Top Banner
USUL SKRIPSI PERBANDINGAN EFEK ANTIBAKTERIAL EKSTRAK Aloe vera (LIDAH BUAYA) TERHADAP PENGHAMBATAN PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus (ATCC 33826) DENGAN Salmonella typhi (ATCC 14028) SECARA IN VITRO Oleh: Vici Muhammad Akbar G1A010091 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
57

Proposal in One Revisi Bu Ami

Dec 26, 2015

Download

Documents

koko
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Proposal in One Revisi Bu Ami

USUL SKRIPSI

PERBANDINGAN EFEK ANTIBAKTERIAL EKSTRAK Aloe vera (LIDAH BUAYA)

TERHADAP PENGHAMBATAN PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus (ATCC

33826) DENGAN Salmonella typhi (ATCC 14028) SECARA IN VITRO

Oleh:

Vici Muhammad Akbar

G1A010091

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEDOKTERAN

PURWOKERTO

2014

Page 2: Proposal in One Revisi Bu Ami

SKRIPSI

PERBANDINGAN EFEK ANTIBAKTERIAL EKSTRAK Aloe vera (LIDAH

BUAYA) TERHADAP PENGHAMBATAN PERTUMBUHAN Staphylococcus

aureus (ATCC 33826) DENGAN Salmonella typhi (ATCC 14028)

SECARA IN VITRO

Oleh:

Vici Muhammad Akbar

G1A010091

Untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran pada Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan

Universitas Jenderal Soedirman

Disetujui dan disahkanPada tanggal, 6 Juni 2014

Pembimbing I

Dra. IDSAP Peramiarti, M.Kes

NIP. 19630819.198903.2.002

Pembimbing II

dr. Lieza Dwianasari S, M.Kes

NIP. 19710515.200212.2.001

DAFTAR ISI

ii

Page 3: Proposal in One Revisi Bu Ami

HalamanHALAMAN JUDUL.............................................................................................. iLEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iiDAFTAR ISI………...............................................................................................iii DAFTAR TABEL...................................................................................................ivDAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vDAFTAR SINGKATAN........................................................................................vi

I. PENDAHULUAN ................................................................................... ....... 1 A. Latar Belakang .......................................................................................... 1B. Perumusan Masalah .................................................................................. 4C. Tujuan Penelitian................................................................................ 4D. Manfaat Penelitian…………………......................................................... 4

1. Manfaat Teoritis .................................................................................... 42. Manfaat Praktis ..................................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 6A. Aloe vera…................................................................................................. 6B. Salmonella typhi………................................................................................ 8C. Staphylococcus aureus.............................................................................. 8D. Efek Antibakterial A. vera Terhadap Bakteri............................................ 15E. Kerangka Teori .................................................................................17F. Kerangka Konsep ...................................................................................... 18G. Hipotesis ................................................................................................... 19

III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 20A. Alat dan Bahan…........................................................................................20

1. Alat ………………................................................................................202. Bahan……….................................................................................20

B. Metode Penelitian ................................................................................... 20C. Rancangan Percobaan................................................................................ 21D. Variabel Penelitian..................................................................................... 22E. Definisi Operasional................................................................................. 22F. Cara Mengukur Variabel……………………………………………….. 23G. Tata Urutan Kerja .................................................................................... 23H. Analisis Data ............................................................................................ 26I. Waktu dan Tempat Penelitian……………………………………..….… 28J. Jadwal Penelitian…………………..………………………………….… 29

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................30

iii

Page 4: Proposal in One Revisi Bu Ami

DAFTAR TABEL

HalamanTabel 1 Definisi Operasional Variabel……………………………………22Tabel 2 Jadwal Penelitian…………………………………………………29

iv

Page 5: Proposal in One Revisi Bu Ami

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Aloe vera………………………………………………........................ 7Gambar 2 Koloni Salmonella typhi …….…………………….......................... 9Gambar 3 S. typhi………………………….……................................................ 9Gambar 4 Koloni Staphylococcus aureus……………................................... 11Gambar 5 S. aureus………………………….…….............................................12

v

Page 6: Proposal in One Revisi Bu Ami

DAFTAR SINGKATAN

SSA : Salmonella shigella agar

MSA : Manitol salt agar

MIC : Minimum inhibitory concentration

IC50 : Inhibitory Concentration 50

ATCC : American Type Culture Collection

UNSOED : Universitas Jenderal Soedirman

vi

Page 7: Proposal in One Revisi Bu Ami

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salmonella typhi (S.typhi) merupakan bakteri gram negatif yang dapat

menyebabkan peradangan pada saluran pencernaan. Jenis bakteri ini dapat hidup

dalam aliran darah atau pada saluran pencernaan manusia yaitu tepatnya di usus

(CDC, 2008).

Bakteri ini berbentuk basil atau batang, memiliki dua membrane (membran

luar dan membran dalam, periplasma, dan rantai lipopolisakarida yang terdiri dari

3,6 – dideoxyhexose. S.typhi memiliki sistem regulasi yang kompleks yang dapat

berespon terhadap perubahan lingkungan sekitar. Pada penanaman di medium agar

SSA (Salmonella Shigella Agar) akan terlihat morfologi koloni dari S. typhi yang

berbentuk bulat dengan ukuran kecil sampai sedang, dan berwarna merah di

tengahnya terdapat titik hitam dan akan tumbuh secara maksimal pada suhu 37˚C

(Brooks et al., 2008).

S.typhi merupakan patogen bagi manusia, penyakit yang paling sering

disebabkan bakteri ini adalah demam tifoid. Salmonellosis adalah penyebab

signifikan penyakit diare pada manusia dan menyebabkan 1,4 juta angka kesakitan

dan rata – rata 600 kasus kematian per-tahun di Amerika Serikat. Dari penelitian

sebelumnya telah ditentukan sebabnya bahwa infeksi utama S.typhi ini terutama

dari makanan yaitu konsumsi daging, telur, produk jagung, buah, sayuran, dan air

minum (Bin Zeng et al., 2013).

Adapun bakteri yang merupakan flora normal pada tubuh manusia, yaitu

Staphylococcus aureus (S. aureus). Akan tetapi bila jumlah flora normal ini

berlebih dalam tubuh manusia dan berada tidak pada habitatnya aslinya maka flora

normal ini dapat berubah menjadi patogen yang dapat menginfeksi manusia.

1

Page 8: Proposal in One Revisi Bu Ami

Adapun habitat normal S. aureus yaitu pada kulit dan membrane mukosa manusia.

(Ogunleye et al., 2009).

S. aureus merupakan bakteri gram positif yang mempunyai bentuk kokus

dan bekteri ini akan terlihat bergerombol seperti anggur. Bakteri ini dapat di

biakkan pada medium agar yaitu, Blood Plate Agar dan atau pada Nutrient Agar

(NA). Suhu maksimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri tersebut

adalah 37˚C (Brooks et al., 2008).

