+ All Categories
Home > Documents > PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT...

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT...

Date post: 11-Dec-2020
Category:
Author: others
View: 1 times
Download: 0 times
Share this document with a friend
Embed Size (px)
of 46 /46
i PENGARUH HIDROTERAPI MINUM AIR PUTIH TERHADAP PENURUNAN KADARGULA DARAH SESAAT PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MLATI 1 SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Stikes Jendral Achmad Yani Yogyakarta Disusun oleh: YENY TUTUT PUSPITASARI 2213074 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2017
Transcript
  • i

    PENGARUH HIDROTERAPI MINUM AIR PUTIH TERHADAP

    PENURUNAN KADARGULA DARAH SESAAT PADA

    PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2DI WILAYAH

    KERJA PUSKESMAS MLATI 1 SLEMAN

    YOGYAKARTA

    SKRIPSI

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

    Stikes Jendral Achmad Yani Yogyakarta

    Disusun oleh:

    YENY TUTUT PUSPITASARI

    2213074

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

    JENDERAL ACHMAD YANI

    YOGYAKARTA

    2017

  • ii

  • iii

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-

    Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Pengaruh Hidroterapi Minum Air Putih Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Sesaat Pada

    Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Mlati 1 Sleman

    Yogyakarta”. Penyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka menyelesaikan studi S1 Keperawatan di Stikes Jendral Achmad Yani Yogyakarta.

    Penyusunan proposal ini telah dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan

    bantuan berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Pada kesempatan

    ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

    1. dr. Kuswanto Hardjo, M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jendral Achmad Yani Yogyakarta.

    2. Tetra Saktika Adinugraha., M.Kep., Ns.Sp.Kep.MB, selaku penguji yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji, mengoreksi, dan

    memberikan saran serta masukan terhadap penyusunan proposal ini.

    3. Dwi Kartika Rukmini, M.Kep., Ns.Sp.Kep.MB, selaku dosen Pembimbing yangt telah banyak memberi bimbingan, pengarahan, dan masukan kepada

    saya dalam penyusunan proposal.

    4. Puskesmas Malti 1 Sleman Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan bagi saya untuk melakukan penelitian.

    5. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan dan bantuannya.

    Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya,

    sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar

    harapan penulis semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

    memahami ilmu pengetahuan.

    Yogyakarta, 31 Agustus 2017

    Yeny Tutut Puspitasari

  • v

    DAFTAR ISI

    Hal

    HALAMAN JUDUL i

    HALAMAN PENGESAHAN ii

    PENYATAAN iii

    KATA PENGANTAR iv

    DAFTAR ISI v

    DAFTAR TABEL vii

    DAFTAR GAMBAR viii

    DAFTAR LAMPIRAN ix

    INTISARI x

    ABSTRACT xi

    BAB I PENDAHULUAN 1

    A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 4 C. Tujuan Penelitian 4 D. Manfaat Penelitian 5 E. Keaslian Penelitan 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9

    A. Tinjauan Teori 9 1. Diabetes Mellitus 9 2. Glukosa Darah 11 3. Hidroterapi 21

    B. Kerangka Teori 25 C. Kerangka Konsep 26 D. Hipotesis 26

    BAB III METODE PENELITIAN 27

    A. Desain Penelitian 27 B. Lokasi dan Waktu Penelitian 28 C. Populasi dan Sampel Penelitian 28 D. Variabel Penelitian 30 E. Definisi Operasional 31 F. Alat dan Metode Pengumpulan Data 32 G. Metode Pengolahan Data dan Analisa Data 33 H. Etika Penelitian 35 I. Pelaksanaan Penelitian 36

  • vi

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 40

    A. Hasil Penelitian 40 B. Pembahasan 47 C. Keterbatasan Penelitian 54

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 55

    A. Kesimpulan 55 B. Saran 56

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • vii

    DAFTAR TABEL

    Hal

    Tabel 3.1 Alur penelitian 27

    Tabel 3.2 Definisi operasional pengaruh hdroterapi minum

    air putih terhadap penurunan kadar gula darah sesaat

    pada pasien diabetes mellitus tipe2 31

    Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

    dan usia di wilayah kerja Puskesmas Malti I

    Sleman Yogakarta 41

    Tabel 4.2 Distribusi frekuensi aktivitas fisik responden di wilayah

    kerja Puskesmas Mlati I Sleman Yogyakarta 41

    Tabel 4.3 Distribusi frekuensi status hidrasi responden di wilayah

    kerja Puskesmas Mlati I Sleman Yogyakarta 42

    Tabel 4.4 Distribusi frekuensi tingkat stress responden di wilayah

    kerja Puskesmas Mlati I Sleman Yogyakarta 42

    Tabel 4.5 Kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes mellitus

    tipe 2 sebelum dan sesudah tanpa hidroterapi

    minum air putih (kelompok kontrol) 43

    Tabel 4.6 Kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes mellitus

    tipe 2 sebelum dan sesudah hidroterapi minum

    air putih (kelompok intervensi) 43

    Tabel 4.7 Hasil uji normalitas data pada kelompok kontrol 44

    Tabel 4.8 Hasil uji normalitas data pada kelompok intervensi 44

    Tabel 4.9 Perbedaan rata-rata kadar gula darah sewaktu pada

    pasien diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan sesudah

    tanpa hidroterapi minum air putih 44

    Tabel 4.10 Perbedaan rata-rata kadar gula darah sewaktu pada

    pasien diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan sesudah

    hidroterapi minum air putih 45

    Tabel 4.11 Perbedaan rata-rata kadar gula darah sewaktu posttest

    pada pasien diabetes mellitus tipe 2 antara kelompok

    intervensi dan kelompok kontrol 46

  • viii

    DAFTAR GAMBAR

    Hal

    Gambar 2.1 Warna urin untuk pengukuran tingkat hidrasi 20

    Gambar 2.2 Kerangka teori 25

    Gambar 2.3 Kerangka konsep 26

    Gambar 3.1 Alur jalan penelitian 39

  • ix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penyusunan Proposal

    Lampiran 2. Lembar Bimbingan Skripsi

    Lampiran 3. Surat Permohonan Menjadi Responden

    Lampiran 4. Surat Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)

    Lampiran 5. Standar Operasional Prosedur Hidroterapi Minum Air Putih

    Lampiran 6. Kuisioner Penelitian Karakteristik Responden

    Lampiran 7. Lembar Observasi

    Lampiran 8. Surat Izin Studi Pendahuluan

    Lampiran 9. Surat Izin Penelitian

    Lampiran 10. Ethical Clearance

    Lampiran 11. Master Data

    Lampiran 12. Hasil Uji Statistik

  • x

    PENGARUH HIDROTERAPI MINUM AIR PUTIH TERHADAP

    PENURUNAN KADAR GULA DARAH SESAAT PADA

    PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH

    KERJA PUSKESMAS MLATI 1 SLEMAN

    YOGYAKARTA

    INTISARI

    Latar Belakang:Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolik dengan

    karakteristik peningkatan kadar glukosa dalam darah. Hidroterapi adalah salah

    satu metode pengobatan dasar yang banyak digunakan dalam sistem pengobatan

    alami. Hidroterapi minum air putih terbukti bermanfaat bagai kesehatan salah

    satunya terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus tipe

    2.

    Tujuan Penelitian:Diketahui pengaruh kadar gula darah sewaktu pada pasien

    Diabetes Mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Mlati I Sleman Yogyakarta.

    Metode Penelitian:Rancangan penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan

    desain Nonequivalent Control Group Designs. Jumlah sampel yang digunakan

    adalah 12 responden dari Puskesmas Mlati I Sleman Yogyakarta. Analisa data

    yang digunakan adalah Paired Sampel t-test dan Independent Sampel t-test,

    dengan tingkat kemaknaan p

  • xi

    THE EFFECT OF HYDROTHERAPY WITH MINERAL WATER

    CONSUMPTION ON BRIEF BLOOD SUGAR LEVEL REDUCTION IN

    PATIENTS WITH DIABETES MELLITUS OF TYPE 2 IN THE

    OPERATIONAL AREA OF MLATI 1 COMMUNITY HEALTH CENTER

    OF SLEMAN, YOGYAKARTA

    ABSTRACT

    Background : Diabetes Mellitus is a metabolic disorder with the characteristic of

    increasing glucose level. Hydrotherapy is one of fundamental medication methods

    commonly used in natural medication system. Hydrotherapy with mineral water

    consumption is proven to be beneficial for health such as blood sugar level

    reduction in patients with diabetes mellitus of type 2.

