Top Banner
Latar Belakang Massalah Hospitalisasi atau rawat inap pada anak merupakan sebuah krisis akibat adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri anak. Perubahan-perubahan tersebut dapat berasal dari dalam diri sang anak (misalnya; perubahan status fisik, psikis, spiritual) maupun lingkungan yang baru (missal lingkungan Rumah sakit, dokter, perawat, atau tenaga medis lainnya) yang dapat menyebabkan anak menjadi stres dan mudah tertekan. Perubahan akan lingkungan yang baru merupakan salah satu penyebab utama adanya stress pada anak, dengan adanya lingkungan yang ramai, orang yang baru, tempat yang sempit, maupun sebagainya memberikan suatu tekanan pada anak untuk mencoba untuk beradaptasi pada lingkungan yang baru. Padahal, anak juga mengalami kondisi yang berbeda dari biasanya akibat suatu penyakit, dan ditambah anak harus meninggalkan lingkungan dimana ia berada yang mudah sekali menjadikan diri anak merasa terasingkan. Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan pada 29 Maret 2010 di RB4 RSUP H. Adam Malik medan, melalui observasi dan wawancara dengan 10 orang tua yang mempunyai anak yang dirawat inap sudah dirawat lebih dari 1 minggu dengan penyakit yang berbeda, 7 dari 10 orang mengatakan cemas karena anaknya sakit. Hal ini disebabkan
43

proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx

Dec 15, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx

Latar Belakang Massalah

Hospitalisasi atau rawat inap pada anak merupakan sebuah krisis akibat

adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri anak. Perubahan-perubahan

tersebut dapat berasal dari dalam diri sang anak (misalnya; perubahan status fisik,

psikis, spiritual) maupun lingkungan yang baru (missal lingkungan Rumah sakit,

dokter, perawat, atau tenaga medis lainnya) yang dapat menyebabkan anak menjadi

stres dan mudah tertekan.

Perubahan akan lingkungan yang baru merupakan salah satu penyebab

utama adanya stress pada anak, dengan adanya lingkungan yang ramai, orang yang

baru, tempat yang sempit, maupun sebagainya memberikan suatu tekanan pada anak

untuk mencoba untuk beradaptasi pada lingkungan yang baru. Padahal, anak juga

mengalami kondisi yang berbeda dari biasanya akibat suatu penyakit, dan ditambah

anak harus meninggalkan lingkungan dimana ia berada yang mudah sekali

menjadikan diri anak merasa terasingkan.

Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan pada 29 Maret 2010 di RB4

RSUP H. Adam Malik medan, melalui observasi dan wawancara dengan 10 orang

tua yang mempunyai anak yang dirawat inap sudah dirawat lebih dari 1 minggu

dengan penyakit yang berbeda, 7 dari 10 orang mengatakan cemas karena anaknya

sakit. Hal ini disebabkan oleh karena biaya rumah sakit, prosedur pengobatan yang

dilakukan kepada anaknya, lingkungan yang baru selama anak dirawat inap dan

mereka juga mengatakan bahwa mereka belum pernah mendapatkan orientasi rumah

sakit selama anak mereka dirawat inap di rumah sakit.

Dalam penelitian tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa tingkatan

stress yang dialami anak selama hospitalisasi masih cukup tinggi. Dan mengetahui

hal tersebut peran perawat sangat dibutuhkan. Sebagai agent of change diharapkan

peran perawat dapat mengatasi permasalahan tersebut, dengan memberikan sebuah

kontribusi serta mengembangkan dari pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki

oleh seorang perawat. Serta perawat juga merupakan agent of control untuk

bertindak, dan dapat mengambil suatu langkah jika tidak berjalan sebagaimana

mestinya.

Page 2: proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx

Dalam masa hospitalisasi, anak juga memiliki hak untuk terus tumbuh dan

berkembang. Dan peran seorang perawat adalah memfasilitasi dan membuat kondisi

senyaman mungkin bagi sang anak untuk tetap nyaman dan merasa aman meskipun

pada saat hospitalisasi. Namun kenyataannya, seringkali kita menjumpai anak yang

menolak untuk diberikan asuhan keperawatan. Dan ini merupakan sebuah tugas bagi

seorang perawat untuk menerapkan dan mengembangkan pengetahuan pengalaman

yang dimiliki untuk memberikan asuhan keperawatan sebaik-baiknya bagi anak.

B.            Formulasi Masalah

Pada ulasan latar belakang di atas maka formulasi masalah dalam penelitian

ini adalah adakah hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap yang dimiliki

perawat untuk meminimalkan stress pada anak akibat hospitalisasi atau rawat inap.

C.           Tujuan

Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

tingkat pengetahuan dan sikap yang dimiliki seorang perawat dalam meminimalisir

stress pada anak saat dilakukan hospitalisasi atau rawat inap

Tujuan Khusus

1.      Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada anak saat dilakukan hospitalisasi

2.      Mengidentifikasi tingkat pengetahuan yang dimiliki seorang perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan khususnya pada anak dengan hospitalisasi

3.      Mengidentifikasi peran perawat dalam hospitalisasi

4.      Mengidentifikasi peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya

pada anak dengan hospitalisasi

5.      Mengetahui perbandingan antara perawat dengantingkat pengetahuan dan sikap yang

mengetahui bagaimana perannya sebagai seorang tenaga kesehatan yang bertugas

memberikan asuhan secara biopsikososiospiritual pada anak dengan hospitalisasi.

