasih.

Denpasar, 20 Juni 2016

Penulis

Page 4: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

DAFTAR ISI

Halaman

KULIT DALAM KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah 1.3. Tujuan 1.4. MetodePenulisan 1.5.Sumber Data

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1StrukturBahasa Bali 2.1.2 Tata Bahasa Bali 2.2.Konsep 2.2.1 PengertianMorfem 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses Morfofenemik 2.3. LandasanTeori BAB III PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI 3.1 Proses PerubahanBunyi 3.2 Proses HilangnyaFonem 3.3 Proses PenambahanFonem BAB IV SIMPULAN Simpulan DAFTAR PUSTAKA

i ii

iii

1 2 3 3 4

5 5 5 6 6 8 9 9

10

19 21 22

28

29

Page 5: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ferguson (dalamAbac, 1903:11) mengemukakan bahwa profil kebahasaan

dapat digambarkan berdasarkan status, fungsi dan penggunaannya di dalam

negara/masyarakat yang bersangkutan. Berdasarkan penggambaran itu, Bahasa

Bali (BB) berstatus sebagai Bahasa mayor, karena jika didasarkan pada .jumlah

pemakainya, ia dituturkan oleh lebih dari satu juta orang. Menurut fungsinya, BB

adalah bahasa kelompok etnik (group language), bahasa pendidikan (language of

education), bahasa agama language ox i~&j.2g2on) ,dan bahasa yang dipelajari di

sekolah-sekolah (study language}. Penggunaannya dalam tulisan, BB digolongkan

da lam goiongan W2 (writing 2) karena bahasa ini digunakan untuk tulisan-tulisan

di surat kabar, majalah, dan buku-buku.

Bahasa Bali dibedakan atas dua dialek, yakni Dialek Bali Dataran dan

Dialek Bali Aga, Wilayah pemakaian Dialek Bali Aga meliputi daerah-daerah:

Nusa Penida, Bugbug, Tenganan, Seraya, Sembiran, Gugusan Danu, Selulung,

Pedawa, Sidatapa, Tigawasa, Mayong, Bantiran, dan Belimbing. Wilayah

pemakaian Dialek Bali Dataran meliputi daerah-daerah tertentu yang terdapat di

depan kabupaten yang ada di Provinsi Bali, yakni : Karangasem, Klungkung,

Bangli, Gianyar, Badung, Tabanan, Jembrana dan Buleleng (Bawa dan Jendra,

1981:2).

Page 6: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

2

Dialek Bali Dataran dibedakan atas dua tingkatan tutur yang umum, yakni

tingkatan kasar dan tingkatan alus‘halus’. Tingkatan kasar digunakan oleh penutur

yang kedudukannya sama atau di antara peserta bicara yang sudah akrab dalam

pergaulan. Penggunaan bentuk kasar jika digunakan dalam situasi yang wajar

tidaklah dianggap kurang sopan, melainkan sebagai hal yang wajar karena sesuai

dengan norma sopan santun berbahasa (Duarsa, dkk. 1979:14). Tingkatan alus

dibedakan atas mengandung nilai rasa sedang, tidak kasar dan tidak halus sekali:

(ii) alus sor, yakni tingkatan halus yang digunakan untuk merendahkan diri: (iii)

alus mider, adalah tingkatan halus yang digunakan baik untuk wangsa (wangsa =

kelas sosial secara tradisional berdasarkan keturunan) rendah maupun wangsa

tinggi; dan (iv) alus singgih, adalah tingkatan halus yang digunakan oleh penutur

untuk menghormati wangsa yang lebih tinggi atau untuk memuliakan seseorang

(Bandingkan Duarsa, dkk., 1979:23-25, Jendra, 1981:3-4; dan Kersten, 1970:15).

Menurut Kersten (1970:14), peraturan pemakaian tingkatan alus (yang

disebutnya “kata berwarna”) berkembang pada jaman dahulu dalam lingkungan

bangsawan tinggi. Orang Bali yang tidak erat pergaulannya dengan puri (kerajaan)

jarang menguasainya dengan sempurna.Lebih lanjut dikatakan bahwa jumlah kosa

kata BB pada tingkatan alus berjumlah sekitar 500 kata.Jumlah ini jauh lebih kecil

dibandingkan jumlah kosa kata tingkatan kasar yang jumlahnya mencapai ribuan.

1.2 Masalah

Dua masalah dibahas dalam tulisan ini yakni :

(i) Bagaimanakah realisasi morfem-morfem BB pada proses afiksasi

(ii) Bagaimanakah proses dan kaedah-kaedah morfofonemik dalam BB

Page 7: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

3

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan ii adalah i) mendapatkan gambaran proses morfofonemik

bahasa Bali dengan pendekatan generatif; ii) menyajikan suatu analisis yang lebih

lengkap dan sederhana; iii) memberikan masukan kepada peneliti lain yang ingin

meneliti bahasa Bali dengan menggunakan teori tata Bahasa Ceneratif.

1.4 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode

kwalitatif.Penelitian kwalitatif sebagai jenis penelitian yang lebih menekankan

pada upaya menghasilkan deskripsi serta pemahaman yang lebih mendalam dari

suatu fenomena yang dapat diaplikasikan da lam berbagai bidang yang berkaitan

dengan ilmu social humaniora.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih lengkap dalam penyajian data maka

dipergunakan juga met ode formal dan metode informal. Metode formal adalah

met ode yang digunakan xint.uk mendeskripsikan proses dan kaidah-kaidah

morfologisnya sedangkan metode informal adalah metode yang digunakan; dalam

menyusun dengan menggunakan kata-kata sehingga ditemukan kaidah-kaidah

tertentu didalam analisis data.

