Top Banner
Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 1 Disusun Sebagai Tugas Individu Mata Kuliah Organizational Development and Learningyang diasuh Oleh: 1. Prof. Dr. Anik Gufron, M.Pd. 2. Prof. Djamaludin Ancok, MA., Ph.D. Oleh : JOKO PRASETIYO NIM. 11/327329/PEK/16768 PROFIL ORGANISASI PEMBELAJARAN DI SMK NEGERI 1 BINTAN, KAB. BINTAN, PROVINSI KEPULAUAN RIAU FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS MAGISTER MANAJEMEN MANAJEMEN KEPENGAWASAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
22

Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.

May 12, 2015

Download

Education

Joko Prasetiyo

Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.
1. Learning (pembelajaran)
2. Organization (keorganisasian)
3. People (manusia)
4. Knowledge (pengetahuan)
5. Technology (teknologi).
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.

Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 1

Disusun Sebagai Tugas Individu Mata Kuliah “ Organizational Development and Learning”

yang diasuh Oleh: 1. Prof. Dr. Anik Gufron, M.Pd. 2. Prof. Djamaludin Ancok, MA., Ph.D.

Oleh :

JOKO PRASETIYO NIM. 11/327329/PEK/16768

PROFIL ORGANISASI PEMBELAJARAN

DI SMK NEGERI 1 BINTAN, KAB. BINTAN, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS MAGISTER MANAJEMEN

MANAJEMEN KEPENGAWASAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

��

Page 2: Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.

Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 2

PROFIL ORGANISASI PEMBELAJARAN

DI SMK NEGERI 1 BINTAN, KABUPATEN BINTAN,

PROVINSI KEPULAUAN RIAU

A. Pendahuluan

Sekolah sebagai Learning Organization (organisasi pembelajaran) adalah

gambaran ideal sebuah sekolah. Sekolah sebagai organisasi pembelajaran merupakan inti

dari pembelajaran itu sendiri, dalam organisasi pembelajaran sekolah adalah lingkungan

pembelajaran yang terus belajar dalam menyesuaikan diri dengan keadaan atau beradaptasi

dengan tantangan kemajuan jaman yang selalu dinamis, kunci dari sekolah sebagai

organisasi pembelajaran adalah belajar yang tiada henti dan melakukan perbaikan yang

berkesinambungan (continuous improvement).

Organisasi belajar atau organisasi pembelajaran adalah suatu konsep dimana

organisasi dianggap mampu untuk terus menerus melakukan proses pembelajaran mandiri

(self leraning) sehingga organisasi tersebut memiliki ‘kecepatan berpikir dan bertindak’

dalam merespon beragam perubahan yang muncul. Peter Senge (1990) mengatakan

sebuah organisasi pembelajar adalah organisasi “yang terus menerus memperbesar

kemampuannya untuk menciptakan masa depannya” dan berpendapat mereka dibedakan

oleh lima disiplin, yaitu: penguasaan pribadi, model mental, visi bersama, pembelajaran

tim, dan pemikiran sistem.

Agar sekolah mampu menjadi Learning Organization (LO) ada beberapa hal yang

harus kita perhatikan agar sekolah mampu menjadi organisasi pembelajaran antara lain:

1. Individu

Individu yang dimaksud agar sekolah dapat menjadi organisasi pembelajaran

adalah semua warga sekolah, bukan hanya siswa yang belajar tetapi guru, tenaga

kependidikan, wakil kepala sekolah, kepala sekolah bahkan wali murid yang merupakan

bagian dari sekolah juga harus terus belajar dan belajar yang tiada henti.

2. Community of Learners (COL)

Adalah komunitas pembelajar yang bertemu secara insidental yang belajar bersama

dan sharing pengetahuan. Dalam COL ini dicontohkan adalah guru yang bertemu dengan

guru yang lain dan melakukan diskusi untuk membahas strategi pembelajaran yang paling

baik untuk siswa agar mampu menguasai materi.

3. Learning Community (LC)

Page 3: Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.

Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 3

Learning Community (LC) dalam organisasi sekolah adalah komunitas-komunitas

pakar yang membentuk organisasi yang akan membahas kesulitan-kesulitan yang dialami

oleh guru, misalnya MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran).

4. Learning Organization (LO)

Merupakan bagian yang paling tinggi kedudukannya, organisasi pembelajaran ini

hanya dapat tercapai jika unsur-unsur pembentuk di atas sudah tercapai. Jadi membangun

organisasi sekolah untuk menjadi organisasi pembelajaran adalah melalui tahap-tahap di

atas.

Menurut Marquardt (2002:24) ada lima sub sistem yang harus dipahami dan harus

dikembangkan dalam organisasi pembelajaran yaitu : (1) Learning (pembelajaran), (2)

Organization (keorganisasian), (3) People (manusia), (4) Knowledge (pengetahuan), (5)

Technology (teknologi).

Gambar. System Learning Organization Model (Sumber: Marquardt, 2002: 24)

Kelima hal ini sangat penting untuk mempertahankan keberadaan organisasi

pembelajaran yang tengah berlangsung dan meyakinkan kesuksesan sekolah. Kelima

subsistem ini akan saling berinteraksi dan saling melengkapi satu sama lainnya. Jika ada

salah satu saja yang melemah atau tidak ada maka yang lainnya akan melemah pula.

Learning (pembelajaran) merupakan subsistem inti dari sebuah organisasi pembelajaran.

Bagaimanakah cara kita mengukur sekolah sebagai organisasi pembelajaran ?

Angket yang di adopsi dari buku Building the Learning Organization yang ditulis oleh

Marquardt (2002:237-241) di bawah ini akan mencoba menjawab apakah sekolah anda

sudah menjadi organisasi pembelajaran. Dalam paparan data yang akan disajikan adalah

data yang diambil pada sebuah organisasi di SMK Negeri 1 Bintan, Kab. Bintan, Provinsi

Kepulauan Riau, sebagai berikut:

Page 4: Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.

Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 4

B. Profil Organisasi Pembelajaran di SMK Negeri 1 Bintan

PROFIL ORGANISASI PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

Di bawah ini merupakan daftar berbagai pernyataan tentang organisasi sekolah Bapak/Ibu. Bacalah tiap pernyataan dengan hati-hati dan putuskan pada tingkatan apa yang merepresentasikan terhadap organisasi sekolah Bapak/Ibu. Gunakan skala berikut ini :

I. Dinamika Pembelajaran

Individu, Kelompok atau Tim, dan Organisasi dalam Organisasi di SMK Negeri 1 Bintan, Kab. Bintan, Prov. Kepri

Petunjuk : Berilah pilihan skor 1,2,3 atau 4 berdasarkan kondisi organisasi sekolah bapak/ ibu pada kolom yang telah disediakan

NO DAFTAR PERNYATAAN SKOR 1. Kami melihat pembelajaran berkelanjutan oleh semua guru dan karyawan

sebagaimana tingginya prioritas Satuan pendidikan. 3

2. Kami terdorong dan diharap untuk mengelola pembelajaran dan pengembangan kami sendiri.

4

3. Warga sekolah menghindari membelokkan informasi dan menghalangi saluran komunikasi dengan secara aktif mendengarkan orang lain dan mempersilakan mereka memberikan timbal balik yang efektif.

4

4. Tiap individu dilatih dan dibina dalam belajar bagaimana untuk belajar yang baik.

4

5. Kami menggunakan berbagai metodologi percepatan pembelajaran (peta fikiran, mnemonics, gambar, musik).

4

6. Warga sekolah (guru, karyawan, siswa) memperluas pengetahuan melalui pendekatan pembelajaran adaptif, anticipatory, dan kreatif.

4

7. Semua rumpun mata pelajaran dan individu menggunakan proses pembelajaran aksi – yaitu, mereka belajar dari refleksi yang sangat baik pada permasalahan atau situasi dan menerapkan pengetahuan baru untuk aksi mendatang.

4

8. Semua rumpun mata pelajaran didorong untuk belajar dari satu sama lain dan berbagi tentang apa yang mereka pelajari dalam berbagai cara (melalui buletin elektronik, newsletter cetak, atau pertemuan antar grup).

3

9. Warga sekolah mampu berfikir dan bertindak dengan pendekatan komprehensif dan sistem.

3

10. Semua rumpun mata pelajaran menerima pelatihan dalam hal bagaimana bekerja dan belajar dalam kelompok.

3

SKOR TOTAL 36 Dinamika Pembelajaran (Skor Maksimal = 40)

� (4) = apabila dilaksanakan secara total (Besar =75%-100% ) (3) = apabila dilaksanakan pada tingkatan cukup besar (Cukup Besar =50%-75%) (2) = apabila dilaksanakan pada tingkatan moderat (Sedang =25%-50%) (1) = apabila dilaksanakan pada tingkatan kecil atau tidak ada tingkatan(Kurang=0-25%) �

Page 5: Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.

Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 5

II. Transformasi Organisasi : Visi, Budaya, Strategi, dan Struktur dalam Organisasi di SMK Negeri 1 Bintan, Kab. Bintan, Prov. Kepri

Petunjuk : Berilah pilihan skor 1,2,3 atau 4 berdasarkan kondisi organisasi sekolah bapak/ ibu pada kolom yang telah disediakan

NO DAFTAR PERNYATAAN SKOR

1. Pentingnya untuk menjadi organisasi pembelajaran difahami oleh semua

warga di sekolah tersebut. 4

2. Manajemen level atas mendukung visi organisasi pembelajaran 4

3. Terdapat iklim yang mendukung dan menghargai pentingnya pembelajaran. 4

4. Kami berkomitmen terhadap pembelajaran berkelanjutan dalam pengejaran

peningkatan 4

5. Kami belajar dari kesalahan sebagaimana juga belajar dari kesuksesan,

dalam hal itu bahwa kesalahan masih ditoleransi. 3

6. K Kami memberikan penghargaan kepada orang dan rumpun mata pelajaran

untuk pembelajaran dan bantuan kepada orang lain untuk belajar 3

7. Kesempatan pembelajaran digabungkan ke dalam program dan pelaksanaan 3

8. Kami merancang cara-cara untuk berbagi pengetahuan dan meningkatkan

pembelajaran melalui organisasi (rotasi pekerjaan yang sistematik lintas

urusan sekolah, sistem on the job learning yang terstruktur).

3

9. Organisasi itu efisien dengan sedikit level fungsi organisasi, untuk

memaksimalkan komunikasi dan pembelajaran lintas urusan sekolah. 3

10. Kami mengkoordinasikan usaha kami melalui lintas urusan dalam basis

tujuan bersama dan pembelajaran, daripada pemeliharaan batasan urusan

yang sudah tetap.

3

SKOR TOTAL 34

Transformasi Organisasi (Skor Maksimal = 40)

� (4) = apabila dilaksanakan secara total (Besar =75%-100% ) (3) = apabila dilaksanakan pada tingkatan cukup besar (Cukup Besar =50%-75%) (2) = apabila dilaksanakan pada tingkatan moderat (Sedang =25%-50%) (1) = apabila dilaksanakan pada tingkatan kecil atau tidak ada tingkatan(Kurang=0-25%) �

Page 6: Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.

Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 6

III. PEMBERDAYAAN ORANG/WARGA SEKOLAH : Manajer, Guru dan Karyawan, Pelanggan, Rekan, Supplier, dan Komunitas

dalam Organisasi di SMK Negeri 1 Bintan, Kab. Bintan, Prov. Kepri

Petunjuk : Berilah pilihan skor 1,2,3 atau 4 berdasarkan kondisi organisasi sekolah

bapak/ ibu pada kolom yang telah disediakan NO DAFTAR PERNYATAAN SKOR

1. Kami berjuang untuk mengembangkan suatu kekuatan kerja yang

terberdayakan yang mampu untuk belajar dan berkinerja. 4

2. Kewenangan didesentralisasikan dan didelegasikan dalam proporsi untuk

tanggung jawab dan kemampuan pembelajaran. 4

3. Kepala Sekolah dan bawahannya bekerja dalam rekanan kerja untuk belajar

dan memecahkan masalah bersama-sama. 4

4. Kepala Sekolah mengambil peran sebagai pelatih, mentor, dan fasilitator

pembelajaran. 4

5. Kepala Sekolah menghasilkan dan meningkatkan kesempatan pembelajaran

sebagaimana dorongan eksperimentasi dan refleksi pada pengetahuan baru

sehingga hal itu dapat digunakan.

