KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Allah
SWT. atas berkat dan karunia-Nya yang terus memberikan penulis
kesehatan untuk dapat menyelesaikan dan menyusun proposal ini
dengan baik, walaupun disisi lain masih banyak kekurangan yang
harus di perbaiki. Tak lupa pula selawat berangkaikan salam penulis
sanjung sajikan kepada Nabi besar Muhammad saw, yang telah membawa
kita dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh ilmu pengetahuan
seperti yang kita rasakan saat ini.Adapun maksud dan tujuan
penulisan proposal Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi
salah satu syarat penyelesaian Program Diploma III sebagai Ahli
Madya Refraksionis Optisien Akademi Refraksi Optisi Yayasan
Binalita Sudama Medan, yang berjudul PERBANDINGAN SUDUT BEVEL
TERHADAP KETEBALAN SUATU LENSA.Dalam penyelesaian proposal Karya
Tulis Ilmiah ini, penulis mendapatkan banyak bantuan baik dari segi
moril maupun materil. Penulis banyak diberikan saran, pendapat,
maupun data atau bantuan dari pihak lain, sehingga memperlengkan
proposal Karya Tulis Ilmiah ini dalam dunia Akademis. Ucapan
terimakasih yang teristimewa penulis hanturkan kepada kedua orang
tua (Ayah WARJI dan Mamak SUPIANI) yang telah memberikan bantuan
luar biasa kepada penulis baik moril maupun materil dan juga dengan
kasih sayang yang tak terhingga beliau yang telah membesarkan
penulis hingga sampai saat ini .Selain itu , dalam menyusun
proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis juga ingin menyampaikan
penghargaan serta ucapan terimakasih yang sebesar besarnya
kepada:1. Ibu ARYA NOVIKA N.S. RO, M.Pd, selaku diriktur Akademi
Refraksi Optisi Yayasan Binalita Sudama Medan.2. Bapak
SYAHRU.ROMADHON RO,SKM selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan saran dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal Karya Tulis Ilmiah ini.3. Seluruh Dosen dan staff pegawai
Akademi Refraksi Optisi Yayasan Binalita Sudama Medan yang mana
telah membina dan mendidik penulis selama perkuliahan. 4. Terkhusus
kepada Abangda tersayang (AMAT NUR, ST) dan Kakak (SRI HAYATI, A.Md
KOM) yang telah banyak membantu selama masa perkuliahan ini, baik
dari segi finisial maupun saran dan motivasi yang sangat membangun.
Dan juga kepada Ilandaka K.S yang telah menemani penulis dalam
keadaan suka dan duka, yang selalu menemani penulis saat jenuh
dalam penyelesaian proposal Karya Tulis Ilmiah ini.5. Teman-teman
seperjuangan dan sahabat-sahabat saya Rizka Ayu, Agus Tina Sir,
Nita Nugrahwati, Sapriani Agustina Putri, Rini Putri Guci,
Wilhelmina yang telah menemani dari semester awal hingga akhir ini
dan hingga selamanya. Terimakasih buat segala support yang telah
diberikan, serta suka duka yang selama ini kita rasakan bersama.6.
Tak ketinggalan teman-teman sekelas, Alfan Syahrizal, bg Arif
Syahputra, Ame Silvia, Ahmad Solikhin, Mangiring Handayani,
Zarizatun Fauza, dan teman-teman lainnya angkatan 2012 yang tak
bisa disebutkan satu persatu.7. Keluarga kecil ku di Kos Tuasan Gg.
Gultom, mulai dari senioren Kak JW dan Kak Helda, hingga rekan
sebaya Almi, Ira, Evi, Susan, Dani dan Engly yang selalu
menyemangati penulis di rumah untuk segera menyelesaikan proposal
Karya Tulis Ilmiah agar secepatnya wisuda. Tak ketinggalan untuk
tetangga depan kos mamak Hafizah sekeluarga, dkk.8. Serta Saudara/i
yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, penulis
mengucapkan banyak terimakasih atas doa dan dukungannya.Penulis
menyadari peoposal Karya Tulis Ilmiah ini memiliki banyak
kekurangnan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan penulisan
karya-karya ilmiah selanjutnya.Demikian pengantar dari penulis.
Atas perhatian, dukungan, dan masukannya penulis mengucapkan banyak
terimakasih, semoga ALLAH SWT. meridhoi kita semua, Aamiin.
Medan, Februari 2015Penulis,
Elfri Aulia SariNim. 12678
BAB IPENDAHAULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan
terutama di ilmu pengetahuan kesehatan telah berkembang dengan
sangat pesat. Perkembangan ini semakin menunjang tingginya
kesejahteraan hidup setiap orang. Semua orang tentunya ingin hidup
dengan sehat dan sejahtera. Baik secara jasmani maupun rohani.