S. aureus bila sudah menjadi patogen dalam tubuh manusia dapat

menyebabkan sejumlah penyakit mulai dari penyakit kulit, infeksi jaringan lunak

seperti bakterimia pada mukosa mulut dan pernafasan atas, pneumonia,

endokarditis, dan sepsis (Aswani et al., 2011).

Sebagian besar penelitian terkini tentang bakteri ini melibatkan proteomik

dari S. aureus dan MRSA (Methicillin Resistance Staphylococcus Aureus).

Resistensi terhadap antibiotik meticilin ini menjadi masalah yang serius bagi

penanganan penyakit yang di sebabkan S. aureus. Banyak kasus MRSA ini terjadi

di rumah sakit dan menyebabkan penyakit infeksi nosokomial sehingga dibutuhkan

pengobatan lain yang dapat membantu dalam mengatasi kasus infeksi bakterimia

yang disebabkan S. aureus tersebut (Buchan, 2010).

Di Indonesia sendiri masih banyak masyarakat yang menggunakan

alternatif pengobatan herbal untuk kesembuhannya dibandingkan dengan

pengobatan yang menggunakan bahan kimia seperti obat yang diresepkan oleh

dokter. Masyarakat pun meyakini, obat itu tidak harus yang selalu diresepkan oleh

dokter namun juga yang sudah tersedia di alam dan dapat digunakan untuk

kesembuhan, merupakan obat alamiah atau yang biasa disebut dengan obat herbal.

Obat alamiah atau herbal ini mempunyai sedikit efek samping dibandingkan

2

Page 9: Proposal in One Revisi Bu Ami

dengan obat kimia. Salah satu bahan alamiah yang digunakan masyarakat untuk

pengobatan bagi kesembuhan adalah penggunaan lidah buaya (Setyowati , 2010).

Lidah buaya atau Aloe vera merupakan tanaman yang sudah dikenal sejak

lama di Indonesia dan dapat digunakan sebagai obat ataupun bahan kosmetika pagi

wajah dan rambut. A. vera merupakan tanaman yang menyimpan air dalam

daunnya untuk bertahan hidup baik itu di daerah kering dan dataran rendah ataupun

daerah yang curah hujannya tidak menentu. Bagian dalam daunnya merupakan

jaringan lunak, lembab, dan licin yang terdiri dari sel parenkim yang besar dan

berdinding tipis dimana air tersebut di produksi. Daun A. vera ini tidak hanya

berdinding sel karbohidrat seperti selulosa dan hemiselulosa, tetapi juga

menyimpan karbohidrat seperti asetil mannans (Fatemeh, 2013).

A. vera telah digunakan selama beberapa abad dalam bidang terapi kuratif

dan mempunyai sifat terapeutik, Meskipun A. vera mempunyai lebih dari 75 bahan

aktif dari gel yang berada didalamnya yang telah identifikasikan dari penelitian

yang pernah dilakukan yang mengandung unsur – unsur potensial aktif seperti

vitamin, enzim, mineral, glukosa, lignin, saponin, antrakuinon, asam salisilat dan

asam amino. Vitamin yang terkandung didalamnya seperti vitamin B1, B2, B6,

kolin, asam folat, vitamin C, α-tocopherol, dan β-carotene. Enzim – enzim seperti

siklooksigenase, oksidase, amylase, katalase, lipase, alkalin phosphatase, dan

karboksipeptidase juga terkandung pada A. vera. Terdapat pula asam amino

esensial dan asam amino non esensial yang terkandung didalamnya. Asam amino

esensial tersebut adalah lisin, threonine, valin, leusin, isoleusin, phenylalanine, dan

methionine. Sedangkan asam amino non esensial yang terdapat didalamnya adalah

histidin, arginin, hidroksiprolin, asam aspartat, asam glutamate, prolin, glisin,

alanin, dan tirosin. Terdapat beberapa bahan aktif yang memiliki efek antibakterial

3

Page 10: Proposal in One Revisi Bu Ami

yang cukup kuat seperti fennol, tannin, antrakuinon, saponin, dan sterol. Bahan –

bahan aktif tersebutlah yang bisa menekan pertumbuhan bakteri atau berperan

sebagai antibakterial terhadap patogen pada manusia mengingat angka resistensi

penggunaan bahan kimiawi yaitu antibiotik sebagai antibakterial semakin tinggi

(Fatemeh, 2013).

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pemberian ekstrak A. vera dapat menghambat pertumbuhan koloni

bakteri S. typhi dan koloni bakteri S. aureus.

2. Apakah ada perbedaan daya hambat pertumbuhan koloni bakteri S. typhi dan

koloni bakteri S. aureus pada pemberian ekstrak A. vera.

3. Berapakah dosis efektif / MIC ekstrak A. vera yang dapat menghambat

pertumbuhan koloni bakteri S. typhi dan koloni bakteri S. aureus.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum :

Untuk mengetahui efek antibakterial ekstrak A. vera terhadap penghambatan

pertumbuhan koloni bakteri S. typhi dibandingkan dengan pertumbuhan koloni

bakteri S. aureus.

2. Tujuan Khusus :

a. Mengetahui daya hambat ekstrak A. vera terhadap pertumbuhan koloni

bakteri S. typhi.

b. Mengetahui daya hambat ekstrak A. vera terhadap pertumbuhan koloni

bakteri S. aureus.

c. Mendapatkan dosis efektif / MIC ekstrak A. vera yang dapat menghambat

pertumbuhan koloni bakteri S. typhi dan koloni bakteri S. aureus.

4

Page 11: Proposal in One Revisi Bu Ami

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritik

Untuk menambah khasanah pengetahuan dibidang mikrobiologi dan

farmakologi kedokteran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kandungan yang

terdapat didalam A. vera dan efek antibakterial ekstrak A. vera.

b. Bagi Farmasi

Diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang kandungan yang terdapat

didalam A. vera dan manfaat ekstrak A. vera sebagai alternatif untuk

mencegah pertumbuhan bakteri S. typhi dan S. aureus.

c. Bagi Pengembang Bisnis Obat

Untuk mengadakan uji klinis lebih lanjut terhadap manfaat antibakterial

A. vera sehingga bisa membuat inovasi baru dengan menggunakan berbagai

unsur potensial yang terkandung didalamnya.

5

Page 12: Proposal in One Revisi Bu Ami

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Aloe vera

Aloe vera atau lidah buaya merupakan tanaman yang masuk ke dalam

family Liliaceae. A. vera merupakan tanaman seperti kaktus yang mudah

tumbuh ditempat yang beriklim panas dan kering. A. vera telah banyak

digunakan di negara Timur Tengah, Afrika, hingga Mediterania. Hal ini

didapatkan bahwa A. vera dapat tumbuh liar di Siprus, Malta, Sisilia, Cape

Verde, hingga gorong - gorong kering di India (Rajeswari, 2010). Tanaman A.

vera, yang banyak tersebar di Indonesia, dan dapat tumbuh dengan subur di

Pontianak, Kalimantan Barat karena iklim tropis di Indonesia. Penggunaan A.

vera sendiri di Indonesia sudah banyak digunakan sebagai bahan baku untuk

kosmetika, bahan pangan, pembuatan sabun atau shampoo serta mengobati

berbagai macam penyakit (Ratnaningtyas, 2010). A. vera sendiri sudah banyak

digunakan di Indonesia sebagai obat herbal, yaitu sebagai laksatif (Hartawan,

2012).

