Project Management Tinggalkan komentarPosted on September 2, 2014 Project Management TERMS OF PAYMENT PROYEK PERCEPATAN 10.000 MW PENDAHULUAN Pemerintah melalui Peraturan Presiden RI no. 71 tahun 2006 telah menugaskan kepada PT PLN (Persero) untuk melakukan percepatan pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang menggunakan batubara di Jawa dan di luar Jawa dengan total kapasitas mencapai 10.000 MW yang tersebar di seluruh Indonesia. Seperti umumnya proyek-proyek konstruksi, proyek 10.000 MW mengikat PLN dan kontraktor dengan satu perjanjian yang dituangkan dalam suatu kontrak yang menjadi dasar utama pelaksanaan pekerjaan. Suatu kontrak umumnya terdiri atas perjanjian kontrak, instruksi kepada peserta tender, diskusi kontrak, kondisi umum kondisi khusus, kebutuhan teknis, danschedules. Karena sifat pekerjaannya yang kompleks, proyek-proyek 10.000 MW mengharuskan kontraktor untuk melakukan penagihan pembayaran sesuai dengan tata cara pembayaran (terms of payment) masing-masing schedule pekerjaan. Di kontrak proyek percepatan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Project Management
Tinggalkan komentarPosted on September 2, 2014 Project Management
TERMS OF PAYMENT
PROYEK PERCEPATAN
10.000 MWPENDAHULUAN
Pemerintah melalui Peraturan Presiden RI no. 71 tahun 2006 telah
menugaskan kepada PT PLN (Persero) untuk melakukan percepatan
pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang menggunakan batubara di
Jawa dan di luar Jawa dengan total kapasitas mencapai 10.000 MW yang
tersebar di seluruh Indonesia.
Seperti umumnya proyek-proyek konstruksi, proyek 10.000 MW mengikat
PLN dan kontraktor dengan satu perjanjian yang dituangkan dalam suatu
kontrak yang menjadi dasar utama pelaksanaan pekerjaan. Suatu kontrak
umumnya terdiri atas perjanjian kontrak, instruksi kepada peserta tender,
diskusi kontrak, kondisi umum kondisi khusus, kebutuhan teknis,
danschedules.
Karena sifat pekerjaannya yang kompleks, proyek-proyek 10.000 MW
mengharuskan kontraktor untuk melakukan penagihan pembayaran
sesuai dengan tata cara pembayaran (terms of payment) masing-masing
schedule pekerjaan. Di kontrak proyek percepatan 10.000 MW, tata cara
pembayaran diuraikan pada kondisi khusus (special condition).
PEMBAHASAN
Proyek 10.000 MW utamanya terdiri atas pekerjaan pengadaan peralatan,
pekerjaan konstruksi (termasuk di dalamnya pekerjaan sipil, erection
peralatan mekanik dan elektrik, dan komisioning), serta pekerjaan lainnya
(others). Masing-masing pekerjaan tersebut memiliki tata cara
pembayaran yang satu sama lain berbeda, berikut ini paparannya.
1. Tata Cara Pembayaran Tagihan Pengadaan Peralatan
Peralatan/material dalam proyek 10.000 MW dapat digolongkan dalam
peralatan yang diproduksi di luar negeri, yang sering disebut peralatan
FOB, dan peralatan/material yang diproduksi di dalam negeri (Ex Works).
Kedua jenis peralatan/material ini memiliki tata cara pembayaran yang
secara umum sama, yaitu pembayaran di awal (down payment),
pembayaran pada saat di pabrikasi (manufacturing), pembayaran pada
saat pengapalan (shipment), pembayaran pada saat peralatan/material
tersebut tiba di lapangan (delivery on site) dan pembayaran retensi.
1.A Pembayaran Awal
Sering disebut juga pembayaran down payment. Dapat dibenarkan jika
kita menyebutnya dengan pembayaran uang muka, walaupun nanti harus
kita bedakan dengan advance payment pembayaran tagihan Civil Works,
Erection dan Komisioning.
Pembayaran ini dibutuhkan oleh kontraktor untuk melakukan purchase
order ataupun mobilisasi peralatan dan pekerja. Besarnya 15% dari nilai
peralatan-peralatan utama di dalam kontrak. Khusus untuk spare parts,
test equipment, dan tools, tidak disediakan pembayaran down payment.