    Objective : To identify the influence of brief Blood Sugar Level Reduction in

    Patients with Diabetes Mellitus of Type 2 in The Operational Area of Mlati 1

    Community Health Center of Sleman, Yogyakarta

    Method : The design of this study was Quasi Experiment with Non equivalent

    control group design. Sample number was 12 respondents from Mlati 1

    community health center of Sleman, Yogyakarta. Data analysis applied Paired

    Sample t-test and Independent Sample t-test with significance level of p

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Peningkatan kemakmuran di negara berkembang dari tahun ke tahun

    menyebabkan perubahan gaya hidup menjadi tidak sehat. Hal ini mengakibatkan

    peningkatan prevalensi penyakit degeneratif yaitu Diabetes Mellitus (DM)

    berkembang di Indonesia ( Suyono, dkk., 2015). DM adalah penyakit kronis, yang

    terjadi ketika pankreas tidak memproduksi insulin yang cukup, atau ketika tubuh

    tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Hal ini

    menyebabkan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (hiperglikemia)

    (WHO, 2016).

    Berdasarkan data World Health Organization (2016), jumlah penderita

    DM telah meningkat dari 108 juta jiwa pada tahun 1980 menjadi 422 juta pada

    tahun 2014. Prevalensi kejadian DM dunia ada orang dewasa di atas usia 18 tahun

    telah meningkat dari 4,7% pada tahun 1980 menjadi 8,5% di tahun 2014.

    Sedangkan, pada tahun 2012, dilaporkan bahwa DM merupakan penyebab

    langsung dari 1,5 juta kematian. Kematian yang disebabkan DM tersebut terjadi di

    negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Senada dengan WHO,

    berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF, 2015) tercatat sekitar

    415 juta orang penderita DM dan akan meningkat menjadi 642 juta orang pada

    tahun 2040. Selain itu, dilaporkan sekitar 5 juta kematian pada tahun 2015

    disebabkan oleh DM.

    Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF, 2015)

    Indonesia menempati urutan ke-7 dengan jumlah 10 juta orang yang menderita

    DM pada tahun 2015 dan diperkirakan pada tahun 2040 Indonesia menempati

    urutan ke-6 dengan jumlah 16,2 juta orang yang menderita diabetes. Hasil Riset

    Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

    jumlah penderita DM dari 1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,1% pada tahun 2013.

    Peningkatan jumlah penderita DM tersebut banyak terjadi terutama di kota-kota

    besar dengan adanya perubahan gaya hidup.

  • 2

    Diantara berbagai provinsi yang ada di Indonesia. Daerah Istimewa

    Yogyakarta (DIY) menepati urutan ke-5 dengan prevalensi DM berdasarkan

    diagnosis dokter atau gejala adalah 3,0% (Riskesdas, 2013). Kota Yogyakarta

    sendiri terdiri dari 5 kabupaten, yaitu : Kulonprogo, Bantul, Gunungkidul,

    Sleman, dan kota Yogyakarta. Menurut Riskesdas (2013) prevalensi DM pada

    umur ≥15 tahun berdasarkan diagnosis dokter untuk Kulonprogo 2,3%, Bantul

    2,0%, Gunungkidul 2,0%, Sleman 3,1%, Kota Yogyakarta 3,4% dan prevalensi

    DM pada umur ≥15 tahun berdasarkan diagnosis dokter atau gejala untuk

    Kulonprogo 2,7%, Bantul 2,4%, Gunungkidul 2,9%, Sleman 3,3%, Kota

    Yogyakarta 4,2%.

    Ada beberapa tipe DM berdasarkan klasifikasinya yaitu Diabetes Melitus

    Tipe 1, Diabetes Mellitus Tipe 2, dan Diabetes Gestasional. Di negara-negara

    berpenghasilan tinggi, sekitar 87% sampai 91% dari semua orang dengan diabetes

    diperkirakan adalah diabetes tipe 2, 7% sampai 12% diperkirakan memiliki

    diabetes tipe 1 dan 1% hingga 3% diperkirakan diabetes gestasional. DM tipe 2

    sudah menjadi epidemik dan merupakan salah satu ancaman kesehatan di dunia.

    Sekitar 3,2 juta kematian berhubungan dengan DM tipe 2. Sedikitnya 1 dari 10

    kematian orang dewasa (35 - 64 tahun) juga berhubungan dengan DM tipe 2

    (WHO, 2016)

    Berdasarkan data 10 penyakit utama penyebab kematian di rumah sakit di

    Indonesia tahun 2010, dilihat dari pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat

    jalan di rumah sakit tahun 2010 pasien dengan DM tipe 2 menempati urutan ke-7

    (Kemenkes RI, 2012).

    DM tipe 2 ini biasanya menyerang orang – orang yang menjalankan gaya

    hidup yang tidak sehat, sehingga orang-orang yang terkena DM tipe 2 diharuskan

    mengontrol kadar glukosa dalam darahnya.Jika kadar glukosa terlalu tinggi

    (hiperglikemia) dan tidak diobati, banyak dari sistem tubuh bisa rusak parah,

    terutama saraf dan pembuluh darah. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada

    mata atau kerusakan ginjal dan peningkatan risiko serangan jantung, stroke atau

    amputasi tungkai bawah (Suyono, dkk., 2015).

  • 3

    Manajemen hiperglikemia yang dapat dilakukan perawat dalam aktivitas

    keperawatan untuk mengatasi masalah hiperglikemia adalah mendorong pasien

    untuk meningkatkan intake cairan secara oral dan memonitor status cairan

    pasien(Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2013). Terapi lain yang dapat

    digunakan dalam pengobatan diabetes yaitu penggunaan daun sambiloto, jambu

    biji dan konsumsi air putih (Husna & Junios, 2013). Konsumsi air putih

    membantu prosespemecahan gula (James, 2010 cid. Sy, Afrianti, Bahri &

    Yuniarti, 2012).

    Cairan merupakan komponen terbesar yang membentuk tubuh, 60% dari

    berat badan orang dewasa terdiri atas cairan (Potter & Perry, 2010). Kekurangan

    air putih dapat menyebabkan dehidrasi yang berakibat buruk pada kinerja organ-

    organ tubuh, selain itu dehidrasi juga dapat menyebabkan cepat lupa, sulit

    berkonsentrasi, mudah lelah bahkan sukar menyelesaikan persoalan yang

    sederhana (Guyton & Hall, 2007).Air putih mengandung dan terdiri dari senyawa

    hidrogen (H dan senyawa oksigen O yang sangat dibutuhkan oleh tubuh (Marks, dkk., 2000).

    Sementara itu, air yang dibutuhkan oleh tubuh setiap harinya adalah

    sekitar 50 ml/kgBB/hari (Potter & Perry, 2010). Konsumsi air putih (hidroterapi)

    atau ketika asupan air meningkat, ini dapat mencegah atau menunda timbulnya

    hiperglikemia dan diabetes berikutnya (Roussel, 2011). Dalam penelitian Sy,

    Afrianti, Bahri, & Yuniarti, (2012) tentang efek hidroterapi pada penurunan kadar

    gula darah sesaat (KGDS) terhadap 27 pasien Diabetes Mellitus tipe 2 yang

    diberikan minum air putih sebanyak 1,5 liter setiap pagi dengan selang waktu

    selama 20 menit diperoleh hasil berupa nilai p=0,000 yang berarti ada perbedaan

    yang signifikan rata-rata nilai kadar gula darah sesaat antara kelompok kontrol

    dan kelompok intervensi. Sedangkan peneliti akan memberikan hidroterapi

    minum air putih berdasarkan Roussel (2011), hidroterapi minum air putih yang

    akan dilakukan sebanyak 500 ml-1000 ml dengan banyaknya air putih yang

    diberikan adalah 640 ml ketika bagun pada pagi hari (Tilong, 2015).

