Top Banner
PENDAHULUAN Kepulauan seribu terdiri atas 110 pulau, dan 11 diantaranya diantaranya dihuni oleh penduduk dan masuk ke dalam taman nasional. Taman Nasional Kepulauan Seribu memiliki keragaman jenis hewan laut tropis Indo-Pasifik yang tinggi, terutama jenis terumbu karang, Mollusca, Echinodermata, dan ikan jenis terumbu karang, yang sering kali ditemukan adalah Acropora formosa, A.valida, A.hyacinthus, A.echinata, A.humilis, dan lain-lain. Kawasan Kepulauan Seribu memiliki tofografi datar hingga landai dengan ketinggian sekitar 0 –2 meter d.p.l. Luas daratan dapat berubah oleh pasang surut dengan ketinggian pasang antara 1 – 1,5 meter. Morfologi Kepulauan Seribu dengan demikian merupakan dataran rendah pantai, dengan perairan laut ditumbuhi karang yang membentuk atoll maupun karang penghalang. Atol dijumpai hamper diseluruh gugusan pulau, kecuali Pulau Pari, sedangkan fringing reef dijumpai antara lain di P. Pari, P. Kotok dan P. Tikus. 1 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
49

Proposal Pengajuan PKL

Aug 11, 2015

Download

Documents

selamat pkl
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Proposal Pengajuan PKL

PENDAHULUAN

Kepulauan seribu terdiri atas 110 pulau, dan 11 diantaranya diantaranya

dihuni oleh penduduk dan masuk ke dalam taman nasional. Taman Nasional

Kepulauan Seribu memiliki keragaman jenis hewan laut tropis Indo-Pasifik yang

tinggi, terutama jenis terumbu karang, Mollusca, Echinodermata, dan ikan jenis

terumbu karang, yang sering kali ditemukan adalah Acropora formosa, A.valida,

A.hyacinthus, A.echinata, A.humilis, dan lain-lain.

Kawasan Kepulauan Seribu memiliki tofografi datar hingga landai dengan

ketinggian sekitar 0 –2 meter d.p.l. Luas daratan dapat berubah oleh pasang surut

dengan ketinggian pasang antara 1 – 1,5 meter. Morfologi Kepulauan Seribu dengan

demikian merupakan dataran rendah pantai, dengan perairan laut ditumbuhi karang

yang membentuk atoll maupun karang penghalang. Atol dijumpai hamper diseluruh

gugusan pulau, kecuali Pulau Pari, sedangkan fringing reef dijumpai antara lain di P.

Pari, P. Kotok dan P. Tikus.

Umumnya, tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional Kepulauan Seribu

didominasi oleh tumbuhan pantai, seperti nyamplung (Calophyllum inophyllum),

waru (Hibicus tiliaceus), pandan (Pandanus sp.), cemara laut (Casuarina

equisetifolia), cangkudu (Morinda citrifolia), butun (Barringtonia asiatica), bogem

(Bruguiera sp.), sukun (Artocarpus altilis), ketapang (Terminalia cattapa), dan

kecundang (Cerbena adollam).

Kekayaan kehidupan laut taman nasional ini terdiri dari karang keras/lunak

sebanyak 54 jenis, 144 jenis ikan, 2 jenis kima, 3 kelompok ganggang seperti

1 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 2: Proposal Pengajuan PKL

Rhodophyta, Chlorophyta dan Phaeophyta, 6 jenis rumput laut seperti Halodule sp.,

Halophila sp., dan Enhalus sp., serta 17 jenis burung pantaI.

PROFIL TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU

Taman Nasional Kepulauan Seribu merupakan salah satu perwakilan kawasan

pelestarian alam bahari di Indonesia yang terletak kurang lebih 45 km sebelah Utara

Jakarta. pada lokasi geografis 5°23’ - 5°40’ LS, 106°25’ - 106°37’ BT terdiri atas 110

buah pulau. Kepulauan Seribu ditetapkan menjadi Taman Nasional Laut dengan

Keputusan Dinyatakan Menteri Pertanian, tahun 1982. Ditunjuk Menteri Kehutanan,

SK No.162/Kpts-II/95, dengan luas 108.000 hektar, Ditetapkan Menteri Kehutanan,

SK No. 6310/Kpts-II/2002. yang dikelola oleh Balai Taman Nasional Laut Kepulauan

Seribu, Departemen Kehutanan. Salah satu dasar pembentukan TNKpS adalah adanya

ekosistem terumbu karang, ekosistem hutan mangrove, dan penyu sisik

(Eretmochelys imbricata) yang berada di kawasan tersebut.

Taman Nasional Kepulauan Seribu terdiri dari 4 daerah zonasi yakni daerah

zona inti seluas 4.449 hektar merupakan bagian kawasan taman nasional yang mutlak

dilindungi dan tidak diperbolehkan adanya perubahan apapun oleh aktivitas manusia,

daerah zona perlindungan seluas 26.284,50 hektar merupakan bagian kawasan taman

nasional yang berfungsi sebagai penyangga zona inti, daerah zona pemanfaatan bagi

kegiatan pariwisata seluas 59.634,50 hektar merupakan bagian kawasan yang

dijadikan sebagai pusat rekreasi dan kunjungan wisata, dan daerah zona pemukiman

seluas 17.121 hektar diperuntukan sebagai tempat hunian atau perumahan penduduk

setempat. Zonasi ini lebih dikenal dengan zona Kepulauan Seribu Utara terdiri dari 79

buah pulau dan Kepulauan Seribu Selatan terdiri dari 31 buah pulau.

2 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 3: Proposal Pengajuan PKL

Cuaca di kepulauan seribu Musim hujan biasanya terjadi antara bulan

Nopember-April sedangkan curah hujan terbesar terjadi pada sekitar bulan Januari

dan terkecil terjadi pada bulan Agustus, dalam musim kemarau acap kali bisa juga

terjadi hujan dengan jumlah hari hujan antara 4-10 hari perbulan.

