Top Banner
HUBUNGAN RUMAH SEHAT DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI KELURAHAN RAWA MAKMUR KECAMATAN PALARAN SAMARINDA DISUSUN OLEH: 1. Agriyana Sewaya (02.34872.00065.09) 2. Mila Kurniasari (04.45387.00177.09) 3. Hernita Samsir (04.45416.00206.09) PEMBIMBING: dr. Hj. Syarifah Rahimah, M.Kes dr. Sri Asih dr. MeIliati Aminyoto, M. Kes
57

Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

Jul 04, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

HUBUNGAN RUMAH SEHAT DENGAN KEJADIAN

TUBERKULOSIS PARU DI KELURAHAN RAWA

MAKMUR KECAMATAN PALARAN SAMARINDA

DISUSUN OLEH:

1. Agriyana Sewaya (02.34872.00065.09)

2. Mila Kurniasari (04.45387.00177.09)

3. Hernita Samsir (04.45416.00206.09)

PEMBIMBING:

dr. Hj. Syarifah Rahimah, M.Kes

dr. Sri Asih

dr. MeIliati Aminyoto, M. Kes

Laboratorium/SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman

Puskesmas Palaran Samarinda

2011

Page 2: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

BAB I

PENDAHULUAN

  

1.1 Latar Belakang Masalah

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosa, mycobacterium bovis serta Mycobacyerium avium, tetapi lebih sering

disebakan oleh Mycobacterium tuberculosa. Pada tahun 1993,WHO telah

mencanangkan kedaruratan global penyakit tuberkulosis di dunia, karena pada

sebagian besar negara di dunia, penyakit tuberkulosis menjadi tidak terkendali.1

Sejak tahun 1995, program nasional penanggulangan TB mulai

melaksanakan strategi DOTS dan menerapkannya pada Puskesmas secara

bertahap. Sampai tahun 2000, hampir seluruh Puskesmas telah komitmen dan

melaksanakan strategi DOTS yang di integrasikan dalam pelayanan kesehatan

dasar. Di Indonesia, TB masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat.

Indonesia, sampai saat ini, merupakan negara dengan pasien TB terbanyak ke-3 di

dunia setelah India dan Cina. Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia sekitar

10% dari total jumlah pasien TB didunia. Tahun 1995, hasil Survei Kesehatan

Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab

kematian nomor tiga (3) setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran

pernafasan pada semua kelompok usia, dan nomor satu (1) dari golongan penyakit

infeksi. Sampai tahun 2005, program Penanggulangan TB dengan Strategi DOTS

menjangkau 98% Puskesmas, sementara rumah sakit dan BP4 / RSP baru sekitar

30%.2

Page 3: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

Menurut Beaglehole (1997), faktor resiko yang dapat menimbulkan penyakit

tuberkulosis adalah faktor genetik, malnutrisi, vaksinasi, kemiskinan dan

kepadatan penduduk. Tuberkulosis terutama banyak terjadi di populasi yang

mengalami stress,nutrisi jelek, penuh sesak, ventilasi rumah yang tidak bersih,

perawatan kesehatan yang tidak cukup dan perpindahan tempat. Genetik berperan

kecil, tetapi faktor-faktor lingkungan berperan besar pada insidensi kejadian

tuberkulosis. Lingkungan merupakan hal yang tidak terpisahkan dari aktivitas

kehidupan manusia. Lingkungan, baik secara fisik maupun biologis, sangat

berperan dalam proses terjadinya gangguan kesehatan masyarakat, termasuk

gangguan kesehatan berupa penyakit tuberkulosis.3,4

Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang memberikan

pengaruh besar terhadap status kesehatan penghuninya. Lingkungan rumah

merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyebaran kuman tuberculosis.

Kuman tuberkulosis dapat hidup selama 1 – 2 jam bahkan sampai beberapa hari

hingga berminggu-minggu tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet,

ventilasi yang baik, kelembaban, suhu rumah dan kepadatan penghuni rumah.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada RSU Sumedang tahun 2004, terhadap

15 rumah penderita tuberkulosis, didapatkan data bahwa kondisi rumah-rumah

tersebut pada umumnya kurang memenuhi persyaratan kesehatan, yang ditandai

dengan ventilasi rumah yang kurang, dan pencahayaan alami yang kurang karena

jendela kurang luas dan sebagian besar jendela ditutupi oleh triplek sehingga

cahaya matahari tidak dapat masuk. Selain itu karena sinar matahari tidak dapat

masuk mengakibatkan keadaan di dalam rumah cenderung lembab. Selain itu

Page 4: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

didapatkan data bahwa ukuran rumah tidak sesuai denganjumlah penghuni, karena

sebagian besar penderita tuberkulosis tinggal dengan keluarga besar (extended

family), sehingga jumlah penghuni rumah sangat banyak dan menyebabkan

perjubelan (overcrowded).4,5

Berdasarakan uraian diatas, penulis berpendapat bahwa perlu dilakukan

penelitian tentang factor rumah sehat yang berhubungan dengan kejadian

tuberkulosis di kelurahan Rawa Makmur Kecamatan Palaran selain. Oleh karena

itu peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang ”bagaimanakah hubungan

antara hubungan rumah sehat dengan kejadian tuberkulosis di kelurahan Rawa

Makmur Kecamatan Palaran.

1.2 Perumusan Masalah

  Apakah ada hubungan antara rumah sehat dengan angka kejadian

tuberculosis di Kelurahan Rawa Makmur Kecamatan Palaran

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Umum :

Mengetahui hubungan rumah sehat dengan kejadian tuberculosis di kelurahan

Rawa Makmur kecamatan Palaran

Tujuan Khusus :

1. Mengetahui komponen rumah sehat

2. Mengetahui sarana sanitasi yang terdapat dalam rumah sehat

3. Mengetahui perilaku penghuni rumah sehat

Page 5: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

3.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai syarat untuk memenuhi tugas dalam melaksanakan Pendidikan

Profesi Dokter Muda di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat.

