Top Banner
18 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA Bab ini memuat hasil penelitian dan analisis data. Sebelum menganalisis data, peneliti akan mengawali bab ini dengan pemaparan tentang key informan yang digunakan dalam penelitian ini. Hal ini dianggap perlu agar pembaca memeroleh gambaran yang lebih jelas tentang latar belakang dari data yang dibahas. Setelah itu disajikan berturut-turut budaya populer yang digunakan sebagai persfektif dalam menyoroti key informan dalam penelitian ini. Objek kajian selanjutnya yang diperlukan adalah perilaku imitasi para mahasiswi dalam hal berpakaian. 4.1 Profil Narasumber Sebelum mendapatkan key informan, peneliti membagi beberapa mahasiswi kedalam 5 kategori yaitu berdasarkan usia, asal, universitas dan intensitas penggunaan Instagram. Per kategori tersebut terdapat 7 narasumber dari kategori usia, 6 narasumber dari kategori asal, 6 narasumber dari kategori universitas, 6 narasumber dari kategori fakultas, dan 6 narasumber dari kategori intensitas penggunaan Instagram. Untuk mendapatkan key infroman, peneliti melakukan proses observasi dengan tanya jawab seputar Instagram dan online shop serta melihat posting-an mereka di akun Instagramya. Dari 31 narasumber, peneliti mendapatkan 11 key informan dimana 2 narasumber dari kategori usia, 3 narasumber dari kategori asal, 2 narasumber dari kategori universitas, 2 narasumber dari kategori fakultas, dan 2 narasumber dari kategori intensitas penggunaan Instagram. Setelah mendapatkan key informan, peneliti lanjut ke tahap selanjutnya yaitu wawancara mendalam seputar social media endorsement dan gaya berpakaian yang terbentuk karena social media endorsement. Berikut adalah data diri dari key informan dari penelitian ini:
26

Profil Narasumber - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16575/4/T1_362013069_BAB IV.pdf · 20 4.2 Gambaran Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswi Instagram

Nov 04, 2019

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Profil Narasumber - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16575/4/T1_362013069_BAB IV.pdf · 20 4.2 Gambaran Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswi Instagram

18

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA

Bab ini memuat hasil penelitian dan analisis data. Sebelum

menganalisis data, peneliti akan mengawali bab ini dengan pemaparan tentang

key informan yang digunakan dalam penelitian ini. Hal ini dianggap perlu agar

pembaca memeroleh gambaran yang lebih jelas tentang latar belakang dari

data yang dibahas. Setelah itu disajikan berturut-turut budaya populer yang

digunakan sebagai persfektif dalam menyoroti key informan dalam penelitian

ini. Objek kajian selanjutnya yang diperlukan adalah perilaku imitasi para

mahasiswi dalam hal berpakaian.

4.1 Profil Narasumber

Sebelum mendapatkan key informan, peneliti membagi beberapa

mahasiswi kedalam 5 kategori yaitu berdasarkan usia, asal, universitas dan

intensitas penggunaan Instagram. Per kategori tersebut terdapat 7 narasumber

dari kategori usia, 6 narasumber dari kategori asal, 6 narasumber dari kategori

universitas, 6 narasumber dari kategori fakultas, dan 6 narasumber dari

kategori intensitas penggunaan Instagram. Untuk mendapatkan key infroman,

peneliti melakukan proses observasi dengan tanya jawab seputar Instagram

dan online shop serta melihat posting-an mereka di akun Instagramya. Dari 31

narasumber, peneliti mendapatkan 11 key informan dimana 2 narasumber dari

kategori usia, 3 narasumber dari kategori asal, 2 narasumber dari kategori

universitas, 2 narasumber dari kategori fakultas, dan 2 narasumber dari

kategori intensitas penggunaan Instagram. Setelah mendapatkan key informan,

peneliti lanjut ke tahap selanjutnya yaitu wawancara mendalam seputar social

media endorsement dan gaya berpakaian yang terbentuk karena social media

endorsement. Berikut adalah data diri dari key informan dari penelitian ini:

Page 2: Profil Narasumber - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16575/4/T1_362013069_BAB IV.pdf · 20 4.2 Gambaran Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswi Instagram

19

Tabel 4.1

Data diri key informan

Nama Usia Asal Universitas /

Fakultas

Intensitas

Penggunaan

Instagram

Alya

Ariyanti

Prameswari

18 Jakarta

Universitas

Gunadarma /

Psikologi

Menghabiskan

waktu dengan

Instagram

Atika

Mutiara 20 Depok

Universitas

Gunadarma /

Ekonomi

Intens saat ada

waktu kosong

Cantika

Adrienne

Adora

Kinanthi

21 Balikpapan Universitas Indonesia

/ Kedokteran Gigi

Intens saat ada

waktu kosong

Devita Sari

Putri 19 Jakarta

Universitas

Gunadarma /

Ekonomi

Intens saat ada

waktu kosong

Lidya Dwi

Pangesty 22 Depok

Politeknik Negeri

Jakarta / Administrasi

Bisnis

Menghabiskan

waktu dengan

Instagram

Naomi Tisa

F 22 Depok

Universitas Pancasila

/ Ekonomi

Menghabiskan

waktu dengan

Instagram

Safira Mutia

Pratiwi 18 Jakarta

Universitas Indonesia

/ Ilmu Pengetahuan

Budaya

Intens saat ada

waktu kosong

Saskia

Ramadhani

Hadi

20 Depok

Universitas

Gunadarma / Teknik

Sipil dan Arsitektur

Menghabiskan

waktu dengan

Instagram

Sekar

Narwastu 22 Depok

UPN “Veteran” /

Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik

Intens saat ada

waktu kosong

Viesya

Ananda Putri 21 Depok

Politeknik Negeri

Jakarta / Teknik

Elektro

Menghabiskan

waktu dengan

Instagram

Yashinta

Rahayu

Wulandari

18 Jakarta

Universitas Indonesia

/ Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik

Menghabiskan

waktu dengan

Instagram

Sumber: Diolah dari data primer, 2017

Setelah dilakukan wawancara mendalam dengan key informan, peneliti

menganalisa hasil penelitian tersebut untuk menggambarkan kegiatan

mahasiswi dengan Instagramnya dan gaya berpakaian mahasiswi yang

terbentuk dari social media endorser.

Page 3: Profil Narasumber - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16575/4/T1_362013069_BAB IV.pdf · 20 4.2 Gambaran Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswi Instagram

20

4.2 Gambaran Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswi

Instagram tak bisa dipungkiri lagi telah menjadi salah satu media sosial

yang sering digunakan oleh masyarakat untuk berbagi kegiatan sehari-harinya

baik dalam bentuk foto maupun video. Instagram, berhasil menyita perhatian

masyarakat mulai dari dewasa hingga anak-anak tanpa mengenal batas.

