Top Banner
ANALISA DISTRIBUSI FRAGMENTASI BATUAN HASIL PELEDAKAN DENGAN PROGRAM SPLIT DESKTOP 2.0 SEBAGAI FUNGSI FAKTOR ENERGI (FE) DI PT SEMEN BATURAJA (PERSERO) PROPOSAL TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Tugas Akhir Penelitian Mahasiswa Pada Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya Oleh : Kiagus Husni Tamrin 03091002056
25

Proposal Blasting

Jul 12, 2016

Download

Documents

Peledakan batu kapur di PT Semen Batu Raja.
Pengaruh energi peldakan terhadap fragmentasi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Proposal Blasting

ANALISA DISTRIBUSI FRAGMENTASI BATUAN HASIL PELEDAKAN

DENGAN PROGRAM SPLIT DESKTOP 2.0 SEBAGAI FUNGSI FAKTOR

ENERGI (FE) DI PT SEMEN BATURAJA (PERSERO)

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Tugas Akhir Penelitian MahasiswaPada Jurusan Teknik Pertambangan

Universitas Sriwijaya

Oleh :

Kiagus Husni Tamrin03091002056

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2016

Page 2: Proposal Blasting
Page 3: Proposal Blasting

I. JUDUL

Analisa Distribusi Fragmentasi Batuan Hasil Peledakan Dengan Program Spilt

Desktop 2.0 Sebagai Fungsi Faktor Energi (FE) Di PT Semen Baturaja (Persero)

II. BIDANG ILMU

Teknik Pertambangan

III. LATAR BELAKANG

Proses penambangan perlu dilakukan pengupasan tanah penutup terlebih

dahulu. Sifat fisik dan mekanik batuan yang kompak dan keras maka diperlukan

suatu operasi peledakan dalam usaha pemberaiannya. Proses peledakan

dipengaruhi oleh variabel yang dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol.

Variabel yang dapat dikontrol meliputi geometri pengeboran, geometri

peledakan, jumlah dan jenis bahan peledak. Sedangkan variabel yang tidak dapat

dikontrol seperti geologi batuan, sifat dan kekuatan batuan, diskontinuitas

batuan, kondisi cuaca, dan kondisi air dalam batuan yang dapat mempengaruhi

kinerja pemboran dan peledakan.

Penggunaan yang tepat dari kedua variabel diatas mampu menghasilkan

fragmentasi dan pergerakan massa batuan yang lebih baik sehingga memberikan

efek positif terhadap kinerja unit operasi penggalian dan pemuatan serta

mengurangi dampak negatif dari proses peledakan.

Hasil peledakan yang optimal dapat diperoleh dengan melakukan suatu

pengaturan penggunaan energi bahan peledak dalam rancangan peledakan yang

dinyatakan faktor energi. Pengaturan faktor energi dilakukan dengan tujuan

mencapai kualitas peledakan yang dikehendaki dan biaya peledakan yang

minimum, dimana semakin kecil faktor energi maka nilai ekonomis akan

semakin baik namun fragmentasi yang akan dihasilkan semakin buruk. Demikian

sebaliknya, semakin besar faktor energi yang digunakan maka nilai ekonomis

semakin besar dan fragmentasi yang akan dihasilkan semakin kecil. Namun tidak

menjamin nilai produktivitas akan semakin naik, hal ini disebabkan produktivitas

Page 4: Proposal Blasting

dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti faktor teknis selama proses penggalian

dan pemuatan. Sehingga perlu ditentukan hubungan faktor energi terhadap

fragmentasi yang akan dihasilkan dalam suatu perencanaan peledakan.

IV. PERUMUSAN MASALAH

Permasalahan yang dibahas adalah :

1. Keberhasilan kegiatan peledakan dapat dilihat dari fragmentasi yang

dihasilkan dalam proses peledakan. Sehingga perlu diketahui tinggat

fragmentasi batuan yang dihasilkan dalam proses peledakan tersebut.

2. Fragmentasi batuan dapat ditentukan secara teoritis, namum dalam keadaan

aktual fragmentasi yang dihasilkan akan berbeda. Oleh karena itu diperlukan

faktor koreksi terhadap fragmentasi secara teoritis dengan keadaan aktual.

