Top Banner

of 38

Proposal Quantum Learning

Jan 06, 2016

Download

Documents

safny

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM TRANSPORATASI MAKHLUK HIDUP DI KELAS VIII SMP NEGERI 9 BANDA ACEH
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM TRANSPORATASI MAKHLUK HIDUP DI KELAS VIII SMP NEGERI 9 BANDA ACEH

Proposal Skripsi

diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

olehNURSYAFNY RIZKIANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS SYIAH KUALADARUSSALAM, BANDA ACEH2015

34

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSalah satu upaya yang ditempuh untuk meningkatkan mutu pembelajaran adalah melalui peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Sekolah adalah bagian dari masyarakat yang merupakan tempat bagi pembinaan sumber daya manusia yang sesuai dengan perkembangn sains dan teknologi. Di sekolah, guru adalah faktor utama yang berperan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tingkat keberhasilan siswa belajar di kelas.Adityarini (2013) mengatakan bahwa proses belajar mengajar yang berkembang di kelas umumnya ditentukan oleh peran guru dan siswa sebagai individu yang terlibat langsung di dalam proses tersebut. Siswa seringkali mengalami kesulitan dalam memahami konsep, untuk itu, selama proses kegiatan belajar berlangsung bantuan guru sangat diperlukan. Tugas guru dalam proses belajar mengajar antara lain adalah mengefektifkan terjadinya proses belajar mengajar.Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan menciptakan suasana belajar yang dapat meningkatkan aktivitas seperti menyesuaikan model pembelajaran dengan materi yang akan diajarkan. Dengan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa, maka hasil belajar juga akan mengalami peningkatan. Hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan di SMPN 9 Banda Aceh menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar di dalam kelas menggunakan metode ceramah dan diskusi. Guru berusaha melibatkan seluruh siswa dalam proses pembelajaran dan merangsang keaktifan belajar siswa dengan metode tanya jawab, akan tetapi keterlibatan siswa dalam proses tanya jawab hanya didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja dan masih banyak siswa yang kurang berpartisipasi dalam diskusi, salah satunya pada materi sistem transportasi makhluk hidup. Hasil belajar siswa pada materi tersebut pada semester genap tahun 2015/2016 belum menunjukkan angka yang maksimal. Dari seluruh siswa kelas VIII pada tahun tersebut masih terdapat sekitar 43% siswa yang belum memenuhi batas kriteria ketuntasan minimal yaitu 70. Oleh karena itu perlu pembaharuan dalam melaksanakan pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran yang mampu menarik perhatian dan memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam aktivitas belajar, salah satunya adalah model Quantum Learning. Quantum learning adalah seperangkat model dan falsafah belajar yang terbukti efektif di sekolah dan bisnis untuk semua tipe orang dan segala usia. quantum learning pertama kali digunakan di Supercamp, yaitu sebuah lebaga pendidikan atau pelatihan di Amerika Serikat. Di Supercamp dapat menggabungkan rasa percaya diri, keterampilan berkomunikasi siswa dalam lingkungaan yang menyenangkan (Putra, 2013). Dalam model pembelajaran quantum learning, guru harus memahami potensi siswa dalam menyerap dan mengolah informasi siswa dengan mengetahui modalitas (gaya belajar) siswa. DePorter, (2010) menjelaskan bahwa di awal pengalaman belajar, salah satu diantara langkah-langkah pertama adalah mengenali modalitas seseorang sebagai modalitas visual, auditorial, dan kinestetik. Seperti yang diusulkan istilah-istilah ini, orang visual belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar audoitorial melakukannya melalui apa yang mereka dengar, dan pelajar kinestetik belajar lewat gerakan dan sentuhan. Walaupun masing-masing dari kita belajar dengan menggunakan ketiga modalitas pada tahapan tertentu, kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu di antara ketiganya. Dengan mengetahui gaya belajar siswa yang berbeda-beda, guru bisa mengoptimalkan proses pembelajaran dengan menyusun rencana pembelajaran yang bervariasi dan melibatkan indera visual, auditorial, dan kinestetik. Semakin banyak indera yang digunakan, semakin kuat pula daya ingatnya.Tambah penelitian terdahulu............................................................Berdasarkan latar belakang di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian eksperimen sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui Penerapan Model Quantum Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Transportasi Makhluk Hidup di Kelas VIII SMPN 9 Banda Aceh .

1.2 Rumusan masalahRumusan masalah dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut.1. Apakah penerapan model quantum learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem transportasi pada makhluk hidup di kelas VIII SMPN Banda Aceh? 2. Apakah penerapan model quantum learning dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi sistem transportasi pada makhluk hidup di kelas VIII SMPN Banda Aceh.1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui penerapan model quantum learning terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada materi sistem transportasi pada makhluk hidup di kelas VIII SMPN 9 Banda Aceh. 2. Mengetahui penerapan model quantum learning terhadap peningkatan aktivitas siswa pada materi sistem transportasi pada makhluk hidup di kelas VIII SMPN 9 Banda Aceh.1.4 Manfaat PenelitianPenelitian ini diharapan dapat bermanfaat bagi guru, siswa, dan sekolah tempat penelitian, yaitu:1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang model quantum learning.2. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa pada materi sistem transportasi pada makhluk hidup dengan menggunakan model quantum learning.3. Bagi guru, dapat meningkatkan kualitas belajar biologi dengan menggunakan model quantum learning.4. Bagi sekolah, dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan model quantum learning demi peningkatan efisiensi dan efektivitas pembelajaran biologi.

