Top Banner
4-1 Bab 4 Profil Wilayah Kota Yogyakarta 4.1 Sejarah kota Yogyakarta Berdirinya Kota Yogyakarta berawal dari adanya Perjanjian Gianti pada Tanggal 13 Februari 1755 yang ditandatangani Kompeni Belanda di bawah tanda tangan Gubernur Nicholas Hartingh atas nama Gubernur Jendral Jacob Mossel. Isi Perjanjian Gianti : Negara Mataram dibagi dua : Setengah masih menjadi Hak Kerajaan Surakarta, setengah lagi menjadi Hak Pangeran Mangkubumi. Dalam perjanjian itu pula Pengeran Mangkubumi diakui menjadi Raja atas setengah daerah Pedalaman Kerajaan Jawa dengan Gelar Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Alega Abdul Rachman Sayidin Panatagama Khalifatullah. Adapun daerah-daerah yang menjadi kekuasaannya adalah Mataram (Yogyakarta), Pojong, Sukowati, Bagelen, Kedu, Bumigede dan ditambah daerah mancanegara yaitu; Madiun, Magetan, Cirebon, Separuh Pacitan, Kartosuro, Kalangbret, Tulungagung, Mojokerto, Bojonegoro, Ngawen, Sela, Kuwu, Wonosari, Grobogan. Setelah selesai Perjanjian Pembagian Daerah itu, Pengeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I segera menetapkan bahwa Daerah Mataram yang ada di dalam kekuasaannya itu diberi nama Ngayogyakarta Hadiningrat dan beribukota di Ngayogyakarta (Yogyakarta). Ketetapan ini diumumkan pada tanggal 13 Maret 1755. Tempat yang dipilih menjadi ibukota dan pusat pemerintahan ini ialah Hutan yang disebut Beringin, dimana telah ada sebuah desa kecil bernama Pachetokan, sedang disana terdapat suatu pesanggrahan dinamai Garjitowati, yang dibuat oleh Susuhunan Paku Buwono II dulu dan namanya kemudian diubah menjadi Ayodya.
21

Profil Wilayah Kota Yogyakarta

Jun 22, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Profil Wilayah Kota Yogyakarta

4-1

Bab 4

Profil Wilayah Kota Yogyakarta

4.1 Sejarah kota Yogyakarta Berdirinya Kota Yogyakarta berawal dari adanya Perjanjian Gianti pada Tanggal

13 Februari 1755 yang ditandatangani Kompeni Belanda di bawah tanda tangan

Gubernur Nicholas Hartingh atas nama Gubernur Jendral Jacob Mossel. Isi

Perjanjian Gianti : Negara Mataram dibagi dua : Setengah masih menjadi Hak

Kerajaan Surakarta, setengah lagi menjadi Hak Pangeran Mangkubumi. Dalam

perjanjian itu pula Pengeran Mangkubumi diakui menjadi Raja atas setengah

daerah Pedalaman Kerajaan Jawa dengan Gelar Sultan Hamengku Buwono

Senopati Ing Alega Abdul Rachman Sayidin Panatagama Khalifatullah.

Adapun daerah-daerah yang menjadi kekuasaannya adalah Mataram

(Yogyakarta), Pojong, Sukowati, Bagelen, Kedu, Bumigede dan ditambah daerah

mancanegara yaitu; Madiun, Magetan, Cirebon, Separuh Pacitan, Kartosuro,

Kalangbret, Tulungagung, Mojokerto, Bojonegoro, Ngawen, Sela, Kuwu,

Wonosari, Grobogan.

Setelah selesai Perjanjian Pembagian Daerah itu, Pengeran Mangkubumi yang

bergelar Sultan Hamengku Buwono I segera menetapkan bahwa Daerah Mataram

yang ada di dalam kekuasaannya itu diberi nama Ngayogyakarta Hadiningrat dan

beribukota di Ngayogyakarta (Yogyakarta). Ketetapan ini diumumkan pada tanggal

13 Maret 1755.

Tempat yang dipilih menjadi ibukota dan pusat pemerintahan ini ialah Hutan yang

disebut Beringin, dimana telah ada sebuah desa kecil bernama Pachetokan,

sedang disana terdapat suatu pesanggrahan dinamai Garjitowati, yang dibuat oleh

Susuhunan Paku Buwono II dulu dan namanya kemudian diubah menjadi Ayodya.

Page 2: Profil Wilayah Kota Yogyakarta

4-2

Setelah penetapan tersebut diatas diumumkan, Sultan Hamengku Buwono segera

memerintahkan kepada rakyat membabad hutan tadi untuk didirikan Kraton.

Sebelum Kraton itu jadi, Sultan Hamengku Buwono I berkenan menempati

pasanggrahan Ambarketawang daerah Gamping, yang tengah dikerjakan juga.

