Top Banner
1 *) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017 APLIKASI JAMUR Trichoderma spp. DAN UNSUR BORON (B) SEBAGAI PEMACU PERTUMBUHAN DAN PENINGKATAN HASIL BAWANG MERAH (Allium cepa L.) *) Dwi Haryati Ningsih dan **) I Made Sudantha Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Universitas Mataram **) Corresponding author : [email protected] ABSTRAK Tanaman Bawang Merah (Allium cepa L) menjadi salah satu komoditas tanaman holtikultura yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia. Bawang merah merupakan tanaman rendah yang tumbuh tegak dengan tinggi dapat mencapai 15 50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak panjang dan tidak terlalu dalam tertanam dalam tanah. Potensi bawang merah di Indonesia khususnya di Nusa Tenggara Barat menurut data pada tahun 2012 sebanyak 78.300 ton/ha dengan luas area panen 9.988 ha, sedangkan terbaru jumlah potensi bawang sebanyak 117.513 ton/ha, jumlah ini meningkat daripada data tahun sebelumnya. Hal tersebut menandakan adanya upaya peningkatan potensi bawang merah di Nusa Tenggara Barat. Trichoderma spp. ialah jamur tanah yang merupakan salah satu golongan yang penting dari golongan-golongan populasi tanah yang tersebar secara luas. Bentuknya merupakan karakteristik dari suatu tipe tanah sebagai medium bagi perkembang biakannya. Trichoderma spp. dapat berfungsi sebagai biofertilizer (pupuk organik) dan sebagai biopestisida. Trichoderma spp. ditemukan dapat memacu meningkatkan hormon pertumbuhuan, yang mana hormon tersebut berupa etilen, dan menghasilkan sejumlah enzim berupa glukonase dan kinitase, toksin trichodermin, mampu menghasilkan antibiotik gliotaksin dan viridin, yang keseluruhan tersebut diserap tanaman dan berproses langsung dalam jaringan tanaman serta dapat membawa dampak positif bagi pertumbuhan tanaman. Boron merupakan salah satu unsur mineral esensial yang mengatur beberapa proses fisiologis penting termasuk pembelahan dan pemanjangan sel, metabolisme karbohidrat, translokasi asimilat, dan perkembangan dinding pada tanaman khususnya bawang merah. Dalam hal memacu pertumbuhan bawang merah, boron memacu pembelahan sel melalui RNA, sehingga dapat membentuk dinding sel lebih cepat yang menyebabkan proses pertumbuhan lebih baik. Jamur Trichoderma spp. dapat memacu meningkatkan hormon pertumbuhuan, yang mana hormon tersebut berupa etilen yang sangat cepat membentuk pembungaan pada tanaman. Jamur Trichoderma spp. selain mampu memberi daya tahan terhadap tumbuhan karena mengeluarkan senyawa etilen dan menghasilkan sejumlah enzim berupa glukonase dan kinitase, toksin trichodermin, mampu menghasilkan antibiotik gliotaksin dan viridin, yang keseluruhan tersebut diserap tanaman dan berproses langsung dalam jaringan tanaman serta dapat membawa dampak positif bagi pertumbuhan tanaman khususnya bawang merah. Boron (B) ditemukan dapat memacu pertumbuhan bawang merah karena memiliki mekanisme kerja yang langsung diserap melalui akar dari larutan tanah dalam bentuk ion. Unsur mikro masuk ke dalam jaringan tanaman sebagai pembawa karbohidrat untuk dibawa ke seluruh tubuh tanaman bawang merah. Selain itu dalam hal memacu pertumbuhan bawang merah, boron memacu pembelahan sel melalui RNA, sehingga dapat membentuk dinding sel lebih cepat yang menyebabkan proses pertumbuhan lebih baik. ___________________________________________________________ Kata Kunci: Jamur Trichoderma spp., organik, patogen, kompos, bawang merah
41

Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

Mar 06, 2019

Download

Documents

hadung
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

1

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

APLIKASI JAMUR Trichoderma spp. DAN UNSUR BORON (B)

SEBAGAI PEMACU PERTUMBUHAN DAN PENINGKATAN HASIL

BAWANG MERAH (Allium cepa L.)*)

Dwi Haryati Ningsih dan **)I Made Sudantha

Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana

Universitas Mataram

**)Corresponding author : [email protected]

ABSTRAK

Tanaman Bawang Merah (Allium cepa L) menjadi salah satu komoditas tanaman holtikultura

yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia. Bawang merah merupakan tanaman rendah

yang tumbuh tegak dengan tinggi dapat mencapai 15 – 50 cm, membentuk rumpun dan termasuk

tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak panjang dan tidak terlalu dalam

tertanam dalam tanah. Potensi bawang merah di Indonesia khususnya di Nusa Tenggara Barat menurut

data pada tahun 2012 sebanyak 78.300 ton/ha dengan luas area panen 9.988 ha, sedangkan terbaru

jumlah potensi bawang sebanyak 117.513 ton/ha, jumlah ini meningkat daripada data tahun

sebelumnya. Hal tersebut menandakan adanya upaya peningkatan potensi bawang merah di Nusa

Tenggara Barat. Trichoderma spp. ialah jamur tanah yang merupakan salah satu golongan yang penting

dari golongan-golongan populasi tanah yang tersebar secara luas. Bentuknya merupakan karakteristik

dari suatu tipe tanah sebagai medium bagi perkembang biakannya. Trichoderma spp. dapat berfungsi

sebagai biofertilizer (pupuk organik) dan sebagai biopestisida. Trichoderma spp. ditemukan dapat

memacu meningkatkan hormon pertumbuhuan, yang mana hormon tersebut berupa etilen, dan

menghasilkan sejumlah enzim berupa glukonase dan kinitase, toksin trichodermin, mampu

menghasilkan antibiotik gliotaksin dan viridin, yang keseluruhan tersebut diserap tanaman dan

berproses langsung dalam jaringan tanaman serta dapat membawa dampak positif bagi pertumbuhan

tanaman. Boron merupakan salah satu unsur mineral esensial yang mengatur beberapa proses fisiologis

penting termasuk pembelahan dan pemanjangan sel, metabolisme karbohidrat, translokasi asimilat, dan

perkembangan dinding pada tanaman khususnya bawang merah. Dalam hal memacu pertumbuhan

bawang merah, boron memacu pembelahan sel melalui RNA, sehingga dapat membentuk dinding sel

lebih cepat yang menyebabkan proses pertumbuhan lebih baik.

Jamur Trichoderma spp. dapat memacu meningkatkan hormon pertumbuhuan, yang mana

hormon tersebut berupa etilen yang sangat cepat membentuk pembungaan pada tanaman. Jamur

Trichoderma spp. selain mampu memberi daya tahan terhadap tumbuhan karena mengeluarkan

senyawa etilen dan menghasilkan sejumlah enzim berupa glukonase dan kinitase, toksin trichodermin,

mampu menghasilkan antibiotik gliotaksin dan viridin, yang keseluruhan tersebut diserap tanaman dan

berproses langsung dalam jaringan tanaman serta dapat membawa dampak positif bagi pertumbuhan

tanaman khususnya bawang merah. Boron (B) ditemukan dapat memacu pertumbuhan bawang merah

karena memiliki mekanisme kerja yang langsung diserap melalui akar dari larutan tanah dalam bentuk

ion. Unsur mikro masuk ke dalam jaringan tanaman sebagai pembawa karbohidrat untuk dibawa ke

seluruh tubuh tanaman bawang merah. Selain itu dalam hal memacu pertumbuhan bawang merah, boron

memacu pembelahan sel melalui RNA, sehingga dapat membentuk dinding sel lebih cepat yang

menyebabkan proses pertumbuhan lebih baik.

___________________________________________________________ Kata Kunci: Jamur Trichoderma spp., organik, patogen, kompos, bawang merah

Page 2: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

2

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman Bawang Merah (Allium cepa L) menjadi salah satu komoditas tanaman

holtikultura yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia. Bawang merah selalu

memiliki nilai ekonomis yang menguntungkan dan mempunyai prospek yang bagus, sehingga

banyak dari masyarakat di Indonesia mulai melakukan budidaya tanaman ini. Bawang merah

digunakan sebagai pelengkap masakan dan dikenal sebagai salah satu tanaman yang hampir

selalu ada di setiap jenis makanan di berbagai daerah di Indonesia.

Bawang merah merupakan tanaman rendah yang tumbuh tegak dengan tinggi dapat

mencapai 15 – 50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya

berupa akar serabut yang tidak panjang dan tidak terlalu dalam tertanam dalam tanah (Wibowo,

2005). Bentuk daun bawang merah bulat kecil dan memanjang seperti pipa, tetapi ada juga

yang membentuk setengah lingkaran pada penampang melintang daun. Bagian ujung daun

meruncing, sedang bagian bawahnya melebar dan membengkak. Daun berwarna hijau (Estu.,

2007).

Selain sebagai campuran bumbu masak di Indonesia, bawang merah juga dijual dalam

bentuk olahan seperti ekstrak bawang merah, bubuk, minyak atsiri, bawang goreng bahkan

sebagai bahan obat untuk menurunkan kadar kolesterol, gula darah, mencegah penggumpalan

darah, menurunkan tekanan darah serta memperlancar aliran darah. Sebagai komoditas

hortikultura yang banyak dikonsumsi masyarakat, potensi pengembangan bawang merah masih

terbuka lebar tidak saja untuk kebutuhan dalam negeri tetapi juga luar negeri (Suriani, 2012).

Bawang merah juga dapat digunakan sebagai obat karena mengandung beberapa

kandungan yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia seperti yang dijelaskan oleh

Rukmana (1994) dalam Melisa (2013), bawang merah mengandung karbohidrat, protein,

sodium, kalium dan fosfor yang berguna sebagai antioksidan, antibakteri, dan kulit bawang

merah berpotensi sebagai bahan baku pestisida nabati. Bagian bawang merah yang digunakan

untuk budidaya adalah bagian umbi, karena bagian ini memiliki banyak kegunaan dan bernilai

ekonomis.

Konsumsi bawang merah pada umumnya cenderung mengalami peningkatan dari tahun

ke tahun. Berdasarkan data Susenas (2015), dalam dua tahun terakhir (2013-2014), konsumsi

Page 3: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

3

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

bawang merah per kapita mengalami peningkatan dari 20,649 ons menjadi 24,874 ons artinya

terjadi peningkatan jumlah konsumsi sebesar 20,45%. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan

bawang merah akan terus mengalami peningkatan di masa mendatang.

Tingginya konsumsi masyarakat terhadap bawang merah belum diiringi dengan produksi

yang memadai sehingga kebutuhan dalam negeri masih dipenuhi dengan impor. Menurut

Deptan (2015), pada empat tahun terakhir (2012-2015) impor bawang merah masih tetap tinggi

yaitu mencapai: 122.190 ton, 96.139 ton, dan 74.019 ton, sedangkan pada tahun 2015, dalam

kurun waktu delapan bulan (Januari-Agustus) impor bawang merah sudah sebesar 17.401 ton.

Provinsi penghasil utama bawang merah (luas panen > 1.000 ha/tahun) diantaranya adalah

Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, NTB, dan

Sulawesi Selatan.

Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu penyangga produksi bawang

merah di Indonesia dengan kontribusi 32% dari produksi nasional. Salah satu kendala utama

yang dihadapi dalam usaha peningkatan produksi bawang merah adalah terbatasnya

ketersediaan benih bawang merah bermutu. Kebutuhan benih rerata di NTB adalah 1,6 t/ha.

Total kebutuhan benih untuk NTB mencapai 57.324,8 ton/tahun dan baru dapat dipenuhi

20.064 ton (35%), sehingga terjadi kekurangan benih 37.261 ton/tahun (BBIP NTB, 2016).

Sudantha (2016) melaporkan bahwa di daerah sentra penanaman bawang merah di Desa

Risa Kecamatan Woha Kabupaten Bima, hasil rata-rata hanya 2,0 ton/ha, dan di Desa Senteluk

Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat, hasil rata-rata hanya 3,0 ton/ha. Rendahnya

hasil ini karena ketersediaan benih bersertifikat yang tidak mencukupi dan kurangnya

ketersediaan teknologi produksi benih berkualitas tinggi, bibit yang digunakan telah

terinfestasi dengan jamur Fusarium oxysporum f. sp. cepae sehingga intensitas penyakit layu

Fusarium pada tanaman bawang merah yang mencapai 65% dan untuk pengendaliannya petani

hanya mengandalkan fungisida dan diperparah lagi dengan pemberian pupuk anorganik lebih

dari 400 kg/ha. Bibit bawang merah yang ditanam adalah varietas Keta Monca Bima dan

varietas Nasional Brebes, dan varietas introduksi Super Philip.

Sudantha (2015-2016) telah berhasil mengisolasi jamur saprofit Trichoderma

harzianum isolat SAPRO-07 diisolasi dari rhizosfer tanaman bawang merah dan jamur T.

koningii isolat SAPRO-02 diisolasi dari endofit pada tanaman bawang merah yang dapat

menghambat perkembangan penyakit layu Fusarium, bahkan dapat memacu pertumbuhan

vegetatif dan generatif tanaman.