Seseorang dikatakan sehat jasmani apabila setiap indranya masih
dapatberfungsi dengan baik. Salah satau alat indra manusia yang
sangat penting adalah indra penglihatan. Seorang yang buta / tidak
bisa melihat tentunya akan sangat sulit dalam beraktivitas. Pada
saat ini sudah banyak tersedia pelayanan kesehatan mata untuk
memberi pelayanan kesehehatan dan informasi tentang mata. Salah
satu tenaga kesehatan yang sering di jumpai di tempat pelayanan
kesehatan mata adalah tenaga kesehatan Refraksionis Optisien.
Refraksionis Optision adalah seseorang yang merupakan tenaga
kesehatan yang telah lulus pendidikan berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku, berwenang melakukan pemeriksaan
mata dasar, pemeriksaan refraksi, penetapan hasil refraksi,
menyiapkan dan membuat lensa kacamata atau lensa kontak. Hal ini
dicantumkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan (KEPMENKES) No.
1424/MENKES/SK/XI/2002, tentang penyelenggaraan optikal di nyatakan
bahwa, pelayanan perkacamataan yang memenuhi syarat kesehatan
mempunyai peran dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Maka peranan Refraksionis Optisien di Optikal sangatlah penting
sebagai penanggung jawab yang akan memberikan pelayanan dalam
pemeriksaan tajam penglihatan, dalam pemilihan lensa dan kelebihan
lensa baik perkacamataan mau pun lensa kontak. Kacamata adalah
lensa tipis untuk mata guna menormalkan dan mempertajam
penglihatan, (ada yang berangka dan ada yang tidak) sekarang selain
menjadi alat bantu panglihatan, kacamata juga sudah menjadi
perlengkap gaya serta menjadi alat bantu khusus untuk menikmati
hiburan seperti kacamata khusus 3 dimensi. Beberapa bagian yang
terdiri dari kacamata yaitu frame dan lensa. Frame adalah bingkai
kacamata yang memegang lensa dan memberi nilai plus bagi pemakai.
Sedangkan lensa yaitu suatu benda bening yang tranparan, yang
memiliki satu atau dua kelengkungan dan memiliki power atau
kekuatan dalam satuan dioptri (D), lensa juga memiliki indeks bias
yang berbeda-beda sesuai dari material lensa itu sendiri. Ada pun
pada bagian dari kacamata yang harus di perhatikan terutama pada
seseorang yang mengalami minus tinggi yaitu pada bagian pingggir
lensa yang di sebut dengan bevel. Bevel adalah potongan miring pada
pinggiran lensa yang berfungsi untuk mengunci atau menjaga agar
lensanya tidak mudah terlepas. Ada pun beberapa jenis bevel yaitu
V-bevel, hidden bevel, dan flat bevel.
1.2 Ruang Lingkup MasalahBerdasarkan latar belakang masalah
proposal KTI ini, maka yang menjadi ruang lingkup masalah pada
penulisan proposal ini adalah Perbandingan Sudut Bevel Terhadap
Ketebalan Suatu Lensa.
1.3 Pembatasan dan Fokus MasalahPembatasan dan fokus masalah ini
sangat dibutuhkan agar aspek yang akandibahas cukup dan tidak
keluar dari jalur yang sebenarnya. Masalah yang akan dibahas pada
penulisan proposal ini adalah tentang Perbandingan Sudut Bevel
Terhadap Ketebalan Suatu Lensa.
1.4 Tujuan PenulisanAda pun tujuan penulisan proposal ini adalah
:1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Diploma III
Ahli Madya Refraksi Optisi Yayasan Binalita Sudama Medan.2. Guna
memperdalam pengetahuan tentang kelebihan lensa standart.3.
Diharapkan agar proposal ini dapat menjadi panduan bagi
Refraksionis Optision dalam kelebihan lensa.4. Diharapkan agar
proposal ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi
penulis.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Frame / Bingkai Kacamata Frame adalah bingkai
kacamata yang memegang lensa dan memberi nilai plus bagi
pemakai.2.1.1 Jenis Frame pada Kacamataan, yaitu :1. Kontruksi
Bingkai PenuhBingkai kacamata ini memiliki kontruksi rim yang
melingkari seluruh keliling lensa. Dapat berbahan metal maupun
plastik, atau gabungan dari keduanya. Variasi bentuk yang termasuk
dalam klasifikasi bingkai penuh adalah : Combination Half Eye2.