Menempatinya pesanggrahan tersebut resminya pada tanggal 9 Oktober 1755.

Dari tempat inilah beliau selalu mengawasi dan mengatur pembangunan kraton

yang sedang dikerjakan.

Setahun kemudian Sultan Hamengku Buwono I berkenan memasuki Istana Baru

sebagai peresmiannya. Dengan demikian berdirilah Kota Yogyakarta atau dengan

nama utuhnya ialah Negari Ngayogyakarta Hadiningrat. Pesanggrahan

Ambarketawang ditinggalkan oleh Sultan Hamengku Buwono untuk berpindah

menetap di Kraton yang baru. Peresmian mana terjadi Tanggal 7 Oktober 1756

Kota Yogyakarta dibangun pada tahun 1755, bersamaan dengan dibangunnya

Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I di

Hutan Beringin, suatu kawasan diantara sungai Winongo dan sungai Code dimana

lokasi tersebut nampak strategi menurut segi pertahanan keamanan pada waktu

itu

Sesudah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengku

Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII menerima piagam pengangkatan

menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Propinsi DIY dari Presiden RI, selanjutnya

pada tanggal 5 September 1945 beliau mengeluarkan amanat yang menyatakan

bahwa daerah Kesultanan dan daerah Pakualaman merupakan Daerah Istimewa

yang menjadi bagian dari Republik Indonesia menurut pasal 18 UUD 1945. Dan

pada tanggal 30 Oktober 1945, beliau mengeluarkan amanat kedua yang

menyatakan bahwa pelaksanaan Pemerintahan di Daerah Istimewa Yogyakarta

akan dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam

VIII bersama-sama Badan Pekerja Komite Nasional

Meskipun Kota Yogyakarta baik yang menjadi bagian dari Kesultanan maupun

yang menjadi bagian dari Pakualaman telah dapat membentuk suatu DPR Kota

Page 3: Profil Wilayah Kota Yogyakarta

4-3

dan Dewan Pemerintahan Kota yang dipimpin oleh kedua Bupati Kota Kasultanan

dan Pakualaman, tetapi Kota Yogyakarta belum menjadi Kota Praja atau Kota

Otonom, sebab kekuasaan otonomi yang meliputi berbagai bidang pemerintahan

massih tetap berada di tangan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kota Yogyakarta yang meliputi daerah Kasultanan dan Pakualaman baru menjadi

Kota Praja atau Kota Otonomi dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun

1947, dalam pasal I menyatakan bahwa Kabupaten Kota Yogyakarta yang meliputi

wilayah Kasultanan dan Pakualaman serta beberapa daerah dari Kabupaten

Bantul yang sekarang menjadi Kecamatan Kotagede dan Umbulharjo ditetapkan

sebagai daerah yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.

Daerah tersebut dinamakan Haminte Kota Yogyakaarta.

Untuk melaksanakan otonomi tersebut Walikota pertama yang dijabat oleh Ir.Moh

Enoh mengalami kesulitan karena wilayah tersebut masih merupakan bagian dari

Daerah Istimewa Yogyakarta dan statusnya belum dilepas. Hal itu semakin nyata

dengan adanya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok-pokok

Pemerintahan Daerah, di mana Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Tingkat I

dan Kotapraja Yogyakarta sebagai Tingkat II yang menjadi bagian Daerah

Istimewa Yogyakarta.

Selanjutnya Walikota kedua dijabat oleh Mr.Soedarisman Poerwokusumo yang

kedudukannya juga sebagai Badan Pemerintah Harian serta merangkap menjadi

Pimpinan Legislatif yang pada waktu itu bernama DPR-GR dengan anggota 25

orang. DPRD Kota Yogyakarta baru dibentuk pada tanggal 5 Mei 1958 dengan

anggota 20 orang sebagai hasil Pemilu 1955.

Dengan kembali ke UUD 1945 melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka Undang-

undang Nomor 1 Tahun 1957 diganti dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun

1965 tentang pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, tugas Kepala Daerah dan

DPRD dipisahkan dan dibentuk Wakil Kepala Daerah dan badan Pemerintah

Harian serta sebutan Kota Praja diganti Kotamadya Yogyakarta.

Page 4: Profil Wilayah Kota Yogyakarta

4-4

Atas dasar Tap MPRS Nomor XXI/MPRS/1966 dikeluarkan Undang-undang

Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah.

Berdasarkan Undang-undang tersebut, DIY merupakan Propinsi dan juga Daerah

Tingkat I yang dipimpin oleh Kepala Daerah dengan sebutan Gubernur Kepala

Daerah Istimewa Yogyakarta dan Wakil Gubernur Kepala Daerah Istimewa

Yogyakarta yang tidak terikat oleh ketentuan masa jabatan, syarat dan cara

pengankatan bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah lainnya, khususnya

bagi beliiau Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII.