1.5. Sumber Data

Page 8: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

4

Sumber data dalam tulisan ini adalah berdasarkan sumber data primair dan

sumber data sekunder.Sumber data primer meliputi hail penelitian yang sudah

pernah dilakukan sebelumnya sedangkan sumber data sekunder penulis dapatkan

dari penulis sendiri karena selau penutur asli dan dari beberapa informan yang,

juga penutur asli bahasa Bali.

BAB II

Page 9: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

5

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Struktur Bahasa Bali (1985) oleh Bawa dkk.

Penelitian yang dilakukan oleh Bawa dan Jendra dengan landasan teori

struktural hanya membicarakan morfofonemik secara implisit. Pembahasan

morfofonemik dikaitkan dengan bentuk verba dalam proses morfologis (30—37)

misalnya, afiks N- dikatakan membentuk verba transitif, kemudian dalam proses

morfologis terjadi juga perubahan fonem sebagai akibat dua morfem yang

bersinggungan.

Contoh: N-+patok---->matok ‘mematok’

N-+tunu----> nunu ‘membakar’

Afiks dibedakan menjadi prefiks, konfiks infiks dan sufiks.

Afiks dibedakan menjadi afiks produktif dan afiks nonproduktif. Afiks

produktif misalnya: a-, ka-, sa-, pa-, ma-, pi-, N-, dan nga- sedangkan afiks

nonproduktif: pra-, para-, pari-, maka-, pati-, kuma-, upa-, su- dan swa (26-29).

Meskipun kajiannya tentang morfofonemik sebagai bagian dari proses

morfologis, usaha untuk menentukan jenis-jenis afiks dan pengklasifikaisnya

patut dihargai.

2.1.2 Tata Bahasa Bali (1984/1985) oleh Granoka dkk.

Hasil penelitian yang dilandasi dengan teori struktural ini disusun oleh

Granoka dkk memang memberi porsi khusus untuk pembahasan proses

Page 10: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

6

morfofonemik (126-147). Misalnya N- menjadi n, -n-, m-, dan n dalam ngomong

‘berbicara’, nyampat ‘menyapu’, meli ‘membeli’ dan nagih ‘meminta’.

Proses gede ‘besar’ +ang menjadi gedenang ‘besarkan’ disebut proses

penambahan fonem npada proses morfofonemik. Sedangkan dari prefiks ma –

+ ubad ‘obat’ menjadi mubad ‘berobat’ dianggap terjadi penghilangan fonem /a/

pada prefiks ma- dalam penelitian itu menguraikan proses morfofonemik tidak

dikaitkan bahwa perubahan –perubahan yang terjadi pada morfem-morfem yang

bersinggung bisa terjadi pada morfem-morfem yang bersinggungan bisa terjadi

peristiwa asimilasi, dissimilasi, umlaut, dan netralisasi. Disamping itu dibahas

hanya terbatas pada proses afikssasi dengan kata lain tidak dikaji bagaimana

proses morfofonemik itu pada pemajemukan perulangan bahkan pada frase yang

konstruksinya.

2.2 Konsep

2.2.1 Pengertian Morfem

Mengenal batasan morfem banyak diberikan oleh para linguist atau para

ahli bahasa, antara lain: Bloomfield memberikan definisi morfem sebagai

berikut.” a linguistic from which bears partial phonetic- semantic resemblance to

any other form or morphem “( 1933:161). Terjemahannya sebagai berikut ‘suatu

bentuk bahasa yang sebagaiannya tidak mirip dengan bentuk lain manapun juga

baik secara bunyi maupun secara arti adalah bentuk tunggal atau

morfem.’Charles F. Hocket sebagai tokoh dari linguistik Amerika memberikan

definisi sebagai berikut, “ morpheme are the smallest individually meaningful

Page 11: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

7

elements in the utterances of langage” (158.128), yang terjemahannya kurang

lebih morfem adalah unsur-unsur yang terkecil yang masing-masing mempunyai

makna dalam tutur sebuah bahasa. Pandangan ini tidak jauh berbeda dengan apa

yang didefinisikan oleh Matthews (1974:6 ) dalam bukunya yang berjudul

Morphology The Descritiptive Analysis of Words menyebutka bahwa “

morpheme are the minimal meaningful units wich may constutute word part of

word”. Terjemahannya kurang lebih, morfem adalah unsur terkecil yang

mengandung makna dalam ujaran bahasa.Demikian pula Ramlan seorang

linguistist Indonesia memberikan definisi yang secara prinsipiil tidak jauh berbeda

dengan batasn yang telah diberikan seperti tersebut di atas. Adapun definisinya

adalah morfem ialah satuan gramatik yag terkecil; satuan gramatik yang tidak

mempunyai satuan lain sebagai unsur (1985, : 26).