Mahasiswi yang menjadi narasumber dari penelitian ini menyatakan bahwa

mereka sering menghabiskan waktunya untuk bermain Instagram. Ada

diantara mereka yang rela menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk

melihat Instagram bahkan ada pula yang menyatakan sering melihat Instagram

hingga tak terhitung berapa kali sehari melakukannya. Beberapa diantara

mereka ada juga yang menghabiskan waktu dengan Instagram hanya disaat

lengang saja. Berikut adalah ungkapan mahasiswi berkaitan intensitas dan

manfaat dari penggunaan Instagram:

“Lebih ke menghabiskan waktu sama Instagram sih karena apa ya

jaman sekarang juga apa apa taunya juga sari sosmed (sosial media)

gitu karena bisa ngeshare (berbagi) apapun yang kita senengi. Terus

bisa tau kegiatan artis-artis yang aku suka”1

“Tergantung, kalo situasinya lagi santai kadang bisa buka Instagram

terus. Aku jadi bisa tau dan berhubungan lagi sama temen-temen lama

yang udah lama banget gak ketemu, terus juga bisa jadi inspirasi pas

buka akun-akun yang ngepost fashion kaya outfit yg keren-keren atau

cara masak dan lain-lainnya. Terus kita juga bisa dapet info berita

terupdate dari Instagram”2

“Hampir setiap hari sih ya, keseringan kalau lagi gabut (tidak ada

kegiatan atau pekerjaan) gitu kak. Aku bisa tau tempat-tempat bagus

terus juga kalo lagi cari foto gak bagus di Google ada di Instagram” 3

“Biasanya ya kalo lagi gabut (tidak ada kegiatan atau pekerjaan)

sama iseng (sekedar main-main saja) aja. Yang pasti gue bisa ketemu

temen-temen lama gue terus bisa ketemu banyak hal yang gue suka”4

1 Hasil wawancara dengan Alya, Mahasiswi Universitas Gunadarma pada tanggal 21 Agustus 2017

2 Hasil wawancara dengan Atika, Mahasiswi Universitas Gunadarma pada tanggal 19 Agustus 2017

3 Hasil wawancara dengan Devita, Mahasiswi Universitas Gunadarma pada tanggal 19 Agustus 2017

Page 4: Profil Narasumber - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16575/4/T1_362013069_BAB IV.pdf · 20 4.2 Gambaran Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswi Instagram

21

“Lumayan intens sih, kayak misalnya sehari bisa lebih dari 4 kali buka

ig (Instagram). Soalnya semuanya jadi lebih mudah gitu cha. Kaya

misalnya info-info sama belanja-belanja hehe soalnya banyak

pilihannya”5

“Awal bikin ig bener-bener kalo mau aja karena kan temen-temen juga

belum banyak yang pake ig tapi 2 tahun ini lumayan intens hampir

setiap hari gua buka ig, saking nganggurnya deh kayanya.”6

“Bisa dibilang dua-duanya (menghabiskan waktu dengan Instagram

dan buka Instagram pas perlu saja). I have money from instagram

soalnya dulu gua pernah buka olshop”7

“Hampir setiap hari tapi waktunya gak tentu.Tetep komunikasi sama

temen, jadi aku tau kabar temen-temen aku lewat Instagram”8

“Aku termasuk yang kalo lagi mau aja buka Instagram. Aku banyak

tau informasi juga sih lewat Instagram ya namanya media sosial.”9

“Hampir intens sih kak soalnya aku setiap hari pasti buka dan cek

Instagram. Kalo hal menariknya itu kaya informasi kak, aku jadi tau

banyak informasi apa aja di Instagram. Terus menguntungkannya tuh

bisa jadi ladang jualan yang menguntungkan banget, sama kalo buat

aku sendiri sih aku jadi tau banyak hal yang lagi tren”10

“Aku termasuk org yg menghabiskan waktu buat IG (Instagram).

Keuntungannya buat aku, bisa ketemu sama temen-temen lama, cari

inspirasi buat foto, sama cari tau tentang fashion update”11

Pada ungkapan di atas, Alya, Lidya, Naomi, Saskia, Viesya dan

Yashinta menyatakan bahwa setiap hari bahkan tak terhitung lagi berapa kali

4 Hasil wawancara dengan Cantika, Mahasiswi Universitas Gunadarma pada tanggal 21 Agustus 2017

5 Hasil wawancara dengan Lidya, Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta pada tanggal 20 Agustus 2017

6 Hasil wawancara dengan Naomi, Mahasiswi Universitas Pancasila pada tanggal 20 Agustus 2017

7 Hasil wawancara dengan Safira, Mahasiswi Universitas Indonesia pada tanggal 18 Agustus 2017

8 Hasil wawancara dengan Saskia, Mahasiswi Universitas Gunadarma pada tanggal 18 Agustus 2017

9 Hasil wawancara dengan Sekar, Mahasiswi UPN “Veteran” pada tanggal 20 Agustus 2017

10 Hasil wawancara dengan Viesya, Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta pada tanggal 18 Agustus 2017

11 Hasil wawancara dengan Yashinta, Mahasiswi Universitas Indonesia pada tanggal 21 Agustus 2017

Page 5: Profil Narasumber - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16575/4/T1_362013069_BAB IV.pdf · 20 4.2 Gambaran Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswi Instagram

22

mereka melihat Instagram. Sedangkan Atika, Devita, Cantika, Safira dan

Sekar hanya melihat Instagram pada waktu luang atau tidak ada pekerjaan.

Dari segi manfaat, media sosial memberikan kemudahan bagi

penggunanya untuk bersosialisasi dan mencari berbagai informasi. Mereka

merasakan manfaat dari Instagram dimana bisa menemukan kembali teman-

teman lamanya dan tetap berkomunikasi dengan teman-temanya tersebut.

Selain itu, Alya, Atika, Devita, Sekar, Viesya dan Yashinta merasakan

mendapatkan banyak sekali kemudahan untuk mengakses berbagai macam

informasi seperti berita terbaru, tempat nongkrong rekomendasi, tren fashion

terbaru, kegiatan artis kesukaannya dan masih banyak lagi. Sedangkan Lidya

dan Safira mengatakan bahwa mereka merasakan manfaat dari Instagram dari

maraknya online shop. Safira merasa dimudahkan dengan adanya Instagram

karena dari akunnya tersebut bisa mendapatkan uang tambahan karena

sebelumnya ia pernah memiliki online shop sendiri. Berbeda dari Safira yang

justru membuka online shop, Lidya menyatakan kalau ia merasakan

dimudahkan untuk berbelanja di online shop berbasis Instagram karena

banyaknya pilihan produk yang ditawarkan.

Semakin bertambahnya pengguna Instagram, membuat para pengusaha

mulai menggunakan Instagram sebagai media untuk menjual produk-

produknya. Semenjak maraknya online shop di Instagram, para pengguna pun

semakin betah berlama-lama melihat Instagram. Data yang didapat dari

penelitian mengatakan bahwa narasumber sering melihat Instagram untuk

sekedar mencari atau membeli barang di online shop berbasis Instagram.

Berikut adalah tanggapan mahasiswi mengenai keuntungan yang didapat dari

maraknya online shop di Instagram:

“Gak usah pergi pergi keluar kalo emang lagi gak bisa tinggal

pesen aja”12

“Banyak banget contohnya jadi gak usah repot-repot beli ke

tokonya yang jauh, aku cuma butuh transfer lewat M-Banking

(mobile banking) terus nunggu barangnya dateng deh. Terus

12

Hasil wawancara dengan Alya, Mahasiswa Universitas Gunadarma pada tanggal 21 Agustus 2017

Page 6: Profil Narasumber - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16575/4/T1_362013069_BAB IV.pdf · 20 4.2 Gambaran Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswi Instagram

23

juga bisa dengan mudah beli barang-barang yang gak ada di

Indonesia atau yang stock-nya limited (terbatas) gitu. Dan juga

yang pasti lebih banyak variasinya”13

“Yang pasti sih gak ribet soalnya online shop sekarang tuh

udah makin jelas dalam mendeskripsikan produknya jadi

konsumen juga mudah milih mana yang sesuai selereanya”14

“Bisa belanja sepuasnya yang kita butuh dan inginkan dengan

mudah dan cepat”15

“Bisa liat model baju-bajunya langsung, gak harus capek buat

pergi buat milih terus ya dari online shop jadi lebih mudah aja

buat belanja”16

“Bisa beli apa aja yang gak ada di outlet terus gak bikin

customer capek gitu buat milih barang”17

“Ya jelas jadi lebih gampang untuk beli barang yang aku mau

tanpa harus ke fisik store kalo lagi ribet”18

“Aku merasa sangat terbantu dengan adanya online shop. Kalo

belanja ke toko aku udah agak jarang sih, kalo emang lagi

keluar aja. Aku lebih sering belanja online, karena gampang

aja dimanapun bisa”19

“Bermanfaat banget kak, soalnya jadi serba praktis dan

ngebantu banget aja gitu terutama masalah waktu. Karena

sekarang aku juga jadi lebih belanja di online shop kak

ketimbang belanja di fisik store” 20

13

Hasil wawancara dengan Atika, Mahasiswi Universitas Gunadarma pada tanggal 19 Agustus 2017 14