Sedangkan Kotamadya Yogyakarta merupakan daerah Tingkat II yang dipimpin

oleh Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II dimana terikat oleh ketentuan masa

jabatan, syarat dan cara pengangkatan bagi kepala Daerah Tingkat II seperti yang

lain.

Seiring dengan bergulirnya era reformasi, tuntutan untuk menyelenggarakan

pemerintahan di daerah secara otonom semakin mengemuka, maka keluarlah

Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur

kewenangan Daerah menyelenggarakan otonomi daerah secara luas,nyata dan

bertanggung jawab. Sesuai UU ini maka sebutan untuk Kotamadya Dati II

Yogyakarta diubah menjadi Kota Yogyakarta sedangkan untuk pemerintahannya

disebut denan Pemerintahan Kota Yogyakarta dengan Walikota Yogyakarta

sebagai Kepala Daerahnya.

4.2 Keadaan Geografi Kota Yogyakarta

4.2.1 Batas Wilayah Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Propinsi DIY dan merupakan

satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus Kota di samping 4 daerah tingkat II

lainnya yang berstatus Kabupaten

Kota Yogyakarta terletak ditengah-tengah Propinsi DIY, dengan batas-batas

wilayah sebagai berikut:

Sebelah utara : Kabupaten Sleman

Page 5: Profil Wilayah Kota Yogyakarta

4-5

Sebelah timur : Kabupaten Bantul & Sleman

Sebelah selatan : Kabupaten Bantul

Sebelah barat : Kabupaten Bantul & Sleman

Wilayah Kota Yogyakarta terbentang antara 110o 24I 19II sampai 110o 28I 53II

Bujur Timur dan 7o 15I 24II sampai 7o 49I 26II Lintang Selatan dengan ketinggian

rata-rata 114 m diatas permukaan laut.

4.2.2 Keadaan Alam Secara garis besar Kota Yogyakarta merupakan dataran rendah dimana dari

barat ke timur relatif datar dan dari utara ke selatan memiliki kemiringan ± 1

derajat, serta terdapat 3 (tiga) sungai yang melintas Kota Yogyakarta, yaitu:

Sebelah timur adalah Sungai Gajah Wong

Bagian tengah adalah Sungai Code

Sebelah barat adalah Sungai Winongo

4.2.3 Luas Wilayah Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah tersempit dibandingkan dengan daerah

tingkat II lainnya, yaitu 32,5 Km² yang berarti 1,025% dari luas wilayah Propinsi

DIY.

Dengan luas 3.250 hektar tersebut terbagi menjadi 14 Kecamatan, 45 Kelurahan,

617 RW, dan 2.531 RT, serta dihuni oleh 489.000 jiwa (data per Desember 1999)

dengan kepadatan rata-rata 15.000 jiwa/Km².

4.2.4 Tipe Tanah Kondisi tanah Kota Yogyakarta cukup subur dan memungkinkan ditanami

berbagai tanaman pertanian maupun perdagangan, disebabkan oleh letaknya

yang berada didataran lereng gunung Merapi (fluvia vulcanic foot plain) yang

garis besarnya mengandung tanah regosol atau tanah vulkanis muda Sejalan

Page 6: Profil Wilayah Kota Yogyakarta

4-6

dengan perkembangan Perkotaan dan Pemukiman yang pesat, lahan pertanian

Kota setiap tahun mengalami penyusutan. Data tahun 1999 menunjukkan

penyusutan 7,8% dari luas area Kota Yogyakarta (3.249,75) karena beralih

fungsi, (lahan pekarangan).

4.2.5 Iklim Tipe iklim "AM dan AW", curah hujan rata-rata 2.012 mm/thn dengan 119 hari

hujan, suhu rata-rata 27,2°C dan kelembaban rata-rata 24,7%. Angin pada

umumnya bertiup angin muson dan pada musim hujan bertiup angin barat daya

dengan arah 220° bersifat basah dan mendatangkan hujan, pada musim

kemarau bertiup angin muson tenggara yang agak kering dengan arah ± 90° -

140° dengan rata-rata kecepatan 5-16 knot/jam

4.3 Keadaan Demografi Kota Yogyakarta Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2000, penduduk Kota Yogyakarta berjumlah

397.398 orang yang terdiri dari 194.530 orang (48,95 persen) laki-laki dan 202.868

orang (51,05 persen) perempuan. Jumlah penduduk berdasarkan hasil SUPAS

tahun 2005 sebanyak 435.236 orang. Dengan demikian rata-rata pertumbuhan

penduduk periode tahun 2000-2005 sebesar 1,9 persen.

