Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pendidikan nasional bertujuan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, kepribadian mandiri, bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Peningkatan mutu merupakan prioritas pembangunan pendidikan, sehingga menyediakan pengalaman belajar yang berpusat pada siswa merupakan strategi yang seharusnya digunakan secara konsisten bukan hanya dalam kurikulum melainkan dalam belajar mengajar. Keterampilan merupakan salah satu sarana bagi siswa dalam mencari pengelaman belajar. Keadaan yang ada pada saat ini adalah pengelolaan pengajaran yang belum memadai serta kurangnya alat dan bahan seharusnya ada proses belajar mengajar yang lebih baik. Dengan demikian pengajaran diharapkan dapat 1
102

Proposal Eko

Jul 04, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Proposal Eko

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pendidikan nasional bertujuan meningkatkan kualitas manusia Indonesia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,

memiliki pengetahuan, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani,

kepribadian mandiri, bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Peningkatan mutu merupakan prioritas pembangunan pendidikan,

sehingga menyediakan pengalaman belajar yang berpusat pada siswa merupakan

strategi yang seharusnya digunakan secara konsisten bukan hanya dalam

kurikulum melainkan dalam belajar mengajar. Keterampilan merupakan salah

satu sarana bagi siswa dalam mencari pengelaman belajar.

Keadaan yang ada pada saat ini adalah pengelolaan pengajaran yang

belum memadai serta kurangnya alat dan bahan seharusnya ada proses belajar

mengajar yang lebih baik. Dengan demikian pengajaran diharapkan dapat

mengembangkan upaya pemerintah dalam meningkatkan keterampilan siswa.

Kurikulum SMK tahun 1994 serta tahun 2000 (kurikulum yang

disempurnakan) menjelaskan, bahwa sistem pendidikan pada SMK adalah

pendidikan yang mengutamakan mutu lulusan, memiliki kompetensi, yang

berwawasan mutu, serta bernuansa pada dunia kerja. Sasaran ini dipertegas lagi

dengan konsep BBE (Broad Base Education) yang dirancang oleh MENDIKNAS,

bahwa SMK harus mampu mandiri dan dapat menghasilkan tamatan yang

memiliki kecakapan hidup dan profesional (Life Skill Education).

1

Page 2: Proposal Eko

Upaya yang harus dilakukan untuk mencapai target kurikulum adalah

dengan mengerahkan dan mengoptimalkan seluruh komponen pendidikan,

terutama guru sebagai pemegang peranan penting yang terlibat langsung pada

kegiatan belajar mengajar siswa. Sehingga tidak ada pilihan lain bagi seorang

guru untuk selalu meningkatkan kualitas kemampuan guna menunjang kegiatan

belajar mengajar, dengan ketrampilan dan prestasi belajar siswa dapat terbangun.

Menjadi tugas seorang guru untuk berinovasi jika siswa yang mengikuti kegiatan

belajar mengajar di sekolah mengalami kejenuhan dan penurunan prestasi belajar.

Siswa yang melaksanakan kegiatan belajar pada mata pelajaran produktif

sering mengalami kejenuhan pada akhirnya terjadi penurunan prestasi belajar.

Kondisi demikian terjadi karena dalam kegiatan belajar mengajar, metode yang

digunakan selama proses belajar berlangsung hampir sama dan pelajaran

produktif cukup lama. Jika hal ini tidak mendapat perhatian khusus dari guru

yang terlibat dalam kegiatan belajar, maka sangat dimungkinkan dan sering

ditemukan siswa yang mengikuti pelajaran pada pertemuan selanjutnya

mengalami penurunan nilai.

Pendidikan kejuruan merupakan salah satu lembaga pendidikan dan

teknologi, di sisi lain teknologi selalu terjadi improvement dan inovasi seiring

berjalannya waktu. Oleh karenanya model pembelajaran sistem perilaku

(Behavioral Sistem ) perlu dikembangkan.

Berdasarkn observasi dan wawancara dengan beberapa siswa di SMK

Karsa Mulya Palangka Raya diketahui bahwa salah satu faktor penyebab

2

Page 3: Proposal Eko

rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran pemeliharaan baterai adalah

kurangnya penerapan model pembelajaran yang variatif, menarik dan melibatkan

siswa. Pengajaran pemeliharaan baterai pada umumya disajikan dalam bentuk

ceramah, sehingga siswa tidak dilibatkan secara aktif dan kebanyakan siswa

kurang menyukai metode ini. Untuk mengatasi rendahnya hasil belajar siswa

dalam pembelajaran pemeliharaan baterai, Maka guru di tuntut mengembangkan

berbagai variasi model pembelajaran yang menarik dan melibatkan siswa.

Asumsi inilah yang sampai sekarang masih banyak mendasari pola pembelajaran

yang diterapkan guru di sekolah. Mereka mengajar dengan metode ceramah dan

mengharapkan siswa duduk, dengar, catat, dan hapal.

Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar dalam

kelompok-kelompok kecil, dimana siswa belajar dan bekerjasama unuk sampai

pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu maupun

kelompok. Dengan adanya permainan dalam proses pembelajaran diharapkan

dapat memberikan suatu pengalaman belajar yang menarik bagi siswa. bahwa

model pembelajaran berupa permainan mempunyai nilai tambah, yaitu (1) dapat

dijamin jika seluruh siswa dapat berpartisifasi, mempunyai bentuk kesiapan

untuk menunjukan kemampuanya dalam bekerjasama hingga berhasil, dan (2)

permainan merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi anak didik.

Materi standar pembelajaran pemeliharaan baterai di SMK adalah

pemahaman tentang fungsi, jenis, dan bentuk dari setiap komponen,dan cara

pemeliharaan, untuk memahami materi tersebut siswa perlu mengenal

komponen-komponen dan mengetahui fungsi dari setiap komponen-komponen

3

Page 4: Proposal Eko

utama pada baterai beserta bentuk dari setiap komponen. Hal ini memerlukan

pemikiran yang lebih mendalam agar dapat dipahami. Dengan pesatnya

perkembangan IPTEK menuntut adanya pembaharuan dalam dunia pendidkan,

sehingga pola pembelajaran atas dasar asumsi tabula rasa John Luke tersebut tidak

dapat dipertahankan lagi. Teori peneliti dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran

membuktikan bahwa guru sudah harus mengubah pola mengajar, ke pola siswa

belajar, guru perlu menyusun dan melaksanakan pola pembelajaran berdasarkan

pokok pemikiran sebagai berikut.

1. Pengetahuan dan keterampilan ditemukan, dibentuk dan dikembangkan

oleh siswa. Siswa membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui

proses belajar sedangkan guru berperan sebagai pembimbing dan

fasilitator dalam proses balajar tersebut.

2. Siswa membangun pengetahuan secara aktif. Siswa tidak begitu saja

mendapatan pengetahuan dengan menerimanya dari guru atau kurikulum

secara pasif.

3. Guru perlu berusaha mengembangkan kompetesi dan kemampuan siswa,

kegiatan pembelajaran harus lebih menekankan pada proses dari pada

hasil.

4. Pendidikan adalah interaksi pribadi antara siswa dan siswa serta siswa

dengan guru.

Pola pembelajaran seperti inilah yang perlu dikembangkan di sekolah-

sekolah, ditemui fakta bahwa siswa hanya menerima secara pasif pengetahuan

yang dimiliki guru, Dengan kata lain guru mentransfer pengetahuanya ke siswa.

4

Page 5: Proposal Eko

Pembelajaran kooperatif dapat menjadi salah satu alternatif karena banyak

pendapat yang menyatakan bahwa pembelajaran aktif termasuk kooperatif mampu

meningkatkan efektivitas pembelajaran (Wagitan, 2006 : 26). Hubungan yang

lebih positif, dan penyesuaian psikologi yang lebih baik daripada suasana belajar

yang penuh persaingan dan memisah-misahkan siswa.

1.2. Identifikasi Masalah

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa

dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen untuk

saling bekerja sama dalam hal penyelesaian masalah, di samping itu ketrampilan

menjadi bahan yang paling utama bagi siswa sebagai sarana dalam proses

pembelajaran.

Pengelolaan pembelajaran yang belum memadai dan kurangnya alat dan

bahan yang digunakan dalam proses pembelajaran seharusnya hal ini

menjadi pertimbangan yang paling utama, sehingga perlu di terapkan model

pembelaaran yang lebih baik serta menuntut keaktifan dan keterlibatan

siswa di dalam pelaksanaan prose pembelajaran.

5

Page 6: Proposal Eko

1.3. Batasan masalah

Pada penelitian ini, peneliti memberi batasan yaitu :

1) Penelitian Di Laksanakan Di Smk Karsa Mulya Palangka Raya.

2) Jurusan dibatasi pada jurusan teknik kendaraan ringan

3) Materi yang dibahas hanya pada proses pemeliharaan baterai.

1.4. Rumusan masalah

Secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana

penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe PBL (Problem based learning)

terhadap hasil belajar pada siswa kelas X-tkr SMK Karsa Mulya Palangka Raya.

Masalah umum tersebut selanjutnya dapat dirinci sebagai berikut :

1) Tingkat hasil belajar siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif Tipe PBL ( Problem Based

Learning ) dalam pembelajaran prosedur pelaksanaan pemeliharaan

baterai pada siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan SMK Karsa Mulya

Palangka Raya Tahun ajaran 2010/2011.

2) Pembelajaran pemeliharaan baterai dengan model pembelajaran kooperatif

tipe PBL ( Problem Based Learning ) pada materi prosedur pelaksanaan

pemeliharaan baterai dapat meningkatkan ketrampilan siswa kelas X

Teknik Kendaraan Ringan SMK Karsa Mulya.

3) ketercapaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran pemeliharaan baterai

dengan model pembelajarn tipe PBL ( Problem Based Learning ) dalam

6

Page 7: Proposal Eko

prosedur pelaksanaan pemeliharaan baterai pada siswa kelas X teknik

kendaraan ringan SMK Karsa Mulya.

4). Aktivitas hasil belajar siswa pada saat mengikuti pembelajaran dalam

pengembangan model pembelajaran kooperatif Tipe PBL (Problem based

learning).

