Top Banner

of 21

Proposal Asli

Jul 20, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Sirsak (Annona Muricata L) merupakan salah satu tanaman buah yang berasal dari Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Buah sirsak rasanya manis agak asam sehingga sering dipakai sebagai bahan jus buah. Daging buahnya kaya akan serat. Setiap 100 g buah yang dapat dimakan mengandung 3.3 g serat sehingga dapat memenuhi 13% kebutuhan serat per hari. Selain itu, daging buahnya mengandung banyak karbohidrat (terutama fruktosa), vitamin C (20 mg/100 g), B1 dan B2. Tanaman ini banyak tumbuh di pekarangan rumah dan di ladang-ladang sampai ketinggian tempat kira-kira 1000 m dari permukaan laut. Sirsak di berbagai daerah Indonesia dikenal sebagai nangka sebrang, nangka landa (Jawa), nangka walanda, sirsak (Sunda), nangka buris (Madura), srikaya jawa (Bali), deureuyan belanda (Aceh), durio ulondro (Nias), durian betawi (Minangkabau), serta jambu landa (di Lampung). Penyebutan "belanda" dan variasinya menunjukkan bahwa sirsak (dari bahasa Belanda: zuurzak, berarti "kantung asam") didatangkan oleh pemerintah kolonial Hindia-Belanda ke Nusantara, yaitu pada abad ke-19, meskipun bukan berasal dari Eropa. Sirsak juga memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan manusia, yaitu sebagai buah yang syarat dengan gizi dan merupakan bahan obat tradisional yang memiliki multi khasiat. Dalam industri makanan, sirsak dapat diolah menjadi selai buah dan sari buah, sirup dan dodol sirsak. Awal tahun 90-an ditemukan semacam jamu herbal dari suku-suku (tribes) di Amazon yang dapat menyembuhkan beberapa penyakit berbahaya termasuk kanker. Setelah diteliti oleh para ahli farmasi dari AS, ternyata ramuan tersebut berasal dari daun pohon Graviola. Daun tersebut mengandung zat anti-kanker yang disebut acetogenins, yang dapat membunuh sel-sel kanker tanpa mengganggu sel-sel sehat dalam tubuh manusia. Acetogenins adalah senyawa polyketides dengan struktur 30 32 rantai karbon tidak bercabang yang terikat pada gugus 5-methyl-2-furanone. Rantai furanone dalam gugus hydrofuranone pada C23 memiliki aktivitas sitotoksik.

Acetogenin bekerja dengan menghambat produksi ATP dengan mengganggu komplek I mitokondria. (Motoyuki,2000; Miyoshi, 1998; Shimada, 1998, Zeng, 1996). Sel kanker membutuhkan banyak energi sehingga membutuhkan banyak ATP. Acetogenins masuk dan menempel di reseptor dinding sel dan merusak ATP di dinding mitokondria. Dampaknya produksi energi di dalam sel kanker pun berhenti dan akhirnya sel kanker mati. Hebatnya, acetogenins sangat selektif, hanya menyerang sel kanker yang memiliki kelebihan ATP. Saat ini, pemanfaatan senyawa acetogenins sebagai obat hanya sebatas dengan meminum rebusan daun sirsak saja, dan saat ini tidak ada acetogenins yang dijual dipasaran. Dilihat dari fungsinya, acetogenins mempunyai peluang ekonomi tinggi untuk diproduksi.

I.2. Perumusan Masalah Sirsak (Annona Muricata L) merupakan salah satu tanaman buah yang sangat berpotensi dari segi ekonomi maupun kesehatan. Dalam segi kesehatan, sirsak mengandung senyawa sitotoksok, yang telah diteliti oleh ahli farmasi dan kedokteran dapat menyembuhkan penyakit kanker. Acetogenins adalah senyawa sitotoksik dimana senyawa ini ialah senyawa polyketides yang berfungsi sebagai anti-kanker dalam pengobatan. Akan tetapi, pemanfaatan acetogenins sebagai obat hanya sebatas dengan meminum rebusan daun sirsak saja. Oleh karena itu, dilakukan ekstraksi acetogenins dari daun sirsak yang masih segar dengan menggunakan pelarut dan mengisolasinya agar mendapatkan senyawa acetogenins dengan kadar yang tinggi. Agar mendapat yield acetogenins yang optimal, perlu dicari rasio perbandingan antara berat daun sirsak dengan volume pelarut.

