Top Banner
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seksualitas dapat dipandang sebagai pencetusan dari hubungan antara individu, dimana daya tarik rohaniah dan badaniah atau psikofisik menjadi dasar kehidupan bersama antara dua insan manusia (Wiknjosostro, 1999). Menurut A. Maslow kebutuhan manusia terdiri dari 5 tingkat, yaitu kebutuhan fisik, keamanan, pengakuan dari orang lain, harga diri dan perwujudan diri. Kebutuhan manusia yang paling dasar harus terpenuhi dahulu sebelum seseorang mampu mencapai kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya. Salah satu dari kebutuhan fisik atau kebutuhan yang paling dasar tersebut adalah seksual. Kebutuhan seksual juga harus diperhatikan bagaimana cara pemenuhannya seperti halnya dengan kebutuhan fisik lainnya, meskipun seseorang dalam keadaan nifas. 1
60

PROPOSAL BAB 1 bU dY

Jul 01, 2015

Download

Documents

hudhen09
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PROPOSAL BAB 1 bU dY

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seksualitas dapat dipandang sebagai pencetusan dari hubungan

antara individu, dimana daya tarik rohaniah dan badaniah atau psikofisik

menjadi dasar kehidupan bersama antara dua insan manusia

(Wiknjosostro, 1999). Menurut A. Maslow kebutuhan manusia terdiri dari

5 tingkat, yaitu kebutuhan fisik, keamanan, pengakuan dari orang lain,

harga diri dan perwujudan diri. Kebutuhan manusia yang paling dasar

harus terpenuhi dahulu sebelum seseorang mampu mencapai kebutuhan

yang lebih tinggi tingkatannya. Salah satu dari kebutuhan fisik atau

kebutuhan yang paling dasar tersebut adalah seksual. Kebutuhan seksual

juga harus diperhatikan bagaimana cara pemenuhannya seperti halnya

dengan kebutuhan fisik lainnya, meskipun seseorang dalam keadaan nifas.

Kesehatan seksual mencakup aspek fisik dan psikososial individu

tentang nilai diri dan hubungan interpersonal yang positif. Salah satu

kebutuhan dasar manusia adalah seks. Pemenuhan maksimal akan hal ini

dimulai oleh sementara kalangan, dapat menentukan baik buruknya

kualitas hidup seseorang. Masalah pasien yang melibatkan seksualitas

termasuk konflik pribadi dan emosi.

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.

(Rustam, 1998)

1

Page 2: PROPOSAL BAB 1 bU dY

2

Kecemasan dan kelelahan mengurus bayi baru lahir sering kali

membuat gairah bercinta pasangan suami istri (pasutri) surut, terutama

pada wanita. Menurunnya gairah seksual disebabkan oleh trauma psikis

maupun fisik. Ditinjau dari segi fisik, wanita mengalami perubahan sangat

drastis di dalam tubuh. Mengandung dan melahirkan normal maupun

caesar dapat menyebabkan trauma pada wanita. Trauma fisik bisa terjadi

saat melahirkan. Rasa sakit akibat pengguntingan bagian dalam vagina

(episiotomi) untuk melancarkan jalan lahir untuk menghindari terjadinya

perobekan yang berat. Tentu saja, tindakan ini membutuhkan waktu untuk

penyembuhan. Sedangkan trauma psikis (kejiwaan) terjadi pada wanita

usai melahirkan yang belum siap dan memahami segala urusan mengurus

anak. Dari mulai merawat anak, merawat payudara yang sudah siap

mengeluarkan ASI, cara pemberian ASI yang benar sampai urusan

mengganti popok. Akibatnya, ibu merasa lelah, capek, dan menyebabkan

gairah menurun dan enggan untuk berhubungan seksual.

Sebuah penelitian di Australia mendapatkan bahwa enam minggu

adalah waktu rata-rata bagi para perempuan pasca persalinan untuk mulai

melakukan hubungan seks. Tapi penelitian tersebut juga menemukan

bahwa sekitar setengah dari mereka memiliki masalah sejak awal, terus

mengalaminya selama tahun pertama pasca persalinan. Penelitian lain

menemukan 20% perempuan yang baru pertama kali melahirkan

membutuhkan waktu 6 bulan untuk merasa nyaman secara fisik saat

bersenggama, dengan waktu rata-rata sekitar 3 bulan

(http://cyberwoman.cbn.net.id. 2007).

Page 3: PROPOSAL BAB 1 bU dY

3

Studi pendahuluan yang pernah dilakukan peneliti di BPS Diyah

Tri Wahyuni Desa Bandar Kedungmulyo Kecamatan Bandar

Kedungmulyo Kabupaten Jombang pada bulan November 2010 – Januari

2011 terdapat 38 ibu bersalin normal, 28 ibu masih dalam masa nifas dan

15 diantaranya saat ini belum memikirkan untuk berhubungan seksual,

karena masih takut, 13 ibu yang masih dalam masa nifas mengatakan akan

memulai hubungan seks setelah darah nifas berhenti dan luka jahitan

kering (40 hari). Sedangkan 10 ibu sudah melalui masa nifas, 5

diantaranya mengatakan akan mulai berhubungan seksual kira-kira 6 bulan

setelah melahirkan. Dan 5 ibu mengatakan belum memikirkan tentang

kapan akan mulai berhubungan seksual lagi.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasi bahwa

beberapa faktor yang mempengerahui seks pasca persalinan antara lain; 1)

paritas, 2) adanya perlukaan episiotomi, 3) psikologis, 4) kurangnya

informasi tentang seks setelah melahirkan, 5) adat istiadat, 6)

ketidakseimbangan hormon. Pengetahuan tentang seks pasca persalinan

yang kurang, berdampak pada perubahan psikis pada ibu post partum yaitu

terjadi kecemacan sehingga ibu merasa takut apabila melakukan hubungan

seks. Sebagian pria dan wanita menginginkan hubungan seks secepat

mungkin setelah melahirkan, sebagian lagi mungkin lebih suka menunggu

atau bahkan mungkin merasa takut (Hasselquist. 2006: 28).

Banyak wanita setelah melahirkan, merasa cemas atau takut untuk

berhubungan seksual lagi dengan pasangannnya. Banyak perempuan yang

merasa tidak berhasrat untuk melakukan senggama pasca persalinan,

Page 4: PROPOSAL BAB 1 bU dY

4

karena takut terhadap rasa nyeri yang mungkin ditimbulkannya. Waktu

yang dibutuhkan oleh seorang perempuan untuk mengembalikan

gairahnya seperti semula, sangat bergantung kepada pengalaman

persalinannya (apakah persalinan normal atau dengan cara caesar) (Ryan.

