Top Banner
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. atas berkat dan karunia-Nya yang terus memberikan penulis kesehatan untuk dapat menyelesaikan dan menyusun proposal ini dengan baik, walaupun disisi lain masih banyak kekurangan yang harus di perbaiki. Tak lupa pula selawat berangkaikan salam penulis sanjung sajikan kepada Nabi besar Muhammad saw, yang telah membawa kita dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini. Adapun maksud dan tujuan penulisan proposal Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat penyelesaian Program Diploma III sebagai Ahli Madya Refraksionis Optisien Akademi Refraksi Optisi Yayasan Binalita Sudama Medan, yang berjudul “PERBANDINGAN SUDUT BEVEL TERHADAP KETEBALAN SUATU LENSA”. Dalam penyelesaian proposal Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapatkan banyak bantuan baik dari segi moril maupun materil. Penulis banyak diberikan saran, pendapat, maupun data atau bantuan dari pihak lain, sehingga memperlengkan proposal Karya Tulis Ilmiah ini dalam dunia Akademis. Ucapan terimakasih yang teristimewa penulis hanturkan kepada kedua orang tua (Ayah WARJI dan Mamak
46

Proposal Kti melengkapi tugas berdasarkan uji coba di lapangan

Oct 02, 2015

Download

Documents

PerpatiNoer

proposal memenuhi tugas kti untuk persiapan kelulusan.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. atas berkat dan karunia-Nya yang terus memberikan penulis kesehatan untuk dapat menyelesaikan dan menyusun proposal ini dengan baik, walaupun disisi lain masih banyak kekurangan yang harus di perbaiki. Tak lupa pula selawat berangkaikan salam penulis sanjung sajikan kepada Nabi besar Muhammad saw, yang telah membawa kita dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini.Adapun maksud dan tujuan penulisan proposal Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat penyelesaian Program Diploma III sebagai Ahli Madya Refraksionis Optisien Akademi Refraksi Optisi Yayasan Binalita Sudama Medan, yang berjudul PERBANDINGAN SUDUT BEVEL TERHADAP KETEBALAN SUATU LENSA.Dalam penyelesaian proposal Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapatkan banyak bantuan baik dari segi moril maupun materil. Penulis banyak diberikan saran, pendapat, maupun data atau bantuan dari pihak lain, sehingga memperlengkan proposal Karya Tulis Ilmiah ini dalam dunia Akademis. Ucapan terimakasih yang teristimewa penulis hanturkan kepada kedua orang tua (Ayah WARJI dan Mamak SUPIANI) yang telah memberikan bantuan luar biasa kepada penulis baik moril maupun materil dan juga dengan kasih sayang yang tak terhingga beliau yang telah membesarkan penulis hingga sampai saat ini .Selain itu , dalam menyusun proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis juga ingin menyampaikan penghargaan serta ucapan terimakasih yang sebesar besarnya kepada:1. Ibu ARYA NOVIKA N.S. RO, M.Pd, selaku diriktur Akademi Refraksi Optisi Yayasan Binalita Sudama Medan.2. Bapak SYAHRU.ROMADHON RO,SKM selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah ini.3. Seluruh Dosen dan staff pegawai Akademi Refraksi Optisi Yayasan Binalita Sudama Medan yang mana telah membina dan mendidik penulis selama perkuliahan. 4. Terkhusus kepada Abangda tersayang (AMAT NUR, ST) dan Kakak (SRI HAYATI, A.Md KOM) yang telah banyak membantu selama masa perkuliahan ini, baik dari segi finisial maupun saran dan motivasi yang sangat membangun. Dan juga kepada Ilandaka K.S yang telah menemani penulis dalam keadaan suka dan duka, yang selalu menemani penulis saat jenuh dalam penyelesaian proposal Karya Tulis Ilmiah ini.5. Teman-teman seperjuangan dan sahabat-sahabat saya Rizka Ayu, Agus Tina Sir, Nita Nugrahwati, Sapriani Agustina Putri, Rini Putri Guci, Wilhelmina yang telah menemani dari semester awal hingga akhir ini dan hingga selamanya. Terimakasih buat segala support yang telah diberikan, serta suka duka yang selama ini kita rasakan bersama.6. Tak ketinggalan teman-teman sekelas, Alfan Syahrizal, bg Arif Syahputra, Ame Silvia, Ahmad Solikhin, Mangiring Handayani, Zarizatun Fauza, dan teman-teman lainnya angkatan 2012 yang tak bisa disebutkan satu persatu.7. Keluarga kecil ku di Kos Tuasan Gg. Gultom, mulai dari senioren Kak JW dan Kak Helda, hingga rekan sebaya Almi, Ira, Evi, Susan, Dani dan Engly yang selalu menyemangati penulis di rumah untuk segera menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah agar secepatnya wisuda. Tak ketinggalan untuk tetangga depan kos mamak Hafizah sekeluarga, dkk.8. Serta Saudara/i yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, penulis mengucapkan banyak terimakasih atas doa dan dukungannya.Penulis menyadari peoposal Karya Tulis Ilmiah ini memiliki banyak kekurangnan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya.Demikian pengantar dari penulis. Atas perhatian, dukungan, dan masukannya penulis mengucapkan banyak terimakasih, semoga ALLAH SWT. meridhoi kita semua, Aamiin.