    Menurut hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 19

    April 2017 di wilayah kerja puskesmas Mlati 1 Sleman yaitu kelurahan

  • 4

    Sendangadi dan kelurahan Sinduadi. 8 orang penderita DM tipe 2 yang

    diwawancarai semuanya mengatakan selain minum obat, mereka hanya mengatur

    pola makan saja tetapi tidak mengetahui bahwa minum air putih cukup bisa

    membantu menurunkan kadar gula darah.

    Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik melakukan

    penelitian dengan judul pengaruh hidroterapi minum air putih terhadap penurunan

    kadar gula darah sesaat pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di wilayah kerja

    Puskemas Mlati 1 Sleman.

    B. Rumusan Masalah

    Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh

    hidroterapi minum air putih terhadap penurunan kadar gula darah sesaat pada

    pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Mlati 1 Sleman?”

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Diketahui pengaruh hidroterapi minum air putih terhadap

    penurunan kadar gula darah sewaktu pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2.

    2. Tujuan Khusus

    a. Diketahui karakteristik pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas

    Mlati 1 Sleman.

    b. Diketahui kadar gula darah sewaktu pasien DMtipe 2 sebelum dan

    sesudah intervensi pemberian obat oral tanpa pemberian hidroterapi

    minum air putih (Kelompok Kontrol).

    c. Diketahui kadar gula darah sewaktu pasien DM tipe 2 sebelum dan

    sesudah intervensi pemberian obat oral dengan hidroterapi minum air

    putih (Kelompok Intervensi).

  • 5

    d. Diketahui perbandingkan perbedaan rerata kadar gula darah sewaktu

    pada kelompok dengan intervensi pemberian obat oral tanpa

    pemberian hidroterapi minum air putih (Kelompok kontrol) dengan

    rerata kadar gula darah sewaktu pada kelompok dengan intervensi

    pemberian obat oral dengan hidroterapi minum air putih (Kelompok

    intervensi).

    D. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoritis maupun

    secara praktis.

    1. Manfaat Teoritis

    Mengetahui cara pengontrolan gula darah dengan teknik

    nonfarmakologi hidroterapi, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan

    perawat dan dapat digunakan sebagai terapi komplementer atau terapi

    pendamping dari farmakologi.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi Puskesmas

    Penelitian ini dapat memberikan kontribusi sebagai tambahan

    pengembangan asuhan keperawatan terutama dalam keperawatan

    komunitas dan keperawatan komplementer.

    b. Bagi Profesi Keperawatan

    Penelitian ini dapat memberikan kontribusi sebagai dasar dalam

    pengembangan asuhan keperawatan khususnya pada pasien Diabetes

    Mellitus tipe 2 dan dapat diaplikasikan pada tatanan pelayanan

    kepeawatan baik di rumah sakit maupun komunitas yang menitik

    beratkan pada pelibatan pasien dalam pengelolaan penyakitnya.

    c. Bagi Institusi Pendidikan

    Sebagai bahan masukan untuk kegiatan proses pembelajaran mengenai

    terapi air putih (hidroterapi)pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2.

  • 6

    d. Bagi Pasien

    Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang pentingnya menjaga

    kadar gula darah dengan mengkonsumsi air putih.

    e. Bagi Peneliti

    Menambah ilmu dan wawasan tentang terapi nonfarmakologi untuk

    pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

    E. Keaslian Penelitian

    1. Husna, E., & Junios, (2013), meneliti tentang “Pengaruh Terapi Air Putih

    Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di

    Wilayah Kerja Puskesmas Baso Tahun 2013”. Penelitian ini menggunakan

    desain Quasi Eksperiment dengan rancangan Non Equivalent Control

    Group Design dengan jenis desain dua kelompok control dan kelompok

    intervensi. Teknik pengambilan sampel yang dilakukkan dalam penelitian

    ini adalah purpossive sampling. Jumlah responden 12 orang terdiri dari 6

    orang kelompok intervensi dan 6 orang kelompok kontrol. Penelitian ini

    menggunakan teknik analisis Paired Sampel Test dan Independent Sampel

    Test. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah untuk kelompok

    intervensi (p=0,006) dan untuk kelompok kontrol (p=0,070). Persamaan

    dengan penelitian ini adalah sama-sama memberikan terapi air putih

    (hidroterapi) pada pasien DM tipe 2 dan waktu pemberian terapi yaitu

    selama 7 hari. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini

    memberikan terapi air putih sebanyak 1,5 liter setiap pagi selama 14 hari

    dan penelitian yang akan saya lakukan adalah dengan memberikan terapi

    air putih sebanyak 2 x 160 ml gelas air atau sekitar 640 ml segera setelah

    bangun tidur pada pagi hari.

    2. Sy, E., Afrianti, E., Bahri, N., & Yuniarti, (2012), meneliti tentang “Efek

    Hidroterapi Pada Penurunan Kadar Gula Darah Sesaat (KGDS) Terdapat

    Penderita Diabetes Meliitus Tipe 2 Tahun 2012”. Penelitian ini

    menggunakan desain Quasi Eksperiment dengan pendekatan Control

  • 7

    Group Design With Pretest and Posttest. Metode dalam penelitian adalah

    pada minggu pertama dilatih minum air putih sebanyak 2 gelas kemudian

    pada hari ke-7 responden sanggup minum 6 gelas dalam 20 menit dana

    setelah itu menganjurkan respinden minum air putih sebanyak 1,5 liter

    sampai hari ke-14. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah non probability sampling dengan pendekatan

    purpossive sampling. Jumlah responden 27 orang yang terdiri dari

    kelompok intervensi 12 orang dan 15 orang dari kelompok control.

    Penelitian ini menggunakan teknik analisis Uji t Dependent Sampel Test.

    Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah nilai p=0,000 yang berarti

    ada perbedaan yang signifikan rata-rata nilai kadar gula darah sesaat

    anatara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Persamaan dengan

    penelitian ini adalah sama-sama memberikan terapi air putih (hidroterapi)

    pada pasien DM tipe 2. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian

    ini memberikan terapi air putih sebanyak 1,5 liter segera setelah bangun

    pagi selama 14 hari dan penelitian yang akan saya lakukan adalah dengan

    memberikan terapi air putih sebanyak 2 x 160 ml gelas air atau sekitar 640

    ml segera setelah bangun tidur pada pagi hari selama 7 hari.

    3. Hasaini, A., (2015), meneliti tentang “Efektifitas Progressive Muscles

    Relaxation (PMR) Teradapat Kadar Glukosa Darah Pada Kelompok

    Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Puskesmas Martapura 2015”.

    Penelitian ini menggunakan Quasi Eksperiment dengan rancangan The

    Unthreatad Control Group Design with Pretest and Posttest. Relaksasi

    otot progresif diberikan 1 kali dalam 3 hari selama ± 15-20 menit. Teknik

    pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    consecutive sampling. Jumlah responden 34 yang terdiri dari kelompok

    intervensi dan kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan teknik

    analisis uji beda mean. Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah ada

    perbedaan yang signifikan selisih mean KGD hari 1, hari ke-2, dan hari

    ke-3 antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol dengan selisih

    mean KGD hari 1 sebesar 35,18 mg/dl, KGD hari ke 2 sebesar 26,41

  • 8

    mg/dl dan KGD hari ke 3 sebesar 21,24 mg/dl dengan nilai efektifitas

    sebesar 67% (p value

  • 40

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil

    1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Puskesmas Mlati I Sleman Yogyakarta memiliki program bagi

    pasien DM yang sudah berjalan setiap bulannya. Puskesmas Mlati I

    Sleman juga mempunai organisasi untuk pasien-pasien DM yaitu

    PERSADIA (Persatuan Diabetes Indonesia). Program yang sudah

    dijalankan Puskesmas Mlati I Sleman Yogyakarta yaitu Senam Kesehatan

    Jasmani (SKJ), senam kesehatan jasmani yang dilakukan setiap hari

    Jumat. Puskesmas Mlati I juga mengadakan penyuluhan, senam diabetes,

    cek GDS, penimbangan BB, dan pemberian obat diabetes untuk anggota

    PERSADIA setiap sebulan sekali.Puskesmas Malti I Sleman juga

    mengadakan posyandu ke wilayah kerja Puskesmas Malti I Sleman setiap

    satu minggu sekali.

