Page 1
PENDAHULUAN
Kepulauan seribu terdiri atas 110 pulau, dan 11 diantaranya diantaranya
dihuni oleh penduduk dan masuk ke dalam taman nasional. Taman Nasional
Kepulauan Seribu memiliki keragaman jenis hewan laut tropis Indo-Pasifik yang
tinggi, terutama jenis terumbu karang, Mollusca, Echinodermata, dan ikan jenis
terumbu karang, yang sering kali ditemukan adalah Acropora formosa, A.valida,
A.hyacinthus, A.echinata, A.humilis, dan lain-lain.
Kawasan Kepulauan Seribu memiliki tofografi datar hingga landai dengan
ketinggian sekitar 0 –2 meter d.p.l. Luas daratan dapat berubah oleh pasang surut
dengan ketinggian pasang antara 1 – 1,5 meter. Morfologi Kepulauan Seribu dengan
demikian merupakan dataran rendah pantai, dengan perairan laut ditumbuhi karang
yang membentuk atoll maupun karang penghalang. Atol dijumpai hamper diseluruh
gugusan pulau, kecuali Pulau Pari, sedangkan fringing reef dijumpai antara lain di P.
Pari, P. Kotok dan P. Tikus.
Umumnya, tumbuhan yang terdapat di Taman Nasional Kepulauan Seribu
didominasi oleh tumbuhan pantai, seperti nyamplung (Calophyllum inophyllum),
waru (Hibicus tiliaceus), pandan (Pandanus sp.), cemara laut (Casuarina
equisetifolia), cangkudu (Morinda citrifolia), butun (Barringtonia asiatica), bogem
(Bruguiera sp.), sukun (Artocarpus altilis), ketapang (Terminalia cattapa), dan
kecundang (Cerbena adollam).
Kekayaan kehidupan laut taman nasional ini terdiri dari karang keras/lunak
sebanyak 54 jenis, 144 jenis ikan, 2 jenis kima, 3 kelompok ganggang seperti
1 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 2
Rhodophyta, Chlorophyta dan Phaeophyta, 6 jenis rumput laut seperti Halodule sp.,
Halophila sp., dan Enhalus sp., serta 17 jenis burung pantaI.
PROFIL TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU
Taman Nasional Kepulauan Seribu merupakan salah satu perwakilan kawasan
pelestarian alam bahari di Indonesia yang terletak kurang lebih 45 km sebelah Utara
Jakarta. pada lokasi geografis 5°23’ - 5°40’ LS, 106°25’ - 106°37’ BT terdiri atas 110
buah pulau. Kepulauan Seribu ditetapkan menjadi Taman Nasional Laut dengan
Keputusan Dinyatakan Menteri Pertanian, tahun 1982. Ditunjuk Menteri Kehutanan,
SK No.162/Kpts-II/95, dengan luas 108.000 hektar, Ditetapkan Menteri Kehutanan,
SK No. 6310/Kpts-II/2002. yang dikelola oleh Balai Taman Nasional Laut Kepulauan
Seribu, Departemen Kehutanan. Salah satu dasar pembentukan TNKpS adalah adanya
ekosistem terumbu karang, ekosistem hutan mangrove, dan penyu sisik
(Eretmochelys imbricata) yang berada di kawasan tersebut.
Taman Nasional Kepulauan Seribu terdiri dari 4 daerah zonasi yakni daerah
zona inti seluas 4.449 hektar merupakan bagian kawasan taman nasional yang mutlak
dilindungi dan tidak diperbolehkan adanya perubahan apapun oleh aktivitas manusia,
daerah zona perlindungan seluas 26.284,50 hektar merupakan bagian kawasan taman
nasional yang berfungsi sebagai penyangga zona inti, daerah zona pemanfaatan bagi
kegiatan pariwisata seluas 59.634,50 hektar merupakan bagian kawasan yang
dijadikan sebagai pusat rekreasi dan kunjungan wisata, dan daerah zona pemukiman
seluas 17.121 hektar diperuntukan sebagai tempat hunian atau perumahan penduduk
setempat. Zonasi ini lebih dikenal dengan zona Kepulauan Seribu Utara terdiri dari 79
buah pulau dan Kepulauan Seribu Selatan terdiri dari 31 buah pulau.
2 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 3
Cuaca di kepulauan seribu Musim hujan biasanya terjadi antara bulan
Nopember-April sedangkan curah hujan terbesar terjadi pada sekitar bulan Januari
dan terkecil terjadi pada bulan Agustus, dalam musim kemarau acap kali bisa juga
terjadi hujan dengan jumlah hari hujan antara 4-10 hari perbulan.
Kedalaman perairan di Kepulauan Seribu sangat bervariasi, dimana beberapa
lokasi mencatat kedalaman hingga lebih dari 70 meter, seperti lokasi antara Pulau
Gosong Congkak dan Pulau Semak Daun pada posisi 106°35’00” BT dan 05°43’08”
LS dengan kedalaman 75 meter. Setiap pulau umumnya dikelilingi oleh paparan
pulau yang cukup luas (island shelf) hingga 20 kali lebih luas dari pulau yang
bersangkutan dengan kedalaman kurang dari 5 meter. Hampir setiap pulau juga
memiliki daerah rataan karang yang cukup luas (reef flat) dengan kedalaman
bervariasi dari 50 cm pada pasang terendah hingga 1 meter pada jarak 60 meter
hingga 80 meter dari garis pantai. Dasar rataan karang merupakan variasi antara pasir,
karang mati, sampai karang batu hidup. Di dasar laut, tepi rataan karang yang sering
diikuti oleh daerah tubir dengan kemiringan curam hingga mencapai 70° dan
mencapai dasar laut dengan kedalaman bervariasi dari 10 meter hingga 75 meter.