Medan, Februari 2015Penulis,

Elfri Aulia SariNim. 12678

BAB IPENDAHAULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan terutama di ilmu pengetahuan kesehatan telah berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan ini semakin menunjang tingginya kesejahteraan hidup setiap orang. Semua orang tentunya ingin hidup dengan sehat dan sejahtera. Baik secara jasmani maupun rohani. Seseorang dikatakan sehat jasmani apabila setiap indranya masih dapatberfungsi dengan baik. Salah satau alat indra manusia yang sangat penting adalah indra penglihatan. Seorang yang buta / tidak bisa melihat tentunya akan sangat sulit dalam beraktivitas. Pada saat ini sudah banyak tersedia pelayanan kesehatan mata untuk memberi pelayanan kesehehatan dan informasi tentang mata. Salah satu tenaga kesehatan yang sering di jumpai di tempat pelayanan kesehatan mata adalah tenaga kesehatan Refraksionis Optisien. Refraksionis Optision adalah seseorang yang merupakan tenaga kesehatan yang telah lulus pendidikan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, berwenang melakukan pemeriksaan mata dasar, pemeriksaan refraksi, penetapan hasil refraksi, menyiapkan dan membuat lensa kacamata atau lensa kontak. Hal ini dicantumkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan (KEPMENKES) No. 1424/MENKES/SK/XI/2002, tentang penyelenggaraan optikal di nyatakan bahwa, pelayanan perkacamataan yang memenuhi syarat kesehatan mempunyai peran dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Maka peranan Refraksionis Optisien di Optikal sangatlah penting sebagai penanggung jawab yang akan memberikan pelayanan dalam pemeriksaan tajam penglihatan, dalam pemilihan lensa dan kelebihan lensa baik perkacamataan mau pun lensa kontak. Kacamata adalah lensa tipis untuk mata guna menormalkan dan mempertajam penglihatan, (ada yang berangka dan ada yang tidak) sekarang selain menjadi alat bantu panglihatan, kacamata juga sudah menjadi perlengkap gaya serta menjadi alat bantu khusus untuk menikmati hiburan seperti kacamata khusus 3 dimensi. Beberapa bagian yang terdiri dari kacamata yaitu frame dan lensa. Frame adalah bingkai kacamata yang memegang lensa dan memberi nilai plus bagi pemakai. Sedangkan lensa yaitu suatu benda bening yang tranparan, yang memiliki satu atau dua kelengkungan dan memiliki power atau kekuatan dalam satuan dioptri (D), lensa juga memiliki indeks bias yang berbeda-beda sesuai dari material lensa itu sendiri. Ada pun pada bagian dari kacamata yang harus di perhatikan terutama pada seseorang yang mengalami minus tinggi yaitu pada bagian pingggir lensa yang di sebut dengan bevel. Bevel adalah potongan miring pada pinggiran lensa yang berfungsi untuk mengunci atau menjaga agar lensanya tidak mudah terlepas. Ada pun beberapa jenis bevel yaitu V-bevel, hidden bevel, dan flat bevel.

1.2 Ruang Lingkup MasalahBerdasarkan latar belakang masalah proposal KTI ini, maka yang menjadi ruang lingkup masalah pada penulisan proposal ini adalah Perbandingan Sudut Bevel Terhadap Ketebalan Suatu Lensa.

1.3 Pembatasan dan Fokus MasalahPembatasan dan fokus masalah ini sangat dibutuhkan agar aspek yang akandibahas cukup dan tidak keluar dari jalur yang sebenarnya. Masalah yang akan dibahas pada penulisan proposal ini adalah tentang Perbandingan Sudut Bevel Terhadap Ketebalan Suatu Lensa.