Page 4: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

4

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

Suwardji, Sudantha dan Petrunella (2016) mengatakan bahwa bioaktivator formulasi

tablet dan biokompos hasil fermentasi kedua jamur tersebut dan penambahan jamur mikoriza

indigenus atau Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) dapat meningkatkan ketahanan terinduksi

terhadap penyakit layu Fusarium dan dapat meningkatkan hasil serta lebih memacu tanaman

bawang merah untuk berbunga dan berbuah yang selanjutnya menghasilkan biji G0. (Rosliani,

2013) mengatakan bahwa penggunaan ZPT Benzyl Amino Purin dan Boron untuk

meningkatkan pertumbuhan dan hasil serta memacu pembungaan untuk menghasilkan benih

G0/ bibit bawang merah yang berkualitas pada beberapa varietas bawang merah.

Tanaman bawang merah dapat tumbuh pada lahan kering yang dikenal sebagai lahan

yang serba kekurangan unsur hara maupun ketersediaan air. Hal tersebut membuktikan bahwa

bawang merah mampu tumbuh dan bertahan hidup pada kondisi tersebut. Namun tidak terlepas

dari setiap kebutuhan semua tanaman, bawang merah tetaplah membutuhkan asupan air yang

cukup untuk menghasilkan produksi yang diinginkan. Tetapi kondisi ketersediaan air yang

banyak pun akan membuat tanaman ini mengalami kerusakan seperti kebusukan pada umbi

dan batang. Oleh karenanya ketersediaan air menjadi syarat utama untuk mendapatkan hasil

produksi dan kualitas umbi yang optimal. Menurut Limbongan dan Maskar (2003) dalam

Melisa (2013) pemberian air yang tepat selain dapat mengefisienkan penggunaan air, juga

dapat menghindarkan tanaman dari kemungkinan berkembangnya penyakit jamur terutama

pada kondisi kelembaban yang tinggi.

Selain itu tidak kalah penting pertumbuhan dan perkembangan tanaman juga sangat

dipengaruhi oleh pemberian pupuk dan ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Serapan unsur

hara dibatasi oleh unsur hara yang berada dalam keadaan minimum (Hukum Minimum Leibig).

Dengan demikian status hara terendah akan mengendalikan proses pertumbuhan tanaman.

Untuk mencapai pertumbuhan optimal, seluruh unsur hara harus dalam keadaan seimbang,

artinya tidak boleh ada satu unsur hara pun yang menjadi faktor pembatas. (Pahan, 2008 dalam

Irfan, 2013).

Tidak terlepas dari hal tersebut, jika kita dapat melihat kondisi pada saat ini terutama

kondisi iklim dan lingkungan yang selalu berubah-ubah menyebabkan berbagai permasalahan

yang timbul seperti kekeringan, keracunan tanah akibat pertambangan dan penyalahgunaan

bahan-bahan kimiawi dari pupuk, menyebabkan tingkat produksi bawang merah di berbagai

daerah di Indonesia mengalami gangguan. Untuk itu diperlukan berbagai upaya dalam

menstabilkan kondisi produksi bawang merah sehingga kebutuhan konsumsi bawang merah

Page 5: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

5

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

selalu terpenuhi. Irfan (2013) mengemukakan berbagai upaya telah dilakukan dalam berbagai

penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dalam meningkatkan produktivitas dan

meningkatkan kualitas tanaman, yaitu dengan penggunaan pupuk majemuk baik terdiri atas

gabungan beberapa unsur makro saja, kombinasi makro-mikro, multi mikro, hara mikro dan

hormon, maupun zat pengatur tumbuh telah banyak diaplikasikan. Metode aplikasinya juga

beragam termasuk yang diberikan melalui daun.

Dari beberapa contoh upaya di atas, dalam kajian ini upaya yang akan dilakukan dalam

meningkatkan produksi bawang merah di Lombok yaitu dengan pemberian aplikasi jamur

Trichoderma sp. dan pemberian senyawa Boron (B).

Trichoderma merupakan jenis jamur yang masuk dalam kelas Ascomycetes. Biasanya

banyak ditemukan di Hutan maupun di tanah pertanian atau pada substrat berkayu. Dikenal

memiliki mekanisme antifungal, yang dapat menjadi agen biokontrol karena bersifat antagonis

bagi jamur lainnya, terutama yang bersifat patogen. Aktivitas antagonis yang dimaksud dapat

meliputi persaingan, parasitisme, predasi, atau pembentukkan toksin seperti antibiotik. Untuk

keperluan bioteknologi, agen biokontrol ini dapat diisolasi dari Trichoderma dan digunakan

untuk menangani masalah kerusakan tanaman akibat patogen.

Menurut Yedidia et al. (2001) dalam Cartika (2016), mengemukakan bahwa

Trichoderma spp. merupakan salah satu mikroorganisme fungsional dan agen hayati yang

dikenal juga sebagai biofungisida. Penggunaan Trichoderma spp. dapat pula sebagai organisme

pengurai, serta berfungsi sebagai stimulator pertumbuhan tanaman. Dijelaskan pula oleh

Wahyuno et al., (2009) dalam Gusnawaty (2004), Trichoderma merupakan jamur yang

berasosiasi dengan tanaman, sering ditemukan endofit pada akar dan daun. Jamur Trichoderma

sp. merupakan salah satu jenis jamur yang banyak dijumpai hampir pada semua jenis tanah dan

pada berbagai habitat yang merupakan salah satu jenis jamur yang dapat dimanfaatkan sebagai

agens hayati pengendali patogen tanah. Jamur ini dapat berkembang biak dengan cepat pada

daerah perakaran tanaman. Spesies Trichoderma sp. disamping sebagai organisme pengurai,

dapat pula berfungsi sebagai agens hayati. Trichoderma sp. dalam peranannya sebagai agens

hayati bekerja berdasarkan mekanisme antagonis yang dimilikinya.

Selain sebagai pengendalian hama penyakit tanaman, jamur Trichoderma spp juga

dapat dimanfaatkan sebagai senyawa yang dapat memacu pertumbuhan pada tanaman. Seperti

yang dikemukakan oleh Sudantha dan Suwardji (2013), jamur Trichoderma spp. yang dapat

berfungsi sebagai sumber unsur hara bagi tanaman dan sumber energi bagi mikroorganisme

tanah, dapat memperbaiki sifat-sifat tanah, memperbesar daya ikat tanah berpasir,

Page 6: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

6

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga lebih ringan, mempertinggi kemampuan

tanah mengikat air, memperbaiki drainase dan tata udara pada tanah berat sehingga suhu tanah

lebih stabil, membantu tanaman tumbuh dan berkembang lebih baik, sebagai substrat untuk

meningkatkan aktivitas mikrobia antagonis, dan dapat mencegah patogen tular tanah.

Kemampuan masing-masing spesies Trichoderma sp. dalam mengendalikan jamur

patogen dan kemampuan pengendalian tanaman berbeda-beda, hal ini dikarenakan morfologi

dan fisiologinya berbeda-beda (Widyastuti, 2006).

Sudantha (2007) dan Sudantha (2008-2010) telah berhasil mengisolasi jamur saprofit

Trichoderma harzianum isolat SAPRO-07 diisolasi dari rhizosfer tanaman vanili dan pisang

dan jamur T. koningii isolat SAPRO-02 diisolasi dari endofit tanamanvanili dan pisang dapat

menghambat perkembangan penyakit layu Fusarium pada tanaman vanili dan pisang, bahkan

dapat memacu pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Selain itu kedua jamur antagonis

tersebut juga mampu menghambat pertumbuhan penyakit layu Fusarium pada tanaman kedelai,

jagung, tembakau. Sudantha (2015) melaporkan bahwa kedua jamur antagonis tersebut dapat

menghambat penyakit layu Fusarium pada tanaman bawang merah.

Selanjutnya jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO-07 dan jamur T. koningii isolat

SAPRO-02 diformulasi dalam bentuk biofungisida dan bioaktivator (Sudantha, 2010) dan telah

didaftarkan ke Kantor Paten Ditjen HKI Kemenkumham RI pada tahun 2013 dengan No.

Pendaftaran P00201100717 dan telah diumumkan di Kantor Paten. Demikian pula telah

dikembangkan penggunaan kedua jamur antagonis ini sebagai pengurai dalam pembuatan

biokompos (Sudantha, 2010).

Lebih lanjut penggunaan biofungisida dan bioaktivatorserta biokompos yang

mengandung jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. koningii

isolat ENDO-02 telah terbukti efektif mengendalikan penyakit layu Fusarium pada tanaman

vanili (Sudantha, 2010), penyakit layu Fusarium pada tanaman kedelai (Sudantha 2011),

penyakit layu Fusarium pada tanaman pisang (Sudantha 2009), penyakit layu Fusarium pada

tanaman jagung (Sudantha dan Suwardji, 2013), penyakit layu Fusarium pada tanaman kedelai

(Sudantha dan Suwardji, 2014) dan penyakit layu Fusarium pada tanaman bawang merah

(Sudantha, 2015).

Sementara itu Boron merupakan senyawa mikro yang ada pada tanah dan tingkat

keberadaannya sangat rendah, seperti yang dijelaskan oleh Gardner et al., (1991) dalam kutipan

Putri (2008), bahwa boron terutama berasal dari mineral primer, seperti misalnya borosilikat.

Boron terdapat dalam larutan tanah pada tingkatan yang sangat rendah sebagai asam borat dan

Page 7: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

7

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

diabsorbsi oleh partikel tanah sebagai borat. Mortvedt et al., (1991), boron satu-satunya non

logam antara elemen mikronutrien, memiliki valensi konstan 3+ dan radius ionik paling kecil.

Dalam lingkungan geologis larutan B kebanyakan terkandung dalam H3BO3 dan H2BO3-.

H3BO3 merupakan senyawa anorganik sederhana yang digunakan tanaman sebagai bahan

baku untuk sintesis senyawa lainnya (Lakitan, 2007).

Pemberian unsur mikro boron dapat meningkatkan B tersedia dalam tanah dan

konsentrasi maupun serapan B dalam trubus. Boron merupakan salah satu unsur hara mikro

yang esensial bagi tanaman karena peranannya dalam perkembangan dan pertumbuhan sel-sel

baru di dalam jaringan maristematik, pembungaan dan perkembangan buah (Syukur, 2005).

Boron dianggap mempengaruhi perkembangan sel dengan mengendalikan transpor gula dan

pembentukan polisakarida (Gardner et al., 1991). Fungsi lain dari boron dalam tanaman yaitu

berperan dalam penggabungan dan struktur dinding sel, metabolisme asam nukleat,

karbohidrat, protein, fenol, dan auksin. Di samping itu juga berperan dalam pembelahan,

pemanjangan, dan diferensiasi sel, permeabilitas membran, dan perkecambahan serbuk sari

(Ginta, 2005; Marschner, 1986).

Karena keberadaan boron dalam tanah sedikit mengingat boron merupakan senyawa

mikro, maka untuk upaya dalam meningkatkan produktivitas penanaman bawang merah

dibutuhkan pupuk boron sebagai tambahan.

Salah satu pupuk yang dapat digunakan ialah pupuk daun yang merupakan salah satu

pupuk yang paling efektif dalam menejemen produksi yang langsung menutrisi pada tumbuhan

dengan cepat (Aghatape et al., 2010). Mineral mikro yang ada pada beberapa pupuk terdapat

kandungan senyawa boron. Boron adalah mikronutrien yang mempunyai peran utama dalam

pengokohan dan perkembangan dinding sel, pembelahan sel, perkembangan buah dan biji,

transpor gula dan hormon perkembangan. Rahmawati (2011) menyatakan bahwa pemberian

boron dalam coating biji akan meningkatkan pertumbuhan tanaman leguminosa pakan

Calopogonium mucunoides Desv sebesar 13% pada fase vegetatif dan 5% pada fase generatif

dengan level terbaik boron 200 ppm. Boron mempengaruhi deposisi dinding sel dengan

merubah sifat membran (Goldbach dan Amberger 1986; Thariq dan Mott 2007) dan

mempengaruhi aktifitas selaput plasma (Sutcliffe dan Baker 1981; Thariq dan Mott 2007).

Defisiensi boron pada tanaman juga menyebabkan perkecambahan terhambat,

pertumbuhan akar terhambat, sklorosis dan nekrosis pada pucuk (Bergmann 1984; Utami,

2015), sehingga ketersediaan boron menjadi sangat penting dalam tanaman.

Page 8: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

8

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

Berdasarkan kajian di atas maka perlu dilakukan pengkajian tentang “Aplikasi Jamur

Trichoderma spp. dan Unsur Boron (B) sebagai Pemacu Pertumbuhan dan Peningkatan Hasil

Bawang Merah (Allium cepa L.)”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, dapat disampaikan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah aplikasi pemberian jamur Trichoderma spp. mampu memacu pertumbuhan

pada tanaman bawang merah?

2. Apakah aplikasi pemberian Boron (B) juga mempengaruhi pertumbuhan bawang

merah?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari kajian ini ialah sebagai berikut:

1. Untuk memberikan informasi tentang bagaimana jamur Trichoderma spp. mampu

memacu pertumbuhan tanaman bawang merah dan mampu meningkatkan

peroduktivitas hasil.

