Top Banner
PROPOSAL PENELITIAN BUDIDAYA TANAMAN MELON (Cucumis Melo L.) ORGANIK MENGGUNAKAN TEKNIK IRIGASI KENDI Oleh : Siska Srijayanti 05071006013 PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
42

Proposal Penelitian Melon Kirim

Jun 24, 2015

Download

Documents

siskasrijayanti
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Proposal Penelitian Melon Kirim

PROPOSAL PENELITIAN

BUDIDAYA TANAMAN MELON (Cucumis Melo L.) ORGANIK

MENGGUNAKAN TEKNIK IRIGASI KENDI

Oleh :

Siska Srijayanti

05071006013

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2010

Page 2: Proposal Penelitian Melon Kirim

BUDIDAYA TANAMAN MELON (Cucumis Melo L.) ORGANIK

MENGGUNAKAN TEKNIK IRIGASI KENDI

Oleh :

Siska Srijayanti

05071006013

Rencana Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknologi Pertanian

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2010

Page 3: Proposal Penelitian Melon Kirim

Rencana Penelitian Berjudul

BUDIDAYA TANAMAN MELON (Cucumis Melo L.) ORGANIK

MENGGUNAKAN TEKNIK IRIGASI KENDI

Oleh

Siska Srijayanti

05071006013

Telah diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknologi Pertanian

Indralaya, September 2010

Jurusan Teknologi Pertanian

Fakultas Pertanian

Universitas Sriwijaya

Ketua Jurusan

Dr.Ir. Hersyamsi,M.Agr

NIP 19600802 198703 1 004

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Edwar Saleh, M.Si Prof.Dr.Ir.Daniel Saputra.M.S.A.Eng

NIP 196208011988031002 NIP 19580809 198503 1 003

Page 4: Proposal Penelitian Melon Kirim

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmatNya kepada kita, sehingga atas pertolonganNya proposal Penelitian ini dapat

diselesaikan.

Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Teknologi Pertanian. Penelitian ini akan dilaksanakan di Jurusan Teknologi Pertanian

Universitas Sriwijaya Indralaya yang berjudul “ Budidaya Tanaman Melon ( Cucumis

Melo L. ) menggunakan Teknik Irigasi Kendi“

Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing, yaitu

Bapak Dr. Ir. Edwar Saleh, M.Si dan Bapak Prof. Dr. Ir. Daniel Saputra, M.S.A.Eng, yang

telah membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan proposal rencana penelitian

ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu

dalam menyelesaikan proposal rencana penelitian ini, yang tidak bisa disebutkan satu

persatu.

Akhirnya penulis mengharapkan proposal ini dapat menjadi acuan bagi penulisan

laporan Praktik Lapangan selanjutnya.

Indralaya, Oktober 2010

Penulis

Page 5: Proposal Penelitian Melon Kirim

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan …………………………………………………………

Kata Pengantar ………………………………………………………………

Daftar Isi ……………………………………………………………………..

Hal

iii

iv

v

I.

II.

III

Pendahuluan

A. Latar Belakang ……………………………………………………..

B. Tujuan ……………………………………………………………...

Tinjauan Pustaka

A. Tanaman Melon…………………………………………………….

B. System Irigasi ……….………………………………….………….

C. Pestisida………………………………………………….………….

D. Pertanian Organik…………………………………….………….….

Pelaksanaan Penelitian

A. Tempat dan Waktu ………………………………………………...

B. Alat dan bahan …………………………………………..………...

C. Metode penelitian …………………………………………..……...

D. Parameter yang di amati …………………………………..……...

1

4

5

10

14

20

22

22

22

22

Sistematika Penulisan ………………………………………………………..

Daftar Pustaka

Lampiran

22

Page 6: Proposal Penelitian Melon Kirim

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertanian di Indonesia memang sudah banyak mengembangkan berbagai

macam teknik irigasi untuk tanaman sayuran ataupun buah – buahan. Menurut

Kurnia dan Hidayat (2001), diperkirakan luas lahan kering yang mempunyai peluang

untuk mendapatkan pengairan (irigasi) mencapai sekitar 32 juta hektar. Salah satu

kendala produksi tanaman di lahan kering adalah terbatasnya air untuk tanaman,

terutama pada musim kemarau. Namun menurut Pawitan (1999), kondisi sumberdaya

air pada sebagian besar daerah di Indonesia telah memasuki pada tingkat waspada

sampai tingkat kritis, sedangkan kebutuhan air di bidang pertanian dan bidang

lainnya terus meningkat. Oleh karena itu, ketersediaan sumberdaya air yang terbatas

harus dimanfaatkan secara hemat (efisien) dan efektif terutama dalam bidang

pertanian.