I.3. Tujuan dan Manfaaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menentukan variabel-variabel yang berpengaruh dalam proses ekstraksi daun sirsak dalam usaha untuk mengambil zat sitotoksik di dalamnya. 2. Mencari kondisi optimum terhadap yield zat sitotoksik dengan ekstraksi dari daun sirsak. 3. Analisa senyawa zat sitotoksik yang didapat secara kuantitatif.

Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah: 1. Menentukan variabel-variabel yang berpengaruh dalam proses ekstraksi daun sirsak dalam usaha untuk mengambil acetogenins di dalamnya. 2. Diperoleh suatu kondisi operasi terbaik dalam isolasi acetogenins.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Sirsak ( Annona Muricata Linn ) 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Kingdom Divisio Sub Divisio Class Ordo Family Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Polycarpiceae : Annonaceae : Annona : Annona Muricata Linn

(Wikipedia, 2011) 2.1.2 Nama Daerah Diberbagai daerah Indonesiadikenal dengan nama nangka sebrang, nangka landa ( Jawa ), nangka walanda, sirsak ( Sunda ), nangka buris ( Madura ), srikaya jawa ( Bali ), deureuyan belanda ( Aceh ), durio ulondro ( Nias ), durian betawj ( Minangkabau ), serta jambu landa ( Lampung ). ( Enik Rahima, 2011 )

2.1.3 Deskripsi Sirsak ( Annona muricata Linn ) adalah tumbuhan yang berasal dari Karibia, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Tumbuhan ini banyak tumbuh di Negara tropis seperti Angola, Brazil, Columbia, Costa Rica, Cuba, Jamaica, India, Mexico, Panama, Peru, Porto Rico, Venezuela, dan Indonesia. Paling baik ditanam didaerah yang cukup berair dan ketinggian di atas 1000 m dari permukaan laut. Kebanyakan masyarakat menanam tanaman ini untuk diambil daging buahnya. Buah sirsak mengandung banyak karbohidrat, terutama fruktosa. Kandungan gizi lainnya adalah vitamin

C, vitamin B1 dan vitamin B2 yang cukup banyak. Bijinya dapat digunakan sebagai insektisida alami.

2.2 Potensi Tanaman Sirsak 2.2.1 Buah Buah sirsak bukan buah sejati, yang ukurannya cukup besar hingga 2030cm dengan berat mencapai 2,5 kg. Yang dinamakan "buah" sebenarnya adalah kumpulan buah-buah (buah agregat) dengan biji tunggal yang saling berhimpitan dan kehilangan batas antar buah. Daging buah sirsak berwarna putih dan memiliki biji berwarna hitam. Buah ini sering digunakan untuk bahan baku jus minuman serta es krim. Buah sirsak mengandung banyak karbohidrat, terutamafruktosa. Kandungan gizi lainnya adalah vitamin C, vitamin

B1 dan vitamin B2 yang cukup banyak. Bijinya beracun, dan dapat digunakan sebagai insektisida alami, sebagaimana biji srikaya.