2. Untuk memberikan informasi apakah senyawa Boron (B) yang merupakan unsur hara

mikro dapat memacu pertumbuhan bawang merah secara lebih efisien.

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara penggunaan aplikasi jamur

Trichoderma spp. dengan Boron yang digunakan dalam kajian ini.

Page 9: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

9

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari kajian ini adalah:

1. Dalam bidang akademik dapat digunakan sebagai salah satu bahan acuan dan

referensi.

2. Secara teknis sebagai pedoman dalam pemanfaatan pemacu pertumbuhan tanaman

dan peningkatan produksi pada tanaman bawang merah dengan pengaplikasian

bioaktivator yang mengandung jamur Trichoderma spp. dan unsur Boron (B).

Page 10: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

10

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bawang Merah

Morfologi bawang merah (Allium cepa L.) diklasifikasikan sebagai berikut (Estu,

2007 dalam Paskowo, 2017):

Kingdom: Plantae

Subkingdom: Tracheobionta

Super Divisi: Spermatophyta

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Liliopsida

Sub Kelas: Liliidae

Ordo: Liliales

Famili: Liliaceae

Genus: Allium

Spesies: Allium cepa var. aggregatum L.

Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan salah satu komoditas komoditas

hortikultura yang banyak dikonsumsi masyarakat, potensi pengembangan bawang merah masih

terbuka lebar tidak saja untuk kebutuhan dalam negeri tetapi juga luar negeri (Suriani, 2012).

Bawang merah merupakan tanaman rendah yang tumbuh tegak dengan tinggi dapat

mencapai 15 – 50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya

berupa akar serabut yang tidak panjang dan tidak terlalu dalam tertanam dalam tanah (Wibowo,

2005 dalam Paskowo, 2017). Bentuk daun bawang merah bulat kecil dan memanjang seperti

pipa, tetapi ada juga yang membentuk setengah lingkaran pada penampang melintang daun.

Bagian ujung daun meruncing, sedang bagian bawahnya melebar dan membengkak. Daun

berwarna hijau (Estu., 2007).

Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut dengan discus yang berbentuk

seperti cakram , tipis, dan pendek sebagai melekatnya akar dan mata tunas, diatas

discus terdapat batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun dan batang semua yang

berbeda didalam tanah berubah bentuk dan fungsi menjadi umbi lapis (Sudirja, 2007).

Syarat tumbuh tanaman bawang merah; bawang merah dapat tumbuh pada kondisi

lingkungan yang beragam. Untuk memperoleh hasil yang optimal, bawang merah

membutuhkan kondisi lingkungan yang baik, ketersediaan cahaya, air, dan unsur hara yang

Page 11: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

11

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

memadai. Pengairan yang berlebihan dapat menyebabkan kelembaban tanah menjadi tinggi

sehingga umbi tumbuh tidak sempurna dan dapat menjadi busuk. Bawang merah termasuk

tanaman yang menginginkan tempat yang beriklim kering dengan suhu hangat serta mendapat

sinar matahari lebih dari 12 jam.

Bawang merah dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai

dataran tinggi kurang lebih 1100 m (ideal 0-800 m) diatas permukaan laut, Produksi terbaik

dihasilkan di dataran rendah yang didukung suhu udara antara 25-32 derajat celcius dan

beriklim kering. Untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik bawang merah

membutuhkan tempat terbuka dengan pencahayaan 70 %, serta kelembaban udara 80-90 %,

dan curah hujan 300-2500 mm pertahun (BPPT, 2007). Angin merupakan faktor iklim yang

berpengaruh terhadap pertumbuhan bawang merah karena sistem perakaran bawang merah

yang sangat dangkal, maka angin kencang akan dapat menyebabkan kerusakan tanaman.

Menurut Dewi (2012), bawang merah membutuhkan tanah yang subur gembur dan

banyak mengandung bahan organik dengan dukungan tanah lempung berpasir atau lempung

berdebu. Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan bawang merah ada jenis tanah Latosol,

Regosol, Grumosol, dan Aluvial dengan derajat keasaman (pH) tanah 5,5 – 6,5 dan drainase

dan aerasi dalam tanah berjalan dengan baik, tanah tidak boleh tergenang oleh air karena dapat

menyebabkan kebusukan pada umbi dan memicu munculnya berbagai penyakit (Sudirja,

2007).

Perbanyakan tanaman bawang merah dapat dilakukan dengan menggunakan umbi

sebagai bibit dan biji bawang merah. Kualitas bibit bawang merah sangat menentukan hasil

produksi bawang merah. Kriteria umbi yang baik untuk bibit bawang merah harus berasal dari

tanaman yang berumur cukup tua yaitu berumur 70-80 hari setelah tanam, dengan ukuran 5-10

gram, diameter 1,5-1,8 cm. Umbi bibit tersebut harus sehat, tidak mengandung bibit penyakit

dan hama. Pada ujung umbi bibit bawang merah dilakukan pemotongan sekitas 1/5 panjang

umbi untuk mempercepat pertumbuhan tunas. Pemotongan ujung umbi sangat penting agar

umbi tumbuh merata serta cepat tumbuhnya, karena ujung umbi bersifat mempercepa

tumbuhnya tunas. Sedangkan perbanyakan bawang merah dengan menggunakan biji masih

jarang untuk dilakukan oleh petani. Hal itu dikarenakan benih bawang merah harus melalui

tahap penyemaian 5-6 minggu dan membutuhkan waktu 4 bulan dari awal penyemaian sampai

dengan pemanenan. Tetapi dengan menggunakan benih dapat menghasilkan produksi yang

cukup tinggi dan mendapatkan benih yang bebas dari virus dan penyakit bawaan.

Page 12: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

12

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

2.2 Trichoderma spp.

Jamur tanah yang merupakan salah satu golongan yang penting dari golongan-golongan

populasi tanah yang tersebar secara luas. Bentuk-bentuk tertentu merupakan karakteristik dari

suatu tipe tanah sebagai medium bagi perkembang biakannya. Trichoderma sp. merupakan

salah satu jamur dari sekian banyak genus dan spesies jamur tanah (Supiandi, 1999).

Sistematika dari jamur Trichoderma adalah sebagai berikut (Harman, 2006):

Kingdom : Fungi

Filum : Deutromycota

Klas : Deutromycetes (imperfek fungi)

Subklas : Deuteromycetidae

Ordo : Moniliales

Famili : Moniliaceae

Genus : Trichoderma

Spesies : Trichoderma sp

Trichoderma ini memiliki 88 spesies yang ditentukan dengan karakterisasi molekuler

(Druzhinina dan Kubicek, 2005). Jamur Trichoderma sp. memiliki ciri morfologi sebagai

berikut: miselium bersepta, konidioforanya bercabang dengan arah yang berlawanan,

konidianya berbentuk bulat atau oval dan satu sel melekat satu sama lain, wama hijau terang

(Devi dkk., 2000).

Pertumbuhan jamur Trichoderma sp. sangat dipengaruhi oleh temperatur dan pH.

Pertumbuhan optimum jamur Trichoderma viride pada temperatur 20-28 "C dan pH

optimumnya berkisar antara 4,5 - 5,5. Sedangkan Trichoderma harzianum pertumbuhan

optimumnya pada temperatur 15 - 35°C dan pH optimumnya berkisar antara 3,7 - 4,7 (Domsch

dkk., 1980).

Trichoderma spp. merupakan salah satu mikroorganisme fungsional dan agen hayati

yang dikenal juga sebagai biofungisida. Penggunaan Trichoderma spp. dapat pula

sebagai organisme pengurai, serta berfungsi sebagai stimulator pertumbuhan tanaman (Chang

et al., 1986; Yedidia et al., 2001).

Penggunaan Trichoderma sp. sebagai agen pengendali hayati diharapkan dapat

mengurangi ketergantungan dan dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia dalam

mengendalikan penyakit tanaman. Trichoderma spp. memberikan pengaruh positif terhadap

pertumbuhan tanaman dan hasil produksi tanaman (Herlina dan Pramesti, 2004), karena

Page 13: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

13

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

Trichoderma spp. memiliki sifat pemacu pertumbuhan (Chang dan Baker, 1986). Aplikasi

Trichoderma spp. dapat meningkatkan produksi berbagai sayuran (Simarmata et al., 2004;

Nurhayati et al., 2012).

Trichoderma spp. memiliki tiga tipe menurut Miftahuddin (2011) yaitu; 1).

Trichoderma sp. menghasilkan jumlah enzim ekstraseluler beta (1,3) glukonase dan kinitase

yang dapat melarutkan dinding sel patogen; 2). Beberapa anggota Trichoderma sp.

menghasilkan toksin trichodermin. Toksin tersebut dapat menyerang dan menghancurkan

propagul yang berisi spora-spora pantogen di sekitarnya; 3). Jenis Trichoderma viridae

menghasilkan antibiotik gliotaksin dan viridin yang dapat melindungi bibit tanaman dari

serangan penyakit rebah kecambah.

2.3 Boron

Unsur Boron (B) merupakan salah satu unsur hara mikro yang esensial bagi tanaman

karena peranannya dalam perkembangan dan pertumbuhan sel-sel baru di dalam jaringan

maristematik, pembungaan, dan perkembangan buah (Syukur, 2005).

Iqbal et al. (2009) dalam Hatta (2013) Boron merupakan salah satu unsur mineral

esensial yang mengatur beberapa proses fisiologis penting termasuk pembelahan dan

pemanjangan sel, metabolisme karbohidrat, translokasi asimilat, dan perkembangan dinding.

Boron juga memainkan peran penting dalam perkecambahan serbuk sari, pertumbuhan tabung

polen, kesuburan bunga dan perkembangan biji. Seperti halnya nutrisi mikro lainnya, pupuk

boron dapat diberikan melalui penyemprotan daun, fertigasi, perlakuan benih dan pemupukan

tanah.

Boron terutama berasal dari mineral primer, seperti misalnya borosilikat. Boron

terdapat dalam larutan tanah pada tingkatan yang sangat rendah sebagai asam borat dan

diadsorbsi oleh partikel tanah sebagai borat (Gardner et al., 1991).

Menurut Aref (2012), boron berpengaruh pada pembentukan dan proliferasi sel

kambium dan gangguan diferensiasi xilem. Xilem bertanggung jawab untuk peningkatan

penyerapan nutrisi dan berkontribusi terhadap mobilitas nutrisi. Boron juga mempengaruhi

pembuahan dengan meningkatkan kapasitas produksi serbuk sari dari kepala sari dan viabilitas

serbuk sari biji-bijian. Boron secara tidak langsung berperan pada penyerbukan bunga dengan

meningkatkan konsentrasi gula dalam nektar tanaman.

Tanaman kekurangan boron menyebabkan akar dan pucuk akan berhenti tumbuh dan

tidak membentuk bunga (Sudarmi, 2013).

Page 14: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

14

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

Fungsi lain dari boron dalam tanaman yaitu berperan dalam penggabungan dan struktur

dinding sel, metabolisme asam nukleat, karbohidrat, protein, fenol, dan auksin. Di samping itu

juga berperan dalam pembelahan, pemanjangan, dan diferensiasi sel, permeabilitas membran,

dan perkecambahan serbuk sari (Ginta, 2005; Marschner, 1986). Hal ini terkait dengan

perannya dalam sintetis RNA yaitu bahan dasar pembentukan sel (Salisbury and Ross, 1995).

Boron berperan mengatur kebutuhan air dalam tanaman, membentuk serat dan biji dan

merangsang proses penuaan tanaman sehingga bunga dan hasil panen cepat meningkat

(Novizan, 2005).

Gejala kekahatan boron yaitu berupa daun menggulung, berubahnya daun menjadi

ungu atau juga bentuk daun yang menyimpang. Kekahatan boron juga mengakibatkan sel

menjadi irregular baik bentuk maupun ukuran sel pada batang (Sakya, 2001).

Kelainan yang diakibatkan oleh kekurangan unsur boron paling nyata tampak pada tepi-

tepi daun, yaitu gejala klorosis mulai dari bagian bawah daun. Kekurangan unsur ini bisa

menimbulkan penyakit fisiologis, khususnya pada tanaman sayur dan tembakau (Lingga dan

Marsono, 2002). Selain itu menyebabkan terdapat bercak coklat kehitaman seperti terbakar di

ujung daun. Titik tumbuhnya mati. Jarak antar ruas pada tanaman terlihat pendek, kekurangan

boron dapat menjurus menjadi matinya pucuk yang masih muda dan titik-titik pertumbuhan

dari bagian tanaman yang lalu menjadi busuk (Rinsema, 1983).

Boron tidak dapat dipindahkan dari satu jaringan ke jaringan yang lain, sehingga gejala

awal akan terlihat pada jaringan muda misalnya kematian pucuk. Jika terjadi kekurangan

boron, sel-sel tanaman tetap membelah, tetapi organ-organ struktural, seperti daun, cabang,

atau bunga gagal terbentuk (Novizan, 2005). Daun baru yang masih kecil-kecil tidak dapat

berkembang, sehingga pertumbuhan tanaman selanjutnya kerdil (Sutejo, 2002). Kelebihan

boron menyebabkan ujung daun kuning, diikuti nekrosis di tempat tersebut (Untung, 2001).

