Top Banner
i PENGARUH HIDROTERAPI MINUM AIR PUTIH TERHADAP PENURUNAN KADARGULA DARAH SESAAT PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MLATI 1 SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Stikes Jendral Achmad Yani Yogyakarta Disusun oleh: YENY TUTUT PUSPITASARI 2213074 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2017
46

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

Dec 11, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

i

PENGARUH HIDROTERAPI MINUM AIR PUTIH TERHADAP

PENURUNAN KADARGULA DARAH SESAAT PADA

PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS MLATI 1 SLEMAN

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

Stikes Jendral Achmad Yani Yogyakarta

Disusun oleh:

YENY TUTUT PUSPITASARI

2213074

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI

YOGYAKARTA

2017

Page 2: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

ii

Page 3: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

iii

Page 4: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Pengaruh

Hidroterapi Minum Air Putih Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Sesaat Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Mlati 1 Sleman

Yogyakarta”. Penyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka

menyelesaikan studi S1 Keperawatan di Stikes Jendral Achmad Yani Yogyakarta.

Penyusunan proposal ini telah dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan

bantuan berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Pada kesempatan

ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. dr. Kuswanto Hardjo, M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Jendral Achmad Yani Yogyakarta.

2. Tetra Saktika Adinugraha., M.Kep., Ns.Sp.Kep.MB, selaku penguji yang

telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji, mengoreksi, dan

memberikan saran serta masukan terhadap penyusunan proposal ini.

3. Dwi Kartika Rukmini, M.Kep., Ns.Sp.Kep.MB, selaku dosen Pembimbing

yangt telah banyak memberi bimbingan, pengarahan, dan masukan kepada

saya dalam penyusunan proposal.

4. Puskesmas Malti 1 Sleman Yogyakarta yang telah memberikan

kesempatan bagi saya untuk melakukan penelitian.

5. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan ini yang tidak bisa

disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan dan bantuannya.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya,

sebagai imbalan atas segala amal kebaikan dan bantuannya. Akhirnya besar

harapan penulis semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

memahami ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 31 Agustus 2017

Yeny Tutut Puspitasari

Page 5: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

v

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

PENYATAAN iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

INTISARI x

ABSTRACT xi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Penelitian 4

D. Manfaat Penelitian 5

E. Keaslian Penelitan 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9

A. Tinjauan Teori 9

1. Diabetes Mellitus 9

2. Glukosa Darah 11

3. Hidroterapi 21

B. Kerangka Teori 25

C. Kerangka Konsep 26

D. Hipotesis 26

BAB III METODE PENELITIAN 27

A. Desain Penelitian 27

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 28

C. Populasi dan Sampel Penelitian 28

D. Variabel Penelitian 30

E. Definisi Operasional 31

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data 32

G. Metode Pengolahan Data dan Analisa Data 33

H. Etika Penelitian 35

I. Pelaksanaan Penelitian 36

Page 6: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

vi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 40

A. Hasil Penelitian 40

B. Pembahasan 47

C. Keterbatasan Penelitian 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 55

A. Kesimpulan 55

B. Saran 56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 7: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

vii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.1 Alur penelitian 27

Tabel 3.2 Definisi operasional pengaruh hdroterapi minum

air putih terhadap penurunan kadar gula darah sesaat

pada pasien diabetes mellitus tipe2 31

Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

dan usia di wilayah kerja Puskesmas Malti I

Sleman Yogakarta 41

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi aktivitas fisik responden di wilayah

kerja Puskesmas Mlati I Sleman Yogyakarta 41

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi status hidrasi responden di wilayah

kerja Puskesmas Mlati I Sleman Yogyakarta 42

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi tingkat stress responden di wilayah

kerja Puskesmas Mlati I Sleman Yogyakarta 42

Tabel 4.5 Kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes mellitus

tipe 2 sebelum dan sesudah tanpa hidroterapi

minum air putih (kelompok kontrol) 43

Tabel 4.6 Kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes mellitus

tipe 2 sebelum dan sesudah hidroterapi minum

air putih (kelompok intervensi) 43

Tabel 4.7 Hasil uji normalitas data pada kelompok kontrol 44

Tabel 4.8 Hasil uji normalitas data pada kelompok intervensi 44

Tabel 4.9 Perbedaan rata-rata kadar gula darah sewaktu pada

pasien diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan sesudah

tanpa hidroterapi minum air putih 44

Tabel 4.10 Perbedaan rata-rata kadar gula darah sewaktu pada

pasien diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan sesudah

hidroterapi minum air putih 45

Tabel 4.11 Perbedaan rata-rata kadar gula darah sewaktu posttest

pada pasien diabetes mellitus tipe 2 antara kelompok

intervensi dan kelompok kontrol 46

Page 8: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

viii

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Warna urin untuk pengukuran tingkat hidrasi 20

Gambar 2.2 Kerangka teori 25

Gambar 2.3 Kerangka konsep 26

Gambar 3.1 Alur jalan penelitian 39

Page 9: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penyusunan Proposal

Lampiran 2. Lembar Bimbingan Skripsi

Lampiran 3. Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 4. Surat Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)

Lampiran 5. Standar Operasional Prosedur Hidroterapi Minum Air Putih

Lampiran 6. Kuisioner Penelitian Karakteristik Responden

Lampiran 7. Lembar Observasi

Lampiran 8. Surat Izin Studi Pendahuluan

Lampiran 9. Surat Izin Penelitian

Lampiran 10. Ethical Clearance

Lampiran 11. Master Data

Lampiran 12. Hasil Uji Statistik

Page 10: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

x

PENGARUH HIDROTERAPI MINUM AIR PUTIH TERHADAP

PENURUNAN KADAR GULA DARAH SESAAT PADA

PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS MLATI 1 SLEMAN

YOGYAKARTA

INTISARI

Latar Belakang:Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolik dengan

karakteristik peningkatan kadar glukosa dalam darah. Hidroterapi adalah salah

satu metode pengobatan dasar yang banyak digunakan dalam sistem pengobatan

alami. Hidroterapi minum air putih terbukti bermanfaat bagai kesehatan salah

satunya terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus tipe

2.

Tujuan Penelitian:Diketahui pengaruh kadar gula darah sewaktu pada pasien

Diabetes Mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Mlati I Sleman Yogyakarta.

Metode Penelitian:Rancangan penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan

desain Nonequivalent Control Group Designs. Jumlah sampel yang digunakan

adalah 12 responden dari Puskesmas Mlati I Sleman Yogyakarta. Analisa data

yang digunakan adalah Paired Sampel t-test dan Independent Sampel t-test,

dengan tingkat kemaknaan p<0,05.

Hasil: Penurunan kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 dengan

intervensi hidroterapi minum air putih lebih tinggi (p=0,003) dibandingkan

dengan meminum obat tanpa hidroterapi minum air putih (p=0,084). Terdapat

perbedaan yang signifikan dengan p = 0,018 (p<0,05) dari rata-rata kadar gula

darah sewaktu antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Kesimpulan: Hidroterapi minum air putih oleh pasien Diabetes Mellitus tipe 2

dapat menurunkan kadar gula darah sewaktu, terlihat dari adanya penurunan kadar

gula darah sewaktu. Asupan air minum yang cukupmempengaruh penurunan

kadar gula darah.

Kata Kunci: Hidroterapi, kadar gula darah, Diabetes Mellitus tipe 2

Page 11: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

xi

THE EFFECT OF HYDROTHERAPY WITH MINERAL WATER

CONSUMPTION ON BRIEF BLOOD SUGAR LEVEL REDUCTION IN

PATIENTS WITH DIABETES MELLITUS OF TYPE 2 IN THE

OPERATIONAL AREA OF MLATI 1 COMMUNITY HEALTH CENTER

OF SLEMAN, YOGYAKARTA

ABSTRACT

Background : Diabetes Mellitus is a metabolic disorder with the characteristic of

increasing glucose level. Hydrotherapy is one of fundamental medication methods

commonly used in natural medication system. Hydrotherapy with mineral water

consumption is proven to be beneficial for health such as blood sugar level

reduction in patients with diabetes mellitus of type 2.

Objective : To identify the influence of brief Blood Sugar Level Reduction in

Patients with Diabetes Mellitus of Type 2 in The Operational Area of Mlati 1

Community Health Center of Sleman, Yogyakarta

Method : The design of this study was Quasi Experiment with Non equivalent

control group design. Sample number was 12 respondents from Mlati 1

community health center of Sleman, Yogyakarta. Data analysis applied Paired

Sample t-test and Independent Sample t-test with significance level of p<0,05.