    Wilayah kerja Puskesmas Mlati I meliputi 2 desa (40% dari desa di

    Kecamatan Mlati), yaitu 1 desa terletak di perkotaan (Sinduadi), 1 desa

    terletak antara perkotaan dan pedesaan (Sendangadi). Luas wilayah

    keseluruhan adalah 1.273 ha, dengan penggunaan lahan : 23,25% (295,98

    ha) untuk pemukiman dan perdagangan. Secara administrasi wilayah

    Puskesmas Mlati I terdiri 2 Desa, 32 dusun, 97 RW, 300 RT.

    Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Puskesmas

    Mlati I Sleman melakukan upaya kesehatan secara merata. Penelitian ini

    dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Mlati I Sleman pada tahun 2017

    dengan jumlah responden 12 orang.

    2. Analisa Hasil Penelitian

    Subjek penelitian adalah pasien DM tipe 2 yang berjumlah 12

    orang. Pasien DM tipe 2 yang mendapatkan perlakuan hidroterapi minum

    air putih sebanyak 6 orang sedangkan kelompok pembanding yang tidak

    diberikan perlakuan hidroterapi minum air putih sebanyak 6 orang.

  • 41

    Gambaran karakteristik subjek penelitian dijelaskan dalam bentuk

    distribusi frekuensi berdasarkan variabel dalam penelitian.

    a. Analisa Univariat

    1) Karakteristik Responden

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah

    kerja Puskesmas Mlati I, diperoleh hasil mengenai gambaran

    karakteristik responden penelitian disajikan didalam Tabel 4.1

    Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis

    Kelamin dan Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Mlati I

    Sleman Yogyakarta

    Karakteristik Frekuensi (n) Frekuensi (%)

    Sig. Kontrol Intervensi Kontrol Intervensi

    Jenis

    Kelamin

    1,000 Laki-laki 2 2 16,7% 16,7%

    Perempuan 4 4 33,3% 33,3%

    Usia

    0,580 31-45 Tahun 0 2 0,0% 16,7%

    46-60 Tahun 4 3 33,3% 25,0%

    >60 Tahun 2 1 16,7% 8,3%

    Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar

    responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 4 orang (33,3%)

    pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Pada

    karakteristik usia, diketahui bahwa mayoritas responden berusia

    46-60 tahun sebanyak 4 orang (33,3%) pada kelompok kontrol dan

    3 orang (25,0%) pada kelompok intervensi.

    2) Aktivitas FIsik Pasien DM Tipe 2

    Gambaran aktivitas fisik pasien DM tipe 2 di wilayah kerja

    Puskesmas Mlati I Sleman Yogyakarta sesuai pada tabel 4.2.

    Tabel 4.2 Diatribusi Frekuensi Aktivitas Fisik

    Responden Di Wilayah Kerja Puskesmas Mlati I Sleman

    Yogyakarta

    Aktivitas

    Fisik

    Frekuensi (n) Frekuensi (%) Sig.

    Kontrol Intervensi Kontrol Intervensi

    Ringan 1 1 8,3% 8,3%

    Sedang 3 3 25,0% 25,0% 1,000

    Berat 2 2 16,7% 16,7%

  • 42

    Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagain besar

    aktivitas fisik responden DM tipe 2 berada dalam kategori sedang

    yaitu sebanyak 3 orang (25,0%) pada kelompok kontrol dan

    kelompok intervensi.

    3) Status Hidrasi Pasien DM Tipe 2

    Gambaran tingkat hidrasi pasien DM tipe 2 di wilayah kerja

    Puskesmas Mlati I Sleman Yogyakarta sesuai pada tabel 4.3.

    Tabel 4.3 Diatribusi Frekuensi Status Hidrasi

    Responden Di Wilayah Kerja Puskesmas Mlati I Sleman

    Yogyakarta

    Status

    Hidrasi

    Frekuensi (n) Frekuensi (%) Sig.

    Kontrol Intervensi Kontrol Intervensi

    Hidrasi

    Baik

    3 5 25,0% 41,7%

    0,028

    Dehidrasi

    Ringan

    1 1 8,3% 8,3%

    Dehidrasi

    Sedang

    1 0 8,3% 0,0%

    Dehidrasi

    Berat

    1 0 8,3% 0,0%

    Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sebagain besar

    status hidrasi responden DM tipe 2 berada dalam kategori hidrasi

    baik yaitu sebanyak 3 orang (25,0% ) pada kelompok kontrol dan 5

    orang (41,7%) pada kelompok intervensi.

    4) Tingkat Stress Pasien DM tipe 2

    Gambaran tingkat stress pasien DM tipe 2 di wilayah kerja

    Puskesmas Mlati I Sleman Yogyakarta sesuai pada tabel 4.4.

    Tabel 4.4 Diatribusi Frekuensi Tingkat Sress Responden

    Di Wilayah Kerja Puskesmas Mlati I Sleman Yogyakarta

    Tingkat

    Stress

    Frekuensi (n) Frekuensi (%) Sig.

    Kontrol Intervensi Kontrol Intervensi

    Ringan 5 4 41,7% 33,3%

    0,234 Sedang 1 2 8,3% 16,7%

    Berat 0 0 0,0% 0,0%

    Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa sebagain besar

    tingkat stress responden DM tipe 2 berada dalam kategori ringan

  • 43

    yaitu sebanyak 5 orang (41,7% ) pada kelompok kontrol dan 4 orag

    (33,3%) pada kelompok intervensi.

    Tabel 4.5 Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Pasien

    Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum dan Sesudah Tanpa Diberi

    Hidroterapi Minum Air Putih (Kelompok Kontrol)

    No.

    Responden

    Kadar Gula Darah Sewaktu

    Pretest Posttest

    7. 212 233

    8. 431 286

    9. 274 189

    10. 158 148

    11. 303 237

    12. 181 153

    Tabel 4.6 Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Pasien

    Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum dan Sesudah Hidroterapi

    Minum Air Putih (Kelompok Intervensi)

    No.

    Responden

    Kadar Gula Darah Sewaktu

    Pretest Posttest

    1. 417 173

    2. 209 131

    3. 359 152

    4. 256 138

    5. 283 129

    6. 215 130

    b. Analisa Bivariat

    Analisa ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

    variabel bebas yaitu hidroterapi minum air putih dan tidak melakukan

    hidroterapi minum air putih terhadap variabel terikat yaitu kadar gula

    darah dengan melihat penurunannya.

    Uji statistik yang digunakan adalah paired sample t test untuk

    melihat pretest dan posttest kadar gula darah pada masing-masing

    kelompok. Uji independent sample t test digunakan untuk

    membandingkan perbedaan rerata pretets dan posttest antara kelompok

    intervensi dan kelompok kontrol. Tingkat kemaknaan menggunakan p

    value

  • 44

    1) Hasil uji normalitas data

    Hasil uji normalitas data dengan menggunakan Shapiro-Wilk

    diperlihatkan pada tabel sebagai berikut:

    Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data Pada Kelompok Intervensi

    Kadar Gula

    Darah Statistik df Sig.

    Kadar Gula

    Darah Pretest 0,909 6 0,431

    Kadar Gula

    Darah Posttest 0,815 6 0,079

    Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data Pada Kelompok Kontrol

    Kadar Gula

    Darah Statistik df Sig

    Kadar Gula

    Darah Pretest 0,922 6 0,522

    Kadar Gula

    Darah Posttest 0,929 6 0,571

    Berdasarkan pada tabel 4.7 dan 4.8 menunjukkan bahwa

    kadar gula darah pretest dan posttest pada kelompok intervensi dan

    kelompok kontrol didapatkan nilai signifikansi >0,05 sehingga

    dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi normal.

    2) Hasil uji hipotesis

    Hasil uji hipotesis menggunakan uji parametrik paired sample t

    test dan uji parametrik independent sample t test adalah sebagai

    berikut:

    a) Perbedaan Rata-rata Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Pasien

    Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum dan Sesudah Tanpa Diberi

    Hidroterapi Minum Air Putih.

  • 45

    Tabel 4.9 Perbedaan Rata-rata Kadar Gula Darah

    Sewaktu Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum dan

    Sesudah Tanpa Diberi Hidroterapi Minum Air Putih.