Konsentrasi boron berkisar 2,1 ppm-2,6 ppm. Konsentrasi boron yang lebih tinggi

daripada normal dapat menjadi racun (3,8 ppm pada semangka dan 2,2 pada semanggi). Pada

beberapa tanaman batas kisaran kecukupan boron tidak terdefinisi dengan baik (Novizan, 2005;

Eaton, 1944 cit Thompson and Frederick, 1979; Lunt et al., 1964 cit Larson, 1992).

Menurut penelitian terdahulu pengaplikasian boron mampu meningkatkan

perkecambahan dan pertumbuhan awal kecambah padi dengan metode priming benih telah

pernah dilakukan. Dan menunjukkan hasil kemungkinan keterlibatan boron dalam

metabolisme pati pada konsentrasi yang sangat rendah. Keduanya, waktu 50% berkecambah

dan rata-rata waktu perkecambahan adalah indikator penting dari vigor benih. Priming benih

Page 15: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

15

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

memicu enzim hidrolitik dan mengubah proses fisiologis embrio, sehingga metabolisme

perkecambahan dapat terjadi lebih cepat dari biasanya (Hatta, 2013).

Page 16: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

16

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

BAB III

GAGASAN

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat dipengaruhi oleh pemberian

pupuk dan ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Untuk itu sebagai upaya dilakukannya

peningkatan hasil produksi bawang merah, dapat dilakukan dengan cara mengaplikasikan

Trichoderma spp. dan unsur hara mikro berupa Boron (B).

3.1 Jamur Trichoderma spp.

Jamur Trichoderma spp. merupakan jamur antagonis yang sangat penting untuk

pengendalian hayati patogen tanaman. Beberapa isolat jamur Trichoderma spp. dapat tumbuh

dengan cepat pada medium seresah daun kopi, kemiri dan lamtoro, yaitu isolat Trichoderma

sp. SAPRO-03 vanili Timbenuh (T. harzianum), Trichoderma sp. SAPRO-06 vanili Celelos

(T. aureoviride), Trichoderma sp. SAPRO-07 vanili Jurang Malang (T. harzianum),

Trichoderma sp. SAPRO-09 vanili Lingsar (T. hamatum) dan Trichoderma sp. SAPRO-11

vanili Selebung (T. hamatum). Pertumbuhan koloni jamur Trichoderma sp. SAPRO-07 vanili

Jurang Malang (T. harzianum) pada medium seresah daun kopi, kemiri dan lamtoro pada hari

ke lima setelah inokulasi sudah menutupi seluruh permukaan cawan Petri yang berdiameter 90

mm dan berwarna hijau karena telah membentuk phialospora, sedang pada medium seresah

daun gamal, kakao dan dadap pertumbuhan jamur ini lambat karena pada hari ke lima setelah

inokulasi diameter koloninya masing-masing berukuran 66,67 mm, 10,00 mm dan 10,00 mm,

dan berwarna putih karena belum membentuk phialospora (Sudantha, 2007)

Jamur Trichoderma spp. mempunyai kemampuan untuk menguraikan sampah organik

menjadi kompos dalam jangka waktu yang cepat. Kemampuan jamur Trichoderma spp.

sebagai agen pengurai sampah organik disebabkan karena kemampuannya untuk memproduksi

enzim yang dapat menguraikan selulosa, hemi selulosa dan lignin yang tinggi menjadi senyawa

yang lebih sederhana (Sudantha, 2007; Sudantha, 2008; Sudantha, 2010). Harman dan Taylor

(1988) mengemukakan bahwa suatu lahan dimana banyak terdapat bahan organik maka jamur

Trichoderma akan berkembang baik, yang akan menghasilkan enzim chitinolitik dan selulose

yang banyak. Menurut Trautmann dan Olynciw (1996) selulosa yang ada pada bahan organik

dapat dipisahkan oleh enzim selulose yang telah dihasilkan oleh jamur T. harzianum menjadi

ligni–selulose, kemudian merombaknya menjadi senyawa yang lebih sederhan yang mampu

Page 17: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

17

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

larut dalam air, sehingga segera dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman untuk

pertumbuhan dan perkembangan.

Trichoderma spp. merupakan jamur antagonis yang sangat penting untuk pengendalian

hayati patogen tanaman melon, mekanisme pengendalian Trichoderma spp. yang bersifat

spesifik target, mengoloni rhizosfer dengan cepat dan melindungi akar dari serangan jamur

patogen, mempercepat pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil tanaman, menjadi

keunggulan lain sebagai agen pengendali hayati. Aplikasi dapat dilakukan melalui tanah secara

langsung. Selain itu Trichoderma spp sebagai antagonis mudah dibiakkan secara massal dan

mudah disimpan dalam waktu lama (Arwiyanto, 2003).

Sudantha (2009): Sudantha (2010); Sudantha (2011); Sudantha (2012) melaporkan

bahwa jamur Trichoderma spp. (Isolat ENDO-02 dan 04 serta SAPRO-07 dan 09) yang

dikemas dalam bentuk biofungisida, bioaktivator, biokompos dan biochar dapat digunakan

untuk mengendalikan penyakit pathogen tular tanah, meningkatkan pertumbuhan dan hasil

tanaman kedelai, jagung, vanili, tomat, pisang, dan berbagai tanaman pangan dan hortikultura

lainnya.

Kompos hasil fermentasi jamur Trichoderma spp. dapat berfungsi untuk: (1)sumber

unsur hara bagi tanaman dan sumber energi bagi organisme tanah (2) memperbaiki sifat-sifat

tanah, memperbesar daya ikat tanah berpasir, memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga

lebih ringan mempertinggi kemampuan tanah dalam mengikat air, memperbaiki drainase dan

tata udara pada tanah berat sehingga suhu tanah lebih stabil, (3) membantu tanaman tumbuh

dan berkembang dengan baik, (4)substrat untuk meningkatkan aktivitas mikroba antagonis, (5)

untuk mencegah patogen tular tanah (Sudantha, 2008).

Sebagai contoh Sudantha dan Abadi (2006), melaporkan bahwa mekanisme

antagonisme antara jamur endofit Trichoderma spp. dan jamur F. oxysporum f. sp. vanillae

adalah mikoparasit dan antibiosis. Selain itu, Sudantha (2007) juga melaporkan bahwa ada 19

jenis jamur endofit pada jaringan sehat tanaman vanili, namun ada delapan jenis jamur

Trichoderma spp. efektif mengendalikan penyakit busuk batang yang disebabkan oleh jamur

F. oxysporum f. sp. vanillae.

Jamur Trichoderma spp. telah berhasil digunakan untuk pengendalian pathogen tular

tanah, seperti pada penyakit layu Sclerotium tanaman kedelai (Sudantha, 1994); penyakit layu

Page 18: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

18

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

Fusarium pada tanaman kedelai (Sudantha, 1996), Penyakit layu Fusarium pada tanaman

tomat (Sudantha, 1997); dilaporkan juga Trichoderma spp. yang dikemas dalam bentuk

biofungisida “BIOTRIC” dapat mengendalikan penyakit yang disebabkan pathogen tular tanah

pada kondisi lapang di Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur (Sudantha, 1998:

Sudantha, 1999).

Sudantha dan Abadi (2006); Sudantha dan Abadi (2007); Sudantha (2007); Sudantha

et al. (2007) melaporkan bahwa jamur Trichoderma spp. ditemukan juga dalam jaringan

tanaman yang bersifat endofit yang dapat digunakan untuk pengendalian penyakit layu

Fusarium pada tanaman vanili.

3.1.1 Proses Pembuatan Formulasi Tablet Trichoderma spp.

Jamur dibiakkan dalam fermentasi cair atau serbuk seperti pada proses pembuatan

formulasi butiran atau serbuk.kaolin atau tanah liat steril sebanyak 100 g disterilkan dalam

autoclave. Selanjutnya kaolin atau tanah liat steril di camur dengan 200 ml suspensi miselia

yang disiapkan melalui fermentasi cair. Untuk skala industri disesuaikan dengan produksi yang

akan dibuat campuran kaolin-miselia atau tanah liat-miselia ini kemudian diformuasikan dalam

bentuk tablet. Tablt dikeringkan dalam lamir air flow selama 60 jam. Semua kegiatan dalam

proses ini dikerjakan dalam keadaan aseptis. Selanjutnya ditimbang berat basah dan berat

kering 1 tablet dan diamati kadar lengas tablet kering (Gambar 1)

Gambar 1. Biofungisida formulasi tablet (a) dan populasi jamur Trichoderma spp. dalam

formulasi tablet pada medium PDA (b) (Sumber: Sudantha 2010)

a b

Page 19: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

19

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

3.1.2. Proses Pembuatan Formulasi Cair Trichoderma spp.

Formulasi dalam bentuk cair merupakan formulasi biofungisida yang dibuat dalam bentuk

cairan dan diaplikasikan dalam bentuk cair. Pada kajian ini digunakan contoh biofungisida

Biotricon. Formulasi cair dapat dibuat di laboratorium dengan empat macam medium cair yaitu

:

a. Glukosa Pepton Yeast (GPT)

Bahan yang di gunakan yaitu : Glukosa 15 g, pepton 2 g, Yeast 5 g, Asparagin 1 g.K2HPO4

0,5 g, MgSO4. 7H2O : 25 g. Thiamin HCL 0,001 g, Aquades 1L.

Cara pembuatannya sebagai berikut:

1) Masukkan aquades ke dalam gelas Erlenmeyer 250 ml.

2) Dua lempengan PDA yang berisi jamur T. Harzianum isolat SAPRO-07 dan T.

Polysporum isolat ENDO-04 (diameter 5 mm) di inokulasi dalam gelas erlenmyer

3) Selanjutnya diinkubasi pada temperatur 270 C pada engaduk berputar dengan

kecepatan 120 putaran permenit.

4) Setelah media dalam gelas Erlenmeyer di padati oleh miselia, kemudian di

homogenkan dengan mixer.

5) Suspensi miselia siap untuk di gunakan.

b. Alioshina

Bahan yang di gunakan yaitu : NaNO4 9,0 g, KH2PO2 0,75 g, MgSO4 0,75 g, CaCl2 12,5

g, Sukrosa 10 g, dan Aquades 1 L.

Alat-alat yang digunakan antara lain: Aerator (pompa aquarium sebagai penghasil

udara), tabung kaca, Erlenmeyer, selang plastik, gabus penutup, pipet kaca, glass wool

(untuk penyaring), dandang atau autoclaf (untuk sterilisasi bahan dan alat). Fiter

medifeel dan alat ferintor.

Cara pembuatannya adalah sebagai berikut :

1. Timbang bahan sesuai dengan ukuran masing-masing

2. Siapkan erlenmeyer steril

3. Masukkan setiap bahan secara hati-hati ke dalam erlenmeyer tersebut

4. Tambahkan 1,0 L aquades dan aduk sampai homogen

5. Inokulasikan starter jamur T. harzianum isolat SAPRO – 07 dan T. polysporum

isolat ENDO – 04 ke dalam media cair sebanyak 5 – 10 ml yang mengandung 104-

5 spora.

Page 20: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

20

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

6. Inkubasikan dengan alat fermentor.

c. Ekstrak Kentang Gula

Bahan yang di gunakan yaitu ; Kentang 20 g, gula 10 g dan aqudes 1 L. Cara

membuatnya sebagai berikut :

1. Bersihkan kentang dan timbang sesuai kebutuhan.

2. Kentang dipotong kotak-kotak ( 1 x 1 x 1 cm2).

3. Siapkan pemanas (kompor/hot plate).

4. Siapkan glass beaker yang berisi 1 L aquades.

5. Masukkan kentang ke dalam glass beaker yang berisi aquades.

6. Panaskan sampai kentang lunak (± 20 menit).

7. Keluarkan kentang dan ambil ekstraknya.

8. Tambahkan 10 g gula pasir dan aduk sampai larut.

9. Ekstrak ketang-gula disaring, kemudian sterilkan dengan autoclaf.

10. Pindahkan ekstrak kentang-gula ke dalam erlenmeyer steril.

11. Inokulasikan starter jamur T. harzianum isolat SAPRO – 07 dan T. polysporum

ENDO – 4 ke dalam media cair.

12. Inkubasikan dengan alat fermintor.

d. Medium Water Agar

Jamur T. harzianum isolat ENDO – 07 dan T. polysporum isolat ENDO – 4

ditumbuhkan pada medium WA (Water Agar) yang mengandung 1 % ekstrak msing-

masing bahan. Ekstrak dapat berupa seresah daun kopi , seresah daun lamtoro, seresah

daun kemiri, dedak, sekam padi, serbuk gergaji, ampas aren dan bahan lain. Salah satu

dari bahan-bahan di atas dilarutkan dengan air steril (10 g bahan/100 ml air steril).