Dari definis –definisi yang telah diungkapkan di atas dapatlah diketahui

bahwa morfem tersebut harus merupakan kesatuan unsur yang terkecil yang

mengandung arti (makna). Dengan kata lain dapat pula disebutkan morfem

merupakan satuan yang paling kecil, yaitu satuan ujaran yang memiliki satuan

gramatikal yang lebih kecil lagi sebagai unsurnya. Misalnya satuanma-/ ma-/

(dalam bentuk majujuk/majujuk/ ‘berdiri’), -ang/an/ dan –ne/ ne/ ( dalam

jemakang/jemakan/ ‘ambilkan’ dan memene/memene/ ‘ibunya’) adalah morfem,

karena memiliki satuan gramatikal yang lebih kecil sebagai unsurnya. Demikian

juga satuan-satuan seperti daar/daar/ ‘makan’ , ane/ ane/ ‘yang’ dan jujuk/jujuk/ ‘-

-----‘ merupakan satuan gramatikal yang terkecil, yaitu tidak memiliki satuan

Page 12: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

8

gramatikal yang lebih kecil sebagai unsurnya , maka satuan sepert itu dapat juga

disebut morfem.

2.2.2 Morfem, Alomorf, dan Morf

Morfem merupakan satuan hasil abstraksi wujud lahiriah atau bentuk

fonologisnya sebuah morfem dapat dipandang sebagai anggota-anggota atau wakil

morfem tersebut.

Dalam bahasa Bali ada morfem yang memiliki wujud lahiriah yang tetap

di manapun tempatnya (posisinya).Sebagai contoh morfem ane ‘yang’ diatas

merupakan morfem yang memiliki satu wujud fonologis saja.Morfem N-

merupakan contoh morfem yang memiliki beberapa wujud fonologis. Bila N-

dibubuhkan pada morfem dasar pancing/pancin/ ‘pancing’, tugel/ tugel/ ‘ potong’

, nyangluh/nanluh/ ‘gurih’ dari proses morfologis tersebut dapat diwujudkan

bentuk-bentuk berupa mancing/ mancin/ ‘mengail’, nugel/ nugel/ ‘memotong’.

Dengan demikian maka akan ditemukan wujud fonologis (bentuk-bentuk)

me/ m-/,n/-n/, ny-/n-/ dan nga-/na/. meskipun wujud fonologisnya berbeda,

kemiripan fonologis yang masih nyata serta kesamaan makna di antara keempat

wujud itu memberikan kedudukan kepada keempat bentuk itu sebagai wakil-wakil

atau anggota dari satu morfem saja. Anggota-anggota dari satu morfem itulah

alomorf.

Page 13: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

9

2.2.3 Jenis Morfem

Berdasarkan kriteria distribusi morfem dapat dibagi dua yaitu, morfem

bebas adalah morfem yang berupa satuan bebas yakni satuan –satuan yang dalam

tuturan biasa sebagai bentuk lepas dapat berdiri sendiri.Morfem terikat hanya

dapat bergabung dengan morfem dasar.Jadi morfem dasar dapat berupa morfem

dasar terikat atau bebas.Selanjutnya morfem dasar atau dapat berupa morfem

kompleks.Berdasarkan urutan linier bagian-bagiannya morfem afiks dapat berupa

morfem, utuh dan dapat juga berupa morfem terbagi.

2.2.4 Pengertian Proses Morfofonemik

Dalam pengertian proses morfofonemik setidak-tidaknya terdapat dua

peristiwa kebahasaan, yaitu peristiwa morfologi dan peristiwa fonemik (Sawito,

dalam Bahasa dan Sastra tahun IV nomor 4, 1978:2). Morfofonemik sebagai

peristiwa bahasa tidak bisa hanya dimasukkan merupakan peristiwa fonologi

ataupun morfologi, namun kenyataan memperlihatkan proses morfofonemik

melibatkan kedua tataran tersebut. Dengan kata lain adanya proses fonologis

adalah sebagai akibat dari proses morfologis (Trubetskoy da lam Djoko Kontjono,

1902:130) .

Mengenai batasan morfofonemik akan penulis petik dari dua akhli bahasa

yaitu, pertama menurut Ramlan proses morfofonemik adalah mempelajari

perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem

dengan morfem (1980:73). Kedua menurut Samsuri dengan member ikan batasan

yang tidak jauh berbeda sebagai berikut, Apabila dua mortem berhubungan atau

Page 14: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

10

diucapkan yang satu sesudah yang lain ada kalanya terjadi perubahan pada fonem-

fonem yang bersinggungan. Studi tentang perubahan-perubahan fonem yang

disebabkan oleh hubungan dua morfem atau lebih itu serta pemberian tanda-

tandanya disebut morfofonemik (1981:201).

2.3 Landasan Teori

Sehubungan dengan kajian proses morfofonemik ini, kerangka teori yang

diterapkan berpangkal pada teori morfologi generatif) ,yang dipadukan dengan

teori lain sepanjang tidak bertentangan dengan kajian ini untuk memudahkan dan

menyempurnakan pembahasan, sehingga dalam penerapannya terjadi suatu

komprehensif. Misalnya dalam proses pembentukan kata melalui afiksasi, dapat

dijelaskan berdasarkan fonologi generatif. Teori ini menyatakan ketika morfem-

morfem bergabung untuk membentuk kata, segmen-segmen dari morfem-morfem

yang berdekatan berjejeran, dan kadang-kadang mengalami perubahan (Schane,

1992:50).Contoh :

Morfem prefiks+ morfem dasar----> kata

N-+tugel----> nugel

Disini terjadi proses perpaduan dua konsonan yang bersebelahan digantikan

dengan satu konsonan yang mempunyai ciri yang sama dengan kedua konsonan

asal(Schane, 1992:56). Dapat dijelaskan konsonan nasal sebagai afiks dengan

simbul N- dilekatkan dengan bentuk dasar yang berawal dengan konsonan

Page 15: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

11

dental,/t/ berubah menjadi nasal dental /n/, dan melalui kaedah berurutan fonem /t/

dilesapkan.