2008).

Peningkatkan pengetahuan ibu, peran tenaga kesehatan sebagai

edukator diharapkan dapat membantu memberikan informasi tentang

masalah yang dialami para ibu post partum tentang hubungan seksual

selama masa nifas. Suami sebagai pasangan hidup juga memiliki peran

penting dalam penyaluran dan pemberi dukungan emosional atau

psikologis. Untuk itulah peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut di atas

dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang

hubungan seksualitas ibu post partum di BPS Ny. Diyah Triwahyuni Desa

Bandar Kedungmulyo Kecamatan Bandar Kedungmulyo Kabupaten

Jombang”.

1.2 Identifikasi Masalah

Faktor yang memepengaruhi seks setelah melahirkan.

1. paritas ibu post partum . Diyah Triwahyuni Desa Bandar

Kedungmulyo Kecamatan Bandar Kedungmulyo Kabupaten Jombang

tahun 2011

2. Adanya perlukaan episiotomi pada ibu post partum

3. psikologis ibu post partum

4. Kurangnya informasi tentang seks setelah melahirkan.

5. adat istiadat di desa bandar kedungmulyo

Page 5: PROPOSAL BAB 1 bU dY

5

6. ketidakseimbangan hormon

1.3 Rumusan Masalah

Bertolak dari permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka dalam

penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan yakni tentang “Faktor apa saja

yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang hubungan seksualitas ibu post

partum di BPS Ny. Diyah Triwahyuni Desa Bandar Kedungmulyo

Kecamatan Bandar Kedungmulyo Kabupaten Jombang tahun 2011”.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang

seksualitas ibu post partum.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi paritas ibu post partum di BPS. Diyah Triwahyuni

Desa Bandar Kedungmulyo Kecamatan Bandar Kedungmulyo

Kabupaten Jombang tahun 2011.

b. Mengidentifikasi perlukaan episiotomi pada ibu post partum di BPS.

Diyah Triwahyuni Desa Bandar Kedungmulyo Kecamatan Bandar

Kedungmulyo Kabupaten Jombang tahun 2011.

c. Mengidentifikasi faktor psikologis ibu post partum di BPS. Diyah

Triwahyuni Desa Bandar Kedungmulyo Kecamatan Bandar

Kedungmulyo Kabupaten Jombang tahun 2011.

d. Mengindetifikasi kurangnya informasi tentang seks setelah

melahirkan pada ibu post partum di BPS. Diyah Triwahyuni Desa

Page 6: PROPOSAL BAB 1 bU dY

6

Bandar Kedungmulyo Kecamatan Bandar Kedungmulyo Kabupaten

Jombang tahun 2011.

e. Mengidentifikasi adat istiadat masyarakat desa Bandarkedungmulyo

tentang seks masa nifas.

1.5 Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak yang terkait, antara lain :

1.5.1 Bagi Institusi

Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan masukan untuk

mengembangkan penelitian selanjutnya.

1.5.2 Bagi Tempat Penelitian

1. Sebagai bahan tambahan untuk memberikan informasi tentang

hubungan seksual pada ibu nifas pada masa nifas dan pasca nifas.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan untuk

memberikan saran dan tindakan yang harus dilakukan oleh pasangan

suami-istri pada masa nifas.

1.5.3 Bagi Peneliti

1. Meningkatkan pemahaman dan wawasan secara langsung bagi

peneliti mengenai pengetahuan ibu nifas tentang hubungan seksual

masa nifas.

2. Mengetahui cara-cara melakukan hubungan seksual pada masa nifas.

Page 7: PROPOSAL BAB 1 bU dY

7

3. Dapat dijadikan pengalaman tersendiri bagi peneliti untuk

pengembangan keilmuan dan bekal dalam memberikan informasi

kesehatan reproduksi.

Page 8: PROPOSAL BAB 1 bU dY

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1 Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2005:127).

Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia

melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan

akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah

dilihat atau dirasakan sebelumnya.(Meliono, 2010)

Pengetahuan adalah hasil tahu manusia yang sekedar menjawab

pertanyaan ”what”. Definisi pengetahuan yang dikemukakan para ahli pada

umumnya menunjukkan pada fakta-fakta, diantaranya :

a. Dalam the International Encyclopedia of Higher Education pengertian

pengetahuan dirumuskan sebagai keseluruhan fakta-fakta kebenaran azas-

azas, dan keterangan yang diperoleh manusia.

b. Dalam International Dictionary of Education, pengetahuan didefinisikan

sebagai kumpulan fakta-fakta, keterangan dan sebagainya yang diperoleh

manusia melalui penelaahan, ilham atau pengalaman.

8

Page 9: PROPOSAL BAB 1 bU dY

9

c. Dalam The Con Ise Dictionary of Education, pengetahuan didefinisikan sebagai

keseluruhan fakta-fakta, keterangan dan azas-azas yang seseorang peroleh melalui

belajar dan pengalaman (Notoatmodjo, 2005: 3).

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005: 8) pengetahuan yang dicakup di dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain:

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap

obyek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Menggunakan diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi kondisi riil (sebenarnya). Misalnya dapat

menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian,

Page 10: PROPOSAL BAB 1 bU dY

10

dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem

solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan.

d. Menganalisis (Analysis)

Menganalisa adalah kemampuan untuk materi atau suatu obyek ke dalam ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi

tersebut, dan masih ada kaitan satu dengan yang lain. Kemampuan analisis ini

dapat dilihat dari penggunaan kata kerja dapat menggambarkan (membuat

bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan, dengan

kata lain suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada, misalnya : dapat menyusun, merencanakan, meringkas,

menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah

ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Menilai berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penelitian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian tersebut itu

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan, menafsirkan

saat yang tepat melakukan hubungan seksual saat nifas.

Page 11: PROPOSAL BAB 1 bU dY

11

2.1.3 Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005:11) cara memperoleh pengetahuan

dikelompokkan menjadi dua, yakni :

a. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan

Cara kuno atau tradisional ini dapat dipakai orang untuk mmperoleh

kebenaran pengetahuan, sebelum diketemukan metode ilmiah atau metode

penemuan secara sistematis dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan ini

antara lain:

1) Insting atau menggunakan naluri, yaitu seseorang yang dalam

menyelesaikan suatu masalah menggunakan jalan keluar berdasarkan

nalurinya saja dan hal tersebut tidak diajarkan oleh siapapun.