1.5 Hipotesis PenelitianBerdasarkan rumusan masalah tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut. adalah 1. Penerapan model pembelajaran quantum learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem transportasi pada makhluk hidup di kelas VIII SMPN 9 Banda Aceh.2. Penerapan model pembelajaran quantum learning dapat meningkatkan aktivitas siswa pada materi sistem transportasi pada makhluk hidup di kelas VIII SMPN 9 Banda Aceh

1.6 Definisi Operasionala. Model PembelajaranModel pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.b. Quantum LearningQuantum learning merupakan model pembelajaran yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat serta membuat belajar sebagai suatu proses yang bermanfaat dan bermakna. Quantum Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar dan neurologistik (NLP). c. Gaya BelajarGaya belajar merupakan cara seseorang dalam menyerap dan mengolah informasi. Secara umum, gaya belajar dibedakan menjadi tiga, yaitu a) gaya belajar visual; 2). gaya belajar auditorial; dan 3). gaya belajar kinestetik.

BAB II LANDASAN TEORETIS

2.1 Pengertian Belajar dan PembelajaranBelajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir dan ada yang berpendapat sebelum lahir. Bahwa antara belajar dan perkembangan sangat erat kaitannya (Trianto, 2009).Lebih lanjut Slameto (2010) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil penglamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan (Hamalik, 2010).Ruswandi (2013) mengatakan bahwa belajar menunjukkan beberapa penjelasan, yaitu:1. Belajar adalah perubahan perilaku dalam diri individu, artinya individu yang telah belajar mengalami perubahan perilaku.2. Perubahan perilau itu secara keseluruhan, artinya meliputi semua aspek yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan sehingga belajar itu disebut sudah lengkap.3. Belajar merupakan suatu proses, artinya belajar merupakan aktivitas yang berlangsung berkesinambungan atau terus menerus.4. Proses belajar terjadi karena adanya dorongan dan tujuan untuk memenuhi kebutuhan. Selain itu, belajar terjadi karena ada tujuan yang ingin dicapai.5. Belajar merupakan bentuk pengalaman. Artinya perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar pada dasarnya merupakan bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, sehingga banyak memberikan pengalaman yang berarti dari situasi nyata. Dalam pengertian secara luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardiman, 2010).Secara umum, belajar boleh dikatakan juga sebagai suatu proses interaksi antara diri manusia (id-ego-super ego) dengan lngkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep, ataupun teori. Dalam hal ini terkandung suatu maksud bahwa proses interaksi itu adalah:1. Proses internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar, dan 2. Dilakukan secara aktif, dan segenap panca indera ikut berperan ( Sadirman, 2010).Pembelajaran merupakan kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran haikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarah interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetaapkan sebelumnya (Trianto, 2009).Proses pembelajaran terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Sedangkan pengalaman merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya. (Trianto, 2009). Dimyati (2002) berpendapat bahwa proses pembelajaran akan lebih efektif apabila siswa lebih aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Melalui partisipasi seorang siswa akan dapat memahami pelajaran dari pengalamannya sehingga akan mempertinggi hasil belajar.

2.2 Pengertian Hasil BelajarHasil belajar merupakan suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar (Dimyati, 2002).Sanjaya (2008) menyatakan bahwa hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Dengan demikian, tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang instrumen yang dapat mengumpulan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Lebih lanjut Sudjana (2000) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu, a) ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual, b) ranah afektif, berkenaan dengan sikap, 3) ranah psikomotorik, berkenaan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi BelajarManusia belajar melalui interaksi dengan lingkungannya yang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Ruswandi (2013) dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:1. Faktor pribadi (Personal)Faktor ini datangnya dari manusia itu sendiri, misalnya bawaan sejak lahir. Fator-faktor pribadi ini antara lain intelegensi, kesehatan, bakat dan minat, serta kemampuan lainnya.2. Faktor lingkunganFaktor ini datangnya dari lingkungan alam maupun dari orang lain (personal). Faktor dari lingkungan alam misalnya alam (cuaca), gangguan (noise) seperti suara bising atau berisik. Faktor dari luar personal lainnya seperti guru, orang tua, dan suasana ruang kelas.3. Faktor instrumentalFaktor ini sebagai pendukung yang berkaitan dengan peralatan yang tidak termasuk pada faktor pribadi dan lingkungan. Faktor ini antara lain kesesuaian antara perkembangan siswa dengan materi pelajaran, penggunaan alat peraga atau media, dan sebagainya.

Faktor lain yang mempengaruhi belajar adalah situasi. Situasi adalah keadaan seseorang pada saat melaukan suatu kegiatan. Situasi belajar adalah keadaan seseorang yaitu siswa pada saat melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu, situasi merupakan salah satu unsur penting dalam belajar. Komponen keadaan (situasi) belajar diantaranya keadaan diri sendiri, keadaan belajar, proses belajar mengajar, guru yang memberi pelajaran, teman di sekolah dan lingkungan, atau program belajar yang ditempuh (Ruswandi, 2013).

2.4 Aktivitas BelajarAktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan guru dan siswa yang mendukung proses pembelajaraan guna mencapai tujuan pembelajaran (Sudjana, 2001). Aktivitas adalah segala pengetahuan yang diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman sendiri. Aktivitas merupakan segala kegiatan yang dilakukan baik fisik maupun psikis. Indikator aktivitas adalah adanya keinginan siswa belajar dalam proses belajar mengajar. Selain itu, aktivitas pembelajaran juga dapat diartikan sebagai kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar misalnya bertanya, mengemukakan pendapat, mengerjakan tugas, menjawab pertanyaan, bekerja sama, serta bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan (Rohani, 2009).Hamalik (2009) menyatakan bahwa aktivitas belajar berbanding lurus dengan dampak hasil belajar. Pembelajaran berbasis masalah menekankan pada adanya aktivitas guru dan siswa. Aktivitas dapat membantu siswa agar dapat belajar mandiri dan kreatif sehingga dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan terbentuknya sikap (Sanjaya, 2009).

