21
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Peningkatan kualitas hidup manusia yang menyangkut fisik dan non
fisik, diperlukan sejak dini untuk meningkatkan derajat kesehatan,
karena kesehatan merupakan kebutuhan dasar hidup manusia, guna
memperoleh atau menciptakan manusia yang bersumber daya guna dan
potensial (Adwinanty, 2004).
Peningkatan kesehatan merupakan suatu keharusan apabila bangsa
Indonesia ingin mencapai pembangunan manusia yang tinggi. Kesehatan
merupakan hak asasi manusia termasuk hak dasar anak yang harus
dipenuhi dengan baik. Anak yang sehat akan menjadi investasi bagi
modal manusia yang berkualitas di masa depan. Berdasarkan data
Susenas (Survei Sensus Nasional) tahun 2004-2008 cakupan pemberian
ASI ekslusif di Indonesia berfluktuasi dan cenderung mengalami
penurunan. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan
turun dari 62,2% (2007) menjadi 56,2% tahun 2008, sedangkan pada
bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% (2007) menjadi 24,3%
(2008).
Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997-2007
memperlihatkan terjadinya penurunan prevalensi ASI eksklusif dari
40,2% pada tahun 1997 menjadi 39,5% dan 32% pada tahun 2003 dan
2007. Terjadinya kerawanan gizi pada bayi disebabkan karena selain
makanan yang kurang juga karena Air Susu Ibu (ASI) banyak diganti
dengan susu botol dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi
kebutuhan. Hal ini pertanda adanya perubahan sosial dan budaya yang
negatif dipandang dari segi gizi (Februartanty, 2008).
Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh
jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang
terkandung di dalam ASI tersebut. (Hendarto, 2008). Air Susu Ibu
Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah ASI yang
diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa
menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.(
PP No 33 Tahun 2012)
Hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2010 menunjukkan
persentase bayi yang menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya
61,5 % se-Indonesia. Presentasi paling rendah ditempati oleh
provinsi bali sebanyak 50,2 % dan tertinggi ditempati Provinsi Nusa
Tenggara Timur sebanyak 79,4 %, sedangkan di Provinsi Kepulauan
Riau sendiri hanya berkisar 55,5 %.Sebagian besar proses menyusui
dilakukan pada kisaran waktu 1- 6 jam setelah bayi lahir, namun
masih ada 11,1 % yang dilakukan setelah 48 jam.
Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus
dimulai sedini mungkin yaitu sejak dini dan sejak masih bayi, salah
satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan
kualitas manusia adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI). (Hull
D,2008). Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan
penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di
masa depan. Akhir-akhir ini sering dibicarakan tentang peningkatan
penggunaan ASI.
Hasil identifikasi berbagai studi menunjukkan bahwa peran ayah
merupakan indikator terkuat dalam pengambilan keputusan pemberian
ASI dan durasi menyusui Ibu yang berpendapat bahwa ayah mendukung
praktik pemberian ASI akan terus menyusui hingga 6 bulan. (Roesli
,2000). Rendahnya dukungan ayah terhadap praktik menyusui
berhubungan dengan penghentian pemberian ASI pada 2 minggu setelah
melahirkan. (Juherman,2008).
Menurut Februhartanty (2008) bahwa sikap positif ayah terhadap
pemberian ASI berasosiasi positif terhadap peran ayah dalam
pencarian informasi tentang pemberian ASI dan pemberian makanan
bayi, pemilihan tempat antenatal care (ANC), keterlibatan selama
kunjungan ANC dan dalam berbagai kegiatan pengasuhan anak.
Pengetahuan ayah yang baik mengenai ASI akan berpengaruh signifikan
terhadap peran ayah, yaitu: pencarian informasi tentang pemberian
ASI dan makanan bayi, keterlibatan dalam membuat keputusan tentang
pemberian makanan saat ini, keterlibatan selama kunjungan ANC serta
berbagai kegiatan pengasuhan anak. (Mullick,2005).
1.2 Identifikasi MasalahMasih terbatasnya studi mengenai
hubungan peran ayah terhadap pemberian ASI eksklusif di Indonesia
khususnya di Kota Batam dan mendorong penulis untuk melakukan
analisis lebih lanjut dalam menemukan strategi pemecahan masalah
yang berkaitan dengan peran ayah terhadap praktik pemberian ASI
tersebut. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan tersebut maka
penulis mengajukan perumusan masalah Bagaimana Gambaran Hubungan
Peran Ayah Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Rumah Liar (Ruli)
Baloi Kebun Kota Batam Tahun 2013.
1.3 Tujuan Penelitiana) Tujuan UmumDiketahuinya hubungan antara
Peran Ayah Terhadap Pemberian ASI di Rumah Liar (Ruli) Baloi Kebun
Kota Batam Tahun 2013.
b) Tujuan Khusus1. Memberikan gambaran praktik pemberian ASI
eksklusif di Ruli Baloi Kebun Kota Batam tahun 2013.2. Memberikan
gambaran karakteristik sosioekonomi ayah, meliputi:
umur,pendidikan, status pekerjaan, dan komposisi keluarga di Ruli
Baloi Kebun Kota Batam tahun 2013.
1.4 Manfaat Penelitian1.4.1. Bagi Institusi KesehatanInformasi
dari penelitian ini dapat digunakan oleh pengambil kebijakan untuk
membuat program-program untuk memperbaiki strategi promosi
pemberian ASI dimana hal tersebut hendaknya melibatkan ayah di
dalamnya dan meningkatkan pengetahuan ayah mengenai ASI.
1.4.2. Bagi MasyarakatPenelitian ini memotivasi masyarakat untuk
terus meningkatkan pengetahuan mengenai ASI dan bersikap positif
terhadap praktik menyusui.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
ASI Secara alamiah, seorang ibu mampu menghasilkan Air Susu Ibu
(ASI) segera setelah melahirkan. ASI merupakan makanan yang paling
cocok bagi bayi karena mempunyai nilai gizi yang paling tinggi
dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat oleh manusia ataupun
susu yang berasal dari hewan seperti susu sapi, susu kerbau, atau
susu kambing. Pemberian ASI secara penuh sangat dianjurkan oleh
ahli gizi diseluruh dunia. Tidak satupun susu buatan manusia (susu
formula) dapat menggantikan perlindungan kekebalan tubuh seorang
bayi, seperti yang diperoleh dari susu kolostrum(Roesli,2000).
Air susu ibu selain sebagai sumber nutrisi dapat memberi
perlindungan kepada bayi melalui berbagai zat kekebalan yang
dikandungnya. Walaupun ibu dalam kondisi kekurangan gizi
sekalipun(Riordan,2005).
Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang
optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu
perhatian agar dapat terlaksana dengan benar. Faktor keberhasilan
dalam menyusui adalah dengan menyusui secara dini dengan posisi
yang benar ,teratur dan eksklusif.