4

6. Warga sekolah secara aktif berbagi pengetahuan dengan siswa dan pada waktu yang sama meraih ide-ide dan masukan mereka dalam rangka belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa.

3

7. Kami memberikan kesempatan kepada siswa dan orang tua untuk berpartisipasi dalam pembelajaran dan pelatihan.

3

8. Belajar dari rekan (rumpun/non rumpun mata pelajaran) dimaksimalkan

melalui perencanaan terdepan sumberdaya dan strategi yang dikhususkan

untuk pemerolehan pengetahuan dan keterampilan.

4

9. Kami berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran dengan para orang tua

siswa, kelompok komunitas, asosiasi profesional, dan institusi akademik. 4

10. Kami secara aktif terus mencari rekan pembelajaran diantara warga sekolah,

pemerhati pendidikan, dan orang tua siswa. 4

SKOR TOTAL 38

PEMBERDAYAAN ORANG (Skor Maksimal = 40)

� (4) = apabila dilaksanakan secara total (Besar =75%-100% ) (3) = apabila dilaksanakan pada tingkatan cukup besar (Cukup Besar =50%-75%) (2) = apabila dilaksanakan pada tingkatan moderat (Sedang =25%-50%) (1) = apabila dilaksanakan pada tingkatan kecil atau tidak ada tingkatan(Kurang=0-25%) �

Page 7: Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.

Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 7

IV. MANAJEMEN PENGETAHUAN :

Pemerolehan, Kreasi, Penyimpanan, Pemulihan, Transfer, dan Penggunaan dalam Organisasi di SMK Negeri 1 Bintan, Kab. Bintan, Prov. Kepri

Petunjuk : Berilah pilihan skor 1,2,3 atau 4 berdasarkan kondisi organisasi sekolah

bapak/ ibu pada kolom yang telah disediakan NO DAFTAR PERNYATAAN SKOR

1. Secara aktif kami mencari informasi yang meningkatkan kerja organisasi

sekolah dengan penggabungan hasil lulusan dan/atau proses yang ada di luar

fungsi organisasi sekolah.

4

2. Kami mempunyai sistem yang dapat diakses untuk pengumpulan informasi

internal dan eksternal. 3

3. Kami memonitor trend yang terjadi di luar organisasi sekolah dengan melihat

pada apa yang dilakukan orang lain; hal ini termasuk praktek terbaik oleh

sekolah lain, menghadiri konferensi, dan pengujian penelitian yang

dipublikasikan.

3

4. Warga sekolah dilatih dalam hal keterampilan berfikir kreatif, inovasi, dan eksperimentasi.

4

5. Kami sering menciptakan media pembelajaran sebagai alat tes sebagai cara

baru mengembangkan prestasi siswa dan/atau layanan pendidikan di sekolah 3

6. Kami telah mengembangkan sistem dan struktur untuk meyakinkan bahwa pengetahuan penting diberikan kode, disimpan, dan dibuat tersedia bagi mereka yang memerlukan dan dapat menggunakannya.

3

7. Warga sekolah sadar akan perlunya mempertahankan pembelajaran organisasi yang penting dan berbagi pengetahuan dengan yang lain.

3

8. Tim lintas urusan sekolah digunakan untuk mentransfer pembelajaran penting pada lintas mata pelajaran dan fungsi pengembangan kegiatan ekstrakurikuler.

3

9. Kami melanjutkan untuk mengembangkan strategi dan mekanisme baru untuk berbagi pembelajaran melalui organisasi sekolah.

3

10. Kami mendukung lokasi sekolah, unit kegiatan, dan program tertentu yang menghasilkan pengetahuan dengan menyediakan orang dengan kesempatan belajar.

4

SKOR TOTAL 33

MANAJEMEN PENGETAHUAN (Skor Maksimal = 40)

� (4) = apabila dilaksanakan secara total (Besar =75%-100% ) (3) = apabila dilaksanakan pada tingkatan cukup besar (Cukup Besar =50%-75%) (2) = apabila dilaksanakan pada tingkatan moderat (Sedang =25%-50%) (1) = apabila dilaksanakan pada tingkatan kecil atau tidak ada tingkatan(Kurang=0-25%) �

Page 8: Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.

Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 8

V. APLIKASI TEKNOLOGI: Sistem Informasi Pengetahuan, Pembelajaran Berbasis Teknologi,

Sistem Elektronik Pendukung Kinerja dalam Organisasi di SMK Negeri 1 Bintan, Kab. Bintan, Prov. Kepri

Petunjuk : Berilah pilihan skor 1,2,3 atau 4 berdasarkan kondisi organisasi sekolah

bapak/ ibu pada kolom yang telah disediakan NO DAFTAR PERNYATAAN SKOR

1. Pembelajaran difasilitasi oleh sistem informasi berbasis komputer yang

efektif dan efisien. 4

2. Warga sekolah telah siap mengakses jalur informasi melalui, misalnya LAN

(Local Area Network), internet, dan intranet. 4

3. Fasilitas pembelajaran menggabungkan dukungan multimedia elektronik

dan suatu lingkungan berbasis pada integrasi seni, warna, musik, dan visual

yang kuat.

3

4. Program pembelajaran yang dibantu komputer dan bantuan pekerjaan

dengan alat elektronik (tepat waktu dan software flowchart) sudah tersedia. 3

5. Kami menggunakan teknologi groupware untuk mengelola proses kelompok

seperti kegiatan sekolah, urusan, dan manajemen organisasi sekolah. 2

6. Kami mendukung pembelajaran tepat waktu, suatu sistem yang

mengintegrasikan sistem pembelajaran teknologi tinggi, pelatihan, dan kerja

aktual pada pekerjaan ke dalam proses tunggal.

