Penerapan Model Blended Learning Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika di SMA Cakra Buana Depok A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu cepat, sehingga menuntut sumber daya manusia yang bisa tanggap akan perkembangan tersebut. Dalam dunia pendidikan, perkembangan teknologi sangat mempengaruhi akan sebuah model pembelajaran yang berdasarkan teori-teori belajar yang ada. Dalam proses pembelajaran, guru sebagai salah satu sumber daya manusia tentunya memegang peranan penting akan keberhasilan dan keefektifan sebuah pendidikan. Keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan suatu materi pelajaran, tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuannya (komptensi guru) dalam menguasai materi yang akan disampaikan. Akan tetapi ada faktor-faktor lain yang harus dikuasainya sehingga ia mampu menyampaikan materi secara profesional dan efektif. Faktor-faktor tersebut sudah diatur dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 Bab IV Bagian Kesatu Pasal 10 yakni, “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Penerapan Model Blended Learning Untuk Meningkatkan Motivasi dan
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika di SMA Cakra Buana
Depok
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu cepat, sehingga
menuntut sumber daya manusia yang bisa tanggap akan perkembangan tersebut. Dalam dunia
pendidikan, perkembangan teknologi sangat mempengaruhi akan sebuah model pembelajaran
yang berdasarkan teori-teori belajar yang ada. Dalam proses pembelajaran, guru sebagai salah
satu sumber daya manusia tentunya memegang peranan penting akan keberhasilan dan
keefektifan sebuah pendidikan. Keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan suatu
materi pelajaran, tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuannya (komptensi guru) dalam
menguasai materi yang akan disampaikan. Akan tetapi ada faktor-faktor lain yang harus
dikuasainya sehingga ia mampu menyampaikan materi secara profesional dan efektif. Faktor-
faktor tersebut sudah diatur dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 Bab
IV Bagian Kesatu Pasal 10 yakni, “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.” Kompotensi-kompotensi tersebut
dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2007. Dalam kompetensi pedadogik,
salah satunya poinnya adalah seorang guru harus menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik. Penguasaan meliputi kompetensi guru dalam menerapkan
berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif
dalam mata pelajaran yang diampu.
Pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran tidak begitu saja diterapkan dalam
suatu pembelajaran. Semua itu tentunya didasari oleh teori belajar yang dianut mereka. Teori
1
belajar muncul dari definisi belajar yang diungkapkan oleh para ahli. Salah satunya definisi
belajar yang diungkapkan oleh Hilgard dalam Sanjaya (2009:235-235): “Learning is the
process by which an activity originates or changed through training procedures (whether in
the laboratory or in the natural enviroment) as distinguished from change by factors not
atributable and training”. Menurutnya belajar adalah sebuah proses dimana terdapat
perubahan perilaku dari seseorang melalui latihan baik itu latihan di lab (tempat yang
dikhususkan untuk proses belajar mengajar, kelas) maupun latihan di lingkungan alamiahnya.
Beranjak dari konsep belajar yang menjelaskan tentang perilaku, ada dua kelompok/aliran
teori belajar, yakni aliran behavioristik dan aliran kognitif.
Salah satu teori belajar dari aliran kogntif yang menjadi terkenal saat ini untuk
menghasilkan efektifitas dan keberhasilan guru di kelas adalah teori belajar konstruktivis.
Menurut teori ini belajar bukanlah hanya sekedar menghafal akan tetapi belajar sebagai
proses mengkonstruksi atau membangun pengetahuan melalui pengalaman. Construtivism is
an approach to teching and learning that acknowledge that information can be conveyed but
understanding is dependent upon the learner (Casas, 2006). Selain itu Chang (2001)
mengatakan bahwa, “from the viewpoint of recently developed constructivist learning theory,
knowledge should not be accepted passively, it should be actively construted by cognition.”