1.4 Tujuan PenulisanAda pun tujuan penulisan proposal ini adalah :1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Diploma III Ahli Madya Refraksi Optisi Yayasan Binalita Sudama Medan.2. Guna memperdalam pengetahuan tentang kelebihan lensa standart.3. Diharapkan agar proposal ini dapat menjadi panduan bagi Refraksionis Optision dalam kelebihan lensa.4. Diharapkan agar proposal ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi penulis.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Frame / Bingkai Kacamata Frame adalah bingkai kacamata yang memegang lensa dan memberi nilai plus bagi pemakai.2.1.1 Jenis Frame pada Kacamataan, yaitu :1. Kontruksi Bingkai PenuhBingkai kacamata ini memiliki kontruksi rim yang melingkari seluruh keliling lensa. Dapat berbahan metal maupun plastik, atau gabungan dari keduanya. Variasi bentuk yang termasuk dalam klasifikasi bingkai penuh adalah : Combination Half Eye2. Kontruksi Bingkai Setengah Bingkai kacamata ini konstruksi rimnya hanya melingkari sebagian keliling lensa, bisa hanya di bagian atas, samping, atau bawahnya saja. Beberapa variasi yang lazim ditemui adalah : Nylon Supra / String Mounted / Nylon Cord Frame Semi-Rimles Mounting Numon Mounting Ballgrip Mounting3. Kontruksi Tanpa Bingkai Kacamata model rimless ini, sebagaimana disebut memang tidak memiliki rim untuk menahan lensanya. Variasi model dalam katagori ini adalah : Rimles Mounting Phantom

2.2 Pengertian Lensa Lensa adalah suatu benda bening yang tranparan, yang memiliki satu atau dua kelengkungan dan memiliki power atau kekuatan dalam satuan dioptri (D), lensa juga memiliki indeks bias yang berbeda-beda sesuai dari material lensa itu sendiri. Lensa di gunakan sebagai alat bantu untuk mengoreksi penglihatan seseorang yang mengalami kelainan refraksi.

2.2.1 Jenis-Jenis Lensa2.2.1.1 Jenis lensa kacamata menurut jumlah fokusnya, yaitu :1. Single vision / Monofokal / Fokus Tunggal Yaitu lensa yang terdiri dari satu ukuran, baik untuk jarak jauh, menengah atau pun dekat.2. Lensa Bifokal Yaitu yang terdidi dari 2 ukuran sehaingga memberikan pandangan yang baik untuk jark jauh dan dekat. Penggunaan lensa bifocal ini biasanya berusia 40 tahun ke atas.3. Lensa Tri Fokal Yaitu lensa kacamata yang memiliki 3 area fokus yang berbeda, bagian atas umtuk visi jauh, bagian tengah untuk visi dekat, dan bagian bawah untuk visi dekat, maka terjadilah loncatan bayangan pada lensa ini.4. Lensa Progresif Yaitu lensa yang memberikan perubahan yang tidak terlihat antaea jarak jauh, menengah, dan dekat.

2.2.1.2 Jenis Lensa Berdasarkan Dioptri / Power, yaitu :1. Lensa SpheriesYaitu lensa yang memiliki kekuatan yang sama pada setiap merediannya, tetapi titik fokusnya hanya ada satu yaitu OC (Optical Center)2. Lensa CylinderYaitu lensa yang memiliki kekuatan yang berbeda pada meridian yang saling tegak lurus.

2.2.1.3 Jenis Lensa Berdasarkan Indeks Bias, yaitu : Indeks bias adalah nilai yang menunjukan kemampuan pembiasan suatu media di bandingkan dengan udara. Indeks bias udara di anggap bernilai satu. Semakin tinggi kerapatan molekul suatu media, maka akan semakin tinggi pula nilai indeks biasnya.1. Crown glass2. Barium glass3. Flint glass4. ThindeksCR 395. Polycarbinate6. HI

Berikut adalah daftar nilai ABBE, semakin tinggi angka maka akan semakin sedikit penyimpangan.MATERIALINDEX ABBE

Crown Glass1.52359

High Index Glass1.6042

High Index Glass1.7039

Plastic CR 391.4958

Mid Index Plastik1.5447

Mid Index Plastik1.5636

High Index Plastik1.6036

High Index Olastik1.6632

Trivex1.5343

Polycarbonate1.5830

2.3Pengertian Bevel Adalah potongan miring pada pinggiran lensa yang berfungsi untuk mengunci atau menjaga agar lensanya tidak mudah terlepas.

2.3.1 Jenis-Jenis Bevel1. V-BevelSebuah pinggiran lensa yang berbentuk seperti huruf V. V-bevel in digunakan untuk frame full-rim seperti full metal dan full plastic.2. Flat BevelSebuah pinggiran lensa yang berbentuk flat atau datar, yang biasanya digunakan untuk frame semi rimless.3. Hidden BevelSebuah pinggiran lensayan tersembunyi, bevel ini biasanya digunakan untuk frame rimless.