Kontruksi Bingkai Setengah Bingkai kacamata ini konstruksi rimnya
hanya melingkari sebagian keliling lensa, bisa hanya di bagian
atas, samping, atau bawahnya saja. Beberapa variasi yang lazim
ditemui adalah : Nylon Supra / String Mounted / Nylon Cord Frame
Semi-Rimles Mounting Numon Mounting Ballgrip Mounting3. Kontruksi
Tanpa Bingkai Kacamata model rimless ini, sebagaimana disebut
memang tidak memiliki rim untuk menahan lensanya. Variasi model
dalam katagori ini adalah : Rimles Mounting Phantom
2.2 Pengertian Lensa Lensa adalah suatu benda bening yang
tranparan, yang memiliki satu atau dua kelengkungan dan memiliki
power atau kekuatan dalam satuan dioptri (D), lensa juga memiliki
indeks bias yang berbeda-beda sesuai dari material lensa itu
sendiri. Lensa di gunakan sebagai alat bantu untuk mengoreksi
penglihatan seseorang yang mengalami kelainan refraksi.
2.2.1 Jenis-Jenis Lensa2.2.1.1 Jenis lensa kacamata menurut
jumlah fokusnya, yaitu :1. Single vision / Monofokal / Fokus
Tunggal Yaitu lensa yang terdiri dari satu ukuran, baik untuk jarak
jauh, menengah atau pun dekat.2. Lensa Bifokal Yaitu yang terdidi
dari 2 ukuran sehaingga memberikan pandangan yang baik untuk jark
jauh dan dekat. Penggunaan lensa bifocal ini biasanya berusia 40
tahun ke atas.3. Lensa Tri Fokal Yaitu lensa kacamata yang memiliki
3 area fokus yang berbeda, bagian atas umtuk visi jauh, bagian
tengah untuk visi dekat, dan bagian bawah untuk visi dekat, maka
terjadilah loncatan bayangan pada lensa ini.4. Lensa Progresif
Yaitu lensa yang memberikan perubahan yang tidak terlihat antaea
jarak jauh, menengah, dan dekat.
2.2.1.2 Jenis Lensa Berdasarkan Dioptri / Power, yaitu :1. Lensa
SpheriesYaitu lensa yang memiliki kekuatan yang sama pada setiap
merediannya, tetapi titik fokusnya hanya ada satu yaitu OC (Optical
Center)2. Lensa CylinderYaitu lensa yang memiliki kekuatan yang
berbeda pada meridian yang saling tegak lurus.
2.2.1.3 Jenis Lensa Berdasarkan Indeks Bias, yaitu : Indeks bias
adalah nilai yang menunjukan kemampuan pembiasan suatu media di
bandingkan dengan udara. Indeks bias udara di anggap bernilai satu.
Semakin tinggi kerapatan molekul suatu media, maka akan semakin
tinggi pula nilai indeks biasnya.1. Crown glass2. Barium glass3.
Flint glass4. ThindeksCR 395. Polycarbinate6. HI
Berikut adalah daftar nilai ABBE, semakin tinggi angka maka akan
semakin sedikit penyimpangan.MATERIALINDEX ABBE
Crown Glass1.52359
High Index Glass1.6042
High Index Glass1.7039
Plastic CR 391.4958
Mid Index Plastik1.5447
Mid Index Plastik1.5636
High Index Plastik1.6036
High Index Olastik1.6632
Trivex1.5343
Polycarbonate1.5830
2.3Pengertian Bevel Adalah potongan miring pada pinggiran lensa
yang berfungsi untuk mengunci atau menjaga agar lensanya tidak
mudah terlepas.
2.3.1 Jenis-Jenis Bevel1. V-BevelSebuah pinggiran lensa yang
berbentuk seperti huruf V. V-bevel in digunakan untuk frame
full-rim seperti full metal dan full plastic.2. Flat BevelSebuah
pinggiran lensa yang berbentuk flat atau datar, yang biasanya
digunakan untuk frame semi rimless.3. Hidden BevelSebuah pinggiran
lensayan tersembunyi, bevel ini biasanya digunakan untuk frame
rimless.
2.3.2 Cara Pembuatan BevelEdging adalah alat yang digunakan
untuk membentuk lensa optalmik agar dapat di pasang pada bingkai
(frame) kacamata.Teknik faset yang ada, dikenal sebagai berikut :1.
Teknik ManualYaitu dari pemotongan lensa hingga jadi (terbentuk
sudut bevel) semuanya dilakukan dengan keterampilanj tangan.
Biasanya menggunakan alat bantu kertas pasir.2. Teknik Semi
AutomatikYaitu pembentukan sudut bevelnya dilakukan dengan
menggunakan alat bantu gerinda, sedangkan pemotongan tepi lensanya
dengan menggunakan tangan.