Komposisi ASIAir susu ibu (ASI) selalu mengalami perubahan
selama beberapa periode tertentu. Perubahan ini sejalan dengan
kebutuhan bayi: A. Kolostrum Kolostrum terbentuk selama periode
terakhir kehamilan dan minggu pertama setelah bayi lahir. Kolostrum
merupakan ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari ke-4 yang
kaya zat anti infeksi dan berprotein tinggi. Kandungan proteinnya 3
kali lebih banyak dari ASI mature. Cairan emas ini encer dan
seringkali berwarna kuning atau dapat pula jernih yang mengandung
sel hidup yang menyerupai sel darah putih yang dapat membunuh kuman
penyakit. Kolostrum merupakan pencahar yang ideal untuk
membersihkan mekonium dari usus bayi yang baru lahir. Volumenya
bervariasi antara 2 dan 10 ml per feeding per hari selama 3 hari
pertama, tergantung dari paritas ibu (Maryunani, 2012).
B. ASI peralihan/transisiMerupakan ASI yang dibuat setelah
kolostrum dan sebelum ASI Mature (Kadang antara hari ke 4 dan 10
setelah melahirkan). Kadar protein makin merendah, sedangkan kadar
karbohidrat dan lemak makin tinggi. Volumenya juga akan makin
meningkat.
C. ASI mature ASI matang merupakan ASI yang keluar pada sekitar
hari ke-14 dan seterusnya, komposisi relative konstan. Pada ibu
yang sehat dengan produksi ASI cukup, ASI merupakan makanan
satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur enam
bulan, Tidak menggumpal jika dipanaskan.(Riordan, 2005)
Manfaat ASIa) Manfaat ASI bagi bayiBanyak manfaat pemberian ASI
khususnya ASI ekslusif yang dapat dirasakan yaitu (1) ASI sebagai
nutrisi. (2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh (3) menurunkan
risiko mortalitas, risiko penyakit akut dan kronis, (4)
Meningkatkan kecerdasan, (5) Menyusui meningkatkan jalinan kasih
sayang (6) Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan
pertumbuhan bayi sampai usia selama enam bulan. (7) Mengandung asam
lemak yang diperlukan untuk untuk pertumbuhan otak sehingga bayi
yang diberi ASI Ekslusif lebih pandai. (8) Mengurangi resiko
terkena penyakit kencing manis, kanker pada anak dan mengurangi
kemungkinan menderita penyakit jantung. (9) Menunjang perkembangan
motorik.
b) Manfaat ASI bagi ibuManfaat ASI bagi ibu antara lain (1)
Pemberian ASI memberikan 98% metode kontrasepsi yang efisien selama
6 bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja
(ekslusif) dan belum terjadi menstruasi kembali, (2) menurunkan
risiko kanker payudara dan ovarium, (3) membantu ibu menurunkan
berat badan setelah melahirkan (4) menurunkan risiko DM Tipe 2 (5)
Pemberian ASI sangat ekonomis, (6) mengurangi terjadinya perdarahan
bila langsung menyusui setelah melahirkan (7) mengurangi beban
kerja ibu karena ASI tersedia dimana saja dan kapan saja (8)
meningkatkan hubungan batin antara ibu dan bayi.(Stemler, 2004)
c) Manfaat ASI bagi keluargaAdapun manfaat ASI bagi keluarga (1)
Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, kayu bakar atau minyak
untuk merebus air, susu atau peralatan (2) Bayi sehat berarti
keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam perawatan
kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit, (3)
Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi dari ASI ekslusif,
(4) Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat (5) Pemberian
ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab
ASI selalu siap tersedia.(Juherman,2008)
ASI EksklusifPemberian ASI eksklusif berarti memberikan hanya
ASI saja. Ini berarti bayi tidak diberi air putih, teh, minuman
ramuan, cairan lain, maupun makanan selama 6 bulan pertama usianya.
Penting untuk menyebutkan jenis minuman dan makanan yang biasa
diberikan dalam 6 bulan pertama. Dalam sebuah program ditemukan
bahwa ibu-ibu menganggap pesan jangan memberi cairan tidak berlaku
untuk teh/minuman herbal atau cairan lain (Anonymous 2002).
Hal yang sama juga dijelaskan oleh Roesli (2000) yaitu yang
dimaksud dengan ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara
eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan
lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan
tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu,
biskuit, bubur nasi, dan tim.
Keuntungan dari ASI akan optimal jika bayi hanya diberi ASI saja
secara eksklusif tanpa pemberian makanan tambahan lain, selama 6
bulan pertama kehidupannya. Berdasarkan hal tersebut, rekomendasi
UNICEF dan WHO menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan, selain ASI, pemberian makanan dengan vitamin saja,
obat dan teh herbal serta pemberian air kepada bayi tidak
dianjurkan (WHO 1991).
Faktor penyebab berkurangnya ASIa. Faktor Menyusui Hal-hal yang
dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan inisiasi,
menjadwal pemberian ASI, bayi diberi minum dari botol atau dot
sebelum ASI keluar, kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada
saat menyusui.
b. Faktor Psikologi Ibu Persiapan psikologi ibu sangat
menentukan keberhasilan menyusui. Ibu yang tidak mempunyai
keyakinan mampu memproduksi ASI umunya produksi ASI akan berkurang.
Stress, khawatir, ketidak bahagiaan ibu pada periode menyusui
sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI ekslusif. Peran
keluarga dalam meningkatkan percaya diri ibu sangat besar.c. Faktor
Bayi Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi misalnya
bayi sakit, prematur, dan bayi dengan kelainan bawaan sehingga ibu
tidak memberikan ASI-nya menyebabkan produksi ASI akan
berkurang.
d. Faktor Fisik Ibu Ibu sakit, lelah, menggunakan pil
kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang mengandung hormon, ibu
menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol, perokok atau ibu dengan
kelainan anatomis payudara dapat mengurangi produksi ASI.(Scott,
2006).
Faktor yang mempengaruhi ibu tidak memberikan ASI eksklusif1.
PengetahuanPengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang
diperhatikan, dipahami dan diingatnya. Informasi dapat berasal dari
berbagai bentuk termasuk pendidikan formal maupun non formal,
percakapan harian, membaca, mendengar radio, menonton televisi dan
dari pengalaman hidup lainnya.
Menurut Roesli (2000) hambatan utama tercapainya ASI ekslusif
yang benar adalah karena kurang sampainya pengetahuan yang benar
tentang ASI ekslusif pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai
pengetahuan yang baik dalam menyusui. Kehilangan pengetahuan
tentang menyusui berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri
seorang ibu untuk dapat memberikan perawatan terbaik untuk bayinya
dan bayi akan kehilangan sumber makanan yang vital dan cara
perawatan yang optimal. Pengetahuan yang kurang mengenai ASI
ekslusif terlihat dari pemanfaatan susu formula secara dini di
perkotaan dan pemberian atau nasi sebagai tambahan ASI di
pedesaan.