2.3.2 Cara Pembuatan BevelEdging adalah alat yang digunakan untuk membentuk lensa optalmik agar dapat di pasang pada bingkai (frame) kacamata.Teknik faset yang ada, dikenal sebagai berikut :1. Teknik ManualYaitu dari pemotongan lensa hingga jadi (terbentuk sudut bevel) semuanya dilakukan dengan keterampilanj tangan. Biasanya menggunakan alat bantu kertas pasir.2. Teknik Semi AutomatikYaitu pembentukan sudut bevelnya dilakukan dengan menggunakan alat bantu gerinda, sedangkan pemotongan tepi lensanya dengan menggunakan tangan.

3. Teknik AutomatikYaitu dimana pemotingan tepi lensa hinga terbentuknya tepi lensa semua dilakukan oleh mesin. Pada teknik ini sangat dibutuhkan oleh adanya patron atau pola, atau PATREN MARKER.3.1Tahapan TeknikManual Edging1. Persiapkan pembasahan, pendingin dan bilas menggunakan air yang mengalir pada permukaan gerinda.2. Cara atau teknik memegang lensa.3. Besar sudut paset, untuk lensa yang berukuran tinggi sudutnya lebih kecil dari lensa yang berukuran rendah.4. Posisi lensa terhadap arah putaran gerinda.5. Posisi apex bevel harus sesuai dengan tebal dan tipisnya suatu lensa dan posisi ini akan mempengaruhi jarak vertex dari lensa.6. Besaran tekanan pada waktu proses paset.7. Menilai proses paset dengan mendengarkan bunyi dari gerida terhadap lensa.

BAB IIILANGKAH-LANGKAH PENETAPAN KASUS

3.1Pemeriksaan Refraksi Tujuan pemeriksaan refraksi adalah untuk memperoleh ketajaman peglihatan terbaik dengan menggunakan ukuran lensa koreksi yang sesuai dengan jenis kelainan refraksinya. Diharapkan dengan pemakaian ukuran lensa koreksi yang tepat dan bayangan dapat dibiaskan tepat di retina. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka pemeriksaan refraksi harus dilakukan secara teratur dan terperinci dimana setiap perubahan dari ukuran lensa yang akan diberikan disesuaikan dengan refraksi dan keterangan yang diberikan oleh pasien. Pemeriksaan dilakukan dengan sabar dan teliti serta pemeriksaan memberikan petunjuk-petunjuk yang mudah dan tidak membosankan. Pemeriksaan refraksi sering diperlukan untuk membedakan apakah penglihatan kabur disebabkan oleh kesalahan refraksi atau oleh kelainan mesdis pada system visual.Jadi, selain menjadi dasar untuk penulisan resep kacamata atau lensa kontak, pemerriksaan refraksi juga berfungsi sebagai diagnosik.Data PasienNama: ALMI PRATIWI TARIGANUmur: 20 TahunAlamat: Jln. TuasanJenis Kelamin: PerempuanPekerjaan: Mahasiswi

3.2Anamnesa Anamnesa bertujuan untuk memperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya dari pasien, mengenai identitas pasien, keluhanan dari pasien, riwayat kesehatan pasien, riwayat kesehatan keluarga pasien, agar dapat menentukan diagnose dan tindakan yang tepat atas keluhan dan latar belakang keluhan dan latar belakang keluhan tersebut secara rinci, serta selalu memperhatikan kebutuhan penglihatan pasien berdasarkan pekerjaan, hobby, dan kebiasaan.Anamnesa dari pasien adalah : Kabur melihat jauh Fotophobia

3.3Inspeksi dan Observasi Inspeksi dan observasi bertujuan untuk mengamati keadaan bola mata yang normal atau kelainan pada segmen anterior, bisa dilihat langsung dengan mata dan bisa jatuh dengan alat bantu berupa mistar PD dan senter.Pada Segmen Anterior, hasil pemeriksaan pada mata pasien yaitu dalam keadaam baik (normal), juga yang didapat dari hasil pengukuran :1. Palpebra: Normal2. Konjuntiva: Jernih3. Sklera: Putih4. Kornea: Jernih5. Iris: Hitam6. Lensa: Jernih7. Diameter pupil: 3 mm8. Bentuk pupil: Bulat9. Pinggir pupil: Rata10. Refleks pupil: Baik11. Bulu mata tumbuh normal12. Posisi bola mata normal