Contoh yang lain:

Morfem dasar+ morfem sufiks kata

Gede + -an gedenan

Di sini terjadi proses perpaduan dua vokal yang bersebelahan disisipkan konsonan

/n/ untuk memisahkan gugus vokal (bandingkan dengan Schane, 1993:55).

Proses penyisipan /n/ ini menghasilkan alomorf (-nan) dari sufiks (-an).

Perkembangan teori morfologi generatif ini sejak Chomsky (1970) mengajukan

makalah "Remarks on Nominalization" yang menggugah para peneliti untuk

memberikan perhatian pada bidang morfologi.Yang pertama menyambut anjuran

Chomsky itu ialah Morris Halle.Halle (1972) dengan tegas menulis sebuah

makalah dengan judul “Morphology in a Generative Grammar”, yang tahun

berikutnya (1973) diterbitkan dalam bentuk artikeldengan judul "Prologemena to

a Theory of Word Formation".Selanjutnya beberapa pakar yang mengikuti jejak

Halle, ialah Aronoff (1976) menerbitkan buku "Word Formation Generative

Morphology", Scalice (1984) Generative Morphology", Spencer (1991)

menerbitkan Morphological Theory: An Introduction to Word Structure In

Generative Grammar (1991), dan seorang pakar Indonesia patut disebut ialah

Dardjowidjojo menulis artikel "Beberapa Masalah dalam Teori Morfologi

Generatif: Suatu Kasus dalam Pembentukan Kata Kerja" (1983).

Menurut teori Morfologi Generatif modal Halle, morfologi mempunyai

tiga komponen yang saling terpisah, yaitu: (1) List of Morphemes (‘Daftar

Page 16: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

12

Morfem’, disingkat DM), (2) Word Formation Rules (‘Kaedah Pembentukan

Kata’, disingkat KPK), dan (3) Filter (‘Saringan’), (Halle, 1973:8 Dardjowidjojo,

1988:34).

Dalam komponen pertama yaitu DM, ditemukan dua macam anggota,

yaitu morfem dan bermacam-macam afiks, balk yang derivasional maupun yang

infleksional sebagai contoh, entri bahasa Inggris morfem write harus

diinformasikan sebagai: bahwa write adalah akar kata verbal, tidak berasal dari

bahasa Latin, dankonjugasinya bukan konjugasi umum atau "Strong"

conjugation," tidak cukup hanya dengan fonotaktik dari write itu. Pengertian

morfem disini ber-beda dengan Pengertian yang telah umum, misalnya,

Transformational terjadi dari lima morfem: transformational, Pengertian ini tidak

dapat diterapkan dalam bahasa Bali, misalnya kata kacang, tentu tak dapat diurai

mnenjadi dua morfem kacang atau kacang, karena adanya morfem afiks ka- dan –

ang.

Komponen kedua adalah KPK, yaitu semua aturan tentang pembentukan

kata dari morfem-morfem yang termuat dalam DM. Dengan kata lain DM

bersama KPK :membentuk kata-kata, baik kata-kata yang benar-benar ada,

maupun bentuk "kata" potensial yaitu bentuk satuan lingual yang belum ada

dalam realitas tetapi mungkin akan ada karena memenuhi persyaratan KPK.

Dardjowidjojo (1988:35) memberikan contoh: derivation dan *derival untuk

bahasa Inggris serta pemerian dan pemberian, berlayar dan *berbisuntuk bahasa

Indonesia akan terhasilkan oleh KPK, karena bentuk-bentuk berbintang ini pun

memenuhi semua aturan dalam kedua bahasa ini. Tetapi dalam kenyataan kata-

Page 17: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

13

kata berbintang itu tidak muncul.Pencegatan terhadap kata-kata seperti ini

dilakukan oleh komponen Saringan.

Komponen ketiga adalah Saringan, yang tugas utamanya menempelkan

segala macam idiosinkresi yang terdapat dalam kata balk bersifat fonologis,

semantik, maupunleksikal. Idiosinkresi bersifat fonologi misainya pada kata

mempunyai, menurut aturan /p/ seharusnya lecap.bandingkan dengan memukul

dari bentuk dasar pukul. Idiosinkesi semantik dapat dicontohkan kata perjuangan

bermakna suatu kegiatan yang bertaraf nasional ataupun kehidupan. Demikian

pula kata-kata wafat, mangkat, gugurdalam bahasa Indonesia dan kata-kata lebar,

miang "wafat" dalam bahasa Bali. Idiosinkresi adalah kata bentukan melalui

KPKyang dalam kenyataan tidak ada, tetapi potensial seperti ‘mencantik,

memperbetuli, *tamnyaan, *serahan dalam bahasa Bali dapat dicontohkan

*pengenahan.

Halle (1973) menempatkan sebuah komponen lagi, apa yang disebutnya

Dictionary (‘Kamus’) sebagai tempat apa yang dapat diterima dari proses KPK.