2. Sebagai bahan masukan bagi petugas sanitasi di Puskesmas Palaran dalam

rangka meningkatkan kegiatan penyuluhan tentang rumah sehat.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.

Page 6: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sehat

2.1.1 Definisi Rumah Sehat

Rumah Sehat adalah bangunan rumah tempat tinggal yang memenuhi

syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih,

tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang

baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat

dari tanah.6,7

2.1.2 Syarat Rumah Sehat

Menurut American Public Health Association (APHA) rumah dikatakan

sehat apabila8,9 :

1. Memenuhi kebutuhan fisik dasar, seperti temperature lebih rendah dari udara

luar, penerangan yang memadai, ventilasi yang nyaman dan kebisingan 45-55

Dba.

2. Memenuhi kebutuhan kejiwaan

3. Melindungi penghuninya dari penularan penyakit menular, yaitu memiliki

penyediaan air bersih, sarana pembuangan sampah dan saluran pembuangan

air limbah yang saniter dan memenuhi sarana kesehatan

4. Melindungi penghuninya dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dan bahaya

kebakaran, seperti fondasi rumah yang kokoh, tangga yang tidak curam,

Page 7: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

bahaya kebakaran karena arus pendek listrik, keracunan, bahkan ancaman

kecelakaan lalu lintas

Menurut WHO (2001) mengemukakan beberapa prinsip standar rumah

sehat. Prinsip dibedakan atas dua bagian, yaitu7:

1. Berkaitan dengan kebutuhan kesehatan, terdiri atas :

a. Perlindungan terhadap penyakit menular, melalui pengadaan air minum,

sistem sanitasi, pembuangan sampah, saluran air, kebersihan personal dan

domestik, penyiapan makanan yang aman dengan struktur rumah yang aman

dengan memberi perlindungan

b. Perlindungan terhadap trauma/benturan, keracunan dan penyakit kronis

dengan memberikan perhatian pada struktur rumah, polusi udara rumah,

polusi udara dalam rumah, keamanan dari bahaya kimia dan perhatian pada

penggunaan rumah sebagai tempat bekerja

c. Stress psikologis dan sosial melalui ruang yang adekuat, mengurangi privasi,

nyaman, member rasa aman pada individu, keluarga dan akses pada rekreasi

dan sarana komunitas pada perlindungan terhadap bunyi

2. Berkaitan dengan kegiatan melindungi dan meningkatkan kesehatan, terdiri

atas :

a. Informasi dan nasehat tentang rumah sehat dilakukan oleh petugas kesehatan

umumnya dan kelompok masyarakat melalui berbagai saluran media dan

kampanye

Page 8: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

b. Kebijakan sosial ekonomi yang berkaitan dengan perumahan harus

mendukung penggunaan tanah dan sumber daya perumahan untuk

memaksimalkan aspek fisik, mental dan sosial

c. Pembangunan sosial ekonomi yang berkaitan dengan perumahan harus

mendukung penggunaan tanah dan sumber daya perumahan dan hunian harus

didasarkan pada proses perencanaan, formulasi dan pelaksanaan kebijakan

politik dan pemberian pelayanan dengan kerjasama intersektoral dalam

manajemen dan perencanaan pembangunan, perencanaan perkotaan dan

penggunaan tanah, standar rumah, desain dan konstruksi rumah, pengadaan

pelayanan bagi masyarakat dan monitoring serta analisis situasi secara terus

menerus

d. Pendidikan pada masyarakat profesional, petugas kesehatan, perencanaan dan

penentuan kebijakan akan pengadaan dan penggunaan rumah sebagai sarana

peningkatan kesehatan

e. Keikutserataan masyarakat dalam berbagai tingkat melalui kegiatan mandiri

diantara keluarga dan perkampungan

Menurut Depkes RI (2002), suatu rumah dikatakan sehat apabila10:

1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan

ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu

2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang cukup, komunikasi

yang sehat antar anggota dan penghuni rumah

3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah

dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga,

Page 9: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi,

terlindunginya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping

pencahayaan dan penghawaan yang cukup

4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul

karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan sempadan

jalan, komponen yang tidak roboh, tidak mudah terbakar dan tidak cenderung

membuat penghuninya jatuh tergelincir.

Komponen yang harus dimiliki rumah sehat menurut Depkes RI adalah10:

1. Fondasi yang kuat untuk meneruskan beban bangunan ke tanah dasar,

member kestabilan bangunan, dan merupakan konstruksi penghubung antara

bangunan dengan tanah

2. Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari pekarangan

dan 25 cm dari badan jalan, bahan kedap air, untuk rumah panggung dapat

terbuat dari papan atau anyaman bambu

3. Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan masuknya

sinar matahari dengan luas minimum 10% luas lantai

4. Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau menyangga

atap, menahan angin dan air hujan, melindungi dari panas dan debu dari luar,

serta menjaga kerahasiaan (privacy) penghuninya

5. Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terik matahari, minimum

2,4 m dari lantai, bias dari bahan papan, anyaman bambu, tripleks atau

gipsum

Page 10: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

6. Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari serta

melindungi masuknya debu, angin dan air hujan

Adapun aspek konstruksi atau komponen rumah yang memenuhi syarat

rumah sehat adalah11:

1. Langit-langit

Adapun persayaratan untuk langit-langit yang baik adalah dapat menahan

ebu dan kotoran lain yang jatuh dari atap, harus menutup rata kerangka atap

kuda-kuda penyangga dengan konstruksi bebas tikus, tinggi langit-langit

sekurang-kurangya 2,40 dari permukaan lantai kecuali dalam hal langit-langit

miring sekurang-kurangnya mempunyai tinggi rumah 2,40 m dan tinggi ruang

selebihnya pada titik terendah titik kurang dari 1,75 m, ruang cuci dan kamar

mandi diperbolehkan sekurang-kurangnya sampai 2,40 m.