2.5 Model PembelajaranIstilah model pembelajaran sering dimaknai sama dengan pendekatan pembelajaran. Bahkan kadang suatu model pembelajaran diberi nama sama dengan nama pendekatan pembelajaran. Sebenarnya model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada makna pendekatanm, strategi, metode dan teknik. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Arends (1997) menjelaskan definisi model pembelajaran sebagai berikut.Model pembelajaran adalah suatu perencanaan dan suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ilah:1. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai).3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur, 2000)

2.6 Model Pembelajaran Quantum Learning Quantum learning merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Bobby DePorter dan Mike Hernacki yang mengedepankan pembelajaran yang imajinatif dan tenik-teknik yang efektif dalam belajar. Guru hanya sebagai fasilitator, sehingga guru harus memahami potensi siswa terlebih dahulu. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam hal ini adalah mengaitkan apa yang akan diajarkan dengan peristiwa-peristiwa, pikiran atau perasaan, tindakan yang diperoleh siswa dalam kehidupan baik di rumah, di sekolah, maupun dilingkungan keluarga.Istilah Quantum berasal dari ilmu fisika yang berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain (DePorter, 2008).Lebih lanjut DePorter (2008) menjelaskan bahwa asas utama Quantum Learning adalah bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka. Setiap bentuk interaksi dengan pembelajaran, setiap model pembelajaran harus dibangun diatas asas ini. Asas ini memiliki maksud agar pengajar membangun jembatan yang otentik memasuki kehidupan pelajar sebagai langkah pertama.DePorter (2008) menjelaskan bahwa quantum learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai suggestology atau suggestopedia. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif ataupun negatif. Beberapa teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil menunjukkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif.Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program neurologistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatan tindakan positif-faktor penting untuk merangkang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang, dan menciptakan pegangan di saat-saat keberhasilan yang meyakinkan (DePorter,2008).Ada lima prinsip utama yang mendasari quantum learning yaitu:1. Segalanya berbicara Dalam quantum learning, segala sesuatu mulai lingkungan pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh pengajar, penataan ruang sampai sikap guru, mulai kertas yang dibagikan pengajar sampai dengan rancangan pembelajaran, semua mengirim pesan pembelajaran. Dalam hal ini, guru dituntut untuk merancang segala aspek yang ada di lingkungan kelas sebagai sumber belajar bagi siswa.2. Segalanya bertujuan Dalam hal ini,setiap kegiatan belajar harus jelas tujuannya. Tujuan pembelajaran ini harus dijelaskan kepada siswa.3. Pengalaman sebelum memberi nama. Otak manusia berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks yang menggerakkan rasa ingin tahu, oleh karena itu, proses belajar paling baik ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa mereka mempelajari. Guru harus memberikan tugas (pengalaman/eksperimen) terlebih dahulu. Dengan tugas tersebut akhirnya siswa mampu menyimpulkan sendiri konsep, rumus, dan teori tersebut. Dalam hal ini, guru harus menciptakan simulasi konsep agar siswa memperoleh pengalaman.4. Akui setiap usaha Dalam setiap proses pembelajaran siswa patut mendapatkan pengakuan atas prestasi dan kepercayaan dirinya. Guru harus memberi penghargaan walaupun usaha siswa salah, dan secara perlahan membetulan jawaban siswa yang salah. Jangan sampai mematikan semangat siswa untuk belajar.5. Jika layak dipelajari maka layak untuk dirayakan Dalam hal ini, guru harus memiliki strategi untuk memberi umpan balik (feedback) positif yang dapat mendorong semangat belajar siswa. Umpan balik dapat diberikan baik secara kelompok maupun individu (Wena, 2009).

2.6.1 Kerangka Rancangan Quantum LearningPada dasarnya dalam pelaksanaan komponen rancangan pembelajaran quantum learning dikenal dengan singkatan TANDUR yang merupakan kepanjangan dari: Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan (DePorter, 2010). Unsur-unsur tersebut membentuk basis struktural keseluruhan yang melandasi pembelajaran kuantum.Tabel 2.1 Keranga Pembelajaran quantum learningNoRancanganPenerapan dalam

1.TumbuhkanTumbuhkan mengandung makna bahwa awal kegiatan pembelajaran pengajar harus berusaha menumbuhkan/mengembangkan minat siswa untuk belajar. Dengan tumbuhnya minat, siswa akan sadar manfaat kegiatan pembelajaran bagi dirinya atau kehidupannya.

2.AlamiAlami mengandung makna bahwa proses pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa mengalami langsung atau nyata materi yang diajarkan. Demikian pula pengalaman-pengalaman siswa sebelumnya akan bermakna bagi guru dalam mengajarkan konsep-konsep yang berkaitan.

3.NamaiNamai mengandung makna bahwa penamaan adalah saatnya untuk mengajarkan konsep, keterampilan berpikir, dan strategi belajar. Penamaan mampu memuaskan hasrat alami otak untuk identitas, mengurutkan, dan mendefinisian.

4.DemonstrasikanDemonstrasikan berarti bahwa memberi peluang kepada siswa untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan mereka ke dalam pembelajaran lain atau ke dalam kehidupan mereka. Kegiatan ini akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

5.UlangiUlangi berarti bahwa proses pengulangan dalam kegiatan pembelajaran dapat memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa tau dan yakin terhadap kemampuan siswa. Pengulangan harus dilakukan secara multimodalitas, multikecerdasan.

6.RayakanRayaan mengandung makna pemberian penghormatan pada siswa atas usaha, ketekunan, dan kesuksesannya. Dengan kata lain, perayaan berarti umpan balik positif pada siswa atas keberhasilannya, baik berupa pujian, pemberian hadiah, atau bentuk lainnya (Wena, 2009).