2) Cara coba-coba (Trial and Error)

Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan masalah upaya

pemecahannya dilakukan dengan cara coba-coba ini dilakukan dengan

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan lain.

3) Kebiasaan

Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan

tradisi yang dilakukan orang, misalnya: mengapa ibu pada masa nifas

harus minum jamu. Kebiasaan ini diwariskan turun temurun dari generasi

kegenerasi. Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin masyarakat

formal dan informal.

Page 12: PROPOSAL BAB 1 bU dY

12

4) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Oleh sebab

itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh

pengetahuan.

5) Melalui jalan pikiran

Merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui

pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan, kemudian dicari hubungannya

sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan.

b. Cara modern atau cara ilmiah disebut juga metode penelitian ilmiah cara

baru/modern dalam memperoleh pengetahuan lebih sistematis logis dan

ilmiah. Adapun beberapa syarat agar sesuatu hal dapat dikatakan ilmiah yaitu:

1) Obyektif

2) Sistematis

3) Metodik

4) General / umum.

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Beberapa ahli mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. (Nursalam, 2003).

a. Faktor internal yang mempengaruhi pengetuhan, antara lain :

1) Usia

Dengan bertambahnya usia maka tingkat pengetahuan akan berkembang

sesuai dengan pengetahuan yang pernah didapatkan dan juga dari

pengalaman sendiri (Notoatmodjo, 2003).

Page 13: PROPOSAL BAB 1 bU dY

13

Semakin cukup umur tingkat kematangan dan tingkat kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir dan belajar (Nursalam, 2003).

2) Minat

Minat merupakan kekuatan dan dalam diri sendiri untuk menambah

pengetahuan. Minat juga diartikan sebagai suatu kecenderungan atau

kegiatan yang tinggi terhadap sesuatu. Dengan adanya pengetahuan tinggi

didukung minat yang cukup pada seseorang sangatlah mungkin seseorang

tersebut akan berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan (Azwar,

2003).

3) Motivasi

Motivasi adalah dorongan bertindak untuk memuaskan suatu kebutuhan.

Dorongan ini diwujudkan dalam bentuk tindakan atau perilaku. Motivasi

yang rendah akan menghasilkan tindakan yang kurang kuat (Notoatmodjo,

2003).

4) Pengalaman

Suatu pengalaman bisa dijadikan sebagai tambahan informasi dimana

pengalaman akan membentuk dan merubah seseorang hingga akan bisa

menambah pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2005)

5) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang sangat besar pengaruhnya terhadap

pengetahuan seseorang yang berpendidikan tinggi, pengetahuannya akan

lebih baik daripada orang yang tinggal dilingkungan orang yang berpikiran

sempit (Notoatmodjo, 2005).

Page 14: PROPOSAL BAB 1 bU dY

14

Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima

informasi sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki.

Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan

seseorang terhadap nilai-nilai baru yang dikenalkan (Nursalam, 2003).

6) Intelegensia

Pengetahuan yang dipengaruhi intelegensia adalah pengetahuan intelegen

dimana seseorang dapat bertindak secara cepat, tepat, dan mudah dalam

mengambil keputusan (Notoatmodjo, 2005).

7) Pekerjaan

Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas daripada

seseorang yang tidak bekerja, karena dengan bekerja seseorang akan

mempunyai banyak informasi dan pengalaman (Notoatmodjo, 2005).

b. Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetuhan, antara lain :

1) Lingkungan

Lingkungan berpengaruh terhadap pengetahuan, jika orang hidup dalam

lingkungan yang berpikiran luas maka tingkat pengetahuan akan lebih baik

daripada orang yang tinggal dilingkungan orang yang berpikiran sempit

(Notoatmodjo, 2005).

2) Agama

Agama menjadikan orang bertambah pengetahuan yang berkaitan dengan

kehidupan spiritual

3) Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah

Page 15: PROPOSAL BAB 1 bU dY

15

mempunyai budaya untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, maka

sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu

menjaga kebersihan lingkungan karena lingkungan sangat berpengaruh

dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang (Nursalam, 2003)

2.1.5 Kriteria Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subyek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin diketahui

atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan tersebut di atas. Sedangkan

kualitas pengetahuan pada masing-masing tingkat pengetahuan dapat

dilakukan dengan skorting yaitu :

a. Tingkat pengetahuan baik : 76 – 100%

b. Tingkat pengetahuan cukup : 56 – 75%

c. Tingkat pengetahuan kurang baik : <56%

(Nursalam, 2008)

2.2 Konsep Post Partum

2.2.1 Pengertian Post Partum (Nifas)

a. Adalah dimulai setelah dari kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-

alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung

selama kira-kira 6 minggu. (Sarwono,2006)

b. Adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-

alat kandungan kembali seperti pra hamil. (Rustam, 1998)

Page 16: PROPOSAL BAB 1 bU dY

16

c. Dalam bahasa Latin, waktu tertentu setelah melahirkan anak ini disebut

puerperium, yaitu kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan.

Puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Dimana pulihnya

kembali, mulai dari persalinan selesai hingga alat-alat kandungan

kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 - 8 minggu.

(Bahiyatun, 2009)

2.2.2 Pembagian Masa Post Partum (Nifas)

Pembagian nifas dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

a. Puerperium Dini

Yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan.

Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40

hari.

b. Puerperium Intermedial

Yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia.

c. Remote Puerperium

Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama

bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu

untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulan, dan tahun.

(Bahiyatun, 2009)

2.2.3 Tujuan Masa Nifas

Semua kegiatan yang dilakukan baik dalam bidang kebidanan maupun

dibidang lain selalu mempunyai tujuan agar kegiatan tersebut terarah dan

diadakan evaluasi dan penilaian. Tujuan dari perawatan nifas adalah:

Page 17: PROPOSAL BAB 1 bU dY

17

a. Memulihkan kesehatan umum penderita.

b. Mempertahankan kesehatan psikologis.

c. Mencegah infeksi dan komplikasi.

d. Memperlancar pembentukan Air Susu Ibu (ASI).

e. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas

selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami

pertumbuhan dan perkembangan dengan normal.