3. Teknik AutomatikYaitu dimana pemotingan tepi lensa hinga
terbentuknya tepi lensa semua dilakukan oleh mesin. Pada teknik ini
sangat dibutuhkan oleh adanya patron atau pola, atau PATREN
MARKER.3.1Tahapan TeknikManual Edging1. Persiapkan pembasahan,
pendingin dan bilas menggunakan air yang mengalir pada permukaan
gerinda.2. Cara atau teknik memegang lensa.3. Besar sudut paset,
untuk lensa yang berukuran tinggi sudutnya lebih kecil dari lensa
yang berukuran rendah.4. Posisi lensa terhadap arah putaran
gerinda.5. Posisi apex bevel harus sesuai dengan tebal dan tipisnya
suatu lensa dan posisi ini akan mempengaruhi jarak vertex dari
lensa.6. Besaran tekanan pada waktu proses paset.7. Menilai proses
paset dengan mendengarkan bunyi dari gerida terhadap lensa.
BAB IIILANGKAH-LANGKAH PENETAPAN KASUS
3.1Pemeriksaan Refraksi Tujuan pemeriksaan refraksi adalah untuk
memperoleh ketajaman peglihatan terbaik dengan menggunakan ukuran
lensa koreksi yang sesuai dengan jenis kelainan refraksinya.
Diharapkan dengan pemakaian ukuran lensa koreksi yang tepat dan
bayangan dapat dibiaskan tepat di retina. Agar tujuan tersebut
dapat tercapai, maka pemeriksaan refraksi harus dilakukan secara
teratur dan terperinci dimana setiap perubahan dari ukuran lensa
yang akan diberikan disesuaikan dengan refraksi dan keterangan yang
diberikan oleh pasien. Pemeriksaan dilakukan dengan sabar dan
teliti serta pemeriksaan memberikan petunjuk-petunjuk yang mudah
dan tidak membosankan. Pemeriksaan refraksi sering diperlukan untuk
membedakan apakah penglihatan kabur disebabkan oleh kesalahan
refraksi atau oleh kelainan mesdis pada system visual.Jadi, selain
menjadi dasar untuk penulisan resep kacamata atau lensa kontak,
pemerriksaan refraksi juga berfungsi sebagai diagnosik.Data
PasienNama: ALMI PRATIWI TARIGANUmur: 20 TahunAlamat: Jln.
TuasanJenis Kelamin: PerempuanPekerjaan: Mahasiswi
3.2Anamnesa Anamnesa bertujuan untuk memperoleh informasi yang
sebanyak-banyaknya dari pasien, mengenai identitas pasien,
keluhanan dari pasien, riwayat kesehatan pasien, riwayat kesehatan
keluarga pasien, agar dapat menentukan diagnose dan tindakan yang
tepat atas keluhan dan latar belakang keluhan dan latar belakang
keluhan tersebut secara rinci, serta selalu memperhatikan kebutuhan
penglihatan pasien berdasarkan pekerjaan, hobby, dan
kebiasaan.Anamnesa dari pasien adalah : Kabur melihat jauh
Fotophobia
3.3Inspeksi dan Observasi Inspeksi dan observasi bertujuan untuk
mengamati keadaan bola mata yang normal atau kelainan pada segmen
anterior, bisa dilihat langsung dengan mata dan bisa jatuh dengan
alat bantu berupa mistar PD dan senter.Pada Segmen Anterior, hasil
pemeriksaan pada mata pasien yaitu dalam keadaam baik (normal),
juga yang didapat dari hasil pengukuran :1. Palpebra: Normal2.
Konjuntiva: Jernih3. Sklera: Putih4. Kornea: Jernih5. Iris: Hitam6.
Lensa: Jernih7. Diameter pupil: 3 mm8. Bentuk pupil: Bulat9.
Pinggir pupil: Rata10. Refleks pupil: Baik11. Bulu mata tumbuh
normal12. Posisi bola mata normal
3.4Pemeriksaan PendahuluanPemeriksaan pendahuluan terdiri dari
:1. Pengukuran PDPengukuran PD (papillary distance) yaitu mengatur
jarak pupil mata pasien dari mata kanan sampai pada mata kiri
pasien. Pengukuran PD pasien yang didapat dari mata pasien
adalah:1. PD jauh Binokuler pasien adalah 60 mm.2. PD dekat
Binokuler pasien adalah 58 mm.2. Pengukuran Near Point Convergence
(NPC)Mengatur titik terdekat convergence kedua mata. Pengukuran NPC
yang didapat dari pasien adalah 12.3. Penentuan Pergerakan Bola
MataPenentuan gerakan bola mata bertujuan unruk memeriksa dan
mengetahui fungsi otot-otot penggerak bola mata dan gerakan kedua
mata massih normal atau tidak. Penentuan gerakan bola mata pasien
sebagai berikut:1. Version: Normal2. Duction: Normal3. Vergen:
Normal4. Menentukan Mata DominanUntuk mengetahui kekuatan tajam
penglihatan kedua mata kanan dan kiri, dalam pemeriksaan mata
dominan biasanya di dapat mata dominan pasien adalah sebelah kiri
(OS).5. Pemeriksaan Refraksi SubjektifTujuan dari pemeriksaan
refraksi subjektif untuk mengetahui tujuan penglihatan, disini
pasien diminta membaca Optotype (kartu snellen) pada jarak 6 m.