Gambar 2.1 Buah Sirsak

Tabel 2.1 Kandungan Gizi Buah SirsakNutrient Proimates Water Energy Energy Protein total lipid (fat) Ash Carbohydrate Fiber Sugars Minerals Ca Fe Mg P K Na Zn Cu Se Vitamins Vitamin C, total ascorbic acid Thiamin Riboflavin mg mg 0.07 0.05 mg 20.6 mg mg mg mg mg mg mg mg mg 14 0.6 21 27 278 14 0.1 0.086 0.6 g kcal Kj g g g g g g 81.16 66 276 1 0.3 0.7 16.84 3.3 13.54 Units Value per 100 grams

Niacin Pantothenic acid Vitamin B-6

mg mg mg

0.9 0.253 0.059

( Khaidatul Hasni, 2011 ) Kadar lemak yang sangat rendah membuat sirsak baik untuk kesehatan. Vitamin yang paling dominan di dalam sirsak adalah vitamin C, sekitar 16 mg per 100 gram daging buah. Dimana kebutuhan per orang akan vitamin C sekitar 60 mg, setara dengan mengonsumsi 400 gram daging buah sirsak. Kandungan

vitamin C yang cukup tinggi merupakan antioksidan yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh. 2.2.2 Batang dan Akar

Gambar 2.2 Anatomi Akar Sirsak Kulit batang sirsak mengandung senyawa tannin, fitosterol, caoksalat, murisine, dan alkaloid. Di Haiti, konsumsi rebusan kulit batang sirsak diyakini bias memperbaiki nkerja jantung. Di Jamaika digunakan untuk memgobati asma dan hipertensi. Sedangkan di Peru digunakan sebagai obat kencing manis. Ekstrak akar juga bermanfaat penting. Di Brasil dipakai sebagai obat anti nyamuk sedangkan di Peru dipakai sebagai obat penenang. 2.2.3 Daun Sirsak tidak hanya enak tetapi juga menyehatkan, di dalam dunia kesehatan sirsak biasa digunakan sebagai pembunuh sel kanker. Didalam pohon sirsak terdapat senyawa acetogenin yang terbukti memiliki kemampuan ribuan kali lipat dari kemoterapi dalam penyembuhan kanker. Acetogenin hanya melumpuhkan sel-sel kanker dan tidak menyerang sel- yang sehat. Senyawa acetogenin tersebar diseluruh bagian pohon sirsak. Yang paling sering dimanfaatkan adalah daun dan buahnya.

Gambar 2.3 Daun Sirsak

2.3 Manfaat Sirsak Hampir seluruh bagian sirsak bisa dimanfaatkan, berikut adalah sedikit manfaat sirsak yang disajikan dalam bentuk table. Tabel 2.2 Manfaat Sirsak

Part used / where Leaf Barbados Leaf Borneo Leaf Brazil Used as a sedative

Documented Use

Used for the spleen and for fever Used for liver problems Used externally for neuralgia, rheumatism and arthritis pain. Used as an anthelmitic and antirheumatic. Used for dysentry, intestinal colic, cough, and bronchitis. Used for abscesses, edema, rheumatism. Used for spasm, diarrhea, cough, and chest problems.

Leaf Cook Island

Used to treat skin rashes, skin diseases, and skin infections. Used to treat indigestion.

Leaf Curacao

Decoction drunk for gallbladder trouble. Used for nervousness.

Leaf Dominica Leaf Guatemala Leaf Guam

Tea is drunk by women in labor ( Parturition ). Used for ringworm Tea used by asthma sufferers.

Fruit Haiti Fruit Jamaica Fruit West indies Rootbark Brazil Root Peru

Used for fevers, parasites, diarrhea and as a lactogogue. Used for fevers, parasites, diarrhea and as a lactogogue. Used for fevers, parasites, diarrhea and as a lactogogue. Considered calmative, antipasmodic, and antidiabetic. Used to treat diabetes, used as a sedative and antipasmodic.