2. LingkunganMenurut Perinasia (2003) lingkungan menjadi faktor
penentu kesiapan ibu untuk menyusui bayinya. Setiap orang selalu
terpapar dan tersentuh oleh kebiasaan di lingkungannya serta
mendapat pengaruh dari masyarakat, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Pada kebanyakan wanita di perkotaan, sudah terbiasa
menggunakan susu formula dengan pertimbangan lebih modern dan
praktis.
Menurut penelitian Valdes dan Schooley (1996) wanita yang berada
dalam lingkungan modern di perkotaan lebih sering melihat ibu-ibu
menggunakan susu formula sedangkan di pedesaan masih banyak
dijumpai ibu yang memberikan ASI tetapi cara pemberian tidak tepat.
jadi pemberian ASI secara Ekslusif di pengaruhi oleh
lingkungan.
3. PengalamanMenurut hasil penelitian Diana (2007) pengalaman
wanita semenjak kecil akan mempengaruhi sikap dan penampilan wanita
dalam kaitannya dengan menyusui di kemudian hari. Seorang wanita
yang dalam keluarga atau lingkungan mempunyai kebiasaan atau sering
melihat wanita yang menyusui bayinya secara teratur maka akan
mempunyai pandangan yang positif tentang menyusui sesuai dengan
pengalaman sehari-hari. Tidak mengherankan bila wanita dewasa dalam
lingkungan ini hanya memiliki sedikit bahkan tidak memiliki sama
sekali informasi, pengalaman cara menyusui dan keyakinan akan
kemampuan menyusui. Sehingga pengalaman tersebut mendorong wanita
tersebut untuk menyusui dikemudian harinya dan sebaliknya.
4. Dukungan keluargaLingkungan keluarga merupakan lingkungan
yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan ibu menyusui bayinya
secara esklusif. Keluarga (suami, orang tua, mertua, ipar dan
sebagainya) perlu diinformasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan
dan bantuan keluarga agar ibu berhasil menyusui secara ekslusif.
Bagian keluarga yang mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap
keberhasilan dan kegagalanmenyusui adalah suami. Masih banyak suami
yang berpendapat salah, yang menganggap menyusui adalah urusan ibu
dan bayinya. Peranan suami akan turut menentukan kelancaran refleks
pengeluaran ASI (let down reflek) yang sangat dipengaruhi oleh
keadaan emosi atau perasaan ibu. (Maryuani, 2012)
Karakteristik Keluarga
Menurut Atmojo (1997) dalam Adwinanti (2004), ukuran keluarga
yang besar akan menambah beban keluarga apabila disertai rendahnya
tingkat pendapatan keluarga, lebih buruk lagi apabila tingkat
pendidikan kepala keluarga dan ibu juga terbelakang. Oleh karena
itu, aspek pendapatan keluarga dan pendidikan memegang peranan
penting terhadap kualitas status gizi anak balita.
Selain itu, Hastuti (2006) menambahkan bahwa semakin banyak
jumlah anak dalam keluarga maka perhatian akan anak akan terbagi
sehingga kehangatan kepada masing-masing anak akan berkurang,
dengan kata lain semakin banyak anak maka alokasi waktu, perhatian,
dan tingkat keeratan yang diberikan orangtua kepada anak akan
berkurang seiring pertambahan jumlah anak.
Peranan Ayah dalam Pemberian ASI
Ayah memegang peranan penting dalam keberhasilan dan kegagalan
menyusui. Sekarang ini, masih banyak ayah yang berpendapat salah
bahwa menyusui adalah urusan ibu dan bayinya. Ayah menganggap cukup
menjadi pengamat yang pasif saja.
Sebenarnya ayah mempunyai peran yang sangat menentukan dalam
keberhasilan menyusui karena ayah akan turut menentukan kelancaran
refleks pengeluaran ASI (milk let down reflex) yang sangat
dipengaruhi oleh emosi atau perasaan ibu.(Juherman,2008)
Selain itu, seringkali ibu cenderung ingin menyusui dan merasa
percaya diri apabila mendapat dukungan dari ayah. Akan tetapi,
seringkali ayah, pada umumnya yang pertama kali menjadi ayah merasa
bukan bagian dalam menyusui dan tidak memiliki peran dalam proses
menyusui.
Ada 2 pendapat yang mengungkapkan jenis dukungan suami terhadap
ibu menyusui secara eksklusif.
Menurut Februhartanty (2008), ada 6 pengelompokan tipe peran
ayah dalam praktek menyusui secara eksklusif dan peran-peran ini
dianggap sebagai dukungan kepada ibu untuk memberikan ASI
eksklusif. Tipe peran tersebut, yaitu:1) Mencari informasi mengenai
pemberian ASI dan pola pemberian makan bayi, yang terdiri dari:
pernah mencari informasi mengenai pemberian ASI dan pola pemberian
makan bayi dan tetap meneruskan pencarian informasi mengenai kedua
hal tersebut hingga saat ini2) Berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan mengenai cara pemberian makan saat ini3) Memilih tempat
untuk melakukan pemeriksaan kehamilan, persalinan, dan pemeriksaan
pasca persalinan/imunisasi, yang terdiri dari: pemilihan tempat
untuk pemeriksaan kehamilan, pemilihan tempat untuk bersalin, dan
pemilihan tempat untuk pemeriksaan pasca persalinan/imunisasi4)
Tingkat keterlibatan ayah selama kunjungan pemeriksaan kehamilan,5)
Memiliki sikap positif terhadap kehidupan pernikahan mereka6)
Terlibat dalam berbagai kegiatan perawatan anak.
Pendapat lain juga disampaikan oleh Meiliasari (2002), bahwa
sukses pemberian ASI eksklusif adalah hasil kerja tim, yang
beranggotakan paling sedikit dua orang, ayah dan ibu.
Menurut Meiliasari (2002), ada 7 bentuk dukungan yang harus
diberikan oleh ayah pada ibu yang menyusui secara eksklusif,
yaitu:1) Sebagai tim penyemangat Suami harus memberikan dukungan
penyemangat kepada ibu melalui kalimat-kalimat pujian, maupun
kata-kata penyemangat. Dengan hal ini ibu akan merasa sangat bangga
dan senang dapat memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
Hal ini berkaitan dengan refleks oksitosin. Pernyataan yang
mendukung juga disampaikan oleh Papu (2009), bahwa salah satu
dukungan suami terhadap ibu menyusui adalah dengan tidak
melontarkan kritik terhadap bentuk tubuh istri yang umumnya memang
melar setelah melahirkan.
2) Membantu mengatasi masalah dalam pemberian ASI Tidak setiap
ibu dapat memberikan ASI dengan lancar. Banyak ibu mengalami
masalah, mulai dari ASI yang tak keluar, puting payudara lecet,
pembengkakan, mastitis, stres, dll. Modal utama memecahkan keluhan
secara benar adalah jika ayah/ibu menguasai teori manajemen
menyusui. Ayah bisa ikut menginformasikan hal-hal yang
diketahuinya, atau menunjukkan referensi, atau turun tangan
langsung mengatasinya. Misal, jika payudara istri harus dipijat,
dikompres, jika harus berobat, bagaimana cara menyimpan ASI perah,
dll. Untuk menguasai hal ini, sebaiknya ayah ikut pergi ke klinik
laktasi sebelum program menyusui dimulai.