3

7. Sistem pendukung kinerja elektronik memampukan warga sekolah untuk belajar dan berkinerja lebih baik.

4

8. Kami merancang dan menata sistem pendukung kinerja elektronik agar sesuai dengan persyaratan pembelajaran di sekolah.

4

9. Warga sekolah mempunyai akses penuh terhadap data yang diperlukan dalam rangka melakukan pekerjaan secara efektif.

3

10. Kami dapat mengadaptasikan sistem software untuk mengumpulkan, memberi kode, menyimpan, membuat, dan mentransfer informasi agar benar-benar sesuai dengan kebutuhan di sekolah.

4

SKOR TOTAL 34

APLIKASI TEKNOLOGI (Skor Maksimal = 40)

(4) = apabila dilaksanakan secara total (Besar =75%-100% ) (3) = apabila dilaksanakan pada tingkatan cukup besar (Cukup Besar =50%-75%) (2) = apabila dilaksanakan pada tingkatan moderat (Sedang =25%-50%) (1) = apabila dilaksanakan pada tingkatan kecil atau tidak ada tingkatan(Kurang=0-25%) �

Page 9: Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.

Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 9

Skor Total Semuanya dari lima sub sistem adalah: 5 Subsistem (skor maksimum 200) Tingkat pencapaian profil sekolah sebagai organisasi pembelajaran adalah 87.5 %,

kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 3.5, berarti pelaksanaan Learning Organization

(Organisasi Pembelajaran) dari kelima subsistem di SMKN 1 Bintan berada pada

tingkatan yang cukup besar.

C. ANALISIS DAN PEMBAHASAN �

Dari hasil pengisian angket yang telah dilakukan di SMKN 1 Bintan, dengan

metode evaluasi diri (pihak sekolah menilai diri sendiri) tingkat pencapaian dan

implementasi profil organisasi pembelajaran, maka dapat dianalisis sebagai berikut :

1. Dinamika Pembelajaran, Individu, grup atau tim, dan organisasi

Pada bagian dinamika pembelajaran tersebut, jumlah skor adalah 36 dari 40 skor

total, artinya 90% dinamika pembelajaran yang dilakukan oleh individu, grup maupun

organisasi. kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 3.6, berarti pelaksanaan subsistem

Learning (pembelajaran) di SMKN 1 Bintan berada pada tingkatan yang cukup besar.

Learning (pembelajaran) merupakan subsistem inti dari sebuah organisasi

pembelajaran. Jika kita lihat dari pengertiannya, bahwa belajar adalah suatu proses dimana

individu memperoleh pengetahuan dan insight yang menghasilkan perubahan tingkah laku

dan tindakan, baik itu pembelajaran afektif, kognitif maupun psikomotorik. Menurut

Redding (1994), individuall learning adalah hal yang sangat mendasar untuk melanjutkan

transformasi organisasi, memperluas kemampuan inti organisasi dan mempersiapkan

semua orang untuk menghadapi masa depan yang belum menentu.

Kelebihan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem Learning adalah: (1)

Sudah mengelola dan mengembangkan pembelajaran secara mandiri, (2) pelatihan dan

pembinaan individu dalam pembelajaran sudah dilaksanakan secara total, (3) berbagai

metodologi pembelajaran sudah dilaksanakan dengan baik, (4) pendekatan pembelajaran

adaptif, anticipatory, pembelajaran kreatif, dan proses pembelajaran aksi sudah

dilaksanakan secara total.

Kekurangan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem Learning adalah: (1)

perlu peningkatan pembelajaran berkelanjutan (continuous learning) oleh semua guru,

175

Page 10: Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.

Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 10

karyawan dan siswa, (2) pembelajaran antar team di sekolah melalui berbagai media

(buletin elektronik, surat kabar, atau pertemuan antar grup) perlu ditingkatkan, (3)

pendekatan komprehensif dan pendekatan sistem dalam pembelajaran perlu ditingkatkan.

Subsistem Learning (pembelajaran) dapat digambarkan sebagai berikut:

(Sumber: Marquardt, 2002: 36)

2. Transformasi Organisasi : Visi, Budaya, Strategi dan Struktur

Pada bagian transformasi organisasi tersebut, jumlah skor yang diperoleh

adalah 34 dari skor total 40, artinya transformasi organisasi yang ada di SMKN 1

Bintan adalah 85%, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 3.4, berarti

pelaksanaan subsistem Organization di SMKN 1 Bintan berada pada tingkatan

yang cukup besar, baik itu transformasi visi, budaya, strategi maupun struktur

yang ada.

Dari hasil pengisian angket tersebut terdapat nilai yang cukup tinggi yaitu

bagaimana para guru belajar dari kegagalan masa lalu, dan berkomitmen terhadap

pembelajaran yang berkelanjutan. Hal ini selaras dengan apa yang dikemukakan

oleh Marquardt (2002) menyatakan bahwa bahwa untuk berkembang sebagai

suatu entitas yang baru, organisasi harus mengkonfigurasi ulang dirinya dengan

berfokus pada empat dimensi dari subsistem organisasi yaitu : visi, budaya,

strategi, dan struktur. Masing-masing dimensi tersebut harus berubah dalam tujuan

dan bentuk, dari fokus pada kerja dan produktivitas menjadi fokus pada

pembelajaran dan pengembangan. Di sekolah tersebut dapat disimpulkan hanya

sebagian guru dan karyawan saja yang menyadari pentingnya pembaharuan visi,

kultur, strategi dan struktur organisasi sekolah tersebut, artinya sangat

Page 11: Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.

Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 11

diperlukannya tambahan dukungan dari top level yang dalam hal ini adalah Kepala

Sekolah, penghargaan bagi individu yang melaksanakan pembelajaran, tugas

belajar/ijin belajar, serta merekayasa ulang kebijakan dan struktur pembelajaran.

Kelebihan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem organisasi

adalah: (1) Semua warga sekolah memahami pentingnya untuk menjadi organisasi

pembelajaran, (2) Kepala sekolah mendukung visi organisasi pembelajaran, (3)

Iklim sekolah yang mendukung dan menghargai pentingnya pembelajaran, dan

komitmen terhadap peningkatan pembelajaran berkelanjutan (continuous learning)

yang tinggi.