6

Page 13: Proposal in One Revisi Bu Ami

Gambar 1. Aloe vera

Secara taksonomi, Aloe vera diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi: Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Liliales

Family : Liliaceae

Genus : Aloe

Spesies : Aloe vera (Joseph, 2010).

A. vera memiliki morfologi yang sangat unik. Tanaman ini memiliki

batang yang berserat atau berkayu, dan banyak kandungan di dalam daun dan

gelnya. Diduga komponen tubuh berupa, vitamin, polisakarida, antibakteri,

antifungi, antivirus, antiinfeksi, antiperadangan dan masih banyak zat lain yang

bermanfaat bagi manusia terdapat didalam A. vera (Baswarsiati dan Dewi,

2009). Terdapat beberapa bahan aktif yang memiliki efek antibakterial yang

7

Page 14: Proposal in One Revisi Bu Ami

cukup kuat seperti fennol, tannin, antrakuinon, saponin, dan sterol. Bahan –

bahan aktif tersebutlah yang bisa menekan pertumbuhan bakteri atau berperan

sebagai antibakterial terhadap patogen pada manusia mengingat angka

resistensi penggunaan bahan kimiawi yaitu antibiotik sebagai antibakterial

semakin tinggi (Fatemeh, 2013).

Di antara komponen-komponen di atas, ada beberapa komponen zat

yang memiliki efek antibakterial, yaitu antrakuinon dan acemannan (Hartawan,

2012). Pada penelitian yang dilakukan oleh Joseph et al (2010) menunjukkan

bahwa efektivitas antrakuinon pada A. vera sebagai antibakterial dan

antiinflamasi tergantung dosisnya, dalam jumlah besar senyawa ini mempunyai

efek pencahar yang kuat, tetapi ketika jumlah kecil membantu penyerapan

makanan di usus dan sebagai agen antimikroba yang ampuh (Joseph, 2010).

2. Salmonella typhi (S. typhi)

S. typhi merupakan bakteri gram negatif yang dapat menyebabkan

peradangan pada saluran pencernaan. Penyakit paling sering yang ditimbulkan

adalah demam tifoid (Bin Zeng et al., 2013).

S. typhi sendiri merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang yang

termasuk dalam familia Enterobacteriacea, anaerob, tidak membentuk spora,

dan mampu bergerak secara spontan. S. typhi mempunyai karakteristik yang

penting bahwa dapat tumbuh dan berkembang biak diluar tubuh host, sehingga

mempunyai peluang kelangsungan bertahan hidup lebih besar (Gray, 2002).

8

Page 15: Proposal in One Revisi Bu Ami

Gambar 2. Koloni S. typhi (Todar, 2008).

S. typhi akan tumbuh pada medium Salmonella Shigella Agar dan

membentuk koloni yang memiliki morfologi berukuran kecil, berwarna kuning

bening, dan berbentuk bulat, sedangkan sifatnya adalah tidak berlendir dan

berbau menyengat (Ochiai et al., 2005).

Gambar 3. Salmonella typhi (Todar, 2008).

a. Infeksi S. typhi pada manusia

S. typhi dapat menjadi patogen pada manusia dan menyebabkan infeksi

lebih dari 20 juta penduduk dunia dan menyebabkan kematian pada 20.000

penduduk dunia setiap tahunnya. Manifestasi yang diakibatkan karena infeksi

S. typhi yaitu demam tifoid. Bakteri ini dapat masuk kedalam tubuh manusia

melalui transimisi air dan makanan menyebar ke traktus gastrointestinal.

Bakteri ini mencapai usus halus bagian proksimal, dan melakukan penetrasi

kedalam lapisan mukosa epitel. Setelah S. typhi mencapai kelenjar getah

9

Page 16: Proposal in One Revisi Bu Ami

bening regional mesenterium dan kemudian terjadi bakteremia pada organ lain

seperti liver, spleen, kantung empedu dan ginjal (Charles, 2010).

Bakteremia S. typhi ini menyebabkan dua kejadian kritis yaitu masuknya S.

typhi kedalam kantung empedu dan plaque peyer. Infeksi yang disebabkan

akan menimbulkan peradangan yang hebat dan akan terjadi nekrosis pada

jaringan tersebut. Nekrosis ini ditandai dengan kolesistisis nekrotikans, dan

perdarahan usus (Charles, 2010).

b. Resistensi S. typhi pada Antibiotik

Sudah dilakukan penelitian sejak dahulu tentang kepekaan antibiotik

terhadap penggunaan pengobatan untuk penyakit yang disebabkan oleh S.typhi.

Pada tahun 2007 – 2008 dilakukan kembali penelitian pada 6 rumah sakit

berbeda di Iran tentang resistensi antibiotik terhadap pengobatan penyakit

karena S.typhi. Kemampuan resistensi ini dikarenakan S. typhi memiliki gen

aadA, aadB, strA, strB, aphAl-lab, blaPSE dan blaTEM. Gen blaPSE dan blaTEM

yang mampu mengiduksi enzim β-lactamase, dan gen tersebut mampu

mendegradasi ampicillin sebesar 63% dengan cara memecah cincin β-

laktamase (Tajbakhsh, 2011).

3. Staphylococcus aureus (S. aureus)

S. aureus merupakan bakteri gram positif yang mempunyai bentuk

kokus dan bekteri ini akan terlihat bergerombol seperti anggur. Bakteri ini

dapat dibiakkan pada medium agar yaitu, Blood Plate Agar dan atau pada

Nutrient Agar (NA). Suhu maksimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan

bakteri tersebut adalah 37˚C. S. aureus merupakan bakteri yang paling sering

10

Page 17: Proposal in One Revisi Bu Ami

ditemukan dalam tubuh manusia. Sifat S. aureus sendiri merupakan flora

normal dalam tubuh manusia, tetapi dapat juga menjadi patogen apabila

terdapat pada luka yang terbuka dan mukosa hidung (Brooks et al., 2008). S.

aureus sendiri merupakan bakteri gram positif yang memiliki morfologi

dengan bentuk coccus, bergerombol seperti anggur (Harris et al., 2002).

Gambar 4. Koloni S. aureus (Todar, 2008).

S. aureus termasuk mudah tumbuh pada pembenihan bakteriologik

dalam keadaan aerob, tumbuh paling cepat pada suhu kamar 37° C. Koloni

pada media agar padat Blood Plate Agar atau Nutrient Agar terlihat berbentuk

bulat, halus, elevasi cembung dan berkilau (Brooks et al., 2008).

Gambar 5. Stapylococcus aureus (Todar, 2008).