D.           Keaslian Penelitian

Page 3: proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx

Menurut penulis, penelitian tentang Hubungan antara Tingkat Pengetahuan

dan Sikap Perawat dalam Meminimalisir Stress pada Anak dengan Hospitalisasi

sudah cukup banyak dikembangkan, namun penulis menyadari pada saat penulis

mendapatkan praktek klinik di RSUD RAA Soewondo banyak pasien anak yang

mengalami stress saat dilakukan hospitalisasi. Penelitian ini bersifat kuantitatif yang

difokuskan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dari

seorang perawat dalam meminimalisir stress yang dialami oleh anak saat

hospitalisasi atau rawat inap.

No

.

Peneliti Judul Variabel Bebas/

Variabel Terikat

Beda

1. Meriwati,

Tri

Karlinda,

Metayani

Hubungan Tingkat

Pendidikan dan Masa

Kerja Perawat dengan

Upaya Minimalisasi

Stressor Hospitalisasi pada

Anak di Ruang edelweiss

RSUD dr Yunus Bengkulu

Variabel Bebas :

tingkat

Pendidikan dan

Masa Kerja

Variabel Terikat :

Stressor

hospitalisasi pada

anak

Variabel

Bebas

2. Silvia Risti

Ningsih

Hubungan Perilaku Caring

Perawat dengan Stress

Hospitalisasi pada Anak

Usia Pra Sekolah di

Rumah Sakit Umum

Daerah Ibnu Sena Gresik

Variabel Bebas :

Perilaku Caring

Variabel Terikat :

Stress

Hospitalisasi

Variabel

Bebas

3. Ezzedin, S Hubungan Pengetahuan

dan Sikap Perawat

terhadap Pelaksanaan

Model Praktik

Keperawatan Professional

di Ruang Inap RSJ Prof.

Variabel Bebas :

Subungan

pengetahuan dan

sikap perawat

Variabel

Terikat

Page 4: proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx

HB Saaini Padang 2011 Variabel Terikat :

Pelaksanaan

Model Praktik

Keperawatan

Profesional

BAB II

A.           Stress

A.1. Definisi

Stres adalah kondisi ketika individu berada dalam situasi yang penuh

tekanan atau ketika individu merasa tidak sanggup mengatasi tuntutan yang

dihadapinya (Marks, Murray, Evans, dkk, 2002)

Stres adalah reaksi/respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan

mental/beban kehidupan). Stres dewasa ini digunakan secara bergantian untuk

menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak disukai

berupa respons fisiologis, perilaku, dan subjektif terhadap stres; konteks yang

menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus yang membuat stres;

semua sebagai suatu sistem (WHO, 2003).

Page 5: proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx

Menurut Morgan dan King, “…as an internal state which can be caused by

physical demands on the body (disease conditions, exercise, extremes of temperature,

and the like) or by environmental and social situations which are evaluated as

potentially harmful, uncontrollable, or exceeding our resources for coping” (Morgan

& King, 1986). Jadi stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa

disebabkan oleh tuntutan fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi sosial, yang

berpotensi merusak dan tidak terkontrol (AAT Sriati, 2007).

A.2 Jenis-Jenis Stres

Quick dan Quick (1984) dan Hans Selye dalam Girdano (2005) mengatakan

bahwa terdapat dua jenis stres, yaitu eustres dan distres.

Eustres, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif,

dan konstruktif (bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu

dan juga organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas,

kemampuan adaptasi, dan tingkat performance yang tinggi. Ini adalah semua bentuk

stres yang mendorong tubuh untuk beradaptasi dan meningkatkan kemampuan untuk

beradaptasi. Ketika tubuh mampu menggunakan stres yang dialami untuk membantu

melewati sebuah hambatan dan meningkatkan performa, stres tersebut bersifat

positif, sehat, dan menantang (Walker.J, 2002).

Di sisi lain, distres, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak

sehat, negatif, dan destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi

individu terhadap penyakit sistemik dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang

tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian. Distres

adalah semua bentuk stres yang melebihi kemampuan untuk mengatasinya,

membebani tubuh, dan menyebabkan masalah fisik atau psikologis. Ketika seseorang

mengalami distres, orang tersebut akan cenderung bereaksi secara berlebihan,

bingung, dan tidak dapat berperforma secara maksimal (Walker.J, 2002).

A.3. Sumber Stres

Sumber stres atau penyebab stres dikenali sebagai stresor. Antara

penyebabnya adalah, fisik, psikologis, dan sosial. Stresor fisik berasal dari luar diri

Page 6: proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx

individu, seperti suara, polusi, radiasi, suhu udara, makanan, zat kimia, trauma, dan

latihan fisik yang terpaksa. Pada stresor psikologis tekanan dari dalam diri individu

biasanya yang bersifat negatif seperti frustasi, kecemasan (anxiety), rasa bersalah,

kuatir berlebihan, marah, benci, sedih, cemburu, rasa kasihan pada diri sendiri, serta

rasa rendah diri, sedangkan stresor sosial yaitu tekanan dari luar disebabkan oleh

interaksi individu dengan lingkungannya. Banyak stresor sosial yang bersifat

traumatic yang tak dapat dihindari, seperti kehilangan orang yang dicintai,

kehilangan pekerjaan, pension, perceraian, masalah keuangan, pindah rumah dan

lain-lain. (Nasution I. K., 2007).