    Variabel N Mean Standar

    Deviasi

    Standar

    Error

    T

    hitung

    p

    value

    Kadar

    Gula

    Darah

    Pretest-

    Posttest

    6 52,167 59,334 24,223 2,154 0,084

    Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan hasil uji statistik

    menggunakan paired sample t-test diperoleh p value = 0,084 (α

    = 0,05), yang berarti p value lebih besar dari α. Dengan kata

    lain tidak ada perbedaan rata-rata (Mean) kadar gula darah pada

    pasien diabetes mellitus tipe 2 pada kelompok kontrol.

    b) Perbedaan Rata-rata Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Pasien

    Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum dan Sesudah Diberi

    Hidroterapi Minum Air Putih

    Tabel 4.10 Perbedaan Rata-rata Kadar Gula Darah

    Sewaktu Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum dan

    Sesudah Diberi Hidroterapi Minum Air Putih.

    Variabel N Mean Standar

    Deviasi

    Standar

    Error

    T

    hitung

    p

    value

    Kadar

    Gula

    Darah

    Pretest-

    Posttest

    6 147,667 67,084 27,386 5,392 0,003

    Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan hasil uji statistik

    menggunakan Paired sample t-test diperoleh p value = 0,003 (α

    = 0,05), yang berarti p value lebih kecil dari α. Dengan kata

    lain ada pengaruh hidroterapi minum air putih terhadap

    penurunan kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe 2 di

    wilayah Kerja Puskemas Mlati I Sleman Yogyakarta atau

    kelompokintervensi.

  • 46

    c) Perbedaan Rata-rata Kadar Gula Darah Sewaktu Posttest Pada

    Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Antara Kelompok Intervensi

    dan Kelompok Kontrol.

    Tabel 4.11 Perbedaan Rata-rata Kadar Gula Darah

    Sewaktu Posttest Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

    Antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol.

    Variabel F Sig. T

    hitung p value

    Mean

    Difference

    Std.

    Error

    Kadar

    Gula

    Darah

    Pretest

    9,019 0,013 -2,832 0,018 -65,500 23,127

    Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan hasil uji statistk

    Independent sample t –test diperoeh nilai sig. 0,013, karena

    nilai p < 0,05 maka varian data kedua kelompok berbeda.

    Angka p value menunjukkan hasil 0,018 dengan perbedaan

    rerata (mean difference) sebesar -65,500 karena nilai p < 0,05,

    maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan rerata nilai kadar

    gula darah posttest antara kelompok intervensi dan kelompok

    kontrol. Dimana nilai kadar gula darah kelompok inervensi

    lebih rendah dari kadar gula darah kelompok kontrol.

    B. Pembahasan

    1. Karakteristik Responden

    Berdasarkan tabel 4.1 sebagian besar pasien DM tipe 2 yang

    berada di wilayah kerja Puskesmas Mlati I Sleman adalah berjenis kelamin

    perempuan sebanyak 4 (33,3%) responden pada kelompok kontrol dan

    kelompok intervensi, sedangkan untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 2

    (16,7%) responden pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi.

    Menurut penelitian RI & Wirawanni (2012) menyatakan jenis kelamin

    terbanyak pada penderita DM Tipe 2 adalah perempuan sebanyak 29

    (63%). Menurut penelitian Adnan, Mulyati, & Isworo (2013) menyatakan

  • 47

    sebagian besar sampel berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 29

    orang (78,4%). Menurut penelitian Awad, Langi, & Pandelaki (2013)

    menyatakan sebanyak 138 pasien DM tipe-2 di Poliklinik Endokrin RSU

    Prof.Dr.R.D. Kandou Manado. Dari 138 kasus tersebut, 78 pasien (57%)

    adalah perempuan. Penyakit DM ini lebih sering terjadi pada perempuan,

    karena kebiasaan perempuan yang suka mengkonsumsi makanan-makanan

    yang mengandung cokelat, gula, dan jajananjajanan siap saji, hal ini

    menyebabkan peningkatan kadar gula darah pada perempuan yang lebih

    beresiko dibanding laki-laki akibat pola makan yang tidak baik

    (Sumangkut, Supit, & Onibala, 2013).

    Berdasarkan tabel 4.1 usia respoden yaitu sebanyak 4 (33,3%)

    responden pada kelompok kontrol dan 3 (25,0%) responden pada

    kelompok intervensi berada direntang usia 46-60 tahun, responden dengan

    usia >60 tahun sebanyak 2 (16,7%) responden pada kelompok kontrol dan

    1 (8,3%) responden pada kelompok intervesi, dan responden dengan usia

    31-45 tahun sebanyak 2 (16,7%) pada kelompok intervensi. Menurut

    penelitian RI & Wirawanni (2012) menyatakan sebagian besar (65,2%)

    responden berusia antara 40-59 tahun dengan rerata 56,35±8,09. Menurut

    penelitian Adnan, Mulyati, & Isworo (2013) menyatakan sebagian besar

    responden berada pada kelompok umur 46-60 tahun (73%). Menurut

    penelitian Trisnawati & Styorogo (2013) menyatakan sebagian besar

    responden yang menderita DM tipe 2 adalah kelompok umur ≥45 tahun

    sebanyak 24 (48%). Kesavadev et al (2003) menyebutkan jika pada

    negara berkembang, mayoritas penderita diabetes mellitus tipe 2 berada

    pada usia 45-64 tahun. Resiko seseorang untuk menderita diabetes mellitus

    tipe 2 akan bertambah seiring berjalannya usia terutama usia di atas 45

    tahun disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan

    intolenransi glukosa (Sunjaya, 2009). Hal ini dikarenakan berkurangnya

    kemampuan sel β dalam memproduksi insulin karena bertambahnya usia

    (Arisman, 2011).

  • 48

    Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagain besar aktivitas

    fisik responden DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Mlati I Sleman

    berada dalam kategori sedang yaitu sebanyak 3 (25,0%) responden pada

    kelompok kontrol dan kelompok intervensi, dikategorikan berat yaitu

    sebanyak 2 (16,7%) responden pada kelompok kontrol dan keompok

    intervensi, dan kategori ringan yaitu sebanyak 1 (8,3%) responden pada

    kelompok kontrol dan kelompok intervensi . Menurut penelitian Hariyanto

    (2013) menyatakan pasien yang termasuk dalam kategori aktivitas ringan

    sebanyak 8 (40%) dari 20 pasien, sedangkan yang dalam kategori aktivitas

    fisik sedang sebanyak 12 (60%) dari 20 pasien. Menurut penelitian Nur,

    Wilya & Ramadhan (2016) menyatakan sebagain besar responden

    aktivitas fisik dalam kategori sedang sebanyak 18 (48,6%) responden,

    sedangkan yang dikategorikan aktivitas fisik ringan sebanyak 11 (29,7%)

    responden dan dikategorikan aktivitas fisik berat sebanyak 8 (21,6%)

    responden. Menurut Suyono (2011) menyebutkan kurangnya aktivitas fisik

    merupakan salah satu faktor resiko kejadian diabetes melitus tipe 2. Ketika

    aktivitas tubuh tinggi, penggunaan glukosa oleh otot akan ikut meningkat.

    Sintesis glukosa endogen akan ditingkatkan untuk menjaga agar kadar

    glukosa dalam darah tetap seimbang. Pada keadaan normal, keadaan

    homeostasis ini dapat dicapai oleh berbagai mekanisme dari sistem

    hormonal, saraf, dan regulasi glukosa (Kronenberg, dkk., 2008).

    Berdasarkan tabel 4.3 diketahui sebagian besar status hidrasi

    responden DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Mlati I Sleman berada

    dalam kategori hidrasi baik atau tidak dehidrasi yaitu sebanyak 3 (25,0%)

    responden pada kelompok kontrol dan 5 (41,7%) responden pada

    kelompok intervensi, kategori dehidrasi ringan yaitu sebanyak 1 (8,3%)

    responden pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi, kategori

    dehidrasi sedang yaitu sebanyak 1 (8,3%) responden pada kelompok

    kontrol, dan kategori dehidrasi berat 1 (8,3%) responden pada kelompok

    kontrol. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Andayani, Kusumawati,

    dan Hakim. Menurut penelitian Andayani (2013) menyatakn bahwa hanya

  • 49

    28,8% subjek yang memiliki status hidrasi baik. Sisanya ditemukan subjek

    mengalami pre-dehidrasi (dehidrasi ringan 37,0% dan dehidrasi sedang

    15,0%), sedangkan yang mengalami dehidrasi sebesar 19,2%. Menurut

    penelitian Kusumawati (2016) menyatakan sebagian jumlah subjek

    berdasarkan indikator warna urin menggunakan kartu PURI menunjukan

    bahwa 57.1% tergolong dalam kategori dehidrasi. Menurut Hakim (2016)

    menyatakan sebagian besar subjek (61.0%) mengalami dehidrasi apabila

    menggunakan metode PURI. Dehidrasi adalah suatu kondisi di mana

    tubuh kekurangan cairan sehingga keseimbangan air menjadi negatif.