3) Ikut merawat bayi Suami dapat ikut serta dalam merawat bayi
dengan membantu mengganti popok bayi, menyendawakan bayi setelah
menyusui, menggendong bayi, membantu memandikan bayi, dan bermain
dengan bayi. Papu (2009), juga menyatakan bahwa ayah juga dapat
membantu merawat anak-anak termasuk kakak si bayi.
4) Mendampingi ibu menyusui walaupun tengah malamMendampingi,
menemani, yang sedang menyusui pun merupakan bentuk dukungan yang
besar artinya. Sebisanya, ikut bangun saat istri terbangun tengah
malam. Atau jika tak bisa bangun malam, paling tidak jangan
tunjukkan ekspresi kesal akibat tidur yang terganggu saat bayi
menangis lapar di malam hari. Tapi ada sebuah rahasia kecil.
Pemandangan suami yang terkantuk-kantuk saat menunggui istri
menyusui, akan sangat menyentuh perasaan istri dan membuat cinta
istri semakin dalam.
5) Melayani ibu menyusuiAyah tak bisa memberi makan bayi dengan
air susu, tetapi ayah dapat 'memberi makan' bayi dengan jalan
memberi makan ibu. Jadi jika ingin ambil bagian dalam aktivitas
'memberi makan' ini, layani istri saat dia kelaparan dan kehausan
selagi menyusui. Karena menyusui sangat menguras energi, biasanya
ibu butuh ekstra asupan kalori dan cairan sesudah menyusui. Ayah
bisa membantu membuatkan susu hangat, telur dadar, dan camilan
lain, atau potongan buah, tanpa perlu diminta, yang disajikan untuk
istri.
6) Menyediakan anggaran ekstraHal ini bisa diupayakan bersama
istri sejak terjadi kehamilan. Menyusui membutuhkan ekstra dana
paling tidak untuk makanan tambahan ibu, suplemen, dan peralatan
menyusui lainnya (bra menyusui, alat-alat menyimpan ASI perah,
dll). Tetapi angkanya pasti jauh lebih kecil daripada bayi diberi
susu formula.
7) Menjaga romantisme Diakui atau tidak, kehadiran anak akan
sedikit mengusik keintiman suami istri. Suami sesekali bisa merasa
tersisihkan atau kehilangan romantisme karena istri sibuk
menjalankan peran orang tua. Sebaliknya, kadang istri juga merasa
dirinya kurang seksi dan kurang bergairah selagi menyusui, akibat
kelelahan dan terlebih, bergesernya fungsi payudara dari organ
seksual menjadi sumber makanan bayi. Jadi penting bagi suami untuk
tidak berpaling dari istrinya yang sedang menyusui. Suami harus
membantu istri menciptakan suasana romantis atau hal-hal lain yang
bisa menghangatkan hubungan. Dengan demikian kegiatan menyusui bayi
secara eksklusif dapat dilaksanakan dengan baik.
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
Kerangka Konsep Penelitian Independen Dependen
Peran Ayah dalam pemberian ASI EksklusifPraktik Pemberian ASI
Eksklusif
karakteristik sosioekonomi ayah, meliputi:umur,pendidikan,
status pekerjaan, dan komposisi keluarga
HipotesaBerdasarkan uraian kerangka konsep di atas, maka
didapatkanlah hipotesis sebagai berikut : Ha: Terdapat hubungan
peranan ayah dalam pemberian ASI EksklusifHo:Tidak terdapat
hubungan peranan ayah dalam pemberian ASI Eksklusif
Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang
sesuatu konsep pengertian tertentu.(Notoadmojo, 2010)
Variabel dependen dalam studi ini adalah praktik pemberian ASI
eksklusif sedangkan variabel independen Peranan Ayah dalam
pemberian ASI Eksklusif. Variabel independen lainnya adalah
karakteristik sosioekonomi ayah, meliputi: umur, pendidikan, status
pekerjaan dan komposisi keluarga.
Definisi Operasional VariabelDefinisi operasional variable dapat
di lihat pada Tabel berikut ini :Tabel 3.1 Definisi Operasional
VariabelVariabelDefinisi OperasionalCara ukurAlat ukurSkalaHasil
ukur
Dependen:Pemberian ASIEksklusifPraktik pemberian ASI oleh
Ibu
WawancaraMenggunakan lembar chek listOrdinal1. ASI Eksklusif2.
ASI Non- Eksklusif
Independen :Peranan dalamPemberian ASIPemahaman ayah
mengenaiinformasi seputar ASI, Ayah menasehati pentingnya ASI
eksklusif (12 Pertanyaan ) dll
WawancaraKuesioner
Ordinal1. Baik ( => 18 poin)2. Kurang < 18 poin )
Independent :Karakteristik KeluargaBesar keluarga : Berdasarkan
perhitungan Ayah + Ibu + Jumlah anakWawancaraKuesioner Berdasarkan
ProgramKeluarga BerencanaOrdinalKecil ( 4 orang)2. Besar (> 4
orang)
Jenis Kelamin BayiWawancaraKuesionerNominal1. Laki-laki2.
Perempuan
Tingkat pendidikan ayah WawancaraKuesionerNominal1. SD2.SMP3.
SMA4. Akademi5. S1/S2/S3
Umur AyahWawancaraKuesionerInterval1. 4 orang dan keluarga kecil
yang jumlah anggota keluarga =< 4 orang . Pendidikan Ayah adalah
pendidikan formal yang telah ditamatkan ayah dengan jenjang
pendidikan yaitu SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Umur Ayah
adalah umur ayah yang diukur berdasarkan umur ketika di data antara
< 20 tahun ,21-30 tahun , 31- 40 tahun , 41-49 tahun. Pekerjaan
Ayah adalah Pekerjaan yang dilakukan ayah sampai saat di data
..Rancangan PenelitianStudi ini didisain sebagai studi
cross-sectional, dengan menerapkan suatu metode pendekatan
kuantitafif dimana pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan
menggunakan kuesioner terstruktur.
Populasi dan SampelPopulasiSubyek pada penelitian ini adalah
ayah dan ibu yang memiliki bayi berusia 0-12 Bulan. Rumah tangga
yang terpilih adalah rumah tangga dengan ibu yang secara umum
terlihat sehat dan tinggal dalam satu rumah dengan ayah kandung
bayi tersebut, ibu pernah menyusui bayinya, ibu melahirkan bayi
tunggal cukup bulan melalui persalinan normal.Jumlah populasi pada
studi ini sebesar 191 pasangan suami istri Usia subur.