Hasil wawancara dengan Cantika, Mahasiswi Universitas Indonesia pada tanggal 21 Agustus 2017 15

Hasil wawancara dengan Devita, Mahasiswi Universitas Gunadarma pada tanggal 19 Agustus 2017 16

Hasil wawancara dengan Lidya, Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta pada tanggal 20 Agustus 2017 17

Hasil wawancara dengan Safira, Mahasiswi Universitas Indonesia pada tanggal 18 Agustus 2017 18

Hasil wawancara dengan Saskia, Mahasiswi Universitas Gundarma pada tanggal 18 Agustus 2017 19

Hasil wawancara dengan Sekar, Mahasiswi UPN “Veteran” pada tanggal 20 Agustus 2017 20

Hasil wawancara dengan Viesya, Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta pada tanggal 18 Agustus 2017

Page 7: Profil Narasumber - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16575/4/T1_362013069_BAB IV.pdf · 20 4.2 Gambaran Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswi Instagram

24

“Bisa cari barang atau produk yang kita mau dengan

mudah”21

Dari ungkapan di atas mahasiswi merasakan kemudahan dengan

menggunakan online shop di Instagram dimana mereka mereka tak perlu

bepergian ke suatu mall atau toko konvensional untuk membeli produk yang

diinginkan. Juga mereka bisa membeli produk yang diinginkan dimana pun

karena dipermudah dengan munculnya M-Banking atau mobile banking untuk

mengirim uang ke pedagang. Seperti yang ada dalam manfaat media sosial

dimana Instagram memberikan kemudahan bagi penggunanya untuk

memenuhi kebutuhan dari banyaknya online shop sekarang. Selain itu

mahasiswi pun diberi kemudahan untuk melakukan proses pembelian produk

dimana pun mereka berada. Berdasarkan manfaatnya, Instagram juga

memudahkan bagi para pengusaha untuk mencari uang lewat akun mereka

dengan membuka online shop.

Dengan banyaknya online shop yang kini muncul di Instagram,

semakin banyak pula para artis yang ikut dalam kerja sama dengan online

shop atau disebut juga social media endorsement. Para artis tersebut

membantu online shop mempromosikan produknya lewat review produk

endorse yang mereka kenakan. Namun kini mahasiswi, tidak hanya sekedar

menjadi para social media endorser (sebutan bagi artis yang ikut dalam social

media endorsement) acuan untuk membeli produk tapi juga acuan dalam

memadupadankan pakaian. Terbentuknya gaya berpakaian mahasiswi dari

social media endorser akan dibahas menggunakan perfektif budaya populer.

4.3 Budaya Populer Dalam Menyoroti Gaya Berpakaian Mahasiswi

Dalam perspektif budaya populer, media berperan sebagai penyebar

informasi dan pembentuk opini publik sehingga muncullah opini dan selera

masyarakat yang seragam. Fiske (2008 : 44) berpendapat bahwa budaya

populer ditentukan oleh kekuatan dominasi dan membentuk reaksi terhadap

kekuatan tersebut. Heryanto (2012 : 6) menyatakan bahwa budaya populer

tidak segan bekerja sama dengan industri hiburan guna meraup laba. . Macker-

21

Hasil wawancara dengan Yashinta, Mahasiswi Universitas Indonesia pada tanggal 21 Agustus 2017

Page 8: Profil Narasumber - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16575/4/T1_362013069_BAB IV.pdf · 20 4.2 Gambaran Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswi Instagram

25

Kallis (Ilah dan Priest, 2015 : 226) budaya pop merupakan budaya komersial

yang diproduksi dan dikonsumsi secara massal oleh masyarakat. Kata “pop”

dari budaya populer memiliki makna kebutuhan manusia, dimana pada

umumnya mudah dipahami, dikagumi, dan disukai banyak orang. Selain itu

budaya populer juga erat hubungannya dengan masalah sehari-hari masyarakat

seperti mega bintang, fashion dan lain-lain. William (2008 : 44)

mengungkapkan pendapatnya mengenai definisi kata “populer” dalam budaya

populer yaitu banyak disukai orang, karya yang dilakukan untuk

menyenangkan orang, dan budaya yang memang dibuat oleh orang untuk

dirinya sendiri.

Media yang berperan dalam penelitian ini adalah Instagram dimana

media sosial ini menyampaikan bagaimana social media endorser

memadupadankan produk endorse berupa pakaian kepada mahasiswi. Hal

tersebut pun menimbulkan opini dan selera yang seragam ditengah mahasiswi

dimana gaya sehari-hari mereka merujuk pada gaya berpakaian social media

endorser. Kekuatan online shop berbasis Instagram dalam menyebarkan gaya

berpakaian social media endorser berhasil membentuk reaksi dimana

mahasiswi lebih memilih dan menjadikan artis social media endorsement

sebagai acuan dalam memilih dan membeli produk dagangan online shop

hingga acuan dalam berpenampilan. Dari penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh Uma (2014 : 16) diketahui bahwa media sosial memiliki beberapa

pengaruh antara lain fashion life dan access to information. Dalam penelitian

ini, fashion life terlihat bagaimana para mahasiswi menjadi lebih

memerhatikan penampilan. Hal tersebut diungkapkan oleh Aya dan Sekar

dimana mereka mengikuti gaya berpakaian social media endorser karena ingin

terlihat penampilannya menarik. Sedangkan access to information terdapat

pada kemudahan dari Instagram yang membuat mahasiswi dapat mengakses

informasi tentang gaya berpakaian social media endorser.

Demi mendapatkan keuntungan berlebih, kini online shop mengajak

beberapa artis dari dunia hiburan untuk membantu mereka mempromosikan

produknya lewat sistem kerja sama yang disebut social media endorsement.

Artis hiburan yang menjadi social media endorser adalah Sivia Azizah,

Laudya Cynthia Bella, Febby Rastanty, Acha Sinaga dan Sabai Dieter dimana

Page 9: Profil Narasumber - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16575/4/T1_362013069_BAB IV.pdf · 20 4.2 Gambaran Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswi Instagram

26

mereka merupakan idola dari beberapa narasumber. Mahasiswi berpendapat

bahwa adanya social media endorsement dapat membantu para pedagang

untuk meraih keuntungan berlebih. Selain itu bagi mereka adanya social

media endorsement mempermudah mencari tahu online shop yang

direkomendasikan serta terpercaya, mencari online shop yang menjual barang

kebutuhan mereka, dan mengajak untuk membeli produk endorse yang

digunakan.

Mahasiswi sering membeli produk yang diiklankan oleh social media

endorser karena tertarik dengan review setelah sang artis menggunakan

produk endorse tersebut. Dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Maulidar dan Irma (2017 : 10) menyatakan bahwa peran dari social media

endorser berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan membeli produk

terutama pakaian perempuan di Instagram. Peran yang dilakukan oleh social

media endorser dalam mempromosikan produk yaitu memberikan kesaksian

(testimonial), memberikan dorongan (endorsement), dan sebagai aktor dalam

iklan. Bagi mahasiswi, adanya social media endorsement menjadi pendorong

mereka untuk terus membeli produk-produk di online shop. Dari ungkapan

yang mahasiswi sampaikan, muncul perkataan dimana mereka ternyata bukan

hanya tertarik membeli produk endorse saja.

Berdasarkan data yang didapat di lapangan, mahasiswi mulai

menyukai, memahami dan mengagumi gaya berpakaian dari social media

endorser. Hal tersebut menyebabkan mahasiswi mulai mengikuti gaya

berpakaian dari social media endorser yang mereka sukai. Mahasiswi

mengatakan bahwa mereka senang saat melihat gaya berpakaian dari social

endorser dikarenakan gayanya terlihat simple, keren, feminine, dan boyish.