Kedalaman perairan di Kepulauan Seribu sangat bervariasi, dimana beberapa

lokasi mencatat kedalaman hingga lebih dari 70 meter, seperti lokasi antara Pulau

Gosong Congkak dan Pulau Semak Daun pada posisi 106°35’00” BT dan 05°43’08”

LS dengan kedalaman 75 meter. Setiap pulau umumnya dikelilingi oleh paparan

pulau yang cukup luas (island shelf) hingga 20 kali lebih luas dari pulau yang

bersangkutan dengan kedalaman kurang dari 5 meter. Hampir setiap pulau juga

memiliki daerah rataan karang yang cukup luas (reef flat) dengan kedalaman

bervariasi dari 50 cm pada pasang terendah hingga 1 meter pada jarak 60 meter

hingga 80 meter dari garis pantai. Dasar rataan karang merupakan variasi antara pasir,

karang mati, sampai karang batu hidup. Di dasar laut, tepi rataan karang yang sering

diikuti oleh daerah tubir dengan kemiringan curam hingga mencapai 70° dan

mencapai dasar laut dengan kedalaman bervariasi dari 10 meter hingga 75 meter.

3 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 4: Proposal Pengajuan PKL

TOPIK BAHASAN PKL

1.1 Terumbu Karang

Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu Karang merupakan salah satu komponen utama sumber daya pesisir

dan laut utama, disamping hutan mangrove dan padang lamun. Terumbu karang

merupakan kumpulan fauna laut yang berkumpul menjadi satu membentuk terumbu.

Struktur tubuh karang banyak terdiri atas kalsium dan karbon. Hewan ini hidup

dengan memakan berbagai mikro organisme yang hidup melayang di kolom perairan

laut. Terumbu karang hanya dapat tumbuh di daerah tropik. Hal ini disebabkan oleh

adanya dua kelompok karang yang berbeda, yang satu dinamakan hermatipik dan

yang lain adalah ahermatipik. (Nybakken 1988).

Berdasarkan kepada kemampuan memproduksi kapur maka karang dibedakan

menjadi dua kelompok yaitu karang hermatipik dan karang ahermatipik. Perbedaan

utama karang hermatipik dan karang ahermatipik adalah adanya simbiosis

mutualisme antara karang hermatipik dengan zooxanthellae. Hasil samping dari

aktivitas ini adalah endapan kalsium karbonat yang struktur dan bentuk bangunannya

khas. Karang hermatipik biasanya tersebar di daerah tropis dan dapat menghasilkan

terumbu. Sedangkan pada karang ahermatipik penyebarannya lebih luas dan tidak

dapat menghasilkan terumbu.

Faktor pembatas kehidupan karang adalah suhu yang optimum (21-31 ),

salinitas diantara 32-35 ppm, cahaya, kedalaman yang kurang dari 50m, kecerahan,

4 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 5: Proposal Pengajuan PKL

arus dan gelombang. Menurut Nybakken (1992) mengelompokkan terumbu karang

menjadi tiga tipe umum yaitu :

1. Terumbu karang tepi (fringing reef) ini berkembang di sepanjang pantai dan

mencapai kedalaman tidak lebih dari 40m. Terumbu karang ini tumbuh keatas atau

kearah laut. Pertumbuhan terbaik biasanya terdapat dibagian yang cukup arus.

Sedangkan diantara pantai dan tepi luar terumbu, karang batu cenderung

mempunyai pertumbuhaan yang kurang baik bahkan banyak mati karena sering

mengalami kekeringan dan banyak endapan yang datang dari darat.

2. Terumbu karang tipe penghalang (Barrief reef ) terletak di berbagai jarak kejauhan

dari pantai dan dipisahkan dari pantai tersebut oleh dasar laut yang terlalu dalam

untuk pertumbuhan karang batu (40-70 m). Umumnya memanjang menyusuri

pantai dan biasanya berputar-putar seakan – akan merupakan penghalang bagi

pendatang yang datang dari luar. Contohnya adalah The Greaat Barier reef yang

berderet disebelah timur laut Australia dengan panjang 1.350 mil.

3. Terumbu karang cincin (atol) yang melingkari suatu goba (laggon). Kedalaman

goba didalam atol sekitar 45m jarang sampai 100m seperti terumbu karang

penghalang. Contohnya adalah atol di Pulau Taka Bone Rate di Sulawesi Selatan

Ancaman dari terumbu karang adalah terumbu karang yang masih berkondisi

baik hanya sekitar 6,2%. Adanya pemutihan karang (bleeching) yaitu perubahan

warna pada jaringan karang dari warna alaminya menjadi putih pucat. Akibat dari

kegiatan manusia, sedimentasi, polusi dan penangkapan ikan dengan bahan peledak,

naiknya suhu air laut, tingginya tingkat sinar ultra violet, perubahan salinitas secara

tiba-tiba, kekurangan cahaya dalam jangka waktu yang lama, dan penyakit.

Fungsi dari terumbu karang adalah sebagai pelindung fisik terhadap pantai

dari pengaruh arus dan gelombang karena terumbu karang sebagai pemecah ombak

5 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 6: Proposal Pengajuan PKL

dan penahan arus. Sebagai lingkungan hidup, karena merupakan tempat tinggal dan

tempat berlindung, tempat mencari makanan serta berkembang biak bagi biota-biota

yang hidup di terumbu karang. Menghasilkan beberapa produk yang memiliki nilai

ekonomis penting seperti berbagai jenis ikan karang, alga, teripang dan kerang

mutiara.

Tujuan Praktik Kerja Lapang Komoditi Terumbu Karang :

1. Mengetahui dan dapat mempraktikan metode-metode untuk transplantasi dan

monitoring terumbu karang.

2. Memperbanyak dan memperdalam ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan

Sumberdaya Hayati Kelautan Kepulauan Seribu, khususnya Sumberdaya Hayati

Kelautan di Pulau Pramuka yang berkaitan dengan Konservasi dan Rehabilitasi

Terumbu Karang.