11

Page 18: Proposal in One Revisi Bu Ami

a. Infeksi S. aureus pada Manusia

S. aureus banyak terdapat pada mukosa saluran pernapasan atas manusia,

bakteri ini bersifat sebagai flora normal. Namun pada beberapa keadaan dapat

menjadi patogen bagi manusia. Infeksi yang disebabkan S. aureus mulai dari

derajat ringan sampai berat. Infeksi terjadi di kulit dan jaringan, yang

menyebabkan bakterimia, impetigo, pneumonia, endokarditis dan sepsis. Pada

infeksi yang berulang dapat menyebabkan impetigo dan infeksi luka.

Sedangkan pada infeksi yang lebih berat dapat menyebabkan pneumonia,

endokarditis dan infeksi nosokomial (Aswani, 2011).

Infeksi S. aureus pada kulit dapat berlanjut menjadi selulitis atau

peradangan dan oedema pada jaringan epidermis dan dermis. Pada kasus

komplikasi yang serius dapat menyebabkan staphylococcal scalded skin

syndrome. Ketika S. aureus mauk dan menyebar ke organ – organ lain dapat

mempengaruhi organ paru dan menyebabkan pneumonia staphylococcal dan

dapat menyebar lagi ke organ jantung lewat aliran darah paru – jantung yang

mengenai katup jantung juga endokardium yaitu endokartis (Aswani,2011).

S. aureus juga dapat menyebabkan keracunan pada organ gastrointestinal

yang menyebabkan Toxic Shock Syndrome dengan gejala demam tinggi, mual,

muntah, diare, dan dehidrasi yang diikuti dengan nyeri pada otot juga tekanan

darah rendah (hipotensi). Bila kejadian ini terus berlanjut maka mengakibatkan

shock yang berujung pada kematian (Aswani, 2011).

b. Resistensi S. aureus pada Antibiotik

S. aureus memiliki kemampuan memproduksi sebuah enzim yaitu

penisilinase. Penisilinase ini merupakan metabolisme dari S.aureus yang dapat

12

Page 19: Proposal in One Revisi Bu Ami

menghambat kerja antibiotik golongan pensilin. S. aureus memiliki gen blaZ

yang mengkode enzim β-laktamase. Gen ini mampu mendegradasi obat

antibiotik penisilin dengan cara memecah cincin β-laktamase (Sudigdoadi,

2010).

Penisilin merupakan antibiotik β-laktam yang kerjanya dapat mengatasi

infeksi bakteri seperti S. aureus. Karena penggunannya begitu luas dan tidak

terkontrol dengan baik maka terjadilah resistensi terhadap obat-obatan

golongan penisilin dari S. aureus. Obat – obatan tersebut dapat dilawan S.

aureus karena kemampuan memproduksi β-laktamase sehingga dapat

beradaptasi dengan baik (Hardy, 2004).

c. Uji Kepekaan Antimikroba

Uji kepekaan anti mikroba yaitu bertujuan untuk mengukur kemampuan

zat antimikroba untuk menghambat pertumbuhan bakteri secara in vitro.

Kemampuan ini dapat diperkirakan melalui metode dilusi. Metode dilusi ini

terdiri dari dua teknik yaitu teknik dilusi cair dan teknik dilusi agar.

Konsentrasi yang terendah menghambat pertumbuhan setelah inkubasi disebut

konsentasi hambatan minimum (Minimum Inhibitory Concentration / MIC).

Nilai MIC tersebut digunakan untuk menilai respon klinis obat, dan kemudian

dibandingkan dengan konsentrasi obat yang diketahui tercapai dalam serum

dan cairan tubuh lainya (Puspitasari, 2008).

Teknik dilusi cair terdiri dari makrodilusi dan mikrodilusi. Pada

prinsipnya adalah sama tetapi yang membedakan untuk makrodilusi volume

yang digunakan lebih dari 1 ml, sedangkan untuk mikrodilusi volume yang

digunakan mulai dari 0,05 ml sampai 0,1 ml. (Puspitasari, 2008).

13

Page 20: Proposal in One Revisi Bu Ami

Selain teknik dilusi cair, dapat juga digunakan teknik dilusi agar. Pada

teknik dilusi agar ini dilakukan pengenceran yang dicampurkan dengan obat

dan kemudian ditambahkan kedalam agar, sehingga memerlukan pembenihan

sesuai jumlah pengenceran. Pada teknik dilusi agar ini dapat dilihat kadar

bunuh minimal (KBM) dengan cara melihat zona yang terbentuk pada medium

agar dan kontrol (Juliantia, 2012).

4. Efek antibakterial A. vera terhadap bakteri

A. vera memiliki kandungan yang diduga memiliki efek antibakterial,

terdapat berbagai mekanisme kerja antibakteri yaitu mekanisme penghambatan

sintesis dinding sel, penghambatan fungsi membran sel, penghambatan sintesis

protein, penghambatan metabolisme sel bakteri, dan penghambatan sintesis

asam nukleat (Rosyidah, 2010).

Mekanisme antibakteri pertama dapat dilakukan melalui dinding sel yang

mengandung peptidoglikan, yaitu suatu kompleks polimer nukopeptida yang

terdiri dari polisakarida dan polipeptida. Polisakarida sendiri terikat pada rantai

pendek peptida yang dapat mengganggu sifat ketahanan suatu dinding sel jika

terjadi reaksi transpeptidasi oleh berbagai enzim. Kemudian inhibitor enzim

autolisis dalam dinding sel yang dapat mengaktivasi enzim lisis menjadi tidak

aktif sehingga menyebabkan terjadinya lisis jika keadaan lingkungan sel

bakteri isotonis atau memiliki tekanan yang sama. Mekanisme penghambatan

fungsi dari membran sel tersebut terjadi akibat terganggunya integritas

fungsional dari membran sel yang dapat menyebabkan makromolekul dan ion

keluar dari intrasel bakteri sehingga terjadi kematian sel. Mekanisme kedua

yaitu dengan penghambatan sintesis protein yang terjadi melalui penghambatan

14

Page 21: Proposal in One Revisi Bu Ami

translasi dan transkripsi bahan genetik. Mekanisme lainnya adalah dengan

menghambat metabolisme sel bakteri dengan cara menghambat kerja enzim

yang penting bagi pertumbuhan bakteri. Mekanisme terakhir adalah dengan

cara penghambatan sintesis asam nukleat, yaitu dengan menghambat sintesis

RNA dan DNA dalam sel bakteri.

Efek antibakterial yang dihasilkan oleh A. vera dihasilkan dari berbagai

senyawa yang terkandung didalamnya. Senyawa – senyawa tersebut

diantaranya adalah, antrakuinon, saponin, tanin, dan sterol (Rosyidah, 2010).