Agribisnis melon menunjukkan prospek menjanjikan. Tetapi jika faktor

tanah yang semakin keras, miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon

alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman serta faktor

pemeliharaan tidak diperhatikan maka keuntungan akan menurun. Produksi buah

melon di Indonesia sangat rendah, tetapi potensinya dapat ditingkatkan. Oleh karena

itu berbagai teknik irigasi harus dikembangkan guna meningkatkan produktivitas

tanaman melon. Keberhasilan peningkatan produksi tanaman di Indonesia tidak

terlepas dari peran irigasi yang merupakan salah satu fakor penting dari produksi

Page 7: Proposal Penelitian Melon Kirim

tanaman. Usaha untuk memenuhi target produksi tersebut tidak terlepas dari

kelebihan dan kekurangan suatu teknologi ataupun teknik yang di gunakan.

Irigasi kendi adalah teknik untuk menciptakan slow release air bawah tanah

dengan meminimalkan kerugian dan resiko penguapan salinasi. Dengan sistem

irigasi kendi, pemberian air pada tanaman tidak perlu diberikan setiap hari tetapi

cukup dengan memperhatikan ketersediaan jumlah air di dalam kendi yang dapat

dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Pemberian air menggunakan irigasi kendi

lebih efisien dibandingkan dengan sistem lain seperti irigasi tetes dan irigasi sumbu

karena memberikan air langsung ke zona akar tanaman, bukan ke daerah yang lebih

luas dari lapangan.

Kendala utama pertanian lahan kering yang paling mendasar adalah

permasalahan ketersediaan air yang sangat terbatas. Air bagi tanaman merupakan

sumber daya yang penting karena hampir semua proses fisika, kimia dan biologi di

dalam tanah dan proses fisiologis tanaman tidak akan dapat berlangsung secara

optimal tanpa ketersediaan air yang cukup. (Scholes, dkk,1994). Selain faktor tanah,

faktor tanaman juga menjadi salah satu faktor penentu tingkat efisiensi penggunaan

air. Tanaman yang cocok untuk dikembangkan di lahan kering yaitu tanaman yang

tidak memerlukan banyak air serta bernilai ekonomis tinggi, seperti tanaman melon.

Banyak teknik yang telah dikembangkan untuk menaksir jumlah air yang

dibutuhkan tanaman. Rahardjo, dkk (1992), Morris., dkk (1990) menetapkan total

penggunaan air sebagai jumlah air curah hujan ditambah jumlah lengas yang

disimpan dalam jeluk tanah, sedangkan Gilley dan Jansen (1983) dalam Rahardjo,

Page 8: Proposal Penelitian Melon Kirim

dkk, (1992) menggunakan hasil produksi tanaman (kg/petak) dibagi dengan ETa

selama musim tanam (mm/petak).

Pestisida secara luas diartikan sebagai suatu zat yang bersifat racun,

menghambat pertumbuhan atau perkembangan, tingkah laku, bertelur, perkembang

biakan, mempengaruhi hormon, penghambat makan, membuat mandul, sebagai

pemikat, penolak dan aktivitas lainnya yang mempengaruhi OPT. Penggunaan

pestisida sintetis (kimia) telah menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap

lingkungan. Ketergantungan terhadap penggunaan pestisida sintetis mengakibatkan

pengembangan metode-metode lain untuk mengendalikan hama dan penyakit

menjadi terlupakan atau bahkan ditinggalkan. Tidak kita pungkiri bahwa dengan

pestisida sintetis telah berhasil menghantarkan sektor pertanian menuju terjadinya

“revolusi hijau”, yang ditandai dengan peningkatan hasil panen dan pendapatan

petani secara signifikan, sehingga Indonesia bisa mencapai swasembada pangan pada

tahun 1986. Dalam revolusi hijau target yang akan dicapai adalah berproduksi cepat

dan tinggi, sehingga diperlukan teknologi masukan tinggi diataranya penggunaaan

varietas unggul, pemupukan berat dengan pupuk kimia, pemberantasan hama dan

penyakit dengan obat-obatan kimia.

Dengan adanya penggunaan pestisida sintetis maka kita semakin jauh dari

pertanian organik. Pertanian organik banyak memberikan kontribusi pada

perlindungan lingkungan dan masa depan kehidupan manusia. Pertanian organik juga

menjamin keberlanjutan bagi agroekosistem dan kehidupan petani sebagai pelaku

pertanian. Sumber daya lokal dipergunakan sedemikian rupa sehingga unsur hara,

bimassa, dan energi bisa ditekan serendah mungkin serta mampu mencegah

Page 9: Proposal Penelitian Melon Kirim

pencemaran. Pertanian organik yang semakin berkembang belakangan ini

menunjukkan adanya kesadaran petani dan berbagai pihak yang bergelut dalam

sektor pertanian akan pentingnya kesehatan dan keberlanjutan lingkungan.