1.2 Ikan Karang

A. Pengelompokan Ikan Karang Berdasarkan Periode Aktif Mencari Makan:

1. Ikan Nokturnal (aktif ketika malam hari), contohnya pada ikan-ikan dari

Suku Holocentridae (Swanggi), Suku Apogoninade (Beseng), Suku

Hamulidae. Priacanthidae (Bigeyes), Muraenidae (Eels), Seranidae

(Jewfish) dan beberapa dari suku dari Mullidae (goatfishes) dll

2. Ikan Diurnal (aktif ketika siang hari), contohnya pada ikan-ikan dari

Suku Labraidae (wrasses), Chaetodontidae (Butterflyfishes) Pomacentridae

(Damselfishes), Scaridae (Parrotfishes), Acanthuridae(Surgeonfishes),

Bleniidae(Blennies), Balistidae (triggerfishes), Pomaccanthidae

6 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 7: Proposal Pengajuan PKL

(Angelfishes), Monacanthidae, Ostracionthidae(Boxfishes),etraodontidae,

Canthigasteridae dan beberapa dari Mullidae (goatfishes)

3. Ikan Crepuscular (aktif diantara) contohnya pada ikan-ikan dari suku

Sphyraenidae (Baracudas), Serranidae (groupers), Carangidae (Jacks),

Scorpaenidae (Lionfishes), Synodontidae (Lizardfishes), Carcharhinidae,

lamnidae, Spyrnidae (Sharks) dan beberapa dari Muraenidae (Eels).

CIRI CIRI/SIFAT IKAN KARANG

1. Umumnya menetap/sedentary (relatif tidak berpindah)

2. Berukuran relatif kecil

3. Gerakannya relatif mudah dijangkau oleh pengamat

4. Hidup di perairan tropis

5. Umumnya bersifat teritorial

TEMPAT HIDUP IKAN KARANG

Dapat dilihat berdasarkan

1. Jenis Substrat

-. Karang Hidup

-. Karang mati

-. Pecahan karang

-. Pasir

-. Karang lunak

2. Kedalaman

-. Dangkal (0-4 meter)

-. Sedang (5-19 meter)

-. Dalam (> 20 meter)

7 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 8: Proposal Pengajuan PKL

SEBARAN IKAN KARANG

Dipengaruhi oleh beberapa hal, a.l :

•Kebiasaan/perilaku

•Tempat hidup/habitat

•Arus

•Larva

1. BENTUK TUBUH

• Memipih

• Gilik

• Lebar

2. BAGIAN BAGIAN IKAN

• Kepala

• Mulut ------> letak mulut

• Sirip -------> macam sirip

• Ekor -------> bentuk ekor

3. UKURAN IKAN• Standard length

(SL)

• Total length (TL)

• Fork length (FL)

KLASIFIKASI IKAN KARANG

Ikan dapat digolongkan kedalam 2 kelompok besar yakni:

1.Ikan bertulang rawan

8 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 9: Proposal Pengajuan PKL

2.Ikan bertulang sejati/sebenarnya.

1. Ikan Bertulang Rawan

Ikan yang termasuk dalam kelompok ini antara lain ikan hiu dan ikan pari. Kedua

ikan ini dapat dijumpai di daerah terumbu karang. Beberapa jenis ikan hiu seperti

black-tip (carcharhinus spp.) dan white-tip (Triaenodon spp.) sering terlihat

mengunjungi terumbu karang, umumnya di daerah lereng terumbu maupun di

raataan terumbu.

2. Ikan Bertulang Sejati

Kelompok ikan ini yang umum kita lihat hidup di terumbu karang. Dalam

dunia ilmu, klasifikasi dari suatu organisme sudah dikenal secara umum. Tetapi

pengalaman selama ini bagi orang awam, nama ilmiah kurang dikenal dan bagaimana

ikan/organisme diklasifikasikan pun kurang dipahami.

Setiap organisme mempunyai nama ilmiah (Latin) yang terdiri dari 2 bagian dan

umumnya dicetak miring.

Bagian I: menerangkan tentang genus atau nama generik

Bagian II: menerangkan tentang species atau nama yang lebih spesifik

Contoh: Lutjanus monostigma.

9 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 10: Proposal Pengajuan PKL

Nama generiknya adalah Lutjanus, merupakan bagian dari grup yang

mempunyai hubungan dekat dimana ciri ciri umum berhubungan dengan bentuk

tubuh secara umum, sistem sisik, tipe gigi, jumlah sirip, dsb.

Nama species/jenis adalah monostigma, dipakai untuk ciri yang lebih

khas/spesifik yang membedakan jenis tersebut dari jenis yang lain dengan ciri ciri

yang betul betul spesifik. E.g. pola warna.

Nama jenis ikan biasa diberikan berdasarkan karakteristiknya, bisa juga karena

lokasi saat ditemukan atau penghormatan bagi sipenemu/ seseorang yang

berjasa.

Karakter yang umum dipakai untuk membedakan genera ataupun jenis a.l.

memakai ciri ciri luar :

-. Jumlah duri sirip

-. Ukuran dan jumlah sisik

-. Perbandingan dari proposi tubuh

-. Pola warna

Untuk klasifikasi yang lebih jauh, struktur bagian dalam, terutama bagian bagian

tulang, insang dan gigi seringkali dipakai.

Semua ikan, termasuk amphibi, reptilia, burung dan mamalia berada dalam 1

filum yakni Chordata (bertulang belakang). Contoh klasifikasi dalam dunia ikan:

10 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 11: Proposal Pengajuan PKL

Filum : Chordata

Kelas : Osteichthyes (bertulang sejati)

Ordo : Perciformes

Famili: Lutjanidae (….idae)

Genera : Lutjanus

Jenis : Lutjanus monostigma

POLA WARNA

Ikan karang akan berubah warna secara drastis setelah ditangkap atau mati.

Variasi pola warna dalam ikan sangat bervariasi. Hal ini sangat umum pada ikan

karang didaerah tropis. Keadaan ini berhubungan dengan beberapa faktor:

• geografi

• jenis kelamin

• pertumbuhan

• lingkungan : kedalaman, kecerahan, substrat

Fotografi dapat membantu menentukan klasifiksi dari ikan yang belum

teridentifikasi. Untuk itu perlu mempunyai catatan kecil mengenai ciri ciri khusus

dan warna ikan.