A.4. Reaksi Psikologi Stres

Atkinson dkk (1993), menjelaskan secara umum reaksi stress atau gejala-

gejala stress dapat dibedakan ke dalam dua kelompok besar, yaitu reaksi psikologis

dan reaksi fisiologis. Namun pada penelitian, peneliti lebih memfokuskan mpada

gejala dan reaksi psikologi yang muncul akibat stress. Reaksi psikologi diantaranya

adalah :

1.      Anxiety (kecemasan/ kegelisahan)

Merupakan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan munculnya

khawatir (worry), ketegangan/ tekanan (tension), ketakutan pada sesuatu hal yang

akan terjadi (apprehension) dan ketakutan (fear) yang pada tanda-tanda tersebut

dialami dalam derajat yang berbeda pada tiap-tiap orang.

2.      Anger dan Agression (kemarahan dan agresi)

Berupa reaksi marah yang mengarah pada perilaku agresi (baikberupa tindakan fisik

maupun verbal) ketika individu dalam kondisi frustasi. Perilaku ini bisa ditujukan

langsung pada sumber stress atau pada orang yang tak bersalah dan obyek yang

berada di sekitar.

3.      Apathy dan Depression (ketidakberdayaan dan depresi)

Reaksi yang berupa menarik diri dan merasa tidakberdaya untuk mengahdapi suatu

peristiwa yang tidak terkontrol. Ketika seorang individu tidak mampu untuk

melakukan koping, maka individu tersebut akan masuk ke dalam tahapan yang dalam

yaitu depresi.

Page 7: proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx

4.      Cognitive Impairment(penurunan fungsikognitif)

Reaksi yang berupa kesulitan untuk berkonsentrasi, dan berpikir secara logis.

Individu akan mudah teralihkan pada pemikiran-pemikiran untuk melakukan suatu

tugas seperti tugas-tugas yang kompleks.

A.5. Faktor-faktor yang Berhubungan

Menurut Lazarus dan Folkman(dalam Sarafino, 2006) penilaian individu

terhadap sesuatu yang dianggap sebagai sumber stress dipengaruhi oleh dua faktor,

diantaranya adalah :

1.      Faktor individu; meliputi intelektual, motivasi, dan karakter individu

2.      Faktor situasu, meliputi besar kecilnya tuntutan keadaan yang dilihat sebagai stress

A.6. Stres pada Anak

Stres dapat dialami oleh semua orang, baik muda maupun tua, kaya

maupun miskin, tanpa memandang status dari seseorang. Begitu juga anak, anak

juga dapat mengalami stress karena adanya suatu suatu kondisi. Kondisi-kondisi

yang dapat membuat anak menjadi stress diantaranya adalah segala sesuatu yang

berada di sekitar lingkungan anak, respond tuntutan yang berpotensi menimbulkan

stress pada anak. Dan gejala stress pada anak memang sulit untuk dikenali, dan untuk

orang tua sebaiknya harus tanggap terhadap gejala-gejala awal stress pada anak.

Gejala-gejala tersebut diantaranya adalah :

1.        Perasa dan mudah tersinggung

2.        Mudah protes dan mengeluh

3.        Mudah memberontak, tidak mau menurut

4.        Mood berubah-ubah

5.        Tampak selalu sedih

6.        Menolak untuk makan

7.        Hilang minat dan gairah

8.        Tidak mau untuk bekerja sama

9.        Berperilaku destruktif

10.    Membuang barang-barang yang berada di sekitarnya

11.    Berteriak atau berbicara keras

Page 8: proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx

12.    Penuh ketakutan

13.    Insomnia dan sering mimpi buruk

14.    Mual-mual dan muntah

Berikut merupakan tanda gejala stress pada anak. Diharapkan kepada orang

tua ataupun tenaga kesehatan dapat mengenali tanda dan gejala stress yang dialami

anak. Karena dengan adanya anak menjadi stress dapat mengganggu perkembangan

anak, dan dapat berdampak buruk pada psikologi sang anak.

A.7 Stres pada Anak akibat Hospitalisasi

Hospitalisasi atau rawat inap eringkali dapat membuat anak menjadi stress,

karena adanya perubahan lingkungan yang terjadi dalam diri sang anak, dan susah

bagi sang anak untuk beradaptasi pada lingkungan yang baru untuk mengenal

individu yang baru serta susah untuks ang anak dilakukan kerja sama untuk

pemenuhan asuhan keperawatan yang akan diberikan.

Dan penting bagi seorang perawat yang memiliki tugas memberikan asuhan

keperawatan khususnya bagi anak untuk dapat bekerja sama dalam proses asuhan

keperawatan tanpa membuat sang anak mengalami salah satu gejala stress saat

dilakukan proses asuhan keperawatan secara menyeluruh.