Teori-teori belajar belajar tersebut awalnya dilakukan dalam sebuah pembelajaran
langsung atau tradisional yang belum menggunakan alat atau media pembelajaran melalui
aplikasi ICT (Information, Comunication and Technology). Akan tetapi dengan
berkembangnya ICT memunculkan berbagai pembelajaran secara online atau web-school
atau cyber-school yang menggunakan fasilitas internet mengundang banyak istilah dalam
pembelajaran. Banyak definisi tentang pembelajaran yang menggunakan internet, seperti,
online learning, distance learning, web-based learning, e-learning (Luik, 2010). Hal tersebut
banyak membuat orang menjadi bingung dengan istilah-isitlah tersebut, akan tetapi Tsai dan
1
Machado (2010) memberikan definisi berdasarkan pendekatan terminologi, “Our approach to
defining these terms involves two complementary methods. The terminology is analyzed
based on the individual meaning of the constituting terms, and the meaning of related
concepts.” Berdasarkan hal tersebut, maka mereka memberikan definisi untuk masing-masing
istilah di atas sebagai berikut:
E-learning sebagian besar berkaiatan dengan kegiatan yang melibatkan komputer dan
jaringan interaktif secara bersamaan. Artinya, komputer tidak perlu menjadi elemen
pusat dalam kegiatan atau menyediakan isi pembelajaran, tetapi komputer dan jaringan
harus memegang keterlibatan besar dalam kegiatan pembelajaran.
Online learning dihubungkan dengan konten yang siap diakses pada komputer. Konten
tersebut mungkin di Web atau internet, atau hanya diinstal pada CD-ROM atau hard disk
komputer.
Distance learning melibatkan interaksi pada jarak jauh antara instruktur dan peserta
didik, dan memungkinkan reaksi instruktur tepat waktu pada peserta didik. Dengan cukup
memposting atau menyiarkan materi pembelajaran untuk peserta didik bukan merupakan
pembelajaran jarak jauh. Instruktur harus terlibat dalam menerima umpan balik dari
peserta didik.
Web-based learning dihubungkan dengan materi pembelajaran yang disampaikan dalam
Web browser, termasuk ketika materi dikemas dalam CD-ROM atau media lain.
Dalam sistem pembelajaran jarak jauh (distance learning) adalah metode pengajaran
dimana aktivitas pengajaran dilaksanakan secara terpisah dari aktivitas belajar. Sebagian
besar karena siswa bertempat tinggal jauh atau terpisah dari lokasi lembaga pendidikan.
Sebagian karena alasan sibuk sehingga siswa yang tinggalnya dekat dari lokasi lembaga
pendidikan tidak dapat mengikuti proses pembelajaran di lembaga tersebut.
1
Sebagaimana sistem pembelajaran langsung atau konvensional, sistem pembelajaran jarak
jauh juga membutuhkan sarana prasarana penunjang pendidikan, agar tujuan umum
pendidikan bisa diwujudkan sesuai dengan jenjang pendidikannya. Salah satu sarana yang
yang penting dalam menunjang pembelajaran tersebut adalah sesuatu berbasis ICT
(Informasi, Communication and Technology). Tidak seperti sistem pembelajaran langsung,
sistem pembelajaran jarak jauh membutuhkan pengelolaan dan manajemen pembelajaran
yang “khusus”, baik dari sisi siswa maupun instruktur (guru) agar tujuan pendidikan bisa
terwujud. Pendidikan harus fokus pada kebutuhan instruksional siswa.
Dari sisi instruktur (guru), beberapa faktor yang penting untuk keberhasilan sistem
pembelajaran jarak jauh adalah perhatian, percaya diri guru, pengalaman, mudah
menggunakan peralatan, kreatif, active learning, dan kemampuan menjalin interkasi dan
komunikasi jarak jauh dengan siswa. Juga memperhatikan hambatan teknis yang mungkin
terjadi, sehingga pembelajaran jarak jauh bisa berlangsung efektif.