Ditinjau dari segi keuntungan, membudidayakan tanaman melon cukup

menjanjikan. Keuntungannya lebih besar dibanding ketika bertani komoditas

tanaman pangan yang lain. Tapi risiko kegagalannya pun juga senantiasa

membayang-bayangi. Karena itu, bertani melon mutlak memerlukan penguasaan

teknologi budi daya hortikultura secara matang, intensif, dan cermat.

B. Tujuan

Untuk mengetahui efisiensi irigasi kendi dan untuk mengetahui kemampuan

kendi dalam mensuplai air.

Page 10: Proposal Penelitian Melon Kirim

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Melon ( Cucumis Melo L. )

Melon (Cucumis melo L.)  merupakan tanaman buah yang termasuk family

Cucurbitaceae. Tanaman melon termasuk keluarga mentimun, waluh, timun suri dan

semangka. Melon memiliki nilai komersial yang tinggi di Indonesia dengan kisaran

pasar yang luas dan beragam, mulai dari pasar tradisional hingga pasar modern,

restoran dan hotel. Hal ini menunjukan bahwa komoditas melon sangat potensial

untuk diusahakan karena memiliki nilai ekonomi dan daya saing yang dibandingkan

dengan buah lain.

Tanaman melon dapat dibudidayakan di ladang, halaman, kebun atau rumah

kaca. Pertumbuhannya memerlukan kelembapan udara yang tinggi, tanah subur yang

gembur, dan mendapat sinar matahari penuh dengan drainase yang baik. Tanaman ini

lebih baik dirambatkan ke para – para yang telah disediakan, baik yang berbentuk

para – para miring ataupun para – para bentuk lurus. Dan akan tumbuh dengan baik

dan menghasilkan buah bermutu serta menguntungkan, bila ditanam dengan memilih

lahan sawah irigasi, dengan syarat penanamannya maksimal dua kali berurutan dua

kali dalam satu tahun.

Page 11: Proposal Penelitian Melon Kirim

1. Syarat Tumbuh

a. Iklim

Perlu penyinaran matahari penuh selama pertumbuhannya. Pada kelembaban

yang tinggi tanaman melon mudah diserang penyakit. Suhu optimal antara 25°-30°C.

Angin yang bertiup cukup keras dapat merusak pertanaman melon. Hujan terus

menerus akan merugikan tanaman melon. Tumbuh baik pada ketinggian 300-900 m

dpl. Kelembaban udara secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman

melon. Dalam kelembaban yang tinggi tanaman melon mudah diserang penyakit

b. Media Tanam

Tanah yang baik ialah tanah liat berpasir yang banyak mengandung bahan

organik seperti andosol, latosol, regosol, dan grumosol, asalkan kekurangan dari

sifat-sifat tanah tersebut dapat dimanipulasi dengan pengapuran, penambahan bahan

organik, maupun pemupukan. Tanaman melon tidak menyukai tanah yang terlalu

basah, pH tanah 5,8-7,2. Tanaman melon pada dasarnya membutuhkan air yang

cukup banyak. Tetapi, sebaiknya air itu berasal dari irigasi, bukan dari air hujan.

2. Pembibitan

Tanaman melon yang sehat dan berproduksi optimal berasal dari bibit

tanaman yang sehat, kuat dan terawat baik pada awalnya. Pengecambahan Benih

dilakukan dengan cara direndam didalam air hangat kuku yang dicampur fungisida

sistemik dengan dosis anjuran. Perendaman dilakukan selama4 – 6 jam. Setelah

Page 12: Proposal Penelitian Melon Kirim

direndam, benih ditiriskan dan diletakan diatas kertas Koran lembap selama 2 hari 1

malam ( 36 jam ) pada suhu kamar. Kertas dijaga agar tetap dalam kondisi lembap.

Jika diperlukan, lakukan penyemprotan dengan sprayer. Benih yang sudah

berkecambah harus segera dibibitkan atau disemai dalam media pembibitan.

Penyemaian benih dapat menggunakan kantong plastic bening atau polibag

berukuran 7 x 10 cm. Media semai yang digunakan berupa campuran tanah dan

pupuk kandang yang sudah matang dengan dengan perbandingan 2 : 1, penanaman

dilakukan dengan cara membuat lubang sedalam 2 cm dengan jari, lalu benih

dimasukkan dengan bagian berakar dibawah. Kemudian, benih ditutup dengan tanah,

tetapi ujung benih masih terlihat. Persemaian perlu dijaga agar selalu dalam kondisi

lembap, tetapi tidak boleh terlalu basah. Bibit dipindahkan ke lapangan setelah

berumur 7 – 12 hari atau memiliki 1 -2 daun sejati.