2. Dinding

Adapun syarat untuk dinding antara lain dinding harus tegak lurus agar

dapat memikul berat sendiri, beban tekanan angin dan bila sebagai dinding

pemikul harus pula dapat memikul beban diatasnya, dinding harus terpisah

dari pondasi oleh suatu lapisan air rapat air sekurang-kurangnya 15 cm

dibawah permukaan tanah sampai 20 cm di atas lantai bangunan agar tanah

tidak dapat meresap naik keatas sehingga dinding tembok terhindar dari basah

dan lembab dan tampak bersih tidak berlumut, lubang jendela dan pintu pada

dinding bila lebarnya kurang dari 1 m dapat diberi susunan batu tersusun

tegak di atas lubang harus dipasang balok lantai dari beton bertulang atau

kayu awet.

Page 11: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

Untuk memperkuat berdirinya tembok ½ bata digunakan rangka pengkaku

yang terdiri dari plester-plester atau balok beton bertulang setiap luas 12

meter.

3. Lantai

Lantai harus cukup kuat untuk menahan beban diatasnya. Bahan untuk

lantai biasanya digunakan ubin, kayu plesteran atau bamboo dengan syarat-

syarat tidak licin, stabil, tidak lentur waktu dipijak, tidak mudah aus,

permukaan lantai harus rata dan mudah dibersihkan. Hal-hal yang harus

diperhatikan dalam pemasangan lantai adalah sekurang-kurangnya 60 cm di

atas tanah dan ruang bawah tanah harus ada aliran tanah yang baik, lantai

harus disusun dengan rapi dan rapat satu sama lain sehingga tidak ada lubang-

lubang ataupun lekukan, untuk kayu-kayu yang tertanam dalam air harus

yang tahan air dan rayap serta untuk konstruksi di atasnya agar digunakan

lantai kayu yang telah dikeringkan dan diawetkan, lantai ubin yang terbanyak

digunakan pada bangunan perumahan karena murah dan tahan lama serta

mudah dibersihkan dan tidak dirusak rayap.

4. Pembagian ruangan/tata ruang

Setiap rumah harus mempunyai bagian ruangan yang sesuai dengan

fungsinya. Penataan ruang dalam rumah harus disesuaikan dengan

persyaratan kesehatan rumah. Rancangan runag termasuk peletakan dan

Page 12: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

pemilihan bahan bangunan untuk jendela, pintu dan ventilasi di tiap ruang

ikut menentukan adanya kualitas udara yang baik dalam rumah.

Dalam persyaratan rumah sehat, rumah yang sehat harus mempunyai

cukup banyak ruangan-ruangan sperti ruang duduk/ruang makan, kamar tidur,

kamar mandi, jamban, dapur, tempat cuci pakaian, tempat berekreasi dan

tempat beristirahat dengan tujuan agar setiap penghuninya merasa nikmat dan

merasa betah tinggal di rumah tersebut. Adapun syarat-syarat pembagian

ruangan yang baik adalah :

a. Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur kepala keluarga

(suami istri) dengan kamar tidur anak-anak, baik laki-laki maupun

perempuan, terutama anak-anak yang sudah dewasa

b. Memilih tata ruangan yang baik, agar memudahkan komunikasi dan

perhubungan antara ruangan di dalam rumah dan juga menjamin kebebasan

dan kerahasiaan pribadi masing-masing terpenuhi

c. Tersedianya jumlah kamar/ruangan kediaman yang cukup dengan luas lantai

sekurang-kurangnya 6 m2 agar dapat memenuhi kebutuhan penghuninya

untuk melakukan kegiatan kehidupan

d. Bila ruang duduk digabung dengan ruang tidur, maka luas lantai tidak boleh

kurang dari 11 m2 untuk 1 orang, 14 m2 bila digunakan 2 orang, dalam hal ini

harus dipisah

e. Dapur luas minimal 14 m2dan lebar minimal 1,5 m2, apabila penghuni lebih

dari 2 orang, luas dapur tidak boleh kurang dari 3 m2, di dapur harus tersedia

alat-alat pengolahan makanan, alat-alat masak tempat cuci peralatan dan air

Page 13: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

bersih, tersedia tempat penyimpaan bahan makanan atau makanan yang sudah

siap disajikan yang dapat mencegah pengotoran makanan oleh lalat, debu dan

lain-lain serta mencegah sinar matahari langsung

f. Kamar mandi dan jamban keluarga : setiap kamar mandi dan jamban paling

sedikit salah satu dari dindingnya yang berlubang ventilasi berhubungan

dengan udara luar. Bila tidak harus dilengkapi dengan ventilasi mekanis

untuk mengeluarkan udara dari kamar mandi dan jamban tersebut sehingga

tidak mengotori ruangan lain, pada setiap kamar mandi harus bersih untuk

mandi yang cukup jumlahnya, jamban harus berleher angsa dan 1 jamban

tidak boleh dari 7 orang bila jamban tersebut terpisah dari kamar mandi.

5. Ventilasi

Ventilasi ialah proses penyediaan udara segar ke dalam suatu ruangan dan

pengeluaran udara kotoran suatu ruangan tertutup baik alamiah maupun

secara buatan. Vantilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh

buruk yang dapat merugikan kesehatan manusia pada suatu kediaman yang

tertutup atau kurang ventilasi. Pengaruh-pengatuh buruk itu adalah

berkuarangnya kadar oksigen di udara dalam ruangan kediaman,

bertambahnya kadar asam karbon dioksida dari pernafasan manusia, bau

pengap yang dikeluarkan oleh kulit, pakaian dan mulut manusia, suhu udara

dalam ruang ketajaman naik karena panas yang dikeluarkan oleh badan

manusia, kelembaban udara dalam ruang kediaman bertambah karena

penguapan air dan kulit pernafasan manusia.

Page 14: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

Dengan adanya ventilasi silang akan terjamin adanya gerak udara yang

lancar dalam ruang kediaman. Caranya ialah dengan memasukkan ke dalam

ruangan udara bersih dan segar melalui jendela atau lubang angin di dinding,

sedangkan udara kotor dikeluarkan melalui jendela/lubang angin di dinding

yang berhadapan.

