Top Banner
POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN PRODUKSI KOKON BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Telepon : (021) 3818043 Fax : (021) 3518951, Email : [email protected]
32

PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Apr 18, 2018

Download

Documents

vuongkhanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN PRODUKSI KOKON

BANK INDONESIA Direktorat Kredit, BPR dan UMKM

Telepon : (021) 3818043 Fax : (021) 3518951, Email : [email protected]

Page 2: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 1

DAFTAR ISI

1. Pendahuluan ................................ ................................ ............... 2 a. Latar Belakang ...................................................................................................... 2 b. Tujuan ..................................................................................................................... 3

2. Kemitraan Terpadu ................................ ................................ ..... 4 a. Organisasi .............................................................................................................. 4 b. Pola Kerjasama ..................................................................................................... 6 c. Penyiapan Proyek ................................................................................................. 7 d. Mekanisme Proyek ............................................................................................... 8 e. Perjanjian Kerjasama .......................................................................................... 9

3. Aspek Pemasaran ................................ ................................ ....... 11 a. Prospek Pemasaran ........................................................................................... 11 b. Potensi Pengembangan ..................................................................................... 12 c. Peranan Pasar dalam Penetapan Harga ........................................................ 14

4. Aspek Produksi ................................ ................................ .......... 16 a. Budidaya Murbei ................................................................................................. 16 b. Pemeliharaan Murbei ......................................................................................... 17 c. Pemeliharaan Ulat .............................................................................................. 18

5. Aspek Keuangan ................................ ................................ ........ 23 a. Lingkup Pembiayaan .......................................................................................... 23 b. Analisa Kelayakan .............................................................................................. 25

6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan .......................... 27 a. Aspek Sosial Ekonomi ....................................................................................... 27 b. Dampak Lingkungan .......................................................................................... 29

7. Penutup ................................ ................................ ..................... 30 a. Kesimpulan .......................................................................................................... 30 b. Saran ..................................................................................................................... 31

Page 3: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 2

1. Pendahuluan

a. Latar Belakang

Sektor kehutanan dinilai cukup strategis dalam pertumbuhan produk Domestik Bruto (PDB). Selama sepuluh tahun terakhir, peranan sektor terhadap PDB menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, selain menghasilkan devisa negara, sektor ini diharapkan mempu menyediakan lapangan dan kesempatan kerja dan pengadaan bahan baku bagi usaha agroindustri.

Salah satu komoditas yang cukup penting dalam menyumbang perolehan devisa negara adalah pengembangan ulat sutera dengan perkebunan murbeinya. Sutera alam merupakan salah satu komoditi untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri maupun untuk pengembangan export, baik berupa kokon, benang maupun barang jadi. Pada dasarnya persuteraan merupakan suatu rentetan kegiatan berupa penanaman murbei (Morus sp), pemeliharaan ulat, pemintalan benang, usaha perajinan dan penenunan yang mengunakan bahan benang sutera. Untuk memperoleh hasil yang maksimal kegiatan tersebut perlu ditunjang oleh pengadaan sarana yang cukup, teknik yang memadai dan pemasaran yang terjamin, sehingga keterlibatan pemerintah, swasta maupun petani sangat diharapkan. Tabel 1 menunjukan keadaan terakhir persuteraan alam di Indonesia.

Tabel 1. Keadaan Persuteraan Alam di Indonesia (Posisi Bulan Maret 1999)

Kegiatan Satuan Propinsi Jumlah Sumbar Jabar Jateng DIY Jatim Sulsel Lain Tanaman murbei Ha 813 1.875 634 120 532 4.019 73 8.066 Penyerapan bibit/telur Boks 612 2.814 2.125 200 2.942 13.491 76 22.260 Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.668 265.600 700 390.749 Kokon import kering Kg - - - - - - - - Produksi rawsilk Ton 0,5 8,2 6,4 0,8 8,3 46,2 - 70,4 Rawsilk import Ton - - - - - - 65,3 65,3 Pembibitan Unit - - 1 - - 3 - 4 Kebun bibit murbei Ha 20 20 - - - 38 - 78 Pemintalan - Otomatis Buah - 1 - - - - - 1 - Semi otomatis Buah - - 1 - 1 1 1 4 - Tradisional Buah 30 - - - - 1.250 - 1.280 Unit Unit 2 8 - - - 59 - 69