A.8 Alat Ukur Stres pada Anak

Untuk mengetahui secara pasti apakah anak mengalami stress, berikut adalah

suatualat ukur untuk mengetahui apakah anak tersebut sedang mengalami stress atau

tidak dengan :

-          Mewawancarai orangtua terhadap gejala-gejala stress anak

1.             Anak menampilkan tanda-tanda depresi

2.             Mudah marah dan kehilangan minat pada aktivitas pavoritnya

3.             Lelah, gelisah dan agitasi

4.             Mengeluh sakit fisik seperti sakit perut (mencret) ataupun sakit kepala

5.             Minat belajar menurut dan prestasi yang anjlok

6.             Kemungkinan anak akan berubah tingkah laku dari seorang yang ramah menjadi

pendiam, ataupun sebeliknya dari seorang yang penurut menjadi seorang yang sering

membantah

Page 9: proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx

7.             Anak berubah menjadi seorang pembohong bahkan mencuri atau melakukan

perbuatan jahat lainnya sebagai bentuk pelarian.

8.             Anak kurang bertanggung jawab terhadap tugas-tugas rumah

9.             Anak menjadi lebih tergantung dengan orang tua atau mengacuhkan orang tua

10.         Kurang percaya diri dan bersikap malas

-          Penilaian Respon

No. Respon Ya Tidak

1.                  Fisiologis

a.    Peningkatan denyut nadi

b.    Peningkatan tekanan darah

c.    Peningkatan frekuensi buang air

kecil

d.   Gemetar

e.    Keringat dingin

f.     Peningkatan frekuensi bernafas

g.    Dilatasi pupil

2. Emosional/ Perilaku

a.    Gelisah

b.    Susah tidur

c.    Menolak makan

d.   Menolak bekerja sama

e.    Menangis diam-diam

f.     Tidak mau ditinggalkan orang tua

g.    Terus bertanya kapan orang tuanya

kembali

h.    Menarik diri dari orang lain

B.            Pengetahuan

B.1 Definisi

Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

Page 10: proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx

terjadimelalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebgaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003)

Dari pengalan dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahui akan lebih bertahan daripada perilaku yang tidak didasari oleh ilmu.

Roger (1974) dalam Machfoedz dkk (2005) mengungkapkan bahwa seseorang

sebelum mengadopsi perilaku baru di dalam dirinya terjadi suatu proses secara

berurutan diantaranya adalah :

1.      Awareness (kesadaran), dimana orang menyadari ari untuk mengatui stimulis (objek)

terlebih dahulu

2.      Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus (objek)

3.      Evaluation, dengan menimbang-nimbaikbaik buruknya suatu stimulus (objek) bagi

dirinya.

4.      Trial, ketika orang mulai mencoba perilaku yang baru

5.      Adaptation, dimana orang telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan dan kesaran

untuk bersikap terhadap suatu stimulus.

B.2 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan (knowledge) dalam masyarakat

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

1.      Sosial ekonomi

Lingkungan dengan sosial ekonomi yang tinggi akan mendukung terhadap tingkat

pengathuan yang dimiliki oleh seseorang.

2.      Kultur (budaya)

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, dengan adanya

budaya dan agama akan menyaring pengetahuan-pengetahuan sekiranya pantas

untuk diperoleh atau didapatkan seseorang.

3.      Pendidikan

Semakin tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seseorang semakintinggi, maka

orang tersebut akan lebih mudah menerima informasi-informasi baru dan mampu

untuk merubah perilaku yang baru.

4.      Pengalaman

Page 11: proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx

Dengan adanya tingkat pendidikan yang tinggi maka pengalaman juga akan semakin

luas, semakin tua usia seseorang maka pengalaman akan lebih banyak.

5.      Paparan Media Massa

Melalui media massa baik cetak maupun elektronik merupakan suatu sumber

informasi bagi masyarakat, sehingga masyarakat akan lebih mudah mendapatkan

informasi lebih banyak.

6.      Hubungan sosial

Dengan adanya hubungan atau komunikasi antara satu orang dengan yang lain dapat

mempermudah untuk berbagi informasi, dan berbagi pengetahuan. Maka seseorang

akan lebih mudah mendapatkan informasi ketika dia dapat berkomunikasi dan

berhubungan secara baik dengan orang lain.

B.3 Sumber Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo 2003, sumber pengetahuan dapat diperoleh melalui,

pengalaman langsung, media massa (misalnya: Surat kabar dan majalah), media

elektronik (misalnya: radio dan televisi), Buku petunjuk, Petugas kesehatan dan

Media poster.

B.4 Cara Pengukuran Pengetahuan

Cara mengukur tingkat pengathuan dapat diukur dengan wawancara atau

angket yang menyakan tentang isi materi yang akan diukur dari suatu subyek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur

dapat diukur berdasarkan tingkat pengetahuan dengan memberikan pertanyaan-

pertanyaan, kemudian dilakukan penilian kemudia dikategori baik, sedang, maupun

kurang.

C.           Sikap

C.1 Definisi Sikap

Menurut Oxford Advanced Learner Dictionary mencantumkan bahwa sikap

(attitude) berasal dari bahasa Italia attitudine yaitu “Manner of placing or holding the

body, dan way of feeling, thinking or behaving”. Campbel (1950) dalam buku

Notoadmodjo (2003, p.29) mengemukakan bahwa sikap adalah “A syndrome of

Page 12: proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx

response consistency with regard to social objects”. Artinya sikap adalah

sekumpulan respon yang konsisten terhadap obyek sosial. Dalam buku Notoadmodjo

(2003, p.124) mengemukakan bahwa sikap (attitude) adalah merupakan reaksi atau

respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek.

