1 BAB I PENDAHULUAN Untuk kata2 arab menggunakan tradisional arabic 18 pt. A. Latar Belakang Masalah Wudhu merupakan salah satu cara bersuci sebelum mengerjakan sholat. Bertujuan untuk menghilangkan najis yang melekat pada dirinya, Baik hadast kecil maupun hadast besar yang kasat mata. Madrasah Ibtidaiyah darunnajah Kloposepuluh merupakan MI yang berada di daerah Jawa Timur tepatnya di kabupaten Sidoarjo. MI Darunnajah kloposepuluh menghadapi masalah yang cukup dalam pembelajaran Fiqih, terutama dalam mempraktikkan tata cara berwudhu. Hal ini ditunjukkan dengan nilai mata pelajaran Fiqih siswa – siswi kelas I yang belum mencapai KKM. Hal ini ditunjukkan pada Uji Kompetensi pada tanggal 19 september 2014 dimana yang berhasil mencapai KKM hanya 12 anak dari 28 anak Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan di Madrasah Ibtidaiyah Darunnajah Kloposepuluh merupakan Madrasah Ibtidaiyah swasta yang berada di jalan Desa Kloposepuluh dusun Pasegan Wetan kecamatan Sukodono kabupaten Sidoarjo. MI Darunnajah memiliki dua gedung sekolahan yang terpisah. Sebelah timur digunakan untuk RA di lantai bawah dan kelas 4, 5 dan 6 di lantai atas. Sedangkan untuk bagian barat terdapat kantor kelapa sekolah, ruang guru, perpustakaan, ruang tata usaha, UKS, kelas 1, 2 dan 3. MI Darunnajah mengalami permasalahan dalam pembelajaran Fiqih tepatnya pada praktik tata cara berwudhu.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk kata2 arab menggunakan tradisional arabic 18 pt.
A. Latar Belakang Masalah
Wudhu merupakan salah satu cara bersuci sebelum mengerjakan sholat.
Bertujuan untuk menghilangkan najis yang melekat pada dirinya, Baik hadast kecil
maupun hadast besar yang kasat mata.
Madrasah Ibtidaiyah darunnajah Kloposepuluh merupakan MI yang berada di
daerah Jawa Timur tepatnya di kabupaten Sidoarjo. MI Darunnajah kloposepuluh
menghadapi masalah yang cukup dalam pembelajaran Fiqih, terutama dalam
mempraktikkan tata cara berwudhu. Hal ini ditunjukkan dengan nilai mata pelajaran
Fiqih siswa – siswi kelas I yang belum mencapai KKM. Hal ini ditunjukkan pada Uji
Kompetensi pada tanggal 19 september 2014 dimana yang berhasil mencapai KKM
hanya 12 anak dari 28 anak
Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan di Madrasah
Ibtidaiyah Darunnajah Kloposepuluh merupakan Madrasah Ibtidaiyah swasta yang
berada di jalan Desa Kloposepuluh dusun Pasegan Wetan kecamatan Sukodono
kabupaten Sidoarjo. MI Darunnajah memiliki dua gedung sekolahan yang terpisah.
Sebelah timur digunakan untuk RA di lantai bawah dan kelas 4, 5 dan 6 di lantai atas.
Sedangkan untuk bagian barat terdapat kantor kelapa sekolah, ruang guru,
perpustakaan, ruang tata usaha, UKS, kelas 1, 2 dan 3. MI Darunnajah mengalami
permasalahan dalam pembelajaran Fiqih tepatnya pada praktik tata cara berwudhu.
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan metode demonstrasi dalam proses pemahaman materi
wudhu pada siswa kelas I MI Darunnajah Kloposepuluh ?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan memahami materi wudhu pada siswa kelas
I MI Darunnajah Kloposepuluh ?
C. Tindakan Yang Dipilih
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi MI Darunnajah Kloposepuluh
peneliti mengambil tindakan menggunakan metode pembelajaran demonstrasi ,
karena metode ini memudahkan siswa memahami materi yang di ajarkan oleh guru
karena siswa langsung dapat mempraktikkan materi wudhu setelah di contohkan.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui penerapan metode demonstrasi dalam materi wudhu pada
siswa kelas I MI Darunnajah Kloposepuluh
2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan memahami metode demonstrasi
dalam materi wudhu pada siswa kelas I MI Darunnajah Kloposepuluh
E. Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut :
1. Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah masalah hasil belajar
materi wudhu.
3
2. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada siswa kelas I.
3. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MI Darunnajah Kloposepuluh.