3. Distribusi fragmentasi batuan hasil peledakan sangat dipengaruhi oleh energi

bahan peledak yang digunakan untuk meledakkan massa batuan. Namun,

tidak ada acuan yang jelas dalam menentukan besarnya faktor energi

peledakan yang diperlukan untuk menghasilkan fragmentasi yang diharapkan.

Oleh karena itu perlu diketahui hubungan faktor energi terhadap frangmentasi

yang akan dihasilkan dalam persamaan empiris.

V. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisa distribusi fragmentasi batuan yang dihasilkan dari proses

peledakan dengan metode Kuz-Ram dan Program Split Desktop 2.0.

2. Melakukan analisa faktor koreksi fragmentasi yang dihasilkan metode Kuz-

Ram dengan Split Desktop 2.0.

3. Melakukan analisa distribusi fragmentasi batuan hasil peledakan sebagai

persamaan fungsi faktor energi.

VI. TINJAUAN PUSTAKA

Kegiatan pemboran dan peledakan harus direncanakan, sehingga hasil

peledakan yang akan diperoleh sesuai dengan yang diinginkan. Perencanaan juga

Page 5: Proposal Blasting

diperlukan agar gangguan terhadap lingkungan seperti ground vibration, air

blast dan fly rock dapat diminimalisir. Kegiatan peledakan dan pemboran dapat

berhasil sesuai dengan rencana, jika dalam pelaksanaannya memperhatikan

faktor dari karakteristik batuan, karakteristik bahan peledak, dan rancangan dari

peledakan tersebut. Karakteristik batuan merupakan parameter dasar yang

digunakan untuk menentukan rancangan peledakan (William Hustrulid, 1999).

VI.1 Karakteristik Batuan

VI.1.1 Krakteristik Batuan Utuh

VI.1.1.1 Bobot Isi Batuan

Semakin besar bobot isi suatu batuan, semakin besar pula jumlah energi

peledakan yang diperlukan untuk menghancurkan batuan tersebut. Pada

batuan yang bobot isinya rendah, keadaan porositasnya besar dan ikatan antar

butirannya lemah akan lebih mudah diberaikan sehingga hanya memerlukan

energi peledakan yang relatif rendah.

VI.1.1.2 Kuat Tekan Batuan

Kuat tekan batuan dapat digunakan untuk mengetahui mudah tidaknya

suatu batuan untuk dihancurkan baik dengan menggunakan penggalian biasa

maupun dengan operasi peledakan. Batuan memiliki kuat tekan yang selalu jauh

lebih besar daripada kuat tariknya, tetapi kuat tarik batuan memiliki peranan

yang sangat penting dalam proses penghancuran batuan. Batuan dengan kuat

tarik yang rendah akan lebih mudah hancur dibandingkan batuan yang memiliki

kuat tarik yang besar (Bieniawski, 1973).

VI.1.2 Karakteristik Massa Batuan

VI.1.2.1 Bidang Diskontinuitas

Keberadaan bidang diskontinuitas memberikan pengaruh yang sangat besar

terhadap hasil peledakan. Parameter dalam karakteristik bidang diskontinuitas

yang mempengaruhi hasil peledakan yaitu kekerapan atau jarak antar bidang

diskontinuitas dan orientasinya dalam massa batuan. Batuan yang hancur oleh

proses peledakan, akan terpisah menjadi blok-blok yang bentuknya dipengaruhi

oleh pola bidang diskontinuitasnya dan bidang baru yang terbentuk akan

Page 6: Proposal Blasting

cenderung mengikuti orientasi bidang diskontinuitas. Rekahan awal yang ada

dalam massa batuan dapat memberikan kemudahan dalam proses pemecahan

batuan, tetapi juga dapat memberikan kesulitan dalam pengontrolan peledakan

karena adanya sebagian energi peledakan yang hilang melalui rekahan tersebut.