(Sarwono,2006)

2.2.4 Perubahan- perubahan yang terjadi selama Post Partum (nifas)

Perubahan-perubahan yang terjadi selama Post Partum (nifas) anatara lain:

a. Uterus

Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali

seperti sebelum hamil.

Tabel 2.1. Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi.

Involusi Tinggi fundus uterus Berat uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram

Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram

1 minggu Pertengahan pusat

simfisis

500 gram

2 minggu Tidak teraba di atas

simfisis

350 gram

6 minggu Bertambah kecil 50 gram

8 minggu Sebesar normal 30 gram

Page 18: PROPOSAL BAB 1 bU dY

18

b. Bekas implantasi uri

Placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan

diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada keenam 2,4 cm, dan

akhirnya pulih.

c. Luka- luka pada jalan lahir

Pada jalan lahir bila tidak akan sembuh dalam 6-7 hari

d. Rasa sakit

Yang disebut after paints, (merian atau mules) disebabkan kontraksi rahim,

biasanya berlangsung 2-4 pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada

ibu mengenai hal ini dan bisa terlalu mengganggu dapat diberikan obat-obat

antisakit dan antimules.

e. Lochia

Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa

nifas.

Lochia rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,

sel-sel desidua, veniks kaseosa, laguno dan mekoneum, selama 2 hari

pasca persalinan.

Lochia sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari

ke 3-7 pasca persalinan.

Lochia serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke

7-14 pasca persalinan.

Lochia alba: cairan putih, setelah 2 minggu

Lochia purulenta: terjadi infeksi, keluar cairam seperti nanah berbau

busuk.

Page 19: PROPOSAL BAB 1 bU dY

19

Lochiostasis: lochia tidak lancar keluarnya.

f. Serviks

Setelah persalinan untuk serviks agak menganga seperti corong konsistensinya

lunak, kadang trdapat perlukaan-perlukaan kecil.

g. Ligament- ligament

Ligament, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan,

setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali

sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi.

h. Laktasi

Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan telah

terjadi perubahan-perubahan pada mammae.

(Bobak, 2004)

Tabel 2.2 Program dan Kebijakan Teknik Masa Nifas Menurut Sarwono (2006)

Kunjungan Waktu Tujuan

1 6- 8 jam setelah

persalinan

1. Mencegah perdarahan masa nifas karena

atonia uteri.

2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain

perdarahan: rujuk bila perdarahan berlanjut.

3. Memberikan konseling pada ibu atau salah

satu anggota keluarga bagaimana mencegah

perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

4. Pemberian ASI awal.

5. Melakukan hubungan natara ibu dan bayi

Page 20: PROPOSAL BAB 1 bU dY

20

baru lahir.

6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara

mencegah hipotermia. Jika petugas

kesehatan menolong persalinan, ia harus

tinggal bersama ibu dan bayi baru lahir

untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau

sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

2 6 hari setelah

persalinan

1. Memastikan involusi uterus berjalan

noramal : uterus berkontraksi, fundus di

bawa umbilicus, tidak ada perdarahan

abnormal, tidak ada bau.

2. Menilai adanya tanda- tanda demam,

infeksi atau perdarahan abnormal.

3. Memastikan mendapatkan cukup makanan,

cairan dan istirahat.

4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan

tak memperlihatkan tanda- tanda penyulit.

5. Memberikan konseling pada ibu mengenai

asuhan pada bayi baru lahir, tali pusat,

menjaga bayi agar tetap hangat dan

merawat bayi sehari- hari.

3 2 minggu setelah

persalinan

Sama dengan di atas (6 hari setelah

persalinan)

4 6 minggu setelah 1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-

Page 21: PROPOSAL BAB 1 bU dY

21

persalinan penyulit yang ia alami dan ibu alami

2. Memberikan konseling tentang KB secara

dini.

2.2.5 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

Menurut Bahiyatun (2009), ada tujuh kebutuhan ibu nifas yaitu terdiri

dari:

a. Nutrisi dan Cairan tubuh

Ibu nifas memerlukan diet untuk mempertahankan tubuh terhadap

infeksi, mencegah konstipasi, dan untuk memulai proses pemberian ASI

eksklusif. Asupan kalori perhari ditingkatkan sampai 2700 kalori. Asupan

cairan per hari ditingkatkan sampai 3000 ml (susu 1000 ml). suplemen zat besi

dapat diberikan pada ibu nifas selama 4 minggu pertama setelah kelahiran.

Gizi ibu menyusui dibutuhkan untuk produksi ASI dan pemulihan kesehatan

ibu. Kebutuhan gizi yang perlu diperhatikan yaitu:

1) Makanan dianjurkan seimbang antara jumlah dan mutunya.

2) Banyak minum, setiap hari minum lebih dari 6 gelas.

3) Makan- makanan yang tidak merangsang, baik secara termis, mekanis,

atau kimia untuk menjaga kelancaran pencernaan.

4) Batasi makanan yang berbau keras.

5) Gunakan makanan yang dapat merangsang produksi ASI, misalnya

sayuran hijau.

Diet dalam masa nifas harusnya bergizi, bervariasi dan seimbang. Diet ini

seharusnya tinggi kalori. Total makanan yang dikonsumsi dianjurkan

Page 22: PROPOSAL BAB 1 bU dY

22

mengandung 50 – 60% karbohidrat,lemak sebesar 25 – 35% dari total

makanan, jumlah protein 10 – 15%,zat besi, dan vitamin.

b. Ambulasi

Ambulasi dini sangat dianjurkan. Ambulasi ini akan meningkatkan

sirkulasi dan mencegah risiko tromboplebitis, meningkatkan fungsi kerja

peristaltik dan kandung kemih, sehingga mencegah distensi abdominal dan

konstipasi. Ambulasi dini dilakukan secara bertahap dan sesuai dengan

kekuatan ibu. Pada persalinan normal dan keadaan ibu normal,ibu

diperbolehkan mandi atau ke kamar mandi dibantu oleh keluarga yaitu pada 1

atau 2 jam setelah persalinan. Sebelum waktu ini, ibu harus diminta untuk

latihan menarik napas dalam serta latihan tungkai yang sederhana dan harus

duduk mengayunkan tungkai di tempat tidur.

c. Eliminasi

Bidan harus mengobservasi adanya distensi abdomen dengan

mempalpasi dan mengauskultasi abdomen, terutama pada post seksio sesaria.