Ketika masyarakat mulai menyebarkan tren-tren tertentu maka terciptalah apa

yang disebut dengan budaya massa. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ilah

dan Priest (2015 : 226) menyatakan bahwa saat itu kemeja denim menjadi

fenomena di kalangan fans girlband SNSD dan masyarakatlah yang

menciptakan sebuah realitas sosial sedemikian rupa sehingga kemeja denim

adalah busana yang sangat digemari serta membuat mereka menggunakan

terlihat “trendi”. Sedangkan dalam penelitian ini, gaya berpakaian dari social

media endorser menjadi sangat digandrungi oleh mahasiswi karena mahasiswi

Page 10: Profil Narasumber - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16575/4/T1_362013069_BAB IV.pdf · 20 4.2 Gambaran Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswi Instagram

27

yang menciptakan realitas sosial sehingga ketika mereka mengikuti gaya

berpakaian seperti social media endorser membuat terlihat “trendi”.

Uraian di atas dikaitkan dengan karakteristik budaya populer untuk

menyoroti gaya berpakaian dari mahasiswi. Mayendra (Aslamiyah, 2013:20-

27) menjelaskan beberapa karakteristik dari budaya populer, yaitu:

1. Budaya Ikon

Ikon disini adalah mereka seperti artis dan public figure yang menjadi

panutan atau acuan masyarakat. Para mahasiswi menyatakan bahwa mereka

memiliki beberapa social media endorser yang menjadi acuan dan panutan

dalam membeli, memilih bahkan memadupadankan produk endorse seperti

pakaian. Selain sang social media endorser adalah artis terkenal, mereka

berpendapat bahwa cara artis-artis tersebut memadupadankan pakaiannya

terlihat menarik. Dari penelitian yang telah dilakukan, Atika dan Yashinta

lebih memilih yang terlihat keren. Berbeda dengan Atika dan Yashinta,

Devita, Lidya, Naomi, Safira, Saskia, Sekar serta Viesya lebih tertarik dengan

gaya berpakaian social media endorser yang terlihat simple. Sedangkan Alya

memilih gaya berpakaian social media endorser yang terlihat feminin dan

Cantika lebih memilih gaya berpakaian boyish. Walaupun memiliki alasan

ketertarikan akan gaya berpakaian social media endorser yang sama, mereka

menyukai social media endorser yang berbeda. Berikut adalah nama social

media endorser yang menjadi acuan dan panutan mahasiswi:

Page 11: Profil Narasumber - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16575/4/T1_362013069_BAB IV.pdf · 20 4.2 Gambaran Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswi Instagram

28

Tabel 4.2

Nama Social Media Endorser yang menjadi acuan mahasiswi dalam

berpakaian

Nama Mahasiswi Nama Social Media Endorser

Alya Hanggini

Nabila Gardena

Atika Aghnia Punjabi

Hamidah Rachmayanti

Cantika Sivia Azizah

Devita Laudya Cynthia Bella

Naomi Gita Savitri Devi

Safira

Aghnia Punjabi

Joyagh

Mega Iskanti

Nisa Cookie

Saskia Acha Sinaga

Sabai Dieter

Sekar

Sivia Azizah

Febby Rastanty

Nazla Alifa

Viesya Jovi Adhiguna

Sumber: Diolah dari data primer, 2017

2. Budaya Gaya

Sekarang ini tidak bisa dipungkiri lagi bahwa masyarakat sangat

memerhatikan gaya berpakaiannya untuk kegiatan sehari-hari. Sehingga

muncullah pandangan dimana penampilan atau gaya lebih penting dari pada

kegunaan dari pakaian itu sendiri. Hendraningrum dan Susilo (2008 : 32)

menyatakan bahwa para penggemar akan mencoba mengimitasi penampilan

selebriti yang dikaguminya. Hal tersebut dilakukan oleh mahasiswi yang

menyukai dan mengidolakan social media endorser. Berikut adalah ungkapan

dari 4 dari 11 mahasiswi berkaitan dengan pentingnya sebuah penampilan:

“Aku orang yang bener-bener mentingin style (gaya) aku, jadi ya aku

bener-bener ngikutin banget sama style-style (gaya) mereka”22

“Di kalangan temen-temen gue tuh emang lagi trend gaya yang

boyish gitu”23

“Gara-gara mode gaya yang lagi tren gitu”24

22

Hasil wawancara dengan Alya, Mahasiswi Universitas Gunadarma pada tanggal21 Agustus 2017 23

Hasil wawancara dengan Cantika, Mahasiswi Universitas Indonesia pada tanggal 21 Agustus 2017 24

Hasil wawancara dengan Devita, Mahasiswi Universitas Gunadarma pada tanggal 19 Agustus 2017

Page 12: Profil Narasumber - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16575/4/T1_362013069_BAB IV.pdf · 20 4.2 Gambaran Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswi Instagram

29

“Dulu aku termasuk yang cuek banget sama penampilan, setelah rasa

sebagai cewek (perempuan) itu perlu menjaga penampilannya, aku

coba coba cari role modelku”25

Berdasarkan ungkapan diatas, Sekar dan Alya menganggap bahwa

gaya berpakaian penting untuk diperhatikan, itulah mengapa ia menjadi social

media endorser sebagai acuannya dalam berpakaian. Sedangkan Cantika dan

Devita mengikuti gaya berpakaian dari social media endorser karena gaya-

gaya tersebut tengah menjadi tren di kalangan pertemanan mereka. Dari

pemaparan tersebut budaya gaya mulai terbentuk di kalangan mahasiswi

dimana kini gaya berpakaian menjadi hal peting bagi mereka. Hal tersebut

terlihat dari ungkapan mahasiswi yaitu memerhatikan gaya berpakaian sehari-

hari dan mengikuti tren pakaian terbaru dengan menjadikan social media

endorser sebagai acuan.

3. Budaya Instan

Dalam budaya populer, masyarakat lebih menginginkan hal yang cepat

atau instan. Semenjak maraknya online shop di Instagram, masyarakat

merasakan banyak kemudahan. Seperti yang diungkapkan mahasiswi bahwa

mereka merasakan efisiensi waktu dan tenaga. Beberapa mahasiswi lebih

memilih belanja di online shop karena mereka bisa melakukan membeli hal

yang diinginkan dimana pun dan kapanpun tanpa harus pergi ke toko

konvensional atau mall. Berikut ungkapan 3 dari 11 mahasiswi yang memilih

belanja di online shop serta alasannya:

“Keseringan online shop kak. Bisa belanja sepuasnya yang kita butuh

dan inginkan dengan mudah dan cepat”26

“Tetep ke online shop soalnya di online shop pilihannya banyak

banget. Bisa liat model baju-bajunya langsung, gak harus capek buat

pergi buat milih”27

“Aku lebih sering belanja online, karena gampang dimanapun bisa”28

25

Hasil wawancara dengan Sekar, Mahasiswi UPN “Veteran” pada tanggal 20 Agustus 2017 26

Hasil wawancara dengan Devita, Mahasiswi Universitas Gunadarma pada tanggal 19 Agustus 2017 27

Hasil wawancara dengan Lidya, Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta pada tanggal 20 Agustus 2017 28

Hasil wawancara dengan Sekar, Mahasiswi UPN “Veteran” pada tanggal 20 Agustus 2017

Page 13: Profil Narasumber - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16575/4/T1_362013069_BAB IV.pdf · 20 4.2 Gambaran Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswi Instagram

30

4. Budaya Konsumerisme

Budaya konsumerisme muncul karena masyarakat selalu merasa tidak

puas dan melakukan pembelian secara terus menerus hanya untuk memenuhi

keinginan bukan kebutuhannya. Dari penelitian yang dilakukan pun terbukti

dimana terdapat mahasiswi yang merasa menjadi lebih konsumtif dari

sebelumnya. Hal tersebut terjadi karena mereka terus melakukan pembelian

setelah melihat produk endorse yang dikenakan social media endorser.

