Top Banner

of 21

Prop Tesis (Bbws)

Jun 02, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/10/2019 Prop Tesis (Bbws)

    1/21

    ANALISIS POLA CURAH TERHADAP ELEVASI MUKA AIR

    PADA BENDUNG KATULAMPA

    Oleh

    Sri Ayu Pajarwati

    PROGRAM PASCA SARJANA

    UNIVERSITAS GUNADARMA

    JAKARTA

    2014

  • 8/10/2019 Prop Tesis (Bbws)

    2/21

    ANALISIS POLA CURAH HUJAN TERHADAP ELEVASI

    MUKA AIR PADA PINTU AIR KATULAMPA

    Oleh

    Sri Ayu Pajarwati

    19310915

    PROPOSAL TESIS

    Untuk memenuhi salah satu syarat guna

    Memperoleh gelar Magister Teknik (S2)

    Program Pasca Sarjana

    Universitas Gunadarma

    PROGRAM PASCA SARJANA

    UNIVERSITAS GUNADARMA

    JAKARTA

    2014

  • 8/10/2019 Prop Tesis (Bbws)

    3/21

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Curah hujan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besaran debit

    aliran suatu sungai pada suatu daerah. Karakteristik hujan meliputi frekuensi dan

    intensitas hujan adalah karakteristik penting yang perlu dipahami dan diprediksi

    responnya terhadap keseluruhan perubahan iklim (Brown, 2010).

    Intensitas dan frekuensi hujan adalah salah satu unsur iklim yang memiliki

    keragaman dan fluktuasi terbesar. Berdasarkan data dari BPS, jumlah curah hujan

    dalam milimeter pada rentan tahun 2000-2011 di Indonesia menunjukan

    keberagaman dengan curah hujan tertinggi sebesar 5652 mm yang dapat

    dikategorikan curah hujan tinggi karena berada di atas 500 mm dan terendah 1,5

    mm yang dapat dikategorikan rendah.

    Kota bogor sebagai daerah hulu dari DAS Ciliwung memiliki andil dalam

    besaran debit air yang ada. Salah satu pintu yang menjadi pengamatan terhadap

    besaran debit yang melintas adalah Bendung Katulampa. Elevasi pada bendung

    ini menjadi acuan pada besaran air yang dialirkan dari hulu ke hilir.

    Bendung katulampa merupakan sebuah sistem informasi dini terhadap

    bahaya banjir sungai ciliwung yang akan memasuki jakarta. Pada musim hujan,

    bendung dapat dilewati air hingga debit 630 ribu liter per detik atau ketinggian

    250 meter yang pernah terjadi pada tahun 1996, 2002, 2007 dan 2010, hingga

    tahun 2012 dan 2013 (Merdeka, 2014).

  • 8/10/2019 Prop Tesis (Bbws)

    4/21

    1.2 BATASAN MASALAH

    Batasan-batasan masalah dalam penulisan adalah sebagai berikut:

    1. Pengamatan muka air hanya di lakukan pada Bendung Katulampa.

    2. Data curah hujan yang digunakan hanya berasal dari stasiun hujan

    DAS Ciliwung Hulu, Kabupaten Bogor.

    1.3 TUJUAN PENULISAN

    Penulisan ini bertujuan untuk:

    1.

    Menganalisis karakteristik pola curah hujan wilayah Kabupaten

    Bogor.

    2. Menganalisis hubungan curah hujan dengan elevasi muka air pada

    Bendung Katulampa

  • 8/10/2019 Prop Tesis (Bbws)

    5/21

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Air

    Air merupakan salah satu elemen penting penunjang kehidupan manusia.

    Hampir 70% permukaan bumi tertutupi oleh air. Berdasarkan data dari United

    Nations Environment Programme (UNEP)[51]

    tahun 2002 menyebutkan volume

    air di bumi sebesar 1,4 triliun km3 dengan perbandingan 97,5% air asin dan

    sisanya 2,5% terdistribusi sebagai air sungai, air tanah, rawa, danau, gletser dan

    juga salju abadi.