VI.1.2.2 Jarak Antar Bidang Diskontinuitas

Jarak antar bidang diskontinuitas adalah jarak tegak lurus antara dua bidang

diskontinuitas yang berurutan sepanjang garis pengamatan dan dinyatakan

sebagai intact length. Jarak antar bidang diskontinuitas dapat digambarkan

dengan mengklasifikasikan berdasarkan selang jarak antara bidang tersebut

(Attewell, 1993).

VI.1.2.3 Orientasi Bidang Diskontinuitas

Orientasi bidang diskontinuitas pada umumnya digambarkan dalam strike

dan dip. Keberadaan bidang diskontinuitas pada massa batuan dengan

orientasinya dapat mempengaruhi hasil peledakan. Massa batuan yang

mempunyai bidang diskontinuitas paralel dengan muka jenjang, umumnya

mempunyai hasil peledakan yang paling baik daripada massa batuan dengan

orientasi lain. Hal ini dikarenakan bidang bebas yang sejajar dengan muka

jenjang memberikan pantulan gelombang kejut yang optimal sehingga energi

yang terpakai untuk memecah batuan menjadi lebih efisien. Massa batuan yang

mempunyai arah kemiringan bidang diskontinuitas menuju ke dalam tubuh massa

batuan, mempunyai kecenderungan memperbesar resiko terbentuknya bongkahan

yang menggantung dibagian atas jenjang serta tidak pecahnya batuan dibagian

kaki jenjang (toe). Suatu massa batuan yang mempunyai arah kemiringan bidang

diskontinuitas menuju ke arah muka lereng akan cenderung tidak stabil setelah

diledakkan dan memperbesar resiko terjadinya back break (C.J. Konya,1995).

VI.1.2.4 Rock Quality Designation (RQD)

RQD merupakan parameter yang digunakan untuk menunjukkan kualitas

massa batuan. Data RQD dapat diperoleh dari pemboran inti, RQD dihitung dari

persentase bor inti yang diperoleh dengan panjang minimum 10 cm, berdasarkan

persamaan (3.1) (C.J. Konya, 1995).

Page 7: Proposal Blasting

RQD = ∑ panjang potongan core ≥ 10 cmTotal panjang core run

× 100 %…….(3.1)

VI.2 Geometri Peledakan

Geometri peledakan merupakan faktor rancangan peledakan dimana faktor-

faktor penentunya dapat dikendalikan. Pada geometri peledakan terdapat

parameter-parameter yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu

peledakan, diantaranya burden, spacing, subdrillling, stemming, kedalaman

lubang ledak, kolom isian, dan powder factor (William Hustrulid, 1999).

VI.2.1 Burden

Burden merupakan jarak antara lubang ledak yang tegak lurus terhadap free

face terdekat.

VI.2.2 Spacing (S)

Spacing adalah jarak diantara lubang ledak dalam satu garis yang sejajar

dengan bidang bebas. Spacing yang terlalu besar akan menghasilkan fragmentasi

yang tidak baik dan dinding akhir yang ditinggalkan relatif tidak rata, sebaliknya

bila spacing terlalu kecil dari jarak burden maka akan mengakibatkan tekanan

sekitar stemming yang lebih dan mengakibatkan gas hasil ledakan dihamburkan

ke atmosfer diikuti suara bising (noise). Untuk menentukan fragmentasi secara

teori dapat dilihat dari nilai spacing ratio, yaitu perbandingan antara spasi dan

burden. Dimana untuk mrndapatkan fragmentasi yang baik, nilai spasi rasio

adalah 1,15 (William Hustrulid, 1999).

VI.2.3 Stemming (T)

Stemming adalah kolom material penutup lubang ledak di atas kolom isian

bahan peledak. Stemming yang terlalu pendek dapat mengakibatkan batu terbang

dan suara ledakan yang keras sedangkan stemming yang terlalu panjang akan

mengakibatkan retakan ke belakang jenjang (back break) dan bongkah di sekitar

dinding jenjang.

VI.2.4 Subdrilling

Page 8: Proposal Blasting

Subdrilling adalah merupakan panjang lubang ledak yang berada di bawah

garis lantai jenjang. Subdrilling berfungsi untuk membuat lantai jenjang relatif

rata setelah peledakan.