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumsan masalah yang dikemukakan, penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui efektivitas pembelajaran dengan model PBL (Problem Based

Learning) pada materi ajar pemeliharaan baterai di SMK Karsa Mulya Palangka

Raya.

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mendiskripsikan kegiatan belajar mengajar pemeliharaan baterai

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe PBL dalam

prosedur pelaksanaan pemeliharaan baterai pada siswa kelas X teknik

kendaraan ringan SMK Karsa Milya Palangka Raya.

2. Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar

dengan menggunkan model pembelajaran kooperatif tipe PBL( Problem

based learning) konsep prosedur pelaksanaan pemeliharaan baterai

pada siswa kelas X teknik kendaraan ringan SMK Karsa Mulya

Palangka Raya.

7

Page 8: Proposal Eko

3. Untuk mengetahui ketercapaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran

pemeliharaan baterai dengan model pembelajaran kooperatif tipe PBL

(Problem based learning) dalam prosedur pelaksanaan pemeliharaan

baterai pada siswa kelas X teknik kendaraan ringan SMK Karsa Mulya

Palangka Raya.

4. Mendiskripsikan respon siswa X teknik kendaraan ringan SMK Karsa

Mulya Palangka Raya terhadap pembelajaran pemeliharaan baterai

model kooperatif tipe PBL ( Problem based learning)

1.6. Manfaat Penelitian

1.6.1.Secara teoritis :

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pustaka, memperkaya

kasanah keilmuan bagi pembaca tentang pelaksanan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe PBL (Problem Based Learning).

1.6.2. Secara Praktis

a. sebagai bahan pertimbangan bagi SMK dan majelis sekolah dalam

menentukan

8

Page 9: Proposal Eko

1.7. Asumsi Penelitian

Penelitian ini di landasi dengan asumsi sebagai berikut :

1. Guru sudah mengajarkan materi tentang pemeliharaan baterai dengan

metode kooperatif tipe PBL ( Problem based learning) yang tepat serta

siswa telah mempelajarinya dengan baik.

2. Siswwa mengerjakan tes sehingga jawaban yang di berikan oleh siswa

benar-benar mencerminkan pemahamannya terhadap materi

pemeliharaan baterai.

3. Jawaban yang di berikan oleh siswa dalam mewngerjakan butir soal

dalam menunjukan konsep yang ada pada diri siswa.

9

Page 10: Proposal Eko

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Model Pembelajaran Kooperatif

2.1.1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran di mana siswa belajar

dalam kelompok-kelompok heterogen untuk mencapai hasil belajar pengetahuan

akademik dan keterampilan sosial ( Zainudin & Suriasa, 2006).

Salah satu alternatif model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan

adalah dengan mengunakan Tipe Problem Based Learning. Model problem

based learning meliputi kelompok-kelompok belajar pembelajaran bekerja sama

memecahkan masalah yang telah di sepakati bersama. Selain itu dapat juga

mendorong dan meningkatkan semangat dan kerjasama siswa sehingga siswa

menjadi lebih aktif dan termotifasi dalam proses pembelajaran dengan adanya

pembelajaran tipe kooperatif tipe PBL ( Problem Based Learning ) penulis

harapkan dapat menjadi solusi pada situasi belajar yang proses komunikasinya

tidak efektif.

Model pembelajaran kooperatif didasarkan pada teori bahwa siswa lebih

mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling

mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya .

10

Page 11: Proposal Eko

2.1. 2. Landasan Teoritis

Menurut Artzt dan Newman (1997: 2), pembelajaran kooperatif

melibatkan suatu kelompok belajar kecil yang bekerja bersama-sama sebagai tim

untuk menyelesaikan masalah, melengkapi tugas, atau mencapai tujuan bersama.

Ada beberapa model pembelajaran kooperatif yang berbada-beda tapi tetap

memiliki unsur-unsur tersebut diperlukan agar setiap siswa dapat bekerja sama

dalam kelompok. Pertama, setiap anggota kelompok harus menerima bahwa

mereka bagian dari kelompok dan mereka mempunyai tujuan yang sama. Kedua,

anggota kelompok harus menyadari bahwa masalah yang akan mereka selesaikan

adalah masalah kelompok dan semua anggota kelompok memberikan kontribusi

terhadap keberhasilan kelompoknya. Ketiga, untuk mencapai tujuan bersama,

semua anggota kelompok harus berbicara dengan anggota lainya untuk

mendiskusikan masalah. Terakhir, setiap anggota kelompok harus menyadari

bahwa kerja individu anggota kelompok memberikan pengaruh langsung terhadap

kesuksesan kelompok.

Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk

sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan

tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan

memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih

dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, Pengalaman tugas,

tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi-komunikasi-

11

Page 12: Proposal Eko

sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan

belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Ada bebarapa definisi pembelajaran kooperatif, salah satunya yang

diungkapkan oleh Slavin (1995: 2) merujuk pada berbagai metode pembelajaran

dimana siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk membantu siswa yang lain

belajar. Model pembelajaran ini juga memperbaiki karakterristik siswa menjadi

lebih baik karena kondisi belajar bersama diharapkan terciptanya suatu kondisi

yang saling mengisi pengalaman belajar dan sosial serta memotivasi yang lain

untuk belajar. Karakteristik tersebut seperti pengetahuan dan pengalaman yang

dimilik sebelum mengikuti dan aktif dalam proses belajar. Faktor belajar yang

mengikuti: sifat-sitat kepribadian dan cara belajar yang berpengaruh dalam proses

belajar pada siswa bersangkutan dapat dijadikan sebagai pengalaman belajar

(Hamalik,1991 : 102).

2.1.3. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif

Menurut Ibrahim (2000) Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur

tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif, siswa yang bekerja dalam situasi

pembelajaran koperatif didorong atau dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu

tugas bersama, dan mengkordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.

Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling ketergantungan

satu sama lain untuk mencapai penghargaan bersama, mereka akan berbagi

penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil dalam kelompok.

12

Page 13: Proposal Eko

Ciri dalam pembelajran yang mengunakan model pembelajaran kooperatif

adalah : 1) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menu taskan

materi belajarannya; 2) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki

kemampuan tinggi, kemampuan sedang, dan kemampuan rendah; 3) bila

mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin

berbeda-beda; 4) pengharagaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu

( Ibrahim 2000).

Unsur-unsur dasar siswa dalam model pembelajaran kooperatif adalah

sebagai berikut :

1). Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka

sehidup sepenanggungan bersama.

2). Siwa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam

kelompoknya,seperti miliki mereka sendiri.

3). Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya

memilki tujuan yang sama.

4). Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang samadi antara

anggota kelompoknya.

5). Siswa akan diberikan evaluasi/diberikan hadiah/penghargaan yang juga

akan digunakan untuk semua kelompok anggota kelompok.

6). Siswa berbagi kepemimpinan daan mereka membutuhkan keterampilan

untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

13

Page 14: Proposal Eko

7). Siswa akan diminta mempertanggunjawabkan secara individual materi

yang ditangani dalam kelompok kooperatif (Ibrahim, 200:6).

2.1.4. Tujuan pembelajaran kooperatif

Menurut Corebima (2002) model pembelajaran kooperatif dikembangkan

untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil

belajara akademik, penerimaan penghargaan terhadap keragaman dan

pengembangan ketrampilan sosial.

1. Hasil belajar akademik

Pembelajran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa

dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berrpendapat bahwa model ini

unggul mebantu siswa dalam memahami konsep-konsep yag sulit. Para

pengembangan ini telah menunjukan bahwa model struktur penghargaan

kooperatif telah dapat meningkatkan siswa pada belajar akademik dan

perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

2. Penerimaan terhadapa penghargaan

Èfek kedua dari pembelajaran kooperati adalah penerimaan yang luas

terhadap orang yang berada menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan

maupun ketidak mampuan. Pembelajarn kooperatif memberi peluang

kepada siswa yang berbedalatar belakang dan kondisi untuk kinerja

bekerja saling bergantung satu sama lainatas tugas-tugas bersama dan

melalui pengunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar unutk

menghargaai satu sama lain.

14

Page 15: Proposal Eko

3. Pengembangan ketrampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif ialah untuk mengerjakan

kepada siswa ketrampilan kerja sama dan kolaborasi, ketrampilan ini

sangat penting untuk dimiliki dalam masyrakat dimana sebagian besar

kerja orang dewasa dilakukan dalam organisasi yang saling begantung satu

sama lain dan dimana masyrakatsecara budaya semakin beragam.

2.1.5. Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Beberapa hasil penelitian menurut Ibrahim (2000) yang

menunjukan pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah,

antara lain :

1) Meningkatkan waktu pencurahan pada tugas

2) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

3) Memperbaiki diri sikap terhadap IPA dan Sekolah

4) Memperbaiki kehadiran

5) Angka putus sekolah menjadi lebih rendah

6) Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar

7) Perilaku mengangu menjadi lebih kecil

8) Konflik antar pribadi menjadi berkrang

9) Sikap apatis berkurang

10) Pemahaman yang lebih mendalam

2.1.6. Keterampilan Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi, namun

siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut

15

Page 16: Proposal Eko

keterampilan kooperatif (Depdiknas, 2005: 11). Keterampilan kooperatif ini

berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja

dapat dibangun dengan mengembangkan komonikasi antar anggota kelompok.

sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota selama

kegiatan.