Result : Blood sugar level reduction in patients with Diabetes Mellitus of type 2

through the intervention of hydrotherapy with mineral water consumption was

higher (p=0,003) compared to drug use without hydrotherapy with mineral water

(p=0,084). There was a significant difference with p value = 0,018 (p<0,05) of

average blood sugar level between intervention group and control group.

Conclusion : Hydrotherapy with mineral water consumption in patients with

Diabetes Mellitus of type 2 could reduce blood sugar level briefly which was

reflected from brief blood sugar level reduction. Mineral water consumption was

influential enough to the blood sugar level reduction.

Keywords : Hydrotherapy, Blood Sugar Level, Diabetes Mellitus of Type 2.

Page 12: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan kemakmuran di negara berkembang dari tahun ke tahun

menyebabkan perubahan gaya hidup menjadi tidak sehat. Hal ini mengakibatkan

peningkatan prevalensi penyakit degeneratif yaitu Diabetes Mellitus (DM)

berkembang di Indonesia ( Suyono, dkk., 2015). DM adalah penyakit kronis, yang

terjadi ketika pankreas tidak memproduksi insulin yang cukup, atau ketika tubuh

tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Hal ini

menyebabkan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (hiperglikemia)

(WHO, 2016).

Berdasarkan data World Health Organization (2016), jumlah penderita

DM telah meningkat dari 108 juta jiwa pada tahun 1980 menjadi 422 juta pada

tahun 2014. Prevalensi kejadian DM dunia ada orang dewasa di atas usia 18 tahun

telah meningkat dari 4,7% pada tahun 1980 menjadi 8,5% di tahun 2014.

Sedangkan, pada tahun 2012, dilaporkan bahwa DM merupakan penyebab

langsung dari 1,5 juta kematian. Kematian yang disebabkan DM tersebut terjadi di

negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Senada dengan WHO,

berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF, 2015) tercatat sekitar

415 juta orang penderita DM dan akan meningkat menjadi 642 juta orang pada

tahun 2040. Selain itu, dilaporkan sekitar 5 juta kematian pada tahun 2015

disebabkan oleh DM.

Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF, 2015)

Indonesia menempati urutan ke-7 dengan jumlah 10 juta orang yang menderita

DM pada tahun 2015 dan diperkirakan pada tahun 2040 Indonesia menempati

urutan ke-6 dengan jumlah 16,2 juta orang yang menderita diabetes. Hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan

jumlah penderita DM dari 1,1% pada tahun 2007 menjadi 2,1% pada tahun 2013.

Peningkatan jumlah penderita DM tersebut banyak terjadi terutama di kota-kota

besar dengan adanya perubahan gaya hidup.

Page 13: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

2

Diantara berbagai provinsi yang ada di Indonesia. Daerah Istimewa

Yogyakarta (DIY) menepati urutan ke-5 dengan prevalensi DM berdasarkan

diagnosis dokter atau gejala adalah 3,0% (Riskesdas, 2013). Kota Yogyakarta

sendiri terdiri dari 5 kabupaten, yaitu : Kulonprogo, Bantul, Gunungkidul,

Sleman, dan kota Yogyakarta. Menurut Riskesdas (2013) prevalensi DM pada

umur ≥15 tahun berdasarkan diagnosis dokter untuk Kulonprogo 2,3%, Bantul

2,0%, Gunungkidul 2,0%, Sleman 3,1%, Kota Yogyakarta 3,4% dan prevalensi

DM pada umur ≥15 tahun berdasarkan diagnosis dokter atau gejala untuk

Kulonprogo 2,7%, Bantul 2,4%, Gunungkidul 2,9%, Sleman 3,3%, Kota

Yogyakarta 4,2%.

Ada beberapa tipe DM berdasarkan klasifikasinya yaitu Diabetes Melitus

Tipe 1, Diabetes Mellitus Tipe 2, dan Diabetes Gestasional. Di negara-negara

berpenghasilan tinggi, sekitar 87% sampai 91% dari semua orang dengan diabetes

diperkirakan adalah diabetes tipe 2, 7% sampai 12% diperkirakan memiliki

diabetes tipe 1 dan 1% hingga 3% diperkirakan diabetes gestasional. DM tipe 2

sudah menjadi epidemik dan merupakan salah satu ancaman kesehatan di dunia.

Sekitar 3,2 juta kematian berhubungan dengan DM tipe 2. Sedikitnya 1 dari 10

kematian orang dewasa (35 - 64 tahun) juga berhubungan dengan DM tipe 2

(WHO, 2016)

Berdasarkan data 10 penyakit utama penyebab kematian di rumah sakit di

Indonesia tahun 2010, dilihat dari pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat

jalan di rumah sakit tahun 2010 pasien dengan DM tipe 2 menempati urutan ke-7

(Kemenkes RI, 2012).

DM tipe 2 ini biasanya menyerang orang – orang yang menjalankan gaya

hidup yang tidak sehat, sehingga orang-orang yang terkena DM tipe 2 diharuskan

mengontrol kadar glukosa dalam darahnya.Jika kadar glukosa terlalu tinggi

(hiperglikemia) dan tidak diobati, banyak dari sistem tubuh bisa rusak parah,

terutama saraf dan pembuluh darah. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada

mata atau kerusakan ginjal dan peningkatan risiko serangan jantung, stroke atau

amputasi tungkai bawah (Suyono, dkk., 2015).

Page 14: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

3

Manajemen hiperglikemia yang dapat dilakukan perawat dalam aktivitas

keperawatan untuk mengatasi masalah hiperglikemia adalah mendorong pasien

untuk meningkatkan intake cairan secara oral dan memonitor status cairan

pasien(Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2013). Terapi lain yang dapat

digunakan dalam pengobatan diabetes yaitu penggunaan daun sambiloto, jambu

biji dan konsumsi air putih (Husna & Junios, 2013). Konsumsi air putih

membantu prosespemecahan gula (James, 2010 cid. Sy, Afrianti, Bahri &

Yuniarti, 2012).

Cairan merupakan komponen terbesar yang membentuk tubuh, 60% dari

berat badan orang dewasa terdiri atas cairan (Potter & Perry, 2010). Kekurangan

air putih dapat menyebabkan dehidrasi yang berakibat buruk pada kinerja organ-

organ tubuh, selain itu dehidrasi juga dapat menyebabkan cepat lupa, sulit

berkonsentrasi, mudah lelah bahkan sukar menyelesaikan persoalan yang

sederhana (Guyton & Hall, 2007).Air putih mengandung dan terdiri dari senyawa

hidrogen (H dan senyawa oksigen O yang sangat dibutuhkan oleh tubuh

(Marks, dkk., 2000).

Sementara itu, air yang dibutuhkan oleh tubuh setiap harinya adalah

sekitar 50 ml/kgBB/hari (Potter & Perry, 2010). Konsumsi air putih (hidroterapi)

atau ketika asupan air meningkat, ini dapat mencegah atau menunda timbulnya

hiperglikemia dan diabetes berikutnya (Roussel, 2011). Dalam penelitian Sy,

Afrianti, Bahri, & Yuniarti, (2012) tentang efek hidroterapi pada penurunan kadar

gula darah sesaat (KGDS) terhadap 27 pasien Diabetes Mellitus tipe 2 yang

diberikan minum air putih sebanyak 1,5 liter setiap pagi dengan selang waktu

selama 20 menit diperoleh hasil berupa nilai p=0,000 yang berarti ada perbedaan

yang signifikan rata-rata nilai kadar gula darah sesaat antara kelompok kontrol

dan kelompok intervensi. Sedangkan peneliti akan memberikan hidroterapi

minum air putih berdasarkan Roussel (2011), hidroterapi minum air putih yang

akan dilakukan sebanyak 500 ml-1000 ml dengan banyaknya air putih yang

diberikan adalah 640 ml ketika bagun pada pagi hari (Tilong, 2015).

Menurut hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 19

April 2017 di wilayah kerja puskesmas Mlati 1 Sleman yaitu kelurahan

Page 15: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

4

Sendangadi dan kelurahan Sinduadi. 8 orang penderita DM tipe 2 yang

diwawancarai semuanya mengatakan selain minum obat, mereka hanya mengatur

pola makan saja tetapi tidak mengetahui bahwa minum air putih cukup bisa

membantu menurunkan kadar gula darah.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik melakukan

penelitian dengan judul pengaruh hidroterapi minum air putih terhadap penurunan

kadar gula darah sesaat pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di wilayah kerja

Puskemas Mlati 1 Sleman.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh

hidroterapi minum air putih terhadap penurunan kadar gula darah sesaat pada

pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Mlati 1 Sleman?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui pengaruh hidroterapi minum air putih terhadap

penurunan kadar gula darah sewaktu pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui karakteristik pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas

Mlati 1 Sleman.

b. Diketahui kadar gula darah sewaktu pasien DMtipe 2 sebelum dan

sesudah intervensi pemberian obat oral tanpa pemberian hidroterapi

minum air putih (Kelompok Kontrol).

c. Diketahui kadar gula darah sewaktu pasien DM tipe 2 sebelum dan

sesudah intervensi pemberian obat oral dengan hidroterapi minum air

putih (Kelompok Intervensi).