VI.2.5 Kedalaman Lubang Ledak (H)

Kedalaman lubang ledak adalah kedalaman lubang yang akan diisi bahan

peledak yang dilakukan dengan pengebora.

VI.2.6 Charge Length (PC)

Charge length adalah panjang kolom isian bahan peledak

VI.2.7 Loading Density (de)

Loading Density adalah banyaknya bahan peledak yang diisikan permeter

lubang ledak.

VI.2.8 Powder Factor

Powder factor adalah suatu bilangan yang menyatakan perbandingan antara

penggunaan bahan peledak terhadap jumlah material yang diledakkan atau

dibongkar.

VI.2.9 Waktu Tunda

Pemakaian delay detonator sebagai waktu tunda untuk peledakan secara

beruntun. Keuntungan dari peledakan dengan memakai delay detonator, yaitu :

dapat menghasilkan fragmentasi yang lebih baik, dapat mengurangi timbulnya

getaran tanah, dan dapat menyediakan bidang bebas untuk baris berikutnya

(C.J.Konya and E.J. Walter, 1990).

VI.2.10 Pola Peledakan

Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubang bor

dalam satu baris dengan lubang bor pada baris berikutnya ataupun antara lubang

bor yang satu dengan lubang bor yang lainnya. Pola peledakan ini ditentukan

berdasarkan urutan waktu peledakan serta arah runtuhan material yang

diharapkan. Berdasarkan arah runtuhan batuan, pola peledakan dapat dibedakan

menjadi 3 yaitu : box cut, corner cut, dan V cut. Pola box cut adalah pola

peledakan yang arah runtuhan batuannya kedepan dan membentuk kotak. Pola

corner cut adalah pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke salah satu

Page 9: Proposal Blasting

sudut dari bidang bebasnya. Sedangkan, pola V cut adalah pola peledakan yang

arah runtuhan batuannya kedepan dan membentuk huruf V (C.J.Konya and E.J.

Walter, 1990).

VI.3 Fragmentasi Batuan

Pengukuran fragmentasi batuan hasil peledakan dilakukan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan suatu proses peledakan tersebut. Permasalahan

fragmentasi yang timbul dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:

Ketidaksesuaian desain peledakan terhadap kondisi lapangan, penerapan desain

peledakan yang buruk di lapangan, dan kondisi massa batuan yang bervariasi.

Tingkat fragmentasi yang akan dihasilkan dalam rancangan peledakan

perlu diketahui, sehingga rancangan peledakan dapat dipertimbangkan. Untuk

memperkirakan fragmentasi yang akan dihasilkan dapat menggunakan model

Kuz-Ram. Model Kuz-Ram adalah gabungan dari dua persamaan, yaitu:

Persamaan Kuznetsov untuk memperkirakan ukuran fragmentasi rata-rata dan

Persamaan Rossin Ramler untuk menentukan persentase material yang lolos pada

ukuran tertentu. Dengan memasukkan parameter kajian dari Persamaan

Kuznetsov-Ramler maka dapat ditentukan ukuran fragmentasi rata-rata,

karakteristik boulder, indeks keseragaman dan persen material yang tertahan

ayakan pada ukuran tertentu.

Rata-rata ukuran fragmentasi dalam proses peledakan menurut Kuznetsov

(1973) dapat diperoleh melalui persamaan (3.20).

X = A x (VoQ )

0 .8

xQ1/6

……………..……………….....…………......…(3.20)

Bentuk persamaan lain dapat digunakan melalui persamaan (3.21).

X = A x (VoQ )

0 .8xQ1/6 x ( E

115 )−19/30

………………......………….........(3.21)

Keterangan:

X = ukuran fragmen rata-rata, cm.

A = faktor batuan, dihitung dengan menggunakan Blastability Index.

Page 10: Proposal Blasting

Vo = Volume batuan pecah per lubang tembak =BxSxH, m3.

Q = jumlah bahan peledak per lubang tembak, kg.

E = kekuatan bahan peledak (RWS), untuk ANFO = 100; TNT =115.

Nilai faktor batuan (rock factor) didapatkan dari indeks kemampuledakan

(blastability index-BI) batuan tersebut. Persamaan yang memberikan hubungan

antara faktor batuan menurut Cunningham (1987) dapat diperoleh dengan

perkalian indeks kemampuledakan suatu batuan menurut Lilly (1986) melaui

persamaan (3.23).