3 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 4
TOPIK BAHASAN PKL
1.1 Terumbu Karang
Ekosistem Terumbu Karang
Terumbu Karang merupakan salah satu komponen utama sumber daya pesisir
dan laut utama, disamping hutan mangrove dan padang lamun. Terumbu karang
merupakan kumpulan fauna laut yang berkumpul menjadi satu membentuk terumbu.
Struktur tubuh karang banyak terdiri atas kalsium dan karbon. Hewan ini hidup
dengan memakan berbagai mikro organisme yang hidup melayang di kolom perairan
laut. Terumbu karang hanya dapat tumbuh di daerah tropik. Hal ini disebabkan oleh
adanya dua kelompok karang yang berbeda, yang satu dinamakan hermatipik dan
yang lain adalah ahermatipik. (Nybakken 1988).
Berdasarkan kepada kemampuan memproduksi kapur maka karang dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu karang hermatipik dan karang ahermatipik. Perbedaan
utama karang hermatipik dan karang ahermatipik adalah adanya simbiosis
mutualisme antara karang hermatipik dengan zooxanthellae. Hasil samping dari
aktivitas ini adalah endapan kalsium karbonat yang struktur dan bentuk bangunannya
khas. Karang hermatipik biasanya tersebar di daerah tropis dan dapat menghasilkan
terumbu. Sedangkan pada karang ahermatipik penyebarannya lebih luas dan tidak
dapat menghasilkan terumbu.
Faktor pembatas kehidupan karang adalah suhu yang optimum (21-31 ),
salinitas diantara 32-35 ppm, cahaya, kedalaman yang kurang dari 50m, kecerahan,
4 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 5
arus dan gelombang. Menurut Nybakken (1992) mengelompokkan terumbu karang
menjadi tiga tipe umum yaitu :
1. Terumbu karang tepi (fringing reef) ini berkembang di sepanjang pantai dan
mencapai kedalaman tidak lebih dari 40m. Terumbu karang ini tumbuh keatas atau
kearah laut. Pertumbuhan terbaik biasanya terdapat dibagian yang cukup arus.
Sedangkan diantara pantai dan tepi luar terumbu, karang batu cenderung
mempunyai pertumbuhaan yang kurang baik bahkan banyak mati karena sering
mengalami kekeringan dan banyak endapan yang datang dari darat.
2. Terumbu karang tipe penghalang (Barrief reef ) terletak di berbagai jarak kejauhan
dari pantai dan dipisahkan dari pantai tersebut oleh dasar laut yang terlalu dalam
untuk pertumbuhan karang batu (40-70 m). Umumnya memanjang menyusuri
pantai dan biasanya berputar-putar seakan – akan merupakan penghalang bagi
pendatang yang datang dari luar. Contohnya adalah The Greaat Barier reef yang
berderet disebelah timur laut Australia dengan panjang 1.350 mil.
3. Terumbu karang cincin (atol) yang melingkari suatu goba (laggon). Kedalaman
goba didalam atol sekitar 45m jarang sampai 100m seperti terumbu karang
penghalang. Contohnya adalah atol di Pulau Taka Bone Rate di Sulawesi Selatan
Ancaman dari terumbu karang adalah terumbu karang yang masih berkondisi
baik hanya sekitar 6,2%. Adanya pemutihan karang (bleeching) yaitu perubahan
warna pada jaringan karang dari warna alaminya menjadi putih pucat. Akibat dari
kegiatan manusia, sedimentasi, polusi dan penangkapan ikan dengan bahan peledak,
naiknya suhu air laut, tingginya tingkat sinar ultra violet, perubahan salinitas secara
tiba-tiba, kekurangan cahaya dalam jangka waktu yang lama, dan penyakit.
Fungsi dari terumbu karang adalah sebagai pelindung fisik terhadap pantai
dari pengaruh arus dan gelombang karena terumbu karang sebagai pemecah ombak
5 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 6
dan penahan arus. Sebagai lingkungan hidup, karena merupakan tempat tinggal dan
tempat berlindung, tempat mencari makanan serta berkembang biak bagi biota-biota
yang hidup di terumbu karang. Menghasilkan beberapa produk yang memiliki nilai
ekonomis penting seperti berbagai jenis ikan karang, alga, teripang dan kerang
mutiara.
Tujuan Praktik Kerja Lapang Komoditi Terumbu Karang :
1. Mengetahui dan dapat mempraktikan metode-metode untuk transplantasi dan
monitoring terumbu karang.
2. Memperbanyak dan memperdalam ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
Sumberdaya Hayati Kelautan Kepulauan Seribu, khususnya Sumberdaya Hayati
Kelautan di Pulau Pramuka yang berkaitan dengan Konservasi dan Rehabilitasi
Terumbu Karang.
1.2 Ikan Karang
A. Pengelompokan Ikan Karang Berdasarkan Periode Aktif Mencari Makan:
1. Ikan Nokturnal (aktif ketika malam hari), contohnya pada ikan-ikan dari
Suku Holocentridae (Swanggi), Suku Apogoninade (Beseng), Suku
Hamulidae. Priacanthidae (Bigeyes), Muraenidae (Eels), Seranidae
(Jewfish) dan beberapa dari suku dari Mullidae (goatfishes) dll
2. Ikan Diurnal (aktif ketika siang hari), contohnya pada ikan-ikan dari
Suku Labraidae (wrasses), Chaetodontidae (Butterflyfishes) Pomacentridae
(Damselfishes), Scaridae (Parrotfishes), Acanthuridae(Surgeonfishes),
Bleniidae(Blennies), Balistidae (triggerfishes), Pomaccanthidae
6 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 7
(Angelfishes), Monacanthidae, Ostracionthidae(Boxfishes),etraodontidae,
Canthigasteridae dan beberapa dari Mullidae (goatfishes)
3. Ikan Crepuscular (aktif diantara) contohnya pada ikan-ikan dari suku
Sphyraenidae (Baracudas), Serranidae (groupers), Carangidae (Jacks),
Scorpaenidae (Lionfishes), Synodontidae (Lizardfishes), Carcharhinidae,
lamnidae, Spyrnidae (Sharks) dan beberapa dari Muraenidae (Eels).