Page 16: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

5

d. Diketahui perbandingkan perbedaan rerata kadar gula darah sewaktu

pada kelompok dengan intervensi pemberian obat oral tanpa

pemberian hidroterapi minum air putih (Kelompok kontrol) dengan

rerata kadar gula darah sewaktu pada kelompok dengan intervensi

pemberian obat oral dengan hidroterapi minum air putih (Kelompok

intervensi).

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoritis maupun

secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

Mengetahui cara pengontrolan gula darah dengan teknik

nonfarmakologi hidroterapi, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan

perawat dan dapat digunakan sebagai terapi komplementer atau terapi

pendamping dari farmakologi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Puskesmas

Penelitian ini dapat memberikan kontribusi sebagai tambahan

pengembangan asuhan keperawatan terutama dalam keperawatan

komunitas dan keperawatan komplementer.

b. Bagi Profesi Keperawatan

Penelitian ini dapat memberikan kontribusi sebagai dasar dalam

pengembangan asuhan keperawatan khususnya pada pasien Diabetes

Mellitus tipe 2 dan dapat diaplikasikan pada tatanan pelayanan

kepeawatan baik di rumah sakit maupun komunitas yang menitik

beratkan pada pelibatan pasien dalam pengelolaan penyakitnya.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan untuk kegiatan proses pembelajaran mengenai

terapi air putih (hidroterapi)pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2.

Page 17: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

6

d. Bagi Pasien

Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang pentingnya menjaga

kadar gula darah dengan mengkonsumsi air putih.

e. Bagi Peneliti

Menambah ilmu dan wawasan tentang terapi nonfarmakologi untuk

pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

E. Keaslian Penelitian

1. Husna, E., & Junios, (2013), meneliti tentang “Pengaruh Terapi Air Putih

Terhadap Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di

Wilayah Kerja Puskesmas Baso Tahun 2013”. Penelitian ini menggunakan

desain Quasi Eksperiment dengan rancangan Non Equivalent Control

Group Design dengan jenis desain dua kelompok control dan kelompok

intervensi. Teknik pengambilan sampel yang dilakukkan dalam penelitian

ini adalah purpossive sampling. Jumlah responden 12 orang terdiri dari 6

orang kelompok intervensi dan 6 orang kelompok kontrol. Penelitian ini

menggunakan teknik analisis Paired Sampel Test dan Independent Sampel

Test. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah untuk kelompok

intervensi (p=0,006) dan untuk kelompok kontrol (p=0,070). Persamaan

dengan penelitian ini adalah sama-sama memberikan terapi air putih

(hidroterapi) pada pasien DM tipe 2 dan waktu pemberian terapi yaitu

selama 7 hari. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini

memberikan terapi air putih sebanyak 1,5 liter setiap pagi selama 14 hari

dan penelitian yang akan saya lakukan adalah dengan memberikan terapi

air putih sebanyak 2 x 160 ml gelas air atau sekitar 640 ml segera setelah

bangun tidur pada pagi hari.

2. Sy, E., Afrianti, E., Bahri, N., & Yuniarti, (2012), meneliti tentang “Efek

Hidroterapi Pada Penurunan Kadar Gula Darah Sesaat (KGDS) Terdapat

Penderita Diabetes Meliitus Tipe 2 Tahun 2012”. Penelitian ini

menggunakan desain Quasi Eksperiment dengan pendekatan Control

Page 18: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

7

Group Design With Pretest and Posttest. Metode dalam penelitian adalah

pada minggu pertama dilatih minum air putih sebanyak 2 gelas kemudian

pada hari ke-7 responden sanggup minum 6 gelas dalam 20 menit dana

setelah itu menganjurkan respinden minum air putih sebanyak 1,5 liter

sampai hari ke-14. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah non probability sampling dengan pendekatan

purpossive sampling. Jumlah responden 27 orang yang terdiri dari

kelompok intervensi 12 orang dan 15 orang dari kelompok control.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis Uji t Dependent Sampel Test.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah nilai p=0,000 yang berarti

ada perbedaan yang signifikan rata-rata nilai kadar gula darah sesaat

anatara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Persamaan dengan

penelitian ini adalah sama-sama memberikan terapi air putih (hidroterapi)

pada pasien DM tipe 2. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian

ini memberikan terapi air putih sebanyak 1,5 liter segera setelah bangun

pagi selama 14 hari dan penelitian yang akan saya lakukan adalah dengan

memberikan terapi air putih sebanyak 2 x 160 ml gelas air atau sekitar 640

ml segera setelah bangun tidur pada pagi hari selama 7 hari.

3. Hasaini, A., (2015), meneliti tentang “Efektifitas Progressive Muscles

Relaxation (PMR) Teradapat Kadar Glukosa Darah Pada Kelompok

Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Puskesmas Martapura 2015”.

Penelitian ini menggunakan Quasi Eksperiment dengan rancangan The

Unthreatad Control Group Design with Pretest and Posttest. Relaksasi

otot progresif diberikan 1 kali dalam 3 hari selama ± 15-20 menit. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

consecutive sampling. Jumlah responden 34 yang terdiri dari kelompok

intervensi dan kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan teknik

analisis uji beda mean. Hasil yang diperoleh dari penelitian adalah ada

perbedaan yang signifikan selisih mean KGD hari 1, hari ke-2, dan hari

ke-3 antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol dengan selisih

mean KGD hari 1 sebesar 35,18 mg/dl, KGD hari ke 2 sebesar 26,41

Page 19: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

8

mg/dl dan KGD hari ke 3 sebesar 21,24 mg/dl dengan nilai efektifitas

sebesar 67% (p value<0,05). Persamaan dengan penelitian ini adalah pada

variabel terikatnya yaitu penurunan kadar gula darah sesaat pada pasien

DM tipe 2. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini

menggunakan terapi otot progresif dan penelitian yang akan saya lakukan

adalah terapi air putih sebanyak 2 x 160 ml gelas air atau sekitar 640 ml

segera setelah bangun tidur pada pagi hari selama 7 hari.

Page 20: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Mlati I Sleman Yogyakarta memiliki program bagi

pasien DM yang sudah berjalan setiap bulannya. Puskesmas Mlati I

Sleman juga mempunai organisasi untuk pasien-pasien DM yaitu

PERSADIA (Persatuan Diabetes Indonesia). Program yang sudah

dijalankan Puskesmas Mlati I Sleman Yogyakarta yaitu Senam Kesehatan

Jasmani (SKJ), senam kesehatan jasmani yang dilakukan setiap hari

Jumat. Puskesmas Mlati I juga mengadakan penyuluhan, senam diabetes,

cek GDS, penimbangan BB, dan pemberian obat diabetes untuk anggota

PERSADIA setiap sebulan sekali.Puskesmas Malti I Sleman juga

mengadakan posyandu ke wilayah kerja Puskesmas Malti I Sleman setiap

satu minggu sekali.

Wilayah kerja Puskesmas Mlati I meliputi 2 desa (40% dari desa di

Kecamatan Mlati), yaitu 1 desa terletak di perkotaan (Sinduadi), 1 desa

terletak antara perkotaan dan pedesaan (Sendangadi). Luas wilayah

keseluruhan adalah 1.273 ha, dengan penggunaan lahan : 23,25% (295,98

ha) untuk pemukiman dan perdagangan. Secara administrasi wilayah

Puskesmas Mlati I terdiri 2 Desa, 32 dusun, 97 RW, 300 RT.

Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Puskesmas

Mlati I Sleman melakukan upaya kesehatan secara merata. Penelitian ini

dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Mlati I Sleman pada tahun 2017

dengan jumlah responden 12 orang.

2. Analisa Hasil Penelitian

Subjek penelitian adalah pasien DM tipe 2 yang berjumlah 12

orang. Pasien DM tipe 2 yang mendapatkan perlakuan hidroterapi minum

air putih sebanyak 6 orang sedangkan kelompok pembanding yang tidak

diberikan perlakuan hidroterapi minum air putih sebanyak 6 orang.