Beberapa mahasiswi mengatakan bahwa tak jarang mereka membeli produk

yang dikenakan oleh social media endorser karena terlihat menarik, lucu dan

unik. Salah satu narasumber yaitu Lidya mengungkapkan bahwa keluarga

sering memberi peringatan agar tidak terus membeli produk yang Vinna

Gracia (social media endorser kesukaannya) kenakan. Mereka bahkan

mengakui bahwa beberapa produk endorse tersebut bukan karena kebutuhan

melainkan karena keinginan saja. Bagi beberapa mahasiswi yang merasa

konsumtif tersebut sangat sulit untuk menahan diri untuk tidak membeli

produk-produk endorse tersebut walaupun mereka sudah mengeluh bahwa

ingin mengurangi perilaku konsumtifnya. Berikut adalah tanggapan 6 dari 11

mahasiswi tentang perilaku konsumtifnya:

“Ngerasa banget sih aku jadi konsumtif banget, aku jadi harus sering-

sering nabung dan sering cepet abis juga”29

“Iya bener gue jadi ngerasa konsumtif karena hampir setiap bulan

order”30

“Nah ini kalo boleh jujur gue itu lagi mencoba menjauhi kata

konsumtif karena jujur gue itu tertarik sama produk yang dipake Sivia

dan gak jarang gue beli. Jadi bisa dibilang gue itu konsumtif”31

“Yaaa jadi lebih konsumtif banget”32

“Ngerasa banget sih kak, soalnya kan tertarik sama barang endorse

nya dan aku sering beli barang tersebut”33

29

Hasil wawancara dengan Atika, Mahasiswi Universitas Gunadarma pada tanggal 19 Agustus 2017 30

Hasil wawancara dengan Naomi, Mahasiswi Universitas Pancasila pada tanggal 20 Agustus 2017 31

Hasil wawancara dengan Cantika, Mahasiswi Universitas Indonesia pada tanggal 21 Agustus 2017 32

Hasil wawancara dengan Lidya, Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta pada tanggal 20 Agustus 2017

Page 14: Profil Narasumber - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16575/4/T1_362013069_BAB IV.pdf · 20 4.2 Gambaran Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswi Instagram

31

“Berpengaruh banget, karena kalo liat yang lucu dikit pasti pengen

punya juga dan akhirnya beli”34

Dari ungkapan diatas, terlihat bahwa perilaku konsumtif menjadi

sebuah budaya populer karena mahasiswi melakukan tindakan membeli atau

berbelanja produk endorse dikarenakan pakaian atau aksesoris yang dikenakan

oleh social media endorser terlihat lucu dan menarik. Hal tersebut terkait

dengan yang diungkapkan oleh Storey (1996 : 132) bahwa berbelanja adalah

bentuk dari budaya populer dan perilaku konsumtif lebih dari sekedar aktivitas

ekonomi karena selalu berkaitan dengan hasrat atau keinginan.

5. Pragmatisme

Pragmatisme terjadi saat masyarakat cenderung menerima hal

bermanfaat baginya namun belum jelas apakah itu benar atau salah.

Mahasiswi mengaku menjadi konsumtif karena sering sekali mereka membeli

produk bukan karena kebutuhan melainkan keinginan. Sesuai dengan teori

uses and gratification dimana pengguna media memainkan peran aktif dalam

memilih dan menggunakan media serta mencari sumber media terbaik untuk

memenuhi kebutuhan. Dari penelitian ini, mahasiswi sebagai pengguna media

menjadikan Instagram sebagai sumber media untuk memenuhi kebutuhannya

dalam berpakaian. Lewat Instagram, mereka memenuhi keinginannya dalam

hal berpakaian.

Dalam hal ini terlihat bagaimana mahasiswi tidak melakukan

pertimbangan terlebih dahulu sebelum membeli produk endorse yang

dikenakan oleh social media endorser. Mahasiswi yang mengaku konsumtif

mengatakan bahwa mereka sering kali membeli produk endorse karena

baginya hal tersebut akan bermanfaat nantinya namun tidak tahu apakah hal

tersebut benar bermanfaat atau tidak.

33

Hasil wawancara dengan Viesya, Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta pada tanggal 18 Agustus 2017 34

Hasil wawancara dengan Yashinta, Mahasiswi Universitas Indonesia pada tanggal 21 Agustus 2017

Page 15: Profil Narasumber - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16575/4/T1_362013069_BAB IV.pdf · 20 4.2 Gambaran Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswi Instagram

32

4.4 Perilaku Imitasi Gaya Berpakaian Mahasiswi yang Terbentuk dari

Social Media Endorsement

Gaya berpakaian sekarang ini menjadi hal yang sangat diperhatikan

oleh masyarakat. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa mahasiswi

sekarang menjadi lebih memperhatikan penampilannya. Hal tersebut semakin

dipermudah semenjak maraknya social media endorser. Para social media

endorser tak jarang mempromosikan produk endorse terutama pakaian

dengan cara memadupadankan gaya sesuai selera mereka. Dari caranya

memadupadankan pakaian, membuat mahasiswi mengikuti beberapa social

media endorser ke yang mereka sukai. Menurut Tarde, imitasi adalah bentuk

dari contoh-mencontoh dan menyamai apa yang dilakukan oleh individu lain.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terbukti dimana mahasiswi

sering mengimitasi gaya berpakaian dari social media endorser. Mahasiswi

mengakui bahwa mereka terkadang menjadikan sebagai acuan dalam

memadukanpadankan pakaian. Selain itu, mereka juga mengakui kalau mereka

tak jarang membeli produk (pakaian atau aksesoris) endorse yang dikenakan

oleh social media endorser dari online shop yang sama. Baldwin (Dewi, 2010

: 13) berpendapat bahwa imitasi terbagi menjadi dua dimana salah satu adalah

deliberated imitation yang berarti imitasi secara disengaja dan tau apa

tujuannya. Mahasiswi mengatakan mereka tertarik dengan gaya berpakaian

artis social media endorsement dikarenakan gayanya yang terlihat keren,

simple, boyish dan feminin. Dari data yang didapatkan di lapangan, Sekar dan

Aya mengatakan mereka tertarik mengikuti cara social media endorser

memadupadankan pakaian dengan tujuan agar terlihat memerhatikan

penampilannya. Sedangkan Atika menyatakan dengan mengikuti gaya

berpakaian dari

Sedangkan dalam prosesnya, Bandura dalam Rachmat (2007 : 240-

242) membagi proses imitasi menjadi 4, yaitu:

1. Proses perhatian (attention procces)

Sebelum mahasiswi melakukan proses imitasi, mereka akan

mengamati gaya berpakaian social media endorser terlebih dahulu. Seperti

yang beberapa mahasiswi katakan bahwa sebelumnya mereka melihat social

Page 16: Profil Narasumber - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16575/4/T1_362013069_BAB IV.pdf · 20 4.2 Gambaran Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswi Instagram

33

media endorser di explore atau online shop yang meng-endorse artis-artis

tersebut. Setelah itu mereka melihat akun Instagram milik social media

endorser dan memperhatikan serta mempelajari bagaimana social media

endorser memadupadankan pakaian lewat foto yang diposting. Mereka akan

melihat dan memilih gaya mana yang sesuai dengan seleranya dan terlihat

sesuai dengan tren yang ada sekarang. Bukan hanya pakaiannya, mahasiswi

pun akan mengamati online shop mana yang meng-endorse artis-artis tadi

dengan membuka akun online shop yang di-tag dalam beberapa foto

endorsement.