Agar dalam ruang kediaman sekurang-kurangnya terdapat satu atau lebih

banyak jendela/lubang yang langsung berhubungan dengan udara dan bebas

dari rintangan-rintangan, jumlah luas bersih jendela/lubang itu harus

sekurang-kurangnya sama 1/10 dari luas lantai ruaagn dan setengah dari

jumlah luas jendela/lubang itu harus dapat dibuka. Jendela/lubang angin itu

harus meluas ke arah atas sampai setinggi minimal 1,95 di atas permukaan

lantai. Diberi lubang hawa atau saluran angin di dekat permukaan langit-

langit yang luas bersihnya sekurang-kurangnya 5% dari luas lantai yang

bersangkutan. Pemberian lubang hawa/saluran angin dekat dengan langit-

langit berguna sekali untuk mengeluarkan udara panas di bagian atas dalam

ruangan tersebut.

Ketentuan luas jendela/lubang angin tersebut hanya sebagai pedoman yang

umum dan untuk daerah tertentu, harus disesuaikan dengan keadaan iklim

daerah tersebut. Untuk daerah pegunungan yang berhawa dingin dan banyak

angin, maka luas jendela/lubang angin dapat dikurangi 1/20 dari luas ruangan.

Sedangkan untuk daerah pantai laut dan daerah rendah yang berhawa panas

dan basah maka jumlah luas bersih jendela, lubang angin harus diperbesar

dan dapat mencapai 1/5 dari luas lantai ruangan.

Page 15: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

Jika ventilasi alamiah untuk pertukaran udara dalam ruangan kurang

memenuhi syarat, sehingga udara dalam ruangan akan berbau pengap, maka

diperlukan suatu sistem pembaharuan udara mekanis. Untuk memperbaiki

keadaan udara daalam ruangan, system mekanis ini harus bekerja terus-

menerus selama ruangan yang dimaksud digunakan. Alat mekanis yang biasa

digunakan untuk system pembaharuan udara mekanis adalah kipas angin

(ventilating, fan atau exhauster) atau air conditioning.

Gambar 2.1. Ilustrasi Sirkulasi Udara Bagi Rumah Sehat12

6. Pencahayaan

Page 16: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

Cahaya yang cukup kuat untuk penerangan di dalam rumah merupakan

kebutuhan manusia. Penerangan ini dapat diperoleh dengan pengaturan

cahaya buatan dan cahaya alam.

a. Pencahayaan alamiah

Pencahayaan alamiah diperoleh dengan masiknya sinar matahari ke dalam

ruangan melalui jendela, celah-celah atau bagian ruangan yang terbuka. Sinar

sebaiknya tidak terhalang oleh bangunan, pohon-pohon maupun tembok

pagar yang tinggi. Kebutuhan standar cahaya alami yang memenuhi syarat

kesehatan untuk kamar keluarga dan kamar tidur menurut WHO 60-120 Lux.

Suatu cara menilai baik tidaknya peneranganalamm yang terdapat dalam

sebuah rumah adalah sebagai berikut baik, bila jelas membaca koran dengan

huruf kecil, cukup; bila samar-samar bila membaca huruf kecil, kurang; bila

hanya huruf besar yang terbaca, buruk; bila sukar membaca huruf besar.

Pemenuhan kebutuhan cahaya untuk penerangan alamiah sangat

ditentukan oleh letak dan lebar jendela. Untuk memperoleh jumlah cahaya

matahari pada pagi hari secara optimal sebaiknya jendela kamar tidur

menghadap ke timur. Luas jendela yang baik paling sedikit mempunyai luas

10-20% dari luas lantai.

Apabila luas jendela melebihi 20% dapat menimbulkan kesilauan dan

panas, sedangkan sebaliknya kalau terlalu kecil dapat menimbulkan suasana

gelap dan pengap.

Page 17: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

Gambar2.2. Ilustrasi Pencahayaan Bagi Rumah Sehat12

b. Pencahayaan buatan

Untuk penerangan pada rumah tinggal dapat diatur dengan memilih sistem

penerangan dengan suatu pertimbangan hendaknya penerangan tersebut dapat

menumbuhkan suasana rumah yang lebih menyenangkan. Lampu fluoresen

(neon) sebagai sumber cahaya dapat memenuhi kebutuhan penerangan karena

pada kuat penerangan yang relative rendah maumpu menghasilkan cahaya

yang baik bila dibandingkan dengan penggunaan lampu pijar. Bila ingin

menggunakan lampu pijar sebaiknya dipilih yang warna putih

dikombinasikan beberapa lampu neon. Untuk penerangan malam hari dalam

ruangan terutama untuk ruang baca dan ruang kerja, penerangan minimum

adalah 150 Lux sama dengan 10 watt lampu TL atau 40 watt dengan lampu

pijar.

2.1.3 Sarana Lingkungan Rumah Sehat

Page 18: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

Dilihat dari aspek sarana sanitasi, maka beberapa sarana lingkungan yang

berkaitan dengan perumahan sehat adalah sebagai berikut8 :

1. Sarana Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang

kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak

(Per Men Kes No.416/MENKES/Per /IX/1990). Air minum adalah air yang

syaratnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum yang berasal

dari penyediaan air minum.12

2. Jamban (sarana pembuangan kotoran)

Pembuangan kotoran yaitu suatu pembuangan yang digunakan oleh

keluarga atau sejumlah keluarga untuk buang air besar.

a. Cara pembuangan tinja, prinsipnya yaitu 1) Kotoran manusia tidak mencemari

permukaan tanah 2) Kotoran manusia tidak mencemari air permukaan maupun air

tanah 3) Kotoran manusia tidak dijamah lalat 4) Jamban tidak menimbulkan

sarang nyamuk 5) Jamban tidak menimbulkan bau yang mengganggu 6)

Konstruksi jamban tidak menimbulkan kecelakaan.

Ada 4 cara pembuangan tinja, yaitu 9:

1) Pembuangan tinja di atas tanah

2) Kakus lubang gali (pit privy)

3) Kakus air (aqua pravy)

4) Septic Tank

b. Hubungan tinja dengan kesehatan, dapat memberikan efek secara langsung dan

tak langsung. Secara langsung yaitu misalnya dapat mengurangi insiden dari

Page 19: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

penyakit tertentu yang dapat ditularkan karena kontaminasi dengan tinja.