Kekurangan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem organisasi

adalah: (1) perlu peningkatan pemberian penghargaan kepada guru, karyawan dan

warga sekolah yang berkomitmen terhadap peningkatan kualitas pembelajaran, (2)

perlu peningkatan koordinasi antar stakeholder sekolah dalam peningkatan kualitas

pembelajaran di sekolah, (3) perlu peningkatan sistem on the job learning bagi

semua warga sekolah.

Sub sistem Organisasi dapat digambarkan sebagai berikut:

(Sumber: Marquardt, 2002: 74)

3. Pemberdayaan Warga Sekolah: Manager, Karyawan/Guru, Pelanggan/ Siswa, Rekanan, Suplier dan Komunitas

Pada bagian pemberdayaan warga sekolah tersebut, jumlah skor yang

diperoleh adalah 38 dari skor total 40, artinya pemberdayaan warga sekolah di

SMKN 1 Bintan adalah 95%, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 3.8, berarti

pelaksanaan subsistem pemberdayaan warga di SMKN 1 Bintan berada pada

Page 12: Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.

Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 12

tingkatan yang cukup besar dan mendekati pelaksanaan secara total pada subsistem

pemberdayaan warga sekolah.

Pemberdayaan tersebut meliputi Kepala Sekolah, guru dan karyawan,

siswa, mitra sekolah, dalam hal ini dunia industri dan dunia usaha, supplier atau

sekolah asal siswa atau pemasok bahan-bahan sarana dan prasarana bagi sekolah

dan komunitas atau Komite sekolah, forum alumni dan lain-lainnya.

Dari hasil pengisian angket tersebut, delapan dari sepuluh komponen

mendapatkan skor 4. Hal ini karena pada kenyataannya Kepala Sekolah mampu

mendorong stafnya, dalam hal ini guru, untuk melanjutkan pendidikan lanjut,

melanjutkan kuliah S 2, atau pendidikan dan pelatihan bagi guru-guru bidang studi

produktif, normatif dan adaptif yang diselenggarakan oleh P4TK Malang, P4TK

Medan dan P4TK Bandung dan P4TK Yogyakarta, maupun pelatihan-pelatihan

guru dan karyawan di tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi. Hal ini sangat

disadari benar oleh Kepala Sekolah bahwa warga sekolah adalah aspek penting

bagi organisasi pembelajaran karena hanya orang yang mempunyai kapasitas untuk

balajar untuk mengambil informasi dan memindahkannya menjadi pengetahuan

yang berharga bagi orang lain secara personal dan organisasi.

Menyeimbangkan kebutuhan individu dan organisasi adalah hal penting

agar produktivitas dan kualitas hidup kerja guru dan karyawan bisa baik. Selain itu

hubungan dengan pihak eksternal sangat diperlukan untuk mengetahui keinginan

dan tuntutan pasar akan output kita. Pemberdayaan komite sebagai pemberi

pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan sangat diperlukan, agar

kebijakan atau hasil keputusan dapat diterima oleh semua pihak dengan penuh rasa

tanggung jawab.

Kelebihan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem people atau

pemberdayaan warga sekolah adalah sudah mengimplementasikan dengan baik

subsistem pemberdayaan warga sekolah, karena 8 dari 10 komponen subsistem

mendapatkan skor 4. Kepala Sekolah mampu mendorong stafnya, dalam hal ini

guru, untuk melanjutkan pendidikan lanjut, melanjutkan kuliah S 2, atau

pendidikan dan pelatihan.

Kekurangan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem people atau

pemberdayaan warga sekolah adalah: Perlu peningkatan kesadaran warga sekolah

untuk secara aktif berbagi pengetahuan (knowledge sharing) antar guru, siswa, dan

Page 13: Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.

Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 13

warga sekolah, dan pada waktu yang sama meraih ide-ide dan masukan mereka

dalam rangka belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa dan prestasi sekolah.

Sub sistem People dapat digambarkan sebagai berikut:

(Sumber: Marquardt, 2002: 112)

4. Manajemen Pengetahuan: Akuisisi, kreasi, penyimpanan, pemulihan dan transfer.

Pada bagian Manajemen Pengetahuan tersebut, skor yang diperolah adalah

33 dari skor total 40, artinya penerapan manajemen pengetahuan di sekolah

tersebut adalah 82.5%, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah 3.3, berarti

pelaksanaan subsistem knowledge (pengetahuan) di SMKN 1 Bintan berada pada

tingkatan yang cukup besar.

Hal ini menunjukkan lebih dari sebagian warga sekolah sudah menerapkan

manajemen pengetahuan, baik pada tingkat individu, kelompok maupun organisasi.

Dalam hal ini perlu disadari bersama bahwa manajemen pengetahuan telah

menjadi unsur penting bagi organisasi dibanding sumber daya lain seperti posisi

pasar, teknologi serta asset organisasi lainnya (Steward, 1997). Dalam kasus

manajemen pengetahuan yang ada di SMKN 1 Bintan tersebut masih berada pada

level storage (penyimpanan), dimana penyimpanan pengetahuan menggunakan

sistem teknis seperti rekaman, data base, dan proses manusiawi, sehingga sangat

riskan terhadap ancaman kehilangan pengetahuan karena penyimpanan tersebut

menjadi terpisah secara fisik dan terdesentralisi. Pada level inilah perlu sekali

pembenahan, agar pengetahuan yang sudah tersimpan di organisasi bisa dianalisis

Page 14: Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.

Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 14

dan ditransfer agar pengetahuan tersebut tetap ada dan bisa diakses oleh siapa saja

walaupun organisasi tersebut senantiasa berganti sumber daya.

Kelebihan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan sub sistem knowledge atau

manajemen pengetahuan adalah: (1) Warga sekolah secara aktif mencari informasi

yang meningkatkan kerja organisasi sekolah, (2) adanya kesempatan warga sekolah

untuk dilatih dalam hal keterampilan berfikir kreatif, inovasi, dan eksperimentasi.