(Leslie Taylor, 2002 ) 2.3 Acetogenin Acetogenins adalah senyawa sitotoksik dimana senyawa ini ialah senyawa polyketides dengan struktur 30 32 rantai karbon tidak bercabang yang terikat pada gugus 5-methyl-2-furanone. Rantai furanone dalam gugus hydrofuranone pada C23 memiliki aktivitas sitotoksik. Acetogenin merupakan kumpulan senyawa aktif yang berada hamper pada setiap bagian tanaman sirsak. Dari penelitian acetogenin yang terkandung didalam sirsak bisa digunakan untuk menghantam kanker usus, pankreas, ovarium, usus besar, payudara, liver, dan serviks. Annonaceous acetogenin bekerja dengan menghambat produksi ATP dengan mengganggu komplek I mitokondria. (Motoyuki,2000; Miyoshi, 1998; Shimada, 1998, Zeng, 1996). Sel kanker membutuhkan banyak energi sehingga membutuhkan banyak ATP. Acetogenins masuk dan menempel di reseptor dinding sel dan merusak ATP di dinding mitokondria. Dampaknya produksi energi di dalam sel kanker pun berhenti dan akhirnya sel kanker mati. Hebatnya, acetogenins sangat selektif, hanya menyerang sel kanker yang memiliki kelebihan ATP.

Gambar 2.4 Annonaceous Acetogenin

Gambar 2.5 Annonacin

Tabel 2.3 Senyawa Dalam Sirsak Didalam sirsak baik buah, daun, maupun batangnya terdapat berbagai macam senyawa yang mempunyai banyak manfaat. Setiap negara asal mempunyai karakter yang berbeda beda. Berikut adalah senyawa senyawa yang terkandung di dalam sirsak.

Compound

Chemical Type

Plant Part

Plant Origin

Quantity

Annocatalin Annohexocin Annomonicin Annomontacin Annomontacin, cis Annomuricatin B Annomuricin A

Misc Lactone Misc Lactone Misc Lactone Misc Lactone Misc Lactone Misc Lactone Misc Lactone

Leaf Leaf Seed Seed Seed Seed Leaf Pericarp

Taiwan Not Stated Guyana Guyana Taiwan China Indonesia Colombia Indonesia

Not Stated Not Stated 00.00566 % 00.00603 % Not Stated 00.00906 % 00.0004 % 00.0021 % 00.00035 %

Annomuricin B

Misc Lactone

Leaf

(Leslie Taylor, 2002 )

2.4 Metode Pengambilan Zat Sitotoksik Pada umumnya acetogenin dapat didapatkan dengan cara ekstraksi. Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnyabahan alami)tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya saja,karena komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas,beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah. Dalam hal semacam. itu, seringkali ekstraksi adalah satu-satunya proses yang dapat digunakan atau yang mungkin paling ekonomis. 2.4.1 Ekstraksi dan Isolasi Secara umum ekstraksi senyawa metabolit sekunder dari seluruh bagian tumbuhan seperti bunga, buah, daun, kulit batang dan akar menggunakan sistem maserasi menggunakan pelarut organik polar seperti metanol. Secara garis besar, proses pemisahan secara ekstraksi terdiri dari tiga langkah dasar : 1. Langkah pencampuran, dengan menambahkan sejumlah massa solven sebagai tenaga pemisah (MSA). 2. Langkah pembentukan fasa kedua atau fasa ekstrak yang diikuti dengan pembentukan keseimbangan. 3. Langkah pemisahan kedua fasa seimbang.

INSOLUBLE LIQUID

+BB+C

B+C A+CA+C A+C B+A+C

B+A+C A+B+CA+B+CSOLUBLE LIQUID

( Herry Santosa, 2004 ) Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi antara lain sebagai berikut: 1. Pelarut Polar Pelarut yang larut dalam air. Untuk melarutkan garamnya alkaloid,glikosida,dan bahan penyamak.