Sedangkan hubungan tak langsung umumnya berkaitan dengan komponen-

komponen lain dalam sanitasi lingkungan.

c. Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Air limbah adalah air yang tidak bersih mengandung berbagai zat yang

bersifat membahayakan kehidupan manusia ataupun hewan, dan lazimnya karena

hasil perbuatan manusia.

Dalam kehidupan sehari-hari, sumber air limbah yang lazim dikenal

adalah : a) Berasal dari rumah tangga, misalnya air dari kamar mandi dan dapur.

b) Berasal dari perusahaan, misalnya dari hotel, restoran, kolam renang c) Berasal

dari industri seperti dari pabrik baja, pabrik tinta dan pabrik cat, dan lain

sebagainya.

3. Sampah

Sampah adalah semua produk sisa dalam bentuk padat, sebagai akibat

aktifitas manusia, yang dianggap tidak bermanfaat dan tidak dikehendaki oleh

pemiliknya dan dibuang sebagai barang yang tidak berguna.

Entjang berpendapat bahwa agar sampah tidak membahayakan kesehatan

manusia, maka perlu pengaturan pembuangannya, sepeti penyimpanan sampah

yaitu tempat penyimpanan sampah yaitu tempat penyimpanan sementara sebelum

sampah tersembuh dikumpulkan untuk diangkat serta dibuang (dimusnahkan).

Untuk tempat sampah tiap-tiap rumah isinya cukup 1 meter kubik.

Syarat tempat sampah adalah

Page 20: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

a. Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan. Kuat sehingga tidak mudah

bocor, kedap air

b. Tempat sampat harus mempunyai tutup, tetapi tutup ini dibuat sedemikian

rupa sehingga mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan, sangat

dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori

tangan

c. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkat oelh satu

orang dan ditutup

d. Harus ditutup rapat sehinggs tidak menarik serangga atau binatang-binatang

lainnya seperti tikus, ayam, kucing dan sebagainya.

2.2 Dampak Rumah Tidak Sehat

Rumah yang tidak sehat dan juga perilaku tidak sehat dapat menyebabkan

danmenularkan penyakit bagi penghuninya, seperti sakit batuk-batuk, pilek,

sakitmata, demam, sakit kulit, maupun kecelakaan.13

Kebiasaan tidur beramai-ramai dalam satu kamar tidur atau terlalu

padatpenghuni adalah kebiasaan tidak baik dalam rumah, karena dapat

menularkanpenyakit dengan cepat. Biasanya bila salah seorang menderita batuk

dan pilekmaka semua yang tidur bersama-sama dengan orang tersebut akan

tertular sakitbatuk dan pilek. Penyakit-penyakit lain yang dapat menular akibat

tidur ramai-ramaiyaitu sakit mata, kulit, batuk darah (TB).13

Merokok adalah kebiasaan yang sangat tidak sehat bagi perokok

tersebut,apalagi dilakukan di dalam rumah maka akibatnya dapat mengenai

Page 21: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

penghunirumah lainnya. Asap yang dikeluarkan dari rokok mengandung zat yang

sifatnyaracun bagi tubuh dan dapat mennyebabkan sakit kanker, jantung dan

gannguanjanin pada ibu hamil.13

Gambar 2.3 Diagram Penularan Penyakit Terkait Rumah Tidak Sehat13

Dapur merupakan tempat kegiatan untuk mengolah, menyiapkan

danmenyimpan makanan, kegiatan memasak sering dilakukan oleh ibu-ibu

sambilmenggendong anaknya yang masih kecil. Tanpa disadari bahwa

menggendonganak sambil memasak merupakan perilaku tidak sehat terutama

untuk sang anakkarena dapat terkena asap dapur yang berasal dari pembakaran

bahan bakar(minyak, kayu, arang, daun, batu bara). Dari kegiatan memasak

Page 22: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

sambilmenggendong anak dapat terkena sakit saluran pernafasan seperti batuk-

batuk.Menjamah makanan tanpa cuci tangan pakai sabun terlebih dahulu

adalahsangat berbahaya karena di tangan terdapat banyak kotoran setelah

tanganmelakukan banyak kegiatan.13

Kegiatan manusia sebagian besar menggunakan tangan, sehingga

tangandapat menjadi sumber penularan penyakit. Penyakit yang dapat

ditularkanmelalui tangan antara lain diare, kecacingan, keracunan, sakit kulit dan

lainlain.Secara ringkas keadaan rumah yang tidak sehat dapat menjadi

sumberpenularan penyakit seperti terlihat pada alur penularan penyakit dibawah

ini.13,14

2.3 Tuberkulosis

2.3.1 Definisi Tuberkulosa

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang

paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.15

2.3.2 Etilogi

Penyebab terjadinya penyakit tuberkulosis adalah basil tuberkulosis yang

termasuk dalam genus Mycobacterium, suatu anggota dari famili

Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetalis. Mycobacterium

tuberculosa menyebabkan sejumlah penyakit berat pada manusia dan penyebab

terjadinya infeksi tersering. Masih terdapat Mycobacterium patogen lainnya,

Page 23: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

misalnya Mycobacterium leprae, Mycobacterium paratuberkulosis dan

Mycobacterium yang dianggap sebagai Mycobacterium non tuberculosis atau

tidak dapat terklasifikasikan.16

2.3.3 Karakteristik Kuman Tuberkulosa

Di luar tubuh manusia, kuman Mycobacterium tuberculosa hidup baik

pada lingkungan yang lembab akan tetapi tidak tahan terhadap sinar matahari.