Rangsangan untuk berkemih dapat diberikan dengan rendam duduk (sitz bath)

untuk mengurangi oedema dan relaksasi sfingter, lalu kompres hangat atau

dingin. Jika perlu, pasang kateter sewaktu.

d. Hygiene

Sering membersihkan perineum akan meningkatkan rasa nyaman dan

mencegah infeksi. Penggantian pembalut hendaknya sering dilakukan,

setidaknya setelah membersihkan perineum,berkemih, atau defekasi. Pada

masa post partum ibu rentan terhadap infeksi. Karena itu menjaga kebersihan

Page 23: PROPOSAL BAB 1 bU dY

23

sangant penting untuk mencegah infeksi. Anjurkan ibu untuk menjaga

kebersihan tubuh, pakaian, temapat tidur, dan lingkungannya.

e. Istirahat

Ibu nifas membutuhkan tidur dan istirahat yang cukup. Setelah selama

Sembilan bulan ibu mengalami kehamilan dengan beban kandungan yang

begitu berat, banyak keadaan yang mengganggu lainnya, dan proses persalinan

yang melelahkan, ibu membutuhkan istirahat yang cukup untuk memulihkan

keadaannya. Seorang wanita dalam masa nifas dan menyusui memerlukan

waktu lebih banyak untuk istirahat karena dalam proses penyembuhan,

terutama organ-organ reproduksi dan untuk kebutuhan menyusui bayinya. Jika

ibu kurang beristirahat dapat mengganggu produksi ASI, memperlambat

proses involusi, memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi, dan

menimbulakan rasa ketidakmampuan merawat bayi.

f. Seksualitas masa nifas

Seksualitas ibu dipengaruhi oleh derajat ruptuur perineum dan

penurunan hormon steroid setelah persalinan. Keinginan seksual ibu menurun

karena kadar hormon rendah, adaptasi peran baru, keletihan (kurang istirahat

dan tidur). Penggunaan kontrasepsi (ovulasi terjadi lebih kurang 6 minggu)

diperlukan karena kembalinya masa subur yang tidak dapat diprediksi.

Menstruasi ibu terjadi pada kurang lebih 9 minggu pada ibu tidak menyusui

dan kurang lebih dari 30 – 36 minggu atau 4 – 18 bulan pada ibu yang

menyusui.

Hal- hal yang mempengaruhi seksual pada nifas yaitu:

1) Intensitas respon seksual berkurang karena ada perubahan faal pada tubuh.

Page 24: PROPOSAL BAB 1 bU dY

24

2) Rasa lelah akibat mengurus bayi mengalahkan minat untuk bermesraan.

3) Bounding kepada bayi menguras semua rasa cinta kasih, sehingga waktu

tidak tersisa untuk pasangan.

4) Kehadiran bayi di kamar yang sama membuat ibu secara psikologis tidak

nyaman berhubungan intim.

5) Pada minggu pertama setelah persalinan, hormon estrogen menurun yang

mempengaruhi sel- sel penyekresi cairan pelumas vagina alamiah yang

berkurang. Hal ini menimbulakan rasa sakit jika melakukan hubungan

seksual.

6) Ibu mengalami let down (mengeluarkan) ASI, sehingga respon pada

orgasme yang dirasakan sebagai rangsangan seksual pada saat menyusui

menurun. Respon fisiologis ini dapat menekan ibu, kecuali mereka

memahami bahwa hal tersebut adalah normal.

2.3 Konsep seksual

Acapkali kata “seks” dan “seksualitas “ digunakan dalam pengertian yang

tidak benar. Kata ” seks ” lebih sering diucapkan dari pada kata ” seksualitas ”

walaupun yang dimaksud adalah ”seksualitas ”.

Karena pengertian yang salah akibat informasi yang tidak benar, maka

persepsi banyak orang tentang seks tentu menjadi salah. Kesalahan persepsi itu

kemudian diperburuk oleh mitos tentang seks yang banyak beredar di masyarakat.

Akhirnya pengertian di ekspresikan dalam bentuk perilaku seksual yang buruk,

yang menimbulkan akibat yang tidak diharapkan.

2.3.1 Pengertian seks dan seksualitassex-donot

Page 25: PROPOSAL BAB 1 bU dY

25

Seks adalah kelamin secara biologis yaitu alat kelamin pria dan wanita

(Wimpie, 2000). Seksualitas adalah maksud dan motif dalam diri manusia.

Seksualitas adalah hasrat (desire) dan keinginan (want) yang tumpang tindih

dengan aspek-aspek lain kehidupan (Irwan, 2004).

2.3.2 Tujuan hubungan seksual

a. Sebagai pelepas ketegangan seksual

b. Untuk memperoleh kepuasan seksual bersama

c. Untuk menunjukkan kasih sayang bersama ( Derek, 1999 ).

2.3.3 Konsep tentang waktu dapat melakukan kembali hubungan seksual

setelah kelahiran bayi

a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan seksual begitu darah merah

berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina

tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasakan

ketidaknyamanan, aman untuk melakukan hubungan seksual kapan saja ibu

siap (Saifuddin, 2001).

b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan seksual sampai

masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah

persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan

(Saifuddin, 2001).

c. Sebagian besar pasangan melakukan hubungan seksual antara minggu ke 5

dan ke 8 pasca persalinan ( Christine, 2006 ).

d. Sebenarnya menutupnya serviks (ukuran rahim) serta normalnya kembali

vagina membutuhkan waktu yang lebih singkat sekitar dua sampai tiga

Page 26: PROPOSAL BAB 1 bU dY

26

minggu. Sekarang umumnya diterima bahwa suatu pasangan dapat kembali

melakukan hubungan seksual sesegera si ibu merasa siap melakukannya

(Sylvia, 1998).

e. Menurut Dr. Ferryal Loitan, AAS RT, SP Rm, M.Kes ( MMR ) pasangan

melakukan hubungan seksual sebenarnya relatif tiap wanita berbeda-beda

kesiapannya. Namun secara medis setelah tidak ada perdarahan lagi, bisa

dipastikan ibu sudah siap berhubungan seks yaitu setelah masa nifas yang

berlangsung selama 30-40 hari (http://ayurai.wordpress.com).