Pemerisaan refraksi subjektif yang didapat dari pasien adalah:Hasil
pemeriksaan refraksi subjektif pada mata pasien adalah OD: S-7.00
OS: S-10.00 dengan visus 6/7.5
6. Pemeriksaan Ketepatan KoreksiTujuannya yaitu untuk mengetahui
ketepatan koreksi apabila visus yang didapat pada mata kanan dan
kiri sama, alat yang digunakan pada pemeriksaan ketepatan koreksi
adalah:1. Reed and Green chart2. Lensa Hasil Refraksi yang
Didapat3. OlkuderCara melakukannya adalah setelah hasil koreksi
didapat dan apabila visusnya sama pada kedua mata, maka pasangkan
lensa koreksi pada akhir yang di dapat kedua mata dan pasien di
perintahkan untuk melihat lingkaran hitam pada dasar merah dan
hijau, jika pasien mengatakan lingkaran hitam pada dasar merah dan
hijau sama maka hasil koreksi sudah tepat.
3.5Resep Order / Kacamata Dari hasil refraksi yang didapat maka
lensa yang akan di gunakan berukuran R/ S-7,00 D dan L/ S-10,00 D.
Dengan dimensi frame sebagai berikut :1. A: 48 mm2. B: 30 mm3. DBL:
18 mm4. Efektif Diameter: 50 mm5. Jenis Lensa: CR 396. Merk Frame:
Bernie7. Kontruksi Frame: Full Plastik 3.6Tahapan PersiapanData
PasienHasil pemeriksaan subjektif1. Hasil pemeriksaan subjektif
yang didapatAVOD: 6/60S-7.00 D 6/7,5AVOS: 6/60S-10.00 D 6/7,5PD: 62
Dimensi FrameA: 48B: 30DBL: 18Efektif Diameter: 50Jenis Frame: Full
PlastikJeis Lensa: Single VisionBahan: CR 39PD Frame: 66Desentrasi:
2 mmDiameter Lensa : 58Resep kacamataR/S -7.00 DR/L -10.00 D
1. Lay Out : perhitungan tool untuk lensa CR 39 (n. 1.498)R : S
-7.00 CR 39 (n. 1.498)Base Curve = +3.00True Power x F x 3.00 x
3.00= + 2.81
True Power = + 2.81F = F1 + F2F2 = F F1F2 = -7.00 (+ 2.81)F2 = -
9.81
Comp Tool x (-9.81) x (-9.81) = -10.44 Tool = Cembung 10.50
L : S -10.00 CR 39 (n. 1.498)Base Curve = +3.00True power x F x
2.00 x 2.00= + 1.87
True Power = + 1.87F = F1 + F2F2 = F F1F2 = -10.00 (+1.87)F2 =
-11.87
Comp Tool x (-11.87) x (-11.87)= -12.63 Tool = Cembung 12.50
2. Menentukan Tebal BlankFungsi dari menentukan ketebalan dari
suatu lensa yaitu agar pada saat proses penggosokan agar sesuai
dengan poewr yang diinginkan, selain itu kita juga dapat melakukan
efisiensi, efektivitas, dan keekonomisan didalam memilih tebal
lensa. Semakin tebal sebuah lensa maka harga akan semakin mahal dan
semakin lama proses penggosokannya.Untuk power yang tinggi
sebaiknya mengggunakan lensa blank yang lebih tebal. Untuk lensa
minus ketebalan tengah (CT) dan untuk lensa plus ketebalan tepi
(ET) telah ditentukan. Untuk menghitung ketebalan suatu lensa kita
dapat menggunakan rumus sagita.
Kasus perhitungan menentukan tebal blank lensa CR 39 (n.