Kekurangan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan sub sistem knowledge

atau manajemen pengetahuan adalah: kurangnya kesadaran para warga sekolah

untuk melakukan knowledge sharing (berbagi pengetahuan) kepada warga sekolah

yang lain.

Sub sistem Knowledge (pengetahuan) dapat digambarkan sebagai berikut:

(Sumber: Marquardt, 2002:143)

5. Aplikasi Teknologi: Sistem Pengetahuan Informasi, Pembelajaran Berbasis Teknologi dan Sistem Pendukung Kinerja Elektronik.

Pada bagian Aplikasi Teknologi tersebut, skor yang diperoleh adalah 34

dari skor total 40, atau sekitar 85% pemanfaatan teknologi yang diaplikasikan

sekolah tersebut dalam proses pembelajaran maupun administrasi, kalau dihitung

skor rata-ratanya adalah 3.6, berarti pelaksanaan subsistem teknologi di SMKN 1

Bintan berada pada tingkatan yang cukup besar.

Teknologi Informasi (TI) dapat meningkatkan komunikasi, melebur batas-

batas dalam organisasi dan meningkatkan berbagai kemungkinan hubungan diluar

hirarki, bahkan menciptakan lingkungan belajar elektronis dimana semua warga

sekolah memiliki akses data yang sama, hal ini masih kurang disadari warga

Page 15: Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.

Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 15

SMKN 1 Bintan, terlihat dari media pembelajaran yang belum semuanya berbasis

TI, masih ada sebagian guru yang belum menggunakan pembelajaran berbasis TI,

kurang optimalnya penggunaan website yang dimiliki sekolah untuk kegiatan

pembelajaran seperti meng upload soal-soal atau materi-materi pembelajaran.

Masih enggannya guru untuk membuat blog dan website sebagai sarana berbagi

pengetahuan antar guru baik dalam satu sekolah maupun lintas sekolah.

Kelebihan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem teknologi adalah:

(1) Pembelajaran sudah difasilitasi oleh sistem teknologi informasi berbasis

komputer, (2) sebagian besar warga sekolah telah mengakses jalur informasi

melalui, misalnya LAN (Local Area Network), internet, dan intranet, (3) pihak

sekolah sudah merancang dan menata sistem pendukung kinerja elektronik agar

sesuai dengan persyaratan pembelajaran di sekolah.

Kekurangan SMKN 1 Bintan dalam menerapkan subsistem teknologi

adalah: (1) masih ada sebagian guru yang belum menggunakan pembelajaran

berbasis TI, kurang optimalnya penggunaan website yang dimiliki sekolah untuk

kegiatan pembelajaran seperti meng upload soal-soal atau materi-materi

pembelajaran, (2) Masih enggannya guru untuk membuat blog dan website sebagai

sarana berbagi pengetahuan antar guru baik dalam satu sekolah maupun lintas

sekolah.

Sub sistem Teknologi dapat digambarkan sebagai berikut:

(Sumber: Marquardt, 2002:178)

Page 16: Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.

Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 16

D. Menjadikan Sekolah Sebagai Organisasi Pembelajaran

Alasan mengapa Learning Organization (Organisasi Pembelajaran) perlu

diterapkan dalam organisasi sekolah adalah: (1) Organisasi tangguh adalah organisasi yang

tak lapuk dimakan usia dan bersifat “survival of the fittest”, (2) Konsep “survival of the

fittest” menuju “the survival of the fittest to learn”, (3) Organisasi pembelajaran sebagai

alternatifnya, yang diharapkan mampu beradaptasi dan merespons tuntutan kebutuhan, (4)

Organisasi pembelajaran memiliki tuntutan setiap warga belajar terus menerus untuk

memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat (Schlechty, 2009).

Peter Senge (1990) mengemukakan bahwa di dalam learning organization yang

efektif diperlukan 5 dimensi yang akan memungkinkan organisasi untuk belajar,

berkembang, dan berinovasi yakni :

1. Personal Mastery. Kemampuan untuk secara terus menerus dan sabar memperbaiki

wawasan agar objektif dalam melihat realitas dengan pemusatan energi pada hal-hal

yang strategis. Organisasi pembelajaran memerlukan karyawan yang memiliki

kompetensi yang tinggi, agar bisa beradaptasi dengan tuntutan perubahan, khususnya

perubahan teknologi dan perubahan paradigma bisnis dari paradigma yang berbasis

kekuatan fisik ke paradigma yang berbasis pengetahuan.

2. Mental Model. Suatu proses menilai diri sendiri untuk memahami, asumsi, keyakinan,

dan prasangka atas rangsangan yang muncul. Mental model memungkinkan manusia

bekerja dengan lebih cepat. Namun, dalam organisasi yang terus berubah, mental

model ini kadang-kadang tidak berfungsi dengan baik dan menghambat adaptasi yang

dibutuhkan. Dalam organisasi pembelajar, mental model ini didiskusikan, dicermati,

dan direvisi pada level individual, kelompok, dan organisasi.

3. Shared Vision. Komitmen untuk menggali visi bersama tentang masa depan secara

murni tanpa paksaan. Oleh karena organisasi terdiri atas berbagai orang yang berbeda

latar belakang pendidikan, kesukuan, pengalaman serta budayanya, maka akan sangat

sulit bagi organisasi untuk bekerja secara terpadu kalau tidak memiliki visi yang sama.

Selain perbedaan latar belakang karyawan, organisasi juga memiliki berbagai unit

yang pekerjaannya berbeda antara satu unit dengan unit lainnya. Untuk menggerakkan

organisasi pada tujuan yang sama dengan aktivitas yang terfokus pada pencapaian

tujuan bersama diperlukan adanya visi yang dimiliki oleh semua orang dan semua unit

yang ada dalam organisasi.

4. Team Learning. Kemampuan dan motivasi untuk belajar secara adaptif, generatif,

dan berkesinambungan. Kini makin banyak organisasi berbasis tim, karena rancangan

Page 17: Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.

Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 17

organisasi dibuat dalam lintas fungsi yang biasanya berbasis team. Kemampuan

organisasi untuk mensinergikan kegiatan tim ini ditentukan oleh adanya visi bersama

dan kemampuan berfikir sistemik seperti yang telah diuraikan di atas. Namun

demikian tanpa adanya kebiasaan berbagi wawasan sukses dan gagal yang terjadi

dalam suatu tim, maka pembelajaran organisasi akan sangat lambat, dan bahkan

berhenti. Pembelajaran dalam organisasi akan semakin cepat kalau orang mau berbagi

wawasan dan belajar bersama-sama. Berbagi wawasan pengetahuan dalam tim

menjadi sangat penting untuk peningkatan kapasitas organisasi dalam menambah

modal intelektualnya.

5. Sistem Thinking. Organisasi pada dasarnya terdiri atas unit yang harus bekerja sama

untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Unit-unit itu antara lain ada yang disebut

divisi, direktorat, bagian, atau cabang. Kesuksesan suatu organisasi sangat ditentukan

oleh kemampuan organisasi untuk melakukan pekerjaan secara sinergis. Kemampuan

untuk membangun hubungan yang sinergis ini hanya akan dimiliki kalau semua

anggota unit saling memahami pekerjaan unit lain dan memahami juga dampak dari

kinerja unit tempat dia bekerja pada unit lainnya. Kelima dimensi dari Peter Senge

tersebut perlu dipadukan secara utuh, dikembangkan dan dihayati oleh setiap anggota

organisasi, dan diwujudkan dalam perilaku sehari-hari. Kelima dimensi organisasi

pembelajaran ini harus hadir bersama-sama dalam sebuah organisasi untuk

meningkatkan kualitas pengembangan SDM, karena mempercepat proses

pembelajaran organisasi dan meningkatkan kemampuannya untuk beradaptasi pada

perubahan dan mengantisipasi perubahan di masa depan. Kelima dimensi dari Peter

Senge tersebut perlu dipadukan secara utuh, dikembangkan dan dihayati oleh setiap

anggota organisasi, dan diwujudkan dalam perilaku sehari-hari. Kelima dimensi

organisasi pembelajaran ini harus hadir bersama-sama dalam sebuah organisasi untuk

meningkatkan kualitas pengembangan SDM, karena mempercepat proses

pembelajaran organisasi dan meningkatkan kemampuannya untuk beradaptasi pada

perubahan dan mengantisipasi perubahan di masa depan.

Adapun kondisi sekolah dalam learning organization dan peran masing-masing

komponen dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Kegiatan inti sekolah

Sekolah dalam organisasi pembelajaran adalah mendesain kegiatan yang

menantang siswa untuk belajar. Artinya tujuan sekolah adalah memberikan fasilitas agar

Page 18: Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.

Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 18

desain-desain kegiatan pembelajaran siswa yang dapat menantang daya kreatifitas siswa,

sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal. Tujuan utama

sekolah bukan lagi semata-mata bisa meluluskan siswanya 100% dan Nilai Ujian

Nasionalnya tinggi, tetapi lebih menekankan pada prosesnya, dan sekolah juga harus

lebih menekankan pada outcome yaitu seberapa banyak lulusan sekolah yang mendapatkan

pekerjaan sesuai dengan kompetensinya atau melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi,

bukan semata-mata hanya mengejar output saja.

2. Siswa

Dalam lingkungan sekolah sebagai organisasi pembelajaran kegiatan siswa adalah

sebagai knowledge worker atau pencari pengetahuan dengan menggunakan sudut pandang

siswa maka siswa dalam mencari pengetahuan dengan bekerja dalam tim, memecahkan

masalah bersama, dan yang paling penting siswa tahu bagaimana cara belajar yang baik.

3. Guru

Dalam organisasi pembelajaran guru berperan sabagai pemimpin dan desainer serta

pemandu pembelajaran dengan memberikan motivasi kepada siswa, merancang tugas-

tugas yang menantang bagi siswa, memberikan alternatif berbagai sumber belajar yang

relevan, serta bersama siswa dan orang tua membuat jaringan belajar.

4. Peran Kepala Sekolah

Dalam organisasi pembelajaran adalah manjadi pemimpinnya pemimpin artinya

kepala sekolah yang dapat memberdayakan guru untuk menjadi bertanggung jawab atas

apa yang di lakukannya di kelas, sehingga guru menjadi pemimpin yang dapat langsung

dapat mengambil keputusan yang bertanggung jawab atas permasalahan di kelas tanpa

harus menunggu kepala sekolah, sehingga peran kepala sekolah dalam Learning

Organization adalah menjadi pemimpinnya pemimpin (leader of leaders).

5. Orang tua

Dalam organisasi pembelajaran orang tua adalah school partner, artinya orang tua

berpartisipasi penuh, aktif, pembelajar, dan membentuk jaringan belajar untuk optimalisasi

pembelajaran siswa.

6. Pengawas Sekolah

Berperan sebagai pemimpin moral dan intelektual yang berperan sebagai orang

yang memecahkan masalah dengan pemberdayaan guru dan kepala sekolah, jadi inti dari

peran pengawas adalah pemberdayaan bukan datang ke sekolah untuk mengatasi masalah

sendiri, tanpa melibatkan guru dan kepala sekolah.

Page 19: Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.

Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 19

7. Dinas Pendidikan

Berperan sebagai capacity builder artinya dinas adalah lembaga yang mensuport

sekolah dengan mengadakan pelatihan-pelatihan kepada guru, kepala sekolah dan tenaga

kependidikan agar mampu dan menguasai bagaimana belajar cara belajar yang baik dan

yang paling penting adalah guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan terus belajar dan

belajar lagi.

8. Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI)

Dunia Usaha dan Dunia Industri berperan sebagai partner and customer dari

sekolah. DUDI perlu bekerjasama dengan pihak sekolah untuk meningkatkan kualitas

sekolah dan menuju organisasi pembelajaran, karena pihak DUDI juga berkepentingan

untuk mendapatkan input tenaga kerja yang terampil dan kompeten sesuai dengan yang

dipersyaratkan oleh DUDI.