Down payment dibayarkan secara langsung (direct payment), umumnya
via telegraphic transfer. Dokumen yang menjadi syarat utama dalam
penagihan down payment adalah invoice, bank garansi, dan Sertifikat
Pembayaran. Invoice adalah dokumen permohonan tagihan dari
kontraktor. Bank garansi diperlukan untuk menjamin bahwa uang muka
yang akan dibayarkan sepenuhnya digunakan untuk kepentingan proyek.
Sertifikat Pembayaran diterbitkan oleh perwakilan PLN (dalam hal ini PLN
UIP) sebagai tanda bahwa tagihan kontraktor telah diverifikasi baik itu
dari segi progress fisik maupun progress pembayaran.
1.B. Pembayaran Manufacturing
Setelah dipesan di awal, kemudian peralatan/material dipabrikasi. Tahap
ini merupakan tahap yang pembayarannya memiliki porsi terbesar, yaitu
45% dari nilai kontrak peralatan/material. Pembayaran tahap ini
umumnya tidak lagi dilakukan dengan direct payment, namun sudah
harus menggunakan Letter of Credit (L/C). L/C merupakan instrumen
pembayaran yang digunakan pemilik peralatan untuk membayarkan
tagihan kepada bank luar negeri yang ditunjuk oleh vendor/kontraktor.
Pemilik, dalam hal ini PLN, akan membuka deposit dana sebesar nilai yang
diajukan kontraktor di sebuah bank dalam negeri dan dana tersebut akan
dicairkan kepada bank luar negeri yang ditunjuk vendor/kontraktor jika
persyaratan yang diwajibkan dalam kontrak telah terpenuhi. Pada intinya
L/C memberikan jaminan kepada vendor/kontraktor bahwa peralatan yang
mereka buat akan dibayar oleh PLN nantinya sesuai tahapan pembayaran
yang ada di kontrak kontrak.
Kembali, karena peralatan/barang belum jadi dan belum tiba di lapangan,
maka diperlukan jaminan yang menjamin bahwa pembayaran yang PLN
berikan tidak akan disalahgunakan. Jaminan ini berupa bank garansi
manufacturing yang nilainya sebesar tagihan yang diajukan. Namun,
untuk praktisnya, pada beberapa kontrak, pembayaran tahap
manufacturing ditiadakan, diganti dengan menggabungkan pembayaran
tahap manufacturing dengan tahap pengiriman, yang syaratnya
disamakan dengan pembayaran tahap pengiriman saja (bank garansi
manufacturing tidak dibutuhkan).
Syarat lainnya dari pembayaran manufacturing adalah relatif sama
dengan pembayaran down payment, yaitu invoice dan Sertifikasi
Pembayaran. Harus disertakan juga Manufacturing Progress yang
disahkan oleh PLN. Pengesahan progress manufacturing biasanya
dilakukan pada saat inspeksi/test di pabrikan (Manufacture Inspection dan
Factory Acceptance Test/FAT).
1.C. Pembayaran Shipment
Setelah selesai dipabrikasi, tahap selanjutnya adalah pengiriman
peralatan. Pembayaran tahap shipment dihargai senilai 15% dari nilai
peralatan. Istilah FOB (Free on Board) muncul dari tata cara pengiriman
barang. FOB dapat diartikan semua biaya yang dapat ditagihkan
kontraktor hingga peralatan terkait tiba di kapal di pelabuhan
keberangkatan (termasuk biaya pembuatan peralatan, ongkos darat dari
pabrik, dan semua biaya lainnya). Berbeda dengan FOB, tata cara CIF
(Cost, Insurance and Frieght) memasukkan semua biaya hingga peralatan
tiba di pelabuhan kedatangan. Itulah sebabnya dalam kebanyakan
kontrak proyek 10.000 MW, ada juga schedule price untuk Marine Freight,
Insurance, dan Inland Transportation. Schedule FOB hanya menyatakan
biaya peralatan mulai dari pabrikasi hingga transportasi ke pelabuhan
keberangkatan.