11 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 12: Proposal Pengajuan PKL

Tujuan Praktik Kerja Lapangan Komoditi Ikan Karang :

1. Mempelajari berbagai jenis ikan karang yang ada di Taman nasional Laut

Kepulauan Seribu

2. Melakukan pengambilan dan pengolahan data dari hasil pengamatan ikan karang

di Taman nasional Laut Kepulauan Seribu

3. Mengidentifikasi species ikan karang dari biota yang ada di kawasan Taman

Nasional Laut Kepulauan Seribu.

4. Menuliskan seluruh tahapan teknis metode pengambilan dan pengolahan data

monitoring ikan karang menjadi laporan PKL.

1.3 Ekosistem Mangrove

A. Definisi Mangrove

Kata ‘mangrove’ merupakan kombinasi antara bahasa Portugismangue dan

bahasa Inggris grove . Dalam bahasa Inggris, kata mangrove digunakan untuk

komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang surut dan untuk

individu-individu spesies tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut. Sedang

dalam bahasa Portugis kata ’mangrove’ digunakan untuk menyatakan individu

spesies tumbuhan, sedangkan kata ’mangal’ digunakan untuk menyatakan komunitas

tumbuhan tersebut. Sedangkan menurut FAO, kata mangrove sebaiknya digunakan

untuk individu jenis tumbuhan maupun komunitas tumbuhan yang hidup di daerah

pasang surut.

Menurut Snedaker (1978) dalam Kusmana (2003), hutan mangrove adalah

kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub-

12 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 13: Proposal Pengajuan PKL

tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung garam

dan bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi tanah an-aerob. Sedangkan menurut

Tomlinson (1986), kata mangrove berarti tanaman tropis dan komunitasnya yang

tumbuh pada daerah intertidal. Daerah intertidal adalah wilayah dibawah pengaruh

pasang surut sepanjang garis pantai, seperti laguna, estuarin, pantai dan river banks.

Mangrove merupakan ekosistem yang spesifik karena pada umumnya hanya dijumpai

pada pantai yang berombak relatif kecil atau bahkan terlindung dari ombak, di

sepanjang delta dan estuarin yang dipengaruhi oleh masukan air dan lumpur dari

daratan.

Dengan demikian secara ringkas dapat didefinisikan bahwa hutan mangrove

adalah tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama pada pantai yang

terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang dan bebas genangan pada

saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Sedangkan

ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme (hewan dan

tumbuhan) yang berinteraksi dengan faktor lingkungannya di dalam suatu habitat

mangrove.

Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut hutan mangrove.

Antara lain tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, hutan payau dan hutan

bakau. Khusus untuk penyebutan hutan bakau, sebenarnya istilah ini kurang sesuai

untuk menggambarkan mangrove sebagai komunitas berbagai tumbuhan yang

berasosiasi dengan lingkungan mangrove. Di Indonesia, istilah bakau digunakan

untuk menyebut salah satu genus vegetasi mangrove, yaitu Rhizopora. Sedangkan

kenyataannya mangrove terdiri dari banyak genus dan berbagai jenis, sehingga

penyebutan hutan mangrove dengan istilah hutan bakau sebaiknya dihindari.

13 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 14: Proposal Pengajuan PKL

Secara ringkas ekosistem mangrove terbentuk dari unsur-unsur sebagai

berikut :

a. spesies pohon dan semak yang benar-benar memiliki habitat terbatas di lingkungan

mangrove (exclusive mangrove)

b. spesies pohon dan semak yang mampu hidup di lingkungan mangrove dan di luar

lingkungan mangrove (non-exclusive mangrove)

c. berbagai biota yang hidupnya berasosiasi dengan lingkungan mangrove, baik biota

yang keberadaannya bersifat menetap, sekedar singgah mencari makan maupun

biota yang keberadaannya jarang ditemukan di lingkungan mangrove

d. berbagai proses yang terjadi di ekosistem mangrove untuk mempertahankan

keberadaan ekosistem mangrove itu sendiri

e. hamparan lumpur yang berada di batas hutan sebenarnya dengan laut

f. sumber daya manusia yang berada di sekitar ekosistem mangrove

Hutan mangrove dapat ditemukan di pesisir pantai wilayah tropis sampai sub

tropis, terutama pada pantai yang landai, dangkal, terlindung dari gelombang besar

dan muara sungai. Secara umum hutan mangrove dapat berkembang dengan baik

pada habitat dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a. jenis tanah berlumpur, berlempung atau berpasir, dengan bahan bentukan berasal

dari lumpur, pasir atau pecahan karang/koral

b. habitat tergenang air laut secara berkala, dengan frekuensi sering (harian) atau

hanya saat pasang purnama saja. Frekuensi genangan ini akan menentukan

komposisi vegetasi hutan mangrove

14 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 15: Proposal Pengajuan PKL

c. menerima pasokan air tawar yang cukup, baik berasal dari sungai, mata air maupun

air tanah yang berguna untuk menurunkan kadar garam dan menambah pasokan

unsur hara dan lumpur

d. berair payau (2-22 ‰) sampai dengan asin yang bisa mencapai salinitas 38 ‰

Secara umum hutan mangrove memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Tidak dipengaruhi oleh iklim, tetapi dipengaruhi oleh pasang surut air laut

(tergenang air laut pada saat pasang dan bebas genangan air laut pada saat surut)

b. Tumbuh membentuk jalur sepanjang garis pantai atau sungai dengan substrat

anaerob berupa lempung (firm clay soil), gambut (peat), berpasir (sandy soil) dan

tanah koral

c. Struktur tajuk tegakan hanya memiliki satu lapisan tajuk (berstratum tunggal).