Ada delapan karakteristik keunggulan yang diyakini dalam pembelajaran kuantum. DePorter (2010) menjelaskan karakteristik keunggulan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran melalui konsep quantum learning dengan cara:1. Kekuatan AMBAKAMBAK (Apa Manfaatnya Bagiku) adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan motivasi sangat diperlukan dalam belajar karena dengan adanya motivasi maka keinginan untuk belajar akan selalu ada. Pada langkah ini, siswa akan diberi motivasi oleh guru dengan memberi penjelasan tentang manfaat apa saja setelah mempelajari suatu materi.2. Penataan Lingkungan BelajarDalam proses belajar dan mengajar diperlukan penataan lingkungan yang dapat membuat siswa merasa betah dalam belajarnya. Dengan penataan lingkungan belajar yang tepat juga dapat mencegah kebosanan dalam diri siswa. 3. Memupuk Sikap JuaraMemupuk sikap juara perlu dilakukan untuk lebih memacu dalam belajar siswa, seorang guru hendaknya tidak segan-segan untuk memberikan pujian kepada siswa yang telah berhasil dalam belajarnya, tetapi jangan pula mencemooh siswa yang belum mampu menguasai materi. 4. Bebaskan Gaya Belajarnya. Ada berbagai macam gaya belajar yang dipunyai oleh siswa. Gaya belajar tersebut yaitu: visual, auditorial, dan kinestetik. Dalam Quantum Learning, guru hendaknya memberikan kebebasan dalam belajar pada siswanya dan jangan terpaku pada satu gaya belajar saja.5. Membiasakan MencatatBelajar akan benar-benar dipahami sebagai aktivitas kreasi ketika siswa tidak hanya menerima, melainkan bisa mengungkapkan kembali apa yang didapatkan menggunakan bahasa hidup dengan cara dan ungkapan sesuai gaya belajar siswa itu sendiri.6. Membiasakan MembacaSalah satu aktivitas yang cukup penting adalah membaca, karena dengan membaca akan menambah perbendaharaan kata, pemahaman, dan menambah wawasan dan daya ingat akan bertambah.7. Jadikan Anak Lebih Kreatif\Siswa yang kreatif adalah siswa yang ingin tahu, suka mencoba, dan senang bermain. Dengan adanya sikap kreatif yang baik maka siswa akan mampu menghasilkan ide-ide yang segar dalam belajarnya.8. Melatih Kekuatan Memori AnakKekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar, sehingga siswa perlu dilatih untuk mendapatkan kekuatan memori yang baik.Dalam penerapan quantum learning lebih mengutamakan keaktifan peran serta siswa dalam berinteraksi dengan situasi belajarnya melalui panca inderanya baik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan pengecapan sehingga hasil penelitian quantum learning terletak pada modus berbuat yaitu Katakan dan Lakukan.2.5.2 Gaya Belajar SiswaGaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan,di sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Ketika kita menyadari bagaimana kita dan orang lain menyerap dan mengolah informasi, kita dapat menjadikan belajar dan berkomuniasi lebih mudah dengan gaya kita sendiri (DePorter, 2008). Semakin banyak indera yang digunakan, semakin kuat pula daya ingatnya. Setiap anak memiliki gaya belajar yang berbeda. Secara umum, gaya belajar dapat dikelompokkan menjadi 3, yakni visual, auditorial, dan kinestetik.1. Gaya Belajar VisualJensen (2010) menjelaskan bahwa siswa dengan gaya belajar visual biasanya lebih menyukai input visual. Pada umumnya mereka mempertahankan kontak mata dengan guru, postur mereka tegap, mereka menciptakan potret atau model mental, mereka berbicara secara cepat dan monoton, mereka menyukai handout. Pembelajar visual biasanya merupakan pengeja yang baik, lebih suka membaca daripada dibacakan, menikmati penulisan, menyukai kerapian, terorganisir, dan kurang terganggu oleh kebisingan

2. Gaya Belajar AuditorialUntuk siswa dengan gaya belajar auditorial, Jensen (2010) mengatakan bahwa mereka lebih suka masukan atau menjadi auditori. Mereka berbicara banyak, mudah terganggu, dan mengingat langkah demi langkah dan prosedur demi prosedur. Pembelajar auditori juga sering mendongakkan kepalanya dan memaksimalkan tempo, nada suara, dan volume dalam pola bicara mereka. Mereka menginginkan pertanyaan-pertanyaan tes yang disajikan secara berurut sesuai dengan yang dipelajari.

3. Gaya Belajar KinestetikJensen (2010) menjelaskan bahwa siswa dengan gaya belajar kinestetik lebih menyukai masukan fisik. Mereka ingin belajar tentang sesuatu dengan menyentuh, merasa, dan beraktivitas. Singkatnya, belajar dengan melakukan tugas lebih menarik bagi mereka daripada membaca atau mendengar.