3. Persiapan Lahan

Penyiapan lahan untuk penanaman terlebih dahulu dibersihkan dari sisa

tanaman dan sampah, kemudian dilakukan pembajakan dengan kedalaman 20 – 30

cm. Lahan dikering-anginkan selama 5 – 7 hari. Bila masih ada bongkahan tanah,

haluskan dan dibiarkan selama 4 – 5 hari.

Pembuatan bedengan dilakukan setelah tanah diolah, lalu bedengan

dilengkapi dengan saluran pembuangan air atau drainase. Dengan ukuran panjang

maksimum 15 m, tinggi 20 - 50 cm, lebar 100 – 120 cm dan lebar parit 50 – 60 cm.

Tinggi dan lebar parit disesuaikan dengan keadaan musim saat penanaman. Pada

Page 13: Proposal Penelitian Melon Kirim

musim hujan, usahakan tinggi bedengan 50 cm, agar perakaran tanaman tidak

terendam air sewaktu hujan.

Pemberian pupuk dasar atau pengapuran dilakukan seminggu sebelum tanam.

Pupuk dasar yang diberikan bias berupa pupuk kandang dan juga dolomite/calmag.

Penentuan Jumlah kapur dapat ditentukan sesuai pH tanah yang sudah diketahui

sebelumnya.

Pemasangan mulsa dilakukan paling lambat dua hari sebelum tanam. Mulsa

yang digunakan berupa plastic hitam perak dengan lebar 120 cm. Sisi plastic yang

berwarna perak menghadap ke atas sedangkan yang berwarna hitam menghadap ke

bawah ( menempel ke tanah ). Pemasangan dilakukan pada saat terik matahari agar

mulsa memuai sehingga rapat menutup bedengan. Sebelum mulsa dipasang,

bedengan disiram hingga basah. Setelah mulsa terpasang, dilakukan pembuatan

lubang pada mulsa.

4. Teknik Penanaman

Bibit melon yang siap untuk ditanam berumur 10 – 14 hari setelah semai.

Penanaman bibit sebaiknya dilakukan pada sore hari untuk menghindari tanaman

mengalami stress karena terik matahari. Akar tanaman diusahakan tidak sampai

rusak saat menyobek polibag kecil. Cetakan tanah yang telah berisi bibit melon,

diletakkan pada lubang yang telah ditugal dan diusahakan agar tidak pecah/hancur

karena bisa mengakibatkan kerusakan akar dan tanaman akan layu jika hari panas.

Page 14: Proposal Penelitian Melon Kirim

Dan dilakukan pemasangan ajir yang berfungsi untuk menopang tanaman agar bisa

tumbuh ke atas, mengingat batang tanaman melon merupakan tanaman merambat.

5. Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan bila tanah sudah mulai kering. Pada awal penanaman

hingga umur satu minggu, dilakukan penyiraman setiap hari ( sore hari ) sekitar

(100cc/tanaman), selanjutnya, penyiraman dilakukan dua hari sekali hingga umur 2

minggu setelah tanam. Setelah tanaman berumur 2 minggu, penyiraman dilakukan 2

hari sekali pada waktu pagi atau sore.

Pengikatan tanaman ditujukan untuk merambatkan tanaman pada ajir yang

sudah dipasang. Batang tanaman mulai diikat setelah tanaman berumur 12 hari atau

memiliki 7 daun.

Pemangkasan dilakukan untuk membuang calon tunas ( cabang ) yang

merugikan, terutama tunas yang muncul pada ketiak daun, untuk mendapatkan

pertumbuhan vegetative yang maksimum sehingga produktivitas tanaman optimum.

pada umumnya tangkai yang dipelihara hanya 1 namun untuk tujuan melon kecil

maka dipertahankan 2 buah. Ujung batang tempat buah dipelihara dipangkas dengan

menyisakan 1 lembar daun

Penyiangan pertama dilakukan bersamaan dengan pembersihan lahan sekitar

tanaman supayah tumbuh subur. Penyianagan berikutnya dilakukan sebelum rumput

– rumput berbunga dan pada saat tanaman melon berumur 2 – 4 minggu setelah

Page 15: Proposal Penelitian Melon Kirim

tanam. Pada system mulsa penyiangan dilakukan pada lubang tanam dan parit antar

bedengan.

6. Pemanenan

Buah pada tanaman melon yang ekonomis untuk diusahakan berasal dari

bunga sempurna ( hermaphrodite ) yang muncul dari ketiak daun ke 9 – 11. Karena

bunga pada ruas tersebut memiliki kualitas yang tinggi dengan ukuran buah yang

optimum. Setelah buah dari cabang ke 9 – 11 tumbuh sebesar bola pingpong, dipilih

satu buah yang paling baik ( tidak cacat ) untuk terus dipelihara sampai besar. Buah

yang tidak terpilih dibuang. Buah dapat ditup dengan kantong plastic untuk

mencegah serangan penyakit lalat buah. Namaun kantong plastic harus dilepas ketika

buah sudah membesar. Hal ini bertujuan agar perkembangan buah tidak terganggu.