Selanjutnya Ludgren dalam depdiknas (200 : 11-12) menggolongkan

ketrampilan-keterampilan kooperatif tersebut antara lain sebagai berikut :

1) keterampilan kooperatif tingkat awal, meliputi:

- Menggunakan kesepakatan

- menghargai kontribusi

- Mengambil giliran dan berbagi tugas

- Berada dalam kelompok

- Berada dalam tugas

- Mendorong partisifasi

- Mengundang orang lain untuk berbicara

- Menyelesaikan tugas pada waktunya

-menghormati perbedaan individu

2) Keterampilan kooperatif tingkat menengah,meliputi:

- Menunjukan penghargaan dan simpati

16

Page 17: Proposal Eko

- Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima

- Mendengarkan dengan aktif

- Bertanya

- Membuat ringkasan

- Menafsirkan

- Mengatur dan mengorganisir

- Menerima tanggung jawab

- Menguragi ketegangan

3) Keterampilan kooperatif tingkat mahir, meliputi:

- Mengelaborasi

- Memeriksa dengan cermat

- Menanyakan kebenaran

- Menetapkan tujuan

- Berkompromi

2.1.7. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Terdapat enam (6) langkah utama atau tahapan di dalam pembelajaran

yang menggunakan pembelajaran kooperatif pelajaran dimulai dengan guru

menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa belajar. Fase ini diikuti

17

Page 18: Proposal Eko

oleh penyajian informasi dengan bahan bacaan. Selanjutya siswa dikelompokan

ke dalam tim-tim belajar, Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa

bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir

pembelajaran kooperatif meliputi prsentasi hasil akhir kerja kelompok, atau

evaluasi tentang apa yang mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap

usaha-usaha kelompok maupun individu.

Tabel langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Fase Tindakan guru

Fase – 1

Menyampaikan dan

memotifasi siswa

Fase – 2

Menyajikan informasi

Fase – 3

Mengorganisasikan

siswa ke dalam tiap

kelompok-kelompok

belajar

Guru menyampaikan semua tujuan

pelajaran yang ingin dicapai pada

pelajarana tersebut dan memotivasi siswa

belajar

Guru menyajikan informasi kepada siswa

dengan jalan demonstrasi atau lewat

bahan bacaan

Guru menjelaskan kepada siswa

bagaimana caranya membentuk kelompok

belajar dan membantu settiap kelompok

agar melakukan transisi secara efisien

18

Page 19: Proposal Eko

Fase – 4

Membimbing kelompok

bekerja, belajar dan

bermain

Fase – 5

Evaluasi

Fase – 6

Memberi penghargaan

Guru membimbing kelompok-kelompok

belajar pada saat mereka melaksanakan

permainan

Guru mengevaluasi hasil permainan yang

telah dilaksanakan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai

baik upaya maupun hasil belajar individu

dan kelompok

2.2. Model Pembelajaran

19

Page 20: Proposal Eko

Joice, B dan Weil (Nurhayati Abbas, 2000:10) mendefinisikan model

pembelajaran adalah suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam setting, tutorial dan

untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya

bukubuku, film, komputer, dll. Arends (Nurhayati Abbas, 2000:10) mengatakan

bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran termasuk di

dalamnya tujuan pembelajaran, tahap-tahap kegiatan pembelajaran, lingkungan

pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Berdasarkan definisi di atas, model pembelajaran merupakan kerangka

konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar, yang berfungsi sebagai

pedoman guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran,

mengelola lingkungan pembelajaran dan mengelola kelas. Dalam merancang dan

melaksanakan pembelajaran diperlukan perangkat pembelajaran yang dapat

disusun dan dikembangkan oleh guru. Menurut Arends (Nurhayati Abbas,

2000:10) model pembelajaran terdiri dari model pembelajaran langsung (direct

instruction), model pembelajaran kooperatif (cooperative learning), model

pembelajaran berbasis masalah (problem based instruction), model pembelajaran

diskusi (discussion), dan model pembelajaran strategi (strategi learning).

2.3 Model Pembelajaran Kooperatif tipe PBL ( Problem Based Learning)

20

Page 21: Proposal Eko

2..3.1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah/ PBL ( Problem Based

Learning)

Menurut Resenick dan Glaser dalam Bell Gredler ( 1991 : 257) masalah

dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimakna seorang melakukan tugasnya yang

tidka ditemuinya diwaktu sebelumnya. Masalah pada pada umumnya timbul

karena adanya kebutuhan untuk memenuhi atau mendekatkan kesenjangan antara

kondisi nyata dengan kondisi yang seharusnya.

Pemecahan masalah adalah suatu proses menemukan respon yang tepat

terhadap suatu situasi yang benar-benar unik dan baru bagi pemecah masalah.

Kemampuan memecahkan masalah adalah salah satu bentuk kemampuan tingkat

tinggi dari hiraki belajaar ( Dahar: 1988).

Model pembelajaran berbasis masalah/problem based learning menurut

Arends ( 1997 : 157) pengunaannya di dalam pengembangan tinggkat berikir

yang lebih tinggi dalam dalam situasi yang berorientasi pada masalah, termasuk

pembelajaran dan bagaimana belajar. Model pembelajaran ini juga mengaccu

kepada pembelajaran-pembelajaran lain seperti pengajaran berdasar proyek (

project based instruction), pembelajaran berdsarkan pengalaman (experience

base instruction), pembelajarn autentik ( authentic instruction), dan pembelajaran

bermakana.

Keberhasilan model pembelajaran berdasar masalah sangat bergantung

pada adanya sumber bagai pembelajar, alat-alat untuk menguji jawaban atau

dugaan. Menurut adanya perlengkapan praktikum, memerlukan waktu ysng cukup

21

Page 22: Proposal Eko

apalagi data harus diperoleh dari lapangan, serta kemamapuan pembelajar dalam

mengangkat dan merumuskan masalah ( Sudjana, 1989 : 93).

Beberapa kelebihan pengunaan pembelajaran berbasis masalah di

anataranya :

1. Pembelajar lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri

yang menemukan konsep tersebut.

2. Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut ketrampilan

berpikir pembelajar yang lebih tinggi.

3. Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki pebelajar

sehingga pembelajaran lebih bermakana

4. Pebelajar dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah-masalah

yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini

dapat meningkatkan motifasi dan ketertarikan pebelajar terhadapa bahan

yang dipelajari.

5. Menjadikan pebelajar lebih mandiri dan lebih dewasa, mampu memberi

aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang

positif dianatara pebelajar, dan

6. Pengondisian pebelajar dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi

terhadap pembelajar dan temannya sehingga pencapaian ketuntasan beajar

dapat diharpkan

2.3.2. karakteristik pebelajaran berbasis masalah/PBL ( problem based

learning)

22

Page 23: Proposal Eko

Ada beberapa karakteristik pembelajaran berbasis masalah, Arends (1997)

mengindetifikasi 5 karakteristik sebagai berikut :

1. Pengujian pertanyaan atau masalah

Langkah awal dari pembelajaran berdasar masalah adalah mengajukan

masalah ditemukan konsep , prinsip serta aturan-aturan. Masalah yang

diajkan secara autentik ditujukan dengan mengacu pada kehidupan nyata.

Pebelajar sering kali mengalami kesulitan dalam menerapkan ketrampilan

yang telah merka dapatkan di sekolah ke dalam kehidupan nyata sehari-

hari karena ketrampilan-ketrampilan itu lebih diajarkan dalam konteks

sekolah, dari pada konteks kehidupan nyata. ( Slavin, 1994) menyataakan

bahawa tugas-tugas sekolah lemah dalam konteks, sehingga tidak

bermakna bagi kebanyakan pebelajar karena pebelajar tidak dapat

menghubungkan tugas - tugas ini dengan apa yang mereka ketahui.

2. Keterkaitan dengan disiplin ilmu lain (Interdiciplinnary focus)

Walaupun pembelajaran berdasar masalah ditujukan pada suatu bidang

ilmu tertentu, tetapi dalam pemecahan masalah-masalah aktual, pebelajar

dapat menyelidiki dari berbagai bidang ilmu.

3. Menyelidiki masalah autentik

Pembelajaran berbasis masalah amat diperlukan untuk menyelidiki

masalah autentik, mencari solusi nyata dari masalah. Pembelajar

menganalisis dan merumuuskan masalah, mengembangkan hipotesis dan

meramalakan, mengumpulkan dan mengnalisa informasi, melaksanakan

eksperimen ( jka diperlukan) membuat acuan dan menyimpulkan.

23

Page 24: Proposal Eko

4. Memamerkan hasil kerja

Pembelajarn berbasis masalah mengajar pebelajar menyusun dan

memamerkan hasil kerja sesuai dengan kemampuannya. Setelah pebelajar

selesai mengerjakan lembar kegiatan pebelajar (LKP), salah satu

kelompok menyajikan hasil kerjanya didepan kelas dan pebelajar pada

kelompok lain memberikan tangapan, kritik terhadap pemecahan

mengarahkan, mmembimbing, memberi petunjuk kepada pebelajar agar

aktinitas pebelajar terarah.

5. Kolaborasi.

Seperti halnya model pembelajaran kooperatif yang akan diuraikan

berikutnya, pembelajran berdasar masalah dicirikan dengan kerja sama

antar pelajar dalam satu kelompok kecil. Kerja sama dalam menyelesaikan

tugas-tugas kompleks dan meningkatkan temuan dan dialog

pengembangan ketrampilan berfikir dan ketrampilan sosial.

2.3.3. Langkah –Langkah Pembelajarn Berbasis Masalah/PBL ( problem

based learning)

Menurut Arends ( 1997 : 161 ) pengelolalaan pembelajaran berbasis

masalah terdapat 5 langkah utama. Di antaranya :

1. Mengorientasikan pebelajar pada masalah

Pada awal pembelajaran berbasis masalah, pembelajara terlebih dahulu

menyampaikan secara jelas tujuan pembelajaran, menetapkan sikap positif

terhadap pembelajaran, dan menjelaskan kepada pebelajar bagaimana cara

24

Page 25: Proposal Eko

pelaksanaannya. Bagi pebelajar pemula yang belum pernah mengikuti

pembelajarn pada pengajaran berbasis masalah, pebelajar juga harus

menjelasskan proses dan prosedur model pembelajaran secara mendalam.

Selanjutnya pembelajran memrlukan orientasi masalah hingga masalah

muncul atau ditemukan sendiri oleh pebelajar. Berdasarkan masalah

tersebut pebelajar dilibatkan secara aktif memecahkannya, menemukan

konsep, prinsip-prinsip, dan seterusnya dalam mata kuliah divusi inovasi

pendidikan.