Kemudian disaring dengan kertas saring Whatman No. 1 serta disterilkan dengan

metode penyaringan menggunakan membran filter (diameter pori-pori/um). Ekstrak

bahan sebanyak 100 ml dicampur dengan 900 ml medium WA untuk mendapatkan

ekstrak bahan 1 %, ditambahkan gula sebanyak 10 g dan yeast 0,2%, selanjutnya aduk

sampai larut, pindahkan bahan ke dalam erlenmeyer atau botol steril (Gambar 2),

inokulasi stater berupa jamur T. harzianum isolat ENDO – 07 dan T. polysporum isolat

ENDO – 4 ke dalam media cair dan inkubasikan dengan alat fermintor.

Page 21: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

21

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

Gambar 2. Biofungisida formulasi cair (a) dan populasi jamur Trichoderma spp. pada

medium PDA (Sumber : Sudantha 2010)

3.1.3. Proses Pembuatan Formulasi Butiran Ca- Alginant Trichoderma spp.

Massa jamur dibiakkan dalam fermnetasi cair dengan menggunakan medium Glukosa

Pepton Yeast (GPY) dengan formula 15 gr glukosa, 2 g pepton, 5 g yeast, 1 g asparagin, 0,5

K2HPO4, 0,25 g MgSO4.7 H2O, 0,001 g thiamin HCl, 1 l H2O dimasukkan dalam gelas

Erlenmeyer 250 ml, kemudian dua lempengan PDA berisi jamur (diameter 5 mm) diinokulasi

dalam gelas Erlenmeyer. Selanjutnya diinkubasi pada temperatur 270 C pada pengaduk

berputar dengan kecepatan 120 putaran per menit. Setelah media dalam gelas Erlenmeyer

dipadati oleh miselia. Kemudian dihomogenkan dengan mixer dan suspensi miselia siap untuk

diformulasikan.

100 g kaolin dan 10 g sodium alginat ditambahkkan kedalam satu liter air dalam

Erlenmayer dan disterilkan dalam autoclave. 800 ml. Campuran kaolin-alginat steril dicampur

dengan 200 ml suspensi miselia yang disiapkan melalui fermentasi cair. Untuk skala industri

disesuaikan dengan produksi yang akan dibuat. Campuran kaolin-alginat ini kemudian

dicampur dengan pengaduk magnetis dalam gelas Erlenmeyer 2 liter, kemudian diteteskan

melalui pipet pastur ke dalam suspensi Ca – glikonat 0,1 M. Tetesan langsung menggumpal

membentuk butiran setelah menyentuh Ca – glukonat. Butiran dikeluarkan dari suspensi Ca –

glukonat secara teratur dan dikeringkan dalam lainar air flow selama 60 jam. Semua langkah

kegiatan dalam proses ini dikerjakan dalam keadaan aseptik. Selanjutnya ditimbang berat basah

dan berat kering 1 butiran kaolin-alginat dan diamati kadar lengas butiran kering.

3.1.4. Proses Pembuatan Formulasi Serbuk Trichoderma spp.

b a

Page 22: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

22

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

Bahan pembawa atau substrat terlebih dahulu dikeringkan dan dihancurkan, selanjutnya

diayak dengan ayakan berdiameter 2 mm. Serbuk/tepung yang tlah siap kemudian dibasahi

dengan air steril secukupnya, sehingga diperoleh campuran yang homogen, kemudian ditanak

selama 60 menit. Serbuk/tepung yang telah matang ini ditimbang sebanyak 200 g dan dikemas

dalam kantong kaca tahan panas dan disterilkan dalam autoclaf dan substrat ini kemudian

diinokulasi dengan suspensi jamur T. harzianum isolat ENDO – 07 dan T. polysporum isolat

ENDO – 4 (kerapatan spora 102/ml suspensi). Selanjutnya diinkubasi pada suhu kamar

(Gambar 4).

Gambar 4. Biofungisuda formuasi serbuk (a) dan Populasi jamur Trichoderma. spp.pada

medium PDA (b). (Sumber: Sudantha, 2010)

Bahan/alat :

Nasi yang sudah bermalam : 1 – 2 muk/takar

Bambu (dibelah 2 bagian) : 1 ruas

Tali plastic/karet secukupnya.

Cara Pembuatan :

Membersihkan bagian bambu yang akan digunakan, kemudian belahan bambu dibuat

lubang sebesar jari kelingking pada kedua ruas kiri dan kanan.

Selanjutnya isi satu bagian/belahan bambu dengan nasi yang sudah dibiarkan semalam.

Satukan belahan bambu tersebut dan ikat dengan tali plastik sampai rapat

Kubur di tanah yang subur/humus sedalam 10-20 cm, tutup kembali dengan tanah dan

bertanda untuk memudahkan pengambilan.

b a

Page 23: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

23

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

Biarkan selama 5-7, kemudian ambil dan jika terdapat jamur seperti kapas maka

Trichoderma. sudah didapatkan.

Cara Perbanyakan Trichoderma spp.

Cara 1:

Bahan :

Dedak : 10 kg

Gula Pasir : 20 sdm

Air : secukupnya (3:l)

Biakan Trichoderma : 1 ruas bambu

Proses perbanyakan:

Dedak dikukus terlebih dahulu untuk mensterilkan dedak dari berbagai

jamur/bakteri.

Larutkan gula dalam air matang.

Biakan Trichoderma dikeluarkan dari bambu dan dicampurkankan dengan

dedak.

Campuran dedak dan trichoderma ditaburi larutan gula hingga dedak bisa

dikepal-kepal (tidak terlalu kering dan basa)

Masukkan dalam wadah plastik dan tempatkan ditempat yang terhindar dari

matahari dan hujan langsung.

Biarkan selama 3 – 7 hari

Cara 2:

Bahan:

Jamur induk Trichoderma spp. (F0)

Satu ruas bambu

Beras (sesuaikan dengan keinginan)

Air matang.

Alcohol 70% (untuk pensterilan peralatan)

Alat yang digunakan :

Plastik bening

Page 24: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

24

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

Kompor Gas

Panci

Sendok

Wadah / nampan

Lilin

Proses perbanyakan :

Beras dimasak menjadi 1/3 masak (selama 10 menit),

Setelah beras menjadi 1/3 masak dinginkan pada wadah nampan yang telah

disediakan.

Setelah itu masukan beras yang telah didinginkan tersebut kedalam plastik

bening. Setiap plastik diisi dengan beras 10 sendok makan.

Kemudian beras yang telah selesai di masukkan ke dalam plastik dilakukan

proses pengukusan kembali selama 10 menit.

Selanjutnya dinginkan lagi pada wadah nampan hingga benar-benar dingin.

Sendok yang akan digunakan harus disterilkan dengan menggunakan alcohol,

begitu juga dengan tangan.

Sendok tersebut kemudian didekatkan dengan api lilin secara sekilas saja, hal

ini bertujuan untuk mensterilkan sendok dari bakteri-bakteri di udara.

Gunakan sendok yang telah disterilkan tersebut untuk mengambil bahan induk

jamur trichoderma.

Setiap 1 kantong plastik yang berisi beras yang telah dikukuskan tadi akan kita

isi dengan bahan induk jamur trichoderma sebanyak 1/3 sendok.

Kocokkan agar jamur trichoderma merata tercampur dengan media beras yang

telah dikukus..

Kemudian setelah itu streples ujung plastik yang terbuka agar tidak ada celah

binatang kecil seperti semut masuk ke dalam plastik tersebut.

Simpan selama 14 hari.

Jika proses yang lakukan baik dan benar maka setelah 14 hari media beras diatas

akan berubah warna menjadi warna hijau yang merata.

Trichoderma (F1) ini sudah siap untuk digunakan (Anonim, 2016).

Page 25: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

25

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

3.1.5. Teknik Aplikasi Trichoderma spp. Sebagai Pemacu Pertumbuhan

Trichoderma spp. dapat berfungsi sebagai biofertilizer (pupuk organik) dan sebagai

biopestisida. Dalam penerapannya sebagai pemacu pertumbuhan khususnya pada bawang

merah, Trichoderma spp. dapat diaplikasikan dengan berupa pupuk yang telah difermentasi

dengan jamur Trichoderma spp. Sebab, menurut Chang et al., (1986) dalam Yedidia et al.,

(2001), mengemukakan jamur Trichoderma spp. merupakan salah satu mikroorganisme

fungsional dan agen hayati yang dikenal juga sebagai biofungisida. Penggunaan Trichoderma

spp. dapat pula sebagai organisme pengurai, serta berfungsi sebagai stimulator pertumbuhan

tanaman.

Lebih lanjut Herlina dan Pramesti (2004), Trichoderma spp. memberikan pengaruh

positif terhadap pertumbuhan tanaman dan hasil produksi tanaman, karena Trichoderma spp.

memiliki sifat pemacu pertumbuhan. Aplikasi Trichoderma spp. dapat meningkatkan produksi

berbagai sayuran (Simarmata et al., 2004; Nurhayati et al., 2012).

Ada tiga macam cara aplikasi biofertilizer (pupuk organik) Trichoderma spp. yang

dapat diterapkan pada bawang merah (Allium cepa L.) yaitu sebagai berikut:

1. Menaburkan langsung pada bedengan

Penaburan Trichoderma spp. dapat dilakukan bersamaan dengan berbagai pupuk dasar

seperti kompos atau pupuk kandang dan disebarkan secara merata pada bedengan yang masih

setengah jadi, bukan diberikan di atas bedengan yang telah jadi. Untuk dosis pemberian kurang

lebih 500 kg/ha atau pertanaman 20-25 gram.

2. Menaburkan pada lubang tanam

Aplikasi Trichoderma spp. pada lubang tanam dilakukan pada saat pindah tanam,

dengan cara menaburkan Trichoderma spp. di tiap lubang tanam, maka dengan demikian

Trichoderma spp. dapat langsung mengenai perakaran tanaman. Dosis Trichoderma spp. yang

digunakan sebesar kapsul obat.

3. Pengocoran

Trichoderma spp. juga dapat diaplikasikan dengan cara dikocor. Pengocoran bisa

dimulai pada saat tanaman bawang merah berusia kurang lebih 7-10 hari setelah tanam (HST)

Page 26: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

26

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

dan diulangi sampai 10 hari sampai 4 kali perlakuan. Dosis pengocoran 1 sendok teh yang

berkisar per 250 ml air/tanaman (Pary, 2013).

Gambar 5. Aplikasi kompos Trichoderma spp. dapat memacu pertumbuhan vegetatif dan pembungaan bawang merah (Sudantha et al., 2017)

3.1.6. Mekanisme Kinerja Trichoderma spp.

Jamur Trichoderma sp. merupakan satu dari sekian banyak agen pengendali hayati yang

telah dikembangkan dan diaplikasikan secara luas. Keberhasilan penggunaan agen hayati ini

telah banyak dilaporkan di berbagai penelitian diantaranya untuk mengendalikan penyakit akar

putih Rigidoporus micropus di perkebunan karet dan teh. Jamur ini juga sebagai agen hayati

untuk mengendalikan patogen penyebab rebah kecambah Rhizoctania solani, busuk batang

Fusarium sp., akar gada Plasmodiophora brassicae, dan patogen Pythium yang merupakan

patogen tular tanah yang dapat menyebabkan penyakit rebah kecambah (Dumping off) pada

kacang-kacangan.

Jamur Trichoderma spp. memiliki kemampuan untuk menghasilkan hormon yang dapat

memacu pertumbuhan tanaman. Hormon tumbuhan merupakan senyawa organik yang

disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain. Dan pada konsentrasi

yang sangat rendah mampu menimbulkan respon fisiologis. Respon tersebut dapat berupa

memacu pertumbuhan batang, daun, akar, bunga atau buah (Salisbury dan Ross 1995). Diduga

etilen merupakan hormon yang dihasilkan oleh jamur Trichoderma spp. yang dapat memacu

Page 27: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

27

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

pembungaan pada bibit vanili. Tambahnya lagi Salisbury menjelaskan beberapa jenis jamur

yang hidup di tanah dapat menghasilkan etilen. Hal itu dilepaskan oleh jamur tersebut sehingga

mampu mendorong perkecambahan biji, mengendaliakan pertumbuhan kecambah,

memperlambat serangan organisme patogen. Senyawa etilen tersebut dapat meningkatkan

sintesis enzim, sehingga memacu gugur daun, selulase dan enzim pengurai dinding sel lainnya

yang muncul di lapisan absisi. Jika sel terluka, fenilalani amonialiase muncul, enzim ini penting

dalam pembentukan senyawa fenol yang berperan dalam pemulihan luka. Jika jamur patogenik

tertentu menyerang sel, etilen menginduksi tanaman untuk membentuk dua macam enzim yang

menguraikan dinding sek jamur tersebut, yaitu dikenal dengan enzim B-(1,3) gukanase dan

chitinase.

Beberapa spesies Trichoderma bahkan mampu menghasilkan metabolit gliotoksin dan

viridin sebagai antibiotik dan beberapa spesies juga diketahui dapat mengeluarkan enzim b1,3-

glukanase dan kitinase yang menyebabkan eksolisis pada hifa inangnya, namun proses yang

terpenting yaitu kemampuan mikoparasit dan persaingannya yang kuat dengan patogen (Chet,

1987). Beberapa penelitian yang telah dilakukan, Trichoderma sp. memiliki peran antagonisme

terhdap beberapa patogen tular tanah yang berperan sebagai mikoparasit terhadap beberapa

tanaman inang.