Pemotongan ujung batang utama dilakukan setelah calon buah yang akan dibesarkan

sudah dipilih. Pemotongan batang utama menyisakan 30 -35 daun.

B. Sistem Irigasi

Irigasi kendi ini dapat menghemat penggunaan air dengan cara mengatur

melalui sifat porositas kendi. Mondal (1974) dan Stein (1990) memasukkan sistem

irigasi kendi ke dalam sistem irigasi bawah permukaan. Selanjutnya Stein (1990)

menggolongkannya lagi ke dalam irigasi lokal (Local Irrigation), karena rembesarn

air irigasi terjadi secara lambat dengan volume yang rendah (kecil) pada zona

perakaran tanaman, sehingga hanya sebagian tanah yang terbasahi, maka sistem

irigasi ini mampu mengurangi evaporasi dan perkolasi (Modal, 1978).

Page 16: Proposal Penelitian Melon Kirim

Irigasi kendi bekerja berdasarkan sistem osmosis, yaitu terjadinya aliran air

dari dalam kendi ke dinding kendi yang dibuat porus, kemudian mengalir ke tanah

sekitar perakaran tanaman berdasarkan perbedaan potensial matriks antara tanah dan

dinding kendi. Untuk mengaplikasikan sistem irigasi kendi pada tabulamput,

kendi dapat dibenamkan di daerah perakaran, hal ini dapat dilakukan pada saat

penanaman atau penggantian media tanam. Kendi yang diisi air mampu

membasahi tanah di sekelilingnya melalui dindingnya yang dibuat permeable. Cara

kerja teknologi system irigasi kendi yaitu dengan membenamkan kendi mencapai

daerah perakaran. Kendi ini bila diisi air akan merembeskannya ke tanah di

sekelilingnya melalui dindingnya yang dibuat permeable. Kemampuan dinding kendi

untuk meluluskan air, dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi

kebutuhan evapotranspirasi tanaman setiap waktu dan dengan memperhatikan pula

sifat hidrolika tanahnya. Sistem Irigasi Kendi. Ini adalah salah satu bentuk pemberian

air pada tanaman melalui zona per-akaran tanaman. Irigasi kendi ini dapat

menghemat penggunaan air dengan cara mengatur melalui sifat porositas kendi.

Secara operasional, kendi ditanam di bawah tanah dekat dengan zona perakaran

tanaman. Jumlah kendi yang ditanam tergantung pada jenis tanaman, kebutuhan air

tanaman, suplai air serta porositas tanah dan kendi.

Kendi yang baik digunakan untuk sistem irigasi ini adalah kendi tanpa lapisan

finishing, kendi seperti ini dapat dicirikan dengan munculnya warna natural gerabah

tanah liat pada dinding luar kendi. Kendi berglazur tidak dapat digunakan untuk

sistem irigasi karena lapisan tipis gelas pada permukaannya kendi akan mencegah

Page 17: Proposal Penelitian Melon Kirim

terjadinya proses osmosis, demikian juga halnya dengan kendi yang dilapisi cat atau

pernis. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan

Setelah pemberian air, mulut kendi haruslah selalu dalam keadaan tertutup.

Hal ini perlu diperhatikan agar tidak terjadi kehilangan air akibat penguapan

dan mengurangi  pertumbuhan alga/lumut

Hanya gunakan air bersih untuk mengisi kendi. Saringan pasir dapat

digunakan untuk membersihkan air sebelum dimasukkan ke dalam kendi.

Bersihkan kendi sebelum digunakan dengan air bersih agar pori bersih.

1. Kebutuhan Air bagi Tanaman

Kebutuhan atau pemakaian air setiap tanaman tidak sama pada setiap saat,

sesuai dengan stadia tumbuh tanaman ( umur tanaman ), suhu udara dan

cuacaPenyediaan air untuk irigasi sangat dipengaruhi beberapa faktor, antara lain:

letak sumber air, kondisi prasarana dan sarana pengairan, ketepatan waktu

pemanfaatannya. Kehilangan air (water losses) yang harus diperhitungkan antara lain

: penguapan secara alam (evaporation), rembesan tanggul (seepage), bocoran pintu

atau bangunan (leakage), penyiapan tanah (land preparation) dan pelaksanaan tanam

2. Efisiensi irigasi

Semakin terbatasnya ketersediaan air untuk irigasi dan sumber air permukaan,

memerlukan upaya peningkatan efisiensi irigasi dan teknologi irigasi yang lebih

menghemat air.

Page 18: Proposal Penelitian Melon Kirim

Perhitungan Efisiensi Penggunaan Air.