2. Mengorganisasikan pebelajar untuk belajar

Pembelajaran berbasis masalah memerlukan ketrampilan pengembangan

kolaborasi diantara pebelajar dan membantu mereka menyelidiki maslah

secara bersama-sama. Hal ini merupakan bantuan merencanakan

penyelidikan dan pelaporan tugas-tugas mereka. Selain itu juga perlu

adanya kelompok belajar. Ada bebrapa hal penting yang perlu

diperhatikan didalam mengorganisasikan pebelajar ke dalam kelompok

pembelajaran berdasar masalah yakni pembelajaran dibentuk bervariasi

dengan memperlihatkan kemampuan, ras, etnis, dan jenis kelamin sesuai

dengan tujuan yang akan dicapai. Jika perbedaan kelompok diperlukan

pebelajar dapat membuat tanda kelompok. Pada suatu waktu pembelajar

dapat membagi kelompok tersebut sesuai dengan kesepakatan bersama

antar pebelajar dengan pembelajar.

3. Memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok

25

Page 26: Proposal Eko

Penyelidikan dilakukan secara mandiri, berrkelompok atau dalam

kelompok kecil yang merupakan inti model pembelajaran berdasar

masalah. Walaupun setiap situasi maslah memerlukan sedikit perbedaan

teknik penyelidikan, paling banyak meliputui proses pengumpulan data

dan eksperimen, hipotesis, penjelasan dan pemberian penyelesaian. Pada

tahap ini pembelajar mendorong pebelajar mengumpulkan data dan

melaksanakan kegiatan aktual saampai mereka benar-benar mengerti

dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar pebelajar dapat

mengumpulkan iformasi cukup untuk mengembangkan ide-ide mereka

senddiri. Pada tahap ini pembelajran harus banyak membaca selain apa

yang telah ada dalaam bahan ajar. Pembelajar membantu pebelajar pada

pengumpulan informasi dari beberapa sumber dan mengajukan pertanyaan

pada pebelajar untuk mendeteksi pengalaman mereka tentang masalah dan

konsep yang di temukan serta jenis informasi yang dibutuhkan untuk

menemukan masalah..

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja

Hasil-hasil yang telah diperoleh harus dipresentasikan sesuai dengan

pemahaman pebelajar. Pebelajar secara mandiri atau kelompok meberikan

tangapan atas hasil kerja temannya. Berrdiskusi, berrdialog, bahkan

berdebat memberi komentar terhadap pemecahan masalah yang disajikan.

Dalam hal ini pembelajar mengarahkan , memberi pandangan atas

tangapan-tangapan pebelajar tetapi tidak memerankan sebagai nara sumber

sebagi justifikasi.

26

Page 27: Proposal Eko

5. Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah

Tahap akhir pembelajarkan berdasar masalah meliputi bantauan pada

pebelajar menganalisa dan mengevaluasi proses berfikir mereka sendiri

sebagaimana kegiatan dan ketrampilan intelektual yang mereka gunakan di

dalam pencapaian hasil pemecahan masalah. Selama tahap ini pembelajar

menguassai pebelajar menyusun kembali hasil pemikiran dan kegiatan

mereka pada setiap tahap pembelajaran.

Prosedur pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah tersebut secara

ringkas dapat disajikan dalam bentuk tabel, seperti dalam tabel berikut :

Langkah Kegiatan pembelajar

1. Orientasi masalah Menginformasikan tujuan pembelajaran.

Menciptakan linkungan kelas yang

memungkinkan terjadi pertukaran ide yang

terbuka.

Mengarahkan pada pertannyaan atau masalah

Mendorong pebelajar mengespresikan ide-

ide secara terbuka..

27

Page 28: Proposal Eko

2. Mengorganisasikan

pebelajar untuk belajar

Membantu pebelajar menemukan konsep

berdasar masalah.

Mendorong keterbukaan, proses-proses

demokrasi dan cara belajar pebelajar aktif

(CBPA).

Menguji pemahaman pebelajar atas konsep

yang ditemukan.

3. Membantu menyelidiki

secara mandiri atau

kelompok

Memberi kemudahan pengerjaan pebelajar

dalam mengerjakan /menyelesaikan masalah

Mendorong kerja sama dan penyelesaian

tugas-tugas.

Mendorong dialog, diskusi dengan teman .

Membantu pebelajar mendfinisikan dan

mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang

berrkaitan dengan masalah .

Membantu pebelajar merumskan hipotesis

Membantu pebelajar dalam memberikan

solusi.

4. Mengembangkan dan

menyajikan hasil kerja

Membimbing pebelajar mengerjakan lembar

kegiatan belajar ( LKP)

Membimbing pebelajar menyajikan hasil

5. Menganalisa dan Membantu pebelajar mengkaji ulang hasil

28

Page 29: Proposal Eko

mengevaluasi hasil

pemecahan

pemecahan masalah

Memotivasi pebelajar untuk terlibat dalam

pemecahan masalah

Megevaluasi materi

Pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang untuk membantu guru

memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berbasis

masalah antara lain bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan

keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah (Ismail, 2002: 2).

Dalam pembelajaran berbasis masalah, perhatian pembelajaran tidak hanya pada

perolehan pengetahuan deklaratif, tetapi juga perolehan pengetahuan prosedural.

Oleh karena itu penilaian tidak cukup hanya dengan tes. Penilaian dan evaluasi

yang sesuai dengan model pembelajaran berbasis masalah adalah menilai

pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa sebagai hasil penyelidikan mereka.

Penilaian proses dapat digunakan untuk menilai pekerjaan siswa tersebut,

penilaian itu antara lain asesmen kenerja, asesmen autentik dan portofolio.

Penilaian proses bertujuan agar guru dapat melihat bagaimana siswa

merencanakan pemecahan masalah melihat bagaimana siswa menunjukkan

pengetahuan dan keterampilan. Karena kebanyakan problema dalam kehidupan

nyata bersifat dinamis sesuai perkembangan jaman dan konteks/lingkungannya,

maka perlu dikembangkan model pembelajaran yang memungkinkan siswa secara

aktif mengembangkan kemampuannya untuk belajar (Learning how to learn).

29

Page 30: Proposal Eko

Dengan kemampuan atau kecakapan tersebut diharapkan siswa akan mudah

beradaptasi.

Menurut Downs (1987) dan juga Novak & Gowin (1985) strategi

pembelajaran yang berorientasi pada learning to learn dibandingkan dengan

strategi yang sering dipraktekkan dalam pendidikan tradisional (konvensinal)

adalah sebagai berikut :

Strategi pembelajaran

konvensional

Strategi yang mengembangkan

keterampilan

belajar (learning to learn)

Menjelaskan belajar

cenderung tertutup

(tersembunyi)

Guru menjelaskan konsep

Siswa pasif

Kesalahan sejauh mengkin

dihindarkan

Guru memberi pertanyaan

dan menyediakan

jawabannya.

Penilaian terutama

difokuskan pada produk.

Keterampilan belajar dibuat

terbuka dan didiskusikan.

Siswa mengembangkan

konsep.

Siswa aktif

Kesalahan dipandang sebagai

kesempatan belajar yang

berguna.

Guru memberikan masalah

dan mendiskusikan solusi

siswa.

Penilaian mencakup proses

dan produk (keduanya

30

Page 31: Proposal Eko

penting).

Dasar pemikiran pengembangan strategi pembelajaran tersebut sesuai

dengan pandangan konstruktivis yang menyatakan bahwa setiap individu secara

aktif membangun pengetahuannya sendiri ketika berinteraksi dengan

lingkungannya (Matlin, 1994). Dengan demikian, ketika siswa masuk kelas

mereka tidak dalam keadaan kosong, melainkan mereka sudah memiliki

pengetahuan awal. Berdasarkan pada pemikiran tersebut, maka pembelajaran

matematika perlu diawali dengan mengangkat permasalahan yang sesuai dengan

lingkungannya (permasalahan kontekstual). Jadi konsep dibentuk atau ditanamkan

melalui pembahasan masalah nyata.

2.3.4. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah/ PBL ( problem based

learning)

Perlunya pendekatan pembelajaran berbasis maslah didasarkan pada

kenyataan-kenyataan sebagai berikut :

1. Pada dasarnya , berfikir terjadi dalam konteks memecahkan masalah, yaitu

adansya kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang ada .

2. Seorang menjadi tertarik atau berminat mengerjakan sesuatu apabila

berada dalam ruang linkup atau berkaitan dengan masalah yang

dihadapinya. Demikian pula dengan belajar.

31

Page 32: Proposal Eko

3. Pada saat mempelajari bahan pelajaran, siswa ingin segera mengetahui apa

sebenarnya manfaat pembelajarinya , dan masalah apa sajakah yang

dipecahkan dengan pengetahuan atau bahan itu.

4. Suatu kompetensi paling efektif dicapai oleh pelajar melalui serangkaian

pengalaman pemecahan masalah realistik yang didalamnya si pelajar

secara langsung menerapkan unsur-unsur kompetensi tersebut.

2.3.5. keungulan dan kelemahan pembelajaran berbasis masalah PBL

(problem based learning)

Keungulan

1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang teknik bagus untuk lebih

memahami isi bacaan.

2. Pemecahan maslah dapat memantang kemampuan siswa serta memberikan

kepuasan uuntuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaaimana mentransfer

pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan siswa.

5. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan

pengetahuan barunya dan bertangung jawab dalam pembelajran yang

mereka lakukan.

6. Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa

setiap mata pelajaran, pada dasarnya merupakan cara berfikir, dan sesuatu

32

Page 33: Proposal Eko

yang harus dimengerti oleh siwa, bukan hanya sekedar belajar dari guru

atau dari buku-buku saja.

7. Pemecahan masalah diangap lebih menyenangkan dan disukai siswa

8. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk

berfikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk

menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

9. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk

mengimplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

10. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara

terus-menerus sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berfikir.

Kelemahan

1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan

bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan

merasa enggan untuk mencoba.

2. Keberhasilan strategi pembelajaran bebasis masalah membutuhkan cukup

waktu untuk persiapan.

3. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah

yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka

ingin pelajari.

Menurut Sukoriyanto (2001: 103), guru dalam pengajaran pemecahan

masalah hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:

a) Memahami cara siswa memecahkan masalah.