SampelSampel kasus adalah sebagian dari populasi yang terpilih
menjadi sampel.Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan
menggunakan rumus :n = N(Z1-a/2 )2 P (1-P) (N-1) D2 + (Z1-a/2 )2 P
(1-P) n= Jumlah sampel penelitian (besar sampel yang diharapkan)N=
Jumlah populasi yang di ketahuiZ1-a/2 = Nilai Z pada derajat
kemaknaan (biasanya 90 % = 1,64)P =Proporsi suatu kasus tertentu
terhadap populasi (50 % = 0,5)D =Tingkat kesalahan = 10% = 0,1
.(10)n = 191(Z1-a/2 )2 P (1-P) (N-1) D2 + (Z1-a/2 )2 P (1-P) n =
191(1,64)2 (0,5) (1-0,5) (191-1)(0,1)2 + (1,64)2 (0,5)(0,5)n = 191
(2,6894) (0,25) (190) (0,01) + (2,6894) (0,25)n = 128,41 2,57n =
49,96 = dibulatkan menjadi 50 sampel
Kriteria Inklusi dan EksklusiKriteria inklusi sampel adalah:
rumah tangga dengan ibu yang secara umum terlihat sehat, tinggal
dalam satu rumah dengan ayah kandung bayi tersebut, ibu pernah
menyusui bayinya, ibu melahirkan bayi tunggal cukup bulan dengan
persalinan normal.
Kriteria eksklusi sampel pada studi ini adalah: rumah tangga
dengan bayi yang memiliki kelainan cacat bawaan, bayi pernah
diletakkan di inkubator sesaat setelah dilahirkan selama lebih dari
satu hari.
Lokasi dan Waktu PenelitianStudi primer dilaksanakan di Kota
Batam yaitu di Rumah Liar (Ruli ) Baloi Kebun.Pemilihan tempat
dilakukan secara purposif berdasarkan jumlah kunjungan neonatus dan
jumlah kelahiran yang tercatat serta pasangan usia subur di daerah
ini yang sangat banyak.Studi berlangsung sejak bulan Desember 2012
hingga Bulan Februari 2013 dimana pelaksanaan wawancara dengan
kuesioner terstruktur dilaksanakan pada bulan Januari 2013 hingga
bulan februari 2013.
Pengumpulan DataAlat pengumpul dataDalam penelitian ini,peneliti
menggunakan lembaran observasi dalam mengumpulkan data.
Tehnik pengumpulan dataData diperoleh langsung dari responden,
dan pengamatan langsung dengan menggunakan angket dan lembar
observasi.
Pengolahan DataPada tahap awal, data yang diperoleh dan
terkumpul dilakukan proses entry, editing, coding, dan cleaning
data menggunakan Microsoft Excel 2003.
Analisis Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan menggunakan SPSS v.16.0
for Windows.Metode statistik data untuk analisa data yang digunakan
pada penelitian ini adalah:a) Statistik Univariat Statistik
univariat adalah suatu metode untuk menganalisa data dari suatu
variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil
penelitian (Polit & Hugler, 2002).
Pada penelitian ini, metode statistik univariat digunakan untuk
menganalisa variabel independen yaitu Peran suami dan variable
dependen yaitu Pemberikan ASI eksklusif. Untuk menganalisa variabel
Peran suami, akan dianalisa dengan menggunakan skala ordinal dan
akan ditampilkan dalam distribusi frekuensi.
Dukungan suami dikategorikan dalam kelas interval sebagai
berikut : < 18 : Kurang Berperan=> 18 : Berperan Baik
Untuk menganalisa variabel pemberikan ASI eksklusif telah
dianalisa dengan skala ordinal yaitu :1. ASI Eksklusif2. ASI Non-
Eksklusif
b) Statistik BivariatStatistik bivariat adalah suatu metode
analisa data untuk menganalisa hubungan antara dua variabel. Untuk
melihat hubungan antara variable independen dan dependen digunakan
uji Korelasi Spearman / chi square.karena variabel independen
berskala ordinal dan variabel dependen berskala ordinal.
Interpretasi hasil uji korelasi didasarkan pada nilai Sig.
Nilai Sig menginterpretasikan nilai signifikan, jika nilai Sig
< 0,10 maka terdapat hubungan bermakna antar variabel yang diuji
(Ho ditolak ) dan jika nilai Sig > 0,10 maka tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara variabel yang diuji (Ho
diterima).
Jadwal KegiatanJadwal kegiatan penelitian ini dapat dilihat pada
tabel berikut ini :Tabel 3.2 Jadwal kegiatan
No.KegiatanBulan / tahun
Des12Jan 13Feb13
1Studi Kepustakaan
2Penulisan Proposal
3Wawancara dan Pembagian Questioner
4Pengumpulan Data
5Analisis Data
6Penulisan Laporan Akhir
BAB IVHASIL & PEMBAHASAN
4.1. HASIL4.1.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian4.1.1.1. Letak
GeografisRumah Liar Baloi Kebun terletak di Kelurahan Taman Baloi,
Kecamatan Batam Kota, Kotamadya Batam. Wilayah ini terdiri dari 1
RW dan 10 RT .
Sebelah timur berbatasan dengan Perumahan Orchird Park, sebelah
selatan berbatasan denganPerumahan Palm Spring, sebelah barat
berbatasan dengan Superblock Imperium dan sebelah utara berbatasan
dengan Polresta Barelang.
4.1.1.2. Jumlah pendudukJumlah data penduduk baloi kebun yang
didapat oleh penulis dari kantor Lurah Taman Baloi sampai tanggal
31 Januari 2013 adalah 1.433 Jiwa. Tabel 4.1 Distribusi
RespondenNoKeteranganJumlah sampelPersen (%)
1RT 01 & 02721.9 %
2RT 03 & 04928.1 %
3RT 05 & 06412.5 %
4RT 07 & 08515.6 %
5RT 09 & 010721.9 %
Total32100 %
Tabel diatas menjelaskan tentang alamat-alamat responden yang
dipilih dengan menggunakan metode simple random sampling .
4.1.2. Karakteristik KeluargaKarakteristik yang diteliti adalah
besar keluarga, tingkat pendidikan ayah, umur ayah ,dan umur bayi.