Tabel pelarut PolarMassa Pelarut Rumus Kimia Titik Didih (oC) Konstanta Dielektrik Jenis ( g/ml ) 1.033 0.886 1.326 0.786 0.786 0.944 1.092 1.049 0.810 0.785 0.803 0.789

1,4-Dioksana Tetrahidrofuran (THF) Diklorometana (DCM) Asetona Asetonitril (MeCN) Dimetilformamida (DMF) Dimetil sulfoksida (DMSO) Asam asetat n-Butanol Isopropanol (IPA) n-Propanol Etanol

-CH2-CH2-O-CH2-CH2-O-CH2-CH2-O-CH2-CH2CH2Cl2 CH3-C(=O)-CH3 CH3-CN H-C(=O)N(CH3)2 CH3-S(=O)-CH3 CH3-C(=O)OH CH3-CH2-CH2-CH2-OH CH3-CH(-OH)-CH3 CH3-CH2-CH2-OH CH3-CH2-OH

101 66 40 56 82 153 189 118 118 82 97 79

2.3 7.5 9.1 21 37 38 47 6.2 18 18 20 30

Metanol Asam format Air

CH3-OH H-C(=O)OH H-O-H

65 100 100 C

33 58 80

0.791 1.21 1.000

2. Pelarut non Polar Pelarut yang tidak larut dalam air. Untuk melarutkan minyak atsiriMassa Pelarut Rumus Kimia Titik Didih ( C) 69 80 111 35 61 77o

Konstanta Dielektrik 2.0 2.3 2.4 4.3 4.8 6.0

Jenis ( g/ml ) 0.655 0.879 0.867 0.713 1.498 0.894

Heksana Benzena Toluena Dietil eter Kloroform Etil asetat

CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH3 C6H6 C6H5-CH3 CH3CH2-O-CH2-CH3 CHCl3 CH3-C(=O)-O-CH2-CH3

Beberapa metode ekstraksi senyawa organik bahan alam yang umum digunakan antara lain: 1. Maserasi Maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut organik yang digunakan pada temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara didalam dan diluar sel sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempuma karena dapat diatur lama perendaman yang dilakukan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan memberikan efektifitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan

senyawa bahan alam alam pelarut tersebut. Secara umum pelarut metanol merupakan pelarut yang paling banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa

organik bahan alum, karena dapat melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder.

2. Perkolasi Merupakan proses melewatkan pelarut organik pada sampel sehingga pelarut akan membawa senyawa organik bersama-sama pelarut. Tetapi efektifitas dari proses ini hanya akan lebih besar untuk senyawa organik yang sangat mudah larut dalam pelarut yang digunakan.

3. Sokletasi Menggunakan soklet dengan pemanasan dan pelarut akan dapat dihemat karena terjadinya sirkulasi pelarut yang selalu membasahi sampel. Proses ini sangat baik untuk senyawa yang tidak terpengaruh oleh panas.

4. Destilasi Uap Proses destilasi lebih banyak digunakan untuk senyawa organik yang tahan pada suhu yang cukup tinggi, yang lebih tinggi dari titik didih pelarut yang digunakan. Pada umumnya lebih banyak digunakan untuk minyak atsiri.

5. Pengempaan Metode ini lebih banyak digunakan dalam proses industri seperti pada isolasi CPO dari buah kelapa sawit dan isolasi katecin dari daun gambir. Dimana pada proses ini tidak menggunakan pelarut. (Darwis. D,2000) Hasil yang diperoleh berupa ekstrak yang mana seluruh senyawa bahan alam yang terlarut dalam pelarut yang digunakan akan berada pada ekstrak ini Penentuan jumlah komponen senyawa dapat dideteksi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dengan menggunakan plat KLT yang sudah siap pakai. Terjadinya pemisahan komponen-komponen pada KLT dengan Rf tertentu dapat dijadikan sebagai panduan untuk memisahkan komponen kimia tersebut dengan

menggunakan kolom kromatografi dan sebagai fasa diam dapat digunakan silika gel dan eluen yang digunakan berdasarkan basil yang diperoleh dari KLT dan akan lebih baik kalau kepolaraan eluen pada kolom kromatografi sedikit dibawah kepolaran eluen pada KLT.