Bentukan yang tidak lulus menjadi anggota dalam Karnus tertahan pada Saringan.

Kata bentukan yang telah lulus menjadi anggota Kamus dapat pula diproses

kembali da lam KPK dengan proses afiksasi untuk memperoleh kata bentukan

baru, dan menjadi anggota Kamus kembali.

Perkembangan lebih lanjut tentang teori morfologi generatif ditulis oleh

Aronoff (1976) dengan judul Word Formation in Generative Grammar.Dijelaskan

bahwa bentuk dasar yang diproses dalam KFK ialah kata, bukan morfem seperti

pendapat Halie (1973), sehingga pendapat Halle yang berpangkal dengan morfem

Page 18: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

14

dapat disebut morpheme based dan pendapat Aronoff word based. Kata yang

menjadi dasar Pembentukan ini dirangkum oleh Schalise (1904:40), harus

memenuhi syarat: (1) dasar pembentukan kata adalah kata, (2) kata itu ialah kata

yang benar-benar ada dan bukan kata-kata yang mungkin ada (atau kata

potensial)). (3) KFK hanya berlaku terhadap kata tunggal,bentuk yang lebih besar

(seperti frase) danyangkategorisintaksisyang utama(Aronoff, kecil dari kata

(seperti bentuk terikat), (4)dan (5) baik masukan maupun keluaran dariKPKharus

merupakan kategori sintaksis yang utama (Aronoff, 1970:40), Dengan demikian

pengertian kata sebagai dasar menentukan kata ini dapat disamakan dengan istilah

_eksem, yaitu unit yang menjadi pokok dari leksikon Matthews, 1974:22),

sehingga teori KPK Aronoff dapat dikatakan lexem based morphology

(Dardjowidjojo , 1998:07). Afiks sebagai pembentuk kata bukan menjadi anggota

dari DM tetapi termasuk dalam KPK yang memiliki informasi relasional.

Dalam KFK Aronoff sangat peka terhadap fitur sintaksis maupun

pembatasan seleksional.Dicontohkan pelekatan sufiks -ness hanya dapat

dilakukan pada adjektiva seperti redness ‘merah’, porousness "keropos’ dan

sufiks -ee hanya pada verfoa transitif, sepertiemployee,payee, t’travelee.(Aronoll,

1976:65). Konseppangkajianbanana Bali,seperti misalnya mengapa bentuk melaib

diterima, tetapi *nglaib ditolak, ngarit diterima dan *niuk ditolak. Untuk

penyaring ini Aronoff menggunakan konsep blocking, ‘pembendungan’ yaitu

mekanisme yang mencegah muncul suatu kata karena telah ada kata lain yang

mewakilinya (1976 : 43).

Page 19: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

15

Selanjutnya Aronoff mengemukakanaturanataukaedah yang dinamai

Adjustment Rules ‘Aturan penyesuaian, disingkat AP (1976:105-132). Tidak

semua pembentukan kata melalui KPK mulus secara langsung menjadi anggota

Kamus.

Banyak contoh dapat ditunjukkan bahwa penambahan afiks (sufiks atau

prefiks) memerlukan perubahan wujud, baik pada kata dasar pada afiks itu sendiri.

Misalnya dalam bahasa Inggris sufiks –ee memenggal morfem dari kata dasar,

nominate nominee, evacuate Evacuee (1974:106). Hal ini menimbulkan

kaedah pemenggalan atau Truncation Rules.Kedua ialah kaedah alomorfi atau

Allmorphy Rules (1974:116-118). Salah satu contoh dapat disebutkan

penambahan dengan sufiks –ation :

fascinate fascination

realize realization *relazion *realization

educate *education education * educatition

resolve *resolvation *resolvion *resolution

Dapat disimpulkan sufiks –ation mempunyai sekurang-kurangnya lima

bentuk: -ation, -ition- ution, -ion, -tion. Ini dapat dibandingkan dengan prerfiks

{N-} yang mempunyai alomorf: {(-2 –n –n –m –n)}.

Teori-teori yang dikemukakan oleh Halle dan Aronoff di depan perlu

disesuaikan untuk membahas pembentukan kata da lam bahasa Bali,, sesuai

dengan pendapat Dardjowidjojo (1888:47--58)karena beberapa masalah.

Daftar morfem atau DM yang dikemukakan oleh Halle tidak dapat

diterapkan, karena pengertian morfem itu tidak sesuai dengan pengertian yang

Page 20: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

16

umum diketahui.Demikian pula bentuk dasar dari APK yang dikemukakan

Aronoff yaitu kata dengan syarat-syarat tertentu, tidak sepenuhnya

dapat.diterapkan karena kata dasar dalam bahasa Bali mempunyai ciri, yaitu kata

dasar bentuk bebas dan kata dasar bentuk terikat, seperti "bangun’, arit,

sabit,sebagai bentuk bebas, -laib, -iber, sebagai bentuk terikat.

Dua kata terakhir adalah bentuk terikat, atau kata dasar terikat yang setelah

memperoleh afiks tertentu baru dapat ditentukan kategori sintaksisnya, seperti

malaib verba, pelaib nomina, ngiber verfoa, iberan nomina. Affiks yang oleh

Halle dimasukkan ke dalam Dm, baik afiks devaktif dan infleksional secara

sejajar, yang oleh Aronoff dimasukkan ke dalam APKdengan fungsi relational,

untuk bahasa Bali dapat dimasukkan ke da lam DM dengan ketentuan merupakan

subkelompok tersendiri.