Page 4: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 3

Kegiatan Satuan Propinsi Jumlah Sumbar Jabar Jateng DIY Jatim Sulsel Lain percontohan Pengusaha - BUMN Buah - - 1 - 1 1 - 3 - BUMS Buah 2 4 - - - 4 - 10 - Koperasi Buah - 5 - - - 18 - 23 - Petani sutra KK 503 1.746 1.250 62 1175 3.582 133 8.451 - Kel. tani prod. kokon Kel 62 50 5 10 5 140 - 272

Sumber : Departemen Kehutanan RI (1999)

Produksi benang sutera alam dunia mencapai sekitar 83,393 ton pertahui yang dihasilkan oleh negara-negara produsen terbesar yaitu Cina yang diikul oleh India, Jepang, Korea, dan Brazil, sementara kebutuhan dunia tebih banyak lagi yaitu sekitar 92.743 ton per tahun sehingga masih terdapat kekurangan yang cukup banyak jumlahnya. Hal ini merupakan peluang besar bagi negara seperti Indonesia yang memiliki potensi dalam pengembangan persuteraan alam, lebih lebih produksinya baru mencapai tidak lebih dari 500 ton per tahun, jauh di bawah kebutuhan dalam negeri sendiri yaitu sekitar 2.000 ton per tahun.

b. Tujuan

Maksud penulisan laporan ini adalah menyusun suatu konsep model pinjaman yang dapat diterima, dilaksanakan dan diyakini bahwa dana pinjaman (kredit) tersebut akan memberi keuntungan bagi semua pihak. Sedangkan tujuannya adalah agar kebijakan pengembangan usaha kecil tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga dapat :

1. Meningkatkan kemampuan kelompok usaha skala kecil agar mencapai kelayakan usaha dan aksesibilitas kepada lembaga perbankan dalam kerangka proyek kemitraan usaha kecil terpadu sehingga tercapai stabilitas pasokan (bahan baku) proses produksi dan terjaminnya pemasaran produk.

2. Meningkatkan kemampuan, pemahaman dan keyakinan penilaian perbankan tentang kelayakan usaha sehingga mempermudah minat menyalurkan berbagai jenis kredit bagi kelompok usaha skala kecil terutama disektor usaha ulat sutera, sehingga merupakan alternatif persyaratan jaminan.

Page 5: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 4

2. Kemitraan Terpadu

a. Organisasi

Proyek Kemitraan Terpadu (PKT) adalah suatu program kemitraan terpadu yang melibatkan usaha besar (inti), usaha kecil (plasma) dengan melibatkan bank sebagai pemberi kredit dalam suatu ikatan kerja sama yang dituangkan dalam nota kesepakatan. Tujuan PKT antara lain adalah untuk meningkatkan kelayakan plasma, meningkatkan keterkaitan dan kerjasama yang saling menguntungkan antara inti dan plasma, serta membantu bank dalam meningkatkan kredit usaha kecil secara lebih aman dan efisien.

Dalam melakukan kemitraan hubunga kemitraan, perusahaan inti (Industri Pengolahan atau Eksportir) dan petani plasma/usaha kecil mempunyai kedudukan hukum yang setara. Kemitraan dilaksanakan dengan disertai pembinaan oleh perusahaan inti, dimulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis dan pemasaran hasil produksi.

Proyek Kemitraan Terpadu ini merupakan kerjasama kemitraan dalam bidang usaha melibatkan tiga unsur, yaitu (1) Petani/Kelompok Tani atau usaha kecil, (2) Pengusaha Besar atau eksportir, dan (3) Bank pemberi KKPA.

Masing-masing pihak memiliki peranan di dalam PKT yang sesuai dengan bidang usahanya. Hubungan kerjasama antara kelompok petani/usaha kecil dengan Pengusaha Pengolahan atau eksportir dalam PKT, dibuat seperti halnya hubungan antara Plasma dengan Inti di dalam Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Petani/usaha kecil merupakan plasma dan Perusahaan Pengelolaan/Eksportir sebagai Inti. Kerjasama kemitraan ini kemudian menjadi terpadu dengan keikut sertaan pihak bank yang memberi bantuan pinjaman bagi pembiayaan usaha petani plasma. Proyek ini kemudian dikenal sebagai PKT yang disiapkan dengan mendasarkan pada adanya saling berkepentingan diantara semua pihak yang bermitra.

1. Petani Plasma

Sesuai keperluan, petani yang dapat ikut dalam proyek ini bisa terdiri atas (a) Petani yang akan menggunakan lahan usaha pertaniannya untuk penanaman dan perkebunan atau usaha kecil lain, (b) Petani /usaha kecil yang telah memiliki usaha tetapi dalam keadaan yang perlu ditingkatkan dalam untuk itu memerlukan bantuan modal.