Dihitung menggunakan rumus yang diperkenalkan oleh Gilley dan Jansen (1983)

dalam Rahardjo, dkk (1992) :

Hasil Tanaman (Kg/Petak)

EPA = effisiensi penggunaan air

ETa Selama Musim Tanam(m3/Petak)

dimana, ETa adalah evapotraspirasi aktual. Besarnya ETa pada masing-masing petak

ditetapkan dengan menggunakan pendekatan Caoli (Raharjo et al, 1992) :

ETa  =   ( d – awal  +  CH) – d- akhir

dimana :

ETa      = evapotranspirasi aktual

d-awal  = tebal air pada zona akar sebelum mengalami evapotraspirasi

d-akhir = tebal air pada zona akar setelah mengalami evapotraspirasi

CH       = curah hujan

Tebal air (d-awal dan d-akhir) didekati dengan rumus berikut :

d = kl x BV x D

Page 19: Proposal Penelitian Melon Kirim

dimana  :  d    = tebal air dalam zona perakaran (mm)

kl    = kadar lengas tanah pada zona perakaran (%)

BV   = berat volume tanah (gram/cm3)

D    = kedalaman zona perakaran (mm)

Untuk dapat meningkatkan efisiensi penyediaan air irigasi beberapa upaya

harus ditempuh antara lain :

1. Memelihara prasarana dan sarana pengairan sehingga kehilangan air akibat

rembesan dan bocoran dapat ditekan sekecil mungkin;

2. Penyediaan input pertanian agar petani tidak mengalami keterlambatan tanam;

3. Mekanisme paska panen harus tertata dengan baik agar petani dapat menjual hasil

panen tepat waktu dengan harga yang pantas sehingga siap modal untuk tanam

berikutnya;

4. Petani harus mempunyai jiwa kebersamaan bersedia melaksanakan budidaya

pertanian tepat pada waktunya. Karena kalau terlambat tanam air yang yang telah

disediakan akan terbuang, berarti pemborosan atau efisiensi pemanfaatan air

menjadi rendah.

C. Pestisida

Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus

yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini

adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman

Page 20: Proposal Penelitian Melon Kirim

yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda

(bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan

hewan lain yang dianggap merugikan. Bagi kehidupan rumah tangga, yang dimaksud

hama adalah meliputi semua hewan yang mengganggu kesejahteraan hidupnya,

seperti lalat, nyamuk, kecoak, ngengat, kumbang, siput, kutu, tungau, ulat, rayap,

ganggang serta kehidupan lainnya yang terbukti mengganggu kesejahteraannya.

Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan

atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman.

Sesuai konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan

bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk

mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang

ekonomi atau ambang kendali. 

Di Indonesia untuk keperluan perlindungan tanaman, khususnya untuk

pertanian dan kehutanan pada tahun 2008 hingga kwartal I tercatat 1702 formulasi

yang telah terdaftar dan diizinkan penggunaannya. Sedangkan bahan aktif yang

terdaftar telah mencapai 353 jenis. Dalam  pengendalian hama tanaman secara

terpadu, pestisida adalah sebagai alternatif terakhir.  Dan belajar dari pengalaman,

Pemerintah saat ini tidak lagi memberi subsidi terhadap pestisida . Namun

kenyataannya di lapangan petani masih banyak menggunakannya.  Menyikapi hal

ini, yang terpenting adalah baik pemerintah maupun swasta terus menerus memberi

penyuluhan tentang bagaimana penggunaan pestisida secara aman dan benar.  Aman

terhadap diri dan lingkungannya, benar dalam arti 5 tepat (tepat jenis pestisida, tepat

cara aplikasi, tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat takaran).

Page 21: Proposal Penelitian Melon Kirim

1. Peranan Pestisida

Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu

dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan

terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang

kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia

dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidang perumahan

terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain.

Pada umumnya pestisida yang digunakan untuk pengendalian jasad

pengganggu tersebut adalah racun yang berbahaya, tentu saja dapat mengancam

kesehatan manusia. Untuk itu penggunaan pestisida yang tidak bijaksana jelas akan

menimbulkan efek samping bagi kesehatan manusia, sumber daya hayati dan

lingkungan pada umumnya. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana

untuk membunuh hama-hama tanaman. Dalam konsep Pengendalian Terpadu Hama,

pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian. Prinsip

penggunaannya adalah:

harus kompatibel dengan komponen pengendalian lain, seperti komponen

hayati

efisien untuk mengendalikan hama tertentu

meninggalkan residu dalam waktu yang tidak diperlukan

Page 22: Proposal Penelitian Melon Kirim

tidak boleh persistent, jadi harus mudah terurai

dalam perdagangan (transport, penyimpanan, pengepakan, labeling) harus

memenuhi persyaratan keamanan yang maksimum

harus tersedia antidote untuk pestisida tersebut

sejauh mungkin harus aman bagi lingkungan fisik dan biota

relatif aman bagi pemakai (LD50 dermal dan oral relatif tinggi)

harga terjangkau bagi petani.