Berdasarkan hasil proyeksi Sensus Penduduk 2000 jumlah penduduk tahun 2009

tercatat 462.752 orang. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah

48,86 persen laki-laki dan 51,14 persen perempuan. Secara keseluruhan jumlah

penduduk perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk laki-laki seperti

tampak dari rasio jenis kelamin penduduk yang lebih kecil dari 100.

Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara banyaknya penduduk laki-laki

dengan penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya

dinyatakan dengan banyaknya penduduk laki-laki untuk 100 penduduk

perempuan. Dengan luas wilayah 32,50 km2 , kepadatan penduduk Kota

Yogyakarta 14.239 jiwa per km2 .

Page 7: Profil Wilayah Kota Yogyakarta

4-7

Pertambahan penduduk Kota dari tahun ke tahun cukup tinggi, pada akhir tahun

1999 jumlah penduduk Kota 490.433 jiwa dan sampai pada akhir Juni 2000

tercatat penduduk Kota Yogyakarta sebanyak 493.903 jiwa dengan tingkat

kepadatan rata-rata 15.197/km². Angka harapan hidup penduduk Kota

Yogyakarta menurut jenis kelamin, laki-laki usia 72,25 tahun dan perempuan usia

76,31 tahun.

Tabel 4.1 Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Yogyakarta Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk 2010

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 13.132 12.323 25.455

5-9 12.849 12.162 25.011

10-14 12.992 12.238 25.230

15-19 18.542 20.920 39.462

20-24 24.146 25.395 49.541

25-29 18.594 17.175 35.769

30-34 14.907 14.739 29.646

35-39 13.518 13.990 27.508

40-44 13.047 14.410 227.457

45-49 11.881 13.437 25.318

50-54 10.847 11.839 22.686

55-59 8.324 8.878 17.202

60-64 14.864 5.822 10.686

65-69 3.932 15.130 9.062

70-74 3.063 4.476 7.539

75+ 3.561 5.953 9.514

Page 8: Profil Wilayah Kota Yogyakarta

4-8

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

TT 968 603 1.571

Jumlah 189.167 199.490 387.086

4.3.1 Tenaga Kerja Jumlah pegawai negeri sipil di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta pada

tahun 2009 tercatata 9.852 orang, yang terdiri dari 89,55 persen pegawai

pemerintah daerah dan 10,45 persen pegawai pemerintah pusat. Berdasarkan

golongan kepangkatan, di Kota Yogyakarta terdapat pegawai negeri sipil daerah

golongan I 3,20 persen, golongan II 20,19 persen, golongan III 46,42 persen, dan

sisanya golongan IV 30,19 persen.

Jumlah pencari kerja yang terdaftar pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

tahun 2009 sebanyak 9.588 orang yang terdiri dari 4.452 laki-laki dan 5.136

perempuan. Sebagian besar dari pencari kerja tersebut berpendidikan sarjana

yaitu 62,24 persen, kemudian diikuti yang berpendidikan SMU (22,41 persen),

Diploma (11,93 persen) dan sisanya berpendidikan S2, SMP, dan SD.

Tabel 4.2 Jumlah Pencari Kerja yang Terdaftar menurut Tingkat Pendidikan Di Kota Yogyakarta Tahun 2010

Jenis Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Tidak Tamat SD - - -

2. SD/ Sederajat 27 12 39

3. SMP/ Sederajat 84 59 143

4. SMU/ Sederajat 1.154 835 1.989

5. D-1/ D-2/ D-3 222 400 622

6. S-1/ Sederajat 1.631 2.199 3.830

7. S-2/ Sederajat 77 63 140

Page 9: Profil Wilayah Kota Yogyakarta

4-9

Jenis Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah

Jumlah 3.195 3.568 6.763

4.3.2 Transmigrasi Jumlah transmigran dari Kota Yogyakarta pada tahun 2009 tercatat 79 kepala

keluarga yang terdiri dari 279 jiwa. Sebagian besar transmigran tersebut berasal

dari Kecamatan Umbulharjo dan Tegalrejo, dan daerah penempatan terbanyak

adalah Kalimantan Barat.

4.4 Keadaan Sosial Budaya Kota Yogyakarta

4.4.1 Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber

daya manusia. Untuk itu perlu didukung dengan penyediaan sarana fisik

pendidikan maupun tenaga pengajar yang memadai. Tabel 4.1.1 hingga tabel

4.1.9 memberikan gambaran mengenai jumlah sekolah, kelas dan guru pada

tahun ajaran 2009/2010 menurut jenjang pendidikan pra sekolah sampai

menengah.

Pada tingkat pendidikan pra sekolah dan sekolah menengah sebagian besar

diselenggarakan oleh pihak swasta. Sedangkan untuk tingkat pendidikan dasar

lebih banyak diselenggarakan oleh pemerintah.