Untuk kelompok (a), kegiatan proyek dimulai dari penyiapan lahan dan penanaman atau penyiapan usaha, sedangkan untuk kelompok (b), kegiatan dimulai dari telah adanya kebun atau usaha yang berjalan, dalam batas masih bisa ditingkatkan produktivitasnya dengan perbaikan pada aspek usaha.

Page 6: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 5

Luas lahan atau skala usaha bisa bervariasi sesuai luasan atau skala yang dimiliki oleh masing-masing petani/usaha kecil. Pada setiap kelompok tani/kelompok usaha, ditunjuk seorang Ketua dan Sekretaris merangkap Bendahara. Tugas Ketua dan Sekretaris Kelompok adalah mengadakan koordinasi untuk pelaksanaan kegiatan yang harus dilakukan oleh para petani anggotanya, didalam mengadakan hubungan dengan pihak Koperasi dan instansi lainnya yang perlu, sesuai hasil kesepakatan anggota. Ketua kelompok wajib menyelenggarakan pertemuan kelompok secara rutin yang waktunya ditentukan berdasarkan kesepakatan kelompok.

2. Koperasi

Parapetani/usaha kecil plasma sebagai peserta suatu PKT, sebaiknya menjadi anggota suata koperasi primer di tempatnya. Koperasi bisa melakukan kegiatan-kegiatan untuk membantu plasma di dalam pembangunan kebun/usaha sesuai keperluannya. Fasilitas KKPA hanya bisa diperoleh melalui keanggotaan koperasi. Koperasi yang mengusahakan KKPA harus sudah berbadan hukum dan memiliki kemampuan serta fasilitas yang cukup baik untuk keperluan pengelolaan administrasi pinjaman KKPA para anggotanya. Jika menggunakan skim Kredit Usaha Kecil (KUK), kehadiran koperasi primer tidak merupakan keharusan

3. Perusahaan Besar dan Pengelola/Eksportir

Suatu Perusahaan dan Pengelola/Eksportir yang bersedia menjalin kerjasama sebagai inti dalam Proyek Kemitraan terpadu ini, harus memiliki kemampuan dan fasilitas pengolahan untuk bisa menlakukan ekspor, serta bersedia membeli seluruh produksi dari plasma untuk selanjutnya diolah di pabrik dan atau diekspor. Disamping ini, perusahaan inti perlu memberikan bimbingan teknis usaha dan membantu dalam pengadaan sarana produksi untuk keperluan petani plasma/usaha kecil.

Apabila Perusahaan Mitra tidak memiliki kemampuan cukup untuk mengadakan pembinaan teknis usaha, PKT tetap akan bisa dikembangkan dengan sekurang-kurangnya pihak Inti memiliki fasilitas pengolahan untuk diekspor, hal ini penting untuk memastikan adanya pemasaran bagi produksi petani atau plasma. Meskipun demikian petani plasma/usaha kecil dimungkinkan untuk mengolah hasil panennya, yang kemudian harus dijual kepada Perusahaan Inti.

Dalam hal perusahaan inti tidak bisa melakukan pembinaan teknis, kegiatan pembibingan harus dapat diadakan oleh Koperasi dengan memanfaatkan bantuan tenaga pihak Dinas Perkebunan atau lainnya yang dikoordinasikan oleh Koperasi. Apabila koperasi menggunakan tenaga Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), perlu mendapatkan persetujuan Dinas Perkebunan setempat dan koperasi memberikan bantuan biaya yang diperlukan.

Page 7: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 6

Koperasi juga bisa memperkerjakan langsung tenaga-tenaga teknis yang memiliki keterampilan dibidang perkebunan/usaha untuk membimbing petani/usaha kecil dengan dibiayai sendiri oleh Koperasi. Tenaga-tenaga ini bisa diberi honorarium oleh Koperasi yang bisa kemudian dibebankan kepada petani, dari hasil penjualan secara proposional menurut besarnya produksi. Sehingga makin tinggi produksi kebun petani/usaha kecil, akan semakin besar pula honor yang diterimanya.

4. Bank

Bank berdasarkan adanya kelayakan usaha dalam kemitraan antara pihak Petani Plasma dengan Perusahaan Perkebunan dan Pengolahan/Eksportir sebagai inti, dapat kemudian melibatkan diri untuk biaya investasi dan modal kerja pembangunan atau perbaikan kebun.