    Gambar 2.1 Estimasi Total Air Asin dan Air Segar Global

    (Sumber: Igor A. Shiklomanov, State Hydrological Institute (SHI, St. Petersburg) and United

    Nations Educational Scientific and Cultural Organitation (UNESCO, Paris). 1999)

  • 8/10/2019 Prop Tesis (Bbws)

    6/21

    Gambar 2.2 Komposisi Ketersedian Air di Bumi

    (Sumber: Shiklomanov, 1993)[51]

    Menururt Gleick[51] (1999), ketersediaan air segar atau air yang dapat di

    konsumsi tergantung pada proses evaporasi dari permukaan laut. Sekitar 505.000

    km3air berevaporasi dari laut dan sekitar 72.000 km3berevaporasi dari daratan.

    Sekitar 80% dari keseluruhan presipitasi atau sekitar 458 km3/tahun jatuh ke laut

    dan sisanya 119.000 km3/tahun pada daratan.

    Ilmu yang mempelajari mengenai air disebut Hidrologi. Hidrologi dapat

    didefinisikan sebagai ilmu yang berkaitan dengan air bumi, terjadinya peredaaran,

  • 8/10/2019 Prop Tesis (Bbws)

    7/21

    sifat-sifat kimia dan fisiknya dan reaksi dengan lingkungan termasuk hubungan

    dengan makhluk-makhluk hidup (International Glossary of Hydrology, 1974)[52]

    .

    Karena perkembangan yang ada maka saat ini ilmu hidrologi telah mengalami

    perkembangan menjadi ilmu yang mempelajari siklus air[52].

    2.2 Siklus Hidrologi

    Siklus hidrologi adalah suatu proses yang berulang transformasi air antara

    keadaan cair, padat dan gas di dalam atmosfer, di atas maupun dibawah

    permukaan tanah termasuk pula air laut. Secara singkat siklus hidrologi dapat di

    gambarkan sebagai perjalanan air dari bumi mengalir ke laut lalu menguap ke

    udara dan kemudian jatuh kembali ke bumi.

    Gambar 2.3 Siklus Hidrologi

    (Sumber: Max Planc Institute for Meteorology[52]

    )

  • 8/10/2019 Prop Tesis (Bbws)

    8/21

    Penjelasan mengenai siklus hidrologi menurut Sosrodarsono (2003)[50], air

    menguap dari permukaan tanah dan laut, berubah menjadi awan sesudah melalui

    beberapa proses dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke permukaan bumi

    sebagian langsung menguap ke udara dan sebagian tiba di permukaan bumi. Tidak

    semua bagian hujan yang jatuh ke permukaan bumi mencapai permukaan tanah.

    Sebagian akan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan dimana sebagian akan menguap

    da sebagian lagi akan jatuh atau mengalir melalui dahan-dahan ke permukaan

    tanah.

    Suklus hidrologi terus bergerak secara berkelanjutan dalam 3 cara berbeda

    sebagai berikut (Chow dkk. 1988) :

    1. Evaporasi/ transpirasi

    Penyinaran matahari merubah air pada permukaan bumi menjadi gas/uap

    akibat panas yang diberikan matahari. Uap ini bergerak di atmosfer (udara)

    lalu karena beda temperatur di atmosfer dari panas menjadi dingin maka air

    akan terbentuk akibat kondensasi dari uap menjadi cairan lalu menjadi

    kristal es saat temperatur di bawah titik beku.

    2.

    Infiltrasi/Perkolasi

    Air bergerak ke dalam tanah melalui celah dan pori-pori tanah dan batuan

    menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat

    bergerak secara vertikal/horizontal di bawah permukaan tanah hingga air

    tersebut memasuki kembali sistem permukaan.