Pemilihan eluen sebaiknya dimulai dari pelarut organik yang tidak polar seperti heksana dan peningkatan kepolaran dengan etil asetat atau pelarut yang lebih polar lainnya masing-masing pelarut (Harbone, 1987).

2.5 Identifikasi Senyawa dan Penentuan Struktur Suatu senyawa bahan alam hasil isolasi akan diidentifikasi berdasarkan kimia, fisika dan identifikasi dengan spektroskopi. Dari isolasi yang dengan menggunakan metoda standar tidak semua senyawa akan secara utuh seperti yang terdapat dalam tumbuhan tersebut, karena sebagian senyawa ada yang terlarut dan terpecah selama proses isolasi dan hasil terjadi seperti putusnya ikatan glikosida membentuk aglikon dan gula dengan adanya air. Identifikasi senyawa metabolit sekunder dan elusidasi struktur senyawa ditemukan merupakan pekerjaan yang sangat menentukan dalam proses mengenal, mengetahui dan pada akhirnya menetapkan rumus molekul yang aebenarnya dari senyawa tersebut. Diantara metode identifikasi dan elusidasi struktur yang diperoleh dapat dilakukan dengan metoda standar yang sudah dikenal untuk menentukan senyawa kimia dan termasuk derivat-derivatnya antara lain : (Silverstein, 1991)

1. Metoda Spektroskopi Metoda spektroskopi saat ini sudah merupakan metoda standar dalam penentuan struktur senyawa organik pada umumnya dan senyawa metabolit sekunder pada khususnya. Metoda tersebut terdiri dari beberapa peralatan dan mempunyai hasil pengamatan yang berbeda, yaitu a. Spektroskopi UV Merupakan metoda yang akan memberikan informasi adanya kromofor dari senyawa organik dan membedakan senyawa aromatik atau senyawa ikatan rangkap yang berkonjugasi dengan senyawa alifatik rantai jenuh. b. Spektroskopi IR Metoda yang dapat menentukan serta mengidentifikasi gugus fungsi yang terdapat dalam senyawa organik, yang mana gugus fungsi dari senyawa organik akan dapat ditentukan berdasarkan ikatan dari tiap atom dan merupakan bilangan frekuensi yang spesifik. c. Nuklir Magnetik Resunansi Proton

Metoda ini akau mengetahui posisi atom-atom karbon yang mempunyai proton atau tanpa proton. Disamping itu akan dikenal atom-atom lainnya yang berkaitan dengan proton d. Nuklir Magnetik Kesonansi Isotop Karbon 13 Digunakan untuk mengetahui jumlah atom karbon dan menentukan jenis atom karbon pada senyawa tersebut e. Spektroskopi massa mengetahui berat molekul senyawa dan ditunjang dengan adanya fragmentasi ion molekul yang menghasilkan pecahan-pecahan spesifik untuk suatu senyawa berdasarkan m/z dari masing-masing fr agmen yang terbentuk. Terbentuknya fragmenframen dengan terjadinya pemutusan ikatan apabila disusun kembali akan dapat menentukan kerangka struktur senyawa yang diperiksa.

2. Kromatografi Penggunaan kromatografi sangat membantu dalam pendeteksian senyawa metabolit sekunder dan dapat dijadikan sebagai patokan untuk proses pengerjaan berikutnya dalam menentukan struktur senyawa. Berbagai jenis kromatografi yang umum digunakan antara lain (Darwis.D,2000) a. Kromatografi Lapisan Tipis (KLT) Merupakan salah satu metoda identifikasi awal untuk menentukan kemurnian senyawa yang ditemukan atau dapat menentukaan jumlah senyawa dari ekstrak kasar metabolit sekunder. Cara ini sangat sederhana dan merupakan suatu pendeteksian awal dari basil isolasi. b. Kromatografi Kolom Digunakan untuk pemisahan campuran beberapa senyawa yang diperoleh dari isolasi tumbuhan. Dengan menggunakan fasa padat dan fasa cair maka fraksi-fraksi senyawa akan menghasilkan kemurnian yang cukup tinggi. c. Kromatografi Gas Pemisahan campuran senyawa yang cukup stabil pada pemanasan, karena sampelyangdigunakan akan dirobah menjadi fasa gas dan dengan adanya perbedaan keterikatan senyawa pada fasa padat yang digunakan terhadap senyawa organik sehingga terjadi pemisahan musing-musing senyawa dari campurannya. d. Kromatografi Cair Lebih dikenal dengan HPLC (High Pressure Liquid Chromatography) dan lebih