2.7 Kelebihan Model Pembelajaran Quantum Learning Kelebihan dan kekurangan dalam suatu model pembelajaran pasti ada. Hal ini berkaitan erat dengan bagaimana guru bersangkutan menerapkan pada suatu pembelajaran nantinya. Suksesnya suatu model pembelajaran yang diterapkan tergantung pada pengelolaan ruang belajar (Darkasyi, 2011). Kelebihan dari model pembelajaran quantum learning menurut Dona (2012) antara lain sebagai berikut:1. Pembelajaran kuantum membiasakan siswa untuk melatih aktivitas kreatifnya sehingga siswa dapat menciptakan suatu produk kreatif yang dapat bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Contonya ketika dikelas guru terbiasa mengajari siswa untuk selalu berfikir kreatif untuk menemukan hal yang baru.2. Dalam pembelajaran kuantum, emosi sangat diperlukan untuk menciptakan motivasi belajar yang tinggi. Motivasi yang tinggi dapat menambah kepercayaan diri siswa, sehingga siswa tidak ragu dan malu serta mau mengembangkan potensi-potensi yang ada.3. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna. Jadi guru bukan hanya menjelaskan tetapi menanamkan dalam diri siswa.4. Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Contohnya penggunaan music klasik akan merangsang percepatan daya tangkap siswa sehingga mudah dalam memahami materi yang diberikan.5. Pembelajaran kuantum sangat menentukan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat. Contohnya guru memberikan konsep-konsep dengan contoh yang nyata bukan khayalan.6. Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan ketrampilan akademis, dan ketrampilan (dalam) hidup.7. Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran. Jadi seorang guru bukan hanya menyampaikan materi tetapi juga menanamkan karakter yang harus dimiliki siswa.8. Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban. Jadi siswa diberikan kebebasan untuk menyampaikan pendapat dan melakukan aktifitas yang diminatinya.Kekurangan dari model quantum learning antara lain sebagai berikut.1. Membutuhkan pengalaman yang nyata. Karena kuantum learning menuntut guru untuk kreatif dan menjadikan kegitan belajar mengajar lebih menyenangkan sehingga diperlukan pengalaman yang matang untuk dapat menciptakan situasi yang diatas.2. Waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar. Karena kuantum learning menggunakan metode pemberian sugesti sehingga dibutuhkan waktu yang lama untuk menumbuhkan karakter yang diharapkan.3. Kesulitan mengidentifikasi ketrampilan siswa. Karena setiap siswa memiliki ketrampilan yang berbeda-beda sehingga untuk mengidentifikasi ketrampilan setiap siswa memerlukan proses yang tidak mudah yaitu dengan mengamati perilaku dan minat setiap siswa.4. Memerlukan dan menuntut keahlian dan ketrampilan guru. Karena kuantum learning menuntut guru untuk kreatif dan menjadikan kegitan belajar mengajar lebih menyenangkan sehingga diperlukan keahlian dan ketrampilan guru untuk dapat menciptakan situasi yang diatas.5. Memerlukan proses perancanaan dan persiapan pembelajaran yang cukup matang dan terencana dengan cara yang lebih baik. Karena kuantum learning harus bisa menjadikan kegiatan belajar menyenangkan sehingga persiapan yang matang akan membantu terlaksananya kegiatan pembelajaran tersebut.6. Adanya keterbatasan sumber belajar, alat belajar dan menuntut situasi dan kondisi. Karena dengan keterbatasan sarana prasarana akan menghambat terlaksananya kegiatan tersebut dan hasilnya kegiatan belajar mengajar akan berjalan kurang efektif.

2.8 Materi Sistem Transportasi pada Makhluk Hidup Di dalam tubuh makhluk hidup selalu terjadi sistem transportasi. Sistem tranportasi ini terjadi melalui proses pengangkutan nutrisi, oksigen, karbondioksida, dan sisa metasbolisme. Tumbuhan atau hewan memanfaatkan organ ataupun jarngan yang terdapat pada tubuhnya untuk menjalankan sistem tranportasi ini.

2.8.1 Sistem Transportasi pada TumbuhanJaringan yang berperan dalam proses transportasi tumbuhan adalah xilem dan floem. Xilem berfungsi untuk mengangut air dan mineral dari tanah e daun sedangkan floem berfungsi untuk mengangkut hasil metabolisme ke seluruh tubuh tumbuhan. Xilem dan floem yang ada di akar bersambungan dengan xilem dan floem pada seluruh bagian tubuh tumbuhan.1. Transportasi Air dan MiineralPertama-tama, air diserap oleh rambut-rambut akar. Kemudian air dan mineral akan masuk ke sel epidermis melalui proses osmosis. Selanjutnya, air dan mineral akan melewati korteks. Dari kortes air kemudian melewati endodermis dan periskel. Selanjutnya air masuk ke jaringan xilem yang berada di akar. Setelah tiba di xilem akar air dan mineral bergerak ke xilem batang serta ke xilem daun.Epidermis korteks endodermis periskel xilem2. Transportasi hasil fotosintesisPerjalanan zat-zat hasil fotosintesis dimulai dari tempat terjadinya fotosintesis misalnya daun yakni daerah yang memiliki onsentrasi gula tinggi ke bagian tanaman lain yang dituju yakni daerah yang memiliki konsentrasi gula rendah. Gambar 2.1 menunjukkan proses trnaspor nutrisi pada tumbuhan.

Sumber: (Kemendikbud 2013)Gambar 2.1 : Transportasi Nutrisi pada Tumbuhan

2.8.2 Sistem Transportasi pada ManusiaSistem transportasi pada tubuh manusia berfungsi untuk mengangkut nutrisi, oksigen, karbondioksida serta sisa metabolisme. Proses ini berlangsung terus menerus selama kehidupan manusia (Kemendikbud, 2013).1. DarahDarah tersusun atas plasma, sel darah merah, sel darah putih, dan keping-keping darah. Kurang lebih 55% bagian dari darah adalah plasma.

Sumber: (Kemendikbud, 2013)Gambar: 2.2 Komponen Daraha. Sel darah merah (eritrosit)Eritrosit berbentuk bulat pipih dengan bagian tengahnya cekung (bikonkaf). Sel darah tidak memiliki inti sel. Eritrosit berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel-sel seluruh tubuh. Warna merah pada darah disebabkan adanya hemoglobin (Hb) dalam sel darah merah. Hemoglobin merupakan suatu protein yang mengandung unsur besi dan berfungsi mengikat oksigen dan membentuk oksihemoglobin.

b. Sel Darah Putih (Leukosit)Sel darah putih memiliki bentuk yang tidak tetap atau bersifat amuboid dan mempunyai inti sel. Fungsi utama dari sel darah putih adalah melawan bibit penyakit yang masuk ke tubuh dan membentuk antibodi. Setiap satu mililiter kubik darah mengandung sekitar 8.000 sel darah putih.Berdasarkan ada tidaknya butir-butir kasar (granula) dalam sitoplasma, leukosit dapat dibedakan menjadi granulosit dan agranulosit. Leukosit jenis granulosit terdiri atas eosinofil, basofil, dan neutrofil. Agranulosit terdiri atas limfosit dan monosit. Karakteristik jenis-jenis sel darah putih dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Karakteristik Jenis-Jenis Sel Darah Putih

Sumber: (Kemendikbud,2013)

c. Keping Darah (Trombosit)Trombosit atau platelet berdiameter sekitar 2-3m dan tidak memiliki nukleus (inti sel). Trombosit memiliki fungsi struktural maupun molekular dalam penggumpalan darah (Campbell, 2010). Trombosit sangat berhubungan dengan proses mengeringnya luka. Sesaat setelah terluka, trombosit akan pecah karena bersentuhan dengan permukaan asar dari pembuluh darah yang terluka. Proses penutupan luka dapat dilihat pada skema di Gambar 2.3 di bawah ini.