Komposisi jenis dapat homogen (hanya satu jenis) atau heterogen (lebih dari satu

jenis). Jenis-jenis kayu yang terdapat pada areal yang masih berhutan dapat

berbeda antara satu tempat dengan lainnya, tergantung pada kondisi tanahnya,

intensitas genangan pasang surut air laut dan tingkat salinitas

d. Penyebaran jenis membentuk zonasi. Zona paling luar berhadapan langsung

dengan laut pada umumnya ditumbuhi oleh jenis-jenis Avicennia spp

dan Sonneratia spp (tumbuh pada lumpur yang dalam, kaya bahan organik). Zona

pertengahan antara laut dan daratan pada umumnya didominasi oleh jenis-

jenis Rhizophoraspp. Sedangkan zona terluar dekat dengan daratan pada umumnya

didominasi oleh jenis-jenis Brugieraspp.

B. Adaptasi Flora Mangrove

15 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 16: Proposal Pengajuan PKL

Secara sederhana, tipe adaptasi flora mangrove terhadap habitatnya dapat

dibedakan menjadi tiga, yaitu adaptasi terhadap konsentrasi kadar garam, adaptasi

terhadap substrat lumpur dan kondisi tergenang serta adaptasi reproduktif.

Adaptasi flora mangrove terhadap kadar garam antara lain sebagai berikut :

1. Sekresi garam (salt extrusion/salt secretion). Flora mangrove menyerap air dengan

kadar garam tinggi kemudian mengekskresikan garam dengan kelenjar garam yang

terdapat pada daun. Mekanisme ini biasanya dilakukan oleh Avicennia,

Sonneratia, Aegiceras, Aegialitis, Acanthus, Laguncularia dan Rhizopora(melalui

unsur-unsur gabus pada daun)

2. Mencegah masuknya garam (salt exclusion). Flora mangrove menyerap air tetapi

mencegah masuknya garam melalui saringan / ultra filter yang terdapat pada akar.

Mekanisme ini dilakukan oleh Rhizopora, Ceriops, Sonneratia, Avicennia,

Osbornia, Bruguiera, Excoecaria, Aegiceras, Aegialitis dan Acrostichum

3. Akumulasi garam (salt accumulation). Flora mangrove sering menyimpan natrium

dan khlorida pada bagian kulit kayu, akar dan daun yang sudah tua. Daun

penyimpan garam umumnya sukulen dan pengguguran daun sukulen ini

diperkirakan merupakan mekanisme pengeluaran kelebihan garam yang dapat

menghambat pertumbuhan dan pembentukan buah. Mekanisme ini dilakukan

oleh Excoecaria, Lumnitzera, Avicennia, Osbornia, Rhizopora,

Sonneratia dan Xylocarpus.

Adaptasi flora mangrove terhadap substrat lumpur dan kondisi tergenang

antara lain sebagai berikut :

16 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 17: Proposal Pengajuan PKL

1. Akar pensil (pneumathophores). Akar berbentuk seperti tonggak/pensil yang

muncul dari sistem akar kabel dan memanjang secara vertikal ke udara, misalnya

pada Avicennia dan Sonneratia

2. Akar lutut (knee root). Akar lutut merupakan modifikasi dari akar kabel yang pada

awalnya tumbuh ke arah permukaan kemudian melengkung menuju substrat lagi,

misalnya pada Bruguiera

3. Akar tunjang (stilt root). Akar tunjang merupakan akar yang keluar dari batang

pohon dan menancap ke dalam substrat, misalnya pada Rhizopora dan Ceriops

4. Akar papan (buttres root). Akar ini mirip dengan banir, melebar menjadi bentuk

lempeng, misalnya padaHeritiera

5. Akar gantung (aerial root). Akar gantung merupakan akar yang tidak bercabang

yang muncul dari batang atau cabang bagian bawah tetapi biasanya tidak mencapai

substrat, misalnya pada Rhizopora, Avicenniadan Acanthus.

Adaptasi flora mangrove terhadap mekanisme reproduksi antara lain sebagai

berikut :

1. Pembungaan dan polinasi. Polen yang berukuran kecil dan tidak bertangkai

memungkinkan polinasi dengan bantuan angin, serangga dan burung. Polen

bertangkai polinasi dibantu dengan serangga tertentu. BungaSonneratia mekar

pada malam hari sehingga polinasi dibantu oleh serangga yang aktif di malam hari

2. Produksi propagul. Kebanyakan mangrove di daerah sub-tropis menghasilkan

propagul masak pada musim panas. Sedang pada daerah tropis mangrove berbunga

dan berbuah umumnya pada awal musim kemarau

3. Vivipari dan kriptovivipari. Vivipari adalah biji sudah berkecambah ketika masih

diatas pohon dan embrio telah keluar dari pericarp, misalnya

17 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 18: Proposal Pengajuan PKL

pada Rhizopora, Bruguiera, Ceriops dan Kandelia. Sedangkan Kriptovivipari

adalah biji sudah berkecambah ketika masih diatas pohon (embrio berkembang di

dalam buah) tetapi tidak cukup kuat menembus pericarp

4. Penyebaran propagul dan pembentukannya. Propagul pohon-pohon mangrove

biasanya memiliki kemampuan mengapung sehingga dapat beradaptasi dengan

penyebaran oleh air. Misal pada Rhizopora, selama proses vivipari buah

memanjang dan distribusi beratnya berubah sehingga menjadi lebih berat pada

bagian ujung bawah serta akhirnya terlepas. Kemudian propagul ini mengapung di

air (atau langsung menancap di substrat ketika air surut), tumbuh dimulai dari akar

yang muncul dari ujung propagul dan bertahap akan menjadi individu baru.

C. Fungsi Mangrove

Fungsi mangrove secara umum dapat diuraikan sebagai berikut :

1.  Fungsi Fisik

a. menjaga garis pantai dan tebing sungai dari erosi/abrasi agar tetap stabil

b. mempercepat perluasan lahan

c. mengendalikan intrusi air laut

d. melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan gelombang dan angin

kencang

e. menguraikan/mengolah limbah organik

2.  Fungsi Biologis/Ekologis

18 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 19: Proposal Pengajuan PKL

1. tempat mencari makan (feeding ground), tempat memijah (spawning ground)

dan tempat berkembang biak (nursery ground) berbagai jenis ikan, udang,

kerang dan biota laut lainnya

2. tempat bersarang berbagai satwa liar, terutama burung

3. sumber plasma nutfah

3.  Fungsi Ekonomis

a. hasil hutan berupa kayu

b. hasil hutan bukan kayu, seperti madu, bahan obat-obatan, minuman, makanan,

tanin

c. lahan untuk kegiatan produksi pangan dan tujuan lain (pemukiman,

pertambangan, industri, infrastruktur, transportasi, rekreasi)

D. Rehabilitasi Mangrove

Secara umum ekosistim mangrove cukup tahan terhadap berbagai gangguan

dan tekanan lingkungan. Namun sangat dipengaruhi oleh pengendapan atau

sedimentasi, ketinggian rata-rata permukaan laut dan pencemaran perairan itu sendiri.