C.2 Ciri-ciri Sikap

Ciri-ciri sikap menurut Heri Purwanto (1998) dalam buku Notoadmodjo

(2003, p.34) adalah:

1.             Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang

perkembangan itu dalam hubungannya dengan obyeknya.

2.             Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah

pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang

mempermudah sikap pada orang itu.

3.             Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap

suatu obyek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa

berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas. Obyek

sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari

hal-hal tersebut.

4.             Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang

membedakan sikap dan kecakapan- kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang

dimiliki orang.

C.3 Tingkatan Sikap

Menurut Notoadmodjo (2003) dalam buku Wawan dan Dewi (2010), sikap

terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :

1.      Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan (obyek).

2.      Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk

Page 13: proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Terlepas dari

pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang tersebut menerima ide itu.

3.      Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain

terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4.      Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko

adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.

C.4 Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar S (2011, p.30) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

yaitu:

1.      Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar pembentukan sikap apabila pengalaman

tersebut meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila

pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2.      Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah

dengan sikap seseorang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain

dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan untuk menghindari konflik dengan

orang yang dianggap penting tersebut.

3.      Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat

asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis

pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.

4.      Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita

yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif berpengaruh terhadap sikap

konsumennya.

5.      Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Page 14: proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat

menentukan sistem kepercayaan. Tidaklah mengherankan apabila pada gilirannya

konsep tersebut mempengaruhi sikap.

6.      Faktor emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang

berfungsi sebagai sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk

mekanisme pertahanan ego.

C.5 Cara Pengukuran Sikap

Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku

manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) dan pengukuran (measurement)

sikap (Azwar S, 2011, p. 87). Menurut Azwar S (2011, p.126) Ada berbagai cara

untuk melakukan pengukuran sikap yaitu :

1.      Thrustone

Metode penskalaan Thrustone sering disebut sebagai metode interval tampak setara.

Metode penskalaan pernyataan sikap ini dengan pendekatan stimulus yang artinya

penskalaan dalam pendekatan ini ditujukan untuk meletakkan stimulus atau

pernyataan sikap pada suatu kontinum psikologis yang akan menunjukkan derajat

favourable atau tak favourable pernyataan yang bersangkutan.

Dengan metode ini perlu ditetapkan adanya sekelompok orang yang akan bertindak

sebagai panel penilai (judging group). Tugasnya adalah menilai satu penyataan per

satu dan kemudian menilai atau memperkirakan derajat favourable atau tak

favourablenya menurut suatu kontinum yang bergerak dari 1 sampai dengan 11 titik.

Anggota panel tidak boleh dipengaruhi oleh oleh rasa setuju atau tidak setujunya

pada isi pernyataan melainkan semata-mata berdasarkan penilaiannya pada sifat

favourablenya.

Page 15: proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx

K

 

J

 

Page 16: proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx

I

 

H

 

G

 

F

Page 17: proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx

 

E

 

D

 

C

 

Page 18: proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx

A Dalam menentukan penilaian derajat favourable atau tak favourable setiap pernyataan sikap, kepada kelompok penilai disajikan suatu kontinum psikologis dalam bentuk deretan kotak-kotak yang diberi huruf A sampai dengan K.

TIDAK NETRAL

FAVOURABLE

Kotak berhuruf A yang berasa paling kiri merupakan tempat untuk meletakkan

pernyataan sikap yang berisi afek paling tidak favourable. Sebaliknya kotak berhuruf

K adalah tempat meletakkan pernyataan yang paling tidak favourable serta kotak F

merupakan tempat meletakkan sikap yang dianggap netral. Sebelum itu, apabila

terdapat penilai yang meletakkan lebih dari 30 pernyataan ke dalam satu kotak yang

sama, maka penilai dianggap tidak melakukan penilaian dengan cara yang

semestinya dan hasil penilaiannya harus tidak ikut dianalisis.

2.      Likert

Menurut Likert dalam buku Azwar S (2011, p. 139), sikap dapat diukur dengan

metode rating yang dijumlahkan (Method of Summated Ratings). Metode ini

merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi

respons sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Nilai skala setiap pernyataan tidak

ditentukan oleh derajat favourable nya masing-masing akan tetapi ditentukan oleh

distribusi respons setuju dan tidak setuju dari sekelompok responden yang bertindak

sebagai kelompok uji coba (pilot study).

Prosedur penskalaan dengan metode rating yang dijumlahkan didasari oleh 2 asumsi

(Azwar S, 2011, p 139), yaitu:

a.       Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai pernyataan yang

favorable atau pernyataan yang tidak favourable.

b.      Jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus diberi

bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden

yang mempunyai pernyataan negatif.

Page 19: proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx

Suatu cara untuk memberikan interpretasi terhadap skor individual dalam skala rating

yang dijumlahkan adalah dengan membandingkan skor tersebut dengan harga rata-

rata atau mean skor kelompok di mana responden itu termasuk (Azwar S, 2011,

p.155). Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam skala model Likert

adalah skor-T, yaitu:

X - Ӿ

T = 50 + 10 [ ]

S

Keterangan:

X : Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T

Ӿ : Mean skor kelompok

S : Deviasi standar skor kelompok

Perlu pula diingat bahwa perhitungan harga Ӿ dan s tidak dilakukan pada distribusi

skor total keseluruhan responden, yaitu skor sikap para responden untuk keseluruhan

pernyataan (Azwar S, 2011, p.156).