Page 21: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

41

Gambaran karakteristik subjek penelitian dijelaskan dalam bentuk

distribusi frekuensi berdasarkan variabel dalam penelitian.

a. Analisa Univariat

1) Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah

kerja Puskesmas Mlati I, diperoleh hasil mengenai gambaran

karakteristik responden penelitian disajikan didalam Tabel 4.1

Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis

Kelamin dan Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Mlati I

Sleman Yogyakarta

Karakteristik Frekuensi (n) Frekuensi (%)

Sig. Kontrol Intervensi Kontrol Intervensi

Jenis

Kelamin

1,000 Laki-laki 2 2 16,7% 16,7%

Perempuan 4 4 33,3% 33,3%

Usia

0,580 31-45 Tahun 0 2 0,0% 16,7%

46-60 Tahun 4 3 33,3% 25,0%

>60 Tahun 2 1 16,7% 8,3%

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar

responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 4 orang (33,3%)

pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Pada

karakteristik usia, diketahui bahwa mayoritas responden berusia

46-60 tahun sebanyak 4 orang (33,3%) pada kelompok kontrol dan

3 orang (25,0%) pada kelompok intervensi.

2) Aktivitas FIsik Pasien DM Tipe 2

Gambaran aktivitas fisik pasien DM tipe 2 di wilayah kerja

Puskesmas Mlati I Sleman Yogyakarta sesuai pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Diatribusi Frekuensi Aktivitas Fisik

Responden Di Wilayah Kerja Puskesmas Mlati I Sleman

Yogyakarta

Aktivitas

Fisik

Frekuensi (n) Frekuensi (%) Sig.

Kontrol Intervensi Kontrol Intervensi

Ringan 1 1 8,3% 8,3%

Sedang 3 3 25,0% 25,0% 1,000

Berat 2 2 16,7% 16,7%

Page 22: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

42

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagain besar

aktivitas fisik responden DM tipe 2 berada dalam kategori sedang

yaitu sebanyak 3 orang (25,0%) pada kelompok kontrol dan

kelompok intervensi.

3) Status Hidrasi Pasien DM Tipe 2

Gambaran tingkat hidrasi pasien DM tipe 2 di wilayah kerja

Puskesmas Mlati I Sleman Yogyakarta sesuai pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Diatribusi Frekuensi Status Hidrasi

Responden Di Wilayah Kerja Puskesmas Mlati I Sleman

Yogyakarta

Status

Hidrasi

Frekuensi (n) Frekuensi (%) Sig.

Kontrol Intervensi Kontrol Intervensi

Hidrasi

Baik

3 5 25,0% 41,7%

0,028

Dehidrasi

Ringan

1 1 8,3% 8,3%

Dehidrasi

Sedang

1 0 8,3% 0,0%

Dehidrasi

Berat

1 0 8,3% 0,0%

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sebagain besar

status hidrasi responden DM tipe 2 berada dalam kategori hidrasi

baik yaitu sebanyak 3 orang (25,0% ) pada kelompok kontrol dan 5

orang (41,7%) pada kelompok intervensi.

4) Tingkat Stress Pasien DM tipe 2

Gambaran tingkat stress pasien DM tipe 2 di wilayah kerja

Puskesmas Mlati I Sleman Yogyakarta sesuai pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Diatribusi Frekuensi Tingkat Sress Responden

Di Wilayah Kerja Puskesmas Mlati I Sleman Yogyakarta

Tingkat

Stress

Frekuensi (n) Frekuensi (%) Sig.

Kontrol Intervensi Kontrol Intervensi

Ringan 5 4 41,7% 33,3%

0,234 Sedang 1 2 8,3% 16,7%

Berat 0 0 0,0% 0,0%

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa sebagain besar

tingkat stress responden DM tipe 2 berada dalam kategori ringan

Page 23: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

43

yaitu sebanyak 5 orang (41,7% ) pada kelompok kontrol dan 4 orag

(33,3%) pada kelompok intervensi.

Tabel 4.5 Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Pasien

Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum dan Sesudah Tanpa Diberi

Hidroterapi Minum Air Putih (Kelompok Kontrol)

No.

Responden

Kadar Gula Darah Sewaktu

Pretest Posttest

7. 212 233

8. 431 286

9. 274 189

10. 158 148

11. 303 237

12. 181 153

Tabel 4.6 Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Pasien

Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum dan Sesudah Hidroterapi

Minum Air Putih (Kelompok Intervensi)

No.

Responden

Kadar Gula Darah Sewaktu

Pretest Posttest

1. 417 173

2. 209 131

3. 359 152

4. 256 138

5. 283 129

6. 215 130

b. Analisa Bivariat

Analisa ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

variabel bebas yaitu hidroterapi minum air putih dan tidak melakukan

hidroterapi minum air putih terhadap variabel terikat yaitu kadar gula

darah dengan melihat penurunannya.

Uji statistik yang digunakan adalah paired sample t test untuk

melihat pretest dan posttest kadar gula darah pada masing-masing

kelompok. Uji independent sample t test digunakan untuk

membandingkan perbedaan rerata pretets dan posttest antara kelompok

intervensi dan kelompok kontrol. Tingkat kemaknaan menggunakan p

value <0,05 pada interval kepercayaan 95%.

Page 24: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

44

1) Hasil uji normalitas data

Hasil uji normalitas data dengan menggunakan Shapiro-Wilk

diperlihatkan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data Pada Kelompok Intervensi

Kadar Gula

Darah Statistik df Sig.

Kadar Gula

Darah Pretest 0,909 6 0,431

Kadar Gula

Darah Posttest 0,815 6 0,079

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data Pada Kelompok Kontrol

Kadar Gula

Darah Statistik df Sig

Kadar Gula

Darah Pretest 0,922 6 0,522

Kadar Gula

Darah Posttest 0,929 6 0,571

Berdasarkan pada tabel 4.7 dan 4.8 menunjukkan bahwa

kadar gula darah pretest dan posttest pada kelompok intervensi dan

kelompok kontrol didapatkan nilai signifikansi >0,05 sehingga

dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi normal.

2) Hasil uji hipotesis

Hasil uji hipotesis menggunakan uji parametrik paired sample t

test dan uji parametrik independent sample t test adalah sebagai

berikut:

a) Perbedaan Rata-rata Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Pasien

Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum dan Sesudah Tanpa Diberi

Hidroterapi Minum Air Putih.

Page 25: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

45

Tabel 4.9 Perbedaan Rata-rata Kadar Gula Darah

Sewaktu Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum dan

Sesudah Tanpa Diberi Hidroterapi Minum Air Putih.

Variabel N Mean Standar

Deviasi

Standar

Error

T

hitung

p

value

Kadar

Gula

Darah

Pretest-

Posttest

6 52,167 59,334 24,223 2,154 0,084

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan hasil uji statistik

menggunakan paired sample t-test diperoleh p value = 0,084 (α

= 0,05), yang berarti p value lebih besar dari α. Dengan kata

lain tidak ada perbedaan rata-rata (Mean) kadar gula darah pada

pasien diabetes mellitus tipe 2 pada kelompok kontrol.

b) Perbedaan Rata-rata Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Pasien

Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum dan Sesudah Diberi

Hidroterapi Minum Air Putih

Tabel 4.10 Perbedaan Rata-rata Kadar Gula Darah

Sewaktu Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum dan

Sesudah Diberi Hidroterapi Minum Air Putih.

Variabel N Mean Standar

Deviasi

Standar

Error

T

hitung

p

value

Kadar

Gula

Darah

Pretest-

Posttest

6 147,667 67,084 27,386 5,392 0,003

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan hasil uji statistik

menggunakan Paired sample t-test diperoleh p value = 0,003 (α

= 0,05), yang berarti p value lebih kecil dari α. Dengan kata

lain ada pengaruh hidroterapi minum air putih terhadap

penurunan kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe 2 di

wilayah Kerja Puskemas Mlati I Sleman Yogyakarta atau

kelompokintervensi.

Page 26: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

46

c) Perbedaan Rata-rata Kadar Gula Darah Sewaktu Posttest Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Antara Kelompok Intervensi

dan Kelompok Kontrol.

Tabel 4.11 Perbedaan Rata-rata Kadar Gula Darah

Sewaktu Posttest Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

Antara Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol.

Variabel F Sig. T

hitung p value

Mean

Difference

Std.

Error

Kadar

Gula

Darah

Pretest

9,019 0,013 -2,832 0,018 -65,500 23,127

Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan hasil uji statistk

Independent sample t –test diperoeh nilai sig. 0,013, karena

nilai p < 0,05 maka varian data kedua kelompok berbeda.

Angka p value menunjukkan hasil 0,018 dengan perbedaan

rerata (mean difference) sebesar -65,500 karena nilai p < 0,05,

maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan rerata nilai kadar

gula darah posttest antara kelompok intervensi dan kelompok

kontrol. Dimana nilai kadar gula darah kelompok inervensi

lebih rendah dari kadar gula darah kelompok kontrol.