Karakteristik responden diidentifikasi berdasarkan keluarga.
menunjukkan secara umum responden yang memiliki keluarga kecil
lebih banyak dibandingkan keluarga besar. Lebih lanjut, sebagian
besar ayah memiliki tingkat pendidikan yaitu lulusan SLTP atau SLTA
.Tabel 4.2. Besaran KeluargaNoKeteranganJumlah sampelPersen (%)
1Keluarga besar ( > 4 orang)1031.2 %
2Keluarga kecil ( =< 4 orang)2268.8%
Total32100 %
Karakteristik umur responden dapat dilihat dalam Tabel berikut
ini .Tabel 4.3. Frekuensi Distribusi Umur AyahNoKeteranganJumlah
sampelPersen (%)
120-29 tahun721.9%
230-39 tahun2165.6 %
340-49 tahun412.5%
Total32100 %
Pasangan usia subur yang diteliti menurut tabel.3 ini paling
banyak berkisar 30-39 tahun sebanyak 65.6%. Tingkat pendidikan dan
pekerjaan responden dapat dilihat dalam table berikut ini:Tabel 4.4
Frekuensi Tingkat pendidikan AyahNoKeteranganJumlah sampelPersen
(%)
1SD26.2 %
2SMP1134.4 %
3SMA1650 %
4Akademi26.2 %
5S1/S2/S313.2 %
Total32100 %
Tabel 4.5. Distribusi Pekerjaan AyahNoKeteranganJumlah
sampelPersen (%)
1Peg. Swasta515.6 %
2Petani/ pekebun39.4%
3Wiraswasta2268.8 %
4Tidak Bekerja26.2%
Total32100
4.1.3. Karakteristik BayiSetiap bayi memiliki karakteristik yang
berbeda, baik jenis kelamin, dan umur. Hal ini yang menyebabkan
pengamatan pada karakteristik bayi sebagai tambahan data penelitian
walaupun tidak dilihat secara langsung hubungannya dalam pemberian
ASI eksklusif.
Tabel 4.6. Distribusi Jenis Kelamin bayiNoKeteranganJumlah
sampelPersen (%)
1Laki Laki1134.4 %
2Perempuan2165.6 %
total32100 %
Jumlah bayi laki-laki lebih sedikit dari pada bayi
perempuan.Tabel 4.7. Distribusi Umur BayiNoKeteranganJumlah
sampelPersen (%)
10-3 Bulan1959.4 %
24-6 Bulan1340.6 %
Total32100 %
Usia bayi berkisar antara 0-12 bulan dengan rata-rata usia 4,5
bulan.
4.1.4. Peran Ayah dalam pemberian ASITabel 4.8 dibawah
menunjukkan peranan ayah dalam pemberian ASI Tabel 4.8. Peran
AyahNoKeteranganJumlah sampelPersen (%)
1 Baik1753.1 %
2Kurang1546.9 %
Total32100 %
Sebaran ayah berdasarkan peranan dalam pemberian ASI dapat
dilihat pada Tabel 4.9. Peranan ayah dalam pemberian ASI yang
sering dilakukan pada ibu adalah menyarankan ibu mengkonsumsi
makanan yang memperlancar ASI dan menciptakan suasana nyaman dan
tenang selama menyusui. Sedangkan peranan ayah dalam pemberian ASI
yang sering dilakukan pada bayi adalah menggendong bayi dan
diberikan pada ibu untuk disusui (Tabel 4.9).
Tabel 4.9. Sebaran peran
ayahNoPertanyaanSeringKadang-kadangTidak pernah
N%N%N%
1Ayah menasehati pentingnya ASI eksklusif2062.5618.8618.8
2Ayah menyarankan ibu mengkonsumsi makanan yang memperlancar
ASI16501031.2618.8
3Ayah pernah menyarankan ibu untuk memberikan susu formula pada
bayi1237.51340.6721.9
4Ayah mendukung ibu tetap memberikanASI eksklusif walaupun
bekerja atau sibuk1753.1928.1618.8
5Ayah mendukung ibu dengan susu formula928.11546.9825
6Ayah bekerja dan mengurus bayi tugas ibu1856.21340.613.2
7Ayah menciptakan suasana nyaman dantenang selama
menyusui2165.61134.400
8Ayah menggendong bayi dan diberikanpada ibu untuk
disusui2475.0618.826.2
9Ayah menyendawakan bayi setelah disusui1546.9825928.1
10Ayah membeli susu untuk menjagakesehatan ibu dan kelancaran
produksi ASI2062.5721.9515.6
11Ayah membeli makanan memperlancar ASI2165.6618.8515.6
12Ayah membeli buku atau majalah tentangASI untuk
ibu39.4215.62475
4.1.5. Praktek pemberian ASIPraktek pemberian ASI dikelompokkan
menjadi dua yaitu pemberian ASI eksklusif, ASI non- Eksklusif
.Tabel 4.10. Pemberian ASINoKeteranganJumlah sampelPersen (%)
1ASI Eksklusif2062.5 %
2Non- ASI Eksklusif1237.5 %
Total32100
*Tabel 10 menunjukkan persentase Responden yang memberikan ASI
eksklusif dan semi eksklusif lebih banyak dibandingkan responden
yang memberikan ASI tidak eksklusif / hanya Susu Formula .
4.1.6. Hubungan Peran Ayah dengan Praktik Pemberian ASI Tabel 11
menunjukkan peranan ayah pada ibu yang memberikan ASI eksklusif
lebih baik dibandingkan peranan ayah pada ibu yang tidak memberikan
ASI eksklusif. Namun, uji korelasi Spearman menunjukkan praktek
pemberian ASI eksklusif tidak berhubungan nyata dengan peranan ayah
dalam pemberian ASI (p = 0.314 dan r = 0.314).
Tabel 11. Sebaran Responden berdasarkan Praktek Pemberian ASI
dan Peranan Ayah dalam Pemberian ASINoPeran AyahPemberian
ASITotal
ASI EksklusifASI non -Eksklusif
1BaikJumlah12517
Persen37.515.653.1
2KurangJumlah8715
Persen2521.946.9
TotalJumlah201232
Persen62.537.5100
4.2. PEMBAHASAN4.2.1. Karakteristik KeluargaSecara umum,
keluarga kecil lebih banyak dibandingkan keluarga besar. Keluarga
kecil adalah keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga kurang
atau sama dengan empat orang. Hastuti (2006) menjelaskan semakin
banyak jumlah anak dalam keluarga maka alokasi waktu,perhatian, dan
tingkat keeratan yang diberikan orangtua kepada anak akan berkurang
seiring pertambahan jumlah anak.
Ibu dari ayah yang memiliki 1 orang anak memiliki resiko 0,5
untuk tetap menyusui eksklusif dibandingkan ibu dari ayah yang
telah memiliki beberapa anak. Peran baru menjadi seorang ayah
membutuhkan persiapan dan merupakan hal yang harus dipelajari. Ayah
yang baru pertama kali menghadapi peran barunya dilaporkan akan
lebih fokus terhadap pengasuhan bayi (Ahlborg dan Standmark dalam
Nystrom dan Ohrling, 2003), memberi dukungan pada istrinya
(Anderson dalam Nystrom dan Ohrling, 2003) dan membantu pekerjaan
rumah tangga (Hall dalam Nystrom dan Ohrling, 2003).
Menurut Sularyo (1993) dalam Suciarni (2004) latar belakang
pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor penting yang ikut
menentukan keadaan gizi anak. Status pendidikan dan status
kesehatan seorang ibu menentukan praktek pengasuhan anak termasuk
praktek pemberian makan kepada bayi.
4.2.2. Peranan Ayah dalam Pemberian ASI
Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar ayah
memiliki peranan Baik dalam pemberian ASI berkisar 53.1%.