CIRI CIRI/SIFAT IKAN KARANG
1. Umumnya menetap/sedentary (relatif tidak berpindah)
2. Berukuran relatif kecil
3. Gerakannya relatif mudah dijangkau oleh pengamat
4. Hidup di perairan tropis
5. Umumnya bersifat teritorial
TEMPAT HIDUP IKAN KARANG
Dapat dilihat berdasarkan
1. Jenis Substrat
-. Karang Hidup
-. Karang mati
-. Pecahan karang
-. Pasir
-. Karang lunak
2. Kedalaman
-. Dangkal (0-4 meter)
-. Sedang (5-19 meter)
-. Dalam (> 20 meter)
7 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 8
SEBARAN IKAN KARANG
Dipengaruhi oleh beberapa hal, a.l :
•Kebiasaan/perilaku
•Tempat hidup/habitat
•Arus
•Larva
1. BENTUK TUBUH
• Memipih
• Gilik
• Lebar
2. BAGIAN BAGIAN IKAN
• Kepala
• Mulut ------> letak mulut
• Sirip -------> macam sirip
• Ekor -------> bentuk ekor
3. UKURAN IKAN• Standard length
(SL)
• Total length (TL)
• Fork length (FL)
KLASIFIKASI IKAN KARANG
Ikan dapat digolongkan kedalam 2 kelompok besar yakni:
1.Ikan bertulang rawan
8 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 9
2.Ikan bertulang sejati/sebenarnya.
1. Ikan Bertulang Rawan
Ikan yang termasuk dalam kelompok ini antara lain ikan hiu dan ikan pari. Kedua
ikan ini dapat dijumpai di daerah terumbu karang. Beberapa jenis ikan hiu seperti
black-tip (carcharhinus spp.) dan white-tip (Triaenodon spp.) sering terlihat
mengunjungi terumbu karang, umumnya di daerah lereng terumbu maupun di
raataan terumbu.
2. Ikan Bertulang Sejati
Kelompok ikan ini yang umum kita lihat hidup di terumbu karang. Dalam
dunia ilmu, klasifikasi dari suatu organisme sudah dikenal secara umum. Tetapi
pengalaman selama ini bagi orang awam, nama ilmiah kurang dikenal dan bagaimana
ikan/organisme diklasifikasikan pun kurang dipahami.
Setiap organisme mempunyai nama ilmiah (Latin) yang terdiri dari 2 bagian dan
umumnya dicetak miring.
Bagian I: menerangkan tentang genus atau nama generik
Bagian II: menerangkan tentang species atau nama yang lebih spesifik
Contoh: Lutjanus monostigma.
9 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 10
Nama generiknya adalah Lutjanus, merupakan bagian dari grup yang
mempunyai hubungan dekat dimana ciri ciri umum berhubungan dengan bentuk
tubuh secara umum, sistem sisik, tipe gigi, jumlah sirip, dsb.
Nama species/jenis adalah monostigma, dipakai untuk ciri yang lebih
khas/spesifik yang membedakan jenis tersebut dari jenis yang lain dengan ciri ciri
yang betul betul spesifik. E.g. pola warna.
Nama jenis ikan biasa diberikan berdasarkan karakteristiknya, bisa juga karena
lokasi saat ditemukan atau penghormatan bagi sipenemu/ seseorang yang
berjasa.
Karakter yang umum dipakai untuk membedakan genera ataupun jenis a.l.
memakai ciri ciri luar :
-. Jumlah duri sirip
-. Ukuran dan jumlah sisik
-. Perbandingan dari proposi tubuh
-. Pola warna
Untuk klasifikasi yang lebih jauh, struktur bagian dalam, terutama bagian bagian
tulang, insang dan gigi seringkali dipakai.
Semua ikan, termasuk amphibi, reptilia, burung dan mamalia berada dalam 1
filum yakni Chordata (bertulang belakang). Contoh klasifikasi dalam dunia ikan:
10 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 11
Filum : Chordata
Kelas : Osteichthyes (bertulang sejati)
Ordo : Perciformes
Famili: Lutjanidae (….idae)
Genera : Lutjanus
Jenis : Lutjanus monostigma
POLA WARNA
Ikan karang akan berubah warna secara drastis setelah ditangkap atau mati.
Variasi pola warna dalam ikan sangat bervariasi. Hal ini sangat umum pada ikan
karang didaerah tropis. Keadaan ini berhubungan dengan beberapa faktor:
• geografi
• jenis kelamin
• pertumbuhan
• lingkungan : kedalaman, kecerahan, substrat
Fotografi dapat membantu menentukan klasifiksi dari ikan yang belum
teridentifikasi. Untuk itu perlu mempunyai catatan kecil mengenai ciri ciri khusus
dan warna ikan.
11 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 12
Tujuan Praktik Kerja Lapangan Komoditi Ikan Karang :
1. Mempelajari berbagai jenis ikan karang yang ada di Taman nasional Laut
Kepulauan Seribu
2. Melakukan pengambilan dan pengolahan data dari hasil pengamatan ikan karang
di Taman nasional Laut Kepulauan Seribu
3. Mengidentifikasi species ikan karang dari biota yang ada di kawasan Taman
Nasional Laut Kepulauan Seribu.
4. Menuliskan seluruh tahapan teknis metode pengambilan dan pengolahan data
monitoring ikan karang menjadi laporan PKL.