RF = 0,12 x BI………………………………………………………....(3.23)

Nilai dari indeks kemampuledakan ditentukan dari penjumlahan bobot nilai

lima parameter utama yang diberikan oleh Lilly (1986) yaitu Rock Mass

Description (RMD), Joint Plane Spacing (JPS), Joint Plane Orientation (JPO),

Specific Gravity Influence (SGI) dan Hardness (H). Hubungan antara kelima

parameter tersebut dengan indeks kemampuledakan dapat dihitung melalui

persamaan (3.24).

BI = 0,5 x (RMD + JPS + JPO + SGI + H)…………………………....(3.24)

Bobot nilai masing-masing parameter di atas ditentukan berdasarkan sifat

dan keadaan batuan yang akan diledakkan (Tabel III.11).

TABEL III.11

BOBOT PENENTUAN INDEKS KEMAMPULEDAKAN

1. ROCK MASS DESCRIPTION (RMD) RATING1.1 Powder/friable 101.2 Blocky 201.3 Totally massive 502. JOINT PLANE SPACING (JPS) RATING2.1 Close (< 0,1m) 102.2 Intermediate (0,1 - 1,0 m) 202.3 Wide (>1,0 m) 503. JOINT PLANE ORIENTATION (JPO) RATING3.1 Horizontal 103.2 Dip out of face 20

Page 11: Proposal Blasting

3.3 Strike normal to face 303.4 Dip into face 404. SPECIFIC GRAVITY INFLUENCE (SGI) SGI = 25 X bobot isi - 505. HARDNESS (H) 1 TO 10 (MOHS SCALE)

Sumber : Lilly,1986

Distribusi ukuran fragmentasi dapat dihitung dengan Persamaan Rosin-

Ramler, melalui persamaan (3.25).

R=1−e−0 .693( x

x 50)n

……………………………...…………….…....(3.25)

Keterangan:

R = Persentase material yang lolos dari crusher.

X = Ukuran material (cm).

X50 = Ukuran karakteristik (cm).

Ukuran karakteristik (X50) menunjukkan besarnya ukuran yang lolos dari

ayakan sebanyak 50%, dihitung melalui persamaan (3.26).

X50=( X

(0 .693 )1n )

…………………………………...…....……...……..(3.26)

Dimana X adalah ukuran rata-rata yang diperoleh dari persamaan (3.21).

Sedangkan Indeks keseragaman (n) ditentukan melalui persamaan (3.27).

n = (2 .2 - 14

Bd

)x

(1−WB

) x [(1+( A−12 )x L

H )]…..………….…........(3.27)

Keterangan:

B = burden (m)

d = diameter lubang tembak (mm)

W = standar deviasi dari keakuratan pemboran (m)

A = nisbah Spasi terhadap burden

L = panjang muatan (m)

H = tinggi jenjang (m)

Page 12: Proposal Blasting

Nilai indeks keseragaman pada umumnya berkisar antara 0,8 -2,2 dimana

semakin besar indeks keseragaman suatu geometri peledakan maka semakin

seragam fragmentasi material hasil peledakan.

VI.4 Faktor Energi (FE)

Faktor energi adalah besaran yang menunjukkan angka perbandingan

besarnya energi yang diberikan pada suatu massa batuan atau batuan utuh untuk

menghasilkan fragmen-fragmen sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Faktor

energi dapat dinyatakan dalam satuan MJ/bcm atau MJ/ton, melalui persamaan

(3.28) atau persamaan (3.29).

FE1= (Q x ESBP)/ V…………………………………………………...(3.28)

Atau,

FE2 = (Q x ESBP)/ M...………………………………………………...(3.29)

Jika diketahui bobot isi batuan dapat dihitung melalui persamaan (3.30).