Pembayaran tagihan shipment dilakukan dengan menggunakan L/C, dan
sesuai dengan namanya, selain invoice dan Sertificate Pembayaran, juga
mengharuskan penyertaan dokumen pengapalan dalam setiap
tagihannya, dokumen tersebut di antaranya sebagai berikut :
Bill of Ladding
Packing List
Marine Insurance Certificate
Certificate of Origin
1.D. Pembayaran Delivery On Site
Setelah peralatan tiba di lapangan, PLN Site melakukan inspeksi bersama
guna menerbitkan Material Receiving Report (MRR) sebagai bukti bahwa
peralatan yang dikirim tersebut lengkap kuantitasnya dan baik
kualitasnya. Dokumen MRR inilah yang menjadi syarat utama penagihan
delivery on site. Porsi pembayaran yang diberikan untuk tahap ini adalah
senilai 15% dari nilai peralatan. Pembayaran tagihan ini dilakukan dengan
L/C untuk porsi valas dan direct payment untuk porsi rupiah.
1.E. Pembayaran Retensi TOC
Beberapa persen nilai peralatan ditahan pembayarannya hingga proyek
selesai, baik itu penyelesaian masa konstruksi (disebut sebagai masa
penerbitan Taking Over Certificate/TOC) dan penyelesaian masa
pemeliharaan (masa penerbitan Final Acceptance Certificate/FAC).
Lima (5) persen nilai kontrak peralatan (selain spare parts, test
equipment, dan tools) diberikan di tahap pembayaran retensi TOC dengan
persyaratan menyertakan salinan sertifikat TOC. Pengecualian jika taking
over dilakukan untuk sebagian item proyek, maka nilai retensi yang
dibayarkan adalah sebesar 5% dari nilai item yang dilakukan taking over
tersebut. Pembayaran tagihan ini dilakukan dengan L/C untuk porsi valas
dan direct payment untuk porsi rupiah.
1.F Pembayaran Retensi FAC
Masa FAC normalnya berlangsung 1 tahun sejak masa TOC. Pembayaran
tahap ini dilakukan sebesar 100% nilai peralatan dikurangi dengan
pembayaran yang telah dilakukan sebelumnya. Jika pembayaran tahap-
tahap sebelumnya berlangsung normal, maka pembayaran tahap FAC
bernilai sebesar 5% nilai kontrak peralatan.
Sama seperti pembayaran retensi TOC, pembayaran retensi FAC berlaku
untuk sebagian nilai peralatan jika FAC dilakukan untuk sebagian item
peralatan, artinya retensi FAC dibayarkan sebesar 5% dari nilai item yang
dilakukan final acceptancenya. Pembayaran ini menyaratkan penyertaan
salinan sertifikat FAC dalam penagihannya. Pembayaran tagihan ini
dilakukan dengan L/C untuk porsi valas dan direct payment untuk porsi
rupiah.
2. Tata Cara Pembayaran Marine Freight, Insurance Portion, dan
Inland Transportation
Marine Freight merupakan biaya pengangkutan peralatan dari pelabuhan
keberangkatan hingga pelabuhan kedatangan. Insurance (jika ada)
mengover asuransi selama shipping, dan Inland Transportation
merupakan biaya transportasi darat terkait. Pembayaran ketiga tahap ini
harus dilakukan karena tata cara pembayaran peralatan dilakukan secara
FOB (baca point 1.C.).
Seratus (100) % nilai MFI ditagihkan sebanding dengan nilai peralatan
FOB yang saat itu dikapalkan. MFI dibayarkan dengan L/C. Selain Invoice
dan Sertifikat Pembayaran, dibutuhkan juga salinan Bill of Lading dan
Sertifikat Asuransi sebagai kelengkapan tagihan ini. Tagihan ini sudah
dapat ditagihkan sejak peralatan berada di pelabuhan keberangkatan,
tentu saja dengan syarat semua dokumen terkait dilengkapi.
Seratus (100) % nilai IT ditagihkan sebanding dengan nilai peralatan FOB
dan Ex Works yang saat itu diterima di site. Pembayaran dilakukan
dengan L/C untuk porsi valas dan direct payment untuk porsi rupiah.