4. Dalam penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2014 – 2015.
F. Signifikansi Penelitian
Berdasarkan pada tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan
dapat menghasilkan temuan-temuan data yang bermanfaat, diantaranya:
1. Bagi guru (peneliti)
a. Dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pembelajaran yang
disesuaikan dengan tujuan, materi dan kondisi siswa didiknya.
b. Dapat meningkatkan kemampuan dalam merancang model pembelajaran
yang sesuai materi yang di ajarkan.
c. Dapat mengaplikasikan pembelajaran yang di dapatkan pada waktu kuliah.
d. Menjadi bekal sebagai calon pendidik dalam menentukan metode
pemelajaran yang sesuai.
2. Bagi Siswa
a. Mempermudah siswa memahami materi yang diajarkan.
b. Meningkatkan kemampuan membaca siswa.
c. Tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkansehingga mampu
memberikan kontribusi terhadap hasil belajar siswa.
d. Meningkatkan prestasi belajar siswa melalui proses melibatkan peran aktif
siswa.
3. Bagi Sekolah
a. Meningkatkan mutu sekolah melalui peningkatan proses pembelajaran.
b. Meningkatkan Output sekolah yang berkualitas
4
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kemampuan Memahami
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kemampuan
berasal dari kata mampu yang berarti “sanggup melakukan sesuatu”.1 Istilah
kemampuan biasanya diidentikkan dengan kemampuan individu dalam melakukan
suatu aktifitas, yang menitikberatkan pada latihan dan performance (apa yang bisa
dilakukan oleh individu setelah mendapatkan latihan). Kemampuan merupakan
sesuatu yang benar-benar dapat dilakukan oleh seseorang, artinya pada tatanan
realistis hal itu dapat dilakukan karena latihan-latihan dan usaha-usaha juga belajar.
Woodworth dan Marquis mengungkapkan definisi ability (kemampuan) pada
tiga arti, yaitu :
1. Achievement, merupakan potensial ability yang dapat diukur langsung dengan
alat atau test tertentu.
2. Capacity, merupakan potensial ability yang dapat diukur secara tidak
langsung dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, di mana
kecakapan ini berkembang dengan perpaduan antara dasar dengan pelatihan
yang intensif dan pengalaman.
3. Aptitude, yaitu kualitas yang hanya dapat diungkapkan atau diukur dengan tes
khusus yang sengaja dibuat untuk itu.2 Jadi kemampuan adalah potensi yang
dimiliki daya kecakapan untuk melaksanakan suatu perbuatan, baik fisik
1 Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: CV. Widya Karya, 2009), hal
308. 2 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hal 160-161.
5
maupun mental dan dalam prosesnya diperlukan latihan yang intensif di
samping dasar dan pengalaman yang ada.
Sedangkan mendemonstrasikan berasal dari kata demonstrasi. Pengertian
demonstrasi menurut bahasa adalah presentasi atau peragaan. Mendemonstrasikan
merupakan proses, perbuatan dan cara mendapat pemahaman. Dalam Taksonomi
Bloom, mendemonstrasikan termasuk dalam ranah kognitif penerapan. Penerapan
adalah sebuah tindakan yang dilakukan baik secara individu maupun kelompok
dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Adapun unsur-unsur
penerapan meliputi :
1. Adanya program yang dilaksanakan
2. Adanya kelompok target, yaitu masyarakat yang menjadsasaran dan
diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut.
3. Adanya pelaksanaan, baik organisasi atau perorangan yang bertanggung
jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan maupun pengawasan dari proses
penerapan tersebut adalah kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari
pengetahuan.
Penerapan menunjukkan adanya tingkatan-tingkatan kemampuan yang
dicapai dari yang terendah sampai yang tertinggi. Dapat dikatakan bahwa penerapan
itu tingkatannya lebih tinggi daripada sekedar pengetahuan dan pemahaman.
Penerapan adalah kemampuan seseorang untuk menerapkan prinsip dan
konsep dalam situasi yang baru. Dengan kata lain, penerapan adalah mengaplikasikan
suatu prinsip dan konsep ke dalam suatu situasi. Penerapan merupakan jenjang
kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan, hafalan dan
pemahaman.3
3 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi pendidikan , (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hal 160-161.
6
Indikator penerapan menunjukkan bahwa penerapan mengandung makna
lebih luas atau lebih dalam dari pemahaman. Dengan pemahaman, seseorang belum
tentu dapat mengaplikasikan sesuatu yang dimaksud secara mendalam, hanya sekedar
mengetahui tanpa bisa menangkap makna dan arti dari sesuatu yang dipelajari.
Sedangkan dengan penerapan, seseorang tidak hanya bisa menghafal sesuatu yang
dipelajari, tetapi juga mempunyai kemampuan untuk mendemonstrasikan makna dari
sesuatu yang dipelajari juga mampu mengaplikasikan konsep dari pelajaran tersebut.
Kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan instruksional pada aspek
penerapan ini antara lain: Memperhitungkan, mendemonstrasikan, mengubah struktur,