Tiap wanita berbeda-beda kesiapannya. Namun secara medis, setelah tidak

ada pendarahan lagi, bisa dipastikan ibu sudah siap berhubungan seks yakni

setelah masa nifas yang biasanya berlangsung selama 30-40 hari. Masih dianggap

wajar bila keengganan untuk berhubungan badan dengan pasangan, terjadi antara

satu hingga tiga bulan setelah melahirkan.

Secara alami, sesudah melewati masa nifas kondisi organ reproduksi ibu

sudah kembali normal. Oleh sebab itu, posisi hubungan seks seperti apa pun sudah

bisa dilakukan. Kalaupun masih ada keluhan rasa sakit, lebih disebabkan proses

pengembalian fungsi tubuh belum berlangsung sempurna seperti fungsi

pembasahan vagina yang belum kembali seperti semula. Namun, bisa juga

keluhan ini disebabkan kram otot, infeksi, atau luka yang masih dalam proses

penyembuhan.

Gangguan seperti ini disebut dyspareunia atau rasa nyeri waktu sanggama.

Pada kasus semacam ini ada beberapa kemungkinan yang bisa menjadi penyebab,

yaitu :

Page 27: PROPOSAL BAB 1 bU dY

27

1) Terbentuknya jaringan baru pasca melahirkan karena proses penyembuhan

luka guntingan jalan lahir masih sensitif sehingga kondisi alat reproduksi

belum kembali seperti semula.

2) Adanya infeksi, bisa disebabkan karena bakteri, virus, atau jamur.

3) Adanya penyakit dalam kandungan (tumor, dll).

4) Konsumsi jamu. Jamu-jamu ini mengandung zat-zat yang memiliki sifat

antingents yang berakibat menghambat produksi cairan pelumas pada vagina

saat seorang wanita terangsang seksual.

5) Faktor psikologis yaitu kecemasan yang berlebihan turut berperan, seperti:

a) Kurang siap secara mental untuk berhubungan seks (persepsi salah tentang

seks, dll).

b) Adanya trauma masa lalu (fisik, seks).

c) Tipe kepribadian yang kurang fleksibel.

d) Komunikasi suami istri kurang baik sehingga biasanya istri “malas”

melakukan hubungan seks. Kurangnya foreplay-nya sehingga belum

terjadi lubrikasi saat penetrasi penis.

2.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan seksual pasca

persalinan

a. Paritas

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang

wanita (BKKBN, 2006). Menurut Prawirohardjo (2009), paritas dapat

dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara.

Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang

mampu hidup diluar rahim (28 minggu) (JHPIEGO, 2008). Sedangkan

Page 28: PROPOSAL BAB 1 bU dY

28

menurut Manuaba (2008), paritas adalah wanita yang pernah melahirkan bayi

aterm.

b. Adanya perlukaan jalan lahir

Perlukaan adalah cedera pada kulit karena terkena benda tajam dan

sebagainya. Jadi perlukaan jalan lahir merupakan suatu cidera pada kulit yang

didapat pada saat persalinan (Yayin, 2002).

Macam-macam perlukaan jalan lahir :

1) Perlukaan Vulva, terbagi atas :

a) Robekan pada klitoris atau sekitarnya.

Robekan pada klitoris atau sekitarnya walaupun tidak dalam akan

tetapi dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak.

b) Robekan perineum, terbagi atas :

(1) Robekan perineum derajat satu.

Laserasi minor yang hanya mengenai commisura (Fourchette)

dikulit perineum.

(2) Robekan perineum derajat dua.

Robekan ini meliputi kulit, membrane mukosa dan otot-otot

superfisial pelvi. Robekan ini sangat mungkin disertai laserasi

dinding-dinding labia atau vagina dan jaringan ikat yang

menghubungkan otot-otot diafragma urogenitalis pada garis

tengah.

(3) Robekan perineum derajat tiga

Robekan ini jauh lebih berat karena tidak hanya otot-otot profundal

yang terkena tetapi juga robeknya meluas sedemikian jauh ke

Page 29: PROPOSAL BAB 1 bU dY

29

posterior sehingga daerah anterior sphinter ani externus akan

terlibat.

(4) Robekan perineum derajat empat.

Robekan ini meluas sampai dinding depan rektum dan mengenai

muskulus spinter ani internus.

2) Perlukaan Vagina

Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum

tidak seberapa sering terdapat. Biasanya terjadi akibat ekstrasi dengan

cunam, lebih-lebih apabila kepala janin harus diputar. Terkadang terjadi

kolpaporeksis, yaitu robekan melintang atau miring pada bagian atas

vagina. (Hanifa, 2003) kolparoreksis terjadi apabila pada persalinan

dengan disproporsi sefalopelvik terjadi tegangan segmen bawah rahim

dengan serviks uteri tidak terjepit antara kepala janin dengan tulang

panggul, sehingga tarikan keatas langsung ditampung oleh vagina, jika

tarikan ini melampaui kekuatan jaringan terjadi robekan robekan vagina

pada batas antara bagian teratas dengan bagian yang lebih bawah dan yang

berfiksasi pada jaringan sekitarnya. Kolpaporeksis juga timbul apabila

pada tindakan pervaginam dengan memasukkan tangan penolong ke

uterus, dengan menahan fundus uteri oleh tangan luar.

3) Robekan Serviks

Robekan serviks biasanya terdapat pada pinggir samping serviks

dan dapat menjalar ke segmen bawah rahim serta membuka parametrium.

Robekan yang sedemikian rupa dapat membuka pembuluh-pembuluh

darah yang besar dan menimbulkan pendarahan yang hebat.

Page 30: PROPOSAL BAB 1 bU dY

30

Robekan serviks sering terjadi pada persalinan buatan, ekstrasi

dengan forceps, ekstrasi pada letak sungsang, versi dan ekstrasi, terutama

bila dilakukan pada pembukaan yang belum lengkap.

Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti meskipun plasenta

sudah lahir lengkap dan uterus berkontraksi baik, perlu dipikirkan

perlukaan jalan lahir khususnya robekan serviks uteri (Hanifa, 2003).

Robekan serviks harus dijahit apabila terjadi perdarahan atau lebih besar

dari 1 cm.

4) Episiotomi

Episiotomi adalah penyayatan mulut serambi kemaluan untuk

mempermudah kelahiran (Ramali, 2003).

Episiotomi adalah insisi pada perineum yang menyebabkan

terpotongnya selaput lendir vagina, cincin himen, jaringan septum

rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum, serta kulit sebelah depan

perineum untuk melebarkan jalan lahir sehingga mempermudah kelahiran

(Mansjoer, et all, 2001).