1.3 Ekosistem Mangrove
A. Definisi Mangrove
Kata ‘mangrove’ merupakan kombinasi antara bahasa Portugismangue dan
bahasa Inggris grove . Dalam bahasa Inggris, kata mangrove digunakan untuk
komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang surut dan untuk
individu-individu spesies tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut. Sedang
dalam bahasa Portugis kata ’mangrove’ digunakan untuk menyatakan individu
spesies tumbuhan, sedangkan kata ’mangal’ digunakan untuk menyatakan komunitas
tumbuhan tersebut. Sedangkan menurut FAO, kata mangrove sebaiknya digunakan
untuk individu jenis tumbuhan maupun komunitas tumbuhan yang hidup di daerah
pasang surut.
Menurut Snedaker (1978) dalam Kusmana (2003), hutan mangrove adalah
kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub-
12 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 13
tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung garam
dan bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi tanah an-aerob. Sedangkan menurut
Tomlinson (1986), kata mangrove berarti tanaman tropis dan komunitasnya yang
tumbuh pada daerah intertidal. Daerah intertidal adalah wilayah dibawah pengaruh
pasang surut sepanjang garis pantai, seperti laguna, estuarin, pantai dan river banks.
Mangrove merupakan ekosistem yang spesifik karena pada umumnya hanya dijumpai
pada pantai yang berombak relatif kecil atau bahkan terlindung dari ombak, di
sepanjang delta dan estuarin yang dipengaruhi oleh masukan air dan lumpur dari
daratan.
Dengan demikian secara ringkas dapat didefinisikan bahwa hutan mangrove
adalah tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama pada pantai yang
terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang dan bebas genangan pada
saat surut yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Sedangkan
ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme (hewan dan
tumbuhan) yang berinteraksi dengan faktor lingkungannya di dalam suatu habitat
mangrove.
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut hutan mangrove.
Antara lain tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, hutan payau dan hutan
bakau. Khusus untuk penyebutan hutan bakau, sebenarnya istilah ini kurang sesuai
untuk menggambarkan mangrove sebagai komunitas berbagai tumbuhan yang
berasosiasi dengan lingkungan mangrove. Di Indonesia, istilah bakau digunakan
untuk menyebut salah satu genus vegetasi mangrove, yaitu Rhizopora. Sedangkan
kenyataannya mangrove terdiri dari banyak genus dan berbagai jenis, sehingga
penyebutan hutan mangrove dengan istilah hutan bakau sebaiknya dihindari.
13 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 14
Secara ringkas ekosistem mangrove terbentuk dari unsur-unsur sebagai
berikut :
a. spesies pohon dan semak yang benar-benar memiliki habitat terbatas di lingkungan
mangrove (exclusive mangrove)
b. spesies pohon dan semak yang mampu hidup di lingkungan mangrove dan di luar
lingkungan mangrove (non-exclusive mangrove)
c. berbagai biota yang hidupnya berasosiasi dengan lingkungan mangrove, baik biota
yang keberadaannya bersifat menetap, sekedar singgah mencari makan maupun
biota yang keberadaannya jarang ditemukan di lingkungan mangrove
d. berbagai proses yang terjadi di ekosistem mangrove untuk mempertahankan
keberadaan ekosistem mangrove itu sendiri
e. hamparan lumpur yang berada di batas hutan sebenarnya dengan laut
f. sumber daya manusia yang berada di sekitar ekosistem mangrove
Hutan mangrove dapat ditemukan di pesisir pantai wilayah tropis sampai sub
tropis, terutama pada pantai yang landai, dangkal, terlindung dari gelombang besar
dan muara sungai. Secara umum hutan mangrove dapat berkembang dengan baik
pada habitat dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. jenis tanah berlumpur, berlempung atau berpasir, dengan bahan bentukan berasal
dari lumpur, pasir atau pecahan karang/koral
b. habitat tergenang air laut secara berkala, dengan frekuensi sering (harian) atau
hanya saat pasang purnama saja. Frekuensi genangan ini akan menentukan
komposisi vegetasi hutan mangrove
14 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 15
c. menerima pasokan air tawar yang cukup, baik berasal dari sungai, mata air maupun
air tanah yang berguna untuk menurunkan kadar garam dan menambah pasokan
unsur hara dan lumpur
d. berair payau (2-22 ‰) sampai dengan asin yang bisa mencapai salinitas 38 ‰
Secara umum hutan mangrove memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Tidak dipengaruhi oleh iklim, tetapi dipengaruhi oleh pasang surut air laut
(tergenang air laut pada saat pasang dan bebas genangan air laut pada saat surut)
b. Tumbuh membentuk jalur sepanjang garis pantai atau sungai dengan substrat
anaerob berupa lempung (firm clay soil), gambut (peat), berpasir (sandy soil) dan
tanah koral
c. Struktur tajuk tegakan hanya memiliki satu lapisan tajuk (berstratum tunggal).
Komposisi jenis dapat homogen (hanya satu jenis) atau heterogen (lebih dari satu
jenis). Jenis-jenis kayu yang terdapat pada areal yang masih berhutan dapat
berbeda antara satu tempat dengan lainnya, tergantung pada kondisi tanahnya,
intensitas genangan pasang surut air laut dan tingkat salinitas
d. Penyebaran jenis membentuk zonasi. Zona paling luar berhadapan langsung
dengan laut pada umumnya ditumbuhi oleh jenis-jenis Avicennia spp
dan Sonneratia spp (tumbuh pada lumpur yang dalam, kaya bahan organik). Zona
pertengahan antara laut dan daratan pada umumnya didominasi oleh jenis-
jenis Rhizophoraspp. Sedangkan zona terluar dekat dengan daratan pada umumnya
didominasi oleh jenis-jenis Brugieraspp.