Skor sikap yaitu skor X perlu diubah ke dalam skor T agar dapat diinterpretasikan.

Skor T tidak tergantung pada banyaknya pernyataan, akan tetapi tergantung pada

mean dan deviasi standar pada skor kelompok. Jika skor T yang didapat lebih besar

dari nilai mean maka mempunyai sikap cenderung lebih favourable atau positif.

Sebaliknya jika skor T yang didapat lebih kecil dari nilai mean maka mempunyai

sikap cenderung tidak favourable atau negatif (Azwar S, 2011, p. 157).

D.           Hubungan Sikap dan Pengetahuan Perawat pada Stres pada Anak dengan

Hospitalisasi

Stres berupa rangsangan yang berasal dari dalam maupun dari luar individu

diteruskan pada sistem limbik yang merupakan suatu pusat pengatur adaptasi. Sistem

limbik ini juga mempengaruhi reaksi kerja sistem otonom. Dan jika seseorang atau

individu mendapatkan rangsangan baik berupa dari dalam maupun luar, dapat

mempengaruhi hipothalamus yang berasal dari sistem limbik untuk mengaktifasi

sistem saraf otonom, merangsang hipofise anterior untuk memproduksi hormon

ACTH, memproduksi ADH atau vasopressin, dan mempengaruhi kelenjar tiroid

Page 20: proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx

untuk memproduksi hormon tiroksin dan itu merupakan respon alami tubuh untuk

beradaptasi atau perlawanan terhadap stress.

Hipothalamus saat stres akan mensekresikan CRF (corticotropin releasing

hormone) yang memacu hipofise anterior untuk memproduksi ACTH

(adrenocorticotrophic hormone) dan TRF (thyrotropin releasing factor). Pelepasan

ACTH membuat kelenjar adrenal mensekresikan beberapa hormon, meliputi

glukokortikoid (kortisol), adrenalin dan noradrenalin. Pelepasan TRF akan

merangsang kelenjar hipofise untuk memproduksi tirotropin yang akan mengatur

kecepatan sekresi tiroksin dan triiodotironin pada kelenjar tiroid (Pramanik.T, et al.,

2005).

Akibat adanya perubahan lingkungan yang dialami oleh anak, menjadikan

anak untuk berusaha beradaptasi kembali dengan lingkungan barunya. Ditambah pula

dengan sikap-sikap yang tidak mendukung terhadap keberadaan si anak, ditunjukkan

dengan sikap perawat yang jarang sekali untuk membantu si anak untuk beradaptasi

terhadap lingkungan barunya itu. Padahal sebelum bekerja di Rumah Sakit, perawat

dibekali dengan pengetahuan dalam memberikan asuhan keperawatan secara utuh

(biopsikososiospiritual). Namun, pada kenyataannya adalah di Rumah Sakit banyak

sekali anak yang stress saat dilakukan hospitalisasi.

Pada dasarnya, orang ingin selalu dimengerti dan dihargai akan

keberadaannya, begitu pula anak. Anak juga memiliki hak untuk mengeksplorasi

perasaannya, apalagi jika sang anak dalam proses pertumbuhan dan perkembangan.

Tentunya dari tenaga medis juga perlu mendukung si anak untuk terus tumbuh dan

berkembang sesuai dengan umurnya. Jika stress dirasakan si anak saat dilakukan

hospitalisasi, dan memberikan kesan buruk bagi si anak, kemungkinan saja bisa

berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan si anak kelak.

E.     Kerangka Teori

Page 21: proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx

 

Page 22: proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx

BAB III

A.           Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang

digunakan adalah korelasi, karena bertujuan untuk mencari hubungan antara variabel

bebas dan variabel terikat melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan

(Nursalam, 2003). Rancangan penelitian ini melibatkan minimal dua variabel yang

akan diungkap hubungannya (Hidayat, 2007).

Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah Cross Sectional yaitu

pendekatan yang menekankan pada waktu pengukuran data variabel bebas dan

variabel terikat hanya satu kali pada satu waktu (Nursalam, 2003).

B.                 Populasi dan Sample

Menurut Arikunto (2006) dan Nursalam (2003) populasi merupakan subyek

penelitian dimana terdapat elemen-elemen penelitian sesuai dengan kriterian atau

ketetapan.

1.      Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien anak di ruang Cempaka RSUD

RAA. Soewondo Pati selama penelitian sejak 26 November 2012 sampai 22

Desember 2013 dengan jumlah pasien anak sebanyak 38 anak.

2.      Sample

Page 23: proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx

Sample dalam penelitian ini adalah pasien anak di ruang Cempaka RSUD RAA.

Soewondo Pati, pada saat dilakukan penelitian berdasarkan metode porposive

sampling, atau metode pengambilan sample berdasarkan pertimbangan tertentu yang

dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri-ciri, maupun sifat berdarkan populasi yang ada.

Pelaksanaan pengambilan sample pada metode ini diawali dengan proses

pengidentifikasian oleh peneliti terhadap karakteristik populasi, salah satunya dengan

melakukan studi pendahuluan atau mempelajari keterkaitan dengan populasinya.

Kemudian berdasarkan pertimbangan yang telah ditetapkan peneliti.