Kompetensi manajerial kepala sekolah sesuai dengan Permendiknas No 13 tahun

2007 salah satunya antara lain: “Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/

madrasah menuju organisasi pembelajaran yang efektif”. Hal ini berarti peran kepala

sekolah sangat penting dan sentral dalam menjadikan sekolah menjadi organisasi

pembelajaran yang efektif dan efisien. Kepala sekolah yang memiliki kompetensi yang

handal akan mampu memimpin dan membawa organisasi sekolah menjadi organisasi

pembelajaran.

Untuk menjawab tantangan di masa yang akan datang memang tidaklah mudah,

karena sifat dari perubahan yang tidak pernah berhenti, sehingga adaptasi yang tepat agar

sekolah mampu bertahan pada masa yang akan datang. Salah satu bentuk perubahan yang

akan di hadapi dunia pendidikan adalah bagaimana menjadikan sekolah kita menjadi

sekolah yang bersifat learning organization. Adapun langkah yang dapat menjadikan

sekolah menjadi organisasi pembelajaran menurut Marquardt (2002:211) antara lain:

1. Semua pihak berkomitmen menjadikan sekolah mejadi model organisasi

pembelajaran.

2. Membentuk koalisi yang kokoh untuk berubah ke arah yang lebih baik.

3. Menghubungkan pembelajaran dengan semua steakholder yang ada di sekolah.

4. Mengukur semua sub sistem sekolah dengan penilaian kinerja.

5. Mengkomunikasikan visi sekolah yang menjadi model organisasi pembelajaran.

6. Mengenali pentingnya berfikir dan bertindak secara sistem artinya tindakan semua.

stakeholder akan dapat mempengaruhi organisasi sekolah.

Page 20: Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.

Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 20

7. Pemimpin pendidikan mulai dari guru, kepala sekolah, pengawas dan kepala dinas

menunjukkan komitmen dan keteladanan pembelajaran.

8. Mentransformasi kultur sekolah menjadi kultur belajar.

9. Membangun strategi dan jaringan yang pembelajaran yang luas dengan semua

sumber-sumber belajar yang ada di sekolah.

10. Mereduksi model birokratif dengan cara mengefisiensikan struktur organisasi

menjadi lebih ramping dan ringkas.

11. Memperoleh pengetahuan dan budaya berbagi pengetahuan yang menjadi budaya

dalam organisasi sekolah.

12. Memperluas budaya belajar ke seluruh rantai organisasi sekolah.

13. Menerapkan teknologi yang terbaik untuk mendukung proses pembelajaran.

14. Menciptakan kultur prestasi sekolah yang dapat dicapai.

15. Mengukur keberhasilan pembelajaran dengan alat ukur kesuksesan.

16. Selalu beradaptasi, memperbaiki, dan belajar tiada henti.

Terakhir mau dibawa ke mana organisasi sekolah kita apakah di masa yang akan

datang akan menjadi organisasi pembelajaran ataukah menjadi sekolah yang biasa?. Bisa

dan tidaknya organisasi pendidikan menjadi organisasi pembelajaran bukan semata-mata

tergantung pada pemerintah, masyarakat, atau kepala sekolah, tetapi hal tersebut

bergantung pada kemauan dan itikat baik dari semua stakeholder sekolah agar mau belajar

dan belajar lagi dan menciptakan budaya organisasi pembelajaran secara berkelanjutan.

E. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan yang bisa kita ambil dari hasil analisis pengisian angket mengenai

Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan tingkat pencapaian profil sekolah

sebagai organisasi pembelajaran adalah 87.5 %, kalau dihitung skor rata-ratanya adalah

3.5, ini berarti pelaksanaan Learning Organization (Organisasi Pembelajaran) di SMKN 1

Bintan berada pada tingkatan yang cukup besar, dan menuju ke implementasi secara total.

Saran-saran yang bisa diberikan kepada SMKN 1 Bintan untuk menuju Organisasi

Pembelajaran yang efektif dan efisien adalah :

1. SMKN 1 Bintan perlu melakukan peningkatan perubahan paradigma pembelajaran

dari teacher centre ke student centre, perubahan dari organisasi birokrat ke

organisasi pembelajaran, serta perubahan dari wajib belajar ke hak belajar.

Page 21: Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.

Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 21

2. Meningkatkan komitmen untuk perbaikan output dan outcame serta pelayanan

yang berkelanjutan, agar tidak mengalami demarketing dalam dunia pendidikan,

sehingga bisa tetap bersaing di dunia global.

3. Meningkatkan level manajemen pengetahuan dari storage menjadi analisis dan

transfer pengetahuan.

4. Mengembangkan sistem pendukung kinerja secara terintegrasi dan aplikatif untuk

penemuan pengetahuan dan data mining, sehingga sekolah dapat membentuk

organisasi pembelajaran yang menjadi pusat keahlian yang bertanggung jawab

untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan mendistribusikan

pengetahuan.

5. Penggunaan Teknologi Informasi (TI) dalam pembelajaran dan untuk mengelola

proses kelompok seperti kegiatan sekolah, urusan, dan manajemen organisasi

sekolah perlu ditingkatkan.

6. Mengoptimalkan peran seluruh stakeholder sekolah untuk bersinergi dalam

mewujudkan sekolah sebagai organisasi pembelajaran.

Page 22: Profil Organisasi Pembelajaran di SMKN 1 Bintan, Kepulauan Riau.

Tugas Matakuliah | Organizational Development and Learning 22

Daftar Pustaka

Marquardt, M. J. 2002. Building the Learning Organization: Mastering 5 Element for Corporate Learning. California: Davies-Black Publishing.

Nonaka, I., and Takeuchi, H. 1995. The Knowledge-Creating Company. New York: Oxford University Press.

Redding, J. 1994. Strategic Readiness: The Making of the Learning Organization. San Fransisco: Jossey-Bass.

Schlechty, P.C. 2009. Leading for Learning How to Transform Schools into Learning Organizations. San Francisco, CA: John Wiley & Sons Inc.

Senge, Peter. 1990. The Fith Discipline: The Art and Practice of the Learning Organization. New York: Doubleday.

Stewart, T. 1997. Intelectual Capital: The New Wealth of Organization. New York: Doubleday.