B. Adaptasi Flora Mangrove
15 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 16
Secara sederhana, tipe adaptasi flora mangrove terhadap habitatnya dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu adaptasi terhadap konsentrasi kadar garam, adaptasi
terhadap substrat lumpur dan kondisi tergenang serta adaptasi reproduktif.
Adaptasi flora mangrove terhadap kadar garam antara lain sebagai berikut :
1. Sekresi garam (salt extrusion/salt secretion). Flora mangrove menyerap air dengan
kadar garam tinggi kemudian mengekskresikan garam dengan kelenjar garam yang
terdapat pada daun. Mekanisme ini biasanya dilakukan oleh Avicennia,
Sonneratia, Aegiceras, Aegialitis, Acanthus, Laguncularia dan Rhizopora(melalui
unsur-unsur gabus pada daun)
2. Mencegah masuknya garam (salt exclusion). Flora mangrove menyerap air tetapi
mencegah masuknya garam melalui saringan / ultra filter yang terdapat pada akar.
Mekanisme ini dilakukan oleh Rhizopora, Ceriops, Sonneratia, Avicennia,
Osbornia, Bruguiera, Excoecaria, Aegiceras, Aegialitis dan Acrostichum
3. Akumulasi garam (salt accumulation). Flora mangrove sering menyimpan natrium
dan khlorida pada bagian kulit kayu, akar dan daun yang sudah tua. Daun
penyimpan garam umumnya sukulen dan pengguguran daun sukulen ini
diperkirakan merupakan mekanisme pengeluaran kelebihan garam yang dapat
menghambat pertumbuhan dan pembentukan buah. Mekanisme ini dilakukan
oleh Excoecaria, Lumnitzera, Avicennia, Osbornia, Rhizopora,
Sonneratia dan Xylocarpus.
Adaptasi flora mangrove terhadap substrat lumpur dan kondisi tergenang
antara lain sebagai berikut :
16 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 17
1. Akar pensil (pneumathophores). Akar berbentuk seperti tonggak/pensil yang
muncul dari sistem akar kabel dan memanjang secara vertikal ke udara, misalnya
pada Avicennia dan Sonneratia
2. Akar lutut (knee root). Akar lutut merupakan modifikasi dari akar kabel yang pada
awalnya tumbuh ke arah permukaan kemudian melengkung menuju substrat lagi,
misalnya pada Bruguiera
3. Akar tunjang (stilt root). Akar tunjang merupakan akar yang keluar dari batang
pohon dan menancap ke dalam substrat, misalnya pada Rhizopora dan Ceriops
4. Akar papan (buttres root). Akar ini mirip dengan banir, melebar menjadi bentuk
lempeng, misalnya padaHeritiera
5. Akar gantung (aerial root). Akar gantung merupakan akar yang tidak bercabang
yang muncul dari batang atau cabang bagian bawah tetapi biasanya tidak mencapai
substrat, misalnya pada Rhizopora, Avicenniadan Acanthus.
Adaptasi flora mangrove terhadap mekanisme reproduksi antara lain sebagai
berikut :
1. Pembungaan dan polinasi. Polen yang berukuran kecil dan tidak bertangkai
memungkinkan polinasi dengan bantuan angin, serangga dan burung. Polen
bertangkai polinasi dibantu dengan serangga tertentu. BungaSonneratia mekar
pada malam hari sehingga polinasi dibantu oleh serangga yang aktif di malam hari
2. Produksi propagul. Kebanyakan mangrove di daerah sub-tropis menghasilkan
propagul masak pada musim panas. Sedang pada daerah tropis mangrove berbunga
dan berbuah umumnya pada awal musim kemarau
3. Vivipari dan kriptovivipari. Vivipari adalah biji sudah berkecambah ketika masih
diatas pohon dan embrio telah keluar dari pericarp, misalnya
17 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 18
pada Rhizopora, Bruguiera, Ceriops dan Kandelia. Sedangkan Kriptovivipari
adalah biji sudah berkecambah ketika masih diatas pohon (embrio berkembang di
dalam buah) tetapi tidak cukup kuat menembus pericarp
4. Penyebaran propagul dan pembentukannya. Propagul pohon-pohon mangrove
biasanya memiliki kemampuan mengapung sehingga dapat beradaptasi dengan
penyebaran oleh air. Misal pada Rhizopora, selama proses vivipari buah
memanjang dan distribusi beratnya berubah sehingga menjadi lebih berat pada
bagian ujung bawah serta akhirnya terlepas. Kemudian propagul ini mengapung di
air (atau langsung menancap di substrat ketika air surut), tumbuh dimulai dari akar
yang muncul dari ujung propagul dan bertahap akan menjadi individu baru.
C. Fungsi Mangrove
Fungsi mangrove secara umum dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Fungsi Fisik
a. menjaga garis pantai dan tebing sungai dari erosi/abrasi agar tetap stabil
b. mempercepat perluasan lahan
c. mengendalikan intrusi air laut
d. melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan gelombang dan angin
kencang
e. menguraikan/mengolah limbah organik
2. Fungsi Biologis/Ekologis
18 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 19
1. tempat mencari makan (feeding ground), tempat memijah (spawning ground)
dan tempat berkembang biak (nursery ground) berbagai jenis ikan, udang,
kerang dan biota laut lainnya
2. tempat bersarang berbagai satwa liar, terutama burung
3. sumber plasma nutfah
3. Fungsi Ekonomis
a. hasil hutan berupa kayu
b. hasil hutan bukan kayu, seperti madu, bahan obat-obatan, minuman, makanan,
tanin
c. lahan untuk kegiatan produksi pangan dan tujuan lain (pemukiman,
pertambangan, industri, infrastruktur, transportasi, rekreasi)
D. Rehabilitasi Mangrove
Secara umum ekosistim mangrove cukup tahan terhadap berbagai gangguan
dan tekanan lingkungan. Namun sangat dipengaruhi oleh pengendapan atau
sedimentasi, ketinggian rata-rata permukaan laut dan pencemaran perairan itu sendiri.