Pada tahun ajaran 2009/2010 di Kota Yogyakarta terdapat 67 perguruan tinggi

swasta. Perguruan tinggi tersebut terdiri dari 8 universitas, 24 institut/sekolah

tinggi dan 35 akademi/politeknik. Jumlah dosen sebanyak 2.535 orang yang

terdiri dari 333 orang dosen yayasan dan 2.202 orang dosen DPK. Jumlah

mahasiswa yang terdaftar sebanyak 53.275 orang.

Page 10: Profil Wilayah Kota Yogyakarta

4-10

Tabel 4.3 Jumlah Sekolah, Kelas, Guru, dan Murid Taman Kanak-kanak Menurut Kecamatan dan Status di Kota Yogyakarta2010/2011

Kecamatan Sekolah Kelas Guru Murid

Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta

1. Mantrijeron - 19 - 47 - 89 - 880

2. Kraton - 11 - 22 - 54 - 447

3. Mergangsan - 16 - 47 - 73 - 804

4. Umbulharjo 2 29 14 89 28 176 353 1.791

5. Kotagede - 18 - 58 - 114 - 1.157

6. Gondokusuman - 24 - 68 - 105 - 1.205

7. Danurejan - 10 - 16 - 26 - 377

8. Pakualaman - 8 - 16 - 29 - 306

9. Gondomanan - 6 - 25 - 35 - 549

10. Ngampilan - 7 - 23 - 45 - 406

11. Wirobrajan - 17 - 41 - 67 - 811

12. Gedongtengen - 11 - 25 - 35 - 484

13. Jetis - 15 - 39 - 52 - 738

14. Tegalrejo - 15 - 51 - 91 - 944

Jumlah 2 206 14 567 28 991 353 10.899

Sumber Data: Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kota Yogyakarta

Tabel 4.4 Jumlah Sekolah Menurut Tingkatan Sekolah dan Status

di Kota Yogyakarta 2010/2011

Sekolah Negeri Swasta Jumlah

TK 2 206 208

Page 11: Profil Wilayah Kota Yogyakarta

4-11

Sekolah Negeri Swasta Jumlah

Sekolah Dasar 99 74 173

Madrasah Ibtidaiyah 1 1 2

SLB 3 6 9

SMP 16 41 57

Madrasah Tsanawiyah 1 6 7

SMA 11 36 47

Madrasah Aliyah 2 4 6

SMK 8 20 28

Jumlah 143 394 537

Sumber Data: Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kota Yogyakarta

Gambar 4.1 Grafik Jumlah Murid Menurut Jenjang Pendidikan di Kota Yogyakarta 2010/2011

4.4.2 Kesehatan Ketersediaan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan sangat penting untuk

meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pada tahun

2009 jumlah dokter praktek di Kota Yogyakarta mengalami kenaikan

Page 12: Profil Wilayah Kota Yogyakarta

4-12

dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 1.151 orang pada tahun 2008

menjadi 1.244 orang pada tahun 2009. Jumlah apotek adalah 123.

Untuk menekan pertumbuhan penduduk pemerintah mencanangkan program

Keluarga Berencana (KB). Respon masyarakat terhadap program tersebut cukup

positif. Hal ini terlihat dari tingginya jumlah penduduk yang aktif menjadi

akseptor. Pada tahun 2009 jumlah akseptor tercatat 34.881 orang atau 71,87

persen dari pasangan usia subur (PUS) yang terdapat di Kota Yogyakarta. Alat

kontrasepsi yang banyak digunakan adalah STK (33,15 persen).

Tabel 4.5 Banyaknya Balita Gizi Buruk di bawah Garis Merah (BGM), Hasil Penimbangan UPGK di Kota Yogyakarta Setiap Bulan 2008-2010

Bulan 2008 2009

Januari 637 684

Pebruari 688 704

Maret 682 708

April 647 708

Mei 682 718

Juni 687 700

Juli 639 680

Agustus 621 719

September 539 642

Oktober 597 741

Nopember 629 751

Desember 628 713

Sumber Data: Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

Page 13: Profil Wilayah Kota Yogyakarta

4-13

Tabel 4.6 Jumlah Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta 2008-2010

Bulan 2008 2009

Januari 813 727

Pebruari 750 641

Maret 756 757

April 772 724

Mei 805 676

Juni 724 679

Juli 756 749

Agustus 753 757

September 700 554

Oktober 686 658

Nopember 744 669

Desember 734 607

Sumber Data: RSUD Kota Yogyakarta

4.4.3 Agama Penduduk Kota Yogyakarta mayoritas memeluk agama Islam. Jumlah pemeluk

agama Islam pada tahun 2009 sebanyak 374.816 orang atau 79,86 persen dari

total penduduk Kota Yogyakarta. Pemeluk agama yang lain adalah 12,00 persen

Katholik, 7,43 persen Kristen, 0,23 persen Hindu, 0,45 persen Budha dan 0,03

lainnya.