1.498)R: S -7.00 DBase Curve : +3.00CT : 1.0 mmUntuk front surface
(F1) F1 = +2.81 = r1 = 0,177 m = 177 mm
S1= r1 = 177 = 177 = 177 = 177 175= 2 mm
Untuk back surface power (F2)F2= -9.81= r2= 0.050 m= 50 mm
Maka sagitanya adalah : S2 = r2 = 50 = = 50 = 50 43.3 = 6.7
mm
S1-S2 = CT ET 2 6.7= 1.0 ET - 4.7 = 1.0 ET ET= 1.0 + 4.7= 5.7
mm
Maka, dari data diatas adalah :CT = 1.0 mmET = 5.7 mm
Maka, tebal minimum blank adalah :5.7 + 2 = 7.7 mm
L : S-10.00 DBase Curve : +3.00CT : 1.0 mm Untuk front surface
(F1)F1 = +1.87= r1= 0.336 m= 336 mm
S1 = r1 = 336 = 336 = 336 = 336 335 = 1 mm
Untuk back surface power (F2)F2 = -11.87= r2= 0.041 m= 41 mm
Maka sagitanya adalah :
S2 = r2 = 41 = 41 = 41 = 41 32.5 = 8.5 mm
S1 S2 = CT ET1 8.5 = 1.0 ET- 7.5 = 1.0 ETET = 1.0 + 7.5 = 8.5
mm
Maka, dari data diatas :CT = 1.0 mmET = 8.5 mm
Maka, tebal minimum bkank adalah :8.5 + 2 = 10.5 mm3.7Tahapan
Penggosokan Proses penggosokan dapat dilakukan pada kedua sisi
permukaan lensa yakni permukaan F1 dan permukaan F2. Penggosokan
secara konfensional dapat dilakukan dengan 3 tahapan dengan catatan
setiap tahapan harus dilalui dengan sebaik-baiknya. Adapun tahapan
tersebut adalah sebagai brtikut :1. Tahap GrindingGerinding
merupakan tahapan yang paling awal dari proses penggosokan.
Ketepatan dari proses ini sangat penting karena proses ini
merupakan proses awal yang akan menghasilkan kelengkungan lensa
yang diinginkan sebelum dilakukan polishing serta proses ini akan
mengurangi ketebalan lensa sesuai perhitungan yang
dilakukan.Didalam tahapan ini kita menggunakan abrassive yaitu
bahan pasir gosok yang terbuat dari Aluminium Oxida (Al2O3) yang
disebut juga Emery seperti M 60 dan M 180. Untuk pemakaian
abrassive M 60 akan menghasilkan permukaan lensa yang lebih kasar
dibandingkan dengan pemakaian abrasive M 180, oleh sebab itu
abrasive M 60 akan membut waktu penggosokan menjadi lebih lama
dibandingkan dengan abrasive M 180.Pada tahapan ini permukaan lensa
yang akan habis karena proses penggosokan lebih kurang 0,4 mm untuk
tiap permukaan lensa, semakin lama dilakukan penggosokan maka akan
semakin banyak ketebalan lensa yang akan terbuang. Pada tahapan ini
dikatakan telah selesai apabila pada seluruh permukaan lensa telah
terbentuk kelengkungan yang sesuai dengan kelengkungan laps (tool)
yang diinginkan dan permukaan yang akan dihasilkan dalam tahapan
ini adalah menyerupai kulit jeruk.Pada penggosokan lensa cylindris
penggosokan permukaan belakang lensa dilakukan dua tahapan. Tahapan
pertama atau disebut dengan Rocking yang mana pada permukaan
belakang lensa digosok dengan menggunakan tool spheris yang
merupakan cross curve dari lensa cylindris, sedangkan pada tahapan
grinding saja, sedangkan pada tahapan berikutnya kita menggunakan
tool cylindris.2. Tahap FinningFinning merupakan tahapan kedua dari
proses penggosokan lensa. Tahapan ini merupakan proses penghalusan
permukaan lensa yang akan menghasilkan permukaan lebih halus dari
lensa hasil penggosokan grinding.Proses ini akan mengurangi
ketebalan lensa sekitar 0,1 mm untuk tiap permukaan lensa. Dalam
tahapan ini penggosokan ini menggunakan abrasive M 303. Pemakaian
abrasive harus dicampur dengan air dengan perbandingan 3 : 2
semakin kental campuran abrasive dengan air maka semakin
mempercepat proses finning.Semakin lama dilakukan penggosokan maka
akan semakin banyak ketebalan lensa yang terbuang, tahapan ini
dilakukan selesai apabila pada seluruh permukaan lensa telah halus
mencapai haze / kabur (seperti putih susu) dan sesuai dengan
kelengkungan laps (tool) yang diinginkan bebas scratch, bebas
holes.3. Tahap PoleshingPoleshing merupakan tahapan akhir dari
proses penggosokan lensa. Proses ini disebut juga sebagai proses
transparansi yang akan menghasilkan permukaan lensa yang transparan
dan licin optis. Pada proses ini permukaan tool dilapisi dengan Pad
Adhesive (kain poles) untuk mencegah terjadinya goresan pada
permukaan lensa akibat gesekan permukaan tool dan lapisan ini akan
mempercepat proses transparasi.Tahapan penggosokan ini menggunakan
abrasive M 309 yang terbuat dari Cerium Oxida Zirocnium Oxida.