Hal ini akan mengakibatkan terjadinya penurunan oksigen dengan cepat yang
selanjutnya akan menyebabkan kerusakan. Secara umum dengan kondisi semakin
rusaknya mangrove, maka sangat diperlukan upaya pemulihan atau rehabilitasi agar
mangrove dapat hijau dan lestari kembali.
Usaha penghijauan atau reboisasi hutan mangrove di beberapa daerah, baik di
pulau Jawa, Sumatra, Sulawesi, maupun Irian Jaya telah berulangkali dilakukan.
Upaya ini biasanya berupa proyek yang berasal dari Departemen Kelautan dan
19 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 20
Perikanan, maupun Departemen Kehutanan bahkan dari Pemda setempat. Namun
hasil yang diperoleh relatif tidak sesuai dengan biaya dan tenaga yang dikeluarkan
oleh pemerintah.
Padahal dalam pelaksanaannya tersedia biaya yang cukup besar, tersedia
tenaga ahli, tersedia bibit yang cukup, pengawasan cukup memadai, dan berbagai
fasilitas penunjang yang lainnya. Mengapa hasilnya kurang memuaskan? Salah satu
penyebabnya adalah kurangnya peran serta masyarakat dalam ikut terlibat upaya
pengembangan wilayah, khususnya rehabilitasi hutan mangrove dan masyarakat
masih cenderungd ijadikan obyek dan bukan subyek dalam upaya pembangunan.
Untuk itu perlu pelibatan masyarakat setempat agar lebih tepat sasaran.
Dengan memberdayakan potensi masyarakat pesisir, tentunya masyarakat
juga merasa bertanggung jawab. Artinya masyarakat merasa ikut memiliki (tumbuh
sense of belonging) hutan mangrove yang telah mereka rehabilitasi tersebut. Begitu
pula, seandainya hutan mangrove tersebut telah menjadi besar, maka masyarakat juga
merasa harus mengawasinya, sehingga mereka dapat mengawasi apabila ada yang
ingin mengambil atau memotong hutan mangrove hasil rehabilitasi tersebut secara
leluasa. Melalui mekanisme ini, masyarakat tidak merasa dianggap sebagai “kuli”,
melainkan ikut memiliki hutan mangrove tersebut, karena mereka merasa ikut
merencanakan penanaman dan lain-lain.
Masyarakat merasa mempunyai andil dalam upaya rehabilitasi hutan
mangrove tersebut, sehingga status mereka akan berubah, yaitu bukan sebagai kuli
lagi melainkan ikut memilikinya. Pelaksanaan rehabilitasi hutan mangrove dengan
penekanan pada pemberdayaan masyarakat setempat ini biasa dikenal dengan istilah
pendekatan bottom- up.
E. Konservasi
20 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 21
Banyak arti konservasi yang telah dijabarkan dan diuraikan berbagai kalangan
dan ahli konservasi. Konservasi dapat diartikan sebagai "perlindungan terhadap", baik
itu terhadap hutan, kawasan pesisir maupun laut. Ada pula yang mengartikan bahwa
kawasan konservasi adalah kawasan yang tidak boleh samasekali di ganggu. Kini arti
konservasi mulai digeserkan kembali dalam arti " perlindungan, pengawetan maupun
pemanfaatan". Dalam kasus kawasan mangrove, maka hal ini belum berlaku secara
optimal.
Penebangan liar dan pembukaan lahan yang tidak terkontrol dapat
mengancam kelestarian mangrove dan ekosistemnya. Program pembangunan
kehutanan di kawasan pantai harus mempertimbangkan aspek-aspek sosial, ekonomi,
dan lingkungan secara proporsional dengan tujuan utamanya adalah meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, setiap program yang berhubungan
dengan pembangunan kehutanan di kawasan pantai bukan hanya untuk meningkatkan
pendapatan nasional tetapi juga harus mampu memperbaiki kualitas lingkungan
melalui penciptaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat.
Program-program tersebut harus berorientasi pada manfaat sosial, peningkatan fungsi
dan peranan hutan secara umum, peningkatan peran masyarakat dan pemerintah
daearah sampai tingkat desa yang berhubungan dengan upaya rehabilitasi dan
pemeliharaan lingkungan mulai dari Perencanaan sampai dengan implementasinya.
Program rehabilitasi dan konservasi dimaksudkan untuk memulihkan atau
memperbaiki kualitas tegakan yang sudah rusak serta mempertahankannya. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk menjaga fungsi hutan baik sebagai penghasil kayu,
penjaga intrusi air laut, abrasi, serta sebagai penyangga kehidupan tetap terjaga.
Melalui konservasi memang kita berupaya untuk melindungi sesuatu baik itu
kawasan, flora atau faunanya serta semuanya itu untuk menjaga keseimbangan alam.
21 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 22
Tujuan Praktik Kerja Lapangan Komoditi Mangrove yaitu :
Mempelajari dan memahami ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan sumber
daya hayati laut, terutama berada di kepulauan seribu yang berkaitan dengan
konservasi dan rehabilitasi ekosistem mangrove.
Mempelajari dan memahami bagaimana cara mengkonservasi dan merehabilitasi
ekosistem mangrove.
Mempelajari dan memahami perawatan bibit mangrove yang baru ditanam agar
dapat terus hidup.
Berpartisipasi langsung dalam program pelestarian Mangrove, khususnya di
Kepulauan Seribu.