33

Page 34: Proposal Eko

b) Mempunyai keyakinan bahwa siswa telah memiliki kemampuan

prasyarat yang diperlukan dalam pemecahan masalah.

c) Memberikan kebebasan kepada siswa dalam mengungkapkan ide dan

contoh-contoh sebagai pemikiran berdasarkan intuisi.

d) Menyadari bahwa siswa sebagai individu mempunyai kemempuan yang

berbeda dalam memecahkan masalah.

Dengan membelajarkan siswa dalam memecahkan masalah melalui

metode pemecahan masalah akan memungkinkan siswa menjadi lebih kritis dan

analitis, sehingga siswa menjadi lebih baik dalam menanggapi suatu masalah.

Metode pemecahan masalah ini merupakan bagian dari model pembelajaran

berbasis masalah.

2.3.6. Pengertian Belajar Mengajar

Belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya ( Slameto, 2003).

Menurut Hamalik (2003) pengertian beajar merupakan proses, suatu kegiaatan

dan bukan hasil atau tujuan.

Menurut Sardiman A. M. Belajar itu senantiasa merupakan perubahan

tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan

membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.

34

Page 35: Proposal Eko

Menurut Gagne (Slameto, 2003) belajar adalah suatu proses untuk

memperoleh motifasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan tingkah

laku.

Berdasarkan rumusan tentang belajar di atas, maka belajar pada

hakikatnya mengandung makna terjadinya perubahan tingkah laku dari individu

berkat pengalaman dan latihan sehingga menghasilkan tingkah laku dari yang

relatif permanen setelah berinteraksi dengan lingkungan.

Ciri-ciri belajar menurut buton (dalam Omear Hamalik, 2001: 31 ) yaitu :

1. Proses belajar adalah pengalaman ,berbuat mereaksi,dan melampaui.

2. Proses itu melalui bermacam-macampengalaman dan pelajaran yang

terpusat pada sustu pelajaran tertentu.

3. Pengalaman belajar secara maksimal bermakna bagi kehidupan murid.

4. Pengolahan belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan muridsendiri

yang terdorong motivasi yang kontinu.

5. Proses belajar dan hasil belajar secara materil dipengaruhi oleh

kereditas dan lingkungan .

6. Proses belajar dan hasil belajar secara materil dipengaruhi oleh

perbedaan-perbedaan individual dikalangan murid-murid.

7. Proses belajar berlangsung efektif apabila pengalaman-pengalaman dan

hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan murid.

8. Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui setatus dan

kemajuan 9. Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai

prosedur.

35

Page 36: Proposal Eko

10. Hasil-hasil belajar secara fungsional berkaitan satusama lain tapi dapat

didiskusikan secara terpisah.

11. Proses blajar berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang

merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan .

12. Hasil-hasil belajar adalah pola-pola pemuatan nilai-nilai,pengertian-

pengertian,sikap-sikap,apresiasi,abilitas,dan keterampilan.

13. Hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila member kepuasan pada

kebutuhannya dan berguna serta bermagna baginya.

14. Hasil – hasil belajar dilengkapi dengan jalan merangkai pengalaman-

pengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang

baik .

15. Hasil-hasil belajar itu lambat laun itu dipersatukan menjadi

kepribadian dengan kecepatanyang berbeda-beda.

Mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing

seseorang untuk mendapatkan,mengubah atau mengembangkan skill, attidude,

ideal (rata-rata )dan penghargaan (Slameto, 2003 ). Menurut Dequeliy dan

Ganazali ( Slameto ,2003: 30 ) mengajar adalah menanamkan pengetahuan

kepadaseseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Sedangkan pengertian

mengajar menurut Slameto (2003 ) ialah menyampaikan pengetahuan kepada

siswa didik ataumurid-murid disekolah. Menurut Sardiman A.M. Mengajar adalah

menyampaikan pengetahuan kepada anak didik.

36

Page 37: Proposal Eko

2.3.7. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

ia menerima pengalaman belajarnya, pada hakkikatnya adalah perubahan tingkah

laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor ( Sudjana, 1989 : 2-

3). Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan

terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Misalkan dari tidak tahu

menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Sudjana (1989 :45) menuturkan beberapa pendapat mengenai hasil belajar,

pendapat tersebut antara lain :

1. Bloom, Kratwohll, dan Anita Harrow mengemukakan ada tiga tipe hasil

belaja, Yaitu: kognitf, afektif, dan psikomotor.

Kognitif menunjukan tujuan pendidikan yang terarah keopada

kemampuan-kemampuan intelektual, kemampuan berfikir maupun

kecerdasan yang akan dicapai. Domain kognitif oleh Bloom ( Soedjadi,

2000) dibedakan atas enam kategori yang cenderung khirarkis. Keenam

kategori tersebut adalah

a. Ingatan

b. Pemahaman

c. Aplikasi

d. Analisis

e. Sintesis dan

f. Evaluasi

37

Page 38: Proposal Eko

Afektif menunjukan tujuan pendidikan yang terarah kepada kemampuan-

kemampuan bersiskap dalam menghadapi realitas atau masalah-masalah

yang muncul di sekitarnya. Domain afektif ini oleh David R. Krathwohl

dkk. 1964, ( Soedjadi, 2000) yang dikembangkan menjadi 5 kategori, yaitu

a. Penerimaan

b. Penanggapan

c. Penilaian

d. Pengorganisasian

e. Pemeranan

Psikomotor menunjukan tujuan pendidikan yang terarah kepada

ketrampilan-ketrampilan, khususnya untuk kompetensi dasar memasang

sistem penerangan dan wiring diagram ketrampilan dapat diartikan

ketrampilan misalnya dapat memasang kabel lampu dengan tepat. Domain

psikomotor oleh Elisabeth Simpson, ( Soedjadi, 2000) dibedakan menjadi

a. Persepsi

b. Rspon terpimpin

c. Mekanisme

d. Resp[on yang jelas dan kompleks,

e. Adaptasi/penyesuaian,

f. Penciptaan / keaslian

Ada 2 faktor yanddg dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu sebagai

berikut:

38

Page 39: Proposal Eko

1. Faktor internal, yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri siswa

yaitu meliputi faktor usia, kematangan, pengalaman, mental, minat,

motofasi dan kebiasaan.

2. Faktor eksternal, yaitu faktor-faktor yang bersmber dari luar yang

meliputi lingkungan sekolah, linkungan masyarakat, linkungan

keluarga, kurikulum, bahan pengajraan, metode pengajaran, media

dalam sumber belajar.

2.4. Memelihara Baterai

Sebelum melakukan prosedur pelaksanaan pemeliharaan baterai alangkah

baiknya kita mengetahui fungsi dari baterai dan komponen-komponen yanga ada

di dalam baterai.

Baterai berfungsi menyimpan dan pensuplai arus listrik pada waktu

kendaraan distater digunakan alat yang dinamakan accumulator atau baterai. Jadi

fungsi baterai adalah untuk :

1. Memberikan arus listrik ke stater dan sistem pengapian ketika motor

sedang distater dan memberikan arus listrik kebagian lain saat motor tidak

bekerja, yaitu lampu-lampu sewaktu kendaraan berhenti atau parkir di

malam hari.

2. Memberikan arus ke bagian lain jika arus yang dibutuhkan lebih banyak

dari yang di hasilkan generator.

Kontruksi baterai

Baterai terdiri atas sel-sel yang mempkunyai tegangan kira-kira 2 volt.

Sel-sel itu dihubungkan secara seri yaitu kutub positif dari satu sel dihubungkan

39

Page 40: Proposal Eko

dengan kutub negatif sel berikutnya. Baterai 6 volt teridri dari 3 sel yang

dihubungkan seri, sedangkan baterai 12 volt yang dihubungkan secara seri terdiri

dari 6 sel. Tiap sel berisikan plat positif dan plat negatif yang terdiri dari timah

pada plat grid. Bahan aktif dari pelat positif adalah oksid timah coklat ( PbO2 )

sedangkan bahan aktif plat negatif adalah timah (Pb) yang seperti bunga karang.

Pelat-pelat ditempatkan pada batang penghubung sehingga berbentuk

susunan positif dan negatif. Pemisah atau sparator dibuat dari kayu, ebonit, atau

plastik yang menjadi isolasi diantara plat itu. Sparator dibuat agar baterai

acidmudah beredar disekeliling pelat. Pelat-pelat tersebut dimasukan ke dalam

baterai yang dibuat dari ebonit atau plastik.

Tutup sel mempunyai lubang ventilasi untuk mengeluarkan gas pada

waktu pengisian. Baut terminal se dihubungkan kepada batang penghubung yang

disolderkan pada kutub. Biasanya batang positif (+) lebih besar atau lebih tebal

dari batang negatif (-) untuk menghindarkan kelainan biala accu / baterai hendak

dihubungkan dengan kabel-kabelnya.

2.4.1. Melepas dan Memasang baterai

Sesuai dengan tujuan perawatan, perawatan baterai bertujuan untuk

memperoleh umur atau masa penggunaan baterai yang lebih lama.

Dalam melaksanakan perawatan kendaraan, baik untuk kendaraan ringan maupun

untuk kendaraan berat, perawatan baterai merupakan salah satu kegiatan yang

dilakukan secara rutin.

40

Page 41: Proposal Eko

Disamping perawatan baterai, perawatan piranti kelistrikan lainnya yang

ada pada kendaraan pun tetap terkait dengan baterai. Untuk itu prosedur pelepasan

dan pemasangan haruslah dapat dipahami dan dilaksanakan sesuai dengan

prosedur kerja yang tepat.

Terdapat 3 hal yang sering dilakukan terkait dengan baterai, ketiga hal

tersebut adalah:

1) Melepas baterai untuk tujuan perawatan, penggantian elektrolit,

mengganti baterai dan melakukan perbaikan kendaraan yang perlu

melepas baterai.

2) Mengganti baterai dengan baterai baru.

3) Melakukan bantuan starter akibat energi yang disimpan pada baterai

tidak cukup untuk melakukan starter.