    Ketika tubuh kekurangan cairan, maka tubuh akan melakukan kompensasi

    dengan cara mengaktifkan sistem renin-angiotensin. Angiotensin II

    kemudian akan merangsang pelepasan vasopresin yang salah satu efeknya

    adalah meningkatkan reabsorpsi air oleh tubulus ginjal (Sherwood, 2011).

    Vasopresin merangsang proses glukoneogenesis dan pelepasan glukagon

    sehingga meningkatkan kadar glukosa dalam darah (Roussel et al, 2011).

    Berdasarkan tabel 4.4 diketahui sebagian besar tingkat stress

    responden DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Mlati I Sleman berada

    dalam kategori stress ringan yaitu sebanyak 5 (41,7%) responden pada

    kelompok kontrol dan 4 (33,3%) responden pada kelompok intervensi,

    stress sedang yaitu sebanyak 1 (8,3%) responden pada kelompok kontrol

    dan 2 (16,7%) responden pada kelompok intervensi. Menurut penelitian

    Sari, Nurdin, & Defrin (2015) menyatakan bahwa yang termasuk dalam

    kategori stress ringan sebanyak 74 (44,8%) orang, kategori stress sedang

    sebanyak 21 (12,7%) orang, dan kategori stress berat sebanyak 11 (6,7%)

    orang. Menurut penelitian Agustini (2010) menyatakan bahwa yang

    termasuk dalam kategori stress ringan sebnyak 1 (2,7%) orang, kategori

    stress sedang sebanyak 23 (62,2%) orang, dan kategori stress berat

    sebanyak 13 (35,1%) orang. Stress, baik stress fisik maupun neurogenik,

    akan merangsang pelepasan ACTH (adrenocorticotropic hormone) dari

    kelenjar hipofisis anterior. Selanjutnya, ACTH akan merangsang kelenjar

    adrenal untuk melepaskan hormon adrenokortikoid, yaitu kortisol.

  • 50

    Hormon kortisol ini kemudian akan menyebabkan peningkatan kadar

    glukosa dalam darah (Guyton & Hall, 2007). Hormon ini meningkatkan

    katabolisme asam amino di hati dan merangsang enzim-enzim kunci pada

    proses glukoneogenesis. Akibatnya, proses glukoneogenesis meningkat.

    Selain itu, stress juga merangsang kelenjar adrenal untuk menyekresikan

    epinefrin. Epinefrin menyebabkan glikogenolisis di hati dan otot dengan

    menstimulasi enzim fosforilase (Murray, dkk., 2009).

    2. Perbedaan Rata-rata Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Pasien

    Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum dan Sesudah Tanpa Diberi

    Hidroterapi Minum Air Putih

    Berdasarkan analisis hasil penelitian diketahui tidak ada perbedaan

    rerata kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah pada kelompok

    tanpa intervensi hindroterapi minum air putih, dimana hasil uji statistik

    menunjukkan p value = 0,084 (p

  • 51

    meningkatkan reabsorpsi air oleh tubulus ginjal. Hal ini didukung oleh

    penelitian Roussel et al (2011) yang menyatakan Vasopresin merangsang

    proses glukoneogenesis dan pelepasan glukagon sehingga meningkatkan

    kadar glukosa dalam darah.

    3. Perbedaan Rata-rata Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Pasien

    Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum dan Sesudah Diberi Hidroterapi

    Minum Air Putih

    Berdasarkan analisis hasil penelitian diketahui perbedaan rerata

    kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi

    hindroterapi minum air putih, dimana hasil uji statistik menunjukkan p

    value = 0,003 (p

  • 52

    bermuatan atau bersifat polar yang dapat berikatan dengan ion bermuatan

    positif (+) danion bermuatan negatif (–) parsial yang terdapat dalam air.

    Senyawa organik yang mengandung gugus hidrofilik juga cenderung larut

    dalam air. Gugus hidroksil pada glukosa misalnya, bersifat polar dan

    menyebabkan glukosa larut hampir tak terbatas dalam air (Marks, D.,

    Marks, A., & Smith, 2000; Guyton & Hall, 2007; Sherwood, 2011).

    4. Perbedaan Rata-rata Kadar Gula Darah Sewaktu Posttest Pada

    Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Antara Kelompok Intervensi dan

    Kelompok Kontrol

    Berdasarkan analisis hasil penelitian diketahui perbedaan rerata

    kadar gula darah sewaktu posttest pada kelompok intervensi hidroterapi

    minum air putih dan kelompok tanpa intervensi hindroterapi minum air

    putih adalah -65,000 mg/dL dengan nila p value = 0,018 (p

  • 53

    oral pada hari ke-14 adalah 240,07 mg/dL dengan standar deviasinya lebih

    kurang 66,49 ,g/dL. Nilai terendah 44,49 mg/dL dan nilai tertinggi 127,14

    mg/dL, nilai t = 4,27. Rata-rata nilai kadar gula darah sesaat (KGDS) pada

    kelompok intervensi setelah diberikan terapi oral dan hidroterapi pada hari

    ke-14 adalah 154,25 mg/dL dengan standar deviasinya lebih kurang 21,72

    mg/dL. Nilai terendah 47,35 mg/dL dan nilai tertinggi 124,28 mg/dL, nilai

    t = 4,69. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,000 (p0,05), maka varian data kedua kelompok adalah sama. Angka p value =

    0,001 (p

  • 54

    karena air merupakan molekul yang bersifat polar. 𝑂 dalam molekul air lebih elektronnegatif dari pada atom 𝐻+. Sehingga dapat menurunkan viskositas darah dan osmolaritas darah. Agar dapat larut dalam air,

    molekul harus memiliki ikatan bermuatan atau bersifat polar yang dapat

    berikatan dengan ion bermuatan positif (+) danion bermuatan negatif (–)

    parsial yang terdapat dalam air. Senyawa organik yang mengandung gugus

    hidrofilik juga cenderung larut dalam air. Gugus hidroksil pada glukosa

    misalnya, bersifat polar dan menyebabkan glukosa larut hampir tak

    terbatas dalam air (Marks, D., Marks, A., & Smith, 2000; Guyton & Hall,

    2007; Sherwood, 2011).

    C. Keterbatasan Penelitian

    1. Pada penelitian ini, masih ada variabel penggangu yang mempengaruhi

    kadar gula darah sewaktu pada pasien DM tipe 2 yang tidak dikendalikan

    seperti aktivitas fisik, dehidrasi, dan stress.

    2. Responden yang digunakan terlalu sedikit yaitu 12 responden dengan

    jumlah pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Mlati I Sleman yang

    terbilang banyak yaitu 756 selama 6 bula terakhir terhitung dari bulan

    Desember 2016 sampai bulan Mei 2017.

    3. Pada penelitian ini peniliti tidak bisa mengamati konsumsi karbohidrat.

  • 55

    BAB V

    KEIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik

    kesimpulan sebagai berikut:

    1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

    Mlati I, diperoleh hasil mengenai gambaran karakteristik responden,

    sebagain besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 8 orang

    (66,7%), berusia 46-60 tahun sebanyak 7 orang (58,3%), aktivitas fisik

    berada dalam kategori sedang sebanyak 6 orang (50,0%), status hidrasi

    berada dalam kategori hidrasi baik sebanyak 8 orang (66,7% ), dan besar

    tingkat stress responden DM tipe 2 berada dalam kategori ringan sebanyak

    9 orang (75% ).

    2. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

    Mlati I, diperoleh p value = 0,084 (α = 0,05), tidak ada perbedaan rata-rata

    (Mean) kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 pada

    kelompok kontrol.