Sumber: (Kemendikbud, 2013)Gambar 2.3 Mekanisme Pembekuan Darah (Penutupan Luka)

d. Plasma DarahPlasma darah merupakan cairan darah yang sebagian besar terdiri atas air (92%). Selain itu, plasma darah juga terdapat garam-garam organik dan protein-protein plasma yang terdiri atas albumin, fibrinogen, dan globulin (Campbell, 2010). Kemendikbud (2013) juga menjelaskan bahwa terdapat zat-zat lain yang terlarut dalam plasma darah adalah sari makanan, hormon, anitbodi, dan zat sisa metabolisme (urea dan karbondioksida).

2. Fungsi DarahFungsi darah menurut kemendikbud (2013) antara lain sebagai berikut: a. Menjaga kestabilan suhu tubuhb. Berfungsi sebagai sistem kekebalan tubuhc. Alat transportasi nutrisi dan sisa metabolismed. Alat transportasi oksigen.

3. Organ Peredaran DarahOrgan yang berperan dalam sistem peredaran darah manusia adalah sebagai berikut.a. JantungJantung manusia adalah sebuah struktur berkamar empat yang terletak di dada. Bagian jantung yang amat berotot terdiri atas ventrikel (bilik) kiri dan bilik kanan, atrium (serambi) kiri dan serambi kanan (Fried, 2005). Seperti pompa, jantung berfungsi memompa darah, sehingga darah dapat diedarkan ke seluruh tubuh. Besar jantung manusia adalah sekepalan tangan (kemendikbud, 2013). Bagian-bagian jantung ditunjukkan oleh Gambar 2.4.

Sumber: (Campbell, 2010)Gambar 2.4 Bagian-Bagian Jantungb. Pembuluh DarahCampbell (2010) menjelaskan bahwa arteri, vena, dan kapiler adalah tiga tipe utama pembuluh darah. Arteri membawa darah meninggalkan jantung ke organ-organ di seluruh tubuh. Di dalam organ-organ, arteri bercabang-cabang menjadi arteriola, pembuluh darah kecil yang mengangkut darah ke kapiler-kapiler. Kapiler adalah pembvuluh darah mikroskopik yang menembus setiap jaringan dan melewati setiap sel tubuh. Pada ujung hilir kapiler bertemu dengan venula, dan venula-venula bergabung menjadi vena. Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah kembali ke jantung. Perbedaan antara pembuluh arteri dan vena ditunjukkan pada Tabel 2.3Tabel 2.3 Perbedaan Pembuluh Arteri dan VenaPembedaPembuluh Nadi (Arteri)Pembuluh Balik (Vena)

TempatAgak tersembunyi di dalam tubuhDeat dengan permukaan tubuh, tampak kebiru-biruan

Dinding pembuluhTebal, kuat, elastisTipis dan tidak elastis

Aliran darahMeninggalkan jantungMenuju jantung

Denyut Terasa Tidak terasa

Katup Satu pada pangkal jantungBanya di sepanjang pembuluh

Darah yang keluar dari pembuluhDarah memancarDarah tidak memancar

c. Proses Peredaran Darah Pada Manusia Peredaran darah manusia termasuk peredaran darah tertutup karena darah selalu beredar di dalam pembuluh dara. Setiap beredar, darah melewati jantung dua kali sehingga disebut peredaran darah ganda. Peredaran darah ganda tersebut dikenal dengan peredaran darah kecil dan peredaran darah besar (Kemendikbud, 2013). Peredaran darah besar dan kecil dapat dilihat pada Gambar 2.5.

1. Peredaran darah kecilPeredaran darah kecil merupakan peredaran darah yang dimulai dari jantung menuju paru-paru kemudian kembali lagi ke jantung. Arteri Vena Pulmonalis Pulmonalis Jantung Paru-paru Jantung(Bilik Kanan) (Serambi Kiri)2. Peredaran darah besarPeredaran darah besar adalah peredaran darah dari jantung ke seluruh tubuh kemudian kembali ke jantung lagi. Aorta Vena Cava Jantung Seluruh Tubuh Jantung(Bilik Kiri) (Serambi Kanan)

Sumber: (Campbell, 2010)Gambar 2.5 Peredaran Darah Besar dan Kecil

d. Gangguan pada Sistem Peredaran DarahAda beberapa gangguan dalam sistem peredaran darah manusia, antara lain sebagai berikut.1. Serangan jantungSerangan jantung terjadi jika arteri koronaria yang terdapat pada jantung tidak dapat menyuplai darah yang cukup ke sel-sel jantung. Arteri koronaria merupakan pembuluh darah yang menyuplai darah beroksigen dan bernutrisi ke sel-sel otot jantung. Kondisi ini dapat terjadi arena arteri koronaria tersumbat oleh lemak atau kolesterol.2. StrokeStroke merupakan suatu penyakit yang terjadi karena matinya jaringan di otak yang disebabkan karea\na kurangnya asupan oksigen di otak. Hal ini terjadi jika pembuluh darah pada otak tersumbat atau salah satu pembuluh darah di otak pecah.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan jenis PenelitianPendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen, dengan desain Pretes-Postes Control Group. Penelitian ini dilaksanakan pada dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Proses pembelajaran di kelas kontrol dilakukan dengan ceramah dan diskusi, sedangkan di kelas eksperimen dilakukan proses pembelajaran dengan model quantum learning.Tabel 3.1 Desain Pretes-postes grup kontrol (Pretes-Postes Control Group)GrupPretesUbahan terikatPostes

EksperimenY1XY2

KontrolY1-Y2

(Sumber: Sukardi, 2013)Keterangan: Y1 = diberikan pretesY2 = diberikan postesX = diberikan perlakuan - = tidak diberikan perlakuan

3.2 Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di SMPN 9 Banda Aceh. Pengambilan data dilakukan pada bulan Januari 2016.