3.4Pemeriksaan PendahuluanPemeriksaan pendahuluan terdiri dari :1. Pengukuran PDPengukuran PD (papillary distance) yaitu mengatur jarak pupil mata pasien dari mata kanan sampai pada mata kiri pasien. Pengukuran PD pasien yang didapat dari mata pasien adalah:1. PD jauh Binokuler pasien adalah 60 mm.2. PD dekat Binokuler pasien adalah 58 mm.2. Pengukuran Near Point Convergence (NPC)Mengatur titik terdekat convergence kedua mata. Pengukuran NPC yang didapat dari pasien adalah 12.3. Penentuan Pergerakan Bola MataPenentuan gerakan bola mata bertujuan unruk memeriksa dan mengetahui fungsi otot-otot penggerak bola mata dan gerakan kedua mata massih normal atau tidak. Penentuan gerakan bola mata pasien sebagai berikut:1. Version: Normal2. Duction: Normal3. Vergen: Normal4. Menentukan Mata DominanUntuk mengetahui kekuatan tajam penglihatan kedua mata kanan dan kiri, dalam pemeriksaan mata dominan biasanya di dapat mata dominan pasien adalah sebelah kiri (OS).5. Pemeriksaan Refraksi SubjektifTujuan dari pemeriksaan refraksi subjektif untuk mengetahui tujuan penglihatan, disini pasien diminta membaca Optotype (kartu snellen) pada jarak 6 m. Pemerisaan refraksi subjektif yang didapat dari pasien adalah:Hasil pemeriksaan refraksi subjektif pada mata pasien adalah OD: S-7.00 OS: S-10.00 dengan visus 6/7.5

6. Pemeriksaan Ketepatan KoreksiTujuannya yaitu untuk mengetahui ketepatan koreksi apabila visus yang didapat pada mata kanan dan kiri sama, alat yang digunakan pada pemeriksaan ketepatan koreksi adalah:1. Reed and Green chart2. Lensa Hasil Refraksi yang Didapat3. OlkuderCara melakukannya adalah setelah hasil koreksi didapat dan apabila visusnya sama pada kedua mata, maka pasangkan lensa koreksi pada akhir yang di dapat kedua mata dan pasien di perintahkan untuk melihat lingkaran hitam pada dasar merah dan hijau, jika pasien mengatakan lingkaran hitam pada dasar merah dan hijau sama maka hasil koreksi sudah tepat.

3.5Resep Order / Kacamata Dari hasil refraksi yang didapat maka lensa yang akan di gunakan berukuran R/ S-7,00 D dan L/ S-10,00 D. Dengan dimensi frame sebagai berikut :1. A: 48 mm2. B: 30 mm3. DBL: 18 mm4. Efektif Diameter: 50 mm5. Jenis Lensa: CR 396. Merk Frame: Bernie7. Kontruksi Frame: Full Plastik 3.6Tahapan PersiapanData PasienHasil pemeriksaan subjektif1. Hasil pemeriksaan subjektif yang didapatAVOD: 6/60S-7.00 D 6/7,5AVOS: 6/60S-10.00 D 6/7,5PD: 62 Dimensi FrameA: 48B: 30DBL: 18Efektif Diameter: 50Jenis Frame: Full PlastikJeis Lensa: Single VisionBahan: CR 39PD Frame: 66Desentrasi: 2 mmDiameter Lensa : 58Resep kacamataR/S -7.00 DR/L -10.00 D

1. Lay Out : perhitungan tool untuk lensa CR 39 (n. 1.498)R : S -7.00 CR 39 (n. 1.498)Base Curve = +3.00True Power x F x 3.00 x 3.00= + 2.81

True Power = + 2.81F = F1 + F2F2 = F F1F2 = -7.00 (+ 2.81)F2 = - 9.81

Comp Tool x (-9.81) x (-9.81) = -10.44 Tool = Cembung 10.50

L : S -10.00 CR 39 (n. 1.498)Base Curve = +3.00True power x F x 2.00 x 2.00= + 1.87

True Power = + 1.87F = F1 + F2F2 = F F1F2 = -10.00 (+1.87)F2 = -11.87

Comp Tool x (-11.87) x (-11.87)= -12.63 Tool = Cembung 12.50

2. Menentukan Tebal BlankFungsi dari menentukan ketebalan dari suatu lensa yaitu agar pada saat proses penggosokan agar sesuai dengan poewr yang diinginkan, selain itu kita juga dapat melakukan efisiensi, efektivitas, dan keekonomisan didalam memilih tebal lensa. Semakin tebal sebuah lensa maka harga akan semakin mahal dan semakin lama proses penggosokannya.Untuk power yang tinggi sebaiknya mengggunakan lensa blank yang lebih tebal. Untuk lensa minus ketebalan tengah (CT) dan untuk lensa plus ketebalan tepi (ET) telah ditentukan. Untuk menghitung ketebalan suatu lensa kita dapat menggunakan rumus sagita.