Dari sisi siswa, salah satu faktor yang penting adalah keseriusan mengikuti proses belajar
mengajar di saat instruktur (guru) tidak berhadapan langsung dengan siswa. Pada level ini,
keterlibatan dan kehadiran ‘orang-orang’ di sekitar, termasuk anggota keluarga memegang
peranan penting dan strategis. Kehadirannya bisa mendukung berlangsungnya proses belajar
mengajar secara efektif, tapi sebaliknya bisa juga menjadi penghambat. Faktor yang lainnya
adalah active learning dan komunikasi yang efektif. Partisipasi aktif siswa pembelajaran
jarak jauh mempengaruhi cara bagaimana mereka berhubungan dengan materi yang akan
dipelajari.
Keberhasilan sistem pembelajaran jarak jauh ditunjang oleh adanya interaksi dan
komunikasi yang efektif dan maksimal antara intstruktur (guru) dan siswa, interaksi antara
siswa dengan berbagai fasilitas pembelajaran seperti kreatif mencari materi-materi penunjang
dari sumber-sumber lain seperti internet atau digital-library melalui web. Selain intu
1
keaktifan dan kemandirian siswa dalam pendalaman materi (eskplorasi), mengerjakan soal-
soal latihan dan soal-soal ujian.
Pembelajaran jarak jauh secara definisi dan metode berbeda dengan pembelajaran
berbasis web. Akan tetapi banyak kesamaan dalam beberapa hal, seperti sarana penunjang
dalam proses pembelajaran (penggunaan ICT), pengelolaan khusus (berbeda dengan
pembelajaran konvensional) baik untuk siswa maupun instruktur (guru). Materi pembelajaran
dalam pembelajaran jarak jauh dikirimkan lewat pos (model lama) dan atau dikirimkan
melalui email (model baru) tanpa tatap muka langsung di antara instruktur (guru) dan
siswanya. Sementara itu pembelajaran berbasis web (web-based learning) materi
pembelajaran disampaikan dalam Web browser, termasuk ketika materi dikemas dalam CD-
ROM atau media lain. Interaksi yang terjadi antara guru dan siswanya dalam pembelajaran
berbasis web dimediasi oleh web, sehingga interaksi yang terlihat sepertinya hanya antara
siswa dan web atau CD (sekarang DVD).
Istilah pembelajaran berbasis web (web-based learning) terkadang dikatakan sama
dengan online learning seperti definisi yang diungkapkan oleh Tsai dan Machado di atas, oleh
karena itu dalam beberapa artikel keduanya istilah tersebut bersinonim. Hal ini juga
diungkapkan oleh Trombley & Lee (2002) dimana,” web based learning and online learning
are used as synonim and web-based learning is defined as learning that is delivered wholly
or in part via the Internet or an Intranet. Web-based learning is only one form of e-learning
and only one form of distance learning. E-learning covers all learning with electronic
technology and distance learning is all learning when students are not required to be
physically present at a specific location during the term (Luik, 2006).
Istilah lain dalam pembelajaran yang menggunakan aplikasi ICT (komputer dan internet)
dikenal dengan nama Blended Learning. Model Blended Learning ini muncul ketika Kerres
dan Witt (2003) menyatakan bahwa web-based learning dapat dikombinasikan dengan face-
1
to-face learning (Luik, 2006). Definini Web-based learning sudah dijelaskan sebelumnya,
sementara itu menurut Alessi and Trollip (2001) face-to-face learning atau web-based
courses atau on-site learning adalah pembelajaran menggunakan sumber belajar web dengan
tatap muka antara guru dan siswanya yang dilakukan di ruang kelas (Luik, 2006).
Pembelajaran berbasis web dikatakan bermakna karena menurut Rivai dan Murni (2009:
449), salah satu dari emapt komponen penting dalam membangun budaya belajar dengan
penggunaan model pembelajaran dengan web adalah murid dituntut secara mandiri dalam
belajar dengan berbagai pendekatan yang sesuai agar murid mampu mengarahkan,
memotivasi, mengatur dirinya sendiri dalam pembelajaran. Pembelajaran web juga menurut