Berbagai macam episiotomi, menyebabkan proses penyembuhan

yang berbeda-beda, antara lain:

a. Episiotomi mediana, di kerjakan pada garis tengah. Mudah diperbaiki,

kesalahan penyembuhan jarang, tidak begitu sakit di masa nifas,

dispareuni jarang terjadi, hasil akhir anatomik selalu bagus, hilangnya

darah lebih sedikit, perluasan ke sfingter ani dan kedalam rektum agak

sering.

Page 31: PROPOSAL BAB 1 bU dY

31

b. Episiotomi mediolateral, dikerjakan pada garis tengah yang dekat

muskuls sfingter ani dan diperluas ke sisi. Lebih sulit memperbaikinya,

kesalahan penyembuhan lebih sering, rasa nyeri pada sepertiga kasus

selama beberapa hari, kadangkala diikuti dispareuni, hasil akhir

anatomik sedikit banyak kurang baik pada sekitar 10% kasus

(tergantung pada operator), kehilangan darah lebih banyak, perluasan

ke sfingter jarang.

c. Episiotomi lateral, sayatan ke arah paha. Keuntungannya, risiko untuk

putusnya otot anus menjadi lebih kecil, kelemahannya, tipe lateral bisa

menyebabkan otot di daerah sekitar sayatan menjadi mengerut tidak

beraturan sehingga dapat menyebabkan nyeri saat berhubungan seks

(Indiarti, 2009:150).

c. Psikologis

Kecemasan dan kelelahan mengurus bayi baru lahir sering kali

membuat gairah bercinta pasangan suami istri (pasutri) surut, terutama pada

wanita. Bila trauma dikelola dengan baik, kehidupan seks bisa kembali

berjalan dengan baik seperti semula. Menurunnya gairah seksual disebabkan

oleh trauma psikis maupun fisik. Ditinjau dari segi fisik, wanita mengalami

perubahan sangat drastis di dalam tubuh. Mengandung dan melahirkan normal

maupun caesar dapat menyebabkan trauma pada wanita.

Trauma fisik bisa terjadi saat melahirkan. Rasa sakit akibat

pengguntingan bagian dalam vagina (episiotomi) untuk melancarkan jalan

lahir untuk menghindari terjadinya perobekan yang berat. Tentu saja, tindakan

ini membutuhkan waktu untuk penyembuhan.

Page 32: PROPOSAL BAB 1 bU dY

32

Sedangkan trauma psikis (kejiwaan) terjadi pada wanita usai

melahirkan yang belum siap dan memahami segala urusan mengurus anak.

Dari mulai merawat anak, merawat payudara yang sudah siap mengeluarkan

ASI, cara pemberian ASI yang benar sampai urusan mengganti popok.

Akibatnya, ibu merasa lelah, capek, dan menyebabkan gairah menurun dan

enggan untuk berhubungan seksual.

Kecemasan dapat digolongkan beberapa tingkatan antara lain :

1) Kecemasan ringan berhubungan dengan ketagangan dalam kehidupan

sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada.

2) Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal-

hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang

mengalami gangguan yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang

lebih rendah.

3) Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang

cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan

tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk

mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan

untuk dapat memusatkan pada orang lain.

4) Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terpengaruh, ketakutan

dan terror, karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami

panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan.

Panik melibatkan disorientasi kepribadian. Dengan panik terjadi

peningkatan aktivitas motorik, menurunya kemampuan untuk

berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan

Page 33: PROPOSAL BAB 1 bU dY

33

kehilangan pikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan

dengan kehidupan dan jika berlangsung dalam waktu yang lama dapat

terjadi kelelahan yang sangat bahkan bisa menyebabkan kematian.

Tabel 2.3 Pola Perilaku sesuai tingkat kecemasan.

Tingkat Pola perilaku

Kecemasan Ringan

Kecemasan Sedang

Kecemasan Berat

Panik

Waspada, gerakan mata, ketajaman pendengaran

bertambah, kesadaran meningkat.

Berfokus pada dirinya terhadap lingkungan secara

terperinci.

Perubahan pola pikir, Ketidakseluruhan pikiran,

tindakan dan perasaan.

Persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi,

ketidakmampuan memahami situasi, respon tidak

dapat diolah.

Sumber : Long. Jk (1999)

Tabel 2.4 Respon Fisiologis terhadap kecemasan

Sistem tubuh Respon

Kardiovaskuler

Pernapasan

Neuromuskuler

Gastrointestinal

Palpitasi, jantung berdebar debar, tekanan darah

meningkat, rasa mau pingsan, denyut nadi menurun.

Napas cepat, napas dangkal, tekanan pada dada

Insomnia, tremor, gelisah, wajah tegang.

Kehilangan nafsu makan, menolak makan, mual, rasa

tidak nyaman pada abdomen, diare.

Page 34: PROPOSAL BAB 1 bU dY

34

Traktus Urinari

Kulit

Sering berkemih

Wajah kemerahan, gatal, rasa panas dan dingin pada

kulit, wajah pucat dan berkeringat.

Sumber : stuart and Sudeen, 2000

Tabel 2.5 Respon Perilaku, kognitif dan afektif terhadap kecemasan

Sistem Respon

Perilaku

Kognitif

Afektif

Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat, menarik diri dari

hubungan interpersonal, melarikan diri dari masalah.

Perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah

dalam memberikan penilaian, hambatan berpikir,

kreatifitas menurun, bingung, sangat waspada, takut

kehilangan kontrol, takut cedera atau kematian.

Mudah terganggu, tidak sadar, gelisah, ketakutan.

Sumber : stuart and Sudeen, 2000

d. Kurangnya informasi tentang seks setelah melahirkan

Kurangnya informasi tentang seks setelah melahirkan menjadikan para

ibu post partum enggan melakukan hubungan seksual. Selain itu banyak

pasangan suami istri belum tahu kapan boleh melakukan hubungan seksual

pasca melahirkan, karena melahirkan baginya adalah pengalaman baru,

sehingga banyak pasangan yang ingin tahu kapan mereka boleh kembali

berhubungan seks setelah melahirkan.

e. Adat isitiadat (budaya)

Page 35: PROPOSAL BAB 1 bU dY

35

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh

besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah

mempunyai budaya untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat

mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga

kebersihan lingkungan karena lingkungan sangat berpengaruh dalam

pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang (Nursalam, 2003: 39)

Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan seksual

sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah

persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan

(Saifuddin, 2001).

f. Karena ketidakseimbangan hormon

Ketidakseimbangan hormon juga kerap dituding sebagai penyebab

menurunnya hasrat seksual. Ketidakseimbangan hormon ini dapat

mengakibatkan perubahan emosi yang tidak seimbang pula. Para ibu muda

lebih mudah merasa kesal, malas, ingin marah. Ketidakseimbangan hormonal

hanya mempengaruhi secara tidak langsung. Setelah masa-masa nifas,

hormonal kembali bekerja secara normal.