  • 8/10/2019 Prop Tesis (Bbws)

    9/21

    3.

    Presipitasi

    Tetesan air kecil terjadi karena kondensasi dan berbenturan dengan tetesan

    air lainnya dan terbawa gerakan udara turbulen sampai kondisi cukup besar

    menjadi butir-butir air. Jika jumlah butir air sudah cukup banyak dan akibat

    gravitasi, butir-butir ini turun ke bumi. proses turunnya butiran ini biasa

    disebut sebagai hujan atau presipitasi.

    2.2.1Hujan

    Hujan adalah bentuk presipitasi uap air yang berasal dari awan yang

    terdapat di atmosfer. Hujan antara suatu daerah dengan daerah lainnya tidak sama.

    masing-masing daerah memiliki curah hujannya masing-masing yang dinyatakan

    dengan tingginya air dalam suatu tabung dalam satuan mm [52]. Curah hujan 1 mm

    memiliki pengertian dalam luasan 1 m2pada tempat yang datar tertampung air

    setinggi 1 mm atau tertampung air sebanyak 1 liter[53].

    Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan per jangka waktu tertentu.

    Jika intensitas hujan diklasifikasikan besar berarti hujan yang terjadi adalah hujan

    lebat dimana berpotensi menimbulkan banjir, longsor dan efek negatif terhadap

    tanaman (Subagyo, S. 1990)

    [53]

    .

  • 8/10/2019 Prop Tesis (Bbws)

    10/21

    Tabel 2.1 Keadaan Curah Hujan dan Intensitas Curah Hujan

    (Sosrodarsono, 2003)

    No Keadaan Curah Hujan

    Intensitas Curah

    Hujan 1 jam (mm)

    Intesitas curah hujan

    24 jam (mm)

    1 Hujan sangat ringan < 1 20 >100

    Tabel 2.2 ukuran, massa dan kecepatan jatuh butir hujan (sosrodarsono, 2003)

    No Jenis Diameter Bola Massa (mg)

    Kecepatan

    jatuh (m/s)

    1 Hujan Gerimi 0,15 0,0024 0,5

    2 Hujan Halus 0,5 0,065 2,1

    3 Hujan normal lemah 1 0,52 4,0

    4 Hujan normal deras 2 4,2 6,5

    5 Hujan sangat deras 3 14 8,1

  • 8/10/2019 Prop Tesis (Bbws)

    11/21

    A. Tipe Hujan

    Berdasarkan faktor penyebab terjadinya, hujan dibedakan menjadi empat

    tipe, yaitu:

    1. Hujan orografi

    Hujan ini terjadi karena adanya penghalang topografi, udara dipaksa naik

    kemudian mengembang dan mendingin terus mengembun dan selanjutnya

    dapat jatuh sebagai hujan. Bagian lereng yang menghadap angin hujannya

    akan lebih lebat dari pada bagianlereng yang ada dibelakangnya. Curah

    hujannya berbeda menurut ketinggian, biasanya curah hujan makin besar

    pada tempat-tempat yang lebih tinggi sampai suatu ketinggian tertentu.

    2. Hujan konvektif

    Hujan ini merupakan hujan yang paling umumterjadi di daerah tropis. Panas

    yang menyebabkan udara naik keatas kemudian mengembang dan secara

    dinamika menjadi dingin dan berkondensasi dan akan jatuh sebagai hujan.

    Proses ini khas buat terjadinya badai guntur yang terjadi di siang hari yang

    menghasilkan hujan lebat pada daerah yang sempit. Badai guntur lebih

    sering terjadi di lautan dari pada di daratan.

    3. Hujan frontal

    Hujan ini terjadi karena ada front panas, awan yang terbentuk biasanya tipe

    stratus dan biasanya terjadi hujan rintik-rintik dengan intensitas kecil.