3.3 Populasi dan SampelPopulasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 9 Banda Aceh yang berjumlah 92 siswa dan terdiri dari 3 kelas. Untuk menentukan sampel penelitian, terlebih dahulu diberikan pretes kepada seluruh siswa kelas VIII. Setelah didapatkan hasil pretes, dipilih dua kelas yang akan dijadikan sebagai kelas ekperimen dan kelas kontrol. Penentuan kelas sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling karena harus mempertimbangkan hasil pretes yang relatif sama.

3.4 Instrumen PenelitianInstrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun sebelum melakukan penelitian di sekolah. RPP disusun untuk dua kali pertemuan untuk pokok bahasan Perubahan Benda-Benda di Sekitar Kita. Penyusunan RPP dilakukan agar proses pembelajaran lebih terarah dan dapat memenuhi tujuan pembelajaran.

2. LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik)Penyusunan LKPD juga dilakukan sebelum penelitian dilakukan. LKPD diberikan kepada siswa selama pembelajaran berlangsung. LKPD ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan di diskusikan dalam kelompok belajar.3. Lembar ObservasiLembar observasi disusun untuk mendapatkan data aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Penilaian aktivitas siswa dilakukan oleh peneliti menggunakan lembar observasi berupa kolom check list dan dianalisis dengan menggunakan rumus : Nilai aktivitas belajar siswa = (skor yang diperoleh) / (skor maksimal) x 100%P = Keterangan:P = Persentase nilai aktivitas belajar siswaf = frekuensi aktivitas siswaN = Jumlah skor maksimal (Sudijono, 2003)Pengolahan data hasil observasi aktivitas diolah dengan cara mengkonversikan data tersebut menjadi bentuk persentase (%). Selanjutnya skor persentase disesuaikan dengan indeks kategori aktivitas yang dapat dilihat pada tabel 3.1 Kriteria aktivitas belajar siswa dapat dikelompokkan sebagai berikut:Tabel 3.1 Parameter skala aktivitas siswaNoPersentase rata-rataKategori

181% atau lebihSangat baik

261%-80% Baik

341%-60%Cukup

421%-40%Kurang

50%-20%Kurang baik

(Arikunto, 2006)4. Perangkat TesDalam penelitian ini, tes diberikan kepada siswa dalam bentuk pretes dan postes untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Soal untuk pretes dan postes diberikan sebanyak 40 item tes dalam bentuk pilihan ganda (multiple choice). Untuk mengetahui kualitas item tes yang diberikan kepada siswa, perlu dilakukan uji validitas, uji reliabilitas, uji taraf kesukaran, dan uji daya pembeda terhadap item tes tersebut.a. Uji ValiditasSudijono (2003) menjelaskan dimaksud dengan validitas item dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sebagai suatu totalitas), dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut. Untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu item tes, digunakan rumus: rpbi = Keterangan:rpbi= koefisien korelasi biserialMp= Skor rata-rata hitung siswa yang menjawab benar item tes yang sedang diujiMt= skor rata-rata dari skor totalSDt = Deviasi standar dari skor totalp= proporsi jawaban benar terhadap butir item yang sedang diujiq = proporsi jawaban salah terhadap item tes yang sedang diujiUntuk mengetahui validitas item tes, hasil perhitungan rpbi dibanding dengan rtabel korelasi biserial dengan taraf signifikansi 5% ( = 0,05). Taraf signifikansi 5% pada rtabel adalah 0,444. Jika rpbi rtabel maka butir item dinyatakan valid. Jika rpbi < rtabel maka butir item dinyatakan tidak valid (Sudijono, 2003).b. Uji ReliabilitasUji reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlibatkan dalam taraf ketepatan dan ketelitian hasil. Suatu tes yang realibel akan menunjukkan ketepatan dan ketelitian hasil dalam satu atau berbagai pengukuran. Untuk mengetahui taraf reliabilitas suatu tes dapat digunakan metode Kuder-Richardson ke 21 (K-R 21). Rumus K-R 21 digunaan karena menggunakan item tes yang menggunakan pilihan ganda empat alternatif jawaban. Rumus K-R 21 dapat dituliskan sebagai berikut.rtt = Keterangan:rtt = koefisien reliabititasn = jumlah itemS = deviasi standarM = mean (Masidjo, 1995)Kriteria reabilitas tes dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Jika rtt = 0,91 sampai 1,00 maka reliabilitas butir soal tergolong sangat tinggi Jika rtt = 0,71 sampai 0,90 maka reliabilitas butir soal tergolong tinggi Jika rtt = 0,41 sampai 0,70 maka reliabilitas butir soal tergolong cukup Jika rtt = 0,21 sampai 0,40 maka reliabilitas butir soal tergolong rendah Jika rtt = negatif sampai 0,20 maka reliabilitas butir soal tergolong sangat rendah