Kasus perhitungan menentukan tebal blank lensa CR 39 (n. 1.498)R: S -7.00 DBase Curve : +3.00CT : 1.0 mmUntuk front surface (F1) F1 = +2.81 = r1 = 0,177 m = 177 mm

S1= r1 = 177 = 177 = 177 = 177 175= 2 mm

Untuk back surface power (F2)F2= -9.81= r2= 0.050 m= 50 mm

Maka sagitanya adalah : S2 = r2 = 50 = = 50 = 50 43.3 = 6.7 mm

S1-S2 = CT ET 2 6.7= 1.0 ET - 4.7 = 1.0 ET ET= 1.0 + 4.7= 5.7 mm

Maka, dari data diatas adalah :CT = 1.0 mmET = 5.7 mm

Maka, tebal minimum blank adalah :5.7 + 2 = 7.7 mm

L : S-10.00 DBase Curve : +3.00CT : 1.0 mm Untuk front surface (F1)F1 = +1.87= r1= 0.336 m= 336 mm

S1 = r1 = 336 = 336 = 336 = 336 335 = 1 mm

Untuk back surface power (F2)F2 = -11.87= r2= 0.041 m= 41 mm

Maka sagitanya adalah :

S2 = r2 = 41 = 41 = 41 = 41 32.5 = 8.5 mm

S1 S2 = CT ET1 8.5 = 1.0 ET- 7.5 = 1.0 ETET = 1.0 + 7.5 = 8.5 mm

Maka, dari data diatas :CT = 1.0 mmET = 8.5 mm

Maka, tebal minimum bkank adalah :8.5 + 2 = 10.5 mm3.7Tahapan Penggosokan Proses penggosokan dapat dilakukan pada kedua sisi permukaan lensa yakni permukaan F1 dan permukaan F2. Penggosokan secara konfensional dapat dilakukan dengan 3 tahapan dengan catatan setiap tahapan harus dilalui dengan sebaik-baiknya. Adapun tahapan tersebut adalah sebagai brtikut :1. Tahap GrindingGerinding merupakan tahapan yang paling awal dari proses penggosokan. Ketepatan dari proses ini sangat penting karena proses ini merupakan proses awal yang akan menghasilkan kelengkungan lensa yang diinginkan sebelum dilakukan polishing serta proses ini akan mengurangi ketebalan lensa sesuai perhitungan yang dilakukan.Didalam tahapan ini kita menggunakan abrassive yaitu bahan pasir gosok yang terbuat dari Aluminium Oxida (Al2O3) yang disebut juga Emery seperti M 60 dan M 180. Untuk pemakaian abrassive M 60 akan menghasilkan permukaan lensa yang lebih kasar dibandingkan dengan pemakaian abrasive M 180, oleh sebab itu abrasive M 60 akan membut waktu penggosokan menjadi lebih lama dibandingkan dengan abrasive M 180.Pada tahapan ini permukaan lensa yang akan habis karena proses penggosokan lebih kurang 0,4 mm untuk tiap permukaan lensa, semakin lama dilakukan penggosokan maka akan semakin banyak ketebalan lensa yang akan terbuang. Pada tahapan ini dikatakan telah selesai apabila pada seluruh permukaan lensa telah terbentuk kelengkungan yang sesuai dengan kelengkungan laps (tool) yang diinginkan dan permukaan yang akan dihasilkan dalam tahapan ini adalah menyerupai kulit jeruk.Pada penggosokan lensa cylindris penggosokan permukaan belakang lensa dilakukan dua tahapan. Tahapan pertama atau disebut dengan Rocking yang mana pada permukaan belakang lensa digosok dengan menggunakan tool spheris yang merupakan cross curve dari lensa cylindris, sedangkan pada tahapan grinding saja, sedangkan pada tahapan berikutnya kita menggunakan tool cylindris.2. Tahap FinningFinning merupakan tahapan kedua dari proses penggosokan lensa. Tahapan ini merupakan proses penghalusan permukaan lensa yang akan menghasilkan permukaan lebih halus dari lensa hasil penggosokan grinding.Proses ini akan mengurangi ketebalan lensa sekitar 0,1 mm untuk tiap permukaan lensa. Dalam tahapan ini penggosokan ini menggunakan abrasive M 303. Pemakaian abrasive harus dicampur dengan air dengan perbandingan 3 : 2 semakin kental campuran abrasive dengan air maka semakin mempercepat proses finning.Semakin lama dilakukan penggosokan maka akan semakin banyak ketebalan lensa yang terbuang, tahapan ini dilakukan selesai apabila pada seluruh permukaan lensa telah halus mencapai haze / kabur (seperti putih susu) dan sesuai dengan kelengkungan laps (tool) yang diinginkan bebas scratch, bebas holes.3. Tahap PoleshingPoleshing merupakan tahapan akhir dari proses penggosokan lensa. Proses ini disebut juga sebagai proses transparansi yang akan menghasilkan permukaan lensa yang transparan dan licin optis. Pada proses ini permukaan tool dilapisi dengan Pad Adhesive (kain poles) untuk mencegah terjadinya goresan pada permukaan lensa akibat gesekan permukaan tool dan lapisan ini akan mempercepat proses transparasi.Tahapan penggosokan ini menggunakan abrasive M 309 yang terbuat dari Cerium Oxida Zirocnium Oxida. Pemakaian abrasive ini juga dicampur dengan air dimana perbandingannya 1 : 3. Semakin kental campuran ini maka akan mempercepat proses transparansi lensa tersebut. Tahapan ini dikatakan selesai apabila pada seluruh pada seluruh permukaan lensa telah transparan dan licin optis tidak ada cacat sama sekali.