    Sedangkan pada front dingin awan yang terjadi adalah biasanya tipe

  • 8/10/2019 Prop Tesis (Bbws)

    12/21

    cumulus dan cumulunimbus dimana hujannya lebat dan cuaca yang timbul

    sangat buruk. Hujan front ini tidak terjadi diIndonesia karena di Indonesia

    tidak terjadi front.

    4. Hujan siklon tropis

    Siklon tropis hanya dapat timbul didaerahtropis antara lintang 0-10 lintang

    utara dan selatan dan tidak terkaitan denga front, karena siklon ini berkaitan

    dengan sistem tekanan rendah. Siklon tropis dapat timbuldilautan yang

    panas, karena energi utamanya diambil dari panas laten yang terkandung

    dari uap air. Siklon tropis akan mengakibatkan cuaca yang buruk dan hujan

    yang lebat pada daerah yang dilaluinya.

    B.

    Distribusi Hujan

    Berikut ini tipe-tipe distribusi hujan:

    1. Equatorial

    Tipe ini terjadi pada daerah sekitar ekuator. Tipe ini memiliki dua

    puncak maksimum dan minimum. Hujan maksimum terjadi pada bulan

    bulan dimana matahari berada diatas daerah tersebut. Hujan minimum

    terjadi pada waktu matahari berada paling jauh dari tempat tersebut.

    2. Tropik

    Tipe ini terjadi pada daerah tropis pada lintang 0o-3,5oLU dan LS. Tipe

    ini memiliki satu puncak maksimum yaitu pada bulan dimana matahari

    berada pada daerah tersebut.

  • 8/10/2019 Prop Tesis (Bbws)

    13/21

    3.

    Monsun

    Tipe ini terjadi di daerah-daerah yang dilalui angin muson. Hujam

    maksimum pada musim barat bersamaan dengan musim hujan dan

    minimum pada waktu musim timuran bersamaan dengan musim

    kemarau.

    4. Continent/lokal

    Hujan terjadi pada musim panas dan hujan jarang terjadi pada musim

    dingin. Pada musim panas, suhu tinggi daratan membuat tekanan udara

    rendah sehingga angin yang bertekanan lebih tinggi akan bertiup ke

    daerah lebih rendah tersebut yang selanjutnya membentuk konveksi dan

    terjadi hujan.

    5. Maritim

    Hujan terjadi merata sepanjang tahun. Tipe ini biasanya terjadi pada

    pulau-pulau yang terletak di tengah samudra.

    6. Subtropik

    Terjadi pada daerah sub tropik. Tipe ini memiliki satu curah hujan

    minimum yang terjadi pada pertengahan tahun

    C. Pengukuran Curah Hujan Daerah

    Curah hujan daerah adalah nilai curah hujan rata-rata dari beberapa alat

    penakar atau alat pencatat curah hujan. Ada tiga cara menentukan tinggi curah

    hujan rata-rata di suatu derah tertentu dari angka-angka curah hujan di berbagai

    titik pos pencatatan[52], yaitu:

  • 8/10/2019 Prop Tesis (Bbws)

    14/21

    1.

    Cara tinggi rata-rata (arithmatic mean)

    Cara ini biasanya digunakan pada daerah yang datar dan banyak stasiun

    curah hujannya, dengan anggapan bahwa di daerah tersebut sifat hujannjua

    adalah sama rata.

    Gambar 2.4 Perhitungan Curah Hujan Daerah dengan Arithmatic mean

    2. Cara Poligon Thiessen

    Pada cara poligon thiessen, proses yang dilakukan adalah dengan membuat

    poligon yang memotong tegak lurus pada tengah-tengah garis penghubung 2

    stasiun hujan. Curah hujan rata-rata diperoleh dengan cara menjumlahkan

    pada masing-masing penakar yang mempunyai daerah pengaruh yang

    dibentuk dengan menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap

    garis penghubung antara dua pos penakar.