Sebelum melepaskan baterai untuk tujuan merawat baterai yaitu

mengganti elektrolit, membersihkan, mengisi baterai atau mengganti baterai , ada

beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu:

1) Banyak peralatan berat yang dipasang dengan assesories yang

melepaskan memorinya bila beterai tidak tersambung. Caranya bila

baterai dihubungkan kembali, stasiun pre- set perlu dipasang kembali.

Memasang atau memprogram kembali stasiun pada beberapa radio

cukup memerlukan waktu dan pekerjaan yang sulit. Beberapa radio

terpasang rangkaian Alat Anti Pencuri dan juga melepaskan memori

pre- set mereka.

41

Page 42: Proposal Eko

2) Pemindahan suplai baterai ke radio (sebagai contoh : pencuri

melepaskan radio dan memotong kabelnya atau kemungkinan lain ada

tukang yang memperbaiki, melepaskan sambungan baterai) direspon

oleh rangkaian dalam radio dan radio masuk dalam mode (cara)

dengan jalan mana ia tidak akan berguna hingga kode rahasia

dimasukkan kembali ke dalam radio. Nomor kodenya harus diketahui

oleh pemilik, bila tidak, harus menghubungi supplier kendaraan atau

distributor assesories tersebut.

3) Kehilangan memori elektronik pada kendaraan modern yang

menggunakan manajemen mesin elektrolik dan menggunakan

transmisi otomatis yang terkontrol secara elektronik akan berarti

bahwa memori harus relevan. Untuk memperbaiki memori pada

kendaraan ini selalu berpedoman pada pedoman dari pabrik.

Untuk mengatasi masalah-masalah pada kendaraan dengan karakteristik

diatas adalah dengan melakukan:

1) Mematikan semua beban listrik pada kendaraan

2) Menyambung dengan sumber baterai lain sebelum melakukan

pemutusan sambungan baterai. Sumber tenaga yang kecil ini cukup

untuk menjalankan memori komputer dalam kendaraan tidak

beroperasi tanpa menimbulkan bahaya atau gangguan.

3) Jangan menyalakan komponen elektrik saat baterai tidak tersambung.

4) Ketika memasang kembali baterai, pastikan berada penuh dan

disambung secara betul sebelum melepaskan “baterai pendukung”.

42

Page 43: Proposal Eko

2.4.2. Prosedur Melepas Baterai

1) Matikan semua beban listrik terlebih dahulu melalui switch / kontak

masing-masing.

2) Matikan atau putar kunci kontak pada posisi “OFF”.

3) Buka tutup/ kap tempat baterai pada mesin.

4) Pasang pelindung / fender untuk melindungi cat dari kemungkinan

tergores atau tumpahan asam.

5) Kendorkan terminal baterai negatip terlebih dahulu dengan kunci yang

tepat. Hati-hati jangan meletakkan kunci diatas baterai karena hal ini

dapat menyebabkan hubung singkat.

6) Bila terminal tersebut melekat dengan kuat pada terminal baterai,

jangan memukul atau mencungkil terminal baterai untuk

melepaskannya. Ini dapat merusak posnya atau baterai. Gunakan obeng

untuk melebarkan terminal, kemudian tarik dengan traker khusus.

baterai tidak cukup untuk melakukan starter.

Gambar 1. Melepas Terminal Baterai

43

Page 44: Proposal Eko

Gambar 2. Klem Baterai

7) Lepas klem baterai dengan melepas mur pada tangkai pengikat.

8) Angkat baterai dari kendaraan

9) Tempatkan baterai di dalam kotak plastic. Selama melaksanakan

pekerjaan dengan baterai, jagalah agar elektrolit baterai tidak tumpah

atau mengenai anggota badan maupun pakaian karena kandungan

asam sulfat pada elektrolit sangat berbahaya.

10) Bersihkan permukaan baterai dengan air soda dan menggunakan kuas,

kemudian keringkan dengan lap sampai kering

11) Bersihkan kutub – kutub baterai dengan alat khusus. Jika tidak ada,

pakailah sikat kuningan atau kertas gosok halus.

Gambar 3. Membersihkan Kotak Baterai

44

Page 45: Proposal Eko

12) Periksa ketinggian elektrolit baterai, jumlah elektrolit yang tepat yaitu

antara Upper Level dengan Lower Level, pada baterai tanpa tanda

permukaan pelat sel harus tertutup ? 8 mm

13) Bila kurang jangan diisi dengan air biasa, isilah dengan air suling atau

air accu.

Gambar 5 Pemeriksaan Jumlah Elektrolit

14) Pasang kembali baterai pada tempatnya, perhatikan posisi pengikatan

dan klem baterai harus kuat agar baterai tidak goyang saat kendaraan

berjalan atau bekerja, sehingga dapat retak, elektrolit tumpah.

15) Pasang terminal baterai dengan kuat, pemasangan yang kuat akan

mengurangi kerugian tegangan pada terminal, panas yang timbul pada

terminal ataupun korosi.

16) Berikan grease atau vet pada terminal baterai sebelum memasang

terminal, beri Vet pada kutup dan terminal untuk mencegah karatan.

Pasang terminal positif sebelum terminal negatif

45

Page 46: Proposal Eko

Gambar6. Memberi Grease / Vet Pada Terminal Baterai

17) Lindungi terminal baterai positip dengan penutup karet atau isolator

guna menghindari hubungan pendek.

Gambar .7, Model Terminal Baterai dan Perlindungan Terminal

46

Page 47: Proposal Eko

18) Baterai yang selalu mendapat servis akan mempunyai umur yang

panjang dibandingkan yang tidak mendapat perawatan dengan baik.

2.4.3 Mengganti Baterai

Baterai harus diganti bila telah mengalami kerusakan, kerusakan baterai

dapat berupa:

1) Keretakan pada kotak sehingga elektrolit baterai keluar dan

menyebabkan kerusakan atau korosi bagian yang terkena cairan

elektrolit baterai.

2) Keausan terminal berlebihan menyebabkan kontak baterai dengan

terminal kurang baik sehingga suplai listrik ke sistem menjadi kurang

3) Kerusakan pada sel-sel baterai akibat getaran, over charging maupun

usia, sehingga baterai tidak mampu menyimpan listrik.

Ada tiga langkah utama dalam melaksanakan penggantian baterai yaitu:

1) Melepas

2) Memilih baterai pengganti

3) Memasang

Proses melepas dan memasang telah dijelaskan di atas. Dalam menentukan baterai

pengganti harus memperhatikan beberapa hal diantaranya:

1) Kapasitas baterai

2) Dimensi baterai

47

Page 48: Proposal Eko

3) Ukuran dan posisi terminal baterai Kapasitas baterai pengganti minimal

sama dengan baterai sebelumnya, bila kapasitas baterai kurang dari

sebelumnya maka suplai listrik saat starter kendaraan menjadi kurang,

selain itu fungsi stabilizer saat kendaraan berjalan kurang baik,

sehingga bila kendaraan pada jalan macet atau sering menghidupkan

starter terdapat kemungkinan kendaraan energi pada baterai kurang.

Dimensi baterai penting diperhatikan sebab pada kapasitas baterai yang

sama belum tentu ukuran baterai sama, bila ukuran baterai terlalu besar

menyebabkan tempat baterai tidak cukup, sedangkan bila ukuran baterai terlalu

kecil maka pengikatan tidak dapat dilakukan dengan baik. Ukuran dan posisi

terminal baterai pada setiap baterai tidak pasti sama, bila diameter terminal baterai

lebih besar maka konektor baterai tidak masuk, sedangkan bila ukuran terlalu

kecil maka pengikatan tidak dapat dilakukan dengan kuat. Posisi terminal tiap

baterai juga tidak sama, bila hal ini terjadi maka kabel baterai menjadi kurang

panjang.

Pada baterai sebenarnya terdapat kode yang menunjukkan karakteristik

baterai yaitu kapasitas, demensi dan posisi terminal.

Kode tersebut adalah sebagai berikut:

L : Posisi terminal terbalik

Z : Dimensi sama kemampuan lebih baik

48

1 ba

2 se

3 ba

4 ba

Page 49: Proposal Eko

40, 50 …. 200 :peringkat ukuran

N ; NipponNS : Lebih kecil dari normal

Pada kendaraan-kendaraan berat, tegangan baterai yang diperlukan

khususnya untuk motor starter adalah 24 volt. Untuk memperoleh tegangan

sumber 24 volt ini biasanya dilakukan dengan menggunakan dua buah baterai

yang disambung atau dirangkai secara seri. Untuk itu perlu diperhatikan

sambungan antar terminal pada saat merangkai baterai. Dalam memilih pengganti

baterai, kedua baterai haruslah sama baik dari unsur dimensi, tegangan maupun

kapasitas baterai.

2.4.4 Memeriksa dan Mengisi Baterai

Baterai harus diperiksa secara periodik dan diuji kemampuannya. Terdapat

3 kelompok pemeriksaan baterai yang sering dilakukan, yaitu: Pemeriksaan

Visual, Pemeriksaan elektrolit, Pemeriksaan tegangan.

1)Pemeriksaan Visual Baterai

Bagian-bagian dari baterai yang perlu mendapatkan pemeriksaan visual

meliputi :

a) Kotak baterai

Kotak baterai sering mengalami kerusakan yang dapat didentifikasi secara

visual, jenis kerusakan kotak baterai antara lain: kotak retak akibat benturan,

mengembang akibat over charging, bocor akibat keretakan atau mengembang

49

Page 50: Proposal Eko

b) Sel- sel baterai

Sel baterai sering mengalami gannguan yaitu sell yang mengembang

akibat over charging maupun mengkristal dan sel yang rontok karena getaran,

kualitas yang kurang baik maupun usia baterai.

c) Terminal baterai dan konektor kabel

Terminal baterai dan konektor merupakan bagian baterai yang sering

mengalami kerusakan, bentuk kerusakan paling banyak adalah korosi yang

disebabkan oleh uap elektrolit baterai maupun panas akibat kenektor kendor atau

kotor.

d) Jumlah elektrolit

Jumlah elektrolik perlu diperiksa secara periodik. Bila pengisian

berlebihan (over charging) maka elektrolit cepat berkurang karena penguapan

berlebihan. Pemeriksaan jumlah elektrolit dapat dilakukan dengan cepat karena

kotak dibuat dari plastic transparant. Jumlah elektrolit harus berada diantara garis

Upper Level dan Lower Level.

e) Kabel Baterai

Kabel baterai dialiri arus yang sangat besar, saat mesin distarter besar arus

dapat mencapai 250 – 500 A, tergantung dari daya motor starter, dengan arus

sebesar itu kabel akan panas. Panas pada kabel menyebabkan sifat elastis kabel

50

Page 51: Proposal Eko

menurun, isolator muda pecah dan terkupas, hal ini terjadi terutama pada isolator

dekat dengan terminal baterai.

f) Pemegang Baterai

Pemegang baterai harus dapat mengikat baterai dengan kuat agar

goncangan baterai dapat dihindari, sehingga usia baterai dapat lebih lama.