Antrakuinon secara alami ditemukan dalam beberapa tanaman seperti

Aloe Senna Rhubarb,Cascara dan lainnya. Antrakuinon memilik bentuk

berupa bubuk kristalin berwarna kuning atau abu kehijauan. Antrakuinon yang

terkandung dalam kulit lidah buaya yang berwarna kuning dan rasa pahit,

terdiri dari glikosida Aloin A (barbaloin) dan Aloin B (isobarbaloin). Alon

sendiri memiliki sifat antiinflamasi dan antibakteri, namun pada jumlah besar

dapat menimbulkan efek pencahar atau laksatif denan meningkatkan gerakan

peristaltik usus (Rosyidah, 2010).

Antrakuinon tersebut merupakan senyawa turunan kuinon. Kuinon

sendiri merupakan antibakteri yang efektif. Kuinon dapat bersifat sebagai

antibakteri karena dapat membentuk kompleks dengan asam amino nukleofilik

didalam protein, sehingga menghilangkan fungsi dari protein tersebut yang

menyebabkan kerusakan dinding sel bakteri dan membunuh ataupun

menghambat pertumbuhan bakteri tersebut. Saponin serta sterol bekerja

sebagai antibakteri dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri itu sendiri.

Dengan menghambat sintesis protein dari bakteri tersebut maka menyebabkan

perubahan komponen bakteri tersebut (Rosyidah, 2010).

15

Page 22: Proposal in One Revisi Bu Ami

Tanin merupakan senyawa yang banyak terdistribusi dalam daun, buah,

kulit, atau batang suatu tanaman. Tanin juga memilik efek aktivitas biologis

sebagai agen presipitasi protein, alkaloid, gelatin, dan polisakarida. Tanin

tersebut adalah salah satu komponen yang terdapat dalam A. vera yang

memiliki sifat antibakterial. Tanin bekerja sebagai antibakteri dengan cara

menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara menghambat dinding sel bakteri

(Bawono, 2013).

Saponin merupakan suatu glikosida dari triterpenoid atau aglikon steroid

dengan jumlah rantai gula yang bervariasi. Saponin banyak ditemukan dari

tanaman dan merupakan salah satu sumber alami. Fungsi saponin dalam

tanaman ialah sebagai bentuk penyimpanan karbohidrat, produk buangan dari

metabolisme tumbuh – tumbuhan, atau sebagai fungsi proteksi dari serangan

serangga (Bawono, 2013).

Saponin memiliki beberapa sifat lain, diantaranya menghasilkan busa

dalam larutan air, mempunyai rasa pahit, dan membentuk persenyawaan

dengan kolesterol serta hidroksisteroid. Saponin bersifat hipokolesterolemik,

imunostimulator, dan antikarsinogenik. Mekanisme antikarsinogenik ini

meliputi efek antioksidan dan sitotoksik langsung pada sel kanker, selain itu

saponin sangat efektif sebagai agen antimikroba terhadap bakteri, virus, jamur,

dan ragi (Bawono, 2013).

Sterol atau steroid alhokol merupakan derivat dari kelompok steroid yang

memiliki triterpena dengan kerangka dasar cincin siklopentana

perhidrofenantrena dan memiliki guus hidroksil. Senyawa sterol yang terdapat

dalam tanaman disebut fitosterol. Sterol lain yang juga terkandung didalam

16

Page 23: Proposal in One Revisi Bu Ami

tanaman selain fitosterol adalah sitosterol, stigmasterol, kampasterol,

ergosterol, dan fukosterol (Bawono, 2013).

Sterol yang terkandung dalam A. vera yaitu kolesterol, campesterol,

lupeol, dan β-sitosterol berfungsi sebagai agen antiinflamasi. Lupeol yang

termasuk salah satu bagian dari sterol juga memiliki sifat analgesik,

antimalaria, antiatritik, dan antiseptik. Sifat antispetik yang dimilik lupeol

terbukti aktif terhadap bakteri Staphylococcus auerus (Bawono, 2013).

17

Page 24: Proposal in One Revisi Bu Ami

B. Kerangka Teori

Gambar 3. Kerangka teori (Brooks et al., 2008; Bashir et al., 2011)

Keterangan :

: Garis pengaruh

: Garis penghambat

18

Ekstrak daun A. vera

Pembentukan dinding sel terganggu, perubahan komponen dinding sel dan membran sel bakteri

Penyebab infeksi

S. typhi

Membran sel

Efek antibakterial

Penghambatan pertumbuhan S. typhi dan S. aureus

S. aureus

Sterol

Antrakuinon, Saponin, Tanin

Replikasi

Inaktivasi protein dan menghambat pembentukan peptidoglikan pada dinding sel

Bakteri lisis

Page 25: Proposal in One Revisi Bu Ami

C. Kerangka Konsep

Keterangan :

: Garis hubungan

: Menghambat

D. Hipotesis

1. Pertumbuhan koloni bakteri S. typhi dan S. aureus dapat dihambat dengan

pemberian ekstrak A. vera.

2. Terdapat perbandingan sensitivitas pertumbuhan koloni S. aureus dengan S.

typhi terhadap ekstrak A. vera.

3. Semakin rendah konsentrasi ekstrak A. vera dalam penghambatan pertumbuhan

koloni bakteri yang digunakan maka semakin sensitif pula efek yang

ditimbulkan.

4. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak A. vera yang digunakan maka semakin

tinggi pula penghambatan pertumbuhan koloni bakteri S. typhi dan S. aureus

yang ditimbulkan.

19

Ekstrak Aloe vera konsentrasi 75%, 60%, 45%, 30%,

dan 15%

Penghambatan pertumbuhan S. typhi

Kontrol negative (akuades)

Penghambatan Pertumbuhan S. aureus

Page 26: Proposal in One Revisi Bu Ami

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah autoklaf (All American

Model No. 25X), lemari es , blender (10.00 rpm), inkubator (memert incubator),

tabung reaksi (pyrex), cawan petri (pyrex) mikro pipet (Finipete), blue tips,

timbangan (AND EK-1200i), kertas label, aluminium foil, tissue, kertas

pembungkus, pembakar Bunsen, Erlenmeyer (pyrex), drugal sky (Germany

handle), jarum ose (Germany Handle).

2. Bahan

Bahan - bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alkohol 70%, etanol

96 %, ekstrak ethanol Aloe vera, akuades, Nutrient Broth, media SSA

(Salmonella Shigella Agar) dan media MSA (Manitol Salt Agar).

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Posttest-only with Control Group

Design. Mengacu pada penelitian sebelumnya untuk membantu menentukan

konsentrasi ekstrak A. vera yang efektif. Desain penelitian ini memungkinkan

peneliti untuk membandingkan efek dari penghambatan pertumbuhan S. aureus dan

S. typhi oleh ekstrak daun A. vera dengan konsentrasi sebesar 15%, 30%, 45%,

60% dan, 75% kemudian membandingkan kelompok pertumbuhan S. aureus dan

S. typhi dengan yang diberi akuades sebagai kontrol negatif.

20

Page 27: Proposal in One Revisi Bu Ami

C. Rancangan Percobaan

Penelitian dilakukan dengan rancangan posttest design pada ekstrak daun

aloe vera dan akuades sebagai kontrol negatif. Posttest design dilakukan dengan

memasukkan ekstrak daun A. vera dan akuades pada tabung reaksi yang dibuat

dengan media yang sudah dikultur bakteri S. typhi dan S. aureus. Jumlah presentase

koloni bakteri pada media yang sudah dikultur dan dibandingkan dengan kontrol

negatif kemudian dihitung untuk menilai potensi antibakteri ekstrak daun A. vera

(Vandepitte dan Verhaegen, 2010).