Mycobacterium tuberculosa mempunyai panjang 1-4 mikron dan lebar 0,2-0,8

mikron. Kuman ini melayang diudara dan disebut droplet nuclei. Kuman

tuberkulosis dapat bertahan hidup pada tempat yang sejuk, lembab, gelap tanpa

sinar matahari sampai bertahun-tahun lamanya. Tetapi kuman tuberkulosis akan

mati bila terkena sinar matahari, sabun, lisol, karbol dan panas api. Kuman

tuberkulosis jika terkena cahaya matahari akan mati dalam waktu 2 jam, selain itu

kuman tersebut akan mati oleh tinctura iodi selama 5 menit dan juga oleh ethanol

80 % dalam waktu 2 sampai 10 menit serta oleh fenol 5 % dalam waktu 24

jam.17,18,19,20

Bakteri Mycobacterium tuberculosa seperti halnya bakteri lain pada

umumnya, akan tumbuh dengan subur pada lingkungan dengan kelembaban yang

tinggi. Air membentuk lebih dari 80 % volume sel bakteri dan merupakan hal

essensial untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel bakteri. Kelembaban

udara yang meningkat merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen

termasuk tuberkulosis. Bakteri Mycobacterium tuberculosa memiliki rentang suhu

yang disukai. Mycobacterium tuberculosa merupakan bakteri mesofilik yang

Page 24: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

tumbuh subur dalam rentang 25 – 40 C, tetapi akan tumbuh secara optimal pada

suhu 31-37 C.15,20

Manusia merupakan reservoar untuk penularan kuman Mycobacterium

tuberculosa. Kuman tuberkulosis menular melalui droplet nuclei. Seorang

penderita tuberkulosis dapat menularkan pada 10-15 orang. Menurut penelitian

pusat ekologi kesehatan (1991), menunjukkan tingkat penularan tuberkulosis di

lingkungan keluarga penderita cukup tinggi, dimana seorang penderita rata-rata

dapat menularkan kepada 2-3 orang di dalam rumahnya. Di dalam rumah dengan

ventilasi baik, kuman ini dapat hilang terbawa angin dan akan lebih baik lagi jika

ventilasi ruangannya menggunakan pembersih udara yang bisa ”menangkap”

kuman TB.15,18

Menurut penelitian Atmosukarto dari Litbang Kesehatan (2000),

didapatkan data bahwa :

1) Rumah tangga yang penderitanya mempunyai kebiasaan tidur dengan balita

mempunyai resiko 2,8 kali terkena tuberkulosis dibanding dengan yang tidur

terpisah,

2) Tingkat penularan tuberkulosis di lingkugan keluarga penderita cukup tinggi,

dimana seorang penderita rata-rata dapat menularkan kepada 2-3 orang di

dalam rumahnya

3) Besar resiko terjadinya penularan untuk rumah tangga dengan penderita lebih

dari 1 orang adalah 4 kali dibanding rumah tangga dengan hanya 1 orang

penderita tuberkulosis.18

Page 25: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

2.3.4 Diagnosis Penyakit TB

Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal

yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah21:

* Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.

* Pemeriksaan fisik.

* Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).

* Pemeriksaan patologi anatomi (PA).

* Rontgen dada (thorax photo).

* Uji tuberkulin.

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu

atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur

darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan

menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,demam meriang

lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada

penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker

paru, dan lain-lain.21

Mengingat prevalensi TB paru di Indonesia saat ini masih tinggi, maka

setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai

seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak

secara mikroskopis langsung pada pasien remaja dan dewasa, serta skoring pada

pasien anak. Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai

keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak

untuk penegakan diagnosis pada semua suspek TB dilakukan dengan

Page 26: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan

yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)15:

• S(sewaktu):

Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada

saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak

pagi pada hari kedua.

• P(Pagi):

Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur.

Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.

• S(sewaktu):

Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.

Diagnosis TB Paru pada orang remaja dan dewasa ditegakkan dengan

ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA

melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.

Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan

sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak

dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.

Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga

sering terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu

menunjukkan aktifitas penyakit. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur

diagnostik untuk suspek TB paru pada gambar 3.15,18,21

Page 27: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

Gambar 2.4. Alur diagnosis TB paru21

2.3.6 Pengobatan TB

Pada awal tahun 1990-an WHO dan IUATLD telah mengembangkan

strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai strategi DOTS (Directly

observed Treatment Short-course) dan telah terbukti sebagai strategi

penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost-efective). Strategi ini

dikembangkan dari berbagi studi, clinical trials, best practices, dan hasil

implementasi program penanggulangan TB selama lebih dari dua dekade.

Penerapan strategi DOTS secara baik, disamping secara cepat merubah kasus

menular menjadi tidak menular, juga mencegah berkembangnya MDR-TB. Fokus

utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas diberikan

kepada pasien TB tipe menular. Strategi ini akan memutuskan penularan TB dan

dengan demkian menurunkan insidens TB di masyarakat. Menemukan dan

Page 28: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik dalam upaya pencegahan

penularan TB.15

Pada tahun 1995, WHO telah merekomendasikan strategi DOTS sebagai

strategi dalam penanggulangan TB. Bank Dunia menyatakan strategi DOTS

sebagai salah satu intervensi kesehatan yang paling efektif. Integrasi strategi

DOTS ke dalam pelayanan kesehatan dasar sangat dianjurkan demi efisiensi dan

efektifitasnya.15

Page 29: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

BAB III

LANDASAN TEORI

Gambar 3.1. Bagan Landasan Teori

_________ Variabel yang diteliti

_________ Variabel yang tidak diteliti

Faktor yang mempengaruhi:

• Status Ekonomi Masyarakat

• Keadaan lingkungan

Kondisi Rumah RUMAH SEHAT

•Komponen Rumah

•Sarana Sanitasi

•Perilaku Penghuni

TB Paru•Memenuhi kebutuhan fisiologis

•Memenuhi kebutuhan psikologis

•Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit

•Memenuhi persyaratan pencegahan kecelakaan

Page 30: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Analitik deskriptif dengan

pendekatan cross sectional , yaitu untuk melihat bagaimana hubungan antara

rumah sehat dengan kejadian tuberkulosis pada pasien yang terdiagnosa TB Paru

yang sedang menjalani pengobatan di Puskesmas Palaran dan berdomisili di

kelurahan Rawa Makmur Kecamatan Palaran Samarinda.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada tanggal 19 April - 29 April 2011.