Dalam tujuan penelitian ini, responden dapat dijadikan sampel penelitian dengan

kriteria inklusi:

a.       Anak yang dirawat di ruang Cempaka RSUD Soewondo selama masa penelitian

b.      Anak dengan persetujuan orang tua dan keluarga masih bersedia menjadi responden

c.       Anak dalam keadaan sadar saat dirawat dan tidak mengidap penyakit terminal

d.      Masa perawatan anak di ruangan tidak lebih dari 3X24 jam

e.       Bukan perawatan berulang, anak baru pertama kali masuk di Rumah Sakit.

Kemudian untuk kriteria eksklusi :

a.       Anak dan keluarga tidak bersedia menjadi responden penelitian

b.      Anak dalam keadaan kritis dan pada penyakit terminal

c.       Masa rawat anak lebih dari 3X24jam

d.      Anak sering mendapatkan perawatan di Rumah Sakit, atau bukan pertama kali

masuk ke rumah sakit.

Penentuan besar sampel penelitian yang jumlah populasinya kurang dari

1.000 orang biasanya menggunakan rumus:

n = N

1 + N (d) ²

n = 28

1 + 28 (0,05) ²

n = 28

1        + 0,07

n = 28

1, 07

Page 24: proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx

n = 26,168 (26, 17)

Keterangan: n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

D = tingkat signifikasi (0,05)

C.           Variabel dan Definisi Operasional

1.      Variabel Penelitian

a.       Variabel Bebas

Tingkat Stres pada anak saat dilakukan hospitalisasi

b.      Variabel Terikat

Sikap dan Pengetahuan perawat dalam pemberian asuhan keperawatan.

2.      Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional dan

berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan

observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu oby ek atau fenomena

(Notoatmojo, 2005).

Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Stress

hospitalisasi

Perasaan

tertekan yang

dialami anak

selama di

rumah sakit.

Ditandai

dengan respon

menangis

Melalui

observasi

Ya = stress

Tidak =

tidak stress

Nominal

Pengetahuan

perawat

Hasil dari

tahu, dan ini

terjadi setelah

Kuesioner Baik =

menjawab

benar 8 dari

nominal

Page 25: proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx

orang

melakukan

penginderaan

terhadap suatu

objek tertentu.

10 soal

Cukup =

menjawab

benar dari 5-

7 dari 10

soal

Buruk =

menjawab <

5 dari 10

soal

Sikap Reaksi atau

respon yang

masih tertutup

dari seseorang

terhadap

stimulus atau

obyek.

Kuesioner Baik =

menjawab

benar 8 dari

10 soal

Cukup =

menjawab

benar dari 5-

7 dari 10

soal

Buruk =

menjawab <

5 dari 10

soal

nominal

D.           Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara dan

hasil penyebaran kuestioner pada responden sampel penelitian. Sedangkan data

sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan di ruangan sebagai area penelitian

(Nursalam, 2003).

Page 26: proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah daftar pertanyaan dan

observasi. Secara umum daftar pertanyaan sering disebut dengan kuestioner. Pada

metode ini, peneliti dapat memperoleh keterangan dari hasil jawaban responden pada

lembar pertanyaan yang telah kita buat sesuai dengan tujuan penelitian. Observasi

dilakukan untuk mangamati tanda stress yang dialami oleh anak (menangis atau tidak

menangis) selama dirawat di rumah sakit.

Metode pengumpulan data dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

1.      Setelah mendapat ijin dari direktur RSUD RAA. Soewondo, peneliti melakukan

koordinasi dengan kepala sub bidang keperawatan dan kepala ruang.

2.      Peneliti mengunjungi sampel penelitian di ruangan dimana anak dirawat sesuai

dengan kontrak waktu yang telah disepakati.

3.      Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian dan sifat keikutsertaan

sampel dan orang tua dalam kegiatan penelitian, dan meminta kepada sampel

penelitian dengan diwakili oleh orang tua untuk menandatangani lembar persetujuan

penelitian (informed consent) ketika setuju berpartisipasi dalam penelitian.

4.      Peneliti memberikan kuesioner penelitian kepada orang tua sampel untuk diisi

seluruh pertanyaan yang disediakan, jika orang tua tidak dapat membaca dan

menulis, peneliti membantu membacakan pertanyaan dan mengisikan jawaban pada

lembar kuesioner.

5.      Peneliti memberikan kuesioner penelitian kepada perawat RSUD RAA Soewondo

Pati Ruang Cempaka terkait pengetahuan dan sikap dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada anak.

6.      Peneliti melakukan observasi terhadap tanda stress hospitalisasi pada anak

(menangis atau tidak menangis).

7.      Meminta orang tua dan perawat Ruang Cempaka RSUD RAA Soewondo sampel

penelitian untuk mengembalikan kuesioner yang telah diisi kepada peneliti untuk

dilakukan analisa data

E.            Instrumen Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data adalah daftar pertanyaan atau sering disebut dengan kuestioner dan lembar

Page 27: proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx

observasi untuk hasil pengamatan. Hasil data yang diperoleh akan diolah sehingga

terjelma dalam angka-angka, tabel-tabel, analisa statistik dan uraian serta kesimpulan

hasil penelitian.