Tagihan IT FOB dapat ditagihkan bila inspeksi telah dilakukan oleh PLN
Site. Syarat dokumennya sama dengan penagihan MFI. Hampir mirip,
proses penagihan IT Ex Works juga baru dapat dilakukan setelah
dilakukan inspeksi lapangan oleh PLN Site, namun dokumen Bill of Lading
diganti dengan MRR.
3. Tata Cara Pembayaran Tagihan Civil Works, Erection dan
Commissioning
Pembayaran ini dilakukan untuk pekerjaan civil works, erection peralatan
mekanik dan elektrik, serta pekerjaan test dan komisioning.
Berbeda dengan pengadaan peralatan, tata cara pembayaran Civil Works,
Erection dan Komisioning hanya memiliki 3 tahap utama, yaitu
pembayaran awal, pembayaran progress, dan pembayaran retensi.
3.A. Pembayaran Awal
Pada dasarnya, advance payment pada tagihan Civil Works, Erection dan
Komisioning memiliki prinsip sama dengan down payment pada pekerjaan
pengadaan peralatan, keduanya bertujuan membantu kontraktor dalam
hal pembiayaan masa awal proyek.
Yang berbeda adalah bila down payment berlaku sebagai salah satu dari
empat tahap pembayaran pengadaan peralatan itu sendiri, maka advance
payment merupakan bagian dari tahap progress payment. Jadi pada
dasarnya hanya ada dua tahap utama dalam pembayaran Civil Works,
Erection dan Komisioning, yaitu progress payment dan retensi. Lebih
lengkap soal perbedaan down payment dan advance payment diuraikan
dalam tulisan saya lainnya “Uang Muka Proyek Konstruksi Pembangkit”.
Besar advance payment proyek 10.000 MW umumnya 10% nilai kontrak
Civil Works, Erection dan Komisioning porsi valas dan 20% untuk porsi
rupiah. Dan karena berlaku sebagai bagian dari progress payment, nilai
piutang PLN atas advance payment kepada kontraktor ini terus menurun
nilainya seiring peningkatan total progress payment. Setiap kali progress
payment ditagihkan (dan dibayarkan), nilai advance payment yang sudah
diterima kontraktor dan menjadi utang mereka kepada PLN, menurun.
Penurunan nilai ini sebesar 10% dan 20% dari nilai progress payment
(baca point 3.B.) berturut-turut untuk porsi valas dan rupiah.
Mengapa besar penurunannya 10% dan 20% dari progress payment yang
nilainya 90% total kontrak Civil Works, Erection dan Komisioning?
Bukankah nilai advance payment yang diberikan di awal proyek besarnya
10% dan 20% dari total kontrak Civil Works, Erection dan Komisioning?
Ada dua alasan untuk menanggapi hal ini. Yang harus menjadi pegangan
kita adalah advance payment yang dibayarkan di awal proyek mencakup
keseluruhan nilai Civil Works, Erection dan Komisioning, tidak hanya
mencakup progress payment saja. Untuk itu, ada dua cara pengurangan
piutang ini selama masa proyek.
Pertama, bila selama penagihan progress payment, pengurangan tagihan
kontraktor hanya sebesar 90% x progress x nilai advance payment, maka
pembayaran retensi nantinya juga harus dikurangi dengan 10% x nilai
advance payment. Namun bila pengurangan tagihan dihitung dengan cara
100% x progress x nilai advance payment, maka pembayaran retensi
harus penuh 5% TOC + 5% FAC (kondisi lain dianggap normal). Untuk
mengatasi perbedaan pengurangan nilai advance payment yang mungkin
terjadi, di beberapa kontrak diperintahkan bahwa pengembalian advance
payment harus diselesaikan pada saat Serah Terima Pertama (TOC).
Sama seperti penagihan down payment pekerjaan pengadaan peralatan,
advance payment mensyaratkan adanya bank garansi dalam
penagihannya. Untuk pekerjaan yang berlangsung cukup lama, di mana
periodenya tidak tertutupi oleh masa berlaku bank garansi, maka bank
garansi harus diperpanjang dengan nilai yang sudah berhasil dikurangi
kontraktor lewat progress payment. Nilai bank garansi yang diperpanjang
sama dengan sisa pengurangan advance payment pada saat itu.