Penentuan jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini dengan

menggunakan rumus Federer yaitu (t-1)(n-1) > 15 dimana t adalah jumlah perlakuan

dan n adalah jumlah ulangan. Penelitian ini membagi sampel menjadi 6 konsentrasi

sehingga didapatkan jumlah ulangan adalah 4 kali pengulangan. Estimasi drop out

10% dari total sampel, maka menjadi 5 pengulangan. Berdasarkan rumus tersebut,

keseluruhan sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 36.

Kelompok pengulangan dibagi menjadi 6 kelompok :

1. Kelompok control negatif (Konsentrasi 0%) adalah cawan yang diberikan

akuades sebagai kontrol negatif sebanyak 5 sampel

2. Kelompok 15% (Konsentrasi 15%) adalah cawan yang diberikan konsentrasi

15% sebanyak 5 sampel.

3. Kelompok 30% (Konsentrasi 30%) adalah cawan yang diberikan konsentrasi

sebesar 30% sebanyak 5 sampel.

4. Kelompok 45% (Konsentrasi 45%) adalah cawan yang diberikan konsentrasi

sebesar 45% sebanyak 5 sampel.

5. Kelompok 60% (Konsentrasi 60%) adalah cawan yang diberikan konsentrasi

sebesar 60% sebanyak 5 sampel.

21

Page 28: Proposal in One Revisi Bu Ami

6. Kelompok 75% (Konsentrasi 75%) adalah cawan yang diberikan konsentrasi

sebesar 75% sebanyak 5 sampel.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : Ekstrak ethanol daun A. vera dengan konsentrasi

sebesar 15%, 30%, 45%, 60% dan, 75% sebagai antibakteri.

2. Variabel Terikat : Pertumbuhan S. typhi dan S. aureus

E. Definisi Operasional Variabel

No Definisi Operasional Skala1. Ekstrak ethanol A. vera adalah

ekstrak dari tumbuhan A. vera yang dilarutkan dalam pelarut ethanol dengan metode ekstraksi maserasi yang kemudian dibuat beberapa konsentrasi, yaitu 15%, 30%, 45%, 60% dan, 75%. Untuk pengenceran konsentrasi, digunakan larutan akuades steril.

Rasio

2. Pertumbuhan bakteri S. typhi dan S. aureus dilihat dari pertumbuhan koloni bakteri S. typhi dan S. aureus pada medium cawan masing – masing bakteri. Potensi penghambatan pertumbuhan dinilai dari jumlah penurunan pertumbuhan koloni tiap bakteri yang dihasilkan yang telah diberikan perlakuan ekstrak ethanol A. vera dan kontrol negatif. Disebut menghambat jika terdapat lebih sedikit pertumbuhan koloni tiap bakteri dibandingkan dengan kontrol negatif, tidak menghambat jika tidak terdapat penurunan jumlah koloni tiap bakteri dibandingkan dengan kontrol negative.

Rasio

22

Page 29: Proposal in One Revisi Bu Ami

F. Cara Mengukur Variabel

Untuk mengetahui adanya daya hambat pada pertumbuhan bakteri

S. typhi dan S. aureus maka digunakan metode dilusi cair yang ditetesi ekstrak daun

A. vera dengan konsentrasi yang berbeda pada tiap tabung reaksi. Terdapat 6 tabung

reaksi yang salah satunya digunakan sebagai kontrol negatif kemudian 5 tabung

sisanya akan diberi ekstrak aloe vera dengan konsentrasi 15%, 30%, 45%, 60% dan

75%. Dari setiap tabung tersebut diberikan suspensi masing – masing bakteri

sebanyak 100µl menggunakan mikropipet. Kemudian, cawan petri yang berisi

media, bakteri dan ekstrak A. vera akan diinkubasi selama 2 x 24 jam dengan suhu

370C. Pengukuran pertumbuhan koloni S. Typhi dan S. Aureus dilakukan dengan

cara menghitung jumlah koloni menggunakan colony counter.

Cara menghitung penghambatan dengan menggunakan metode Lay, yaitu

dengan membandingkan selisih antara jumlah koloni yang diberi akuades (sebagai

kontrol) dan jumlah koloni dari perlakuan yang dicobakan. Hasil yang didapatkan

dinyatakan dalam persentase. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi

Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas

Jenderal Soedirman.

G. Tata Urutan Kerja

Tata urutan kerja pada penelitian ini meliputi sterilisasi alat, persiapan alat,

bahan, persiapan larutan uji dan uji kepekaan mikroba.

1. Sterilisasi Alat

Sterilisasi dilakukan menggunakan sterilisasi basah, yaitu sterlisasi dari

organisme pada peralatan yang dilakukan dengan autoklaf menggunakan uap air

jenuh bertekanan 2 atm pada suhu 121°C selama 30 menit.

23

Page 30: Proposal in One Revisi Bu Ami

2. Persiapan Larutan uji

Tumbuhan A. vera, didapatkan dari perkebunan A. vera di Bantarsoka,

Berkoh, Banyumas, Jawa Tengah yang kemudian ditanam sendiri oleh peneliti

pada tanah yang sudah diberikan pupuk, dan setiap harinya disiram air.

Karakteristik A. vera yang digunakan adalah yang berumur 5-6 bulan dengan

ketinggian daun mencapai 30-40 cm serta memiliki ketebalan di pangkal

mencapai 3-4 cm. Untuk persiapan dan pembuatan ekstrak daun A. vera,

dilakukan dengan cara maserasi. Maserasi adalah suatu cara pencairan simplisia

dengan cara merendam simplisia tersebut dalam pelarut dengan beberapa kali

pengocokan atau pengadukan pada suhu ruangan, sedangkan remaserasi adalah

pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat

pertama dan seterusnya. Ekstrasi dengan metode maserasi ini dilakukan pada

daun dan gel A. vera secara bersamaan. A. vera dicuci terlebih dahulu kemudian

dipotong - potong, lalu dimasukan kedalam alat maserasi untuk dihaluskan

menjadi satu. Kemudian, direndam dalam larutan ethanol selama 4 hari. Setelah

itu larutan ini disaring dan kemudian hasil saringannya dilakukan evaporasi

pada evaporator untuk mendapatkan hasil ekstrak (Agarry et al., 2005).