Hal ini akan mengakibatkan terjadinya penurunan oksigen dengan cepat yang

selanjutnya akan menyebabkan kerusakan.  Secara umum dengan kondisi semakin

rusaknya mangrove, maka sangat diperlukan upaya pemulihan atau rehabilitasi agar

mangrove dapat hijau dan lestari kembali.

Usaha penghijauan atau reboisasi hutan mangrove di beberapa daerah, baik di

pulau Jawa, Sumatra, Sulawesi, maupun Irian Jaya telah berulangkali dilakukan.

Upaya ini biasanya berupa proyek yang berasal dari Departemen Kelautan dan

19 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 20: Proposal Pengajuan PKL

Perikanan, maupun Departemen Kehutanan bahkan dari Pemda setempat. Namun

hasil yang diperoleh relatif tidak sesuai dengan biaya dan tenaga yang dikeluarkan

oleh pemerintah.

Padahal dalam pelaksanaannya tersedia biaya yang cukup besar, tersedia

tenaga ahli, tersedia bibit yang cukup, pengawasan cukup memadai, dan berbagai

fasilitas penunjang yang lainnya. Mengapa hasilnya kurang memuaskan? Salah satu

penyebabnya adalah kurangnya peran serta masyarakat dalam ikut terlibat upaya

pengembangan wilayah, khususnya rehabilitasi hutan mangrove dan masyarakat

masih cenderungd ijadikan obyek dan bukan subyek dalam upaya pembangunan.

Untuk itu perlu pelibatan masyarakat setempat agar lebih tepat sasaran.

Dengan memberdayakan potensi masyarakat pesisir, tentunya masyarakat

juga merasa bertanggung jawab. Artinya masyarakat merasa ikut memiliki (tumbuh

sense of belonging) hutan mangrove yang telah mereka rehabilitasi tersebut. Begitu

pula, seandainya hutan mangrove tersebut telah menjadi besar, maka masyarakat juga

merasa harus mengawasinya, sehingga mereka dapat mengawasi apabila ada yang

ingin mengambil atau memotong hutan mangrove hasil rehabilitasi tersebut secara

leluasa. Melalui mekanisme ini, masyarakat tidak merasa dianggap sebagai “kuli”,

melainkan ikut memiliki hutan mangrove tersebut, karena mereka merasa ikut

merencanakan penanaman dan lain-lain.

Masyarakat merasa mempunyai andil dalam upaya rehabilitasi hutan

mangrove tersebut, sehingga status mereka akan berubah, yaitu bukan sebagai kuli

lagi melainkan ikut memilikinya. Pelaksanaan rehabilitasi hutan mangrove dengan

penekanan pada pemberdayaan masyarakat setempat ini biasa dikenal dengan istilah

pendekatan bottom- up.

E. Konservasi

20 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 21: Proposal Pengajuan PKL

Banyak arti konservasi yang telah dijabarkan dan diuraikan berbagai kalangan

dan ahli konservasi. Konservasi dapat diartikan sebagai "perlindungan terhadap", baik

itu terhadap hutan, kawasan pesisir maupun laut.  Ada pula yang mengartikan bahwa

kawasan konservasi adalah kawasan yang tidak boleh samasekali di ganggu.  Kini arti

konservasi mulai digeserkan kembali dalam arti " perlindungan, pengawetan maupun

pemanfaatan".  Dalam kasus kawasan mangrove, maka hal ini belum berlaku secara

optimal.

Penebangan liar dan pembukaan lahan yang tidak terkontrol dapat

mengancam kelestarian mangrove dan ekosistemnya. Program pembangunan

kehutanan di kawasan pantai harus mempertimbangkan aspek-aspek sosial, ekonomi,

dan lingkungan secara proporsional dengan tujuan utamanya adalah meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, setiap program yang berhubungan

dengan pembangunan kehutanan di kawasan pantai bukan hanya untuk meningkatkan

pendapatan nasional tetapi juga harus mampu memperbaiki kualitas lingkungan

melalui penciptaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat.

Program-program tersebut harus berorientasi pada manfaat sosial, peningkatan fungsi

dan peranan hutan secara umum, peningkatan peran masyarakat dan pemerintah

daearah sampai tingkat desa yang berhubungan dengan upaya rehabilitasi dan

pemeliharaan lingkungan mulai dari Perencanaan sampai dengan implementasinya.

Program rehabilitasi dan konservasi dimaksudkan untuk memulihkan atau

memperbaiki kualitas tegakan yang sudah rusak serta mempertahankannya. Hal ini

dilakukan dengan tujuan untuk menjaga fungsi hutan baik sebagai penghasil kayu,

penjaga intrusi air laut, abrasi, serta sebagai penyangga kehidupan tetap terjaga.

Melalui konservasi memang kita berupaya untuk melindungi sesuatu baik itu

kawasan, flora atau faunanya serta semuanya itu untuk menjaga keseimbangan alam. 

21 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 22: Proposal Pengajuan PKL

Tujuan Praktik Kerja Lapangan Komoditi Mangrove yaitu :

Mempelajari dan memahami ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan sumber

daya hayati laut, terutama berada di kepulauan seribu yang berkaitan dengan

konservasi dan rehabilitasi ekosistem mangrove.

Mempelajari dan memahami bagaimana cara mengkonservasi dan merehabilitasi

ekosistem mangrove.

Mempelajari dan memahami perawatan bibit mangrove yang baru ditanam agar

dapat terus hidup.