Dalam KFK, tidak selalu bentuk dasarnya berasal dari DM, dapat pula dari

kamus, berupa bentuk kompleks, yaitu haoil APK dan lulus Garingan, seperti

goren noren, lulus Saringan masuk ke dalam kamus, lalu noren menjadi dasar

pembentukan berikutnya: norenpenorenan. Demikian proses APK dengan

kombinasi afiks: jemak ‘ambil’ jemakan‘ambilkan’ ;jemakannemakan

‘mengambilkan’ dan dalam proses yang lain: jemak jemakin ‘ambili; jemakin

nemakin ‘mengambili’

Saringan mempunyai fungsi utama untuk meluluskan bentuk-bentuk yang

nyata ada dan membendung bentuk-bentuk yang tidak nyata ada dan menyalahi

aturan APK. Untuk mengembangkan dan membina bahasa Bali menjadi bahasa

yang tumbuh menyesuaikan diri dengan perkembangan dan kebutuhan pemakaian

Page 21: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

17

bahasa, saringan dapat meluluskan bentukan-bentukan yang potensial, sebagai

contoh :

genahnenahanpanenahan

‘tempat’ ‘menempatkan’ ‘penempatan’

Bentukan semacam ini dapat lulus masuk ke dalam kamus sebagai

bentukan yang potensial. Demikian usulan modifikasi Dardjowidjojo (1988:56-

58) menjadi bahan dalam pengkajian sistem verba kombinasi afiks (N-… (-an/-in)

dalam bahasa Bali, termasuk diagram yang diusulkannya.

Page 22: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

18

D

Page 23: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

19

BAB III

PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI

3.1 Proses Perubahan Bunyi Nasal

Denganpengambilandatamakadapatdicatat peristiwa tutur sebagai berikut :

1) Dabdabmayahanggan di warung

‘Dabdab membayar bon di warung’

2) Luh Sukerti nandah beli Kiul

" LunSukerti menuntun beli Kiul’

3) Pan Mandi ngambar togog mesaput poleng

"Pan Mandimenggambar patung berkain loreng"

4) Kiul nyemak keris sakti di Puri

"Kiul mengambil keria bertuah di Puri"

5) Krama banjare ngwangun palinggih di Pura Desa

"Anggota banjaritu mendirikanpelinggihdiPura Desa"

6) Sari nganengneng Beli Kiul uli joh

"Sari melirik Beli Kiul dari jauh"

Dari pencatatan kalimat-kalimat di atas maka tampak beberapa bentuk

bahasa yang menjalankan fungsinya yang sama, distribusi yang sarna (dalam

kalimat), maka yang hampir sama, akan tetapi bangun fonetis yang tampak

berbeda. Jika bentuk-bentuk sepertimayah/mayah/"membayar’naar/naar/

"makan"ngar/ nae/ "membuat",nyemak /n mak/ "mengambil", ngwangun/nwanun/

Page 24: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

20

‘membangun",nganengneng /n nn n/"menatap"diuraikan atausatuan-

satuanbermakna yang lebihkecil,maka akandijumpai bentuk-bentuk

pecahanseperti: /vn-/dan /bayah/,/n/dan /dandan/, n-/ dan gambar/,n-/dan jmak/,/n-

/ dan/wangun/,, dan ,/n -/ dan n nn n/.

Sekalipun bangun bentuk-bentuk /rn-, n-, n-, n-, n -/ berbeda namun

fungal, distribusi sintaksis dan maknanya sarna. Satuan-satuan yang mempunyai

struktur fonologi yang berbeda merupakan satu morfem, apabila satuan-satuan itu

mempunyai arti atau makna yang sama dan struktur fonologinya dapat

diterangkan secara fonologik (Ramlan- 1903, cet.ke-5:02; Samsuri, 1981:74;

Gorys Keraf, 1976:59).

Gejala di atas menunjukkan adanya hubungan antara b bentuk-bentuk

morfem dan fonem. Dengan catatan peristiwa serupa dapatlah disebutkan disini

bahwa ; sebuah morfem tidak selamanya terbatas pada satu dibangun fonemis

saja, kadang-kadang sebuah morfem dalam lingkungan tertentu dinyatakan

dengan bangun fonemis yang lain.Dari contoh-contoh tersebut dapat pula kita

lihat bangun-bangun fonemis yang berbeda itu adalahdari morfem yang sarna,

sehingga perlu adanya nama untuk bangun fonetis yang berbeda itu. Di

sampingitu diharuskan untuk memilih abstraksi dari bangun fonemis yang

berbeda untuk morfem yang sarna agar menjadi dasar.

Bertitik tolak dari uraian di atas, maka kadang-kadang dapat ditemukan

sebuah morfem diwakili oleh bangun fonemis tertentu sesuai dengan

lingkungannya dan kadang-kadang diwakili oleh bangun fonemis yang lain, maka

bentuk-bentuk ini dikatakan saling beralternasi atau suatu proses yang

Page 25: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

21

memperlihatkan perubahan-perubahan bentuk-bentuk bahasa da lam lingkungan

yang dapat diramalkan. Setiap perwakilan dari sebuah morfem tertentu disebut

alomorf atau dengan kata lain alomoff itu adalah namauntuk bentuk-bentuk

perwakilan dari debuan morfem berdasarkan lingkungannya.