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan tabel 4.1 sebagian besar pasien DM tipe 2 yang

berada di wilayah kerja Puskesmas Mlati I Sleman adalah berjenis kelamin

perempuan sebanyak 4 (33,3%) responden pada kelompok kontrol dan

kelompok intervensi, sedangkan untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 2

(16,7%) responden pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi.

Menurut penelitian RI & Wirawanni (2012) menyatakan jenis kelamin

terbanyak pada penderita DM Tipe 2 adalah perempuan sebanyak 29

(63%). Menurut penelitian Adnan, Mulyati, & Isworo (2013) menyatakan

Page 27: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

47

sebagian besar sampel berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 29

orang (78,4%). Menurut penelitian Awad, Langi, & Pandelaki (2013)

menyatakan sebanyak 138 pasien DM tipe-2 di Poliklinik Endokrin RSU

Prof.Dr.R.D. Kandou Manado. Dari 138 kasus tersebut, 78 pasien (57%)

adalah perempuan. Penyakit DM ini lebih sering terjadi pada perempuan,

karena kebiasaan perempuan yang suka mengkonsumsi makanan-makanan

yang mengandung cokelat, gula, dan jajananjajanan siap saji, hal ini

menyebabkan peningkatan kadar gula darah pada perempuan yang lebih

beresiko dibanding laki-laki akibat pola makan yang tidak baik

(Sumangkut, Supit, & Onibala, 2013).

Berdasarkan tabel 4.1 usia respoden yaitu sebanyak 4 (33,3%)

responden pada kelompok kontrol dan 3 (25,0%) responden pada

kelompok intervensi berada direntang usia 46-60 tahun, responden dengan

usia >60 tahun sebanyak 2 (16,7%) responden pada kelompok kontrol dan

1 (8,3%) responden pada kelompok intervesi, dan responden dengan usia

31-45 tahun sebanyak 2 (16,7%) pada kelompok intervensi. Menurut

penelitian RI & Wirawanni (2012) menyatakan sebagian besar (65,2%)

responden berusia antara 40-59 tahun dengan rerata 56,35±8,09. Menurut

penelitian Adnan, Mulyati, & Isworo (2013) menyatakan sebagian besar

responden berada pada kelompok umur 46-60 tahun (73%). Menurut

penelitian Trisnawati & Styorogo (2013) menyatakan sebagian besar

responden yang menderita DM tipe 2 adalah kelompok umur ≥45 tahun

sebanyak 24 (48%). Kesavadev et al (2003) menyebutkan jika pada

negara berkembang, mayoritas penderita diabetes mellitus tipe 2 berada

pada usia 45-64 tahun. Resiko seseorang untuk menderita diabetes mellitus

tipe 2 akan bertambah seiring berjalannya usia terutama usia di atas 45

tahun disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan

intolenransi glukosa (Sunjaya, 2009). Hal ini dikarenakan berkurangnya

kemampuan sel β dalam memproduksi insulin karena bertambahnya usia

(Arisman, 2011).

Page 28: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

48

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagain besar aktivitas

fisik responden DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Mlati I Sleman

berada dalam kategori sedang yaitu sebanyak 3 (25,0%) responden pada

kelompok kontrol dan kelompok intervensi, dikategorikan berat yaitu

sebanyak 2 (16,7%) responden pada kelompok kontrol dan keompok

intervensi, dan kategori ringan yaitu sebanyak 1 (8,3%) responden pada

kelompok kontrol dan kelompok intervensi . Menurut penelitian Hariyanto

(2013) menyatakan pasien yang termasuk dalam kategori aktivitas ringan

sebanyak 8 (40%) dari 20 pasien, sedangkan yang dalam kategori aktivitas

fisik sedang sebanyak 12 (60%) dari 20 pasien. Menurut penelitian Nur,

Wilya & Ramadhan (2016) menyatakan sebagain besar responden

aktivitas fisik dalam kategori sedang sebanyak 18 (48,6%) responden,

sedangkan yang dikategorikan aktivitas fisik ringan sebanyak 11 (29,7%)

responden dan dikategorikan aktivitas fisik berat sebanyak 8 (21,6%)

responden. Menurut Suyono (2011) menyebutkan kurangnya aktivitas fisik

merupakan salah satu faktor resiko kejadian diabetes melitus tipe 2. Ketika

aktivitas tubuh tinggi, penggunaan glukosa oleh otot akan ikut meningkat.

Sintesis glukosa endogen akan ditingkatkan untuk menjaga agar kadar

glukosa dalam darah tetap seimbang. Pada keadaan normal, keadaan

homeostasis ini dapat dicapai oleh berbagai mekanisme dari sistem

hormonal, saraf, dan regulasi glukosa (Kronenberg, dkk., 2008).

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui sebagian besar status hidrasi

responden DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Mlati I Sleman berada

dalam kategori hidrasi baik atau tidak dehidrasi yaitu sebanyak 3 (25,0%)

responden pada kelompok kontrol dan 5 (41,7%) responden pada

kelompok intervensi, kategori dehidrasi ringan yaitu sebanyak 1 (8,3%)

responden pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi, kategori

dehidrasi sedang yaitu sebanyak 1 (8,3%) responden pada kelompok

kontrol, dan kategori dehidrasi berat 1 (8,3%) responden pada kelompok

kontrol. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Andayani, Kusumawati,

dan Hakim. Menurut penelitian Andayani (2013) menyatakn bahwa hanya

Page 29: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

49

28,8% subjek yang memiliki status hidrasi baik. Sisanya ditemukan subjek

mengalami pre-dehidrasi (dehidrasi ringan 37,0% dan dehidrasi sedang

15,0%), sedangkan yang mengalami dehidrasi sebesar 19,2%. Menurut

penelitian Kusumawati (2016) menyatakan sebagian jumlah subjek

berdasarkan indikator warna urin menggunakan kartu PURI menunjukan

bahwa 57.1% tergolong dalam kategori dehidrasi. Menurut Hakim (2016)

menyatakan sebagian besar subjek (61.0%) mengalami dehidrasi apabila

menggunakan metode PURI. Dehidrasi adalah suatu kondisi di mana

tubuh kekurangan cairan sehingga keseimbangan air menjadi negatif.

Ketika tubuh kekurangan cairan, maka tubuh akan melakukan kompensasi

dengan cara mengaktifkan sistem renin-angiotensin. Angiotensin II

kemudian akan merangsang pelepasan vasopresin yang salah satu efeknya

adalah meningkatkan reabsorpsi air oleh tubulus ginjal (Sherwood, 2011).

Vasopresin merangsang proses glukoneogenesis dan pelepasan glukagon

sehingga meningkatkan kadar glukosa dalam darah (Roussel et al, 2011).

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui sebagian besar tingkat stress

responden DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Mlati I Sleman berada

dalam kategori stress ringan yaitu sebanyak 5 (41,7%) responden pada

kelompok kontrol dan 4 (33,3%) responden pada kelompok intervensi,

stress sedang yaitu sebanyak 1 (8,3%) responden pada kelompok kontrol

dan 2 (16,7%) responden pada kelompok intervensi. Menurut penelitian

Sari, Nurdin, & Defrin (2015) menyatakan bahwa yang termasuk dalam

kategori stress ringan sebanyak 74 (44,8%) orang, kategori stress sedang

sebanyak 21 (12,7%) orang, dan kategori stress berat sebanyak 11 (6,7%)

orang. Menurut penelitian Agustini (2010) menyatakan bahwa yang

termasuk dalam kategori stress ringan sebnyak 1 (2,7%) orang, kategori

stress sedang sebanyak 23 (62,2%) orang, dan kategori stress berat

sebanyak 13 (35,1%) orang. Stress, baik stress fisik maupun neurogenik,

akan merangsang pelepasan ACTH (adrenocorticotropic hormone) dari

kelenjar hipofisis anterior. Selanjutnya, ACTH akan merangsang kelenjar

adrenal untuk melepaskan hormon adrenokortikoid, yaitu kortisol.

Page 30: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

50

Hormon kortisol ini kemudian akan menyebabkan peningkatan kadar

glukosa dalam darah (Guyton & Hall, 2007). Hormon ini meningkatkan

katabolisme asam amino di hati dan merangsang enzim-enzim kunci pada

proses glukoneogenesis. Akibatnya, proses glukoneogenesis meningkat.

Selain itu, stress juga merangsang kelenjar adrenal untuk menyekresikan

epinefrin. Epinefrin menyebabkan glikogenolisis di hati dan otot dengan

menstimulasi enzim fosforilase (Murray, dkk., 2009).