3.8 Tahapan Penyelesaian Tahap penyelesaian merupakan tahap akhir yaitu proses dimana membersihkan lensa dari proses penggosokan agar dapat dilakukan inspeksi dan penilaian sebagai penentuan kelayakan lensa untuk dipergunakan sebagai lensa opthalmik.1. DeblockingDeblocking ialah suatu kegiatan pemisahan lensa dengan blocking body (plipper), yang dilakukan jika semua tahapan proses penggosokan telah selesai.Kita dapat melakukan deblocking dengan beberapa cara yakni sebagai berikut:1.1 Dengan cara mengetuk blocking body dengan menggunakan sebuah kayu, dengan catatan kekuatan tidak boleh terlalu kuat agar lensa tidak peceh atau terhidar dari kecacatan seperti timbul goresan.1.2 Dengan cara merendam lensa beserta blocking body kedalam air panas, hal ini dilakukan apabila saat memblocking kita memakai metode Metal Alloy Blocking, dimata bahan perekat terbuat dari timah.1.3 Dengan cara menyimpan dilemari pendingin, hal ini dilakukan jika perekat yang digunakan adalah damar.1.4 Dengan menggunakan tang khusus untuk melepaskan lensa dari blocking body. Cara ini dilakukan apabila kita memakai metode Suction blocking.

2. Quality Control SurfacingQuality control surfacing merupakan penilaian hasil dari prosespenggosokan lensa, yang bertujuan untuk menilai kelayakan lensa yang akan dipergunakan. Ada dua metode penilaian dari lensa akhir surfacing yaitu :

2.1 Inspeksi Inspeksi adalah suatu proses pengecekan pada fisik atau material lensa tersebut. Adapun yang dapat dinilai dari metode ini ialah :2.1.1 Chips (retakan)Keadaan ini ditandain dengan adanya pecahan kecil pada tepi lensa sompel. Keadaan ini bisa terjadi pada lensa akibat benturan pada saat penggosokan berlangsung dimana tepi lensa yang terlebih dahulu terkena permukaan tool atau pada saat debelocing.2.1.2 Scratch (goresan)Scratch atau yang kerap dikenal dengan istilah goresan yang terjadi pada permukaan lensa, hal ini dapat terjadi pada saat proses penggosokan ini berlangsung dimana cairan atau abrasive sudah terkontaminasi dengan benda keras seperti pasir abrasive M 303 dan M 309 telah tercampur dengan M 60 atau M 180. Oleh sebab itu pada saat penggosokan harus dijaga kebersihannya. 2.1.3 Greyness (keabu-abuan)Greyness atau kabut ini bisa terjadi dimana pada saat proses polishing yang belum sempurna, sebab kita ketahui bahwasannya Greyness ini terjadi pada proses akhir dari finning, sedangkan pada proses polishing lensa tersebut harus transparan dan licin optis. 2.1.4 Wave (gelombang)Wave yang terdapat pada permukaan lensa biasanya diakibatkan oleh permukaan tool yang sudah tidak simetris atau tidak rata. 2.1.5 Holes (lubang)Keadaan ini ditandai dengan adanya lubang-lubang krcil pada permukaan lensa.

2.1.6Bubbles (gelembung)Bubbles atau gelembung-gelembung kecil pada material lensa, hal ini terjadi bukan diakibatkan oleh proses penggosokan yang tidak berjalan dengan baik.2.1.7Inclusion (lipatan)Inclusion atau lipatan yang terdapat pada material lensa. Inclusion merupakan lipatan atau garis kecil didalam material lensa tersebut.