Chet (1987) menambahkan penjelasan bahwa, mikoparasitisme dari Trichoderma sp.

merupakan suatu proses yang kompleks dan terdiri dari beberapa tahap dalam menyerang

inangnya. Interaksi awal dari Trichoderma sp. yaitu dengan cara hifanya membelok ke arah

jamur inang yang diserangnya. Ini menunjukkan adanya fenomena respon kemotropik pada

Trichoderma sp. karena adanya rangsangan dari hifa inang ataupun senyawa kimia yang

dikeluarkan oleh jamur inang. Ketika mikroparasit itu mencapai inangnya, hifanya kemudian

membelit atau menghimpit hifa inang tersebut dengan membentuk struktur seperti kait (hook-

like structure), mikoparasit ini juga terkadang memenetrasi miselium inang dengan

mendegradasi sebagian dinding sel inang.

3.1.7 Potensi yang dimiliki Jamur Trichoderma spp. sebagai Pertumbuhan Tanaman

Trichoderma spp. selain memiliki peran sebagai pengendalian hayati patogen juga

memiliki potensi yang cukup baik sebagai agen pengendalian hayati. Jamur tersebut dapat

dijadikan sebagai dekomposer tambahan dalam pembuatan pupuk organik dan juga dapat

merangsang pertumbuhan tanaman. Menurut Baker et al. (1991), Trichoderma sangat efektif

Page 28: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

28

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

sebagai jamur pemacu pertumbuhan tanaman tomat, cabai dan mentimun. Trichoderma mampu

meningkatkan pertumbuhan tanaman disebabkan karena Trichoderma memiliki kemampuan

merangsang tanaman untuk meningkatkan hormon pertumbuhan. Asosiasi antara isolat

Trichoderma dengan akar membantu tanaman dalam mengabsorbsi mineral dari media

tumbuhan.

Windham et al. (1986) juga melaporkan bahwa perlakuan Trichoderma spp. pada

tanaman tomat dan tembakau mampu meningkatkan berat kering akar dan pucuk 21,3-27,5%

dan 25,9-31,8% dibandingkan kontrol.

Sudantha dan Abadi (2006) dari hasil penelitiannya melaporkan bahwa penggunaan

jamur Trichoderma spp. cenderung merangsang pembentukan tunas daun/ sulur, sedang pada

kontrol (tanpa jamur saprofit Trichoderma spp) bibit vanili terinfeksi penyakit busuk batang,

hal tersebut terjadi diduga karena jamur saprofit Trichoderma spp. tersebut mengeluarkan

substansi kimia atau hormon yang didifusikan ke dalam jaringan tanaman vanili yang dapat

memacu pembungaan. Lebih lanjut Windham et al. (1986) pernah melaporkan bahwa jamur T.

harzianum dapat meningkatkan perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman. Sedangkan

hasil penelitian Utomo (2009), menunjukkan bahwa bioaktivator Trichoderma, sp dapat

meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman gmelina arborea pada media gambut sebesar 39,44

% diameter batang 3,12 % dan luas daun 852,63 % dibanding kontrol.

Karena disamping mempunyai kemampuan sebagai agen biokontrol, jamur

Trichoderma spp. memberikan pengaruh positif terhadap perakaran tanaman, pertumbuhan

tanaman, dan peningkatan produktivitas tanaman bawang merah.

Page 29: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

29

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

3.2 Boron (B)

3.2.1 Boron sebagai Pemacu Pertumbuhan pada Bawang Merah

Pemberian unsur hara makro dan unsur hara mikro bagi tanaman sangat dibutuhkan

dalam meningkatkan produktivitas dan hasil produksinya terutama pada bawang merah. Boron

menjadi salah satu unsur hara mikro yang dibutuhkan karena merupakan unsur esensial yang

mampu mengatur fisiologis tanaman.

Menurut Hanafiah (2007), pada tanah dengan pH rendah dapat menyebabkan

kekurangan unsur hara mikro, sehingga perlu penambahan unsur hara mikro dengan pemberian

dosis yang tepat. Ketersediaan boron dalam tanah adalah sebesar 0,5 sampai dengan 2,0 ppm

tetapi hanya 0,5 hingga 2,5% yang tersedia untuk tanaman (Agustina, 2011). Boron diserap

tanaman dalam bentuk H3Bo3 (Matoh, 1997).

Hatta (2013) Boron merupakan salah satu unsur mineral esensial yang mengatur

beberapa proses fisiologis penting termasuk pembelahan dan pemanjangan sel, metabolisme

karbohidrat, translokasi asimilat, dan perkembangan dinding. Boron juga memainkan peran

penting dalam perkecambahan serbuk sari, pertumbuhan tabung polen, kesuburan bunga dan

perkembangan biji. Seperti halnya nutrisi mikro lainnya, pupuk boron dapat diberikan melalui

penyemprotan daun, fertigasi, perlakuan benih dan pemupukan tanah.

Steinberg et al. (1954), dengan kurangnya pemberian unsur hara mikro pada tanaman,

secara umum dapat menyebabkan stress pada tanaman termasuk hasil panen dengan kualitas

rendah, morfologi tanaman tidak sempurna (seperti pembuluh xylem lebih kerdil dari

ukurannya), dan mudah terserang hama dan penyakit. Selain itu, menurut Al-Amery et al.

(2011), pemberian boron dapat berperan dalam pembentukan aktivitas sel terutama dalam titik

tumbuh tanaman, juga dalam pembentukan serbuk sari, bunga dan akar. Sementara Bellaloui

(2011) menjelaskan dengan pemberian boron dapat membantu transportasi karbohidrat ke

seluruh bagian tanaman.

3.2.2 Teknik Aplikasi Pemberian Boron pada Bawang Merah

Dalam pemberian boron, sebaiknya dilakukan pada saat fase vegetatif yaitu pada fase

sebelum berbunga. Sebab pengaplikasian boron dengan konsentrasi tertentu dapat membantu

penyerapan dan transport fotosintat akan lebih baik pada bawang merah. Pemberian boron

sebelum fase pembungaan maka akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan

bawang merah yaitu meningkatkan tinggi tanaman dan perbanyakan umbi. Sementara itu,

kekurangan pemberian boron dapat mengakibatkan jumlah umbi pada bawang merah menurun

Page 30: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

30

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

atau sedikit dari sebelum pemberian pupuk, hal tersebut dapat dikarenakan proses penyerapan

fotosintatnya tidak berlangsung dengan baik.

Penambahan unsur boron pada tanaman bawang merah dapat dilakukan dengan cara

memberi pupuk boron pada waktu sebelum musim penghujan. Pupuk boron bisa didapatkan

pada distributor pupuk. Sehingga dapat memudahkan proses pemupukan.

Seperti yang diketahui pupuk boron yang diberikan melalui tanah diserap oleh akar

tanaman dari larutan tanah dalam bentuk ion. Unsur hara dari larutan tanah masuk ke epidermis

kemudian ditransportasikan dari epidermis ke sitoplasma antar sel penyusun jaringan akar dan

selanjutnya ditransportasikan dari xilem akar ke jaringan organ diatasnya. Jika dilakukan

pemupukan melalui daun, pupuk tersebut dilarutkan dalam air kemudian disemprotkan pada

daun. Menurut BBPP Lembang (2013), biasanya untuk unsur mikro kerena jumlahnya sedikit

sehingga pemberian lebih merata dan efisien, untuk penanggulangan secara cepat bila terjadi

defisiensi. Agar lebih efektif, pemberian harus dilakukan dua atau tiga kali dalam waktu dekat

terutama bila difisiensi sudah lanjut. Pupuk daun merupakan salah satu bentuk pupuk yang

macam dan jenisnya banyak beredar di pasaran merupakan pupuk majemuk yang mengandung

baik unsur hara makro maupun mikro. Pemberian pupuk melalui daun memberikan reaksi yang

lebih cepat dan efektif untuk menanggulangi kekurangan unsur mikro. Pada dasarnya

pemupukan melalui daun dilakukan untuk mengatasi defisiensi unsur hara pada tanaman.

Berdasarkan penelitian Amanullah et al. (2010), boron dengan dosis 1–4 kg/ha dapat

meningkatkan jumlah umbel dengan kisaran 3,4–3,6 umbel per rumpun, lebih banyak

dibandingkan umbel yang dihasilkan tanaman kontrol sebanyak 2,9 umbel per rumpun.

Peningkatan tersebut diikuti oleh peningkatan jumlah bunga per umbel dan jumlah buah per

umbel yang masing-masing meningkat sekitar 8,8–11,2% (9–14 bunga per umbel) dan 14,1–

23,9% (sekitar 7,4–12,5 buah per umbel) daripada kontrol. Peran boron dalam merangsang

pembungaan dan pembentukan buah dikarenakan boron merupakan unsur mikro yang

berhubungan dengan metabolisme hormon auksin.

Menurut Davies (2004), hormon auksin mempunyai efek dalam mendorong

pembungaan dan pertumbuhan bagian-bagian bunga serta menginduksi pembentukan buah.

Sebagaimana pada pemberian BAP, pemberian boron juga tidak memengaruhi persentase

bunga menjadi buah pada bawang merah.

Page 31: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

31

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

3.2.3 Mekanisme Kinerja Unsur Mikro Boron (B)

Boron bagi tanaman berperan penting dalam sintesis salah satu dasar pembentukan

RNA pada pembentuk sel misalnya pembelahan sel, pembentukan dinding sel, pendewasaan

sel, respirasi atau pernapasan dan pertumbuhan (Mengel dan Kirby, 2001). Selain itu Boron

juga berperan dalam perkecambahan serbuk sari dan pertumbuhan tabung polen (Feijo et

al.,1995).

Ali et al. (2015) menerangkan bahwa dengan pemberian boron pada tanaman dapat

membantu dalam pembentukan protein, seperti halnya nutrisi mikro lainnya, pupuk boron

dapat diberikan melalui penyemprotan daun, fertigasi, perlakuan benih dan pemupukan tanah.

Pemberian konsentrasi boron yang tepat diharapkan dapat mengoptimumkan pertumbuhan

tanaman bawang merah sehingga diperoleh hasil yang tinggi, dan pemberian boron melalui

daun dapat langsung diserap oleh tanaman padi guna menunjang proses fisiologis, terutama

fotosintesis.

Boron ditransportasikan dari larutan tanah ke akar tanaman melalui proses aliran masa

dan difusi. Selain itu, boron sering terdapat dalam bentuk senyawa organik. Boron juga

banyak terserap dalam kisi mineral lempung melalui proses substitusi isomorfik dengan Al3+

dan Si4+. Mineral dalam tanah yang mengandung boron antara lain turmalin

(H2MgNaAl3(Bo)2Si4O2)O20 yang mengandung 3%-4% boron. Mineral tersebut terbentuk dari

batuan asam dan sedimen yang telah mengalami metomorfosis. Mineral lain yang mengandung

boron adalah kernit (Na2B4O7.4H2O), kolamit (Ca2B6O11.5H2O), uleksit (NaCaB5O9.8H2O)

dan aksinat. Boron diikat kuat oleh mineral tanah, terutama seskuioksida (Al2O3 + Fe2O3)

(Athiqa, 2009 ; Yadi, 2012).

Boron sebagai unsur yang bertugas sebagai transportasi karbohidrat dalam tubuh

tanaman, pengisapan unsur kalsium dan perkembangan bagian-bagian tanaman yang tumbuh

aktif. Boron dalam tanah ada tiga bentuk, yaitu (1) senyawa silikat, (2) terikat mineral lempung

dan seskuioksida, dan (3) senyawa organik. Dalam silikat, boron memasuki struktur inti

melalui substitusi isomorfik terhadap ion Al3+ dan Si4+. Mula-mula boron dalam bentuk ini

relatif resisten. Tanah yang kadar bahan organiknya tinggi umumnya kadar boronnya juga

tinggi (Rosmarkam dan Nasih, 2002).

Dalam suatu jaringan tanaman, unsur boron ini dapat terjadi secara larut (mobile) dalam

air dan tidak terlarut (immobile) dalam air. Boron yang dapat larut (mobile) dalam air, dapat

digunakan oleh tanaman dalam bentuk asam borat H3BO3. Sementara boron yang tidak dapat

larut (immobile) dalam air, dapat masuk kedalam jaringan tanaman melalui stomata,

Page 32: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

32

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

eksodesmata dan kutikula. Dengan adanya perbedaan konsentrasi diluar dan didalam

sitoplasma, boron akan melewati membran plasma dengan bantuan saluran protein ke

sitoplasma.

Boron berfungsi dalam pembentukan dinding sel dan boron dapat ditranslokasikan ke

bagian tanaman lainnya, yaitu dengan melalui jaringan xylem ataupun floem. Selain itu, boron

juga berperan sebagai alat transportasi karbohidrat dalam tanaman. Karbohidrat

ditranslokasikan oleh boron ke bagian tanaman yang membutuhkan seperti titik tumbuh.

Boron dapat mempengaruhi perkembangan sel melalui pengaturan pembentukan

pilosakarida. Kecepatan pembelahan sel juga dipengaruhi oleh kadar boron tanaman, demikian

pula peranannya dalam sintethis pektin. Boron juga diketahui menghambat pembentukan pati.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa tanpa pemberian boron pada kacang-kacangan

transpirasi menjadi berkurang (BBPP Lembang, 2013).