Gangguan pada pemegang baterai antara lain kendor akibat mur pengikat karat

untuk itu lindungi mur dengan mengoleskan vaselin/ grease.

2) Pemeriksaan Elektrolit

Jumlah elektrolit baterai harus selalu dikontrol, jumlah yang baik adalah

diantara tanda batas Upper Level dengan Lower Level. Jumlah elektrolit yang

kurang menyebabkan sel baterai cepat rusak, sedang jumlah elektrolit berlebihan

menyebabkan tumpahnya elektrolit saat batarai panas akibat pengisian atau

pengosongan berlebihan. Akibat proses penguapan saat pengisian memungkinkan

jumlah elektrolit berkurang, untuk menambah jumlah elektrolit yang kurang

cukup dengan menambah H2O atau terjual dengan nama Air Accu. Penyebab

elektrolit cepat berkurang dapat disebabkan oleh overcharging, oleh karena bila

berkurangnya elektrolit tidak wajar maka periksa dan setel arus pengisian.

Keretakan baterai dapat pula menyebabkan elektrolit cepat berkurang, selain itu

cairan elektrolit dapat mengenai bagian kendaraan, karena cairan bersifat korosif

maka bagian kendaraan yang terkena elektrolit akan korosi.

Langkah melakukan pengukuran elektrolit baterai adalah:

51

Page 52: Proposal Eko

a) Lepas terminal baterai negatif.

b) Lepas sumbat baterai dan tempatkan dalam wadah agar tidak

tercecer.

c) Masukkan thermometer pada lubang baterai.

d) Masukkan ujung hydrometer ke dalam lubang baterai.

e) Pompa hidromenter sampai elektrolit masuk ke dala hydrometer dan pemberat

terangkat.

f) Tanpa mengangkat hydrometer baca berat jenis elektrolit baterai dan baca

temperature elektrolit baterai.

g) Catat hasil pembacaan, lakukan hal yang sama untuk sel baterai yang lain.

Gambar 12. Memeriksa Elektrolit

Seperti yang telah diterangkan dalam kegiatan belajar 2, rumus untuk

mengkoreksi hasil pengukuran adalah:

S 20 ºC= St + 0,0007 x (t - 20)

S 20 ºC = berat jenis pada temperatur 20 ºC

St = Nilai pengukuran berat jenis

t = Temperatur elektrolit saat pengukuran

Contoh:

52

Page 53: Proposal Eko

Tentukan berat jenis baterai bila hasil pengukuran pada temperatur 0ºC,

menunjukkan berat jenis 1,260.

S 20 ºC= St + 0,0007 x t - 20)

= 1,260 + 0,0007 x ( 0 – 20)

= 1,260 – 0,0014

= 1,246

Tindakan yang harus dilakukan terkait hasil pengukuran elektrolit adalah sebagai

berikut:

HASIL PENGUKURAN TINDAKAN

1.280 Atau lebih Tambahkan air suling agar berat

jenis berkurang

1.220 – 1.270 Tidak Perlu Tindakan

1.210 atau kurang Lakukan pengisian penuh, ukur berat

jenis. Bila

masih dibawah 1.210 ganti baterai.

Perbedaan antar sel

kurang dari 0.040

Tidak perlu tindakan

Perbedaan berat jenis

antar sel 0.040 atau lebih

Lakukan pengisian penuh, ukur berat

jenis. Bila

berat jenis antar sel melebihi 0.030,

setel berat

53

Page 54: Proposal Eko

jenis. Bila tidak bisa dilakukan, ganti

baterai

Terdapat beberapa produsen baterai menggunakan indicator berat jenis

baterai yang menjadi satu kesatuan dengan sumbat baterai, atau dipasang satu

indicator tersendiri. Adanya indicator berat jenis baterai membuat perawatan lebih

mudah, karena saat perawatan pemeriksaan berat jenis membutuhkan waktu yang

cukup lama, dan bila tidak dilakukan degan hati-hati elektrolit dapat tumpah/

menetes pada kendaraan.

Indikator pada baterai jenis ini mempunyai 3 warna, yaitu:

a) Warna hijau (green) , sebagai indikasi baterai masih baik

b) Warna hijau gelap (dark green) , sebagai indikasi baterai perlu diperiksa

elektrolitnya dan diisi

c) Kuning (yellow), sebagai indikasi baterai perlu diganti.

Gambar 13. Baterai Dengan Indicator Berat Jenis

3) Pemeriksaan tegangan baterai

Pada setiap sell baterai menghasilkan tegangan 2,1 volt. Apabila baterai

mempunyai 6 buah sel maka baterai akan menghasilkan tegangan 12,6 volt. Untuk

pemeriksaan tegangan baterai dapat dilakukan dengan menggunakan volt meter.

54

Page 55: Proposal Eko

Prosedur pengukurannya adalah dengan memasang colok ukur pada terminal

baterai dan avometer akan menunjukkan tegangan baterai. Disamping itu dapat

juga dilakukan pengukuran tegangan pada masing-masing sel dengan

menggunkaan sell tester. Pada sel tester akan terbaca tegangan pada

masingmasing sel sehingga dapat diketahui sel mana yang rusak apabila terjadi

kerusakan pada sel baterai.

Gambar 14. Mengukur Tegangan Baterai

5) Pengisian baterai

Dari pemeriksaan berat jenis elektrolit baterai dapat diketahui kondisi

penyimpanan arus listrik pada baterai. Apabila berat jenis baterai berkurang maka

perlu dilakukan pengisian ulang pada baterai yaitu dengan melakukan proses

Charging. Penentuan besar arus dan lama waktu yang dibutuhkan untuk pengisian

baterai dapat diketahui melalui data hasil pengukuran berat jenis elektrolit.

Hubungan berat jenis dan kapasitas adalah sebagai berikut:

55

Page 56: Proposal Eko

Gambar 15. Grafik Hubungan Berat Jenis Dengan Kapasitas Baterai

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui prosentase kondisi baterai atau

tingkat kehilangan listrik. Dengan demikian dapat diketahui bahwa perubahan

berat jenis elektrolit mempengaruhi kapasitas baterai.

6) Pengisian / Charging

Pengisian baterai dapat dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu:

a. Pengisian Normal

b. Pengisian Cepat

Pengisian Normal

Pengisian normal adalah pengisian dengan besar arus yang normal, besar

arus pengisian normal sebesar 10 % dari kapasitas baterai. Contoh baterai 100 AH

maka besar arus pengisian 100 x 10/100 = 10 Amper.

Prosedur pengisian:

Pengisian dengan satu baterai

a) Buka sumbat bateri tempatkan sumbat pada wadah khusus agar tidak tercecer.

Pelepasan sumbat ini dengan tujuan untuk sirkulasi uap yang dihasilkan

elektrolit saat pengisian, dan menghindari tekanan pada sel baterai akibat gas

yang dihasilkan.

b) Hubungkan kabel positip baterai dengan klem positip battery charger dan

terminal negatif dengen klem negatif. Hati-hati jangan sampai terbalik, bila

terbalik akan timbul percikan api, bila dipaksa baterai akan rusak, pada battery

56

Page 57: Proposal Eko

charger model tertentu dilengkapi dengan indicator, dimana bila pemasangan

terbalik akan muncul bunyi peringatan.

Gambar 16. Mengisi Baterai

c) Hubungkan battery charger dengan sumber listrik 220 V

d) Pilih selector tegangan sesuai dengan tegangan baterai, misal baterai 12 V

maka selector digerakan kearah 12 V.

e) Hidupkan battery charger, dan setel besar arus sesuai dengan kapasitas normal

pengisian baterai, missal : baterai 100 AH pengisian normal sebesar 10 A.

f) Setel waktu yang diperlukan untuk pengisian (untuk battery charging yang

dilengkapi timer), bila tidak dilengkapi maka catat waktu mulai proses

pengisian.

Gambar 17, panel pada baterai charger

g) Bila pengisian sudah selasai, maka matikan battery charger,

57

Page 58: Proposal Eko

h) Lepas klep battery charger pada terminal baterai, lakukan terminal negatip

dahulu, klem jangan dilepas saat battery charge masih hidup, sebab akan terjadi

percikan api pada terminal sat dilepas dan menimbulkan ledakan pada baterai

akibat uap baterai terbakar. Uap baterai adalah gas hydrogen yang mudah

terbakar dan mudah meledak.

i) Pasang papan peringatan pada daerah yang digunakan untuk pengisian.

Ventilasi pada ruang pengisian harus cukup, untuk menghidarai meningkatnya

kosentrasi hydrogen pada ruangan, sehingga potensi menimbulkan ledakan

atau kebakaran.

2.4.5 Menguji Baterai

1. Kebocoran Arus

Adanya kebocoran arus listrik menyebabkan baterai mengalami pengosongan,

sehingga bila kendaraan lama tidak digunakan maka energi listrik yang tersimpan

pada baterai dapat berkurang cukup banyak sehingga mesin sulit dihidupkan.

Gambar 20. Pemeriksaan Kebocoran Arus

Langkah untuk memeriksa kebocoran arus listrik adalah sebagai berikut:

58

Page 59: Proposal Eko

1) Matikan seluruh beban kelistrikan

2) Lepas kabel baterai negatif

3) Pasang amper meter dengan skala ukur 35 mA

4) Baca hasil pengukuran

5) Besar kebocoran arus tidak boleh melebihi 20 mA. Besar arus tersebut

disebabkan energi listrik yang digunakan untuk jam maupun memori ECU

(Electronic Control Unit). Penyebab terjadi kebocoran arus karena adanya karat,

kotoran, air pada terminal atau soket sehingga mampu mengalirkan listrik.