Kuesioner yang digunakan terdiri dari dua bagian. Bagian pertama

(kuesioner A) berisi tentang data pribadi atau biografi anak dan data-data yang terkait

dengan riwayat perawatan anak sebelumnya. Kuesioner A terdiri dari kode

responden, nama, jenis kelamin, usia anak, alamat, tanggal masuk, diagnosa

penyakit, dan perawatan sebelumnya. Kusioner B terdiri dari 5 butir pertanyaan yang

terkait dengan perubahan perilaku pada anak selama mendapatkan di Rumah Sakit.

Kuesioner C terdiri dari 10 butir pertanyaan terkait dengan pengetahuan dan sikap

perawat saat memberikan asuhan keperawatan pada anak.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti

dan belum pernah dipakai dalam penelitian lainnya, sehingga perlu dilakukan uji

validitas dan reliabilitas.Validiatas adalah indeks yang menunjukkan bahwa suatu

alat ukur benar-benar mengukur apa yang diukur. Uji validitas dilakukan untuk

mengukur relevan atau tidaknya pengukuran dan pengamatan yang dilakukan pada

penelitian (Notoatmojo, 2005).

Uji validitas kuesioner dilakukan dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-

tiap item pertanyaan dengan nilai total kuesioner tersebut. Adapun teknik korelasi

yang dipakai adalah korelasi product moment.

Sedangkan reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan, yang menunjukkan bahwa pengukuran

tersebut konsisten atau tetap asas. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui

apakah instrumen tersebut cukup konsisten untuk mengukur gejala yang sama pada

pengukuran yang berulang, (Notoatmojo, 2003).

Pada penelitian ini, uji validitas dan reliabilitas dilakukan di ruang Cempaka

BRSD RAA Soewondo Pati dalam waktu satu minngu, mulai tanggal 26 November

sampai dengan 22 Desember 2012 dengan jumlah responden sebanyak 10 responden.

Pada uji validitas, dari 15 pertanyaan tentang perubahan pola yang dibuat

oleh peneliti, dapat diambil 5 pertanyaan yang telah valid untuk digunakan sebagai

alat ukur penelitian. Setiap item pertanyaan menunjukkan r hitung yang lebih besar

Page 28: proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx

dari r tabel product moment (r tabel untuk 10 responden adalah 0,444 dengan α 5 %).

Dari setiap pertanyaan hasil ujinya menunjukkan memiliki p value < 0,05

(signifikan) sehingga dianggap valid dan layak digunakan dalam penelitian.

Teknik uji reliabilitas dalam penelitian ini adalah uji reliabilitas internal,

dimana nilai yang diperoleh dengan cara menganalisis data mengguanakan koefisien

Cronbach Alpha yang berfungsi sebagai internal consistent. Instrumen dikatakan

reliabel karena r hitung atau koefisien Cronbach Alpha lebih besar dari r tabel

(Sugiyono, 2002). Dari hasil penelitian didapat koefisien Cronbach Alpha dari

keseluruhan item pertanyaan tentang stres hospitalisasi adalah sebesar dan koefisien

untuk item pertanyaan tentang perubhan pola tidur adalah sebesar 0,8863. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa koefisien yang didapat dari penghitungan lebih besar

dari r tabel (0,444) yang berarti kuesioner penelitian sudah reliabel untuk digunakan

dalam penelitan.

F.            Metode Pengumpulan dan Analisa Data

1.      Pengolahan Data

Proses analisa data penelitian yang dilakukan meliputi empat tahapan yang

meliputi editing, coding, tabulasi, dan entry data (Arikunto, 2002). Editing

merupakan langkah pertama dimana peneliti peneliti memeriksa validitas dan

reliabilitas data yang diperoleh. Langkah kedua yaitu coding, dimana peneliti

memberikan kode pada masing-masing jawaban untuk memudahkan pengolahan

data. Tahap berikutnya dalah tahap tabulasi, yaitu kegiatan memasukkan data ke

dalam kelompok data tertentu menurut sifat tertentu untuk mempermudah analisis

data. Tahap yang terakhir adalah entry data, memasukkan data yang telah diperoleh

ke dalam komputer untuk diolah.

2.      Analisa Data

Analisa data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat . analisis

unuvariat digunakan untuk melihat deskripsi dan distribusi frekuensi masing-masing

variable. Sedangkan analisis bivariat berfungsi untuk mengetahui hubungan antara

variabel dependen dengan variabel independen. Uji statistik yang digunakan dalam

Page 29: proposal pengetahuan sikap hospitalisasi stres.docx

penelitian ini disesuaikan dengan skala datanya, yaitu data berskalaa nominal dan

ordinal, maka analisa data yang digunakan adalah uji chi square.

G.           Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengajukan usulan /

proposal penelitian untuk mendapatkan rekomendasi dari Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus. Setelah mendapat rekomendasi,

selanjutnya mengajukan ijin pada pihak-pihak berwenang dengan proses penelitian,

yaitu pada Direktur Rumah Sakit atau pihak yang berwenang yang terkait dengan

tempat penelitian atas rekomendasi dari kantot Penelitian dan Pengembangan

(Litbang) Kabupaten Pati dengan menekankan pada aspek etika sebagai berikut:

1.      Informed Consent

Lembar persetujuan diberikan kepada calon responden yang diteliti yang memenuhi

kriteria penelitian

2.      Anonimity

Menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama responden akan tetapi

digunakan inisial nama/ kode

3.      Confidentiality

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti hanya kelompok data tertentu yang

dilaporkan sebagai hasil penelitian.

H.           Jadwal Penelitian