2. Perbedaan Rata-rata Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Pasien

Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum dan Sesudah Tanpa Diberi

Hidroterapi Minum Air Putih

Berdasarkan analisis hasil penelitian diketahui tidak ada perbedaan

rerata kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah pada kelompok

tanpa intervensi hindroterapi minum air putih, dimana hasil uji statistik

menunjukkan p value = 0,084 (p<0,05). Hasil penelitian ini lebih rendah

dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Husna & Junios

(2013) yang menunjukkan p value = 0,070 (p<0,05) yang dapat

disimpulkan tidak ada perbedaan rerata kadar gula darah sewaktu sebelum

dan sesudah pada kelompok tanpa intervensi hindroterapi minum air putih.

Hasil yang diperoleh sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Husna

& Junios (2013) yaitu pengaruh terapi minum air putih terhadap kadar

gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja puskesmas

Baso tahun 2013. Hasil penelitian ini menunjukan adanya penurunan kadar

gula darah pasien diabetes mellitus tipe 2 sebesar 25,667 mg/dL dan hasil

uji statistik menggunakan paired sample t-test diperoleh p value = 0,070

(p<0,05), yang berarti p value > α. Dengan kata lain tidak ada perbedaan

rata-rata kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 sebelum dan

sesudah tanpa diberikan intervensi terapi air putih.

Menurut Sherwood (2011) menyatakan bahwa ketika tubuh

kekurangan cairan, maka tubuh akan melakukan kompensasi dengan cara

mengaktifkan sistem renin-angiotensin. Angiotensin II kemudian akan

merangsang pelepasan vasopresin yang salah satu efeknya adalah

Page 31: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

51

meningkatkan reabsorpsi air oleh tubulus ginjal. Hal ini didukung oleh

penelitian Roussel et al (2011) yang menyatakan Vasopresin merangsang

proses glukoneogenesis dan pelepasan glukagon sehingga meningkatkan

kadar glukosa dalam darah.

3. Perbedaan Rata-rata Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Pasien

Diabetes Mellitus Tipe 2 Sebelum dan Sesudah Diberi Hidroterapi

Minum Air Putih

Berdasarkan analisis hasil penelitian diketahui perbedaan rerata

kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi

hindroterapi minum air putih, dimana hasil uji statistik menunjukkan p

value = 0,003 (p<0,05). Dengan kata lain ada pengaruh hidroterapi minum

air putih terhadap penurunan kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe

2 di wilayah Kerja Puskemas Mlati I Sleman Yogyakarta. Hasil yang

diperoleh sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Husna & Junios

(2013) yaitu pengaruh terapi minum air putih terhadap kadar gula darah

pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja puskesmas Baso

tahun 2013. Hasil penelitian ini menunjukan adanya penurunan kadar gula

darah pasien diabetes mellitus tipe 2 sebesar 131 mg/dL dan dapat

disimpulkan terdapat perbedaan rata-rata (Mean) kadar gula darah pasien

diabetes mellitus tipe 2 sebelum (pretest) dan sesduah (posttest) diberikan

intervensi terapi air putih di wilayah kerja puskesmas Baso tahun 2013.

Hasil uji statistik menggunkan paired sampel t-test diperoleh p value =

0,006 (p<0,05), yang berarti p value <α. Dengan kata lain ada pengaruh

terapi air putih terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus

tipe 2 di wilayah kerja puskesmas Baso tahun 2013. Menurut James (2010)

cid. Sy, Afrianti, Bahri & Yuniarti (2012) menyatakan bahwa dengan

minum air putih dapat menyebabkan terjadinya pemecahan gula.

Air berperan penting dalam hal ini karena air merupakan molekul

yang bersifat polar. 𝑂 dalam molekul air lebih elektronnegatif dari pada

atom 𝐻+. Sehingga dapat menurunkan viskositas darah dan osmolaritas

darah. Agar dapat larut dalam air, molekul harus memiliki ikatan

Page 32: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

52

bermuatan atau bersifat polar yang dapat berikatan dengan ion bermuatan

positif (+) danion bermuatan negatif (–) parsial yang terdapat dalam air.

Senyawa organik yang mengandung gugus hidrofilik juga cenderung larut

dalam air. Gugus hidroksil pada glukosa misalnya, bersifat polar dan

menyebabkan glukosa larut hampir tak terbatas dalam air (Marks, D.,

Marks, A., & Smith, 2000; Guyton & Hall, 2007; Sherwood, 2011).

4. Perbedaan Rata-rata Kadar Gula Darah Sewaktu Posttest Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Antara Kelompok Intervensi dan

Kelompok Kontrol

Berdasarkan analisis hasil penelitian diketahui perbedaan rerata

kadar gula darah sewaktu posttest pada kelompok intervensi hidroterapi

minum air putih dan kelompok tanpa intervensi hindroterapi minum air

putih adalah -65,000 mg/dL dengan nila p value = 0,018 (p<0,05), maka

dapat disimpulkan terdapat perbedaan rerata nilai kadar gula darah posttest

antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Dimana nilai kadar

gula darah kelompok inervensi lebih rendah dari kadar gula darah

kelompok kontrol. Hal ini membuktikan bahwa dengan terapi air putih

640ml dapat menurunkan kadar gula darah sewaktu pada psien diabetes

mellitus tipe 2. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang disampaikan

oleh Hamad (2007) cid. Sy, Afrianti, Bahri & Yuniarti (2012) bahwa

mengkonsumsi air dalam jumlah yang banyak pada pagi hari setelah

bangun tidur adalah baik untuk pasien diabetes mellitus tipe 2, karena pada

kondisi tersebut lambung dalam keadaan kosong sehingga dinding

lambung dapat menyerap air dengan cepat kemudian dialirkan kedalam

darah lalu dialirkan oleh darah ke ginjal kemuadian dikeluarkan lewat

urin.

Hasil yang diperoleh sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sy, Afrianti, Bahri & Yuniarti (2012) yaitu efek hidroterapi pada

penurunan kadar gula darah sesaat (KGDS) terhadap penderita diabetes

mellitus tipe 2. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nilai rata-rata kadar

gula darah sesaat (KGDS) pada kelompok kontrol setelah diberikan terapi

Page 33: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

53

oral pada hari ke-14 adalah 240,07 mg/dL dengan standar deviasinya lebih

kurang 66,49 ,g/dL. Nilai terendah 44,49 mg/dL dan nilai tertinggi 127,14

mg/dL, nilai t = 4,27. Rata-rata nilai kadar gula darah sesaat (KGDS) pada

kelompok intervensi setelah diberikan terapi oral dan hidroterapi pada hari

ke-14 adalah 154,25 mg/dL dengan standar deviasinya lebih kurang 21,72

mg/dL. Nilai terendah 47,35 mg/dL dan nilai tertinggi 124,28 mg/dL, nilai

t = 4,69. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,000 (p<0,05), yang

dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan rata-rata nilai kadar gula

darah sesaat antara kelompok kontrol (kelompok diberikan terapi oral saja)

dan kelompok intervensi (kelompok setelah diberikan terapi oral dan

hidroterapi).

Menurut penelitian Husna & Junios (2013) yaitu pengaruh terapi

air putih terhadap kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di

wilayah kerja puskesmas Baso tahun 2013. Hasil uji statistik dengan

menggunakan independent sampel test menunjukkan nilai sig. = 0,313

(p>0,05), maka varian data kedua kelompok adalah sama. Angka p value =

0,001 (p<0,05) dengan perbedaan rerata (Mean Difference) sebesar -

56,00000, maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan rerata nilai kadar

gula darah posttest antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol,

dimana nilai kadar gula darah kelompok intervensi lebih rendah dari pada

kadar gula darah kelompok kontrol.

Hasil penelitian ini selaras dengan teori Sherwood (2011) yang

menyatakan bahwa ketika tubuh kekurangan cairan, maka tubuh akan

melakukan kompensasi dengan cara mengaktifkan sistem renin-

angiotensin. Angiotensin II kemudian akan merangsang pelepasan

vasopresin yang salah satu efeknya adalah meningkatkan reabsorpsi air

oleh tubulus ginjal. Hal ini didukung oleh penelitian Roussel et al (2011)

yang menyatakan Vasopresin merangsang proses glukoneogenesis dan

pelepasan glukagon sehingga meningkatkan kadar glukosa dalam darah.

Ketika kadar glukosa darah meningkatmenyebabkan viskositas

darah dan osmolaritas darah meningkat. Dalam hal ini air berperan penting

Page 34: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

54

karena air merupakan molekul yang bersifat polar. 𝑂 dalam molekul air

lebih elektronnegatif dari pada atom 𝐻+. Sehingga dapat menurunkan

viskositas darah dan osmolaritas darah. Agar dapat larut dalam air,

molekul harus memiliki ikatan bermuatan atau bersifat polar yang dapat

berikatan dengan ion bermuatan positif (+) danion bermuatan negatif (–)

parsial yang terdapat dalam air. Senyawa organik yang mengandung gugus

hidrofilik juga cenderung larut dalam air. Gugus hidroksil pada glukosa

misalnya, bersifat polar dan menyebabkan glukosa larut hampir tak

terbatas dalam air (Marks, D., Marks, A., & Smith, 2000; Guyton & Hall,

2007; Sherwood, 2011).