3.B Pembayaran Progress
Pembayaran tahap ini ditujukan sebagai pembayaran progress Civil
Works, Erection dan Komisioning yang telah dicapai kontraktor tiap
periodenya. Jika progress pekerjaan kontraktor tidak terlambat, maka
pembayaran tahap ini normalnya dapat dilakukan tiap bulan (monthly
progress payment). Di proyek 10.000 MW, besar tagihan tahap ini
ditentukan 90% x progress pekerjaan dikurangi dengan nilai penutupan
advance payment. Pembayaran progress payment dilakukan dengan cara
direct payment.
3.C Pembayaran Retensi
Relatif sama dengan pekerjaan pengadaan peralatan, pembayaran
tagihan retensi besarnya 10% dari nilai pekerjaan. Lima (5) persen
dibayarkan saat TOC dan sisanya saat FAC. Khusus untuk FAC, nilai 5%
tersebut tidak mutlak karena dapat dikurangi dengan nilai pembayaran
yang telah dilakukan sebelumnya yang bertujuan mencegah PLN dari
kelebihan pembayaran total nilai kontrak. Untuk TOC atau FAC yang
dilakukan pada sebagian item pekerjaan, maka nilai pembayaran tagihan
TOC/FAC diberlakukan senilai pekerjaan yang sudah diterbitkan sertifikat
TOC/FACnya tersebut.
4. Tata Cara Pembayaran Pekerjaan Lainnya
4.A. Pembayaran Pengadaan Spare Parts, Tools, dan Test Equipment
Pembayaran tagihan Spare Parts, Tools, dan Test Equipment FOB
diberlakukan sebesar 90% nilai tiap shipment terkait via L/C atau direct
payment untuk porsi rupiah. Persyaratan yang harus disertakan dalam
tiap tagihan Spare Parts, Tools, dan Test Equipment sama dengan
persyaratan tagihan shipment peralatan FOB. Sisa pembayaran 10% lagi
dilakukan apabila MRR terkait telah diterbitkan oleh PLN Site. Untuk
Spare Parts, Tools, dan Test Equipment Ex Works, pembayaran 90%
dilakukan apabila peralatan terkait telah tiba on site. Sisanya apabila
laporan inspeksi atas peralatan terkait telah diterbitkan oleh PLN Site.
4.B Pembayaran Training, Inspeksi Sebelum FAC, dan Supervisi Selama
Masa Pemeliharaan
Pembayaran training langsung dilakukan 100% terhadap progress training
yang telah dilakukan. Walaupun kontrak proyek 10.000 MW bersifat
lumpsum, namun ada baiknya untuk tagihan training dilakukan sesuai
dengan biaya yang telah dikeluarkan kontraktor (at cost). Jika kontraktor
berniat menagih penuh nilai kontrak training, maka kontraktor harus
mengadakan training senilai dengan kontrak training tersebut.
Pembayaran atas inspeksi sebelum FAC dilakukan pada saat penerbitan
sertifikat FAC dengan cara direct payment senilai 100% nilai kontrak
pekerjaan inspeksi sebelum Fac tersebut. Jika FAC hanya dilakukan untuk
sebagian item pekerjaan, maka pembayaran pekerjaan inspeksi sebelum
FAC juga harus sesuai dengan porsi item FAC tersebut.
Pembayaran atas supervisi masa pemeliharaan dilakukan 100% progress
yang telah dicapai.
4.C. Pembayaran Pekerjaan Lainnya
Ada beberapa item yang tidak dipaparkan dalam Terms of Payment
kontrak proyek 10.000 MW, namun ada nilainya dalam kontrak seperti
pekerjaan pengadaan Consumables dan pekerjaan Engineering Design
Review.
Pengadaan Consumables dapat ditagihkan secara at cost asalkan nilainya
tidak melebihi nilai yang ada di kontrak. Tata cara pembayaran dan
syarat-syarat penagihannya dapat disamakan dengan penagihan Spare
Parts, Tools dan Test Equipment.
Pembayaran pekerjaan Engineering Design Review dapat disamakan
dengan tata cara pembayaran dan syarat-syarat pembayaran Training.