2.3.5 Bahaya berhubungan seks pasca persalinan

Berhubungan seksual selama masa nifas berbahaya apabila pada saat itu

mulut rahim masih terbuka maka akan beresiko.

Page 36: PROPOSAL BAB 1 bU dY

36

a. Mudah terkena infeksi

Kuman yang hidup diluar akibat hubungan seksual ketika mulut rahim

masih terbuka, bisa tersedot masuk kedalam rongga rahim dan menyebabkan

infeksi.

b. Sudden Death

Mati mendadak setelah berhubungan seksual bisa terjadi karena

pergerakan teknis dalam hubungan seksual di vagina bisa menyebabkan udara

masuk ke dalam rahim karena mulut rahim masih terbuka. Pada masa nifas

banyak pembuluh darah dalam rahim yang masih terbuka dan terluka. Dalam

kondisi ini pembuluh darah bisa menyedot udara yang masuk, dan

membawanya ke jantung. Udara yang masuk ke jantung dapat mengakibatkan

kematian mendadak.

2.3.6 Manfaat Hubungan Seksual Pasca Persalinan

Hubungan seksual dapat membantu rahim berkontraksi dengan kuat

karena oksitosin dilepaskan ketika si ibu mendapat orgasme dan membuat rahim

berkonttraksi (Sylvia, 1998).

2.3.7 Penyebab Apati Seksual pasca Persalinan

a. Stress dan Traumatik understanding-post-partum-depression

Kelahiran bayi bisa menjadi pengalaman yang dapat menimbulkan

traumatik terutama jika ibu belum dipersiapkan secukupnya. Banyak ibu yang

mempunyai pengharapan yang tidak realistik tentang kelahiran.

Misalnya : persalinan berlangsung lama atau persalinan yang memerlukan

tindakan.

Page 37: PROPOSAL BAB 1 bU dY

37

b. Adanya luka episiotomi

Hal ini bila penjahitan luka episiotomi dilakukan dengan tidak benar maka

akan mengakibatkan rasa nyeri dan rasa tidak nyaman di saat ibu berjalan dan

duduk. Hal ini bisa berlangsung berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan

walaupun mungkin sayatan itu sendiri sudah sembuh.

c. Keletihan

Bagi seorang ibu yang baru dan belum berpengalaman selain harus

mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang biasa, ia juga harus menghadapi

bayinya yang tidak mau tidur, sering menangis atau bermasalah dalam menyusu.

Maka ibu tentu menjadi letih dan lemas sehingga gairah seks pun menurun.

d. Depresi

Penyebabnya adalah keadaan tidak bersemangat akibat perasaan cemas

pasca persalinan. Perasaan ini biasanya terjadi dalam beberapa minggu setelah

kelahiran bayi. Hal ini dapat terjadi depresi berat yang berupa : insomnia,

anoreksia (hilangnya nafsu makan), halusinasi (membayangkan yang bukan-

bukan) dan kecenderungan untuk menghilangkan kontak dengan kenyataan.

2.3.8 Tips untuk ibu pasca bersalin

Agar gairah seks segera kembali berkobar setelah masa nifas, berikut ini

hal-hal bermanfaat yang bisa dilakukan.

a. Menjaga agar badan tetap sehat. Ingat badan sehat berarti hubungan seks juga

sehat

b. Makan makanan yang bergizi cukup, cukup berarti tidak berlebihan dan tidak

kurang

c. Cukup istirahat

Page 38: PROPOSAL BAB 1 bU dY

38

d. Olahraga secara teratur

e. Hindari stress

f. Hindari merokok dan mengkonsumsi alkohol

g. Lakukan perawatan diri/ personal hygiene

2.3.9 Keluhan yang timbul saat hubungan seksual pasca bersalin

a. Rasa Nyeri

Hal ini disebabkan fungsi pembasahan vagina yang belum kembali seperti

semula, atau luka yang masih dalam proses penyembuhan.

b. Sensitivitas berkurang

Karena persalinan normal merupakan trauma bagi vagina yaitu melebarnya

otot-otot vagina.

2.3.10 Cara Mengatasi Masalah Yang Timbul Saat Hubungan Seksual

1. Bila saat hubungan terasa sakit jangan takut berterusterang dengan suami

2. Saat berhubungan memakai pelumas / jelly

3. Saat berhubungan suami harus sabar dan hati-hati

4. Melakukan senam nifas atau olahraga ringan

Page 39: PROPOSAL BAB 1 bU dY

39

2.4 Kerangka Konsep

Keterangan:

: Faktor yang diteliti

: Faktor yang tidak diteliti

: Mempengaruhi

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Faktor-faktor yang Mempengaruhi tentang Hubungan Seks Ibu Post Partum di BPS. Ny. Diyah Triwahyuni Desa Bandar Kedungmulyo Kec. Bandar Kedungmulyo Kabupaten Jombang.

Ketakutan ibu

nifas melakukan

hubungan

seksualitas

6. Ketidak seimbangan

hormon

Faktor-faktor yang

mempengaruhi seks ibu nifas :

1. Paritas

2. Adanya perlukaan jalan

lahir

3. Psikologis

4. Pengetahuan

5. Adat istiadat

Pengetahuan ibu nifas

baik

cukup

kurang

Page 40: PROPOSAL BAB 1 bU dY

40

PROPOSAL

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN SEKSUALITAS IBU POST PARTUM DI BPS. NY. DIYAH

TRIWAHYUNI DESA BANDAR KEDUNGMULYO KEC. BANDAR KEDUNGMULYO

KABUPATEN JOMBANG

OLEH :

DIYAH TRIWAHYUNINIM. 0803006

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANGPROGRAM KHUSUS STUDI D-III KEBIDANAN

TAHUN 2011