4.4.4 Sosial Lainnya Jumlah anak yatim piatu yang diasuh dalam panti pada tahun 2009 sebanyak

464 anak. Jumlah penderita cacat pada tahun 2009 tercatat 2.681 orang. Pada

Page 14: Profil Wilayah Kota Yogyakarta

4-14

tahun 2008 orang terlantar berjumlah 504 orang dan pada tahun 2009

meningkat menjadi 682 orang.

Gambar 4.2 Grafik Persentase Keluarga

Menurut Tingkat Kesejahteraan di Kota Yogyakarta Tahun 2010

4.5 Keadaan Industri Kota Yogyakarta Industri dibedakan atas industri besar, sedang, kecil dan rumahtangga.

Informasi mengenai industri kecil diperoleh dari Dinas Perekonomian Kota

Yogyakarta. Pada tahun 2009 jumlah industri kecil tercatat 6.224 unit dengan

jumlah tenaga kerja 33.150 orang dan nilai investasi sebesar Rp. 160.293 juta.

Dibandingkan dengan tahun 2008 jumlah usahanya mengalami kenaikan 4,61

persen. Jumlah tenaga kerja yang terserap naik 4,91 persen dan nilai investasinya

naik 3,26 persen. Industri kecil yang paling banyak adalah industri pengolahan

hasil pertanian dan kehutanan.

Industri besar adalah industri dengan jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih

dan industri sedang adalah industri dengan jumlah tenaga kerja antara 20-99

orang. Perusahaan industri besar dan sedang di Kota Yogyakarta pada tahun

2009 sebanyak 101 perusahaan dengan 6.504 tenaga kerja. Dibandingkan

dengan tahun 2008 jumlah perusahaan industri besar dan sedang mengalami

penurunan sebesar 20,13 persen.

Page 15: Profil Wilayah Kota Yogyakarta

4-15

4.6 Keadaan Sarana dan Prasarana Kota Yogyakarta

4.6.1 Jaringan Listrik Jumlah pelanggan listrik PLN di Kota Yogyakarta pada tahun 2009 tercatat

102.169 pelanggan. Berdasar data dari PLN Distribusi Jawa Tengah Cabang

Yogyakarta, jumlah pelanggan tercatat 170.779. Namun jumlah tersebut

termasuk pelanggan dari Kecamatan Depok Kabupaten Sleman dan Kecamatan

Banguntapan Kabupaten Bantul. Mayoritas pelanggan adalah rumahtangga yaitu

sebesar 87,99 persen, dengan jumlah pemakaian 315.419.714 KWh atau 43,90

persen dari total pemakaian.

4.6.2 Jaringan Air Bersih Berdasarkan data dari PDAM Tirtamarta, produksi air minum pada tahun 2009

mencapai 16.033.051 m2 atau naik 2,75 persen dibandingkan tahun

sebelumnya. Volume air yang disalurkan hanya 9.381.956 m2 atau 58,52 persen

dari total produksi. Jumlah pelanggan pada tahun 2009 tercatat 34.245

pelanggan dan sebagian besar adalah kelompok pelanggan non niaga yang

terdiri dari rumahtangga dan instansi pemerintah. Kelompok pelanggan non

niaga berjumlah 32.041 pelanggan atau 93,56 persen dari total pelanggan,

dengan rincian 30.949 pelanggan rumahtangga dan 1.092 instansi pemerintah.

Tabel 4.7 Banyaknya Industri Besar dan Sedang

Menurut Kecamatan di Kota Yogyakarta Tahun 2010

Kecamatan Industri Besar Industri Sedang Jumlah

1. Mantrijeron - 4 4

2. Kraton - 4 4

3. Mergangsan - 10 10

4. Umbulharjo 6 12 18

5. Kotagede 2 11 13

Page 16: Profil Wilayah Kota Yogyakarta

4-16

Kecamatan Industri Besar Industri Sedang Jumlah

6. Gondokusuman 1 5 6

7. Danurejan - 2 2

8. Pakualaman - 1 1

9. Gondomanan - 1 1

10. Ngampilan - 11 11

11. Wirobrajan - 2 2

12. Gedongtengen - - -

13. Jetis - 7 7

14. Tegalrejo 2 - 2

Jumlah 11 70 81

4.7 Keadaan Keuangan Kota Yogyakarta

4.7.1 Keuangan Daerah Dalam era otonomi daerah, perencanaan anggaran pendapatan dan belanja

daerah sebaiknya menganut prinsip anggaran berimbang dan dinamis.