2.2 VerifikasiDisini kita akan menilai apakah kensa yang telah digosok telah sesuai dengan orderan yang telah diterima. Adapun yang perlu kita nilai adalah sebagai berikut.2.2.1Power Lensa Power lensa dapat kita ketahui dengan menggunakan alat lensometer dan spherometer. Adapun toleransi kesalahan power lensa yangDigunakan ukuran addisi dari lens bifocal adalah sebesar 0,12 D danuntuk ukuran jauhnya 0,1 D2.2.2 Base CurveBase Curve dapat kita ketahui dengan mempergunakan alat.2.2.3Ketebalan CT dan ETKetebalan CT dan ET dapat kita ketahui dengan menggunakan alatcaliper. 2.2.4Warna

BAB IVTINJAUAN KASUS

4.1 Jenis KasusDari hasil pemeriksaan refraksi yang telah dilakukan pada laboratorium refraksi klinik, dinyatakan bahwa pasien tersebut mengalami kelainan Myopia Tinggi ODS dan jenis kasus penulisan ini adalah perkacamataan.

4.2 Tempat PenanggulanganAdapun tempat penanggulangan kasus ini dilakukan di laboratorium perkacamataan Akademi Refraksi Optisi Yayasan Binalita Sudama Medan.

4.3Jenis DataJenis data yang diperoleh dari pemeriksaan refraksi adalah :1. Nama: Almi Pratiwi Tarigan2. Umur: 213. Alamat: Jln. Tuasan4. Jenis Kelamin: Perempuan5. Pekerjaan: MahasiswiUkuran kacamata AVOD: S-6,75 D 6/7,5AVOD: S-9,50 D 6/7,5

4.4 Diagnosa Dari pemeriksaaan tersebut diagnosa yang diperoleh yaitu pasien mengalami Myopia Sedang ODS.

4.5 Penanggulangan KasusSesuai dengan hasil pemeriksaan refraksi, maka pasien dianjurkan untuk memakai kacamata sesuai dengan ukurannya. Jadi pemeriksa memberikan kacamata single vision untuk membantu memperbaiki tajam penglihatan si pasien.

DAFTAR PUSTAKAD.F. Horne, M.B.S, () Spectacle Lens Techologyhttp://optikonline.info/2010/09/18/tips-cara-memotong-lensa-secara-manual.htmlhttp://modulfisika.blogspot.com/2013/04/kelas-viii-jenis-jenis-lensa.html?m=1http://serasioptical.wordpress.com/2010/03/08/kacamata-gumpil-gimana/http://www.optiknisna.info/mengenali-jenis-bingkai-kacamata-anda.html

AKADEMI REFRAKSI OPTISI YAYASAN BINALITA SUDAMA MEDANLembaran Persetujuan ProposalJudul Proposal KTI: Perbandingan Sudut Bevel Terhadap Ketebalan Suatu LensaNama Mahasiswa: ELFRI AULIA SARINIM:12678

Menyetujui Dosen Pembimbing Proposal

(Syahru.R RO,SKM)

MengetahuiAkademi Refraksi Otisi Yayasan Binalita Sudama Medan

Direktur Pembantu Direktur Bidang Akademi

(Arya Novika N.S,RO,M.Pd) (Timanta G.RO,S.Pd)PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAHPERBANDINGAN SUDUT BEVEL TERHADAP KETEBALAN SUATU LENSAOleh :ELFRI AULIA SARI NIM 12678

Diajukan Untuk Sumber Proposal Karya Tulis Ilmiah Dalam Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

AKADEMI REFRAKSI OPTISI YAYASAN BINALITA SUDAMA MEDAN2015

DAFTAR ISILEMBAR PENGESAHAN........................................................................................KATA PENGANTAR........................................................................................DAFTAR ISIBAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah.1.2 Ruang Lingkup Masalah1.3 Pembatasan dan Fokus Masalah.....1.4 Tujuan Penulisan.BAB II TINJAUAN PUSTAKA.2.1 Pengertian Frame / Bingkai Kacamata.2.2 Pengertian Lensa.2.3 Pengertian Bevel.BAB III LANGKAH-LANGKAH PENETAPAN KASUS3.1 Pemeriksaan Refraksi.3.2 Anamnesa.3.3 Inspeksi dan Obserfasi.3.4 Pemeriksaan Pendahuluan.3.5 Resep Order / Kacamata.3.6 Tahapan Persiapan3.7 Tahapan Penggosokan.3.8 Tahapan Penyelesaian.BAB IV TINJAUAN KASUS.............................................................................4.1 Jenis Kasus.4.2 Tempat Penanggulanngan4.3 Jenis Data.4.4 Diagnosa.4.5 Penangggulangan Kasus.DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................