Berpartisipasi langsung dalam program pelestarian Mangrove, khususnya di

Kepulauan Seribu.

1.4 Lamun

Definisi Lamun

Menurut Keputusan Menteri No.200 Tahun 2004, lamun (seagrass) adalah tumbuhan

berbunga (angiospermae) yang hidup dan tumbuh di laut dangkal, mempunyai akar,

22 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 23: Proposal Pengajuan PKL

rimpang (rhizome), daun, bunga, dan buah dan berkembang biak secara generatif

(penyerbukan bunga) dan vegetatif (pertumbuhan tunas).

Ekologis lamun

• Perairan pantai yang landai dan berpasir atau berlumpur

• Kedalaman hingga 30 m dan berair tenang

• Batas terendah pasang surut

• Tergantung kepada cahaya matahari yang masuk kedalam air

• Dapat bermetabolisme secara optimal bila terendam air

• Hidup di air asin

• Sistem perakaran yang baik

Fungsi lamun

• Produsen Primer

• Lamun memrupakan produsen paling berpengaruh di perairan dangkal di bandingkan dengan ekosistem yang lain

• Habitat Biota

• Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel berbagai hewan dan alga

• Penangkap Sedimen

• Rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaan

• Pendaur Zat Hara

23 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 24: Proposal Pengajuan PKL

• Pendaur zat-zat hara yang dibutuhkan oleh algae epifit

Menurut Philips dan Menez (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem bahari yang produktif yang berfungsi sebagai :

• Menstabilkan dan menahan sedimen yang dibawa melalui tekanan dari arus dan gelombang.

• Daun memperlambat dan mengurangi arus dan gelombang serta mengembangkan sedimentasi.

• Melindungi hewan-hewan yang singgah ke padang lamun

• Daun-daun membantu organisme-organisme epifit.

• Mempunyai produktifitas dan pertumbuhan yang tinggi

• Memfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai ekologis

Pertumbuhan lamun

Lamun mempunyai bentuk pertumbuhan yang sangat erat kaitannya dengan

perbedaan ekologinya (Den Hartog 1967 in Azkab 2000). Bentuk pertumbuhan

tersebut dapat dibagi menjadi 6 kategori, yaitu :

1) Parvozosterid, dengan daun memanjang dan sempit, misalnya pada Halodule,

Zostera sub marga Zosterella;

2) Magnozosterids, dengan daun memanjang dan agak lebar, misalnya Zostera sub

marga Zostera, Cymodocea dan Thalassia;

3) Syringodiids, dengan daun bulat seperti lidi dan ujung runcing, misalnya

Syringodium;

24 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 25: Proposal Pengajuan PKL

4) Enhalids, dengan daun panjang dan kaku seperti kulit atau berbentuk ikat

pinggang yang kasar, misalnya Enhalus, Posidonia dan Phyllospadix;

5) Halophilids, dengan daun bulat telur, clips, berbentuk tombak atau panjang, rapuh

dan tanpa saluran udara, misalnya Halophila;

6) Amphibolids, dengan daun tumbuh teratur pada kiri dan kanan, misalnya

Amphibolis, Thalassodendron dan Heterozostera.

Parameter

Suhu 20 – 36 ⁰C

Salinitas 10-45 ‰

Kedalaman 10 – 12 m

Kecerahan tingkat kecerahan 4-29% untuk dapat tumbuh dengan rata-rata 11%

Substrat lumpur, lumpur pasiran, pasir, pasir lumpuran, puing karang dan batu karang

pH 7,5-8,4

Do (oksigen terlarut)

Nutrient

Klasifikasi lamun di pulau seribu

Klasifikasi lamun yang ada di Kepulauan Seribu (BTNKpS 2008), sebagai berikut:

Divisi : Anthophyta

25 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 26: Proposal Pengajuan PKL

Kelas : Angiospermae

Subkelas :Monocotyledonae

Ordo : Helobiae

Famili : Hydrocharitaceae

Genus : Enhalus

Spesies : Enhalus acoroides

Genus : Halophila

Spesies : Halophila ovalis

Genus : Thalassia

Spesies : Thalassia hemprichii

Divisi : Anthophyta

Kelas : Angiospermae

Subkelas :Monocotyledonae

Ordo : Potamogetonales

Famili : Cymodoceae

Genus : Cymodocea

Spesies : Cymodocea serrulata, C. rotundata

Genus : Halodule

Spesies : Halodule uninervis,

Genus : Syringodium

Spesies : Syringodium isoetifolium

26 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 27: Proposal Pengajuan PKL

Tujuan Praktik Kerja Lapangan Komoditi Lamun :

1. Belajar mengenai teori dasar metode kuadrat untuk menghitung kerapatan,

Kelimpahan, dan identifikasi biota pada lamun.

2. Melakukan pengolahan dan menganalisis data yang diperoleh.

3. Mengetahui sebaran jenis lamun di daerah pulau kelapa

4. Menuliskan seluruh tahapan teknis metode pengambilan dan pengolahan data

menjadi laporan PKL.

LATAR BELAKANG

Praktik Kerja Lapang merupakan salah satu mata kuliah di Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Oleh karena itu Praktik Kerja Lapang ini

27 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 28: Proposal Pengajuan PKL

atau biasa disebut PKL merupakan syarat perkuliahan juga bertujuan untuk

memberikan ilmu tentang program studi yang dijalani serta diminati oleh mahasiswa,

dengan melaksanakan PKL mahasiswa dapat mendalami materi yang diminatinya

yang tidak didapatkan di ruang perkuliahan karena PKL ini akan berbentuk Praktik

langsung di lapangan sehingga mahasiswa mendapatkan ilmu yang seluas-luasnya.

Sesuai dengan bidang yang diminati yaitu konservasi, Praktik Kerja Lapang

ini diadakan di Taman Nasional Kepulauan Seribu. Taman Nasional Kepulauan

Seribu merupakan salah satu Taman Nasional di Indonesia yang mengkaji dan

mengkonservasi berbagai macam flora dan fauna diantaranya adalah penyu,

mangrove, lamun, terumbu karang dan ikan karang.