Menurut Roesli (2000),sekarang ini masih banyak ayah yang
berpendapat salah bahwa menyusui adalah urusan ibu dan bayinya.
Ayah menganggap cukup menjadi pengamat yang pasif saja. Hal ini
dapat dilihat pada hasil penelitian, terdapat 56.3% ayah memiliki
kebiasaan berpikir bahwa ayah hanya bekerja dan mengurus bayi
merupakan tugas ibu.
Menurut Roesli (2000) dari semua dukungan bagi ibu menyusui,
dukungan ayah yang paling berarti bagi ibu. Ayah dapat berperan
aktif dalam keberhasilan pemberian ASI eksklusif dengan memberikan
dukungan secara emosional dan bantuan-bantuan yang praktis.
Selain itu, seringkali ibu cenderung ingin menyusui dan merasa
percaya diri apabila mendapat dukungan dari ayah. Akan tetapi,
seringkali ayah, pada umumnya yang pertama kali menjadi ayah merasa
bukan bagian dalam menyusui dan tidak memiliki peran dalam proses
menyusui.
Lebih lanjut, upaya yang dapat dilakukan ayah selama pemberian
ASI adalah menyendawakan bayi setelah disusui, Bermain biasanya hal
pertama yang diminta ibu untuk dilakukan ayah. Sering bayi dengan
cepat mengenal ayah sebagai teman bermain dan ibu sebagai pemberi
perhatian karena ayah menghabiskan banyak waktu bermain (Riordan
2005).
Selain itu, lebih dari separuh ayah sering membelikan ibu
makanan yang memperlancar ASI, membantu pekerjaan rumah tangga, dan
membeli susu untuk kesehatan dan produksi ASI ibu. Akan tetapi,
lebih dari separuh ayah tidak pernah membelikan buku atau majalah
tentang ASI untuk ibu. Membeli buku atau majalah tentang ASI untuk
ibu merupakan bentuk dukungan alternative apabila ayah bekerja dan
tidak dapat berperan langsung merawat bayi.
Selain bentuk dukungan ayah yang baik, terdapat juga ayah yang
memberikan dukungan salah dalam pemberian ASI. Hal ini dapat
dilihat bahwa terdapat lebih dari separuh ayah yang mendukung
keputusan isteri menggunakan susu formula dan terdapat 37.5% ayah
yang sering menyarankan ibu untuk memberikan susu formula pada
bayi.
Hal ini diduga karena ayah terpengaruh oleh iklan susu formula
di media massa yang menggambarkan lengkapnya kandungan gizi susu
formula. Berdasarkan WHO (1999), adanya pengaruh media massa
mengenai iklan susu formula bayi dapat mempengaruhi ibu untuk tidak
memberikan ASI termasuk ayah.
4.2.3. Praktek Pemberian ASI
Praktek pemberian ASI pada penelitian ini dikelompokkan menjadi
tiga yaitu pemberian ASI eksklusif, ASI semi eksklusif, dan ASI
tidak eksklusif. Selain bayi yang diberi ASI eksklusif, seringkali
bayi diberi susu formula selama berada di rumah sakit atau rumah
bersalin yang disebut semi eksklusif.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui contoh yang memberikan
ASI eksklusif dan semi eksklusif lebih banyak daripada contoh yang
tidak memberikan ASI eksklusif.
Praktek pemberian ASI eksklusif ini didukung oleh pengetahuan
dan sikap ayah dan ibu yang baik tentang ASI eksklusif.
Adanya pemberian susu formula pada bayi di rumah sakit atau
rumah bersalin dapat menjadi penghambat pemberian ASI eksklusif
secara optimal.
Berdasarkan penelitian Amiruddin (2006) di Makassar, ibu yang
memberikan ASI tidak eksklusif mendapatkan promosi susu formula
yang lebih banyak dibandingkan ibu yang memberikan ASI eksklusif
pada bayi.
Keuntungan dari ASI akan optimal jika bayi hanya diberi ASI saja
secara eksklusif tanpa pemberian makanan tambahan lain, selama 6
bulan pertama kehidupannya.
Berdasarkan hal tersebut, rekomendasi UNICEF dan WHO menetapkan
jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Selain ASI,
pemberian makanan dengan vitamin saja, obat dan teh herbal serta
pemberian air kepada bayi tidak dianjurkan (WHO 1991).
Hal yang sama juga dijelaskan oleh Roesli (2000) yang dimaksud
dengan ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara
eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan
lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putiih, dan
tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu,
biskuit, bubur nasi, dan tim.
Menurut Roesli (2008), bayi yang disusui eksklusif 6 bulan dan
diberi ASI hingga 11 bulan saja dapat menurunkan 13.0% kematian
bayi. Menurut WHO (2000), setiap tahun terdapat 1-1,5 juta bayi
meninggal karena tidak diberi ASI eksklusif. Selain itu, menurut
UNICEF (2006) kira-kira sebanyak 30.000 kematian balita di
Indonesia dapat dicegah dengan pemberian ASI eksklusif.
4.2.4. Hubungan Peran Ayah dengan Praktik Pemberian ASIHasil
penelitian menunjukkan peranan ayah pada ibu yang memberikan ASI
eksklusif lebih baik daripada ibu yang tidak memberikan ASI
eksklusif. Akan tetapi, banyak dari responden yang masih mencampur
ASI dengan susu formula .
Hal ini diduga ayah sebagai kepala keluarga memiliki
keterbatasan waktu bersama ibu dan bayi dikarenakan tuntutan
pekerjaan dan adanya rasa canggung pada ayah untuk memulai
peranannya pada ibu dan bayi dalam pemberian ASI.
Ayah yang berperan mendukung istri untuk menyusui bayi disebut
breastfeeding father. Pada dasarnya seribu ibu menyusui tidak lebih
dari sepuluh orang diantaranya tidak dapat menyusui karena alasan
fisiologis. Jadi, sebagian besar ibu dapat menyusui dengan baik.
Hanya ketaatan mereka menyusui eksklusif 4-6 bulan tidak dipenuhi.
Itulah sebabnya dorongan ayah diperlukan untuk meningkatkan
kepercayaan diri ibu dalam menyusui (Khomsan 2006).
Berbeda halnya dengan pengetahuan dan sikap ayah tentang ASI,
hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa Tidak terdapatnya
hubungan peran Ayah dengan praktik pemberian ASI (p = 0.314 dan r =
0.314).
Menurut Roesli (2000), banyak para ayah yang ingin berperan
dalam perawatan bayi meskipun mereka hanya memiliki waktu yang
terbatas. Ayah hanya memiliki waktu pagi atau sore hari dan akhir
pekan saja bersama ibu dan bayi. Disamping itu, ayah sering
canggung ikut merawat bayi sehingga terhambat untuk mulai berperan
dan dorongan eksktra pada ayah sangat diperlukan.
Studi yang dilakukan oleh Scott et al (2001) menunjukkan bahwa
ibu yang mendapat dukungan ayah untuk menyusui akan memiliki
kecenderungan 9 kali lebih tinggi untuk tetap melanjutkan pemberian
ASI dibandingkan ibu dimana ayah lebih memilih susu formula sebagai
metode pemberian makan bayi.