2. Proses Ingatan (rentention procces)

Dari proses perhatian, mahasiswi akan menyimpan gaya mana yang

menurut mereka sesuai dengan seleranya baik dalam ingatan atau berupa foto.

beberapa mahasiswi menyatakan bahwa mereka menyimpan foto dari social

media endorser. Beberapa mahasiswi menyatakan bahwa mereka menyimpan

foto para social media endorser kesukaan jika suatu saat mereka ingin

mengikuti gaya artis tersebut. Dari semua gaya berpakaian mahasiswi akan

memilih dan menyimpan yang terlihat modis, sesuai tren, simple dan elegan.

Seperti Lidya, ia mengungkapkan menyukai salah satu cara Vinna Gracia

(social media endorser kesukaannya) memadupadankan pakaian namun ia

belum memiliki salah satu produk yang dikenakan Vinna hingga ia pun

menyimpan foto gaya berpakaian tersebut agar ia bisa mengikutinya suatu saat

nanti. Bukan hanya pakaiannya, tetapi mereka juga mengingat nama online

shop yang menjual produk-produk endorse yang dikenakan social media

endorser.

Page 17: Profil Narasumber - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16575/4/T1_362013069_BAB IV.pdf · 20 4.2 Gambaran Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswi Instagram

34

Gambar 3

Lidya menyimpan foto-foto dari Vinna Gracia jika ia ingin meniru gaya

berpakaiannya

Sumber: Foto dari akun Instagram Vinna Gracia (@vinnagracia)

3. Proses reproduksi (reproduction procces)

Dalam proses ini, mahasiswi mencoba menerapkan apa yang telah

mereka amati, pelajar dan simpan. Setelah mendapatkan produk-produk

endorse yang dikenakan social media endorser, mahasiswi mulai mengikuti

sesuai dengan apa yang ada dalam foto sang artis. Mereka pun mencoba

memadupadankan dengan pakaian atau aksesoris yang dimilikinya. Bukan

hanya memadupadankan dengan pakaian atau aksesoris yang dimiliki, tetapi

mereka juga menyesuaikan dengan aktivitas sehari-hari seperti untuk ke

kampus atau sekedar nongkrong dengan teman-teman. Selain itu, beberapa

mahasiswi mengakui bahwa yang diikuti hanya pada bagian tertentu seperti

cara menggunakan hijab, memadukan pakaian dengan celana, celana dengan

sepatu, dan sebagainya. Sedangkan Lidya dan Sekar mengakui pernah

mengikuti cara memadupadankan pakaian sama persis dengan social media

endorser kesukaannya. Lidya mengakui mengikuti cara berpakaian Vinna

Gracia dengan ripped jeans dan kaos polos yang dimasukkan ke dalam

celananya walaupun dari online shop dan warna yang berbeda. Sedangkan

Page 18: Profil Narasumber - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16575/4/T1_362013069_BAB IV.pdf · 20 4.2 Gambaran Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswi Instagram

35

Sekar, pernah mengikuti gaya berpakaian dari Nazla Alifa dengan

menggunakan baju A-symmetry top produk Kinkami (@kinkami.id) dan

pallazo pants dan sandal walaupun dengan warna yang berbeda.

Gambar 4

Sekar (kanan) yang mengikuti mix and match dengan A-symmetry top,

pallazo pants dan sandal yang sama persis dengan social media endorser,

Nazla Alifa (kiri) saat mengenakan produk dari Kinkami.id

Sumber: Foto dari akun Instagram Nazla Alifa dan Foto Pribadi miliki Sekar

Narwastu

Gambar 5

Lidya (tengah&kanan) mengikuti model celana dan cara padupadan

yang dikenakan oleh Vinna Gracia (kiri)

Sumber: Foto dari Akun Instagram Vinna Gracia (@vinnagracia) dan Lidya

Dwi Pangesty (@lidyadwipangesty)

Page 19: Profil Narasumber - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16575/4/T1_362013069_BAB IV.pdf · 20 4.2 Gambaran Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswi Instagram

36

4. Proses Motivasi (motivation procces)

Proses motivasi sangatlah penting. Proses ini menjadi pendorong bagi

mahasiswi untuk terus mengikuti social media endorser dalam

memadupadankan penampilan. Hal tersebut terbukti dimana kini mahasiswi

mulai nyaman dan puas dengan penampilannya sekarang. Mereka merasa

menjadi lebih memerhatikan penampilan. Atika mengungkapkan bahwa

setelah mengikuti dan menjadikan social media endorser, ia merasa jadi lebih

percaya diri. Sedangkan Sekar, ia merasa lebih memerhatikan penampilannya

setelah mengikuti gaya berpakaian social media endorser.

Dari keempat proses imitasi di atas, sebelum mengikuti gaya

berpakaian dari social media endorser, mahasiswi melakukan pengamatan

dengan melihat akun Instagram dari sang artis di laman explore. Mahasiswi

pun mulai mempelajari dan memerhatikan social media endorser dan gaya

berpakaiannya, apakah sesuai dengan selera mereka atau tidak. Jika sudah

menemukan gaya yang sesuai, mereka akan menyimpan foto gaya berpakaian

social media endorser kesukaannya sebagai contoh jika suatu saat ingin

mencoba mengikutinya. Setelah itu, mahasiswi pun masuk dalam proses

penerapan gaya berpakaian yang disukai. Dalam proses ini mahasiswi akan

menyesuaikan gaya berpakaian dengan kegiatan mereka serta aksesoris yang

mereka miliki. Ada saatnya mereka mengikuti secara keseluruhan dan sama

persis seperti apa yang dilakukan Lidya dan Sekar. Ada juga mahasiswi yang

mengikuti hanya pada bagian tertentu dan tetap menonjolkan gaya berpakaian

ciri khas mereka. Selanjutnya, adalah proses dimana mahasiswi mulai nyaman

dan puas dnegan perubahan gayanya sekarang. Bahkan perubahan ini pun

membuat Atika menjadi lebih percaya diri dan Sekar terlihat lebih

memerhatikan penampilannya.

Roger dan Shoemaker (2008 : 141) pun mengungkapkan 4 proses

imitasi sebagai pengaruh idola terhadap fans nya sebagai berikut:

1) Interest Stage

Dalam proses ini, mahasiswi sebagai penggemar tertarik dengan gaya

berpakaian idolanya yaitu social media endorser. Mereka mengatakan bahwa

cara social media endorser dalam memadupadankan pakaian endorser terlihat

Page 20: Profil Narasumber - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16575/4/T1_362013069_BAB IV.pdf · 20 4.2 Gambaran Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswi Instagram

37

modis, sesuai tren, simple, dan elegan. Hal tersebut pun membuat mahasiswi

tertarik untuk mengikuti cara sang idola memadupadankan pakaiannya. Tak

jarang mereka membeli pakaian endorse yang dikenakan social media

endorser agar terlihat sama dengan idolanya.

2) Evaluation Stage

Mahasiswi mempertimbangkan model pakaian seperti apa yang cocok

dengan kegiatannya sehari-hari. Dari hasil wawancara, mahasiswi

mengutarakan bahwa mereka mencontoh gaya dari social media endorser

tidak secara keseluruhan tetapi tetap dipadukan dengan gayanya sendiri dan

kegiatannya sehari-hari. Mereka mencari apakah pakaian atau aksesoris yang

dikenakan artis dimilikinya atau tidak. Berikut adalah ungkapan dari

mahasiswi tentang bagaimana mereka memadukan pakaiannya:

“Gak keseluruhan kadang ada yang aku ganti kaya biasanya mereka

pake heels aku ganti pake flatshoes. Yang gampang buat ke kampus

aja”35

“Kalo hangout (bepergian ke luar rumah) doang sama beberapa

kegiatan kampus. Tapi gue tetep padupadanin sih sama gaya gue

sendiri, soalnya for some stuffs look weird (beberapa barang terlihat

aneh) gitu di gue”36

“Aku paling ngikutin sesuai yang aku punya dan emang kepengen

gitu”37

“Kalo aku sih sesuai diriku sendiri kalo nyontek-nyontek gaya artis

gitu sih ya sesekali dua kali aja gak melulu harus sama persis”38

“Gak jauh-jauh dari gaya keseharian gue walaupun lagi gak

ngikutin”39

“Dibilang ngikutin banget sih gak ya, soalnya gua masih punya style

sendiri. Jadi ya kalo mau kondangan atau acara resmi aja gua

ngikutin gaya hijabers nowadays (sekarang)”40

“Jarang banget kok ya itu balik lagi emang produknya unik atau mix

and match nya unik pasti aku ikutin”41

35

Hasil wawancara dengan Atika, Mahasiswi Universitas Gunadarma pada tanggal 19 Agustus 2017 36

Hasil wawancara dengan Cantika, Mahasiswi Universitas Indonesia pada tanggal 21 Agustus 2017 37

Hasil wawancara dengan Devita, Mahasiswi Universitas Gunadarma pada tanggal 19 Agustus 2017 38

Hasil wawancara dengan Lidya, Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta pada tanggal 20 Agustus 2017 39

Hasil wawancara dengan Naomi, Mahasiswi Universitas Pancasila pada tanggal 20 Agustus 2017 40

Hasil wawancara dengan Safira, Mahasiswi Universitas Indonesia pada tanggal 18 Agustus 2017

Page 21: Profil Narasumber - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16575/4/T1_362013069_BAB IV.pdf · 20 4.2 Gambaran Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswi Instagram

38

“Aku cuman di moment tertentu aja sih ngikutin gaya berpakaian

mereka, gak selalu”42

“Kadang-kadang doang soalnya pasti aku paduin sama gaya aku

sendiri”43

“Kadang-kadang sih kak terus aku tuh pasti masih paduin sama gaya

aku sendiri gak mau full ngikutinnya”44

Dari ungkapan di atas, mahasiswi menyatakan bahwa tidak secara

keseluruhan mengikuti gaya berpakaian dari social media endorser. Dalam

tahap ini, mahasiswi memilih pakaian dan aksesoris yang cocok mereka

kenakan. Mereka memadukan gaya dari social media endorser dengan gaya

berpakaian mereka sendiri agar tidak terlihat aneh dan tetap menjadi diri

sendiri. Selain itu, mahasiswi mengikuti gaya berpakaian yang sesuai dengan

kegiatannya sehari-hari seperti untuk kuliah, acara resmi atau sekedar

bepergian.

3) Trial Stage

Pada tahap ini, mahasiswi sudah mulai sering mengikuti cara

memadupadankan pakaian yang dikenakan oleh social media endorser

kesukaan mereka. Mereka mencoba memadukan dengan pakaian atau

aksesoris yang dimilikinya. Selain itu mereka mengikuti gaya berpakaian yang

sesuai dengan kegiatan sehari-hari seperti ke kampus atau nongkrong dengan

teman-teman. Dari proses ini, menunjukkan apa yang mereka rasakan selama

mengikuti gaya berpakaian social media endorser. Berikuti adalah ungkapan

yang dirasakan oleh mahasiswi selama mengikuti gyaa berpakaian social

media endorser:

“Sejauh ini sih aku nyaman banget bahkan buat aku jadi lebih percaya

diri hehehe”45

“Puas dan pastinya nyaman soalnya gue bisa nemuin gaya yang cocok

sama selera gue”46

“Nyaman dan enak kok karena enak dipakenya”47

41

Hasil wawancara dengan Saskia, Mahasiswi Universitas Gunadarma pada tanggal 18 Agustus 2017 42

Hasil wawancara dengan Sekar, Mahasiswi UPN “Veteran” pada tanggal 20 Agustus 2017 43

Hasil wawancara dengan Yashinta, Mahasiswi Universitas Indonesia pada tanggal 21 Agustus 2017 44

Hasil wawancara dengan Viesya, Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta pada tanggal 18 Agustus 2017 45

Hasil wawancara dengan Atika, Mahasiswi Universitas Gunadarma pada tanggal 19 Agustus 2017 46

Hasil wawancara dengan Cantika, Mahasiswi Universitas Indonesia pada tanggal 21 Agustus 2017 47

Hasil wawancara dengan Devita, Mahasiswi Universitas Gunadarma pada tanggal 19 Agustus 2017

Page 22: Profil Narasumber - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16575/4/T1_362013069_BAB IV.pdf · 20 4.2 Gambaran Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswi Instagram

39

“Pilih yang gayanya nyaman di aku, kaya di Vinna Gracia yang aku

ikutin itu yang simpel-simpel aja”48

“Lumayan sering dan nyaman di gue juga sih”49

“Produknya unik atau mix and match nya unik pasti aku ikutin. Aku

bakalan nyaman dan puas kalo emang gayanya enak dan sesuai sama

aku”50

“Puas sih kak, justru aku gak bingung soalnya aku dapet banyak

banget inspirasi buat gaya sehari-hari aku gitu. Oiya terus aku jadi

lebih percaya diri aja”51

Dari ungkapan di atas, 7 dari 11 mahasiswi menyatakan merasa puas

dengan perubahan gaya berpakaiannya sekarang. Dalam proses ini, mahasiswi

sudah merasa nyaman dengan gaya berpakaian yang dipilih karena dirasa

sesuai dengan seleranya masing-masing. 2 dari 7 ungkapan diatas menyatakan

bahwa kini mahasiswi menjadi lebih percaya diri dan mendapatkan banyak

sekali inspirasi dalam memadupadankan pakaian.

4) Adoption Stage

Setelah melewati tiga proses sebelumnya, mahasiswi mengambil

keputusan dimana tetap mengikuti gaya berpakaian yang dikenakan oleh artis

social media endorsement namun dipadukan dengan gaya berpakaian mereka

pribadi. Mereka pun menyatakan nyaman dan puas dengan gaya

berpakaiannya sekarang. Mahasiswi pun merasa lebih percaya diri,

memperhatikan penampilan dan terlihat keren setelah mencoba cara

memadukan pakaian seperti sang idola. Selain nyaman dan puas, tanggapan

orang sekitar yang cenderung ke hal positif pun membuat mereka semakin

tertarik untuk mengikuti gaya berpakaian dari social media endorser. Berikut

adalah tanggapan dari orang sekitar berkaitan perubahan gaya berpakaian dari

beberapa mahasiswi:

“Mereka lebih prefer (cenderung) buat aku jadi lebih ke style (gaya)

diri sendiri maksudnya jadi diri sendiri gitu tapi kalo emang buat

48

Hasil wawancara dengan Lidya, Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta pada tanggal 20 Agustus 2017 49

Hasil wawancara dengan Naomi, Mahasiswi Universitas Pancasila pada tanggal 20 Agustus 2017 50

Hasil wawancara dengan Saskia, Mahasiswi Universitas Gunadarma pada tanggal 18 Agustus 2017 51

Hasil wawancara dengan Viesya, Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta pada tanggal 18 Agustus 2017

Page 23: Profil Narasumber - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16575/4/T1_362013069_BAB IV.pdf · 20 4.2 Gambaran Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswi Instagram

40

menginspirasi gak papa jadi kadang aku suka campur style (gaya) aku

sama style (gaya) para endorsement” 52

“Alhamdulillah nya sih sejauh ini masih oke oke aja ya selama masih

sopan”53

“Ada, jujur gue itu dulu sempet feminine Cha tapi gue kaya gerah gitu

hingga akhirnya jadi cuek jadi ke kampus atau jalan Cuma kaos atau

kemeja sama jeans terus pake flatshoes, literally cuek da nasal-asalan.