  • 8/10/2019 Prop Tesis (Bbws)

    15/21

    Gambar 2.6 DAS dengan perhitungan curah hujan poligon thiessen

    3. Cara Isohyet

    Pada cara isohyet, terlebih dahulu menggambarkan kontur dengan tinggi

    curah hujan yang sama. lalu, luas bagian diantara isohyet-isohyet yang

    berdekatan diukur dan harga rata-ratanya dihitung sebagai harga rata-rata

    dari nilai kontur.

    Gambar 2.7 DAS dengan perhitungan curah hujan isohyet

  • 8/10/2019 Prop Tesis (Bbws)

    16/21

    2.3 DAS

    Daerah Aliran Sungai atau DAS adalah unit hidrologi dasar, yaitu suatu

    kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah, dimana semua air hujan

    yang jatuh ke daerah ini akan mengalir melalui sungai dan anak sungai yang

    bersangkutan. Defenisi lain yaitu suatu daerah tertentu yang bentuk dan sifat

    alamnya sedemikian rupa, sehingga merupakan satu kesatuan dengan sungai dan

    anak-anak sungainya yang melalui daerah tersebut dalam fungsinya untuk

    menampung air yang berasal dari air hujan dan sumber-sumber air lainnya yang

    penyimpanannya dan pengalirannya dihimpun dan ditata berdasarkan hukum-

    hukum alam sekelilingnya demi keseimbangan daerah tersebut; daerah sekitar

    sungai meliputi punggung bukit atau gunung merupakan tempat sumber air dan

    semua curahan air hujan yang mengalir ke sungai, sampai daerah dataran dan

    muara sungai (Kamus Istilah Penataan Ruang dan Pengembangan Wilayah Ditjen

    Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah, 2002)[Kodotie,R.Sjarief].

    Berdasarkan UU Sumber Daya Air, DAS di definisikan sebagai suatu

    wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak

    sungainya yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang

    berasal dari curah hujan ke darat atau ke laut secara alami, dengan batas darat

    merupakan pemisah topografis da batas di laut sampai dengan daerah perairan

    yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

  • 8/10/2019 Prop Tesis (Bbws)

    17/21

    Gambar 2.8 Ilustrasi Batas Daerah Aliran Sungai dan

    Batas Administrasi Kabupaten/ Kota

    Corak atau pola DAS dipengaruhi oleh faktor geomorfologi, tofografi dan

    bentuk wilayah DAS. Menururt Sosrodarsono dan Takeda (1977) bentuk DAS

    diklarifikasikan sebagai berikut:

    1. Paralel/ melebar

    2. Radial/ memanjang

    Gambar 2.9 bentuk DAS

  • 8/10/2019 Prop Tesis (Bbws)

    18/21

    BAB 3

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Lokasi Penelitian

    Lokasi yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah DAS Ciliwung

    bagian hulu dengan luasan kurang lebih 14.876,37 Ha dan juga Bendung

    Katulampa. Daerah DAS ini merupakan daerah pegunungan dengan elevasi antara

    300-3000 m dpl. Bagian hulu ini memiliki variasi kemiringan lereng yang tinggi,

    dengan kemiringan lereng 2-15% (70,5 km2), 15-45% (52,9 km2) dan sisanya

    lebih dari 45%.

    3.2 Data Penelitian

    Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    1. Data curah hujan harian tahun 2003-2012 dari stasiun pengamatan hujan

    Katulampa, Gunung Mas, Citeko, Pos Panjang Tugu Selatan dan Pasir

    Puncang

    2. Data debit aliran sungai harian Ciliwung Hulu di Bendung Katulampa tahun

    2003-2012

    3. Data ketinggian muka air harian Bendung Katulampa tahun 2003-2012

    4.

    Detail dimensi pintu air Bendung Katulampa

    5.

    Data dimensi sungai ciliwung hulu

    6.