3. Pembuatan Variasi Konsentrasi Larutan

Larutan ekstrak A. vera dibuat dengan cara melarutkan hasil ekstrak aloe

vera dengan akuades. Pengenceran dilakukan dengan menggunakan rumus

konsentrasi sebagai berikut :

X %=b /v

Keterangan :

b = bobot ekstrak (gram)

24

Page 31: Proposal in One Revisi Bu Ami

v = volume larutan (ml)

Larutan ekstrak aloe vera dengan konsentrasi 15%, 30%, 45%, 60%, dan

75% diperoleh dengan cara pengenceran menggunakan rumus sebagai berikut :

M 1.V 1=M 2.V 2 ;V 2=V 1=Vx

Keterangan :

M1 : Konsentrasi awal larutan ekstrak A. vera yang diencerkan

V1 : Volume awal larutan ekstrak A. vera yang diencerkan

M2 : Konsentrasi akhir larutan ekstrak A. vera yang diencerkan

V2 : Volume akhir larutan ekstrak A. vera yang diencerkan

Vx : Volume Nutrient Broth

4. Uji Kepekaan

Disediakan dua buah suspensi bakteri yang akan diujikan ( S. typhi dan

S. aureus ), dari masing – masing bakteri diambil menggunakan jarum ose untuk

diinokulasikan pada media NB 10 ml, kemudian diinkubasi pada suhu 37°C

selama 1 x 24 jam. Kemudian ambil 100µl yang dan dimasukkan kedalam

tabung yang sudah berisi ekstrak A. vera dengan konsentrasi yang berbeda dan

tabung yang berisi akuades sebagai kontrol negatif. Setelah itu lakukan

pengenceran sampai 10-6 suspensi bakteri, dua pengenceran terakhir dilakukan

penanaman pada media masing – masing (SSA untuk S. typhi dan MSA untuk S.

aureus) secara Federel menggunakan metode agar spread plate. Inkubasi

berikutnya dilakukan selama 2 x 24 jam pada suhu 37°C. Amati jumlah

pertumbuhan koloni pada kontrol negatif, dan perlakuan ekstrak A. vera. Hitung

persentase penghambatan pertumbuhan pada ekstrak A. vera.

25

Page 32: Proposal in One Revisi Bu Ami

H. Analisis Data

Analisis data yang akan dilakukan untuk uji aktivitas antibakterial ekstrak A.

vera dilakukan dengan menggunakan analisis probit untuk mengetahui kadar

Inhibitory Concentration 50 (IC50) dengan menghitung persentase daya hambat

terhadap bakteri S. typhi dan S. aureus. Nilai probit didapatkan melalui table probit

berdasarkan pada persentase daya hambat dan dibuat persamaan garis Y = a+bx

dimana Y = persentase kematian atau penghambatan 50% atau nilai probit 5. Dan X

= log konsentrasi. Nilai IC50 diperoleh dari persamaan tersebut dengan memasukkan

nilai probit 5. Rumus nilai IC50 adalah sebagai berikut :

a = ∑(X)∑(XY)-∑(X2)∑(Y)

(∑(X)2)-n∑(X2)

b = ∑(X) ∑(Y)-n∑(XY)

(∑(X))2-n∑(X2)

r = n∑(XY)- ∑(X) ∑(Y)

√ [n∑ ( X2 )−(∑ ( X ) )2]¿

Persamaan garis Y = a+bX

IC505 = a+bX

bX = 5-a

X = 5-a

b

Anti log X = konsentrasi IC50

Yang akan diinterpretasikan, pada konsentrasi berapakah ekstrak A. vera dapat

menghambat pertumbuhan 50% bakteri S. typhi dan S. aureus.

26

Page 33: Proposal in One Revisi Bu Ami

Pertumbuhan koloni dihitung dengan menggunakan metode Total Plate

Count (TPC) dengan rumus :

Jumlah koloni/ml=

A x 10a

n

Keterangan :A : jumlah koloni bakteria : faktor pengencerann : jumlah pengenceran yang dibuat agar tuang

Perhitungan persentase penghambatan pertumbuhan koloni bakteri

Persen (%) penghambatan pertumbuhan koloni =

jumla h koloni perlakuan 0 %− jumlah koloni masing−masing konsentrasijumlah koloni perlakuan 0 %

x 100 %

Keterangan :

% penghambatan : persentase kemampuan kadar

ekstrak A. vera dalam menghambat

pertumbuhan S. typhi dan S.

aureus.

Jumlah koloni perlakuan 0% : jumlah koloni S. typhi dan S. aureus

pada media setelah perlakuan dengan

pemberian ekstrak A. vera dengan

konsentrasi 0%.

27

Page 34: Proposal in One Revisi Bu Ami

Jumlah koloni masing-masing konsentrasi : jumlah koloni S. typhi dan S.

aureus setelah perlakuan dengan

pemberian ekstrak A. vera dengan

konsentrasi 15%, 30%, 45%, 60%,

dan 75%.

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan program SPSS. Data yang

didapat akan diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Saphiro – Wilk. Data

yang didapat tidak terdistribusi normal maka dilakukan transformasi data dan

dilakukan uji normalitas kembali. Apabila data tetap tidak terdistribusi normal maka

data selanjutnya akan diuji dengan menggunakan uji Kruskal Wallis, yaitu uji

analisis komparatif dua kelompok tidak berpasangan untuk mengetahui adanya

perbedaan bermakna antar kelompok perlakuan pada variabel tergantung. Untuk

mengetahui kelompok mana saja yang terdapat perbedaan bermakna, dilakukan uji

Post Hoc Mann Whitney. Semua uji dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95%

(α=0,05) (Dahlan, 2009).

I. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dan pengamatan dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober 2014 di

Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Kedokteran UNSOED.

J. Jadwal Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2014 – Oktober 2014.

28

Page 35: Proposal in One Revisi Bu Ami

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

Bulan ke

Waktu Kegiatan I II III IV V VI

Tahap Persiapan √

Penyusunan Proposal √

Seminar Proposal √

Tahap Pelaksanaan √

Penelitian dan Pengambilan Data

Pengolahan dan Analisis Data

Tahap Akhir Penelitian √

Penyusunan Hasil √

Seminar Hasil √

29

Page 36: Proposal in One Revisi Bu Ami

DAFTAR PUSTAKA

Aswani, Vijay H. Shukla, Sanjay K. 2011. Prevalence of Staphylococcus aureus and

Lack of Lytic Bacteriophages in the Anterior Nares of Patients and

Healthcare Workers at Rural Clinic. Clinical Medicine on Research Volume

9, Number 2 : 75-81

Banu A, Sathyanarayana BC, Chattannaver G. 2012. Efficacy of fresh Aloe vera Gel

against multi-drug resistant bacteria in Infected Leg Ulcers. Australian

Medical Journal. 305 – 309

Bashir, A., Saeed, B., Mujahid, T.Y., Jehan, N. 2011. Comparative Study of

Antimicrobial Activities of Aloe vera Extracts and Antibiotiks Against

Isolates from Skin Infections. African Journal of Biotechnology. Vol. 10 (19),

3835-3840.

Brooks, Geo F. Janet, S. Buttel. Stephen, A. Morse. 2008. Jawetz, Melnick, &

Adelberg Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.

Bin Zeng. Guozhong Zhao. Xiaohong Cao. Zhen Yang. Chunling Wang. Lihua Hou.