Tempat penelitian yaitu di Kelurahan Rawa Makmur, Kecamatan Palaran,

Samarinda.

1.3. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang telah

terdiagnosa TB Paru yang sedang menjalani pengobatan di Puskesmas Palaran

dan berdomisili di Kelurahan Rawa Makmur, Kecamatan Palaran, Samarinda.

2. Sampel

Sampel adalah rumah pasien yang telah terdiagnosa TB paru yang

sedang menjalani pengobatan di Puskesmas Palaran dan berdomisili di

kelurahan Rawa Makmur, Kecamatan Palaran, Samarinda. Sampel diambil

dengan cara total sampling, dan didapatkan sampel sebanyak 19 orang.

4.2 Kriteria Inklusi dan Eklusi

1. Kriteria inklusi

a. Pasien yang terdiagnosa TB Paru

Page 31: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

b. Pasien sedang menjalani pengobatan TB di Puskesmas Palaran

c. Pasien berdomisili di Kelurahan Rawa Makmur, Kecamatan Palaran,

Samarinda

d. Pasien bersedia menjadi responden

2. Kriteria Eksklusi

a. Pasien menolak menjadi responden

b. Pasien yang tidak berada di tempat saat dilakukan pengambilan

sampel.

c. Pasien meninggal atau berpindah alamat

d. Pasien yang alamatnya tidak dapat ditemukan

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel yang diamati pada penelitian ini meliputi :

1. Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah kejadian tuberkulosis di

kelurahan Rawa Makmur kecamatan Palaran

2. Variabel Terikat

a. Komponen rumah

1) Fondasi yang kuat untuk meneruskan beban bangunan ke tanah

dasar, member kestabilan bangunan, dan merupakan konstruksi

penghubung antara bangunan dengan tanah

2) Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari

pekarangan dan 25 cm dari badan jalan, bahan kedap air, untuk

rumah panggung dapat terbuat dari papan atau anyaman bambu

Page 32: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

3) Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan

masuknya sinar matahari dengan luas minimum 10% luas lantai

4) Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau

menyangga atap, menahan angin dan air hujan, melindungi dari

panas dan debu dari luar, serta menjaga kerahasiaan (privacy)

penghuninya

5) Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terik

matahari, minimum 2,4 m dari lantai, bias dari bahan papan,

anyaman bambu, tripleks atau gypsum

6) Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar

matahari serta melindungi masuknya debu, angin dan air hujan

b. Sarana Sanitasi

1) Sarana Air Bersih adalah fasilitas untuk penggunaan dan

pengelolaan air bersih sebelum dikonsumsi atau dipergunakan

untuk hal lain yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan.

2) Jamban (sarana pembuangan kotoran) adalah suatu pembuangan

yang digunakan oleh keluarga atau sejumlah keluarga untuk

buang air besar yang memenuhi syarat kesehatan.

3) Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah sarana

pembuangan air yang tidak bersih mengandung berbagai zat

yang bersifat membahayakan kehidupan manusia ataupun

hewan, dan lazimnya berasal dari rumah tangga yang berada

Page 33: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

dalam keadaan tertutup dan tidak tergenang di halaman atau

tidak

4) Sarana pembuangan sampah adalah tempat penampungan

sampah sementara di rumah dalam keadaan tertutup, kedap air

dan memenuhi syarat kesehatan.

c. Perilaku penghuni adalah sikap, kebiasaan dan tidakan penghuni

terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan rumah sehat.

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner, yaitu

suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang

umumnya banyak menyangkut kepentingan dalam hal ini digunakan angket

berbentuk pilihan dengan jawaban yang telah disediakan.

Kuesioner terdiri dari 4 bagian yaitu: bagian 1 berisi biodata responden,

bagian 2 berisi item pertanyaan mengenai komponen rumah, bagian 3 berisi item

pertanyaan mengenai sarana sanitasi rumah, bagian 4 berisi item pertanyaan

tentang perilaku penghuni di rumah pasien yang telah terdiagnosa TB paru yang

sedang menjalani pengobatan di Puskesmas Palaran dan berdomisili di Kelurahan

Rawa Makmur, Kecamatan Palaran, Samarinda.

4.7 Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan dikelompokkan berdasarkan nilai yang

didapatkan. Setelah itu data ditabulasi dan dianalisa secara deskriptif.

Page 34: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

Lampiran 1Kuesioner Penilaian Rumah Sehat

Nama : Jenis kelamin : L/P

Umur : Pekerjaan :

Alamat: Pendidikan :

Status : Penghasilan/bulan :

Jml angg. keluarga :

No Komponen Rumah Yang Dinilai

Kriteria Nilai

I. Komponen Rumah 31 ( Bobot )1. Langit-langit a.Tidak ada 0

b.Ada, kotor, sulit dibersihkan dan rawan kecelakaan

1

c.Ada,bersih dan tidak rawan kecelakaan 22. Dinding a.Bukan tembok (terbuat dari anyaman

bambu/ilalang) 1

b.Semi permanen/ setengah tembok/ pasangan bata/batu yg tidak diplester/papan yg tidak kedap air

2

c.Permanen(tembok/pasangan batu bata yg diplester)papan kedap air

3

3. Lantai a.Tanah 0bb.Papan /anyaman bambu dekat dengan

tanah/plesteran yg retak dan berdebu 1

c.Diplester/ubin/kerami /papan (rumah panggung)

2

4. Jendela kamar tidur a. Tidak ada 0b. Ada 1

5. Jendela ruang keluarga a. Tidak Ada 0b. Ada 1

6. Ventilasi a.Tidak ada 0b.Ada,luas ventilasi permanen <10% dari luas lantai

1

c.Ada,luas ventilasi permanen >10% dari luas lantai

2

7. Lubang asap dapur a.Tidak ada 0b.Ada,lubang ventilasi dapur <10% dari luas lantai dapur

1

Page 35: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

c.Ada,lubang ventilasi >10 % dari luas lantai dapur (asap keluar dengan sempurna) / dengan exhaust fan ada peralatan lain yg sejenis.