Pemakaian abrasive ini juga dicampur dengan air dimana
perbandingannya 1 : 3. Semakin kental campuran ini maka akan
mempercepat proses transparansi lensa tersebut. Tahapan ini
dikatakan selesai apabila pada seluruh pada seluruh permukaan lensa
telah transparan dan licin optis tidak ada cacat sama sekali.
3.8 Tahapan Penyelesaian Tahap penyelesaian merupakan tahap
akhir yaitu proses dimana membersihkan lensa dari proses
penggosokan agar dapat dilakukan inspeksi dan penilaian sebagai
penentuan kelayakan lensa untuk dipergunakan sebagai lensa
opthalmik.1. DeblockingDeblocking ialah suatu kegiatan pemisahan
lensa dengan blocking body (plipper), yang dilakukan jika semua
tahapan proses penggosokan telah selesai.Kita dapat melakukan
deblocking dengan beberapa cara yakni sebagai berikut:1.1 Dengan
cara mengetuk blocking body dengan menggunakan sebuah kayu, dengan
catatan kekuatan tidak boleh terlalu kuat agar lensa tidak peceh
atau terhidar dari kecacatan seperti timbul goresan.1.2 Dengan cara
merendam lensa beserta blocking body kedalam air panas, hal ini
dilakukan apabila saat memblocking kita memakai metode Metal Alloy
Blocking, dimata bahan perekat terbuat dari timah.1.3 Dengan cara
menyimpan dilemari pendingin, hal ini dilakukan jika perekat yang
digunakan adalah damar.1.4 Dengan menggunakan tang khusus untuk
melepaskan lensa dari blocking body. Cara ini dilakukan apabila
kita memakai metode Suction blocking.
2. Quality Control SurfacingQuality control surfacing merupakan
penilaian hasil dari prosespenggosokan lensa, yang bertujuan untuk
menilai kelayakan lensa yang akan dipergunakan. Ada dua metode
penilaian dari lensa akhir surfacing yaitu :
2.1 Inspeksi Inspeksi adalah suatu proses pengecekan pada fisik
atau material lensa tersebut. Adapun yang dapat dinilai dari metode
ini ialah :2.1.1 Chips (retakan)Keadaan ini ditandain dengan adanya
pecahan kecil pada tepi lensa sompel. Keadaan ini bisa terjadi pada
lensa akibat benturan pada saat penggosokan berlangsung dimana tepi
lensa yang terlebih dahulu terkena permukaan tool atau pada saat
debelocing.2.1.2 Scratch (goresan)Scratch atau yang kerap dikenal
dengan istilah goresan yang terjadi pada permukaan lensa, hal ini
dapat terjadi pada saat proses penggosokan ini berlangsung dimana
cairan atau abrasive sudah terkontaminasi dengan benda keras
seperti pasir abrasive M 303 dan M 309 telah tercampur dengan M 60
atau M 180. Oleh sebab itu pada saat penggosokan harus dijaga
kebersihannya. 2.1.3 Greyness (keabu-abuan)Greyness atau kabut ini
bisa terjadi dimana pada saat proses polishing yang belum sempurna,
sebab kita ketahui bahwasannya Greyness ini terjadi pada proses
akhir dari finning, sedangkan pada proses polishing lensa tersebut
harus transparan dan licin optis. 2.1.4 Wave (gelombang)Wave yang
terdapat pada permukaan lensa biasanya diakibatkan oleh permukaan
tool yang sudah tidak simetris atau tidak rata. 2.1.5 Holes
(lubang)Keadaan ini ditandai dengan adanya lubang-lubang krcil pada
permukaan lensa.
2.1.6Bubbles (gelembung)Bubbles atau gelembung-gelembung kecil
pada material lensa, hal ini terjadi bukan diakibatkan oleh proses
penggosokan yang tidak berjalan dengan baik.2.1.7Inclusion
(lipatan)Inclusion atau lipatan yang terdapat pada material lensa.
Inclusion merupakan lipatan atau garis kecil didalam material lensa
tersebut.