FE1 = FE2 x ρ ……………………......…………………………..(3.30)

Keterangan:

FE = Faktor Energi (MJ/ton, MJ/bcm)

Q = Jumlah bahan peledak yang digunakan (ton)

ESBP = Energi spesifik bahan peledak (MJ/ton)

V = Volume batuan yang diledakkan (bcm)

M = Massa batuan yang diledakkan (ton)

ρ = bobot isi batuan yang diledakkan (ton/bcm)

VI.5 Program Split Desktop 2.0

Program Split Desktop 2.0 adalah program komputer yang didesain untuk

menghitung distribusi ukuran fragmen-fragmen batuan dengan menganalisa

gambar yang dapat dibaca dalam bentuk grayscale. Gambar dapat dimasukkan

langsung dari foto digital, gambar hasil scanning dan capture dari rekaman

Page 13: Proposal Blasting

video. Sebelum menjalankan program, gambar yang akan dihitung dimasukkan

kedalam komputer yang dapat dilakukan dengan download atau digitasi gambar.

Perhitungan distribusi ukuran fragmentasi dengan menggunakan Split

Desktop 2.0, secara garis besar dilakukan dengan beberapa tahahap, yaitu:

menentukan gambar, mencari partikel, memperbaiki hasil pencarian, melakukan

perhitungan ukuran dan menampilkan grafik hasilnya.

VI.5.1 Menentukan GambarHal pertama dalam pengoperasian program adalah dengan menentukan

gambar yang akan dihitung. Setelah gambar dimasukkan ke dalam program

langkah pertama yang harus dilakukan yaitu menentukan batas dari gambar yang

akan dihitung dan menentukan skala yang digunakan oleh gambar. Untuk analisis

maka gambar yang dibuka oleh program akan diubah dalam format tiff secara

otomatis. Menentukan gambar termasuk juga membatasi gambar yang akan

dianalisa dengan toolbar sub-menu crop untuk batas-batas tiap gambar.

Distribusi ukuran yang sebenarnya dapat ditentukan dengan memberikan

skala pada saat pengambilan gambar sebagai pembanding. Skala yang digunakan

merupakan hal yang paling penting dalam menjalankan program ini. Pembanding

yang cukup baik adalah dengan menggunakan bola. Penentuan skala pada

gambar terdiri dari dua, yaitu: dengan satu objek dan 2 objek. Untuk masing-

masing objek pada penempatannya sebaiknya tegak lurus dengan gambar yang

akan diambil.

VI.5.2 Mencari Ukuran Partikel

Mencari ukuran partikel merupakan langkah dimana program akan

mengenali partikel-partikel untuk dihitung dengan format grayscale yang secara

otomatis hasil konversi program. Hasil yang akan ditampilkan adalah kontur-

kontur yang terbentuk sebagai batasan antar partikel. Proses pengenalan partikel

sangat tergantung dari sudut pencahayaan gambar. Untuk mengatasi hal ini maka

sebelum proses pencarian ukuran partikel, dilakukan digitasi secara manual

untuk menentukan batas-batas antar partikel. Kemudian hasil digitasi tersebut

diproses dan menghasilkan keluaran yang ditampilkan dalam bentuk binary

Page 14: Proposal Blasting

image atau gambar dengan kontur-kontur yang terbentuk sebagai batasan antar

partikel.

VI.5.3 Memperbaiki Hasil Pencarian

Langkah ini ditujukan untuk memperbaiki hasil ukuran yang diberikan oleh

pencarian ukuran partikel. Perbaikan ini meliputi penghapusan daerah yang tidak

akan dihitung seperti alat pembanding. Dapat juga dilakukan untuk memperbaiki

kontur yang tidak sesuai dengan ukuran patikel.

VI.5.4 Melakukan Perhitungan Ukuran

Langkah ini akan melakukan perhitungan ukuran dengan metode primeter

dimana terlebih dahulu setiap kontur akan memiliki koordinat masing-masing.

Untuk perhitungan ukuran partikel dilakukan dengan interpolasi dan ekstrapolasi

dengan dua skala.

VI.5.5 Menampilkan Grafik dan Hasil

Hasil perhitungan ukuran akan ditampilkan dalam bentuk grafik yang dapat

dipilih seperti: Schuman, Rosin-Ramler dan Best Fit. Grafik tersebut akan

memberikan distribusi persentase ukuran pada selang ukuran tertentu.