Kondisi geografis Indonesia yang strategis dan fakta fisik bahwa Indonesia

merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki luas laut 62 % dari luas

teritorialnya menjadikan sumber daya pesisir dan lautan sebagai sumber devisa yang

penting dan bermanfaat bagi pembangunan nasional. Untuk itu diperlukan sumber

daya manusia (SDM) yang mempunyai pengetahuan yang memadai dan mampu

berperan serta berkonstribusi pada pembangunan bangsa dari sektor kelautan. Oleh

karena itu kami bermaksud ingin memperdalam ilmu tentang konservasi untuk

menjadikan sumber daya manusia yang handal khususnya di bidang kelautan sebagai

sumber devisa yang penting dan bermanfaat bagi pembangunan nasional.

Apabila merujuk pada pengertiannya, konservasi didefinisikan dalam

beberapa batasan, sebagai berikut :

1. Konservasi adalah menggunakan sumberdaya alam untuk memenuhi keperluan

manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama (American

Dictionary).

28 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 29: Proposal Pengajuan PKL

2. Konservasi adalah alokasi sumberdaya alam antar waktu (generasi) yang

optimal secara sosial (Randall, 1982).

3. Konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme

hidup termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan manusia

yang meningkat termasuk dalam kegiatan manajemen adalah survai, penelitian,

administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan (IUCN, 1968).

4. Konservasi adalah manajemen penggunaan biosfer oleh manusia sehingga dapat

memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat diperbaharui

untuk generasi-generasi yang akan datang (WCS, 1980).

Konservasi dilakukan agar terjaganya kelestarian alam yang kini telah

berkurang, oleh karena itu kami ingin mempelajari dan mengaplikasikannya tentang

konservasi yang dilakukan di Taman Nasional Kepulauan Seribu terutama fokus

pada sumberdaya laut dan pesisir yaitu lamun, mangrove, terumbu karang, ikan

karang, serta bidang lainnya apabila terdapat kemungkinan karena PKL ini

dimaksudkan untuk mencari ilmu seluas-luasnya.

TUJUAN

Adapun tujuan dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) antara lain :

1. Memperoleh ilmu dan pengalaman yang tidak didapatkan di bangku kuliah.

2. Pengkonsentrasian program studi perkuliahan pada bidang konservasi,

khususnya tentang teori, metode pengambilan data, dan identifikasi.

3. Memiliki wawasan yang luas dalam bidang konservasi sehingga mempunyai

banyak peluang dalam mencari materi untuk tugas akhir (skripsi) yang akan

dilakukan di dua tahun mendatang.

29 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 30: Proposal Pengajuan PKL

4. Memperbanyak dan memperdalam ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan

Sumberdaya Hayati Kelautan Kepulauan Seribu, khususnya Sumberdaya Hayati

Kelautan di Pulau Pramuka yang berkaitan dengan Konservasi dan Rehabilitasi

Terumbu Karang.

5. Berpartisipasi langsung dalam program pelestarian Sumberdaya Hayati

Kelautan, khususnya di Kepulauan Seribu.

MANFAAT

Adapun manfaat yang di dapat dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapang (PKL)

adalah secara akademis, untuk menambah ilmu pengetahuan tentang konservasi

(semua cabang tetapi tetap fokus pada bidang yang diminatinya).

WAKTU DAN TEMPAT

Kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) ini dimulai pada bulan Juli – Agustus

2012. Adapun tempat pelaksanaan kegiatan yaitu dilakukan di Taman Nasional

Kepulauan Seribu di Pulau Pramuka, Pulau Kelapa dan Pulau Harapan.

METODE KEGIATAN

Metode kegiatan yang digunakan terdiri atas tiga metode yaitu:

1. Praktik

30 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 31: Proposal Pengajuan PKL

Praktik adalah suatu kegiatan yang dilakukan setelah mendapat teori dengan

tujuan mengaplikasikan ilmu yang telah didapat. Pada metode ini dilaksanakan secara

langsung dalam kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan prosedur.

2. Observasi

Observasi adalah pengamatan pendahuluan daerah – daerah atau objek yang

akan di teliti dan sekaligus memeriksa kebenaran – kebenaran secara teoritis yang di

kaitkan dengan kondisi – kondisi geologi di lapangan. Pada metode ini dilakukan

pengamatan langsung di lapangan sesuai dengan objek yang di amati.

3. Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data dengan cara melakukan komunikasi

langsung dengan responden / pengusaha. Metode wawancara ini dilakukan secara

langsung kepada narasumber / responden yang ingin di wawancarai dan

merangkumnya kembali.

PESERTA

31 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 32: Proposal Pengajuan PKL

Kegiatan Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional, mengenai Konservasi dan

Rehabilitasi Sumberdaya Hayati Kelautan akan dilakukan oleh:

MEGAWATI NPM. 230210100003

MIQDAD DZULFIKAAR NPM. 230210100008

ISMOYO ARIWIBOWO NPM. 230210000014

RIZKY PRATAMA NUGRAHA NPM. 230210100016

HASNUL FIKRI NPM. 230210100018

GUSTI AROHMAN NPM. 230210100019

R. ELSA NURMIANDHINI NPM. 230210100029

HERNI MUSTIKAWATI NPM. 230110100054

ADI NUGROHO SANTOSO NPM. 230210100102

Sementara itu, surat pengantar dari kampus dilampirkan . Pelaksanaan topik

praktik kerja lapangan tiap mahasiswa untuk selanjutnya dapat dikonsultasikan dan

dibimbing oleh Kepala Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu atau petugas-

petugas yang terkait.

Bersama dengan proposal ini, kami berniat untuk mengajukan permohonan

izin praktik kerja lapang di wilayah Taman Nasional Kepulauan Seribu, Jakarta.

32 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu

Page 33: Proposal Pengajuan PKL

PENUTUP

Demikian proposal ini kami ajukan dengan maksud untuk memohon izin agar

dapat melaksanakan praktik kerja lapang di Taman Nasional Kepulauan Seribu juga

memohon kerja sama dan perhatian dari semua pihak yang terkait.

Atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih.

33 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu