KATA PENGANTAR Om Swastyastu” Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas Asungkertawaranugraha-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Rekayasa Lalu Lintas ini tepat pada waktunya. Pada Praktikum ini kami melakukan survey pada simpang Jl. Waturenggong barat menuju Jl. Diponogoro. Pada kesempatan ini juga kami tidak lupa berterimakasih kepada bapak Ir.A.A Gede Sumanjaya.MT sebagai dosen pengajar maupun dosen pembimbing yang telah membantu kami dalam penyelesaian Laporan Rekayasa Lalu Lintas ini. Dan juga kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan masukan dalam penyusunan Laporan Praktikum Rekayasa Lalu Lintas ini. Akhirnya, tidak lupa kami memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam Laporan Praktikum Rekayasa Lalu Lintas ini. Kami sadar bahwa Laporan Praktikum Rekayasa Lalu Lintas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang sekiranya dapat digunakan untuk perbaikan pada penyusunan laporan berikutnya.Untuk itu kami ucapkan terima kasih. “Om Santhi , Santhi , Santhi, Om” Denpasar, 20 Desember 2015 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas
Asungkertawaranugraha-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Rekayasa Lalu
Lintas ini tepat pada waktunya.
Pada Praktikum ini kami melakukan survey pada simpang Jl. Waturenggong barat
menuju Jl. Diponogoro.
Pada kesempatan ini juga kami tidak lupa berterimakasih kepada bapak Ir.A.A Gede
Sumanjaya.MT sebagai dosen pengajar maupun dosen pembimbing yang telah membantu
kami dalam penyelesaian Laporan Rekayasa Lalu Lintas ini. Dan juga kami mengucapkan
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan masukan dalam penyusunan
Laporan Praktikum Rekayasa Lalu Lintas ini.
Akhirnya, tidak lupa kami memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam
Laporan Praktikum Rekayasa Lalu Lintas ini. Kami sadar bahwa Laporan Praktikum
Rekayasa Lalu Lintas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang sekiranya dapat digunakan
untuk perbaikan pada penyusunan laporan berikutnya.Untuk itu kami ucapkan terima kasih.
“Om Santhi , Santhi , Santhi, Om”
Denpasar, 20 Desember 2015
Tim Penyusun
1
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Umum
Padatnya penduduk di kota-kota besar merupakan faktor yang menyebabkan permasalahan lalu lintas. Berdasarkan kepadatan penduduknya Denpasar merupakan urutan 29 di Indonesia. Denpasar juga merupakan kota terpadat kendaraan di Bali. Hal ini menunjukkan bahwa kota Denpasar memiliki kesibukan penduduk yang tinggi. Oleh karena itu, kelancaran dan kemudahan arus lalu lintas adalah salah satu faktor yang mendukung hal tersebut.
Persimpangan merupakan jalinan jalan yang memiliki posisi penting dan kritis dalam mengatur arus lalu lintas. Tidak praktis dan tidak optimalnyanya kinerja simpang akan menimbulkan permasalahan. Oleh karena itu, pengaturan kinerja simpang dan pemakaian sinyal yang optimal sangat diperlukan untuk mengatur arus lalu lintas agar tidak terjadi permasalahan pada persimpangan-persimpangan di kota Denpasar.
1.2. Latar Belakang
Dengan meningkatnya mobilitas penduduk, jalan merupakan penunjang bagi penduduk dalam melakukan aktifitas dan sarana untuk meningkatkan perekonomian yang paling penting. Maka dari itu, perlu di buat persimpangan bersinyal di Pertigaan Pasar Sanglah Menuju Jalan Diponogoro dan Jalan Raya Sesetan untuk memberikan laynan dan kemudahan bagi pengguna jalan agar tercipta lalu lintas yang lebih praktis, hemat, dan mempersingkat waktu. Persimpangan Pasar Sanglah dari jalan waturenggong barat menuju jalan diponogoro diatur tanpa sinyal,.Hal ini mengakibatkan kemacetan yang disebabkan oleh kepadatan jumlah pengendara. Sejauh ini upaya yang di lakukan adalah mengatur pola pergerakan lalu lintas pada tiap ruas jalan.
Dengan kasus seperti di atas, maka perlu adanya evaluasi kinerja pengaturan lalu lintas yang didukung oleh suatu studi pengaturan lalu lintas untuk menghasilkan kinerja simpang yang optimal.
1.3. Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah proyek akhir adalah
sebagai berikut :a. Bagaimana volume kendaraan di persimpangan Jalan Waturenggong Barat menuju
Jalan Diponogoro.b. Apa saja yang menyebabkan kemacetan lalu lintas di persimpangan Jalan
Waturenggong Barat menuju Jalan Diponogoro.c. Bagaimana solusi untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di persimpangan Jalan
Waturenggong Barat menuju Jalan Diponogoro.
2
1.4. Tujuan PenelitianBerdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian adalah sebagai
berikut :a. Untuk mengetahui volume kendaraan di persimpangan Jalan Waturenggong Barat
menuju Jalan Diponogoro.b. Untuk mengetahui apa saja yang menyebabkan kemacetan lalu lintas di
perssimpangan Jalan Waturenggong Barat menuju Jalan Diponogoro.c. Untuk mengetahui solusi dalam mengatasi kemacetan lalu lintas di persimpangan
Jalan Waturenggong Barat menuju Jalan Diponogoro.
1.5. Batasan PermasalahanAdapun batasan permasalahan meliputi :a. Volume kendaraan di persimpangan Jalan Waturenggong Barat menuju Jalan
Diponogoro.b. Penyebab kemacetan lalu lintas di persimpangan Jalan Waturenggong Barat menuju
Jalan Diponogoro.c. Solusi untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di persimpangna Jalan Waturenggong
Barat menuju Jalan Diponogoro.
1.6. Manfaat PenelitianManfaat dari penelitian ini adalah untuk mengetahui volume kendaraan serta penyebab
kemacetan lalu lintas di persimpangan Jalan Waturenggong Barat menuju Jalan Diponogoro.Dengan melakukan survey di persimpangan terebut maka didapatkan solusi untuk masalah yang terjadi di persimpangan tersebut.
1.7. Denah Lokasi
Gambar 1. Lokasi Survey
3
Lokasi Survey Pengumpulan Data Arus Lalu Lintas di Persimpangan
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1. PersimpanganPersimpangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua sistem jalan. Ketika
berkendara di dalam kota, orang dapat melihat bahwa kebanyakan jalan di daerah perkotaan biasanya memiliki persimpangan, di mana pengemudi dapat memutuskan untuk jalan terus atau berbelok dan pindah jalan.
Menurut Departemen Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat (1996), persimpangan adalah simpul pada jaringan jalan di mana jalan-jalan bertemu dan lintasan kendaraan berpotongan. Lalu lintas pada masing-masing kaki persimpangan bergerak secara bersama-sama dengan lalu lintas lainnya.Persimpangan-persimpangan merupakan faktor-faktor yang paling penting dalam menentukan kapasitas dan waktu perjalanan pada suatu jaringan jalan, khususnya di daerah-daerah perkotaan.
Karena persimpangan harus dimanfaatkan bersama-sama oleh setiap orang yang ingin menggunakannya, maka persimpangan tersebut harus dirancang dengan hati-hati, dengan mempertimbangkan efisiensi, keselamatan, kecepatan, biaya operasi, dan kapasitas. Pergerakan lalu lintas yang terjadi dan urutan-urutannya dapat ditangani dengan berbagai cara, tergantung pada jenis persimpangan yang dibutuhkan (C. Jotin Khisty, 2003)
Khisty (2003) menambahkan, persimpangan dibuat dengan tujuan untuk mengurangi potensi konflik diantara kendaraan (termasuk pejalan kaki) dan sekaligus menyediakan kenyamanan maksimum dan kemudahan pergerakan bagi kendaraan.
2.1.1. Jenis-jenis PersimpanganSecara umum terdapat tiga jenis persimpangan, yaitu persimpangan sebidang,
pembagian jalur jalan tanpa ramp, dan simpang susun atau interchange (Khisty, 2003). Sedangkan menurut F.D. Hobbs (1995), terdapat tiga tipe umum pertemuan jalan, yaitu pertemuan jalan sebidang, pertemuan jalan tak sebidang, dan kombinasi antara keduanya.
Persimpangan sebidang (intersection at grade) adalah persimpangan di mana dua jalan atau lebih bergabung pada satu bidang datar, dengan tiap jalan raya mengarah keluar dari sebuah persimpangan dan membentuk bagian darinya (Khisty, 2003).
2.1.2. Persinggungan di PersimpanganLintasan kendaraan pada simpang akan menimbulkan titik konflik yang
berdasarkan alih gerak kendaraan terdapat 4 (empat) jenis dasar titik konflik yaitu berpencar (diverging), bergabung (merging), berpotongan (crossing), dan berjalinan (weaving).
Jumlah potensial titik konflik pada simpang tergantung dari jumlah arah gerakan, jumlah lengan simpang, jumlah lajur dari setiap lengan simpang dan pengaturan simpang.Pada titik konflik tersebut berpotensial terjadinya kecelakaan dan kemacetan lalu lintas.
4
Pada simpang empat lengan, titik-titik konflik yang terjadi terdiri dari 16 titik crossing, 8 titik diverging dan 8 titik merging seperti ditunjukan dalam Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Titik Konflik pada Simpang Empat Lengan (Sumber: Khisty, 2003)
2.2. Lampu Lalu LintasSatu metode yang paling penting dan efektif untuk mengatur lalu lintas di persimpangan
adalah dengan menggunakan lampu lalu lintas. Menurut C. Jotin Khisty (2003), lampu lalu lintas adalah sebuah alat elektrik (dengan sistem pengatur waktu) yang memberikan hak jalan pada satu arus lalu lintas atau lebih sehingga aliran lalu lintas ini bisa melewat persimpangan dengan aman dan efisien.
Clarkson H. Oglesby (1999) menyebutkan bahwa setiap pemasangan lampu lalu lintas bertujuan untuk memenuhi satu atau lebih fungsi-fungsi yang tersebut di bawah ini:
1. Mendapatkan gerakan lalu lintas yang teratur. 2. Meningkatkan kapasitas lalu lintas pada perempatan jalan. 3. Mengurangi frekuensi jenis kecelakaan tertentu. 4. Mengkoordinasikan lalu lintas di bawah kondisi jarak sinyal yang cukup baik,
sehingga aliran lalu lintas tetap berjalan menerus pada kecepatan tertentu. 5. Memutuskan arus lalu lintas tinggi agar memungkinkan adanya penyebrangan
kendaraan lain atau pejalan kaki. 6. Mengatur penggunaan jalur lalu lintas. 7. Sebagai pengendali ramp pada jalan masuk menuju jalan bebas hambatan
(entrancefreeway).8. Memutuskan arus lalu lintas bagi lewatnya kendaraan darurat (ambulance) atau pada
jembatan gerak. Di lain pihak, Clarkson H. Oglesby (1999) menyebutkan bahwa terdapat hal-hal yang
kurang menguntungkan dari lampu lalu lintas, antara lain adalah:1. Kehilangan waktu yang berlebihan pada pengemudi atau pejalan kaki. 2. Pelanggaran terhadap indikasi sinyal umumnya sama seperti pada pemasangan
khusus. 3. Pengalihan lalu lintas pada rute yag kurang menguntungkan. 4. Meningkatkan frekuensi kecelakan, terutama tumbukan bagian belakang kendaraan
dengan pejalan kaki.
5
2.3. Simpang BersinyalSimpang-simpang bersinyal merupakan bagian dari sistem kendali waktu tetap yang
dirangkai atau sinyal aktual kendaraan terisolir.Simpang bersinyal biasanya memerlukan metode dan perangkat lunak khusus dalam analisanya.
Kapasitas simpang dapat ditingkatkan dengan menerapkan aturan prioritas sehingga simpang dapat digunakan secara bergantian.Pada jam-jam sibuk hambatan yang tinggi dapat terjadi, untuk mengatasi hal itu pengendalian dapat dibantu oleh petugas lalu lintas namun bila volume lalu lintas meningkat sepanjang waktu diperlukan sistem pengendalian untuk seluruh waktu (full time) yang dapat bekerja secara otomatis.Pengendalian tersebut dapat digunakan alat pemberi isyarat lalu intas (traffic signal) atau sinyal lalu lintas.
Gambar 2.2 Konflik-konflik pada simpang bersinyal empat lengan (Sumber: MKJI, 1997)
Menurut MKJI (1997), pada umumnya penggunaan sinyal lalu lintas pada persimpangan dipergunakan untuk satu atau lebih alasan berikut ini.
1. Untuk menghindari kemacetan simpang akibat adanya konflik arus lalu lintas, sehingga terjamin bahwa suatu kapasitas tertentu dapat dipertahankan, bahkan selama kondisi lalu lintas jam puncak.
2. Untuk memberi kesempatan kepada kendaraan dan/atau pejalan kaki dari jalan simpang (kecil) untuk memotong jalan utama.
3. Untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas akibat tabrakan antara kendaraan-kendaraan dari arah yang bertentangan.
6
2.4. Prosedur Perhitungan Simpang BersinyalBanyak persoalan lain yang berhubungan dengan Ahli Teknik Lalu-lintas dan Teknik
Jalan Raya dapat diselesaikan dengan cara “coba-coba” yaitu menggunakan sejumlah kumpulan data yang berbeda. Karena tugas ini memerlukan banyak waktu, dan juga tidak selalu menghasilkan penyelesaian terbaik, maka bagian panduan rekayasa lalu-lintas telah dibuat pada setiap bagian.Pedoman ini harus dipelajari lebih dulu sebelum menggunakan metode perhitungan rinci untuk setiap tipe fasilitas lalu-lintas, karena berisi saran yang dapat membantu pengguna MKJI untuk memilh rencana sementara sebelum memulai analisa terinci. Panduan tersebut meliputi :
1. Ambang arus lalu-lintas untuk menentukan tipe dan rencana ruas jalan dan simpang yang paling ekonomis berdasarkan analisa, pemakai jalan dan biaya pembuatan jalan, sepanjang umur fasilitas (analisa biaya siklus hidup).
2. Perilaku lalu-lintas dari berbagai tipe simpang dan jalan dengan rentang kondisi yang luas.
3. Dampak perubahan rencana geometrik dan bentuk pengaturan lalu-lintas pada keselamatan lalu-lintas dan polusi kendaraan.
4. Saran mengenai rencana geometrik terinci dan peralatan pengaturan lalu-lintas yang mempengaruhi kapasitas dan keselamatan lalu-lintas.
Simpang-simpang bersinyal yang merupakan bagian dari kendali waktu tetap yang dirangkai atau sinyal aktuasi kendaraan terisolir, biasanya memerlukan metoda dan perangkat lunak khusus dalam analisanya.Walau demikian masukan untuk waktu sinyal dari suatu simpang yang berdiri sendiri dapat diperoleh dengan menggunakan program bantuan KAJI.
Proses perhitungan Simpang Bersinyal ini digunakan untuk menentukan waktu sinyal, kapasitas dan perilaku lalu-lintas (tundaan, panjang antrian dan resiko kendaraan terhenti) pada simpang bersinyal di daerah perkotaan dan semi perkotaan.
A. Data Masukan1. Kondisi Geometrik Pengaturan Lalu Lintas dan Kondisi Lingkungan
Perhitungan dikerjakan secara terpisah untuk setiap pendekat.Satu lengan simpang dapat terdiri lebih dari satu pendekat, yaitu dipisahkan menjadi dua atau lebih sub pendekat.Hal ini terjadi jika gerakan belok kanan dan/atau belok kiri mendapat sinyal hijau pada fase yang berlainan dengan lalu-lintas yang lurus, atau jika dipisahkan secara fisik dengan pulau-pulau lalu-lintas dalam pendekat.
Untuk masing-masing pendekat atau sub pendekat lebar efektif (Wc) ditetapkan dengan mempertimbangkan denah dari bagian masuk dan ke luar suatu simpang dan distribusi dari gerakan-gerakan membelok.
7
Data-data yang ada dimasukkan ke dalam formulir sesuai dengan perintah yang ada pada masing-masing kolom yang tersedia, yaitu :
a. Umum Mengisi tanggal dikerjakan, oleh siapa, kota, simpang dan waktu (puncak, pagi) pada bagian judul formulir.
b. Ukuran kota Mengisi jumlah penduduk perkotaan.
c. Fase dan waktu sinyal antara waktu hijau (g) Mengisi waktu hijau ( G ),antar hijau (IG) pada setiap kotak fase, dan mengisi waktu siklus serta waktu total yang hilang ( LT = Σ IG ) untuk setiap kasus yang ditinjau ( jika tersedia ).
d. Belok kiri langsung Tampak dalam diagram-diagram fase dalam pendekat-pendekat mana gerak belok kiri langsung diijinkan.
e. Denah Mengisi ruang kosong pada bagian tengah formulir untuk membuat sketsa persimpangan dan mengisi seluruh masukan data geometrik yang diperlukan : Tata Letak dan posisi mulut persimpangan ( MP ) atau pendekat, pulau-
pulau lalu lintas, garis henti, penyeberangan kaki, marka jalur dan arah panah.
Lebar ( dengan pendekatan sepersepuluh meter ) dari bagian perkerasan mulut persimpangan, masuk ( entry ), keluar ( exit ).
Panjang lajur dan garis menerus atau garis larangan Gambar pada arah Utara pada sketsa, jika tata letak dan desain
persimpangan tidak diketahui, untuk analisis menggunakan asumsi sesuai dengan nilai-nilai dasar.
f. Kode pendekat Mengisi arah mata angin untuk memberi nama pendekat atau indikasi yang cukup jelas untuk memberi nama pendekat.
8
g. Tipe Lingkungan Jalan Mengisi tipe lingkungan jalan untuk setiap pendekat : Komersial ( COM )
Tata guna lahan komersial, contoh : restoran, kantor, dengan jalan masuk langsung bagi pejalan kaki dan kendaraan.
Permukiman ( RES ) Tata guna lahan tempat tinggal dengan jalan masuk langsung bagi pejalan kaki dan kendaraan.
Akses Tebatas Jalan masuk terbatas atau tidak ada sama sekali.
h. Median (jika ada) Mengisi dengan ada atu tidaknya median pada sisi kanan garis henti pada pendekat.
i. Tingkat hambatan samping Tinggi :
Besar arus berangkat pada tempat masuk dan keluar berkurang oleh karena aktivitas di samping jalan pada pendekat seperti angkutan umum berhenti, pejalan kaki berjalan di samping jalan.
Rendah : Besar arus berangkat pada tempat masuk dan keluar tidak berkurang oleh hambatan samping dari jenis-jenis tersebut di atas.
j. Lebar pendekat Dimasukkan dari sketsa, lebar bagian yang diperkeras dari masing-masing pendekat , belok kiri langsung, tempat masuk dan tempat keluar ( bagian tersempit setelah melewati jalan melintang ).
k. Kelandaian Mengisi kelandaian dalam % ( naik = +%, turun = -%).
l. Belok kiri langsung ( LTOR ) Mengisi dengan ada atau tidaknya gerakan belok kiri boleh langsung.
m. Jarak ke kendaraan parkir pertama Mengisi jarak normal antara garis henti dan kendaraan parkir pertama pada bagian hilir dari pendekat.
2. Kondisi Arus Lalu LintasPerhitungan dilakukan per satuan jam untuk satu atau lebih periode, misalnya
didasarkan pada kondisi arus lalu-lintas rencana jam puncak pagi, siang dan sore. Arus lalu-lintas (Q) untuk setiap gerakan (belok kiri QLT, lurus QST dan belok
kanan QRT) dikonversi dari kendaraan per jam menjadi satuan mobil penumpang (smp) per jam dengan menggunakan ekivalen kendaraan penumpang (emp) untuk masing-masing pendekat terlindung, dan terlawan.
9
Jenis Kendaraanemp untuk tipe pendekat
Terlindung Terlawan
Kendaraan Ringan (LV) 1,0 1,0
Kendaraan Berat (HV) 1,3 1,3
Sepeda Motor (MC) 0,2 0,4
P¿=¿(smp / jam)
Total (smp/ jam)PRT=
RT (smp / jam)Total (smp / jam)
2.5. Koordinasi Simpang BersinyalKoordinasi sinyal antar simpang diperlukan untuk mengoptimalkan kapasitas jaringan
jalan karena dengan adanya koordinasi sinyal ini diharapkan tundaan (delay) yang dialami kendaraan dapat berkurang dan menghindarkan antrian kendaraan yang panjang.Kendaraan yang telah bergerak meninggalkan satu simpang diupayakan tidak mendapati sinyal merah pada simpang berikutnya, sehingga dapat terus berjalan dengan kecepatan normal. Sistem sinyal terkoordinasi mempunyai indikasi sebagai salah satu bentuk manajemen transportasi yang dapat memberikan keuntungan berupa efisiensi biaya operasional (Sandra Chitra Amelia, 2008 dikutip dari Arouffy, 2002)
Menurut Taylor dkk, (1996) koordinasi antar simpang bersinyal merupakan salah satu jalan untuk mengurangi tundaan dan antrian.Adapun prinsip koordinasi simpang bersinyal menurut Taylor ditunjukan dalam Gambar 2.3 berikut.
Gambar 2.3 Prinsip Koordinasi Sinyal dan Green Wave (Sumber : Taylor dkk (1996), Understanding Traffic System)
10
Dari Gambar 2.3 di atas, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengkoordinasikan sinyal, yaitu:
1. Waktu siklus pada sinyal tiap simpang diusahakan sama, hal ini untuk mempermudah menentukan selisih nyala sinyal hijau dari simpang yang satu dengan simpang berikutnya.
2. Sebaiknya pola pengaturan simpang yang dipergunakan adalah fixed time signal, karena koordinasi sinyal dilakukan secara terus menerus.
Sistem koordinasi sinyal dibagi menjadi empat macam sebagai berikut ini:1. Sistem serentak (simultaneous system), semua indikasi warna pada suatu koridor jalan
menyala pada saat yang sama. 2. Sistem berganti-ganti (alternate system), sistem dimana semua indikasi sinyal berganti
pada waktu yang sama, tetapi sinyal atau kelompok sinyal pada simpang didekatnya memperlihatkan warna yang berlawanan.
3. Sistem progresif sederhana (simple progressive system), berpedoman pada siklus yang umum tetapi dilengkapi dengan indikasi sinyal jalan secara terpisah.
4. Sistem progresif fleksibel (flexible progressive system), memiliki mekanisme pengendali induk yang mengatur pengendali pada tiap sinyal. Pengendalian ini tidak hanya memberikan koordinasi yang baik diantara sinyal-sinyal tetapi juga memungkinkan panjang siklus dan pengambilan silkus pada interval di sepanjang hari.
2.5.1. Syarat Koordinasi SinyalPada situasi di mana terdapat beberapa sinyal yang mempunyai jarak yang cukup
dekat, diperlukan koordianasi sinyal sehingga kendaraan dapat bergerak secara efisien melalui kumpulan sinyal-sinyal tersebut.
Pada umumnya, kendaraan yang keluar dari suatu sinyal akan tetap mempertahankan grupnya hingga sinyal berikutnya. Jarak di mana kendaraan akan tetap mempertahankan grupnya adalah sekitar 300 meter (McShane dan Roess, 1990).
Untuk mengkoordinasikan beberapa sinyal, diperlukan beberapa syarat yang harus dipenuhi (McShane dan Roess, 1990), yaitu:
1. Jarak antar simpang yang dikoordinasikan tidak lebih dari 800 meter. Jika lebih dari 800 meter maka kordinasi sinyal tidak akan efektif lagi.
2. Semua sinyal harus mempunyai panjang waktu siklus (cycle time) yang sama. 3. Umumnya digunakan pada jaringan jalan utama (arteri, kolektor) dan juga
dapat digunakan untuk jaringan jalan yang berbentuk grid. 4. Terdapat sekelompok kendaraan (platoon) sebagai akibat lampu lalu lintas di
bagian hulu.
Selain itu, Taylor, dkk (1996) juga mengisyaratkan bahwa fungsi dari sistem koordinasi sinyal adalah mengikuti volume lalu lintas maksimum untuk melewati simpang tanpa berhenti dengan mulai waktu hijau (green periods) pada simpang berikutnya mengikuti kedatangan dari kelompok (platoon).
11
2.5.2. Offset dan BandwidthOffset merupakan perbedaan waktu antara dimulainya sinyal hijau pada
simpangpertama dan awal hijau pada simpang setelahnya (C.S. Papacostas, 2005). Waktu offsetdapat dihitung melalui diagram koordinasi. Namun, waktu offset juga dapat digunakan untuk memulai membentuk lintasan koordinasi.
Sedangkan bandwidth adalah perbedaan waktu dalam lintasan paralel sinyal hijau antara lintasan pertama dan lintasan terakhir (C.S. Papacostas, 2005). Keduanya berada dalam kecepatan yang konstan dan merupakan platoon yang tidak terganggu sinyal merah sama sekali.
Untuk lebih jelasnya, offset dan bandwidth dapat dilihat pada gambar diagram koordinasi empa simpang di bawah ini.
Gambar 2.4 Offset dan Bandwidth dalam Diagram Koordinasi
2.5.3. Konsep dasar koordinasi lampu lalu lintasMenurut Pedoman Sistem Pengendalian Lalu Lintas Terpusat No.AJ401/1/7/1991
Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Darat, dasar pendekatan dari perencanaan sistem terkoordinasi pengaturan lalu lintas sepanjang suatu jalan arteri adalah bahwa kendaraan-kendaraan yang lewat jalan tersebut akan melaju dalam bentuk iring-iringan dari satu simpang ke simpang berikutnya. Berdasarkan kecepatan gerak iring-iringan tersebut, interval lampu dan lama lampu hijau menyala di satu simpang dan di simpang berikutnya dapat ditentukan, sehingga iring-iringan tersebut dapat melaju terus tanpa hambatan sepanjang jalan yang lampu pengatur lalu lintasnya terkoordinasikan.
1. Koordinasi pada jalan satu arah dan jalan dua arahBentuk paling sederhana dari satu koordiansi pengaturan lampu lalu lintas
adalah pada suatu jalan satu arah di mana tidak ada lalu lintas yang dapat masuk ke dalam ruas jalan tersebut dia antara dua persimpangan.Lampu lalu lintas bagi penyebarangan pejalan kaki pada ruas jalan tersebut diatur sedemikian rupa sehingga arus lalu lintas kendaraan yang bergerak dengan kecepatan tertentu seolah-olah tidak mengalami hambatan.
12
Kesulitan muncul seandainya jalan tersebut harus melayani lalu lintas dua arah. Jika pengaturan untuk penyebrang jalan diterapkan berdasarkan parameter pergerakan arus lalu lintas dari satu arah tertentu, maka arus lalu lintas arah berlawanan akan menderita kerugian. Kecuali jika lokasi penyebrangan tepat berada di tengah-tengah ruas jalan tersebut.
2. Diagram waktu jarakKonsep koordinasi pengaturan lampu lalu lintas biasanya dapat digambarkan
dalam bentuk DiagramWaktu-jarak (Time Distance Diagram) seperti diperlihatkan pada Gambar 2.3.Diagram waktu-jarak adalah visualisasi dua dimensi dari beberapa simpang yang terkoordiansi sebagai fungsi jarak dan pola indikasi lampu lalu lintas di masing-masing simpang yang bersangkutan sebagai fungsi waktu.
3. Metode koordinasi lampu lalu lintas • Pola pengaturan waktu tetap (Fixed Time Control). Pola pengaturan
waktu yang diterapkan hanya satu, tidak berubah-ubah. Pola pengaturan tersbut merupakan pola pengaturan yang paling cocok untuk kondisi jalan atau jaringan jalan yang terkordinasikan. Pola-pola pengaturan tersebut ditetapkan berdasarkan data-data dan kondisi dari jalan atau jaringan yang bersangkutan.
• Pola pengaturan waktu berubah berdasarkan kondisi lalu lintas. Pola pengaturan waktu yang diterapkan tidak hanya satu tetapi diubah-ubah sesuai dengan kondisi lalu lintas yang ada. Biasanya ada tiga pola yang diterapkan yang sudah secara umum ditetapkan berdasarkan kondisi lalu lintas sibuk pagi (morning peak condition), kondisi lalu lintas sibuk sore (evening peak condition), dan kondisi lalu lintas di antara kedua periode waktu tersebut (off peak condition).
• Pola pengaturan waktu berubah sesuai kondisi lalu lintas (traffic responsive system). Pola pengaturan waktu yang diterapkan dapat berubah-ubah setiap waktu sesuai dengan perkiraan kondisi lalu lintas yang ada pada waktu yang bersangkutan. Pola-pola tersebut ditetapkan berdasarkan perkiraan kedatangan kendaraan yang dilakukan beberapa saat sebelum penerapannya. Sudah barang tentu metode ini hanya dapat diterapkan dengan peralatan-peralatan yang lengkap.
13
2.5.4. Keuntungan dan Efek Negatif Sistem TerkoordinasiMasih menurut Pedoman Sistem Pengendalian Lalu Lintas Terpusat
No.AJ401/1/7/1991 Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Darat, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengkoordinasikan lalu lintas dalam perkotaan, beberapa diantaranya adalah keuntungan dan efek negatif dari penerapan sistem tersebut.
Dalam penerapan sistem pengaturan terkoordinasi, beberapa keuntungannya adalah:
1. Diperolehnya waktu perjalanan total yang lebih singkat bagi kendaraan-kendaraan dengan karakteristik tertentu
2. Penurunan derajat polusi udara dan suara 3. Penurunan konsumsi energi bahan bakar 4. Penurunan angka kecelakaan
Di samping keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari penerapan sistem pengaturan lalu lintas terkoordinasi ini, perlu pula diperhatikan akibat negatifnya, seperti:
1. Kemungkinan terjadi waktu perjalanan yang lebih panjang bagi lalu lintas kendaraan yang karakteristik operasinya berbeda dengan karakteristik operasi kendaraan yang diatur secara terkoordinasi.
2. Manfaat penerapan sistem ini akan berkurang jika mempertimbangkan jenis lalu lintas lain seperti pejalan kaki, sepeda, dan angkutan umum. Umumnya, keuntungan lebih besar akan diperoleh jika sistem ini diterapkan di suatu jaringan jalan arteri utama dibandingkan dengan jaringan jalan yang memiliki banyak hambatan.
3. Koordinsai lampu lalu lintas pada jalan arteri utama akan efektif jika satu simpang dengan simpang yang lain berjarak kurang lebih 800 meter. Jika jarak lebih dari itu, maka keefektivannya akan berkurang.
2.6. Teori MKJI2.6.1. Karakteristik Sinyal Lalu Lintas
Penggunaan sinyal dengan lampu tiga warna (hijau, kuning, merah) diterapkan untuk memisahkan lintasan dari gerakan-gerakan lalu lintas yang saling bertentangan dalam dimensi waktu.
1. Fase SinyalPemilihan fase pergerakan tergantung dari banyaknya konflik utama, yaitu
konflik yang terjadi pada volume kendaraan yang cukup besar. Menurut MKJI, 1997 Jika fase sinyal tidak diketahui, maka pengaturan dengan dua fase sebaiknya digunakan sebagai kasus dasar. Pemisahan gerakan-gerakan belok kanan biasanya hanya dilakukan berdasarkan pertimbangan kapasitas kalau gerakan membelok melibihi 200 smp/jam.
2. Waktu Antar Hijau dan Waktu Hilang
14
Waktu antar hijau adalah periode kuning dan merah semua anatara dua fase yang berurutan, arti dari keduanya sebagai berikut ini:
a. Panjang waktu kuning pada sinyal lalu lintas perkotaan di Indonesia menurut MKJI, 1997 adalah 3,0 detik.
b. Waktu merah semua pendekat adalah waktu dimana sinyal merah menyala bersamaan dalam semua pendekat yang dilayani oleh dua fase sinyal yang berurutan. Fungsi dari waktu merah semua adalah memberi kesempatan bagi kendaraan terakhir (melewati garis henti pada akhir sinyal kuning) berangkat sebelum kedatangan kendaraan pertama dari fase berikutnya.
Waktu hilang (lost time) adalah jumlah semua periode antar hijau dalam siklus yang lengkap. Waktu hilang dapat diperoleh dari beda antara waktu siklus dengan jumlah waktu hijau dalam semua fase.
LTI = Σ (semua merah + kuning) Sumber : MKJI, 1997 (Hal : 2 – 44)
Ketentuan waktu antar hijau berdasarkan ukuran simpang menurut MKJI (1997) dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Waktu Antar HijauLebar Nilai normal
Ukuran simpang jalan Rata- waktu antar hijaurata
Kecil 6 – 9 m 4 detik/faseSedang 10 – 14 m 5 detik/faseBesar >15 m > 6 detik/fase
3. Waktu Siklus dan Waktu HijauWaktu siklus adalah urutan lengkap dari indikasi sinyal (antara dua saat
permulaan hijau yang berurutan di dalam pendekat yang sama). Waktu siklus yang paling rendah akan menyebabkan kesulitan bagi pejalan kaki untuk menyebrang, sedangkan waktu siklus yang lebih besar menyebabkan memanjangnya antrian kendaraan dan bertambahnya tundaan, sehingga akan mengurangi kapasitas keseluruhan simpang.
Dengan :Cua = waktu siklus sebelum penyesuaianLTI = waktu hilang total per siklusFR = rasio arus simpang
b. Waktu hijau (gi)
15
Waktu hijau untuk masing-masing fase :gi = (Cua-LTI) x PRi (detik) ................................. (2.2)
Dengan : gi = tampilan waktu hijau pada fase iPRi= Rasio fase FR/ ∑FR
c. Waktu siklus yang disesuaikan (c)c = Σg+ LTI (detik) ............................................... (2.3)
2.6.2. Arus Jenuh Lalu lintasArus lalu lintas untuk setiap gerakan (belok kiri, lurus, dan belok kanan)
dikonversi dari kendaraan per jam menjadi satuan mobil penumpang (smp) per jam dengan menggunakan ekivalen kendaraan penumpang (emp) untuk masing-masing pendekat terlindung dan terlawan. Nilai konversi untuk setiap jenis kendaraan dapat dilihat pada Tabel 2.2 sebagai berikut.
Tabel 2.2 Nilai Ekivalen Mobil Penumpang
Jenis Kendaraan Terlindun Terlawg an
Kendaraan ringan (LV) 1,0 1,0Kendaraan berat (HV) 1,3 1,3Sepeda motor (MC 0,2 0,4
Rumus yang digunakan dari MKJI (1997) untuk menghitung arus jenuh lalu lintas adalah sebagai berikut :
1. Menentukan arus jenuh dasar (So) untuk setiap pendekat, untuk pendekat tipe P (arus terlindung)So = 600 x We....................................................... (2.4)
dengan : We = Lebar efektif
2. Menghitung nilai arus jenuh S yang dinyatakan sebagai hasil perkalian dari arus jenuh dasar untuk keadaan standar, dengan faktor penyesuaian (F) untuk penyimpangan dari kondisi sebenarnya, dari suatu kondisi-kondisi yang telah ditetapkan : S = SO x FCS x FSF x FG x FP x FRT x FLT ..................... (2.5)
Dengan :SO = Arus jenuh dasarFCS = Faktor penyesuaian ukuran kotaFSF = Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping, dan
kendaraan tak bermotorFG = Faktor penyesuaian untuk kelandaian
c. Faktor penyesuaian parkir (FP)Faktor penyesuain parkir dapat dihitung dari rumus berikut, yang mencakup
pengaruh panjang waktu hijau :
(Wa− 2)x(LP / 3 −g)
17
FP = (LP−3) −WA
d. Faktor penyesuaian belok kanan (FRT)Faktor penyesuain belok kanan ditentukan sebagai fungsi dari rasio kendaraan
belok kanan, dihitung dengan rumus:FRT = 1,0 + PRT x 0,26
e. Faktor penyesuaian belok kiri (FLT)Faktor penyesuain belok kiri dapat dihitung dengan menggunakan rumus
(hanya berlaku untuk pendekat tipe terlindung (P) tanpa LTOR):FLT = 1,0 – PLT x 0,16
2.6.3. KapasitasKapasitas pada persimpangan didasarkan pada konsep dan angka arus aliran
jenuh (Saturation Flow). Angka Saturation Flow didefinisikan sebagai angka maksimum arus yangdapat melewati pendekat pertemuan jalan menurut kontrol lalu lintas yang berlaku dan kondisi jalan Satuation Flow dinyatakan dalam unit kendaraan per jam pada waktu lampu hijau, di mana hitungan kapasitas masing-masing pendekat adalah :
C = S x cg (smp/jam) ............................................ (2.6)
Dengan :C = kapasitas S = arus jenuh g = waktu hijauc = waktu siklus
dan derajat kejenuhan masing-masing diperoleh dari :
Dengan :DS = derajat kejenuhanQ = arus lalu lintas pada pendekat tersebut (smp/jam)C = kapasitas
Kapasitas total adalah hasil perkalian antara kapasitas dasar (Co) untuk kondisi tertentu (ideal) dan faktor-faktor korelasi (F) dengan memperhitungkan pengaruh terhadap kapasitas, kapasitas dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (emp). Adapun persamaan dasar untuk menentukan kapasitas adalah
18
C = Co x FCw x FCsp xFCsf x FCcs
Dimana :C = Kapasitas sesungguhnya (smp/jam)Co = Kapasitas dasar (ideal) untuk kondisi ideal tertentu (smp/jam)FCw = Faktor penyesuaian untuk kapasitasFCsp = Faktor penyesuaian untuk kapasitas pemisah arusFCsf = Faktor penyesuaian untuk kapasitas hambatan samping 2 bahu
bahu jalanFCcs = Faktor penyesuaian untuk kapasitas ukuran kota
2.6.4. Volume Lalu LintasVolume lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang melalui suatu titik pada suatu
jalur gerak per satuan waktu , dan karena itu biasanya diukur dalam satuan kendaraan per satuan waktu.
Untuk menghitung volume lalu lintas perjam pada jam-jam puncak arus sibuk, agar dapat menentukan kapasitas jalan maka data volume kendaraan arus lalu lintas (per arah 2 total ) harus diubah menjadi satuan mobil penumpang (smp) dengan menggunakan ekivalen mobil. Penumpang.
Ekivalen mobil penumpang (emp) untuk masing-masing tipe kendaraan tergantung pada tipe jalan dan arus lalu lintas total dinyatakan dalam 1 jam.
Semua nilai smp untuk kendaraan yang berbeda berdasarkan koefisien ekivalen penumpang (emp).
2.6.5. Panjang AntrianPanjang Antrian adalah panjang antrian kendaraan dalam suatu pendekat dan
antrian dalam jumlah kendaraan yang antri dalam suatu pendekat (kendaraan,smp).1. Untuk DS> 0,5:
NQ1=0,25 xCx ¿…..(2.8)Dengan :
NQ1 = jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya (smp)DS = Derajat kejenuhanGR = Rasio hijau C = Kapasitas (smp/jam) = arus jenuh dikalikan rasio hijau (SxGR)
2. Untuk DS ≤ 0.5 maka NQ1 = 0Untuk menghitung antrian smp yang datang selama fase merah (NQ2) :
NQ2=c x 1−GR1−GR x DS
x Q3600……………….(2.9)
Dengan :NQ2 = Jumlah smp yang datang selama fase merah DS = Derajat kejenuhan GR = Rasio hijau c = Waktu siklus (det)
19
Qmasuk =Arus lalu-lintas pada tempat masuk di luar LTOR (smp/jam)
Tundaan rata-rata dapat digunakan sebagai indikator tingkat pelayanan dari masing-masing pendekat demikian juga dari suatu simpang secara keseluruhan
22
BAB IIIMETODELOGI PENELITIAN
3.1. UmumSecara umum, inti dari dibuatnya metode penelitian adalah untuk menguraikan
bagaimana tata cara analisa yang dilakukan. Tujuan dari adanya metodologi ini adalah untuk mempermudah pelaksanaan dalam melakukan pekerjaan guna memperoleh pemecahan masalah dengan maksud dan tujuan yang telah ditetapkan.Selain itu, metodologi juga disusun dengan prosedur kerja yang sistematis, teratur, dan tertib, sehingga dapat diterjemahkan secara ilmiah.
3.2. Alat PenelitianA. Alat penelitian
1. Laptop.2. Kamera3. Printer, untuk mencetak hasil penelitian.4. Ms Office, untuk pengolahan data.5. Alat tulis.6. Roll meter dan meteran.
3.3. Lokasi dan Waktu PelaksanaanLokasi survey dilakukan di Persimpangan Jalan Hangtuah
Gambar 2. Lokasi Survey
23
Lokasi Survey Pengumpulan Data Arus Lalu Lintas di Persimpangan
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Pelaksanaan survey lalu lintas bisa dijelaskan sebagai berikut :
Jadwal waktu pelaksanaan survei
NO Tanggal Kegiatan Waktu
1 20 Desember 2015Survey Pengumpulan Data Arus Lalu
Lintas di Persimpangan06.00 – 08.00 Wita
2 20 Desember 2015Survey Pengumpulan Data Arus Lalu
Lintas di Persimpangan11.00 – 13.00 Wita
3 20 Desember 2015Survey Pengumpulan Data Arus Lalu
Lintas di Persimpangan16.00 – 18.00 Wita
3.4. Metode Pengambilan Data
Berikut ini adalah perincian pelaksanaan survei lalu lintas yang dilakukan :
Susunan Oranisasi Pelaksanaan Survey Lalulintas
Untuk pelaksanaan Survey Lalu Lintas telah disusun Organisasi sebagai berikut:
24
Kordinator(I Wayan Alit Setiawan)
Anggota (I Ketut Bawa)Anggota (Richo Bashirotun M)
Anggota (I Kadek Sudartana Putra)Anggota (I Gede Muliana)
Anggota (I Nyoman Aris Suartana)Anggota (I Gusti Ngurah Dharma Putra)Anggota (Ida Bagus Nyoman Novayana)
Anggota (I Gusti Ayu Agung Krisna Devi Ananda)Anggota (I Putu Agus Ellyana Sukarata)
Anggota (I Kadek Agus Aryantha)Anggota (Putu Angga)
Anggota (Faruq Ula Dam)Anggota (I Gede Angga Adi Pradana)
3.4.1. Survey Pengumpulan Data Arus Lalulintas di Persimpangan1. Tenaga pelaksana
Tugas untuk pengumpulan data arus lalu lintas di persimpangan :
No Nama Pos Tugas
1Putu angga
1Mengihitung jumlah kendaraan sepeda
motor (SM)
2
Faruq uladam 1Mengihitung jumlah kendaraan ringan
(KR)
3 I gede muliana 1Mengihitung jumlah kendaraan berat
(KB)
4 I gede angga adi pradana 1 Menghitung interval waktu
5 I gusti ngurah dharma putra 2Mengihitung jumlah kendaraan sepeda
motor (SM)
6 Ida bagus nyoman novayana 2Mengihitung jumlah kendaraan ringan
(KR)
7 I wayan alit setiawan 2Mengihitung jumlah kendaraan berat
(KB)
8I gusti ayu agung krisna
devi ananda2 Menghitung interval waktu
9 I ketut bawa 3Mengihitung jumlah kendaraan sepeda
motor (SM)
10 Richo bashirotun M 3Mengihitung jumlah kendaraan ringan
(KR)
11 I nyoman aris suartana 3Mengihitung jumlah kendaraan berat
(KB)
25
12 I gede mulianan 3 Menghitung interval waktu
13 Pius Barnabas Luan Tes Sie Perlengkapan
2. Peralatan/perlengkapan
Yang perlu dipersiapkan untuk 1 orang pengamat dalam pelaksanaan survey
ini antara lain :
Form Survey
Papan Alas Tulis
Alat Tulis
Jam/stopwatch
Air minum
3. Langkah-langkah Pengamatan pada pengumpulan data arus lalu lintas di
persimpangan :
a. Pengamat menempati pos pos yang telah ditentukan
b. 12 orang pengamat tersebut dibagi kedalam 4 pos. Pada pos 1 terdapat 4
orang, pos 2 terdapat 4 orang dan pos 3 terdapat 4 orang. Pengamat harus
menempati posisi pada titik-titik pengamatan yang telah ditentukan yaitu
di tepi jalan pada tiap-tiap kaki persimpangan.
c. Pandangan pengamat ke arah persimpangan dan menghadap arah
datangnya kendaraan.
d. Setiap pengamat menghitung jumlah kendaraan disetiap titik jalur
pengamatan yang telah ditentukan dengan jenis kendaraan yang telah
ditentukan.
e. Pengamatan dilakukan dengan interval pencatatan 15 menit sepanjang
waktu pengumpulan data dalam hal ini 2 jam
f. Hasil pengamatan dicatat dalam form survey yang telah disediakan
dengan cara memberi satu garis tiap kendaraan dan diikat setiap lima data.
26
Sketsa Gambar Di Lapangan
27
3.5. Metode Pengumpulan DataAdapun metode penulisan yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini yaitu
dengan menggunakan metode observasi dan metode deskriptif
A. Metode ObservasiDengan meggunakan metode ini penulis secara langsung melakukan pengamatan di
lapangan guna pengumpulan dataa-data. Adapun yang diobservasi yaitu jumlah kendaraan yang lewat, arah lalu lintas dan hambatan samping yang ada di kanan dan kiri ruas jalan yang diamati.
Pengambilan dan Pengumpulan data-data di lapangan yang diperlukan meliputi data volume lalu lintas
1. Pengambilan data Volume lalu lintasPengambilan data volume lalu lintas dilaksanakan selama 1 hari,. Adapun
pengambilan data ini dilaksanakan pada tanggal 20 Desembr 2015.Data volume yang diamati dan dilakukan pada jam-jam berikut ini yaitu : Pagi hari, jam 06.00 – 08.00 WITA Siang hari, jam 11.00 – 13.00 WITA Sore hari, jam 16.00 – 18.00 WITA
Untuk pencatatan masing-masing jenis kendaraan dikelompokan pada : Kendaraan ringan (KR); misalnya mobil penumpang, sedan, minibus,
pickup, jeep. Kendaraan berat (KB); misalnya dump truck, trailler, bus. Sepeda motor (SM); misalnya kendaraan roda dua dan tiga.
28
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
PENGUMPULAN DATA ARUS LALU LINTAS
UNIVERSITAS WARMADEWAJURUSAN TEKNIKFAKULTAS TEKNIK SIPIL
FORMULIRVOLUME LALU LINTAS DI PERSIMPANGAN
PERIODE PENCATATAN TIAP 15 MENIT
JENIS KENDARAANKENDARAAN BERMOTORKEND. BERAT KEND. RINGAN SEPEDA
MOTOR TOTAL
06.00 - 06.15 3 35 215
06.15 - 06.30 2 37 230
06.30 - 06.45 3 66 235
06.45 - 07.00 4 75 285
07.00 - 07.15 5 95 306
07.15 - 07.30 3 75 309
07.30 - 07.45 3 96 326
07.45 – 08.00 5 101 232
Total 28 580 2138
PENGUMPULAN DATA ARUS LALU LINTAS
29
PROPINSI : BALINAMA KOTA : DENPASARSIMPANG : Dari Jalan waturenggong barat
menuju jalan diponogoro
HARI/TANGGAL : 20 Desember 2015JAM : 06.00 – 08.00 wita
CUACA : hujan ringanDIUKUR OLEH : Team 1
NOMOR POS : 1NAMA JALAN : U : PONOGORO ARAH UTARAT : WATURENGGONG BARATS : PONOGORO ARAH SELATAN
ARAH ARUS
DARI : JALAN WATURNGGONG BARAT
MENUJU : JALAN PONOGORO ARAH SELATAN
UNIVERSITAS WARMADEWAJURUSAN TEKNIKFAKULTAS TEKNIK SIPIL
FORMULIRVOLUME LALU LINTAS DI PERSIMPANGAN
PERIODE PENCATATAN TIAP 15 MENIT
JENIS KENDARAANKENDARAAN BERMOTORKEND. BERAT KEND. RINGAN SEPEDA
MOTOR TOTAL
06.00 - 06.15 0 10 132
06.15 - 06.30 0 21 148
06.30 - 06.45 2 32 172
06.45 - 07.00 1 20 189
07.00 - 07.15 0 15 193
07.15 - 07.30 3 26 197
07.30 - 07.45 1 53 147
07.45 – 08.00 1 49 136
Total
PENGUMPULAN DATA ARUS LALU LINTAS
30
PROPINSI : BALINAMA KOTA : DENPASARSIMPANG : Dari Jalan waturenggong barat
menuju jalan diponogoro
HARI/TANGGAL : 20 Desember 2015JAM : 06.00 – 08.00 wita
CUACA : hujan ringanDIUKUR OLEH : Team 1
NOMOR POS : 2NAMA JALAN : U : PONOGORO ARAH UTARAT : WATURENGGONG BARATS : PONOGORO ARAH SELATAN
ARAH ARUS
DARI : JALAN WATURNGGONG BARAT
MENUJU : JALAN PONOGORO ARAH SELATAN
UNIVERSITAS WARMADEWAJURUSAN TEKNIKFAKULTAS TEKNIK SIPIL
FORMULIRVOLUME LALU LINTAS DI PERSIMPANGAN
PERIODE PENCATATAN TIAP 15 MENIT
JENIS KENDARAANKENDARAAN BERMOTORKEND. BERAT KEND. RINGAN SEPEDA
MOTOR TOTAL
06.00 - 06.15 1 40 300
06.15 - 06.30 5 42 290
06.30 - 06.45 3 50 285
06.45 - 07.00 4 55 325
07.00 - 07.15 3 98 340
07.15 - 07.30 7 88 355
07.30 - 07.45 6 76 346
07.45 – 08.00 5 100 257
Total
31
PROPINSI : BALINAMA KOTA : DENPASARSIMPANG : Dari Jalan waturenggong barat
menuju jalan diponogoro
HARI/TANGGAL : 20 Desember 2015JAM : 06.00 – 08.00 wita
CUACA : hujan ringanDIUKUR OLEH : Team 1
NOMOR POS : 3NAMA JALAN : U : PONOGORO ARAH UTARAT : WATURENGGONG BARATS : PONOGORO ARAH SELATAN
ARAH ARUS
DARI : JALAN WATURNGGONG BARAT
MENUJU : JALAN PONOGORO ARAH SELATAN
PENGUMPULAN DATA ARUS LALU LINTAS
UNIVERSITAS WARMADEWAJURUSAN TEKNIKFAKULTAS TEKNIK SIPIL
FORMULIRVOLUME LALU LINTAS DI PERSIMPANGAN
PERIODE PENCATATAN TIAP 15 MENIT
JENIS KENDARAANKENDARAAN BERMOTORKEND. BERAT KEND. RINGAN SEPEDA
MOTOR TOTAL
11.00 - 11.15 1 54 179
11.15 - 11.30 2 63 190
11.30 - 11.45 2 45 200
11.45 - 12.00 0 53 180
12.00 - 12.15 3 46 135
12.15 - 12.30 0 52 193
12.30 - 12.45 3 68 189
12.45 – 13.00 1 87 234
Total
32
PROPINSI : BALINAMA KOTA : DENPASARSIMPANG : Dari Jalan waturenggong barat
menuju jalan diponogoro
HARI/TANGGAL : 20 Desember 2015JAM : 11.00 – 13.00 wita
CUACA : hujan ringanDIUKUR OLEH : Team 1
NOMOR POS : 1NAMA JALAN : U : PONOGORO ARAH UTARAT : WATURENGGONG BARATS : PONOGORO ARAH SELATAN
ARAH ARUS
DARI : JALAN WATURNGGONG BARAT
MENUJU : JALAN PONOGORO ARAH SELATAN
PENGUMPULAN DATA ARUS LALU LINTAS
UNIVERSITAS WARMADEWAJURUSAN TEKNIKFAKULTAS TEKNIK SIPIL
FORMULIRVOLUME LALU LINTAS DI PERSIMPANGAN
PERIODE PENCATATAN TIAP 15 MENIT
JENIS KENDARAANKENDARAAN BERMOTORKEND. BERAT KEND. RINGAN SEPEDA
MOTOR TOTAL
11.00 - 11.15 2 52 137
11.15 - 11.30 3 60 187
11.30 - 11.45 1 35 180
11.45 - 12.00 0 51 189
12.00 - 12.15 2 50 145
12.15 - 12.30 0 55 192
12.30 - 12.45 3 67 178
12.45 – 13.00 1 77 232
Total
33
PROPINSI : BALINAMA KOTA : DENPASARSIMPANG : Dari Jalan waturenggong barat
menuju jalan diponogoro
HARI/TANGGAL : 20 Desember 2015JAM : 11.00 – 13.00 wita
CUACA : hujan ringanDIUKUR OLEH : Team 2
NOMOR POS : 2NAMA JALAN : U : PONOGORO ARAH UTARAT : WATURENGGONG BARATS : PONOGORO ARAH SELATAN
ARAH ARUS
DARI : JALAN WATURNGGONG BARAT
MENUJU : JALAN PONOGORO ARAH SELATAN
PENGUMPULAN DATA ARUS LALU LINTAS
UNIVERSITAS WARMADEWAJURUSAN TEKNIKFAKULTAS TEKNIK SIPIL
FORMULIRVOLUME LALU LINTAS DI PERSIMPANGAN
PERIODE PENCATATAN TIAP 15 MENIT
JENIS KENDARAANKENDARAAN BERMOTORKEND. BERAT KEND. RINGAN SEPEDA
MOTOR TOTAL
11.00 - 11.15 5 72 190
11.15 - 11.30 3 71 210
11.30 - 11.45 5 42 205
11.45 - 12.00 5 53 225
12.00 - 12.15 7 62 235
12.15 - 12.30 8 75 217
12.30 - 12.45 2 65 237
12.45 – 13.00 3 76 245
Total
34
PROPINSI : BALINAMA KOTA : DENPASARSIMPANG : Dari Jalan waturenggong barat
menuju jalan diponogoro
HARI/TANGGAL : 20 Desember 2015JAM : 11.00 – 13.00 wita
CUACA : hujan ringanDIUKUR OLEH : Team 3
NOMOR POS : 3NAMA JALAN : U : PONOGORO ARAH UTARAT : WATURENGGONG BARATS : PONOGORO ARAH SELATAN
ARAH ARUS
DARI : JALAN WATURNGGONG BARAT
MENUJU : JALAN PONOGORO ARAH SELATAN
PENGUMPULAN DATA ARUS LALU LINTAS
UNIVERSITAS WARMADEWAJURUSAN TEKNIKFAKULTAS TEKNIK SIPIL
FORMULIRVOLUME LALU LINTAS DI PERSIMPANGAN
PERIODE PENCATATAN TIAP 15 MENIT
JENIS KENDARAANKENDARAAN BERMOTORKEND. BERAT KEND. RINGAN SEPEDA
MOTOR TOTAL
16.00 - 16.15 2 124 315
16.15 - 16.30 1 154 345
16.30 - 16.45 1 150 387
16.45 - 17.00 3 160 290
17.00 - 17.15 1 136 220
17.15 - 17.30 5 114 201
17.30 - 17.45 3 153 367
17.45 – 18.00 7 171 310
Total
35
PROPINSI : BALINAMA KOTA : DENPASARSIMPANG : Dari Jalan waturenggong barat
menuju jalan diponogoro
HARI/TANGGAL : 20 Desember 2015JAM : 16.00 – 18.00 wita
CUACA : hujan ringanDIUKUR OLEH : Team 1
NOMOR POS : 1NAMA JALAN : U : PONOGORO ARAH UTARAT : WATURENGGONG BARATS : PONOGORO ARAH SELATAN
ARAH ARUS
DARI : JALAN WATURNGGONG BARAT
MENUJU : JALAN PONOGORO ARAH SELATAN
PENGUMPULAN DATA ARUS LALU LINTAS
UNIVERSITAS WARMADEWAJURUSAN TEKNIKFAKULTAS TEKNIK SIPIL
FORMULIRVOLUME LALU LINTAS DI PERSIMPANGAN
PERIODE PENCATATAN TIAP 15 MENIT
JENIS KENDARAANKENDARAAN BERMOTORKEND. BERAT KEND. RINGAN SEPEDA
MOTOR TOTAL
16.00 - 16.15 3 123 316
16.15 - 16.30 1 112 357
16.30 - 16.45 2 114 335
16.45 - 17.00 3 145 212
17.00 - 17.15 1 124 245
17.15 - 17.30 4 109 205
17.30 - 17.45 3 104 356
17.45 – 18.00 5 187 308
Total
36
PROPINSI : BALINAMA KOTA : DENPASARSIMPANG : Dari Jalan waturenggong barat
menuju jalan diponogoro
HARI/TANGGAL : 20 Desember 2015JAM : 16.00 – 18.00 wita
CUACA : hujan ringanDIUKUR OLEH : Team 2
NOMOR POS : 2NAMA JALAN : U : PONOGORO ARAH UTARAT : WATURENGGONG BARATS : PONOGORO ARAH SELATAN
ARAH ARUS
DARI : JALAN WATURNGGONG BARAT
MENUJU : JALAN PONOGORO ARAH SELATAN
PENGUMPULAN DATA ARUS LALU LINTAS
UNIVERSITAS WARMADEWAJURUSAN TEKNIKFAKULTAS TEKNIK SIPIL
FORMULIRVOLUME LALU LINTAS DI PERSIMPANGAN
PERIODE PENCATATAN TIAP 15 MENIT
JENIS KENDARAANKENDARAAN BERMOTORKEND. BERAT KEND. RINGAN SEPEDA
MOTOR TOTAL
16.00 - 16.15 4 134 323
16.15 - 16.30 3 143 324
16.30 - 16.45 4 213 345
16.45 - 17.00 2 113 243
17.00 - 17.15 2 165 265
17.15 - 17.30 2 134 214
17.30 - 17.45 3 143 356
17.45 – 18.00 5 201 314
Total
37
PROPINSI : BALINAMA KOTA : DENPASARSIMPANG : Dari Jalan waturenggong barat
menuju jalan diponogoro
HARI/TANGGAL : 20 Desember 2015JAM : 16.00 – 18.00 wita
CUACA : hujan ringanDIUKUR OLEH : Team 3
NOMOR POS : 3NAMA JALAN : U : PONOGORO ARAH UTARAT : WATURENGGONG BARATS : PONOGORO ARAH SELATAN