1.4 Lamun
Definisi Lamun
Menurut Keputusan Menteri No.200 Tahun 2004, lamun (seagrass) adalah tumbuhan
berbunga (angiospermae) yang hidup dan tumbuh di laut dangkal, mempunyai akar,
22 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 23
rimpang (rhizome), daun, bunga, dan buah dan berkembang biak secara generatif
(penyerbukan bunga) dan vegetatif (pertumbuhan tunas).
Ekologis lamun
• Perairan pantai yang landai dan berpasir atau berlumpur
• Kedalaman hingga 30 m dan berair tenang
• Batas terendah pasang surut
• Tergantung kepada cahaya matahari yang masuk kedalam air
• Dapat bermetabolisme secara optimal bila terendam air
• Hidup di air asin
• Sistem perakaran yang baik
Fungsi lamun
• Produsen Primer
• Lamun memrupakan produsen paling berpengaruh di perairan dangkal di bandingkan dengan ekosistem yang lain
• Habitat Biota
• Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel berbagai hewan dan alga
• Penangkap Sedimen
• Rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaan
• Pendaur Zat Hara
23 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 24
• Pendaur zat-zat hara yang dibutuhkan oleh algae epifit
Menurut Philips dan Menez (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem bahari yang produktif yang berfungsi sebagai :
• Menstabilkan dan menahan sedimen yang dibawa melalui tekanan dari arus dan gelombang.
• Daun memperlambat dan mengurangi arus dan gelombang serta mengembangkan sedimentasi.
• Melindungi hewan-hewan yang singgah ke padang lamun
• Daun-daun membantu organisme-organisme epifit.
• Mempunyai produktifitas dan pertumbuhan yang tinggi
• Memfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai ekologis
Pertumbuhan lamun
Lamun mempunyai bentuk pertumbuhan yang sangat erat kaitannya dengan
perbedaan ekologinya (Den Hartog 1967 in Azkab 2000). Bentuk pertumbuhan
tersebut dapat dibagi menjadi 6 kategori, yaitu :
1) Parvozosterid, dengan daun memanjang dan sempit, misalnya pada Halodule,
Zostera sub marga Zosterella;
2) Magnozosterids, dengan daun memanjang dan agak lebar, misalnya Zostera sub
marga Zostera, Cymodocea dan Thalassia;
3) Syringodiids, dengan daun bulat seperti lidi dan ujung runcing, misalnya
Syringodium;
24 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 25
4) Enhalids, dengan daun panjang dan kaku seperti kulit atau berbentuk ikat
pinggang yang kasar, misalnya Enhalus, Posidonia dan Phyllospadix;
5) Halophilids, dengan daun bulat telur, clips, berbentuk tombak atau panjang, rapuh
dan tanpa saluran udara, misalnya Halophila;
6) Amphibolids, dengan daun tumbuh teratur pada kiri dan kanan, misalnya
Amphibolis, Thalassodendron dan Heterozostera.
Parameter
Suhu 20 – 36 ⁰C
Salinitas 10-45 ‰
Kedalaman 10 – 12 m
Kecerahan tingkat kecerahan 4-29% untuk dapat tumbuh dengan rata-rata 11%
Substrat lumpur, lumpur pasiran, pasir, pasir lumpuran, puing karang dan batu karang
pH 7,5-8,4
Do (oksigen terlarut)
Nutrient
Klasifikasi lamun di pulau seribu
Klasifikasi lamun yang ada di Kepulauan Seribu (BTNKpS 2008), sebagai berikut:
Divisi : Anthophyta
25 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 26
Kelas : Angiospermae
Subkelas :Monocotyledonae
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
Spesies : Enhalus acoroides
Genus : Halophila
Spesies : Halophila ovalis
Genus : Thalassia
Spesies : Thalassia hemprichii
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas :Monocotyledonae
Ordo : Potamogetonales
Famili : Cymodoceae
Genus : Cymodocea
Spesies : Cymodocea serrulata, C. rotundata
Genus : Halodule
Spesies : Halodule uninervis,
Genus : Syringodium
Spesies : Syringodium isoetifolium
26 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 27
Tujuan Praktik Kerja Lapangan Komoditi Lamun :
1. Belajar mengenai teori dasar metode kuadrat untuk menghitung kerapatan,
Kelimpahan, dan identifikasi biota pada lamun.
2. Melakukan pengolahan dan menganalisis data yang diperoleh.
3. Mengetahui sebaran jenis lamun di daerah pulau kelapa
4. Menuliskan seluruh tahapan teknis metode pengambilan dan pengolahan data
menjadi laporan PKL.
LATAR BELAKANG
Praktik Kerja Lapang merupakan salah satu mata kuliah di Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Oleh karena itu Praktik Kerja Lapang ini
27 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 28
atau biasa disebut PKL merupakan syarat perkuliahan juga bertujuan untuk
memberikan ilmu tentang program studi yang dijalani serta diminati oleh mahasiswa,
dengan melaksanakan PKL mahasiswa dapat mendalami materi yang diminatinya
yang tidak didapatkan di ruang perkuliahan karena PKL ini akan berbentuk Praktik
langsung di lapangan sehingga mahasiswa mendapatkan ilmu yang seluas-luasnya.
Sesuai dengan bidang yang diminati yaitu konservasi, Praktik Kerja Lapang
ini diadakan di Taman Nasional Kepulauan Seribu. Taman Nasional Kepulauan
Seribu merupakan salah satu Taman Nasional di Indonesia yang mengkaji dan
mengkonservasi berbagai macam flora dan fauna diantaranya adalah penyu,
mangrove, lamun, terumbu karang dan ikan karang.