VII. METODOLOGI PENELITIAN

Penyusunan Tugas Akhir ini dilakukan dengan menggabungkan antara

teori dan kenyataan dilapangan, sehingga dari keduanya didapatkan pendekatan

masalah yang paling baik. Urutan penelitian yang digunakan sebagai berikut :

VII.1 Studi literatur

Mempelajari literatur berupa teori-teori, rumusan-rumusan dan data-data

yang berhubungan dengan teknis pengupasan lapisan tanah penutup dan

produksi alat berat agar pembaca dapat memahami laporan tugas akhir yang

dibuat.

VII.2 Pengamatan lapangan

Pengamatan dilakukan tujuannya untuk mendapatkan pengertian dan

gambaran terhadap teknis pengupasan lapisan tanah penutup didalam tambang

serta produksi alat berat yang digunakan.

Page 15: Proposal Blasting

VII.3 Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data-data yang

diperlukan dalam rangka penyusunan tugas akhir ini. Pengamatan di lapangan

dengan pengambilan data-data berupa :

VII.3.1 Data sekunder, yaitu data-data mendukung yang diambil dari literatur-

literatur yang berhubungan dengan penelitian. Data-data pendukung yang

meliputi :

1) Data geologi regional dan sejarah geologi.

2) Data litologi, data topografi dan data curah hujan.

3) Peta geologi.

4) Kegiatan penambangan.

5) Kondisi jalan angkut dan kondisi front kerja

VII.3.2 Data primer, yaitu data-data penelitian yang diperoleh langsung dari

lapangan, berupa:

1) Jumlah alat mekanis serta spesifikasinya.

2) Waktu edar dari alat gali muat, baik waktu untuk menufer, waktu tunggu,

waktu pemuatan, waktu pengangkutan, dan waktu penumpahan.

3) Produksi alat muat dan alat angkut yang digunakan.

4) Waktu kerja efektif atau efesiensi kerja.

5) Jumlah lapisan tanah penutup yang akan dipindahkan.

6) Pola pengupasan lapisan tanah penutup dan cara pemuatannya.

7) Data-data lainnya dengan menyesuaikan keadaan dilapangan.

VII.4 Pengolahan data

Usaha untuk menyusun data dan diolah kemudian diklasifikasikan sesuai

dengan kegunaanya.

VII.5 Analisa hasil pengolahan data

Data yang telah diolah kemudian dianalisa untuk dibandingkan dengan

teori yang terdapat dalam literatur.

VII.6 Kesimpulan

Page 16: Proposal Blasting

Proses ini merupakan penyimpulan yang didasarkan atas segala data yang

telah diolah dan dianalisa.

VIII. RENCANA JADWAL KEGIATA PENELITIAN

Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan selama 2 (dua) bulan, yaitu

pada tanggal 01 Februari 2016 – 30 Maret 2016, dengan jadwal pelaksanaan

sebagai berikut :

No KegiatanWaktu Pelaksanaan

Minggu Ke-1 2 3 4 5 6 7 8

1. Orientasi Lapangan

2. Pengumpulan Referensi dan Data

3. Pengolahan Data

4. Konsultasi dan Bimbingan

5.Penyusunan dan Pengumpulan Draft Laporan

IX. DAFTAR PUSTAKA

Moelhim, Kartodharmo, Ir., 1990, “Teknik Peledakan”, Labotorium

Geomekanik, Pusat Antar Universitas – Ilmu Rekayasa, Institut

Teknologi Bandung, Bandung.

Konya C.J., and Walter E.J., “Surface Blast Design”, Prentice Hall, USA,

1990.

Koesnaryo, S., “Bahan Peledak dan Metode Peledakan”, Jurusan Teknik

Pertambangan, UPN “Veteran” Yogyakarta, 1985

Jimeno C.l and Jimeno E.L (1995). “Drilling and Blasting Rock”.

Balkema/Rotterdam; Brookfield (Page 154 – 203).

William Hustrulid. (1999). “Blasting Principles For Open Pit Mining”,

Page 17: Proposal Blasting

Volume 1, Colorado Scholl Of Mines, Colorado, USA (page 147 –

355).