Pas gue liat Sivia tuh jadi tau dan ngerti cara mix and match dan gue

jadi bisa mengekspresikan gaya boyish gue dengan beberapa baju gue

yang a lil bit girly gitu. Dan setelah liat perubahan itu temen-temen

gue kaya notice dan appreciate sih soalnya gue keliatan lebih keren

gitu katanya”54

“Kayanya tanggapannya dari keluarga sih, jangan terlalu boros buat

beli baju”55

“Jauh lebih dewasa si menurut keluarga gua”56

“Bersyukurnya sih tanggapan mereka positif ya karena mungkin

melihat jurusan aku kuliah dan kegiatan ku juga emang mengharuskan

untuk stylish (modis atau memperhatikan penampilan)”57

“Sejauh ini sih belom ada komentar yang gimana-gimana, selama aku

berpakaian yang sopan aja sih”58

Sebagai penggemar, mahasiswi melakukan proses imitasi sebagai

pengaruh dari social media endorser. Proses dimulai dengan ketertarikan

mahasiswi terhadap cara social media endorser memadupadankan pakaian

yang terlihat keren, simple, boyish, dan feminin. Dari cara memadupadankan

pakaian tersebut, diperlukan pertimbangan meengenai gaya seperti apa yang

sesuai dengan kegiatan mereka sehari-hari entah untuk kuliah atau sekedar

pergi bertemu teman-teman. Selain itu, mereka pun mempertimbangkan gaya

seperti apa yang sesuai dengan selera mereka. Barulah mahasiswi tersebut

masuk dalam proses mengikuti cara social media endorser memadupadankan

52

Hasil wawancara dengan Alya, Mahasiswi Universitas Gunadarma pada tanggal 21 Agustus 2017 53

Hasil wawancara dengan Atika, Mahasiswi Universitas Gunadarma pada tanggal 19 Agustus 2017 54

Hasil wawancara dengan Cantika, Mahasiswi Universitas Indonesia pada tanggal 21 Agustus 2017 55

Hasil wawancara dengan Lidya, Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta pada tanggal 20 Agustus 2017 56

Hasil wawancara dengan Safira, Mahasiswi Universitas Indonesia pada tanggal 18 Agustus 2017 57

Hasil wawancara dengan Sekar, Mahasiswi UPN “Veteran” pada tanggal 20 Agustus 2017 58

Hasil wawancara dengan Viesya, Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta pada tanggal 18 Agustus 2017

Page 24: Profil Narasumber - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16575/4/T1_362013069_BAB IV.pdf · 20 4.2 Gambaran Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswi Instagram

41

pakaiannya. Selama mengikuti mahasiswi akan menerapkan hal yang sudah

dipertimbangkan seperti pemilihan gaya untuk kegiatan sehari-hari. Mahasiswi

pun nyaman dan puas dengan perubahan gaya berpakainnya sekarang.

Memasuki proses selanjutnya dimana mahasiswi memutuskan untuk tetap

mengikuti gaya berpakaian social media endorser karen cara tersebut

membuat beberapa diantara mereka lebih percaya diri. Perubahan gaya

berpkaian mahasiswi-mahasiswi tersebut pun mendapatkan respon positif dari

teman dan keluarganya seperti terlihat lebih keren, memerhatikan penampilan,

dan jauh lebih dewasa. Selama mengikuti gaya berpakaian yang sopan dan

tetap menjadi diri sendiri, mereka pun akan selalu mendapatkan respon positif

dari orang-orang sekitarnya.

Berdasarkan pemaparan di atas, kehadiran Instagram telah memberikan

kemudahan bagi mahasiswi untuk tetap berkomunikasi dengan teman-teman

lamanya. Selain itu, mahasiswi juga mendapatkan kemudahan dalam mencari

informasi tentang berita terbaru, tempat-tempat bagus yang direkomendasikan,

dan perkembangan gaya berpakaian terbaru. Instagram pun semakin terus

memberikan kemudahan bagi penggunanya, dimana salah satunya lewat

kemunculan akun-akun online shop.

Mahasiswi merasakan bahwa kehadiran online shop di Instagram

memudahkan mereka dalam memenuhi keperluannya sehingga tidak perlu

pergi ke toko konvesional atau mall. Mereka hanya perlu menghubungi

penjual atau pemilik online shop untuk menanyakan mengenai produk yang

diinginkan lalu mengirim uangnya lewat fasilitas m-Banking. Mahasiswi

sebagai konsumen hanya tinggal menunggu barang yang dikirim ke tempat

tinggalnya.

Online shop mulai mengajak para artis atau public figure unutk

membantu mereka dalam mempromosikan produknya yang sering disebut

social media endorsement. Kehadiran social media endorsement,

memudahkan penjual untuk meraup laba dan menarik perhatian konsumen.

Selain itu, mahasiswi sebagai konsumen pun diberi kemudahan dengan adanya

social media endorser seperti mencari online shop dan produk yang

direkomendasikan serta terpercaya dan menjadi acuan untuk berpakaian.

Budaya populer erat hubungannya dengan masalah manusia sehari-hari

antara lain mega bintang dan fashion, dimana pada umumnya mudah

Page 25: Profil Narasumber - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16575/4/T1_362013069_BAB IV.pdf · 20 4.2 Gambaran Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswi Instagram

42

dipahami, dikagumi, dan disukai banyak orang. Dari penelitian yang telah

dilakukan, ditemukan bahwa social media endorser dan gaya berpakaian

adalah dua hal yang disukai, dikagumi dan dipahami oleh masyarakat.

Instagram menjadi media dalam penyampaian cara social media endorser

memadupadankan pakaiannya sehingga timbul opini dan selera yang

diseragam dimana gaya sehari-hari mahasiswi merujuk pada gaya berpakaian

yang ditampilkan oleh social media endorser. Budaya massa tercipta dari

masyrakat yang mulai menyebarkan tren-tren tertentu. Gaya berpakaian social

media endorser menjadi sangat disukai oleh mahasiswi karena mahasiswi

yang menciptakan realitas sosial sehingga mereka akan terlihat “trendi” saat

mengikuti gaya berpakaian tersebut.

Dalam budaya ikon, mahasiswi menyatakan bahwa mereka memiliki

beberapa acuan dalam membeli, memilih bahkan memadupadankan pakaian.

Dari penelitian ini, ditemukan bahwa mahasiswi lebih memilih gaya

berpakaian yang terlihat simple, keren, feminin, dan boyish. Budaya populer

telah membentuk budaya gaya di kalangan mahasiswi. Hal tersebut terlihat

dari pandangan mahasiswi yang menanggap pentingnya memerhatikan gaya

berpakaian dan mengikuti tren terbaru pakaian dengan menjadikan social

media endorser sebagai acuannya. Munculnya budaya populer di tengah

masyarakat, menimbulkan munculnya budaya instan dimana mereka lebih

menginginkan hal yang cepat dan mudah. Data yang didapat dari lapangan

mengungkapkan bahwa kini mahasiswi lebih sering belanja di online shop

dikarenakan lebih mudah dan cepat. Sesuai yang diungkapkan salah satu

mahasiswi bahwa ia tak harus capek keluar rumah untuk membeli apa yang

diinginkan.

Dalam budaya konsumerisme, perilaku konsumtif menjadi sebuah

budaya populer karena mahasiswi terus melakukan tindakan membeli atau

berbelanja produk endorse. Mereka membeli produk-produk tersebut bukan

berdasarkan kebutuhan melainkan kertertarikannya dengan produk yang

terlihat lucu. Budaya populer juga berikatan dengan pragmatisme dimana

masyarakat menerima apa saja yang menurutnya bermanfaat tapi tidak

mempertimbangkan lagi apa hal tersebut benar atau salah. Dalam penelitian

ini, terlihat bagaimana mahasiswi tidak mempertimbangkan ketika membeli

produk endorse yang dilihatnya dari social media endorser. Mereka berpikiran

Page 26: Profil Narasumber - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16575/4/T1_362013069_BAB IV.pdf · 20 4.2 Gambaran Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswi Instagram

43

bahwa produk yang dibelinya tersebut akan bermanfaat atau akan dikenakan

nantinya, tapi tidak tahu apakah benar bermanfaat atau tidak.

.