3.3 Perbedaan antara Aplikasi Jamur Trichoderma spp. dan Unsur Mikro Boron (B)

dalam Memacu Pertumbuhan Bawang Merah (Allium cepa L.)

Perbedaan antara pengaplikasian jamur Trichoderma spp. yang diterapkan pada

bawang merah tidak berbeda jauh dengan pengaplikasian pupuk mikro boron dalam

meningkatkan pertumbuhan. Hanya saja perbedaan ditemukan pada teknik dan mekanisme

kinerjanya pada bawang merah dan tanah (area tanam).

Dari beberapa kutipan di atas Trichoderma spp. ditemukan dapat memacu

meningkatkan hormon pertumbuhuan, yang mana hormon tersebut berupa etilen yang sangat

cepat membentuk pembungaan pada tanaman. Selain itu ditemukan pula pada jamur

Trichoderma spp. ini selain sebagai pengendalian agen hayati dapat juga diandalkan sebagai

pengendalian agen patogen tular tanah yang mampu menyerang beberapa penyakit tanaman

karena sifat antagonisnya. Mekanisme kinerjanya pun berbeda-beda sesuai dengan jenis

Trichoderma yang digunakan. Namun untuk pengaplikasian pada tanaman bawang merah,

mekanisme kinerja dari Trichoderma spp. menurut beberapa penelitian sebelumnya, ditemukan

kinerja Trichoderma spp. selain mampu memberi daya tahan terhadap tumbuhan karena

mengeluarkan senyawa etilen dan menghasilkan sejumlah enzim berupa glukonase dan

kinitase, toksin trichodermin, mampu menghasilkan antibiotik gliotaksin dan viridin, yang

keseluruhan tersebut diserap tanaman dan berproses langsung dalam jaringan tanaman serta

dapat membawa dampak positif bagi pertumbuhan tanaman khususnya bawang merah.

Page 33: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

33

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

Sehingga jika jamur Trichoderma spp. diterapkan pada bawang merah sebagai fertilizer

maupun biokontrol, bifungisida dan bioaktivator, dari keseluruhan metode pemberian aplikasi

tersebut memiliki inti yang mana bahwa pengaruh jamur Trichoderma spp. sangat signifikan

dalam memacu pertumbuhan bawang merah dalam meningkatkan produktivitas serta dapat

meningkatkan hasil produksi bawang merah khususnya jika diterapkan di daerah Nusa

Tenggara Barat khususnya pulau Lombok.

Sedangkan pada unsur mikro berupa Boron (B) mekanisme kerjanya diserap melalui

akar dari larutan tanah dalam bentuk ion. Unsur mikro masuk ke dalam jaringan tanaman

sebagai pembawa karbohidrat untuk dibawa ke seluruh tubuh tanaman bawang merah. Selain

itu dalam hal memacu pertumbuhan bawang merah, boron memacu pembelahan sel melalui

RNA, sehingga dapat membentuk dinding sel lebih cepat yang menyebabkan proses

pertumbuhan pun berlangsung lebih cepat.

Pemberian boron banyak dilakukan dengan memberikan tanaman berupa pupuk daun.

Pupuk daun dipilih sebagai metode yang tepat karena mudah terserap ke dalam tanaman. Dari

kutipan di atas, boron di tanah sangat sedikit sehingga memerlukan dukungan dengan

pemberian pupuk secara manual.

Dari kedua aplikasi yang dilakukan yakni pemberian Trichoderma spp. dan boron pada

bawang merah telah membuktikan bahwa kedua pengaplikasian tersebut mampu memacu

pertumbuhan tanaman bawang merah. Hal tersebut telah dibuktikan dari beberapa contoh

penelitian dan pustaka terdahulu yang dilakukan oleh beberapa ahli. Maka jika pertumbuhan

bawang merah dapat dipacu dengan pemberian Trichoderma spp. dan boron besar

kemungkinan apabila diterapkan pada lahan akan menghasilkan produk hasil yang lebih

memuaskan. Sehingga kebutuhan bawang merah di masyarakat terpenuhi dan diharapkan

mampu meningkatkan swasembada pangan di Indonesia.

Page 34: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

34

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

BAB IV

KESIMPULAN

Jamur Trichoderma spp. dapat memacu meningkatkan hormon pertumbuhuan, yang

mana hormon tersebut berupa etilen yang sangat cepat membentuk pembungaan pada tanaman.

Jamur Trichoderma spp. selain mampu memberi daya tahan terhadap tumbuhan karena

mengeluarkan senyawa etilen dan menghasilkan sejumlah enzim berupa glukonase dan

kinitase, toksin trichodermin, mampu menghasilkan antibiotik gliotaksin dan viridin, yang

keseluruhan tersebut diserap tanaman dan berproses langsung dalam jaringan tanaman serta

dapat membawa dampak positif bagi pertumbuhan tanaman khususnya bawang merah.

Boron (B) ditemukan dapat memacu pertumbuhan bawang merah karena memiliki

mekanisme kerja yang langsung diserap melalui akar dari larutan tanah dalam bentuk ion.

Unsur mikro masuk ke dalam jaringan tanaman sebagai pembawa karbohidrat untuk dibawa

ke seluruh tubuh tanaman bawang merah. Selain itu dalam hal memacu pertumbuhan bawang

merah, boron memacu pembelahan sel melalui RNA, sehingga dapat membentuk dinding sel

lebih cepat yang menyebabkan proses pertumbuhan lebih baik.

Page 35: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

35

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2016. Cara Membuat dan Memperbanyak Trichoderma spp. sendiri. (Online)

http://pertanianhematbiaya.blogspot.co.id Akses 25 Desember 2016.

Aghtape AA, Ghanbari A, Sirousmehr A, Siahsar B, Asgharipour M, Tavssoli A. 2010. Effect

of irrigation with waste water and foliar fertilizer application on some forage

characteristics of foxtailmillet (Setariaitalica), International J. of Plant Physiology and

Biochemistry 3 (2010) 34-42.

Agustina, L. 2011. Unsur Hara Mikro I (Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl) Manfaat Kebutuhan

Kahat dan Keracunan Edisi Pertama. Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya.

Malang.

Al-Amery, M.M., Hamza, J. H., and Fuller. M. P. 2011. Effect of Boron Foliar Application on

Reproductive Growth of Sunflower (Helianthus annuus L.). International Journal of

Agronomy. 71 (2): 236-244.

Amanullah, M. M., S. Sekar., and S. Vincent. 2010. Plant Growth Substance in Crop

Production: A Review. Asian Journal of Plant Sciences. 9 (4): 215- 222.

Aref, F. 2012. Manganese, Iron, and Copper Contents in Leaves of Maize Plant (Zea mays L.)

Grown with Different Boron and Zinc Micronutrients. African Journal of Biotechnology.

11 (4): 896-903.

BAPPEDA. 2012. Hasil Potensi Bawang Merah. (Online) http://bappeda.ntbprov.go.id Akses

23 Desember 2017.

BBPP Lembang. 2013. Pemberian Pupuk Makro dan Mikro Bagi Tanaman. (Online)

http://www.bbpp-lembang.info. Akses 26 Desember 2017.

BPPT, 2007. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan. http//www.iptek.net.id/ind/teknologi-

pangan/index.php id=244. Diakses 21 Februari 2007

BPS. 2015. Data Tahunan Bawang Merah. (Online) http://ntb.bps.go.id Akses 24 Desember

2017.

Bellaloui, N. 2011. Effect of Water Stress and Foliar Boron Application on Seed Protein, Oil,

Fatty Acids and Nitrogen Metabolism in Soybean. USA. American Journal of Plant

Sciences. (2): 692-701.

Chang, Y. C., R. Baker, O. Kleifeld and I. Chet. 1986. Increased growth of plants in presence

of the biological control agent Trichoderma harzianum. Pant dis. 70, 145-148.

Chet,I. 1987. Innovative Approaches to Plant Diseases Control. USA: John Wiley and Sons,

A Wiley-Interscience Publication.

Page 36: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

36

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

Cook, R..J. & K.F. Baker, 1989. The Nature on Practice of Biological Control of Plant

Pathogens. The American Phytopathological Society, St. Paul. America : ABS Press.

Davies, PJ 2004, Plant hormone, Prentice-Hall. Inc., New York.

Devi, S. Nugroho, T.T., Chainulfiffah, Dahliaty, A. 2000. Pemumian enzim selulase

eksrtaseluler dari jamur Trichoderma viride TNJ63 isolat dari wilayah daratan Riau.

Laporan penelitian Pekanbaru: Lembaga Penelitian Universitas Riau.

Dewi, N. 2012. Untung Segunung Bertanam Aneka Bawang. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Domsch, K.H., Gams, W., Anderson, T.H. 1980. Compendium of soil fungi. Vol 1 Academic

press, London

Druzhinina, L, Kubicek, C. P. 2005. Spesies concepts and biodiversity in Trichoderma dan

Hypocrea: from aggregate species to species clusters. J. zhejiang univ SCI. 6B, 100-112

Estu, dkk. 2007. Bawang merah. Penebar swadaya. Jakarta

Feijo, J. A., R. Malho, and G. Obermeyer. 1995. Ion Dynamics and its Possible Role During

In Vitro Pollen Germination and Tube Growth. Protoplasma Journal. (187): 155-167.

Gardner, F. , R. Brent Pearce, R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya (terjemahan).

UI Press. Jakarta.

Ginta, J. 2005. Unsur Hara Mikro Yang Dibutuhkan Tanaman.

www.nasih.staff.ugm.ac.id/pnt3404/4%209417.doc. Diakses tanggal 23 Oktober 2007.

Hanafiah, K. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 355 hlm.

Harman, G.E. 2006. Trichoderma sp., including T. harzianum, T. viride, T. koningii, T.

hamatum and other sp. Deuteromycetes, Moniliales (asexual classification system).

Available from: http//www.nvsaes.comell.edu/biocontrol/pathogen/trichoderma.html.

Tanggal akses: 20 mei 2006.

Hatta, M. 2013. Optimasi Priming Benih dengan Boron untuk Meningkatkan Perkecambahan

dan Pertumbuhan Bibit Gandum. (Online) http://emhatta.wordpress.com Akses 24

Desember 2017.

Herlina, L. dan D. Pramesti. 2004. Penggunaan kompos aktif Trichoderma harzianum dalam

meningkatkan pertumbuhan tanaman cabai. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Negeri Semarang.

Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Perkasa. Jakarta.

Limbongan J. dan Maskar, 2003.. Potensi Pengembangan dan Ketersediaan Teknologi Bawang

Merah Palu Di Sulawesi Tengah. Balai Pengkajian Teknologi Papua. J. Litbang

Page 37: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

37

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

Pertanian, 22 (3). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen

Pertanian. Jakarta.

Lingga, P dan Marsono. 2002. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Matoh, T. 1997. Boron in Plant Cell Walls. Plant and Soil Journal. 193 (5): 59-70.

Mengel, K. dan E.A. Kirby. 2001. Principles of Plant Nutrition. Kluwer Academic Publisher

Edition 5th. 849 p.

Miftahuddin. 2011. Trichoderma Berfungsi sebagai Agen Hayati dan Stimulator Pertumbuhan

Tanaman. (Online) http://scribd.com Akses 25 Desember 2017.

Mortvedt , J.J. , F.R. Cox , L.M. Shuman and R.M. Welch . 1991. Micronutriens

in Agriculture. Soil Science Society of America, Inc. Madison, USA.

Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agro Media Pustaka. Tangerang.

Pahan I. 20008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga

Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pary. 2013. Peran Jamur Trichoderma dalam Pertanian. (Online)

http://www.gerbangpertanian.com Akses 24 Desember 2017.

Prayoba, U. E.; I. M. Sudantha; Suwardji. 2017. Influence of Coconut Shell Biochar and Dose

Biocompost (Granules and Liquid Form) Fermented with Trichoderma spp. Against

Growth and Wilt Disease on Soybean. Proceeding of 2nd ICST 2017. The 2nd

International Conference on Science and Technology 2017 “Joint International

Conference on Science and Technology in The Tropic”. Mataram, August, 23th-24th

2017. 442 – 451.

Rahmawati A. 2011. Pengaruh mineral boron dan fungi mikoriza arbuskular dalam formula

coating terhadap pertumbuhan vegetatif dan generative tanaman leguminosa pakan

Calopogonium mucunoides Desv [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rinsema, W.T. 1983. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.

Rostaliana, Pevi, Priyono, Prawito, Edhi, Turmudi. 2013. “Pemanfaatan Biochar untuk

Perbaikan Kualitas Tanah dengan Indikator Tanaman Jagung Hibrida dan Padi Gogo

pada Sistem Lahan Tebang Bakar”.Tesis. Fakultas Pertanian Unib.

Rukmana, R. 1994. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius. Yogyakarta.

Sakya , A.T. 2001. Study of Boron Deficiency Sympton on Eucalyptus Globulus Seedlings

Using Boron- Buffered Solution Culture. J. Agrosains. 3(2): 70-77.