Berimbang berarti harus diusahakannya keseimbangan antara penerimaan dan

pengeluaran. Dinamis berarti makin meningkatnya jumlah anggaran dan

tabungan pemerintah, sehingga kemampuan daerah bertambah dan

ketergantungan pada bantuan akan berkurang.

Pada tahun anggaran 2009 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Yogyakarta

mencapai 161.482 juta rupiah, meningkat 21,94 persen dari PAD tahun

sebelumnya yaitu sebesar 132.427 juta rupiah. Namun demikian, dibandingkan

dengan total belanja daerah kontribusinya hanya 21,50 persen. Hal ini dapat

dikatakan bahwa tingkat kemampuan daerah masih rendah dalam rangka

memenuhi kebutuhan belanja pemerintah Kota Yogyakarta

Page 17: Profil Wilayah Kota Yogyakarta

4-17

4.7.2 Perbankan Sampai dengan bulan Desember 2009 posisi kredit perbankan di Kota

Yogyakarta mencapai 2.851.231 juta rupiah.

4.7.3 Harga-harga Harga merupakan salah satu indikator yang dapat mempengaruhi ketidakstabilan

ekonomi regional maupun nasional. Tingginya perubahan harga komoditas suatu

daerah secara kontinyu menunjukkan ketidakstabilan ekonomi pada daerah

tersebut. Perubahan harga juga berarti perubahan tingkat inflasi.

Inflasi Kota Yogyakarta pada tahun 2009 mencapai 2,93 persen, naik

dibandingkan dengan tingkat inflasi tahun 2008 yang mencapai 9,88 persen.

Secara umum tingginya tingkat inflasi terutama disebabkanoleh perubahan

harga pada kelompok perumahan, kesehatan dan pendidikan.

4.7.4 PDRB Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Yogyakarta pada tahun 2009

mencapai 10.591 milyar rupiah atas dasar harga berlaku dan 5.245 milyar rupiah

atas dasar harga konstan 2000. Sektor-sektor yang berperan besar terhadap

pembentukan PDRB tersebut adalah sektor-sektor tersier yang meliputi Sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran; Sektor Angkutan dan Komunikasi; Sektor

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; serta Sektor Jasa-jasa.

Sumbangan sektor tersier tersebut terhadap PDRB lebih dari 75 persen.

Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kota Yogyakarta mencapai 4,46 persen.

Angka ini menurun dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai 5,12

persen. Pertumbuhan ekonomi ini terutama didorong oleh pertumbuhan sektor

perdagangan, hotel dan restoran serta sektor angkutan dan komunikasi, dengan

tingkat pertumbuhan masing-masing 6,31 persen dan 7,14 persen. Kedua sektor

tersebut merupakan sektor andalan dalam perekonomian Kota Yogyakarta.

Page 18: Profil Wilayah Kota Yogyakarta

4-18

Tabel 4.8 Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha

atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kota Yogyakarta 2008-2010

Lapangan Usaha 2008 2009*) 2010**)

Pertanian 18.140 17.359 17.455

Pertambangan dan Penggalian 258 265 272

Industri Pengolahan 543.050 549.574 594.845

Listrik, Gas, dan Air 65.488 67.212 68.726

Bangunan 412.972 413.965 426.739

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1.253.026 1.332.070 1.393.111

Pengangkutan dan Komunikasi 984.783 1.055.067 1.098.385

Keuangan, Sewa, dan Jasa Perusahaan

696.816 731.975 770.658

Jasa-jasa 1.046.615 1.077.364 1.135.751

Produk Domestik Regional Bruto 5.021.148 5.244.851 5.505.942

Tabel 4.9 Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha

atas Dasar Harga Berlaku di Kota Yogyakarta 2008-2010

Lapangan Usaha 2008 2009*) 2010**)

Pertanian 29.893 30.884 32.929

Pertambangan dan Penggalian 506 525 566

Industri Pengolahan 964.476 1.049.608 1.175.980

Listrik, Gas, dan Air 183.821 202.338 215.193

Bangunan 854.814 896.647 948.797

Page 19: Profil Wilayah Kota Yogyakarta

4-19

Lapangan Usaha 2008 2009*) 2010**)

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2.205.216 2.465.111 2.777.716

Pengangkutan dan Komunikasi 1.684.221 1.720.323 1.883.369

Keuangan, Sewa, dan Jasa

Perusahaan

1.502.387 1.628.995 1.800.227

Jasa-jasa 2.381.480 2.596.831 2.908.302

Produk Domestik Regional Bruto 9.806.814 10.591.262 11.743.079

*) Angka sangat sementara **)Angka sangat sangat sementara

4.8 Keadaan Pariwisata Kota Yogyakarta Sebagai ibukota propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kota Yogyakarta memiliki

daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

Keberadaan kraton Yogyakarta yang sarat dengan budaya jawa yang masih kental

di tengah-tengah kehidupan masyarakat moderen merupakan salah satu keunikan

yang mampu menarik minat wisatawan untuk berkunjung di kota Yogyakarta.