3.2 Proses Hilangnya Fonem

Sebagaimana telah diungkapkan pada masalah pengertian morfofonemik

bahwa proses perubahan bunyi (fonem) dalam arti luas , dan sekaligus melibatkan

perubahan bentuk tidak saja terjadi pada morfem terikat, tetapi terjadi juga pada

bentuk dasarnya. Dalam uraian berikut ini yang akan dipaparkan adalah

perubahan bentuk yang ditandai hilangnya bunyi (fonem) pada bentuk dasarnya.

1) Proses hilang (luluhnya) fonem bilabial baik yang bersuara seperti /p, b/ yang

mengawali bentuk dasar, yang diganti dengan bunyi nasal /m/ sebagai akibat

pembubuhan morfem N- dengan bentuk dasarnya.

Contoh.

N- + piragi miragi

N- + betek…… matek

2) Pross hilangnya fonem apiko alveolar baik yang bersuara yang tan bersuara

seperti /t, d/ yang mengawali bentuk dasar, yang diganti dengan bunyi nasal

/n/ sebagai akibat pembubuhan morfem dengan bentuk dasarnya.

Contoh-contoh.

N- + tulis nulis

N- + dandan…… nandan

Page 26: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

22

3) Proses hilangnya fonem konsonan medic laminal baik yang bersuara maupun

yang tak bersuara seperti /’c.j/dan begitu juga konsonan alveolar /s/ yang

mengawali bentuk dasar, yang diganti dengan bunyi nasal /n/ sebagai akibat

pembubuhan morfem nasal pada bentuk dasarnya.

Contoh-contoh.

N- + capat nyapatin

N- + seggot …… nyenggot

4) Proses hilangnya (luluhnya) fonem konsonan dorso velar yang bersuara

maupun yang tak bersuara seperti /k,g/ yang mengawali bentuk dasar, yang

sekaligus diganti dengan bunui nasal /n/ sebagai pembubuhan morfem nasal

/N-/ dengan bentuk dasarnya.

Contoh - contoh

N-+ kutangngutang

N-+ gebuggebug

3.3 Proses Penambahan Fonem

1) proses penambahan fonem // terjadi sebagai akibat pertemuan morfemN-

denganbentukdasaryang diawali dengan bunyi nasal /n, m, /

Contoh-contohnya.

N- + nyungyung------nganyungnyung

‘lihat dalam‘melihat dengan seksama’

jarak dekat’

Page 27: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

23

N-+ nengneng ------ nganengneng

"pandang’‘melihat terus menerus’

N- + maling------ngamaling

‘pencuri‘mencuri’

2) Proses penambahan fonem /n/’ pada sufiks -a /- /, -an/-an/, -ang/-ap/, -in/-

in/, -ing /-in/, -e/-e/, dan -/le/’-ne/ sebagai akibat pertemuan morfem

tersebut dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem vokal, karena

adanya penambahan fonem seperti itu maka itu berarti mengakibatkan

adanya perubahan bentuk dari morfem terikat tersebut. Perubahan bentuk-

bentuk morfem terikat tersebut dapat diiktiarkan sebagai berikut.

-a berubah bentuknya menjadi na,

-an berubah bentuknya menjadinan,

-ang berubah bentuknya menjadi nang,

-in berubah bentuknya mendaji nin,

-ing berubah bentuknya menjadi ning,

-e berubah bentuknya menjadi -ne

-ne berubah bentuknya menjadi -nne

Disamping hai tersebut di atas terjadi juga permunculan fonem pada

pertemuan ma- + ajah misalnya dalam tuturan biasa dalam bahasa Bali, dapat

penulis catat kalimat sebagai berikut, ≠ ≠ I Nyoman malajah megending ≠ ≠ ,/i

noman mlajah m gending/ ‘I Nyoman belajar bernyanyi". Kalimat tersebut

didukung oleh kata jadian nialajah /m lajah/ ‘belajar’ Bentuk kata

jadiantersebutterdiri atas morfem dasar ajah/ajah/‘-------‘ dan morfem terikat ma-

Page 28: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

24

/m -/. Jika kita bandingkan dengan proses morfemis prefiks ma-/m -/ yang

bergabung dengan bentuk dasar yang diawali dengan fonem vokal (selain bentuk

ajah), pada umumnya bunyi a / / pada morfem terikat ins- / m / luluh sehingga

menjadi /m-/ misalnya dalam madan /madan/ ‘bernama’ mubad /mubad/ ‘berobat’

diperhatikan 3.2.2.3). Atau sudah merupakan gejala yang umum pula bila ma-/ m

-/ bergabung dengan bentuk dasar yang diawali konsonan pada umumnya morfem

terikat Tersebut mengalami perubahan zero, sehingga bentuknya tetap ma- / m -/

(misalnya da lam magae/ m gae/ "bekerja’, majalan /m jalan/ "berjalan",

perhatikan 3.3). Namun dalam proses morfemis seperti yang dideskripkan

sekarang ini yaitu ma-/m -/’ dibubuhi bentuk dasarajah/ajah/ ‘----‘ terjadilah kata

turunan malajah/m lajah/ ‘belajar’. Peristiwa ini dalam proses morfofonemis

bersifat bersifatagak khusus, karenapemunculan fonem /1/ itu disamping tidak

sesuai denganlingkungan bunyinya, perubahan /m -/ menjadi /m l/ ini hanya

dapat melekat pada bentuk ajah saja.