Salisbury, F.B. dan C.W. Ross .1995. Fisiologi Tumbuhan (terjemahan). Penerbit ITB.

Bandung.

Page 38: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

38

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

Simarmata T., R. Hindersah, M. Setiawati, B. Fitriani, P. Suriatmana, Y. Surmarni dan D.

Hudaya Arief. 2004. Strategi pemanfaatan pupuk hayati CMA dalam revitalisasi

ekosistem laham marjinal dan tercemar. Workshop produksi inokulan CMA. Lembang.

22-23 Juli 2004.

Steinberg R., S. Robert and E. Roller. 1954. Effects of Micrnutrient Deficiences on Mineral

Compsition, Nitrogen Fractions, Ascorbic Acid, and Burn of Tobacco Grown to

Flowering in Water Culture. Plant Physiology Journal. (58): 123-129 hlm.

Sudantha, I. M. 2007. Karakterisasi dan Potensi Jamur Endofit dan Saprofit Antagonistik

Sebagai Agens Pengendali Hayati Jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae Pada

Tanaman Vanili di Nusa Tenggara Barat. Disertasi Program Pascasarjana Universitas

Brawijaya, Malang. 337 hal.

Sudantha, I. M. 2009. Biodiversitas Jamur endofit Pada Vanili (Vanilla planifolia Andrews)

dan Potensinya Untuk Meningkatkan Ketahanan Vanili Terhadap Penyakit Busuk

Batang. Laporan Kemajuan Penelitian Fundamenatal DP3M DIKTI. Fakultas Pertanian

Universitas Mataram, Mataram 107 hal.

Sudantha, I.M. 2009. Aplikasi Jamur Trichoderma spp (Isolat ENDO-02 dan 04 serta SAPRO-

07 dan 09) Sebagai Biofungisida, Dekomposer, dan Bioaktivator Pertumbuhan dan

Pembungaan Tanaman Vanili dan Pengembanngannya pada Tanaman Hortikultura dan

Pangan Lainnya di NTB. Laporan Penelitian Hibah Kompetensi DP2M DIKTI, Mataram.

117 hal.

Sudantha, I. M. 2010. Buku Teknologi Tepat Guna: Penerapan Biofungisida dan Biokompos

pada Pertanian Organik. Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Mataram.

Sudantha, I. M., 2010a. Pengujian beberapa jenis jamur endofit dan saprofit Trichoderma spp.

Terhadap penyakit layu fusarium pada tanaman kedelai. Website:

http://fp.unram.ac.id/data/2012/04/20-2-3_02-Sudantha_Rev-Wangiyana__P.pdf.

Tanggal: 25 Mei 2012 .

Sudantha, I. M. 2011. Uji Aplikasi Beberapa Jenis Biokompos (hasil fermentasi jamur T.

koningii isolat Endo-02 dan T. harzianum isolat Sapro-07) pada Dua Varietas Kedelai

terhadap Penyakit Layu Fusarium dan Hasil Kedelai. Jurnal Agroteksos Vol. 21 No.1,

April 2011. 39 – 46. http:// fp.unram.ac.id-agroteksos (Diunduh pada hari Senin tanggal

25 April 2016).

Sudantha, I. M. 2011. Makalah Seminar Regional Potensi Pengembangan Pertanian Organik

Sebagai Salah Satu Model Pertanian Terpadu Berkelanjutan. Fakultas Pertanian

Universitas Mataram. Mataram.

Sudantha, I. M. 2012. Pemanfaatan Jamur Endofit Dan Saprofit Antagonis Untuk

Biofungisida, Bioaktivator Dan Biodekomposer Dengan Teknologi Fermentasi.

Page 39: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

39

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

Working Paper. Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian Unram, Mataram. 21

hal.

Sudantha, I. M. dan Suwardji. 2013. “Pemanfaatan Biokompos, Bioaktivator dan Biochar

untuk Meningkatkan Hasil Jagung dan Berangkasan Segar pada Lahan Kering Pasiran

dengan Sistem Irigasi Sprinkler Big Gun”. Usul Penelitian Unggulan Strategis Tema:

Ketahanan dan Keamanan Pangan (Food Safety & Security). Laporan Penelitian Strategis

Nasional, Universitas Mataram.

Sudantha, I. M. 2014. Buku Patogen Tumbuhan Tular Tanah dan Pengendaliannya. Percetakan

Arga Puji Press. Mataram. ISBN: 978-979-1025-56-0. 250 hal.

Sudantha, I. M. 2015. Kiat Mendapatkan Vanili Bebas Penyakit Busuk Batang Menggunakan

Jamur Endofit Antagonis. Percetakan Arga Puji Press. Mataram. ISBN: 978-979-1025-

55-3. 128 hal.

Sudantha, 2015. Pemanfaatan Bioaktivator dan Biokompos untuk Meningkatkan Kesehatan,

Kuantitas dan Kualitas Hasil Bawang Merah. Laporan Penelitian Mandiri Program

Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram.

Sudantha, I. M. dan Suwardji. 2015. The Use of Biocompost and Bioactivator in a Granule

Formulation Containing Trichoderma spp. to Enhance Growth and Yield of Soybean in

Tropopsament of North Lombok. International Seminar on the Tropical Natural

Resources, Mataram, 11th June 2015.

Suwardji dan I. M. Sudantha. 2016. Pemanfaatan Bioaktivator dan Biokompos Hasil

Fermentasi Jamur Endofit dan Saprofit Trichoderma spp. untuk Meningkatkan

Kesehatan Tanaman, Kualitas dan Kuantitas Umbi Bawang Merah untuk Benih/Bibit

dan Konsumsi. Laporan Penelitian Pengembangan Ipteks Direktorat Riset dan

Pengabdian Masyarakat Kemenristekdikti. 80 hal.

Sudantha, I. M. dan Suwardji. 2015. Pengaruh Pemberian Beberapa Formulasi Bioaktivator

Dari Bahan Dasar Jamur Antagonis Trichoderma Harzianum Isolat Sapro-07 Dan

Trichoderma Polysporom Isolat Endo-04 Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa

Varietas Kedelai. In: Seminar Nasional Biologi Wallacea FMIPA UNRAM, 19 Agustus

2015, Mataram. 13 hal.

Sudantha, 2015. Pemanfaatan Bioaktivator dan Biokompos untuk Meningkatkan Kesehatan,

Kuantitas dan Kualitas Hasil Bawang Merah. Laporan Penelitian Mandiri Program

Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram.

Sudantha, I. M. dan Suwardji. 2015. The Use of Biocompost and Bioactivator in a Granule

Formulation Containing Trichoderma spp. to Enhance Growth and Yield of Soybean in

Tropopsament of North Lombok. International Seminar on the Tropical Natural

Resources, Mataram, 11th June 2015.

Suwardji dan I. M. Sudantha. 2016. Pemanfaatan Bioaktivator dan Biokompos Hasil

Fermentasi Jamur Endofit dan Saprofit Trichoderma spp. untuk Meningkatkan

Kesehatan Tanaman, Kualitas dan Kuantitas Umbi Bawang Merah untuk Benih/Bibit

Page 40: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

40

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

dan Konsumsi. Laporan Penelitian Pengembangan Ipteks Direktorat Riset dan

Pengabdian Masyarakat Kemenristekdikti. 80 hal.

Sudantha, I. M. and Suwardji. 2016. Growth and Yield of Onion (Allium Cepa Var.

Ascalonicum) as CA Result of Addition of Biocompost and Boactivity Fermented with

Trichoderma spp. In: The 1st International Conference on Science and Technology

(ICST) 2016, 1-2 Desember 2016, Universitas Mataram.

Sudantha, I. M.; M. T. Fauzi; Suwardji. 2016. Uji aplikasi fungi mikoriza arbuskular (FMA)

dan dosis bioaktivator (mengandung jamur Trichoderma spp.) Dalam mengendalikan

penyakit layu fusarium pada tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.). In:

Pengembangan Pertanian Berkelanjutan yang Adaptif terhadap Perubahan Iklim Menuju

Ketahanan Pangan dan Energi, 12 November 2016, Universitas Mataram. 700 – 707.

Sudantha, I. M. dan Suwardji. 2016. Respon pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai terhadap

pemberian biochar dan berbagai dosis bioaktivator yang difermentasi dengan jamur

trichoderma spp. di lahan kering. Seminar Nasional Pengelolaan dan Peningkatan

Kualitas Lahan Sub-Optimal Untuk Mendukung Terwujudnya Ketahanan dan

Kedaulatan Pangan Nasional Universitas Panca Bhakti Pontianak, 2–3 Mei 2015. 8 hal.

Sudantha, I. M. dan Suwardji. 2017. Produksi Pupuk Organik Dan Pemanfaatannya Untuk

Peningkatan Hasil Jagung Di Lahan Kering. In: Seminar Nasional Hasil Program PPM

Mono Tahun Pelaksanaan 2016 Diselenggarakan oleh Direktorat Riset dan Pengabdian

Masyarakat Kemenristekdikti RI, 28 Juli 2017, Denpasar Bali. 23 hal.

Sudarmi. 2013. PentingUnsur Hara Mikro Bagi Pertumbuhan Tanaman. Jurnal

Widyatama. 22(2): 178–183.

Sudirja, 2007. Bawang Merah. http//www.lablink.or.id/Agro/bawangmerah/Alternaria

partrait.html diakses tanggal 01 Maret 2015.

Supiandi, J. 1999. Produksi Enzim Kitinase dan Selulase Trichoderma sp. Isolat Perkebunan

Lada di Lampimg. Skripsi. FMIPA-UNRI, Pekanbaru.

Suriani, N. 2011. Bawang Bawa Untung.Budidaya Bawang Merah dan Bawang Merah.

Cahaya Atma Pustaka.Yogjakarta.

Sutejo, M. 2001. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

Syukur, A. 2005. Penyerapan Boron oleh Tanaman Jagung di Pantai Bugel dalam Kaitannya

dengan Tingkat Frekuensi Penyiraman dan Pemberian Bahan Organik. Jurnal Ilmu

Tanah dan Lingkungan. 5(2): 20–26.

Tariq M, Mott CJB. 2007. The significance of boron in plant nutrition and environment-a

review. J. of Agro6 (1):1-10.

Untung, O. 2001. Hidroponik Sayuran Sistem NFT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Page 41: Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering ...eprints.unram.ac.id/4917/1/DWI HARYATI NINGSIH DAN I MADE SUDANTHA... · ... yang mana hormon tersebut berupa etilen,

41

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Desember 2017

Utami, Yulani. 2015. Produktivitas dan Kualitas Hijauan Indigoferazollinge riana yang

Diinokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula dengan Berbagai Level Boron. (Online)

http://repository.ipb.ac.id Akses 24 Desember 2017.

Utomo, B., 2009. Pemanfaatan Beberapa Bioaktivator Terhadap Peningkatan Laju

Dekomposisi Tanah Gambut dan Pertumbuhan Gmelina arborea Roxb. Jurnal Penelitian

Hutan Tanaman. Vol.7 No.1, Februari 2010. 33-38. Dikutip dari

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/71103338.pdf. Diakses tanggal 10 Juni 2012.

Wahyuno D, Manohara D, dan Mulya K. 2009. Peranan bahan organik pada pertumbuhan dan

daya antagonisme Trichoderma harzianum dan pengaruhnya terhadap P. capsici. pada

tanaman lada. Jurnal Fitopatologi Indonesia 7: 76−82.

Wibowo, S inggih. 2005. Budidaya bawang. Penebar swadaya. Jakarta

Windham M, Y. Elad, R. Baker. 1986. A mechanism for increased plant growth induced by

Trichoderma spp. J Phytopathology 76:518-521.

Widyastuti SM, Sumardi, Irfa dan Harjono, 2006. Aktivitas penghambatan Trichoderma spp.

terformulasi terhadap jamur patogen tular tanah secara in-vitro. Jurnal Perlindungan

Tanaman Indonesia 8: 27-39.

Yadi. 2012. Unsur Hara Boron. (Online) http://yadi-zhe.blogspot.com Akses 26 Desember

2017.

Yedidia, I., A. K. Srivastva, Y. Kapulnik and I. Chet. 2001. Effect of Trichoderma harzianum

on microelement concretations and increased growth of cucumber plant. Plant soil. 235:

235-242.

Yudhiarti, S.; I. M. Sudantha; M. T. Fauzi. 2107. Influence of Arbuscular Fungi Mycorrhiza

and Dose Bioactivator (Tablet and Liquid Form) Fermented with Trichoderma spp.

Against Growth and Wilt Disease on Soybean. Proceeding of 2nd ICST 2017. The 2nd

International Conference on Science and Technology 2017 “Joint International

Conference on Science and Technology in The Tropic”. Mataram, August, 23th-24th

2017. 432 – 441.

Yusrinawati, I. M. Sudantha, W. Astiko. 2017. The Effort of Increasing Growth And Harvest

of Local Variety Red Onion With Applications of Some Dose of Indigenous Mycorrhizal

And Bioactivator Trichoderma Spp. in Dry Land. IOSR Journal of Agriculture and

Veterinary Science (IOSR-JAVS). 10 (9). pp. 42-49. ISSN e-ISSN: 2319-2380, p-ISSN:

2319-2372.