Pusat perbelanjaan seperti Pasar Beringharjo yang merupakan pasar tradisional

dan sepanjang Malioboro pada umumnya juga menjadi sasaran utama bagi

wisatawan yang ingin membeli berbagai kerajinan. Di samping itu terdapat juga

tempat yang menyajikan makanan khas Kota Yogyakarta seperti Gudeg, Bakpia

Pathuk, dan Yangko. Bagi wisatawan yang ingin mengetahui sejarah di kota

Yogyakarta terdapat beberapa museum diantaranya Museum Sono Budoyo,

Vredeburg, dan Sasmita loka.

4.8.1 Kraton Yogyakarta Kraton merupakan salah satu obyek wisata andalan di wilayah kota Yogyakarta.

Di dalam kompleks Kraton yang kini merupakan tempat kediaman Sri Sultan

Hamengku Buwono X. terdapat berbagai obyek wisata seperti bangunan utama

Kraton, Pemandian Tamansari, Sitihinggil, dan Museum Kereta Kraton.

Disamping itu terdapat pula wisata budaya seperti Grebegan yang biasanya

Page 20: Profil Wilayah Kota Yogyakarta

4-20

dapat disaksikan setiap tahun sekali. Dari tahun ke tahun jumlah wisatawan yang

berkunjung di kraton Yogyakarta berfluktuatif. Untuk tahun 2010 jumlah

wisatawan yang berkunjung di Kraton mencapai sebanyak 537.623 pengunjung

meningkat bila dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 470.496

pengunjung. Dari tabel 1.1.terlihat bahwa jumlah pengunjung kraton yang paling

banyak terjadi pada bulan Juni dimana terdapat hari liburan sekolah. Jumlah

pengunjung Tamansari di tahun 2010 mencapai 161.951pengunjung sedangkan

jumlah pengunjung Sitihinggil mencapai sebesar 323.885wisatawan. Museum

kereta kraton yang menyimpan koleksi beberapa kereta kraton, di tahun 2010 ini

telah dikunjungi oleh 27.834 wisatawan.

4.8.2 Museum Di kota Yogyakarta terdapat beberapa museum yang menyimpan benda-benda

bersejarah. Sebagai contoh benteng Vredeburg merupakan benteng yang

dibangun pada masa penjajahan Belanda dan kini telah direnovasi menjadi

museum yang menarik untuk dikunjungi para wisatawan. Museum Sonobudoyo

yang terletak di sebelah barat daya alun-alun kraton menyimpan berbagai benda

purbakala. Sedangkan museum Sasmitaloka merupakan museum yang

menyimpan berbagai benda-benda bersejarah yang berhubungan dengan

perjuangan Panglima Jendral Sudirman. Pada Tabel 1.2 disajikan jumlah

pengunjung museum yang terdiri dari 10 museum yaitu museum Puro

Pakualaman, Perjuangan, Sasana Wiratama, Vredeburg, Sono Budoyo, Biologi,

Dharma Wiratama, Sulaman, Batik, dan Sasmita Loka. Selama tahun 2010

jumlah pengunjung museum mencapai 2.139.875 orang yang terdiri 90,48

persen wisatawan domestik dan 9,52 persen wisatawan asing.

4.8.3 Pentas Kesenian Kesenian tradisional jawa sampai sekarang masih tetap lestari di kota

Yogyakarta hal ini dapat dibuktikan dengan adanya acara pentas kesenian

wayang kulit, santi budoyo, dan ramayana yang rutin terselenggara pada waktu

tertentu. Dalam tahun 2010 jumlah pengunjung yang meyaksikan pentas

kesenian tradisional mencapai 40.236 orang. Dari dua pentas kesenian yang

Page 21: Profil Wilayah Kota Yogyakarta

4-21

rutin menyelenggarakan pertunjukan ternyata pentas kesenian Santi Budoyo

paling banyak didatangi oleh pengunjung yakni sebanyak 38.846 orang.

Sebagai wujud pelestarian budaya tradisional di kehidupan masyarakat kota

Yogyakarta banyak terdapat kelompok-kelompok kesenian. Sampai dengan

tahun 2010 jumlah kelompok kesenian yang ada tercatat sebanyak 536

kelompok. Bila dilihat berdasarkan jenisnya kelompok kesenian yang paling

banyak adalah kelompok kesenian Band dimana pada tahun 2010 terdapat

sebanyak 137 buah. Urutan terbanyak kedua dan ketiga adalah kelompok

kesenian waranggono dan orkes yang masing-masing mencapai 123 dan 36

kelompok kesenia.