dari 75% dari pemakaiaan HPLC menggunakan fasa padat ODS (Oktadesil Sifane) atau C-18 sedangkan fasa cair sebagai pefarut pembawa senyawa dapat diganti kepolarannya pada saat digunakan dan kondisi seperti itu dikenal sebagai fasa gradien. Pada kondisi gradien, senyawa non polar akan diadsorpsi lebih lemah oleh fasa padat dan akan dielusi dengan pelarut non polar dan sebaliknya senyawa polar akan diadsorpsi lebih kuat dan membutuhkan pelarut polar. Jika sampel mempunyai polaritas yang luas, pemisahan harus dilakukan dengan merubah kepolaran pelarut yang digunakan. efisiensi penggunaan HPLC ditentukan dengan pengaturan dan penggunaan peralatan sebagai pembantu dalam pemakaian HPLC.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Alat dan Bahan A. Alat yang digunakan Bejana maserasi Oven 1 set peralatan destilasi B. Bahan yang digunakan Daun sirsak Pelarut : etanol, n-heksan, dan kloroform Aquadest

III.2. Variabel Percobaan A. Variabel tetap: Temperatur ekstraksi Jenis pelarut B. Variabel berubah: Pengeringan bahan Waktu maserasi : level bawah (-) : level atas (+) : level bawah (-) : level atas (+) Berat sampel : tanpa pengeringan : dengan pengeringan : 1 hari : 2 hari : 28oC (suhu kamar) : Etanol

: level bawah (-) : level atas (+)

: 5 gram : 10 gram

Run Percobaan Run 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Pengeringan + + + + _ _ _ _ Waktu Maserasi + + _ _ + + _ _ Berat Sampel + _ + _ + _ + _

III.3. Prosedur Kerja Preparasi sampel daun sirsak Sampel daun sirsak sebanyak 1000 gr dicuci untuk menghilangkan pengotornya. Daunnya yang sudah bersih dihaluskan kemudian dikeringkan. Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air daun sirsak sehingga diharapkan proses ekstraksi berlangsung lebih cepat. Proses pengeringan agar biji lebih awet atau tahan lama terhadap mikroba. Pengeringan daun menggunakan oven pada suhu 40C selama 1 jam untuk menghilangkan sedikit air yang terkandung dalam sampel. Sampel yang diperoleh adalah serbuk yang berwarna coklat. Ekstraksi daun sirsak Sampel yang telah berbentuk serbuk tersebut dimaserasi di dua bejana maserasi dengan masing-masing menggunakan pelarut etanol dan metanol selama dua hari sambil sekali-kali dikocok. Selanjutnya ekstrak dipisahkan dengan cara penyaringan. Ekstrak dipekatkan dengan destilasi. Kemudian ekstrak di encerkan dengan 100ml aquadest hangat. Setelah itu di fraksinasi berturut-turut dengan n-heksan dan kloroform sebanyak 150ml. Sampel dipisahkan dari pelarut menggunakan corong pemisah.

Analisa dengan Spektrofotometri FTIR Ananlisa ini ialah untuk menentukan senyawa yang ada di dalam ekstrak sampel,

dimana akan terlihat spektral yang dapat dibaca. Analisa dengan BSLT Uji BSLT ialah uji lab dimana uji ini dapat menentukan keefektifak suatu senyawa sitotoksik dengan menggunakan larva udang.