Pengukuran dapat pula dilakukan pada kabel positif. Kebocoran arus listrik dapat

pula terjadi ke bodi baterai (Case drain) untuk memeriksa hal tersebut dapat

dilakukan dengan cara:

Gambar 21. Pemeriksaan Kebocoran Bodi

Atur selector pada voltage, hubungkan kabel negatif multi meter ke

negatip baterai dan positip volt meter ke bodi bateri. Penunjukan yang baik adalah

0 Volt, dan tegangan tidak boleh melebihi 0,5 V.

59

Page 60: Proposal Eko

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong dalam penelitian deskriptif. Metode deskriptif

adalah metode yang berusaha mendeskripsikan dan menginterprestasikan hal-hal

yang sedang terjadi atau kejadian yang sedang berlangsung. Karena penelitian ini

akan mengungkapkan masalah yang sedang terjadi pada siswa, maka penelitian ini

termasuk penelitian deskriptif. Melalui penelitian ini peneliti ingin mengetahui

bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe PBL pada siswa kelas

X teknik kendaraan ringan SMK Karsa Mulya Palangka Raya Semester I Tahun

ajaran 2010/2011 dalam melaksanakan prosedur pemeliharaan pada baterai

dengan metode kooperatif tipe PBL.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Karsa Mulya Palangka Raya kelas X

teknik kendaraan ringan semester I Tahun ajaran 2010/2011 JL. G obos 17 Jekan

Raya Palangka Raya.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

60

Page 61: Proposal Eko

Populasi adalah keseluruhan sobyek penelitian. Populasi merupakan

kumpulan dari individu dengan kualitas serat ciri-ciri yang telah ditetapkan.

Pengertian lain menyebutkan bahwwa populasi adalah keseluruhan obyek

penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan,

gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwwa sebagai sumber data yang

memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian ( Hadari Nawawi, 1983:

141).

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X teknik kendaraan ringan

SMK karsa mulya Palangka Raya semester I tahun ajaran 2010/2011 yang

berjumlah 26 orang.

Table 3.1

Data siswa kelas X teknik kendaraan ringan SMK Karsa Mulya Palangka Raya

Tahun Ajaran 2010/2011

No Kelas Siswa Jumlah

Laki-laki Perempuan

1 X 26 orang - orang 26 orang

Sumber : Tata usaha SMK Karsa Mulya Palangka Raya Tahun Ajaran 2010/2011

3.3.2. Sampel Penelitian

61

Page 62: Proposal Eko

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, mengingat

jumlah populasi penelitian ini relatif sedikit dan mampu dijangkau, maka anggota

populasi diambil sebagai sampel penelitian (sampel total). Adakalanya penarikan

sampel ditiadakan. Sampel yang jumlahnya sebesar populasi sering disebut

sampel total (Bohar Soeharto, 1978).

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1. Tahap Persiapan

Pada hal ini dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Menetapkan tempat penelitian

2. Permohonan ijin penelitian

3. Menentukan kelas sampel

4. Membuat instrument penelitia

3.4.2 Tahap Pelaksanaa Penelitian

Pada tahap ini dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Peneliti mengadakan pre test pada sampel yang terpilih untuk

mengetahui pemahaman awal siswa pada kompetensi keterampilan

siswa dalam melaksanakan prosedur pemeliharaan pada baterai.

2. Pada kelas sampel yang telah terpilih diberikan perlakuan berupa

pembelajaran kompetensi dasar dalam melaksanakan prosedur

pemeliharaan pada baterai.

62

Page 63: Proposal Eko

3. Pada kelas sampel yang telah diberikan perlakuan diberi post test yang

bertujuan untuk mengetahuai pemahaman belajar dan tingkat

ketercapaian hasil belajar siswa terhadap materi yang diberikan dengan

metode PBL.

3.5. Instrumen Penelitian

Instrument yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari :

1) Lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PBL. Instrumen ini

dipergunakan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam

pembelajaran dengan metode Problem Based Learning.

2) Lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran pemeliharaan baterai

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PBL.

3) Lembar pengamatan keterampilan kooperatif siswa dalam pembelajaran

model kooperatif tipe PBL. Instrumen di gunakan untuk mengetahui

tingkat ketercapaian (tingkat penguasaan) hasil belajar siswa setelah

penerapan model pembelajaran metode deskriptif pada kompetesi dasar

melaksanakan prosedur pemeliharaan baterai.

4) Lembar penelitian pembelajaran kooperatif tipe PBL.

5) Soal-soal pretest dan postest dan ulangan harian tentang konsep

pemeliharaan baterai . Instrumen tes hasil belajar berupa tes tertulis

dalam bentuk optimal (pilihan ganda) yang di susun oleh peneliti

63

Page 64: Proposal Eko

dengan mengacu pada GBPP SMK. Soal yang diberikan yaitu,

memiliki daya pembeda yang tinggi, artinya soal tersebut dapat

membedakan kemampuann siswa, sebaliknya semakin rendah daya

beda maka kualitas soal semakin jelek karena tidak dapat membedakan

siswa yang mempunyai kemampuan.

6) Angket respon terhadap pembelajaran kooperatif tipe PBL. Instrumen

ini di pergunakan untuk mengetahui tercapainya tujuan pembelajaran

dalam penerapan metode kooperatif tipe Problem Based Learning.

7) lembar keterlaksanaan RPP berupa angket. Instrumen ini dipergunakan

untuk mengetahui keterlaksanaan RPP dalam pembelajaran dengan

metode kooperatif tipe PBL.

3.6. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian meliputi materi yang diberikan adalah prosedur

pelaksanaan pemeliharan baterai.

3.6.1 Penyusunan Rencana Penelitian

Pada tahap ini peneliti menyusun rencana tindakan yang meliputi

penyusunan instrumen yang diperlukan untuk pembelajaran dan rencana

pembelajaran

3.6.2 Pelaksanaan Penelitian

Tahap ini merupakan implementasi (pelaksanaan) dari semua rencana

yang telah dibuat. Tahap ini, berlangsung didalam kelas yang adalah realisasi dari

64

Page 65: Proposal Eko

segala teori pendidikan teknik mengajar yang sudah dipersiapkan sebelumya yaitu

peneliti berperan sebagai guru yang akan mengajar siswa dengan berpedoman

pada program satuan pembelajaran dan rencana pembelajaran yang disusun

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PBL.

3.6.3 Observasi Penelitian

Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.

Pada tahap ini peneliti dibantu beberapa orang pengamat yang akan mengamati

dan mencatat segala kejadian dan peristiwa yang terjadi selama kegiatan belajar

mengajar.

3.7. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh dua orang

observasi. Data yang diperlukan diambil dari pemberian tes, lembar pengamatan

yang diisi oleh dua orang pengamat, dan angket yang diisikan oleh siswa.

1) Hasil pengamatan akitivis guru dan siswa dalam pembelajaran dengan model

pembelajaran kooperatif tipe PBL, kesimpulan dan verifikasi data digunakan

kriteria skor. Data terlebih dahulu dihitung jumlah kategori aspek yang diamati

dibagi jumlah kolom lembar pengamatan instrument yang diisi oleh pengamat,

baru dihitung skor rata-ratanya.

Berikut kriteria skor yang digunakan :

Skor < 1,5 kurang

1,5 ≤ skor < 2,5 cukup Isanhadipraya,2006: 37

65

Page 66: Proposal Eko

1,5 ≤ skor < 3,5 baik

3,5 ≤ skor < baik sekali

2) Hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran pemeliharaan baterai dengan

model kooperatif tife PBL.

3) Hasil pengamatan keterampilan kooperatif siswa dalam pembelajaran model

kooperatif tipe PBL.

4) Hasil penilaian proses pembelajaran dengan model kooperatif tipe PBL.

5) Hasil pretes, postes, dan ulangan harian tentang pemeliharaan baterai dengan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe PBL.

6) Hasil angket respon siswa terhadap pembelajaran dengan model kooperatif tipe

PBL. Data respon siswa tersebut selanjutnya dianalisis secara statistik deskriptif

dalam bentuk persentase dengan cara :

Santyasa (2000: 19)

Keterangan

R = Persentase responden yang memilih item yang diajukan.

P = Jumlah responden yang memilih masing-masing item yang ada.

F = Jumlah seluruh responden.

66

Page 67: Proposal Eko

7) Hasil panduan wawancara dengan siswa yang dilakukan setelah kegiatan

pembelajaran tentang konsep sistem penerangan dengaan model pembelajaran

kooperatif tipe PBL.

8) Tingkat ketercapaian (TK) atau tingkat penguasaan hasil belajar produktif

siswa setelah penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe PBL dengan rumus :

(skor rata-rata) =

TK = x 100% Santyasa (dalam Wijanarni, 2007)

Keterangan

TK = Tingkat ketercapaian

= Skor rata-rata

Skor maksimum = Jumlah skor tertinggi yang diperoleh siswa

Menurut santiyasa (dalam Wijarnarni, 2007) kriteria tingkat ketercapaian sebagai

berikut :

80% - 100% = Sangat tercapai

60% - 79 % = Tercapai

50% - 59 % = Cukup tercapai

67

Page 68: Proposal Eko

3.8. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dimaksud untuk menjawab rumusan

masalah. Adapaun analisis yang digunakan yaitu analisis kualitatif.

tiga tahapan dalam analisis data:

1) Reduksi data, adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melelui

seleksi, fempokusan dan pengabstrakasian data mentah menjadi

informasi bermakna.

2) Paparan data, adalah proses penampilan data secara lebih sederhana

dalam bentuk neratif, representasi tabular. Penyimpulan, adalah proses

pengambilan inti sari dari ujian data yang telah terorganisir dalam

bentuk peryataan kalimat dan/atau formula yang singkat dan padat

tetapi mengandung pengertian luas.

68

Page 69: Proposal Eko

69