c. Uji Taraf KesukaranBermutu atau tidaknya butir-butir tes hasil belajar pertama-tama dapat dilakukan dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir item. Butir-butir item tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah (Sudijono, 2003: 370). Rumus untuk mencari taraf kesukaran item tes adalah:P = Keterangan:P = Taraf kesukaranB = Banyaknya siswa yang menjawab butir soal dengan benarJS = Jumlah seluruh siswa peserta tesTaraf kesukaran butir soal sering diklasifikasikan sebagai berikut: Jika P= 0,00 sampai 0,30 maka butir soal tergolong sukar. Jika P= 0,31 sampai 0,70 maka butir soal tergolong sedang. Jika P= 0,71 sampai 1.00 maka butir soal tergolong mudah (Arikunto, 2012).d. Uji Daya PembedaUji daya pembeda dilaukan untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminan. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah:D = Keterangan:D = Indeks diskriminanJA = banyaknya siswa kelompok atasJB = banyaknya siswa kelompok bawahBA = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab butir soal dengan benarBB = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab butir soal dengan benarIndeks diskriminan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Jika D = 0.00 sampai 0,20 maka butir soal tergolong jelek Jika D = 0,21 sampai 0,40 maka butir soal tergolong cukup Jika D = 0,41 sampai 0,70 maka butir soal tergolong baik Jika D = 0,71 sampai 1,00 maka butir soal tergolong baik sekali (Arikunto, 2012).

3.5 Teknik Pengumpulan DataDalam memperoleh data hasil belajar siswa, peneliti memberikan pretes kepada seluruh siswa kelas VII. Pemberian pretes dilakukan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang materi sistem transportasi pada makhluk hidup.Setelah memberikan pretes, peneliti membentuk kelas eksperimen dan kelas kotrol dan melakukan kegiatan belajar mengajar di kedua kelas tersebut. Proses pembelajaran dilakukan selama tiga kali pertemuan, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Di kelas eksperimen, peneliti menerapkan model quantum learning. Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun dengan menerapkan ketiga gaya belajar tersebut kepada siswa. Sedangkan pada kelas kontrol, peneliti melakukan proses pembelajaran secara konvensional. Di akhir pertemuan, para siswa diberikan postes untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada materi .

3.6 Tenik Analisis DataUntuk melihat ada tidaknya perbedaan hasil belajar di kelas esperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan uji hipotesis (uji-t). Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat analisis data, yaitu uji normalitas dan uji homogenistas. 1. Uji NormalitasUji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data berdistribusi normal. Uji normalitas menggunakan rumus sebagai berikut:2 = Keterangan:2 = statistik Chi-SquareOi = Frekuensi pengamatanEi = frekuensi yang diharapkan (Sudjana, 2005).

2. Uji HomogenitasUji homogenitas antara elas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua populasi yang diteliti. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan rumus uji Fisher, yaitu:F = (Sudjana, 2005) Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, maka dilakukan uji hipotesis (uji-t). Uji-t digunakan untuk menguji kebenaran antara dua Mean sampel yang diambil secara random dari populasi yang sama. Rumus uji-t menurut Arikunto (2002) adalah sebagai berikut:t = Keterangan:M = Nilai rata-rata hasil perkelompokN = Banyaknya subjekX = Deviasi setiap nilai X2 dan X1Y = Deviasi setiap nilai Y2 dari Mean Y1T = Harga thitung.Pengujian hipotesis dilakukan pada tahap signifikansi 5% ( = 0,05) dengan ketentuan sebagai berikut: Jika t-hitung < t-tabel, maka hipotesis alternatif (Ha) ditolak Jika t-hitung t-tabel, maka hipotesis alternatif (Ha) diterima.

DAFTAR PUSTAKAAdityarini, Y. dkk. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Quantum Learning dengan Media Flashcard untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas X di SMA Negeri 1 Purwoharjo-Banyuwangi Tahun Pelajaran 2011/2012 (Pada Pokok Bahasan Animalia). Jurnal Pancaran. Volume 2(2): 189-199.Arends, R. 1997. Classroom Instructional Management. New York: The Mc Graw-hill Company.Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.________. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.Deporter, B dan Mike Hernacki. 2008. Quantum Learning. Membiasakan Belajar nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Penerbit Kaifa.DePorter, B. Mark Reardon., Sarah Singer-Nouri. 2010. Quantum Teaching. Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung: Penerbit Kaifa.Ebi, F. 2013. Model Pembelajaran Visual Auditory dan Kinesthetic. Tersedia di: (http://www.febitia.blogspot.com/2013/07/model-pembelajaran-visual-auditory,and-12.html, diakses 5 September 2015).Darkasyi, M. 2013. Peningkatan Komunikasi Matematis dan Motiasi Siswa dengan Pembelajaran Pendekatan Quantum Learning paada Siswa SMPN 5 Lhokseumawe. Skripsi (tidak diterbitkan). Banda Aceh: Unsyiah.Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.Hamalik, O. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.Jensen, E. 2010. Guru Super dan Super Teaching. Jakarta: PT. Indeks.Kardi, S. Dan Nur, M. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: University Press.Kemendikbud. 2013. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kemendikbud.Margowati, D. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif Disertai Stategi Quantum Learning dalam Meningkatkann Hasil Belajar Biologi. Skripsi (Publikasi). Jurusan Pendidian Biologi, Universitas Sebelas Maret.Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa. Yogyakarta: Kanisius.

Nurel, D. 2013. Model Pembelajaran VAK. Tersedia di:(http://www.dewinurel30.blogspot.co.id/2013/03/model-pembelajaran -vak.html, diakses 5 September 2015).Putra, M. S. D. dkk. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Quantum Learning Tipe Kinestetik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 2 Singaraja Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Karmapati. Volume 2(5): 601-607.Rifanto, R. 2010. Quantum Learning at Home. 3 Menit Membuat Aba Keranjingan Belajar. Jakarta: Gramedia.Ruswandi. 2013. Psikologi Pembelajaran. Bandung: Cipta Pesona Sejahtera.Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.Sardiman, A. M. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo Persada.Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rinea Cipta.Sudijono, A. 2003. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakart: Grafindo Persada.Sudjana, N., dan Ibrahim. 2000. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.______, N. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.Sukardi. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Angkasa.Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif dan Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media.Wena, M. 2009. Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.