2

8. Pencahayaan a.Tidak terang,tidak dapat dipergunakan untuk membaca.

0

b.Kurang terang,sehingga kurang jelas untuk membaca dengan normal

1

c.Terang dan tidak silau sehingga dapat dipergunakan untuk membaca dengan normal

2

II Sarana Sanitasi 25 (bobot)1. Sarana Air Bersih

(SGL/SPT/PP/KU/PA)a.Tidak ada 0b.Ada,bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan

1

c.Ada,milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan

2

d.Ada,bukan milik sendiri dan memenuhi syarat

3

e.Ada,milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan

4

2. Jamban (sarana pembuangan kotoran)

a.Tidak ada 0b.Ada,bukan leher angsa,tidak ada tutup,disalurkan ke sungai / kolam

1

c.Ada,bukan leher angsa ada ditutup (leher angsa),disalurkan ke sungai / kolam

2

d.Ada,bukan leher angsa ada tutup,septic tank

3

e.Ada,leher angsa,septic tank 43. Sarana Pembuangan Air

Limbah (SPAL)a.Tidak ada,sehingga tergenang tidak teratur di halaman rumah

0

b.Ada,diresapkan tetapi mencemari sumber air (jarak dengan sumber air <10 m)

1

c.Ada,dialirkan keselokan terbuka 2d.Ada,dialirkan ke selokan tertutup (saluran kota) untuk diolah lebih lanjut

3

4. Sarana pembuangan sarana (tempat sampah)

a.Tidak ada 0b.Ada,tetapi tidak kedap air dan tidak ada 1

Page 36: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

tutupc.Ada,kedap air dan tidak bertutup 2d.Ada,kedap air dan bertutup 3

III Perilaku Penghuni 44 (bobot)1. Membuka jendela

kamar tidura.Tidak pernah dibuka 0b.Kadang-kadang 1c.Setiap hari dibuka 2

2. Membuka jendela ruang keluarga

a.Tidak pernah dibuka 0b.Kadang-kadang 1c.Setiap hari dibuka 3

3. Membersihkan rumah dan halaman

a.Tidak pernah dibuka 0b.Kadang-kadang 1c.Setiap hari dibuka 2

4. Membuang tinja bayi dan balita ke jamban

a.Dibuang ke sungai/kebun/kolam/sembarangan

0

b.Kadang-kadang ke jamban 1c.Setiap hari di buang ke jamban 2

5. Membuang sampah pada tempat sampah

a.Dibuang ke sungai/kebun/kolam/sembarangan

0

b.Kadang-kadang di buang ke tempat sampah

1

c.Setiap hari di buang ke tempat sampah 2TOTAL HASIL PENILAIAN

CARA MENGHITUNG HASIL PENILAIAN = Nilai × bobot

Hasil Perhitungan Skor : Rumah Sehat Skor : 1068 – 1200 Rumah Tidak Sehat Skor : < 1068

Page 37: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

DAFTAR PUSTAKA

1. FKUI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. 1998. Jakarta: FKUI

2. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.2002. Jakarta: Dinas

P2M

3. Fletcher. Sari Epidemiologi Klinik. 1992.Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press

4. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip

Dasar. Jakarta: Rineka Cipta

5. Ikeu, dkk. Hubungan Antara Karakteristik Lingkungan Rumah Dengan

Kejadian Tuberkulosis (Tb) Pada Anak Di Kecamatan Paseh Kabupaten

Sumedang. 2007. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Padjajaran.

Bandung

6. Komisi WHO mengenai kesehatan dan lingkungan. 2001. Planet Kita

Kesehatan Kita. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

7. Retnaningsih, Ekowati. Survei Rumah Sehat di Kota Palembang Tahun

2007. Jurnal Pembangunan Manusia Vol.8 No.2 Tahun 2009.

8. Blaang C.D.1996.Perumahan dan Pemukiman Sebagai Kebutuhan

Pokok.Yayasan Obor Indonesia.Jakarta

9. Azwar A.1996.Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan.Mutiara Sumber

Widya.Jakarta

10. Departemen Kesehatan RI.2002. Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat.

Ditjen PPM dan PL. Jakarta

11. Entjang.1993.Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung

Page 38: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

12. Wirawan K. 2010. Tentang Rumah Sehat. P2KP.

http://www.p2kp.org/wartaarsip.asp?catid=2&.

13. Pamsimas. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dan Penyakit Berbasis

Lingkungan. Field Book. http://pamsimas.org/index.php?

option=com_phocadownload&view=category&id=48:pedum-strategi-

clts&download=300:phbs-kesling-penyakit&Itemid=12

14. Dimsum. Kesehatan Lingkungan. ITS. 2008.

http://www.dimsum.its.ac.id/id/?page_id=6

15. Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan

Tuberkulosis. Jakarta: Dinas P2M

16. Rosmayudi, O. 2002. Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis. Browsing

at http//www.depkes.com on April 12, 2011

17. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip

Dasar. Jakarta: Rineka Cipta

18. Atmosukarto dan Sri Soewasti. 2000. Pengaruh Lingkungan Pemukiman

dalam Penyebaran Tuberkulosis. Jakarta: Media Litbang Kesehatan, Vo. 9

(4), Depkes RI.

19. Gould, D dan Brooker, C. 2003. Mikrobiologi Terapan untuk Perawat.

Jakarta: EGC.

20. Girsang, M. 1999. Kesalahan-kesalahan dalam Pemeriksaan Sputum BTA

pada Program Penanggulangan TB terhadap Beberapa Pemeriksaan dan

Identifikasi Penyakit TBC. Jakarta: Media Litbang Kesehatan Vo. IX No. 3

tahun 1999.

Page 39: Proposal Penelitian Kelompok XX PKM Palaran

21. Werdhani, RA.. 2005. Patofisiologi, Diagnosis dan Klasifikasi

Tuberkulosis. Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan

Keluarga. FKUI.. Jakarta.