Untuk menggunakan pestisida harus diingat beberapa hal yang harus

diperhatikan:

Pestisida digunakan apabila diperlukan

Sebaiknya makan dan minum secukupnya sebelum bekerja dengan pestisida

Harus mengikuti petunjuk yang tercantum dalam label

Anak-anak tidak diperkenankan menggunakan pestisida, demikian pula

wanita hamil dan orang yang tidak baik kesehatannya

Apabila terjadi luka, tutuplah luka tersebut, karena pestisida dapat terserap

melalui luka

Page 23: Proposal Penelitian Melon Kirim

Gunakan perlengkapan khusus, pakaian lengan panjang dan kaki, sarung

tangan, sepatu kebun, kacamata, penutup hidung dan rambut dan atribut lain

yang diperlukan

Hati-hati bekerja dengan pestisida, lebih-lebih pestisida yang konsentrasinya

pekat. Tidak boleh sambil makan dan minum

Jangan mencium pestisida, karena pestisida sangat berbahaya apabila tercium

Sebaiknya pada waktu pengenceran atau pencampuran pestisida dilakukan di

tempat terbuka. Gunakan selalu alat-alat yang bersih dan alat khusus

Dalam mencampur pestisida sesuaikan dengan takaran yang dianjurkan.

Jangan berlebih atau kurang

Tidak diperkenankan mencampur pestisida lebih dari satu macam, kecuali

dianjurkan

Jangan menyemprot atau menabur pestisida pada waktu akan turun hujan,

cuaca panas, angin kencang dan arah semprotan atau sebaran berlawanan arah

angin. Bila tidak enak badan berhentilah bekerja dan istirahat secukupnya

Wadah bekas pestisida harus dirusak atau dibenamkan, dibakar supaya tidak

digunakan oleh orang lain untuk tempat makanan maupun minuman

Pasanglah tanda peringatan di tempat yang baru diperlakukan dengan

pestisida

Page 24: Proposal Penelitian Melon Kirim

Setelah bekerja dengan pestisida, semua peralatan harus dibersihkan,

demikian pula pakaian-pakaian, dan mandilah dengan sabun sebersih

mungkin.

Idealnya teknologi pertanian maju tidak memakai pestisida. Tetapi sampai saat

ini belum ada teknologi yang demikian. Pestisida masih diperlukan, bahkan

penggunaannya semakin meningkat.

2. Bahaya Penggunaan

Pestisida tidak saja beracun terhadap organisme sasaran tetapi juga terhadap

organisme lainnya seperti manusia dan hewan peliharaan. Pestisida dapat masuk atau

meracuni tubuh melalui beberapa cara yaitu tertelan (mulut), terhirup (hidung/saluran

pernafasan), terkena kulit atau mata. Gejala keracunan yang langsung terlihat akibat

terkena pestisida/racun merupakan keracunan akut sedangkan bila gejala baru terlihat

setelah berulangkali atau dalam jangka panjang terkena racun merupakan keracunan

kronik.

Kita semua terpapar dengan pestisida pada dasarnya yang berketerusan.

Makanan yang kita makan, terutama buah dan sayuran segar, mengandung residu

pestisida. Keracunan pestisida tidak hanya dapat terjadi karena paparan (exposure)

langsung oleh pestisida (menghirup, terkena percikan atau menyentuh sisa pestisida),

yang umumnya sudah diketahui oleh banyak orang. Tetapi keracunan bisa terjadi

pula, lantaran manusia mengkonsumsi bahan-bahan makanan yang mengandung

residu pestisida dalam jumlah yang cukup tinggi, melibihi suatu batas maksimal yang

Page 25: Proposal Penelitian Melon Kirim

telah ditetapkan (MRL-maximum Residu Limit), atau batasan ADI (Acceptable Daily

Intake) sebagai batasan-batasan baku yang telah ditetapkan oleh badan-badan dunia

(WHO, FAO).

3. Biaya penggunaan Pestisida

Biaya yang dibutuhkan cukup tinggi karena ketergantungan menggunakan

pestisida akan semakin meningkat sehingga biaya penambahan untuk pembelian

pestida pun mengingkat. Tellah di katakan di atas tadi bahwa tanaman akan menjadi

kebal terhadap pestisida oleh karena itu dosis dari pestisida akan bertamabah maka

secara tidak langsung biaya penggunaan pestisida pun bertambah.