2013. Formation and resuscitation of Viable but Nonculturable Salmonella

typhi. BioMed Research International.

Banso, A. & Adeyemo, S.O. 2007. Evaluation of Antibakterial Properties of Tannins

Isolated from Dichrostachys cinerea. African Journal of Biotechnology. Vol.

6 (15) : 1785-1787

Bawono, Suryo Adi Kusumo. 2013. Efek Antibakterial Ekstrak Lidah Buaya (Aloe

vera) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus (ATCC 33862) Secara

In Vitro. Universitas Jenderal Soedirman.

Buchan, Blake W. Ledeboer, Nathan A. 2010. Identification of Two Borderline

Oxaciline-Resistant Strains of Staphylococcus aureus From Routine Nares

Swab Specimens by One of Three Chromogenic Agars Evaluated for the

Detection of MRSA. American Journal Clinical Pathology 134:921-927.

Centers for Disease Control and Prevention, 2008. Investigation of Outbreak of

Infections Caused by Salmonella Saintpaul. Diakses tanggal 15 Mei 2014,

http://www.cdc.gov/salmonella/saintpaul/jalapeno/

30

Page 37: Proposal in One Revisi Bu Ami

Charles, Richelle C. Alaullah, Sheikh. Bryan, Krastins. et al. 2010. Characterization

of Anti-Salmonella enterica Serotype Typhi Antibody Responses in

Bacteremic Bangladeshi Patients by an Immunoaffinity Proteomics-Based

Technology. American Society for Microbiology. p. 1188-1195.

Fatemeh, Nejatzadeh-Barandozi. 2013. Antibacterial Activities and Antioxidant

Capacity of Aloe vera. Nejatzedeh-Barandosi Organic and Medical Letters.

Diakses tanggal 18 Mei 2014, http://www.orgmedchemlett.com/content/3/1/5

Fitriana Ratnaningtyas, dkk. 2010. Pemanfaatan Lidah Buaya (Aloe vera) Dalam

Pembuatan Sabun Organik Serbaguna Di Kelurahan Tanggung Kecamatan

Kepanjen Kidul Kota Blitar. Universitas Negeri Malang.

Gray, Jeffrey T. and Paula J. Fedorka-Cray. 2002. Salmonella Foodborne Diseases.

Eds. Dean O. Cliver and Hans P. Riemann. San Francisco: Academic Press.

55-68.

Hardy, K.J. Hawkey, P.M. Gao, F. Oppenheim, B.A. 2004. Methicilin Resistant

Staphylococcus aureus in Critically Ill. British Journal of Anaesthesia 92

(1) : 121-30

Harris, L.G., Foster, S.J., Richards, R.G. 2002. An Introduction to Staphylococcus

aureus, and Techniques For Identifying and Quantifying S. aureus Adhesins

In Relation to Adhesion to Biomaterials. European Cells and Materials. Vol

4 : 39 – 60. ISSN 1473-2262.

Juliantina, Farida. 2012. Manfaat Sirih Merah (Piper crocatum) Sebagai Agen Anti

Bakterial Terhadap Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. Universitas

Islam Indonesia Yogyakarta.

Joseph, Baby. & Raj, S.Justin. 2010. Pharmacognostic and Phytochemical Properties

Of Aloe Vera Linn –An Overview. Interdisciplinary Research Unit,

Departement of Biotechnology, Malankara Catholic College, Marlagirl, K.K

District. International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and

Research.

Ochiai, R. Leon. Wang, XuanYi. Seidlein, Lorenz von. Yang, Jin. Bhutta, Zulfikar.

Bhattacharya, Sujit. K. Agtini, Magdarina. Deen, Jacqueline. Wain, John.

Kim, Deok Ryun. Jodar, Luis. Clemens, John. 2005. Salmonella Paratyphi A

Rates, Asia. Emerging Infectious Diseases. Diakses tanggal 10 Mei 2014,

www.cdc.gov/eid : Vol. 11.

31

Page 38: Proposal in One Revisi Bu Ami

Ogunleye, V.O., Ogunleye, A.O., Ajuwape, A.T.P., Akande, K.A., Adetosoye, A.I.,

2009. Occurrence of Methicilin-resistant Staphylococcus aureus in a Nigerian

Tertiary Hospital. African Journal of Biomedical Research.

Panahi, Yunes. Reza, Sharif Mohamad. Sharif, Alireza. Beiraghdar, Fatemeh. Zahiri,

Zahra. Amirchoopani, Golnoush. Tahmasbpour, Marzony Eisa. Sahebkar,

Amirhossein. 2012. A Randomize Comparative Trial on the Therapeutic

Efficacy of Topical Aloe vera and Calendula officinalis on Diaper Dermatitis

in Children. The Scientific World Journal. Article ID 810234.

Puspitasari, Indri. 2008. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Bawang Putih (Allium

sativum Linn) Terhadap Bakteri S. aureus In Vitro. Universitas Diponegoro

Semarang.

Rajeswari, R. Umadevi. M.C. Rahale, Sharmila. Pushpa, R. Selvavenkadesh, S.

Khumar, K. P. Sampath. Bhowmik, Debjit. 2010. Aloe vera: The Miracle

Plant Its Medicinal and Traditional Uses in India. Journal of Pharmacognosy

and Phytochemistry. IC Journal No: 8192.

Ratnaningtyas, Fitriana., Purwaningrum, Ribut., Susanti, Romia Hari. 2010.

Pemanfaatan Lidah Buaya (Aloe vera) Dalam Pembuatan Sabun Organik

Serbaguna di Kelurahan Tanggung Kecamatan Kepanjen Kidul Kota Blitar.

Rosyidah, K. Nurmuhaimina, S.A. Komari, N. Astuti, M.D. 2010. Aktivitas

Antibakteri Fraksi Saponin dari Kulit Batang Tumbuhan Katsuri (Mangifera

casturi). Bioscientiae Unlam. Vol. 7 No. 2 : 25-31

Setyowati, F. M. 2010. Etnofarmakologi dan Pemakaian Tanaman Obat Suku Dayak

Tunjung di Kalimantan Timur. Media Litbang Kesehatan Volume XX

Sudigdoadi, Sunarjati. 2010. Analisis Tipe Staphylococcal Cassette Chromosome

mec (SCCmec) Isolat Methicilin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA).

Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

42(4):149-154.

Tajbakhsh, Mercedeh. Rene, S Hendriksen. Nochi, Zahra. Zali, Mohammad Reza.

Aarestrup, Frank M. Lourdes, Garcia-Migura. 2011. Antimicrobial Resistance

in Salmonella sp. Recovered From Patiens Admitted to Six Different

Hospitals in Tehran, Iran from 2007 to 2008. Institute of Microbiology,

Academy of Sciences of the Czech Republic. 57: 91 – 97.

Todar, Kenneth. 2008. Online Textbook of Bacteriology. Diakses pada 22 Mei 2014,

www.textbookofbacteriology.net

32