Sama halnya dengan hasil studi Giugliani et al (1994) yaitu ibu
akan menyusui bayinya jika ayah menunjukkan dukungan positif
terhadap praktik menyusui dibandingkan ibu dari ayah yang cenderung
lebih suka dengan pemberian susu formula atau bahkan bersikap
netral terhadap metode pemberian makan bayi dimana ibu cenderung
menghentikan pemberian ASI kapan saja.
Lebih lanjut, berdasarkan penelitian Abdullah (2001) di Kota
Bogor diketahui ayah merupakan pihak yang sering diajak diskusi
sebelum mengambil keputusan pemberian ASI eksklusif, namun
kenyataannya saat pengambilan keputusan ayah berperan sangat kecil
dan banyak dilakukan ibu. Pengambilan keputusan yang didominasi
oleh ibu diduga karena masih adanya stereotip bahwa masalah
domestik merupakan urusan ibu, sehingga ketika berdiskusi lebih
banyak membicarakan hal perawatan anak secara umum dan menyerahkan
sepenuhnya keputusan yang akan diambil kepada ibu. Ibu menjadi
pihak yang sentral dalam pengambilan keputusan pemberian ASI.
BAB VKESIMPULAN & SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil beberapa
kesimpulan yaitu sebagai berikut :1. Sebagian besar responden
memiliki keluarga kecil (68.8 %).2. Lebih dari separuh ayah
memiliki tingkat pendidikan sedang yaitu lulusan SLTP atau SLTA (
> 75 %).3. Sebanyak 62.5% keluarga memberikan ASI eksklusif,
37.5% Non ASI eksklusif.4. Peran Ayah dalam pemberian ASI Baik
tetapi Belum ditemukan hubungan dengan praktik pemberian ASI .5.
Sebagian besar ayah berumur 30-39 tahun (65.6%)6. Pekerjaan ayah
yang paling banyak adalah wiraswasta (68.8 %)
5.2. SaranBerdasarkan hasil penelitian ini maka diharapkan :1.
Bagi aparat pemerintahan di Ruli Baloi Kebun, Kelurahan Taman
Baloi,Kecamatan Batam Kota penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan bahan pertimbangan bagi kegiatan posyandu, puskesmas atau
badan kesehatan lainnya dalam rangka mempromosikan ASI eksklusif di
masa mendatang.2. Bagi Pemerintah baik pemerintah pusat maupun
daerah, Departemen Kesehatan dan instansi yang terkait,Membuat
program terpadu yang bertujuan untuk meningkatan pengetahuan ASI
bagi para orang tua dan calon orang tua (ayah dan ibu) sejak masa
kehamilan hingga masa menyusui misalnya forum diskusi dan
seminar-seminar yang menghadirkan role model atau public figure
sehingga ayah mengenali perannya yang relevan dalam mencapai
kesuksesan menyusui.3. Bagi calon ayah dan ayah diharapkan
keterlibatannya sebagai ayah ASI (breastfeeding father) untuk
meningkatkan keberhasilan pemberian ASI eksklusif.4. Hendaknya
petugas kesehatan lebih meningkatkan penyuluhan mengenai informasi
ASI eksklusif dan menyusui dini.5. Bagi petugas penolong kelahiran
hendaknya tidak menganjurkan ibu dan memberi susu formula kepada
bayi baru lahir yang dapat menyebabkan kegagalan pemberian ASI
eksklusif.6. Bagi peneliti lain, sebaiknya dilakukan penelitian
yang lebih komprehensif dengan sampel besar mengenai peranan ayah
dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif
seperti menyusui dini, fasilitas ruangan ibu melahirkan, kondisi
payudara ibu, teknik menyusui bayi, paritas, pekerjaan ibu, dan
promosi susu formula sehingga diperoleh gambaran yang lengkap
tentang praktek pemberian ASI eksklusif.
DAFTAR PUSTAKAAdwinanti, V. 2004. Hubungan praktek pemberian ASI
dengan pengetahuan ibu tentang ASI, kekhawatiran ibu, dukungan
keluarga dan status gizi dari usia 0-6 bulan. [skripsi]. Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Destriatania, Suci .2010 . Hubungan Antara pengetahuan dan Sikap
Ayah Terhadap praktik Inisiasi Menyusui Segera dan pemberian ASI
Eksklusif di Wilayah Urban Jakarta tahun 2007, [Tesis]. Program
Studi Ilmu Kesehatan masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia, Jakarta pp. 40-60.
Februhartanty, Judhihastuty. 2008. Peran Ayah dalam Optimalisasi
Praktik Pemberian ASI: Sebuah Studi di Daerah Urban Jakarta Tahun
2007, [Disertasi]. Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta. pp. 70-100.
Hendarto A. dan Pringgadini K. 2008. Nilai Nutrisi Air Susu Ibu.
In : IDAI. Bedah ASI : Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI, p: 46.
Hull,D. and Johnston,D.I. 2008. Dasar-dasar Pediatri,edisi
3.EGC, Jakarta pp. 76-80.
Juherman, Yulia . 2008 Pengetahuan, Sikap dan Peranan Ayah
Terhadap Pemberian ASI Eklusif.[Skripsi]. Program Studi Gizi
Masyarakat Fakultas Pertanian, Bogor. pp. 24-30.
Kementerian Dalam Negeri, dkk, 2005. Strategi Nasional
Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Sampai Tahun 2005. Jakarta:
Direktorat Gizi Masyarakat.
Maryunani, Anik . 2012. Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eklusif, dan
Manajemen Laktasi.Trans Info Media, Jakarta. pp. 204-209
Mullick, S., Busi K and Monica W. 2005. Involving Men in
Maternity Care: Health Service Delivery Issues, Agenda Special
Focus, pp. 124-134.
Notoatmodjo, 2010. Metodologi penelitian kesehatan . Jakarta: PT
Rineka Cipta pp. 100-105
Peraturan pemerintah no 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI
Eklusif
Riordan J. 2005. Breastfeeding and Human Lactation. Ed ke-3.
United States of America: Jones and Bartlett Publishers, Inc. pp.
324-345.
Roesli U. 2000. Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: Trubus
Agriwida. pp. 70-87.
Scott, JA. et al. 2006. Predictors of Breastfeeding Duration:
Evidence From aCohort Study, Pediatrics, vol. 117, pp. 646-655.
Stremler, J and Dalia Lovera. 2004. Insight From a Breastfeeding
Peer Support Pilot Program for Husbands and Father of Texas WIC
Participants, J Hum Lact, vol. 20, no. 4, pp. 417-422.
Taveras EM, AM Capra, PA Bravemen, NG Jensvold, GJ Escobar, and
TA Lieu 2003. Clinicians support and psychosocial risk factors
associated with breastfeeding discontinuation. Pediatrics; 112
(1):108-115