C. Keterbatasan Penelitian

1. Pada penelitian ini, masih ada variabel penggangu yang mempengaruhi

kadar gula darah sewaktu pada pasien DM tipe 2 yang tidak dikendalikan

seperti aktivitas fisik, dehidrasi, dan stress.

2. Responden yang digunakan terlalu sedikit yaitu 12 responden dengan

jumlah pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Mlati I Sleman yang

terbilang banyak yaitu 756 selama 6 bula terakhir terhitung dari bulan

Desember 2016 sampai bulan Mei 2017.

3. Pada penelitian ini peniliti tidak bisa mengamati konsumsi karbohidrat.

Page 35: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

55

BAB V

KEIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

Mlati I, diperoleh hasil mengenai gambaran karakteristik responden,

sebagain besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 8 orang

(66,7%), berusia 46-60 tahun sebanyak 7 orang (58,3%), aktivitas fisik

berada dalam kategori sedang sebanyak 6 orang (50,0%), status hidrasi

berada dalam kategori hidrasi baik sebanyak 8 orang (66,7% ), dan besar

tingkat stress responden DM tipe 2 berada dalam kategori ringan sebanyak

9 orang (75% ).

2. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

Mlati I, diperoleh p value = 0,084 (α = 0,05), tidak ada perbedaan rata-rata

(Mean) kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 pada

kelompok kontrol.

3. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

Mlati I, diperoleh p value = 0,003 (α = 0,05), sehingga dapat diketahui

ada pengaruh hidroterapi minum air putih terhadap penurunan kadar gula

darah pasien diabetes mellitus tipe 2 di wilayah Kerja Puskemas Mlati I

Sleman Yogyakarta.

4. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

Mlati I, diperoleh p value = 0,018 (p > 0,05) dengan mean difference

sebesar -65,500, maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan rerata nilai

kadar gula darah posttest antara kelompok intervensi dan kelompok

kontrol. Sehingga dapat diketahui ada pengaruh hidroterapi minum air

putih terhadap penurunan kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe 2

di wilayah Kerja Puskemas Mlati I Sleman Yogyakarta

Page 36: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

56

B. Saran

1. Bagi Puskesmas

Diharapkan dapat mempertahankan serta meninkatkan mutu pelayanan

keperawatan dengan cara tetap memberikan pendidikan kesehatan

mengenai pengetahuan diet DM sehingga pasien dapat menjaga pola hidup

yan sehat serta dapat mengurangi resiko terjadinya komplikasi DM.

2. Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan perawat bisa lebih meningkatkan dalam memerikan asuhan

keperawatan khususnya keperawatan komplementer dan memberikan

penyuluhan terkait pengetahuan DM seperti faktor-faktor yang

menyebabkan DM serta penyuluhan terkait diet DM seperti jumlah diet

pada pasien DM

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penilitan ini diharapkan bisa menambah pembelajaran khususnya

dalam keperawatan komplementer.

4. Bagi Pasien

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai informasi penting menjaga kadar

gula darah dengan mengkonsumsi air putih.

5. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan peneliti selanjutnya mampu meneliti beberapa variabel

pengganggu yang tidak dikendalikan pada penelitian ini seperti aktivitas

fisik, dehidrasi, dan stres.

Page 37: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

0

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, M., Mulyati, T., & Iswprp, J. K. (2013), Hubungan Indeks Massa Tubuh

(IMT) Dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus (DM) Tipe

2 Rawat Jalan Di RS Tugurejo Semarang, Jurnal Gizi Universitas

Muhammadiyah Semarang, 2, 20-21.

Agustini, I. D. (2010), ‘ Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Stress

Klien Pasca Stroke Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta’, Skripsi,

Sarjana Keperawatan, Universitas Asyiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

American Diabetic Association, (2016), Standards Medical Care of Diabetic – 2016, American Diabetic Association, USA.

Andayani, K. (2013), ‘ Hubungan Konsumsi Cairan Dengan Status Hidrasi Pada

Pekerja Industri Laki-laki’, Skripsi, Sarjana Gizi, Universitas Diponegoro

Semarang, Semarang.

Arisman, (2011). Obesitas, Diabetes Melitus, dan Dislipidemia, EGC, Jakarta,

Indonesia.

Awad, N., Langi, Y. A., & Pandelaki, K. (2013), Gambaran Faktor Resiko Pasien

Diabetes Mellitus Tipe II Di Poliklinik Endokrin Bagian/SMF KK-

UNSRAT RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado Periode Mei 2011-

Oktober 2011, Jurnal e-Biomedik (eBM), 1, 45-49.

Bennel, A. & Kerure, S. (2013), Effect of PCOS on Glucose Metabolism,

National Journal of Physiology, Pharmacy & Pharmacology,3, 167-170.

Bhat, et.al. (2008), Dose Response Relationship Between Cigarette Smoking and

Risk of Ischemic Stroke Young Women, Journal of The American Stroke

Association, 39, 2439-2443.

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, M. J., and Wagner, M. C. (2013),

Nursing Intervention Clasification (NIC), Edisi 5, Elsevier Mosby, USA.

Cohen, S., Kamarck, T., and Mermelstein, R. (1983), A global measure of

perceived stress. Journal of Health and Social Behavior, 24, 386-396.

Dharma, K. K. (2011), Metodologi Penelitian Keperawatan, TIM, Jakarta,

Indonesia.

Ernawati, (2013), Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Mellitus Terpadu,

Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta, Indonesia.

Page 38: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

55

Guyton, A. C., &Hall, J. E. (2007), Buku Ajar Fisiologis Kedokteran, Edisi 11,

Alih bahasa Inggris-Indonesia oleh: Lukman Y. R., Heriawati H., Adriana

N., & Nanda W, EGC, Jakarta, Indonesia.

Hellenic Association of Municipalities With Thermal Spriings, (2017). ‘Internal

Hydroerapy’, Dipetik tanggal 1 Juli 2017,

<http://www.thermalsprings.gr/index.php/en/therapies/internal-

hydrotherapy>

Hakim, C. (2016), ‘Hubungan Asupan Air, Status Hidrasi, Dan Kemampuan

Kognitif Pada Wanita Usia Lanjut Di Panti Werdha Bekasi, Skripsi,

Sarjana Gizi, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Hariyanto, F. (2013), ‘Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah Puasa

Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Cilegon Tahun 2013’, Skripsi, Sarjana Kedokteran, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Husna, E., and Junios. (2013), Pengaruh Terapi Air Putih Terhadap Kadar Gula

Darah Pada Pasien Diebates Mellitus Tipe 2 DI Wilayah Kerja

Puskesmas Baso Tahun 2013, Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara

Bukittinggi, 4, 99.

International Diabetes Federation (IDF). (2015), IDF ATLAS, Seventh edition,

www.diabetesatlas.org, di akses pada tanggal 30 November 2016.

Isselbacber, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci & Kasper, (2012), Horrison:

Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 13, Alih bahasa Inggris-

Indonesia oleh Asdie Ahmad, EGC, Jakarta, Indonesia.

Joyce &Fever, L., (2007), Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostic,

Edisi 6, Alih bahasa Inggris-Indonesia oleh Sari Kurnianingsih, EGC,

Jakarta, Indonesia.

Katzung, B. G. (2010), Farmakologi Dasar Dan Klinik, Edisi 10, Alih bahasa

Ingris-Indonesia oleh Nugroho, A. W., Rendy, L., & Dwijayanthi. L,

EGC, Jakarta, Indonesia.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, (2012), ‘Buletin Jendela Data dan

Informasi Kesehatan Penyakit Tidak Menular’, Dipetik tanggal 28 Juni

2017, <http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/

buletin/buletin-ptm.pdf>

Kesavadev, J., Short, K., & Nair, K. S. (2013), Diabetes In Old Age: An

Emerging Epidemic, JAPI, 51, 1083-1094

Page 39: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

55

Kronenberg, H. M., Melmed, S., Polonsky, K. S., & Larsen, P. R. (2008),

Williams Textbook of Endocrinology, Edisi 11, Saunders, Philadelphia.

Kusmiran, E. (2012), Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita, Salemba

Medika, Jakarta, Indonesia.

Kuswandi, A., Sitorus, R., & Gayatri, D. (2008), Pengaruh Relaksasi Terhadap

Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

Disebutkan Rumah Sakit Di Tasikmalaya, Jurnal Keperawatan Indonesia,

12, 108-114.