Dari peristiwa tersebut dapat kita lihat bahwa telah terjadi perubahan

struktur fonologik /m -/ menjadi /m 1-/ yang ditandai dengan munculnya fonem

/1/. Perubahan tersebut terjadi karena morfem ajah /ajah/ ‘---------’ itu sendiri,

maka bentuk /m 1-/ ini dapat juga merupakan variasi bentuk (alomorf, dari

morfem terikat ma- /m -/ (lihat Ramlan, 1983, cet, ke-5 : 33; Samsuri ; 1981, cet,

ke -3 : 175).

Perbedaan antara ma-/m -/ dan m- /m-/ di satu pihak dengan mal-/ m 1-/ di

pihak lainnya hanya disebabkan oleh perbedaan-perbedaan morfem-morfem yang

mengikutinya. Peristiwa seperti itu dapat disebut bahwa distribusi ma-/m -/ dan m-

Page 29: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

25

/m-/ di satu pihak dan mal-/ m 1-/ dipihak lain itu komplementer, maksudnya

bahwa ma-/m -/ atau m-/m-/ tidak pernah mendahului bentuk dasar ajah dan

begitu pula mal-/m 1-/ itu sendiri tidak pernah melekat pada bentuk dasar seperti

abian /abian/ ‘kebun’, opak/opak/ ‘marahi’, gae /gae/ ‘kerja’. Dengan demikian

maka perubahan bentuk /m -/ menjadi /m 1-/ yang ditandai dengan munculnya

bunyi /1/ tidak sesuai dengan lingkungannya atau tidak beralternasi.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam diagram berikut ini.

Page 30: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

26

Page 31: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

27

Page 32: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

28

BAB IV

SIMPULAN

Dari uraian yang telah dipaparkan di depan, maka dapat disimpulkan

seperti di bawah ini :

(1) Perubahan bunyi pada morfem N- bila morfem tersebut dibubuhi bentuk

dasar yang diawali fonem konsonan dan fonem vokal sehingga realisasinya

menjadi /n, m, n, n, dan n/;

(2) Hilangnya atau luluhnya fonem vokal / / pada morfem terikat ma-/m-/;

(3) Hilangnya atau luluhya fonem /p, b, c, j, t, dalam, k, g, s/ pada posisi awal

bentuk dasar bila dibubuhi morfem N- dan bunyi-bunyi awal dari bentuk

dasar tersebut diganti oleh realisasi dari morfem N- yang sehormogan, kecuali

realisasi N- menjadi /n/ di depan bentuk dasar yang berawal dari bunyi /s/;

(4) Penambahan fonem /n/ pada morfem terikat –a/- / -an/-an/, -in/- in, -e/-e, dan

–ne/ -ne/ sebagai akiabt pertemuan morfem tersebut dengan bentuk dasar

yang pada posisi akhir dengan vokal sehingga bentuknya berubah menjadi /-n

/, -an/ -nan/, -nin/, -ne/, dan –inne/;

Page 33: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

29

DAFTAR PUSTAKA

Anom, I Gusti Ketut, dkk., 1983, Tata Bahasa Bali Denpasar, Dinas Pengajaran

Daerah Tingkat I Bali.

Aronoff, Mark. 1976. Word Formation in Generative Grammar, Cambridge :

MIT Press.

Bawa, I Wayan dan I Wayan Jendra, 1981.Struktur Bahasa Bali.Jakarta : Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Dardjowidjojo, Soenjono, 1983. Beberapa Aspek Linguistik Indonesia.Jakarta :

Djambatan.

Dardjowidjojo, Soenjono, 1988. “Morfologi Generatif: Teori dan Permasalahan”,

PELLBA I : 31-60. Jakarta : Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya.

Grenoka, Ida Wayan Oka, dkk., 1984/1985. “Tata Bahasa Bali”. Denpasar:

Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Bali,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Halle, Morris, 1973. “Problegomena to a Theory of Word Formation”, Linguistic

Inguiry, 4:3-116.

Langacker, Ronald W. 1972. Fundamentals of

LinguistickAnalysis,NewYork/Chicago/SanFransisco/ Atlanta: Hercourt

Erase Javanovich- Inc.

Matthews, H.P..1974. Morphology: An Introduction to the Theory of Word

Structure, London: University Press.

Page 34: PROSES MORFOFONEMIK BAHASA BALI KAJIAN GENERATIFerepo.unud.ac.id/id/eprint/3620/1/aaa340632580c47f3d856d4bc8bd… · 2.2.2 Morfem,Alomorf, Morf 2.2.3JenisMorfem 2.2.4 Pengertian Proses

30

Niels., Eugene A..19G2. Morphology? The Descriptive Analysis of Word, (Second

edition) Ann Arbor: The University of Michigan Press.

Gamsuri, 1991.Analisis Bahasa, Memahami BahasaSecara Ilmiah,Jakarta:

Penerbit Erlangga.

Scalise, Sergio. 1984. Generative Morphology. Dordrecht: Foric Publication.

Spencer, Andrew. 1991. Morphological Theory : An Introduction to Word

Structure inGenerative Grammar. Cambridge: BasilBlackwell

Verhaar, G.J.J.W.M. 1975. Pengantar Linguist Ik.Jakarta:University Press.