2.2 VerifikasiDisini kita akan menilai apakah kensa yang telah
digosok telah sesuai dengan orderan yang telah diterima. Adapun
yang perlu kita nilai adalah sebagai berikut.2.2.1Power Lensa Power
lensa dapat kita ketahui dengan menggunakan alat lensometer dan
spherometer. Adapun toleransi kesalahan power lensa yangDigunakan
ukuran addisi dari lens bifocal adalah sebesar 0,12 D danuntuk
ukuran jauhnya 0,1 D2.2.2 Base CurveBase Curve dapat kita ketahui
dengan mempergunakan alat.2.2.3Ketebalan CT dan ETKetebalan CT dan
ET dapat kita ketahui dengan menggunakan alatcaliper.
2.2.4Warna
BAB IVTINJAUAN KASUS
4.1 Jenis KasusDari hasil pemeriksaan refraksi yang telah
dilakukan pada laboratorium refraksi klinik, dinyatakan bahwa
pasien tersebut mengalami kelainan Myopia Tinggi ODS dan jenis
kasus penulisan ini adalah perkacamataan.
4.2 Tempat PenanggulanganAdapun tempat penanggulangan kasus ini
dilakukan di laboratorium perkacamataan Akademi Refraksi Optisi
Yayasan Binalita Sudama Medan.
4.3Jenis DataJenis data yang diperoleh dari pemeriksaan refraksi
adalah :1. Nama: Almi Pratiwi Tarigan2. Umur: 213. Alamat: Jln.
Tuasan4. Jenis Kelamin: Perempuan5. Pekerjaan: MahasiswiUkuran
kacamata AVOD: S-6,75 D 6/7,5AVOD: S-9,50 D 6/7,5
4.4 Diagnosa Dari pemeriksaaan tersebut diagnosa yang diperoleh
yaitu pasien mengalami Myopia Sedang ODS.
4.5 Penanggulangan KasusSesuai dengan hasil pemeriksaan
refraksi, maka pasien dianjurkan untuk memakai kacamata sesuai
dengan ukurannya. Jadi pemeriksa memberikan kacamata single vision
untuk membantu memperbaiki tajam penglihatan si pasien.
DAFTAR PUSTAKAD.F. Horne, M.B.S, () Spectacle Lens
Techologyhttp://optikonline.info/2010/09/18/tips-cara-memotong-lensa-secara-manual.htmlhttp://modulfisika.blogspot.com/2013/04/kelas-viii-jenis-jenis-lensa.html?m=1http://serasioptical.wordpress.com/2010/03/08/kacamata-gumpil-gimana/http://www.optiknisna.info/mengenali-jenis-bingkai-kacamata-anda.html
AKADEMI REFRAKSI OPTISI YAYASAN BINALITA SUDAMA MEDANLembaran
Persetujuan ProposalJudul Proposal KTI: Perbandingan Sudut Bevel
Terhadap Ketebalan Suatu LensaNama Mahasiswa: ELFRI AULIA
SARINIM:12678
Menyetujui Dosen Pembimbing Proposal
(Syahru.R RO,SKM)
MengetahuiAkademi Refraksi Otisi Yayasan Binalita Sudama
Medan
Direktur Pembantu Direktur Bidang Akademi
(Arya Novika N.S,RO,M.Pd) (Timanta G.RO,S.Pd)PROPOSAL KARYA
TULIS ILMIAHPERBANDINGAN SUDUT BEVEL TERHADAP KETEBALAN SUATU
LENSAOleh :ELFRI AULIA SARI NIM 12678
Diajukan Untuk Sumber Proposal Karya Tulis Ilmiah Dalam
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah
AKADEMI REFRAKSI OPTISI YAYASAN BINALITA SUDAMA MEDAN2015
DAFTAR ISILEMBAR
PENGESAHAN........................................................................................KATA
PENGANTAR........................................................................................DAFTAR
ISIBAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah.1.2 Ruang Lingkup
Masalah1.3 Pembatasan dan Fokus Masalah.....1.4 Tujuan
Penulisan.BAB II TINJAUAN PUSTAKA.2.1 Pengertian Frame / Bingkai
Kacamata.2.2 Pengertian Lensa.2.3 Pengertian Bevel.BAB III
LANGKAH-LANGKAH PENETAPAN KASUS3.1 Pemeriksaan Refraksi.3.2
Anamnesa.3.3 Inspeksi dan Obserfasi.3.4 Pemeriksaan Pendahuluan.3.5
Resep Order / Kacamata.3.6 Tahapan Persiapan3.7 Tahapan
Penggosokan.3.8 Tahapan Penyelesaian.BAB IV TINJAUAN
KASUS.............................................................................4.1
Jenis Kasus.4.2 Tempat Penanggulanngan4.3 Jenis Data.4.4
Diagnosa.4.5 Penangggulangan Kasus.DAFTAR
PUSTAKA.........................................................................................