    3. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

    Mlati I, diperoleh p value = 0,003 (α = 0,05), sehingga dapat diketahui

    ada pengaruh hidroterapi minum air putih terhadap penurunan kadar gula

    darah pasien diabetes mellitus tipe 2 di wilayah Kerja Puskemas Mlati I

    Sleman Yogyakarta.

    4. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

    Mlati I, diperoleh p value = 0,018 (p > 0,05) dengan mean difference

    sebesar -65,500, maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan rerata nilai

    kadar gula darah posttest antara kelompok intervensi dan kelompok

    kontrol. Sehingga dapat diketahui ada pengaruh hidroterapi minum air

    putih terhadap penurunan kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe 2

    di wilayah Kerja Puskemas Mlati I Sleman Yogyakarta

  • 56

    B. Saran

    1. Bagi Puskesmas

    Diharapkan dapat mempertahankan serta meninkatkan mutu pelayanan

    keperawatan dengan cara tetap memberikan pendidikan kesehatan

    mengenai pengetahuan diet DM sehingga pasien dapat menjaga pola hidup

    yan sehat serta dapat mengurangi resiko terjadinya komplikasi DM.

    2. Bagi Profesi Keperawatan

    Diharapkan perawat bisa lebih meningkatkan dalam memerikan asuhan

    keperawatan khususnya keperawatan komplementer dan memberikan

    penyuluhan terkait pengetahuan DM seperti faktor-faktor yang

    menyebabkan DM serta penyuluhan terkait diet DM seperti jumlah diet

    pada pasien DM

    3. Bagi Institusi Pendidikan

    Hasil penilitan ini diharapkan bisa menambah pembelajaran khususnya

    dalam keperawatan komplementer.

    4. Bagi Pasien

    Hasil penelitian ini diharapkan sebagai informasi penting menjaga kadar

    gula darah dengan mengkonsumsi air putih.

    5. Bagi Peneliti Lain

    Diharapkan peneliti selanjutnya mampu meneliti beberapa variabel

    pengganggu yang tidak dikendalikan pada penelitian ini seperti aktivitas

    fisik, dehidrasi, dan stres.

  • 0

    DAFTAR PUSTAKA

    Adnan, M., Mulyati, T., & Iswprp, J. K. (2013), Hubungan Indeks Massa Tubuh

    (IMT) Dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus (DM) Tipe

    2 Rawat Jalan Di RS Tugurejo Semarang, Jurnal Gizi Universitas

    Muhammadiyah Semarang, 2, 20-21.

    Agustini, I. D. (2010), ‘ Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Stress Klien Pasca Stroke Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta’, Skripsi, Sarjana Keperawatan, Universitas Asyiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

    American Diabetic Association, (2016), Standards Medical Care of Diabetic – 2016, American Diabetic Association, USA.

    Andayani, K. (2013), ‘ Hubungan Konsumsi Cairan Dengan Status Hidrasi Pada Pekerja Industri Laki-laki’, Skripsi, Sarjana Gizi, Universitas Diponegoro Semarang, Semarang.

    Arisman, (2011). Obesitas, Diabetes Melitus, dan Dislipidemia, EGC, Jakarta,

    Indonesia.

    Awad, N., Langi, Y. A., & Pandelaki, K. (2013), Gambaran Faktor Resiko Pasien

    Diabetes Mellitus Tipe II Di Poliklinik Endokrin Bagian/SMF KK-

    UNSRAT RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado Periode Mei 2011-

    Oktober 2011, Jurnal e-Biomedik (eBM), 1, 45-49.

    Bennel, A. & Kerure, S. (2013), Effect of PCOS on Glucose Metabolism,

    National Journal of Physiology, Pharmacy & Pharmacology,3, 167-170.

    Bhat, et.al. (2008), Dose Response Relationship Between Cigarette Smoking and

    Risk of Ischemic Stroke Young Women, Journal of The American Stroke

    Association, 39, 2439-2443.

    Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, M. J., and Wagner, M. C. (2013),

    Nursing Intervention Clasification (NIC), Edisi 5, Elsevier Mosby, USA.

    Cohen, S., Kamarck, T., and Mermelstein, R. (1983), A global measure of

    perceived stress. Journal of Health and Social Behavior, 24, 386-396.

    Dharma, K. K. (2011), Metodologi Penelitian Keperawatan, TIM, Jakarta,

    Indonesia.

    Ernawati, (2013), Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Mellitus Terpadu,

    Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta, Indonesia.

  • 55

    Guyton, A. C., &Hall, J. E. (2007), Buku Ajar Fisiologis Kedokteran, Edisi 11,

    Alih bahasa Inggris-Indonesia oleh: Lukman Y. R., Heriawati H., Adriana

    N., & Nanda W, EGC, Jakarta, Indonesia.

    Hellenic Association of Municipalities With Thermal Spriings, (2017). ‘Internal Hydroerapy’, Dipetik tanggal 1 Juli 2017,

    Hakim, C. (2016), ‘Hubungan Asupan Air, Status Hidrasi, Dan Kemampuan Kognitif Pada Wanita Usia Lanjut Di Panti Werdha Bekasi, Skripsi,

    Sarjana Gizi, Institut Pertanian Bogor, Bogor

    Hariyanto, F. (2013), ‘Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

    Cilegon Tahun 2013’, Skripsi, Sarjana Kedokteran, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

    Husna, E., and Junios. (2013), Pengaruh Terapi Air Putih Terhadap Kadar Gula

    Darah Pada Pasien Diebates Mellitus Tipe 2 DI Wilayah Kerja

    Puskesmas Baso Tahun 2013, Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara

    Bukittinggi, 4, 99.

    International Diabetes Federation (IDF). (2015), IDF ATLAS, Seventh edition,

    www.diabetesatlas.org, di akses pada tanggal 30 November 2016.

    Isselbacber, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci & Kasper, (2012), Horrison:

    Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 13, Alih bahasa Inggris-

    Indonesia oleh Asdie Ahmad, EGC, Jakarta, Indonesia.

    Joyce &Fever, L., (2007), Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostic,

    Edisi 6, Alih bahasa Inggris-Indonesia oleh Sari Kurnianingsih, EGC,

    Jakarta, Indonesia.

    Katzung, B. G. (2010), Farmakologi Dasar Dan Klinik, Edisi 10, Alih bahasa

    Ingris-Indonesia oleh Nugroho, A. W., Rendy, L., & Dwijayanthi. L,

    EGC, Jakarta, Indonesia.

    Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, (2012), ‘Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Penyakit Tidak Menular’, Dipetik tanggal 28 Juni 2017,

    Kesavadev, J., Short, K., & Nair, K. S. (2013), Diabetes In Old Age: An

    Emerging Epidemic, JAPI, 51, 1083-1094

    http://www.thermalsprings.gr/index.php/en/therapies/internal-hydrotherapyhttp://www.thermalsprings.gr/index.php/en/therapies/internal-hydrotherapyhttp://www.diabetesatlas.org/http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/%09buletin/buletin-ptm.pdfhttp://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/%09buletin/buletin-ptm.pdf

  • 55

    Kronenberg, H. M., Melmed, S., Polonsky, K. S., & Larsen, P. R. (2008),

    Williams Textbook of Endocrinology, Edisi 11, Saunders, Philadelphia.

    Kusmiran, E. (2012), Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita, Salemba

    Medika, Jakarta, Indonesia.

    Kuswandi, A., Sitorus, R., & Gayatri, D. (2008), Pengaruh Relaksasi Terhadap

    Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

    Disebutkan Rumah Sakit Di Tasikmalaya, Jurnal Keperawatan Indonesia,

    12, 108-114.

    Le Mone, O., & Burke, K. (2008), Medical Surgical Nursing: Critical Thinking in

    Client Care, Edisi 4, Pearson Prentice Hall, New Jersey.

    Marks, D. B, Marks, A., D., & Smith, C. M. (2000), Biokimia Kedokteran Dasar:

    Sebuah Pendekatan Klinis, Alih bahasa Inggris-Indonesia oleh Brahm U.

    P., EGC, Jakarta, Indonesia.

    Mathew, C. S., Babu, B., Shanji, C., Pothan, N., Kutoor, D. S., & Abraham, E.