    Data Rupa Bumi DAS Ciliwung Hulu

  • 8/10/2019 Prop Tesis (Bbws)

    19/21

    3.3 Teknik Pengumpulan Data

    Data yang digunakan adalah data sekunder. Data dikumpulkan melalui

    instasi terkait yang berhubungan dengan peta kawasan dan curah hujan kawasan

    DAS Ciliwung hulu serta informasi ketinggian muka air pada bendung katulampa.

    3.4 Teknik Pengolahan Data

    Analisis curah hujan dari masing-masing stasiun hujan menggunakan model

    HEC-HMS. Berikut ini diagram alir metode penelitian ini secara garis besar.

    Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

  • 8/10/2019 Prop Tesis (Bbws)

    20/21

    DAFTAR PUSTAKA

    Affandy, Nur Azizah. 2014. Pemodelan Hujan-Debit Menggunakan Model HEC-

    HMS di DAS Sampean Baru. Jurusan Teknik Sipil, FTSP-ITS.

    Coleman, Binta. 2013. Effects of Changes To Rainfall Estimates Due To Climate

    Change on Runoff. Faculty of The Departemen of Civil Engineering.

    California State University.

    Dsanto, B.D & Risyanto. 2006. Evaluasi Dampak Perubahan Penggunaan Lahan

    Terhadap Volume Limpasan Studi Kasus: DAS Ciliwung Hulu, Jawa Barat.

    Departemen Geofisika dan Meteorologi, FMIPA-IPB

    K, Kaffas. Application of a Continous Rainfall-Runoff Model to The Basin of

    Kosynthos River Using The Hydrologic Software HEC-HMS. Departement

    of Civil Engineering. Democritus of Thrace, Greece.

    Khumaini, Anwar. 2014. Sejarah Pintu air Katulampa dan Manggarai. Sumber:

    http://www.merdeka.com/peristiwa/sejarah-pintu-air-katulampa-dan-

    manggarai.html.Diakses: 28 juni 2014

    Maruli, Aditia. 2010. Populasi Penduduk Kabupaten Bogor Tertinggi se-Indonesia.

    Sumber:http://www.antaranews.com/berita/232702/populasi-penduduk-

    kabupaten-bogor-tertinggi-se-indonesia.Diakses: 28 Juni 2014

    Oktaviana, Ardita. 2012. Analisa Karakteristik Hujan dan Penggunaan Lahan

    Terhadap Debit Aliran Sungai Das Ciliwung Hulu. Soil science and land

    resourceIPB

    http://www.merdeka.com/peristiwa/sejarah-pintu-air-katulampa-dan-manggarai.htmlhttp://www.merdeka.com/peristiwa/sejarah-pintu-air-katulampa-dan-manggarai.htmlhttp://www.antaranews.com/berita/232702/populasi-penduduk-kabupaten-bogor-tertinggi-se-indonesiahttp://www.antaranews.com/berita/232702/populasi-penduduk-kabupaten-bogor-tertinggi-se-indonesiahttp://www.antaranews.com/berita/232702/populasi-penduduk-kabupaten-bogor-tertinggi-se-indonesiahttp://www.antaranews.com/berita/232702/populasi-penduduk-kabupaten-bogor-tertinggi-se-indonesiahttp://www.merdeka.com/peristiwa/sejarah-pintu-air-katulampa-dan-manggarai.htmlhttp://www.merdeka.com/peristiwa/sejarah-pintu-air-katulampa-dan-manggarai.html
  • 8/10/2019 Prop Tesis (Bbws)

    21/21

    Putri, Annisa Sukastono. 2014. Analisa Pengaruh Perubahan Tata Guna Lahan di

    Sub DAS Brantas Hulu Terhadap Fluktuasi Debit di AWLR Gadang

    Menggunakan HEC-HMS. Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik

    Universitas Brawijaya.

    Susilowati. 2007. Analisis Hidrograf aliran Sungai dengan Adanya Beberapa

    Bendung Kaitannya dengan Konservasi Air.