Le Mone, O., & Burke, K. (2008), Medical Surgical Nursing: Critical Thinking in

Client Care, Edisi 4, Pearson Prentice Hall, New Jersey.

Marks, D. B, Marks, A., D., & Smith, C. M. (2000), Biokimia Kedokteran Dasar:

Sebuah Pendekatan Klinis, Alih bahasa Inggris-Indonesia oleh Brahm U.

P., EGC, Jakarta, Indonesia.

Mathew, C. S., Babu, B., Shanji, C., Pothan, N., Kutoor, D. S., & Abraham, E.

(2016), Hydrotherapy: A Review, International Journal Of

Pharmaceutical and Chemical Sciences,5, 196-197.

McLeod, M. E. (2006), Intervention for client with diabetes mellitus, Dalam D. D.

Ignatavicius & M. L. Workman, Medical Surgical Nursing (Edisi 5),

Elsevier Mosby ,St. Louis.

Mershon, A. J., 2016. Hydrationcheck, hydrationcheck/vcc.php, Diakses pada

tanggal 10 Juli 2017

Michel, B. (2011), Nursing management diabetes mellitus, Dalam S. L. Lewis, S.

R. Dirksen, M. M. Heitkempar, L. Bucher, & I. M. Camerea, Medical

Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problem, Edisi

8, Elsevier Mosby St. Louis.

Muhilal, 1994. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, LIPI, Jakarta, Indonesia.

Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W. (2009), Biokimia Harper, Edisi

27, Alih bahasa Inggris-Indonesia oleh Brahm U. P., EGC, Jakarta,

Indonesia.

Ndraha, S. (2014), Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Tatalaksana Terkini, Volume

27, Departemen Penyakit Dalam Fakultan Ilmu Keokeran Universitas

Krida Wacana Jakarta, Indonesia.

Page 40: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

55

Nur, A., Wilya, V., & Ramadhan, R. (2016), Kebiasaan Aktivitas Fisik Pasien

Diabetes Mellitus Terhadap Kadar Gula Darah Di Rumah Sakit Umum dr.

Fauziah Bireven, SEL, 3, 43.

Nursalam. (2013), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan, Edisi 3,Salemba Medika, Jakarta, Indonesia.

Notoatmodjo, S. (2012), Metodologi Penelitian Kesehatan, PT Rineka Cipta,

Jakarta, Indonesia.

PERKENI, (2015), Konsensus Pengelolaan & Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe

2 di Indonesia 2015, PERKENI, Jakarta, Indonesia.

Pin, T., L. (2011), ‘Hubungan Kebiasaan Berolahraga dengan Tingkat Stres pada

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun

Masuk 2008’, Skripsi, Sarjana Kedokteran, Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Potter, P. A., and Perry, A. G. (2010), Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 3,

Alih bahasa oleh Yasmin, dkk., Salemba Medika, Jakarta, Indonesia.

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2012), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses

Penyakit, Alih bahasa Inggris-Indonesia oleh Pendit, B. U., Hartanto, H.,

Wulansari, P., Mahanani, D. A, EGC, Jakarta, Indonesia.

RISKESDAS RI, (2013), Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Tahun 2013.

Royal College of Nursing, (2007), Water for Health Hydration Best Practice

Toolkit for Hospitals and Heatlhcare, National Patien Safety Agency, UK.

Roussel, R at al, (2011), Law Water Intake and Risk for New-Onset

Hyperglycemia, Diabetes Care, 34, 2552-2553.

Rumahorbo, H. (2014), Mencegah Diabetes Mellitus dengan Perubahan Gaya

Hidup, Penerbit In Media, Bogor, Indonesia.

Sari, D., Nurdin, A. E., & Defrin. (2015), Hubungan Stres Dengan Kejadian

Desminore Primer Pada Mahasiswi Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran Universitas Andalas, Jurnal Kesehatan Andalas, 4, 568.

Setiawan, A, dan Saryono. (2010),Metodologi Penelitian Kebidanan, DIII,DIV,

S1 dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika.

Soekarto, S. T. (2014). Keajaiban Air dalam Ilmu dan Kehidupan, Alfabeta,

Bandung, Indonesia.

Page 41: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

55

Sherwood, L. (2011), Fisiologis Manusia: Dari Sel ke Sistem, Edisi 6, Alih

bahasa Inggris-Indonesia oleh Brahan U. P., EGC, Jakarta, Indonesia.

Siregar, S. (2013), Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi

dengan Penghitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17, PT Bumi

Aksara, Jakarta, Indonesia.

Smeltzer, S, C. & Bare, B. (2007), Medical Surgical Nursing, Edisi 10, Alih

bahasa Inggris-Indonesia oleh Agung Waluyo, dkk., Lippincott

Williams & Wilkins, St. Louis.

Sujaya, I.,(2009). Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali sebagai Faktor

Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Tabanan,Jurnal Skala Husada, 6, 75-

81.

Sumangkut, S., Supit, W., & Onibala, F. (2013), Hubungan Pola Makan Dengan

Kejadian Penyakit Diabetes Mellitus Tipe-2 Di Poli Interna BLU. RSUP.

Prof. dr. R. Kandou Manado, ejounal Keperawatan (e-Kep), 1, 4.

Suryono, E. (2010), Diabetes Sahabatku, Salemba Medika, Jakarta, Indonesia.

Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M.K. & Setiati, S. (2009).

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid III, edisi V. Jakarta : Interna

Publishing.

Sugiyono. (2016), Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, Indonesia.

Suyono, S., Waspadji, S., Soegondo, S., Soewondo, P., Subekti, I., Semiardji, G.,

dkk. (2015), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, Edisi 2,

Balai Penerbit FKUI, Jakarta, Indonesia.

Sy, E., Afrianti, E., Bahri, N., & Yuniarti. (2012), Efek Hidroterapi Pada

Penurunan Kadar Gula Darah Sesaat (KGDS) Terhadap Pederita Diabetes

Mellitus Tipe 2, Majalah Kedokteran Andalas, 36, 204.

Tilong, A. D. (2015), Dahsyatnya Air Putih, Flashbook, Yogyakarta, Indonesia

Trisnawati, S. K. & Setyorogo, S. (2013), Faktor Risiko Kejadian Diabetes

Mellitus Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat

Tahun 2012, Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5, 7.

World Health Organization (WHO), (2016), Diabetes Health

Topic,http://www.who.int, di akses pada tanggal 20 November 2016.

Page 42: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

55

Yunir, A.& Soebardi, (2011), Hubungan Anatara Dukungan Keluarga Dengan

Kualias Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poliklinik Penyakit

Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, Tesis, Depok, FKUI.

Page 43: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

a

Lampiran 2. Lembar Bimbingan Skripsi

Page 44: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

a

Lampiran 2. Lembar Bimbingan Skripsi

Page 45: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

a

Lampiran 6. Kuisioner Penelitian Karakteristik Responden

KUISIONER PENELITIAN

A. Petunjuk Pengisian

1. Bacalah dengan cermat pertanyaan dibawah ini.

2. Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan keadaan yang sebenarnya

dengan cara memberikan tanda centang ( √ ) pada jawaban yang dipilih

3. TP : Tidak Pernah, KDG : Kadang-kadang, S : Sering, SS : Sangat sering

No Pertanyaan TP KDG S SS

1. Seberapa sering Anda merasa

terganggu mengenai sesuatu yang

terjadi tanpa

terduga?

2. Seberapa sering Anda merasa bahwa

tidak dapat mengendalikan hal-hal

penting

dalam kehidupan Anda?

3. Seberapa sering Anda merasa gelisah

dan tegang?

4. Seberapa sering Anda merasa yakin

mengenai kemampuan Anda dalam

menangani masalah-masalah pribadi

Anda?

5. Seberapa sering Anda merasa bahwa

segalanya berjalan mengikut kehendak

Anda?

6. Seberapa sering Anda menemukan

bahwa Anda tidak dapat mengatasi

segala hal

yang harus Anda lakukan?

7. Seberapa sering Anda mampu

mengontrol gangguan dalam

kehidupan Anda?

Page 46: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S- 1) YOGYAKARTA …repository.unjaya.ac.id/2052/2/YENY TUTUT PUSPITASARI_2213074_pisah.pdfPenyusunan proposal ini merupakan syarat dalam rangka ...

b

8. Seberapa sering Anda merasa senang

dalam segala hal yang Anda lakukan?

9. Seberapa sering Anda merasa marah

karena hal-hal yang berada di luar

pengawasan Anda?

10. Seberapa sering Anda merasa

kesulitan yang menumpuk sehingga

Anda tidak

dapat mengatasinya?