    (2016), Hydrotherapy: A Review, International Journal Of

    Pharmaceutical and Chemical Sciences,5, 196-197.

    McLeod, M. E. (2006), Intervention for client with diabetes mellitus, Dalam D. D.

    Ignatavicius & M. L. Workman, Medical Surgical Nursing (Edisi 5),

    Elsevier Mosby ,St. Louis.

    Mershon, A. J., 2016. Hydrationcheck, hydrationcheck/vcc.php, Diakses pada

    tanggal 10 Juli 2017

    Michel, B. (2011), Nursing management diabetes mellitus, Dalam S. L. Lewis, S.

    R. Dirksen, M. M. Heitkempar, L. Bucher, & I. M. Camerea, Medical

    Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problem, Edisi

    8, Elsevier Mosby St. Louis.

    Muhilal, 1994. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, LIPI, Jakarta, Indonesia.

    Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W. (2009), Biokimia Harper, Edisi

    27, Alih bahasa Inggris-Indonesia oleh Brahm U. P., EGC, Jakarta,

    Indonesia.

    Ndraha, S. (2014), Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Tatalaksana Terkini, Volume

    27, Departemen Penyakit Dalam Fakultan Ilmu Keokeran Universitas

    Krida Wacana Jakarta, Indonesia.

  • 55

    Nur, A., Wilya, V., & Ramadhan, R. (2016), Kebiasaan Aktivitas Fisik Pasien

    Diabetes Mellitus Terhadap Kadar Gula Darah Di Rumah Sakit Umum dr.

    Fauziah Bireven, SEL, 3, 43.

    Nursalam. (2013), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

    Keperawatan, Edisi 3,Salemba Medika, Jakarta, Indonesia.

    Notoatmodjo, S. (2012), Metodologi Penelitian Kesehatan, PT Rineka Cipta,

    Jakarta, Indonesia.

    PERKENI, (2015), Konsensus Pengelolaan & Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe

    2 di Indonesia 2015, PERKENI, Jakarta, Indonesia.

    Pin, T., L. (2011), ‘Hubungan Kebiasaan Berolahraga dengan Tingkat Stres pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun

    Masuk 2008’, Skripsi, Sarjana Kedokteran, Universitas Sumatera Utara, Medan.

    Potter, P. A., and Perry, A. G. (2010), Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 3,

    Alih bahasa oleh Yasmin, dkk., Salemba Medika, Jakarta, Indonesia.

    Price, S. A., & Wilson, L. M. (2012), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses

    Penyakit, Alih bahasa Inggris-Indonesia oleh Pendit, B. U., Hartanto, H.,

    Wulansari, P., Mahanani, D. A, EGC, Jakarta, Indonesia.

    RISKESDAS RI, (2013), Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, Badan Penelitian

    dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Tahun 2013.

    Royal College of Nursing, (2007), Water for Health Hydration Best Practice

    Toolkit for Hospitals and Heatlhcare, National Patien Safety Agency, UK.

    Roussel, R at al, (2011), Law Water Intake and Risk for New-Onset

    Hyperglycemia, Diabetes Care, 34, 2552-2553.

    Rumahorbo, H. (2014), Mencegah Diabetes Mellitus dengan Perubahan Gaya

    Hidup, Penerbit In Media, Bogor, Indonesia.

    Sari, D., Nurdin, A. E., & Defrin. (2015), Hubungan Stres Dengan Kejadian

    Desminore Primer Pada Mahasiswi Pendidikan Dokter Fakultas

    Kedokteran Universitas Andalas, Jurnal Kesehatan Andalas, 4, 568.

    Setiawan, A, dan Saryono. (2010),Metodologi Penelitian Kebidanan, DIII,DIV,

    S1 dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika.

    Soekarto, S. T. (2014). Keajaiban Air dalam Ilmu dan Kehidupan, Alfabeta,

    Bandung, Indonesia.

  • 55

    Sherwood, L. (2011), Fisiologis Manusia: Dari Sel ke Sistem, Edisi 6, Alih

    bahasa Inggris-Indonesia oleh Brahan U. P., EGC, Jakarta, Indonesia.

    Siregar, S. (2013), Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi

    dengan Penghitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17, PT Bumi

    Aksara, Jakarta, Indonesia.

    Smeltzer, S, C. & Bare, B. (2007), Medical Surgical Nursing, Edisi 10, Alih

    bahasa Inggris-Indonesia oleh Agung Waluyo, dkk., Lippincott

    Williams & Wilkins, St. Louis.

    Sujaya, I.,(2009). Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali sebagai Faktor

    Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Tabanan,Jurnal Skala Husada, 6, 75-

    81.

    Sumangkut, S., Supit, W., & Onibala, F. (2013), Hubungan Pola Makan Dengan

    Kejadian Penyakit Diabetes Mellitus Tipe-2 Di Poli Interna BLU. RSUP.

    Prof. dr. R. Kandou Manado, ejounal Keperawatan (e-Kep), 1, 4.

    Suryono, E. (2010), Diabetes Sahabatku, Salemba Medika, Jakarta, Indonesia.

    Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M.K. & Setiati, S. (2009).

    Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid III, edisi V. Jakarta : Interna

    Publishing.

    Sugiyono. (2016), Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, Indonesia.

    Suyono, S., Waspadji, S., Soegondo, S., Soewondo, P., Subekti, I., Semiardji, G.,

    dkk. (2015), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, Edisi 2,

    Balai Penerbit FKUI, Jakarta, Indonesia.

    Sy, E., Afrianti, E., Bahri, N., & Yuniarti. (2012), Efek Hidroterapi Pada

    Penurunan Kadar Gula Darah Sesaat (KGDS) Terhadap Pederita Diabetes

    Mellitus Tipe 2, Majalah Kedokteran Andalas, 36, 204.

    Tilong, A. D. (2015), Dahsyatnya Air Putih, Flashbook, Yogyakarta, Indonesia

    Trisnawati, S. K. & Setyorogo, S. (2013), Faktor Risiko Kejadian Diabetes

    Mellitus Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat

    Tahun 2012, Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5, 7.

    World Health Organization (WHO), (2016), Diabetes Health

    Topic,http://www.who.int, di akses pada tanggal 20 November 2016.

    http://www.who.int/

  • 55

    Yunir, A.& Soebardi, (2011), Hubungan Anatara Dukungan Keluarga Dengan

    Kualias Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poliklinik Penyakit

    Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, Tesis, Depok, FKUI.

  • a

    Lampiran 2. Lembar Bimbingan Skripsi

  • a

    Lampiran 2. Lembar Bimbingan Skripsi

  • a

    Lampiran 6. Kuisioner Penelitian Karakteristik Responden

    KUISIONER PENELITIAN

    A. Petunjuk Pengisian

    1. Bacalah dengan cermat pertanyaan dibawah ini.

    2. Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya

    dengan cara memberikan tanda centang ( √ ) pada jawaban yang dipilih

    3. TP : Tidak Pernah, KDG : Kadang-kadang, S : Sering, SS : Sangat sering

    No Pertanyaan TP KDG S SS

    1. Seberapa sering Anda merasa

    terganggu mengenai sesuatu yang

    terjadi tanpa

    terduga?

    2. Seberapa sering Anda merasa bahwa

    tidak dapat mengendalikan hal-hal

    penting

    dalam kehidupan Anda?

    3. Seberapa sering Anda merasa gelisah

    dan tegang?

    4. Seberapa sering Anda merasa yakin

    mengenai kemampuan Anda dalam

    menangani masalah-masalah pribadi

    Anda?

    5. Seberapa sering Anda merasa bahwa

    segalanya berjalan mengikut kehendak

    Anda?

    6. Seberapa sering Anda menemukan

    bahwa Anda tidak dapat mengatasi

    segala hal

    yang harus Anda lakukan?

    7. Seberapa sering Anda mampu

    mengontrol gangguan dalam

    kehidupan Anda?

  • b

    8. Seberapa sering Anda merasa senang

    dalam segala hal yang Anda lakukan?

    9. Seberapa sering Anda merasa marah

    karena hal-hal yang berada di luar

    pengawasan Anda?

    10. Seberapa sering Anda merasa

    kesulitan yang menumpuk sehingga

    Anda tidak

    dapat mengatasinya?


Recommended