D. Pertanian Organik

Pertanian organik yang semakin berkembang belakangan ini menunjukkan

adanya kesadaran petani dan berbagai pihak yang bergelut dalam sektor pertanian

akan pentingnya kesehatan dan keberlanjutan lingkungan. Revolusi hijau dengan

input bahan kimia memberi bukti bahwa lingkungan pertanian menjadi hancur dan

tidak lestari. Pertanian organik kemudian dipercaya menjadi salah satu solusi

alternatifnya. Pengembangan pertanian organik secara teknis harus disesuaikan

dengan prinsip dasar lokalitas. Artinya pengembangan pertanian organik harus

disesuaikan dengan daya adaptasi tumbuh tanaman/binatang terhadap kondisi lahan,

Page 26: Proposal Penelitian Melon Kirim

pengetahuan lokal teknis perawatannya, sumber daya pendukung, manfaat sosial

tanaman/ binatang bagi komunitas.

Pertanian organik memandang alam secara menyeluruh, komponennya saling

bergantung dan menghidupi, dan manusia adalah bagian di dalamnya. Prinsip

ekologi dalam pertanian organik didasarkan pada hubungan antara organisme dengan

alam sekitarnya dan antarorganisme itu sendiri secara seimbang. Pola hubungan

antara organisme dan alamnya dipandang sebagai satu – kesatuan yang tidak

terpisahkan, sekaligus sebagai pedoman atau hukum dasar dalam pengelolaan alam,

termasuk pertanian. Dalam pelaksanaannya, sistem pertanian organik sangat

memperhatikan kondisi lingkungan dengan mengembangkan metode budi daya dan

pengolahan berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Sistem pertanian organik

diterapkan berdasarkan atas interaksi tanah, tanaman, hewan, manusia,

mikroorganisme, ekosistem, dan lingkungan dengan memperhatikan keseimbangan

dan keanekaragaman hayati. Sistem ini secara langsung diarahkan pada usaha

meningkatkan proses daur ulang alami daripada usaha merusak ekosistem pertanian

(agroekosistem).

Pertanian organik bukan hanya baik bagi kesehatan, tetapi juga bagi

lingkungan bumi. Beberapa ahli pertanian Amerika Serikat yakin pertanian organik

merupakan cara baru mengurangi gas-gas rumah kaca yang menyumbang pemanasan

global.

Page 27: Proposal Penelitian Melon Kirim

III. PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat

Penelitian di lakukan di lahan jurusan teknologi pertanian dimulai pada bulan

September 2010 sampai dengan selesai.

B. Bahan Dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih melon, kendi, pupuk organic, MOL,

tanah. Dll

Alat yang digunakan adalah polibag,

Page 28: Proposal Penelitian Melon Kirim

C. Metode Penelitian

Rancang acak kelompok yang disusun secara factorial dengan dua factor dan tiga

pengulangan. Setiap bedengan terdiriri dari enam kendi dan variasi tanaman 4, 3, dan

2 bibit.

D. Parameter Yang Di Amati

a. Jumlah air irigasi

b. Tinggi tanaman

c. Jumlah daun

d. Berat buah

e. Kualitas buah

DAFTAR PUSTAKA

Gilley. J. R dan Jansen, M. 1983. Irrigation Management Contribution to Agriculture Productivity dalam Water Recsource Reseach Problm and Potensial For Agriculture and Boul Community (Napier, T. L., scott, D., Ewster, K. W  and Supala, Reads). Soil Conservation Society of Amerika. New York.

Kurnia, U. Dan A. Hidayat. 2001. Potensi, peluang dan pemanfaatan lahan kering untuk peningkatan produksi pangan. Makalah disampaikan dalam Pertemuan Konsultatif Sumberdaya Lahan dan Air. Direktorat Perluasan Areal, Ditjen Bina Produksi Tanaman Pangan, Jakarta 11 Juni 2001.

Pawitan, H. 1999. Mengantisipasi krisis air nasional memasuki abad 21. Makalah utama pada seminar ”Kebutuhan Air Bersih dan Hak Azasi Manusia” Masyarakat Hidrologi Indonesia, di Bogor 25 Februari 1999. 15 hlm.

Prahasta, Arief, M.P. Agribisnis Melon. 2010. CV. Pustaka Grafika. Bandung

Page 29: Proposal Penelitian Melon Kirim

Morris, R.A.,  A. A. Villegas, AQ,  Poltonee, dan H. S. Centeno. 1990. Water Use by Monocropped and Intercropped Cocopea and Sorghum Grown After Rice. Agrun.

Rahardjo, C,S, Yasin l., Mahrup, Sukartono dan Sutriono, R.1992.  Efisiensi Penggunaan Air pada Tumpang Sari Jagung Kedelai di Tanah Entisol Lombok. Laporan Hasil Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Mataram.

Scholes, R. J, R. Dalal,S. , Singer. 1994. Soil Physic and Fertility. The Effect of Water, Temperature and Texture. The Biological Management of Tropical Soil Fertility.

Sobir dan Siregar. D. Firmansyah. 2010. Budidaya Melon Unggul. Penebar swadaya. Jakarta