Kondisi geografis Indonesia yang strategis dan fakta fisik bahwa Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki luas laut 62 % dari luas
teritorialnya menjadikan sumber daya pesisir dan lautan sebagai sumber devisa yang
penting dan bermanfaat bagi pembangunan nasional. Untuk itu diperlukan sumber
daya manusia (SDM) yang mempunyai pengetahuan yang memadai dan mampu
berperan serta berkonstribusi pada pembangunan bangsa dari sektor kelautan. Oleh
karena itu kami bermaksud ingin memperdalam ilmu tentang konservasi untuk
menjadikan sumber daya manusia yang handal khususnya di bidang kelautan sebagai
sumber devisa yang penting dan bermanfaat bagi pembangunan nasional.
Apabila merujuk pada pengertiannya, konservasi didefinisikan dalam
beberapa batasan, sebagai berikut :
1. Konservasi adalah menggunakan sumberdaya alam untuk memenuhi keperluan
manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama (American
Dictionary).
28 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 29
2. Konservasi adalah alokasi sumberdaya alam antar waktu (generasi) yang
optimal secara sosial (Randall, 1982).
3. Konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme
hidup termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan manusia
yang meningkat termasuk dalam kegiatan manajemen adalah survai, penelitian,
administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan (IUCN, 1968).
4. Konservasi adalah manajemen penggunaan biosfer oleh manusia sehingga dapat
memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat diperbaharui
untuk generasi-generasi yang akan datang (WCS, 1980).
Konservasi dilakukan agar terjaganya kelestarian alam yang kini telah
berkurang, oleh karena itu kami ingin mempelajari dan mengaplikasikannya tentang
konservasi yang dilakukan di Taman Nasional Kepulauan Seribu terutama fokus
pada sumberdaya laut dan pesisir yaitu lamun, mangrove, terumbu karang, ikan
karang, serta bidang lainnya apabila terdapat kemungkinan karena PKL ini
dimaksudkan untuk mencari ilmu seluas-luasnya.
TUJUAN
Adapun tujuan dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) antara lain :
1. Memperoleh ilmu dan pengalaman yang tidak didapatkan di bangku kuliah.
2. Pengkonsentrasian program studi perkuliahan pada bidang konservasi,
khususnya tentang teori, metode pengambilan data, dan identifikasi.
3. Memiliki wawasan yang luas dalam bidang konservasi sehingga mempunyai
banyak peluang dalam mencari materi untuk tugas akhir (skripsi) yang akan
dilakukan di dua tahun mendatang.
29 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 30
4. Memperbanyak dan memperdalam ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
Sumberdaya Hayati Kelautan Kepulauan Seribu, khususnya Sumberdaya Hayati
Kelautan di Pulau Pramuka yang berkaitan dengan Konservasi dan Rehabilitasi
Terumbu Karang.
5. Berpartisipasi langsung dalam program pelestarian Sumberdaya Hayati
Kelautan, khususnya di Kepulauan Seribu.
MANFAAT
Adapun manfaat yang di dapat dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapang (PKL)
adalah secara akademis, untuk menambah ilmu pengetahuan tentang konservasi
(semua cabang tetapi tetap fokus pada bidang yang diminatinya).
WAKTU DAN TEMPAT
Kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) ini dimulai pada bulan Juli – Agustus
2012. Adapun tempat pelaksanaan kegiatan yaitu dilakukan di Taman Nasional
Kepulauan Seribu di Pulau Pramuka, Pulau Kelapa dan Pulau Harapan.
METODE KEGIATAN
Metode kegiatan yang digunakan terdiri atas tiga metode yaitu:
1. Praktik
30 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 31
Praktik adalah suatu kegiatan yang dilakukan setelah mendapat teori dengan
tujuan mengaplikasikan ilmu yang telah didapat. Pada metode ini dilaksanakan secara
langsung dalam kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan prosedur.
2. Observasi
Observasi adalah pengamatan pendahuluan daerah – daerah atau objek yang
akan di teliti dan sekaligus memeriksa kebenaran – kebenaran secara teoritis yang di
kaitkan dengan kondisi – kondisi geologi di lapangan. Pada metode ini dilakukan
pengamatan langsung di lapangan sesuai dengan objek yang di amati.
3. Wawancara
Wawancara adalah pengumpulan data dengan cara melakukan komunikasi
langsung dengan responden / pengusaha. Metode wawancara ini dilakukan secara
langsung kepada narasumber / responden yang ingin di wawancarai dan
merangkumnya kembali.
PESERTA
31 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 32
Kegiatan Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional, mengenai Konservasi dan
Rehabilitasi Sumberdaya Hayati Kelautan akan dilakukan oleh:
MEGAWATI NPM. 230210100003
MIQDAD DZULFIKAAR NPM. 230210100008
ISMOYO ARIWIBOWO NPM. 230210000014
RIZKY PRATAMA NUGRAHA NPM. 230210100016
HASNUL FIKRI NPM. 230210100018
GUSTI AROHMAN NPM. 230210100019
R. ELSA NURMIANDHINI NPM. 230210100029
HERNI MUSTIKAWATI NPM. 230110100054
ADI NUGROHO SANTOSO NPM. 230210100102
Sementara itu, surat pengantar dari kampus dilampirkan . Pelaksanaan topik
praktik kerja lapangan tiap mahasiswa untuk selanjutnya dapat dikonsultasikan dan
dibimbing oleh Kepala Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu atau petugas-
petugas yang terkait.
Bersama dengan proposal ini, kami berniat untuk mengajukan permohonan
izin praktik kerja lapang di wilayah Taman Nasional Kepulauan Seribu, Jakarta.
32 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu
Page 33
PENUTUP
Demikian proposal ini kami ajukan dengan maksud untuk memohon izin agar
dapat melaksanakan praktik kerja lapang di Taman Nasional Kepulauan Seribu juga
memohon kerja sama dan perhatian dari semua pihak yang terkait.
Atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih.
33 Proposal Praktik Kerja Lapang di Taman Nasional Kepulauan seribu