Disamping mengadakan pengamatan terhadap kelayakan aspek-aspek budidaya/produksi yang diperlukan, termasuk kelayakan keuangan. Pihak bank di dalam mengadakan evaluasi, juga harus memastikan bagaimana pengelolaan kredit dan persyaratan lainnya yang diperlukan sehingga dapat menunjang keberhasilan proyek. Skim kredit yang akan digunakan untuk pembiayaan ini, bisa dipilih berdasarkan besarnya tingkat bunga yang sesuai dengan bentuk usaha tani ini, sehingga mengarah pada perolehannya pendapatan bersih petani yang paling besar.

Dalam pelaksanaanya, Bank harus dapat mengatur cara petani plasma akan mencairkan kredit dan mempergunakannya untuk keperluan operasional lapangan, dan bagaimana petani akan membayar angsuran pengembalian pokok pinjaman beserta bunganya. Untuk ini, bank agar membuat perjanjian kerjasama dengan pihak perusahaan inti, berdasarkan kesepakatan pihak petani/kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada bank. Besarnya potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani/Kelompok tani/koperasi. Perusahaan inti akan memotong uang hasil penjualan petani plasma/usaha kecil sejumlah yang disepakati bersama untuk dibayarkan langsung kepada Bank. Besarnya potongan disesuaikan dengan rencana angsuran yang telah dibuat pada waktu perjanjian kredit dibuat oleh pihak petani plasma dengan bank.

b. Pola Kerjasama

Kemitraan antara petani/kelompok tani/koperasi dengan perusahaan mitra, dapat dibuat menurut dua pola yaitu :

a. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani mengadakan perjanjian kerjasama langsung kepada Perusahaan Perkebunan/ Pengolahan Eksportir.

Page 8: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 7

Dengan bentuk kerja sama seperti ini, pemberian kredit yang berupa KKPA kepada petani plasma dilakukan dengan kedudukan Koperasi sebagai Channeling Agent, dan pengelolaannya langsung ditangani oleh Kelompok tani. Sedangkan masalah pembinaan harus bisa diberikan oleh Perusahaan Mitra.

b. Petani yang tergabung dalam kelompok-kelompok tani, melalui koperasinya mengadakan perjanjian yang dibuat antara Koperasi (mewakili anggotanya) dengan perusahaan perkebunan/ pengolahan/eksportir.

Dalam bentuk kerjasama seperti ini, pemberian KKPA kepada petani plasma dilakukan dengan kedudukan koperasi sebagai Executing Agent. Masalah pembinaan teknis budidaya tanaman/pengelolaan usaha, apabila tidak dapat dilaksanakan oleh pihak Perusahaan Mitra, akan menjadi tanggung jawab koperasi.

c. Penyiapan Proyek

Untuk melihat bahwa PKT ini dikembangkan dengan sebaiknya dan dalam proses kegiatannya nanti memperoleh kelancaran dan keberhasilan, minimal dapat dilihat dari bagaimana PKT ini disiapkan. Kalau PKT ini akan mempergunakan KKPA untuk modal usaha plasma, perintisannya dimulai dari :

a. Adanya petani/pengusaha kecil yang telah menjadi anggota koperasi dan lahan pemilikannya akan dijadikan kebun/tempat usaha atau lahan kebun/usahanya sudah ada tetapi akan ditingkatkan produktivitasnya. Petani/usaha kecil tersebut harus menghimpun diri dalam kelompok dengan anggota sekitar 25 petani/kelompok usaha. Berdasarkan persetujuan bersama, yang didapatkan melalui

Page 9: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 8

pertemuan anggota kelompok, mereka bersedia atau berkeinginan untuk bekerja sama dengan perusahaan perkebunan/ pengolahan/ eksportir dan bersedia mengajukan permohonan kredit (KKPA) untuk keperluan peningkatan usaha;

b. Adanya perusahaan perkebunan/pengolahan dan eksportir, yang bersedia menjadi mitra petani/usaha kecil, dan dapat membantu memberikan pembinaan teknik budidaya/produksi serta proses pemasarannya;

c. Dipertemukannya kelompok tani/usaha kecil dan pengusaha perkebunan/pengolahan dan eksportir tersebut, untuk memperoleh kesepakatan di antara keduanya untuk bermitra. Prakarsa bisa dimulai dari salah satu pihak untuk mengadakan pendekatan, atau ada pihak yang akan membantu sebagai mediator, peran konsultan bisa dimanfaatkan untuk mengadakan identifikasi dan menghubungkan pihak kelompok tani/usaha kecil yang potensial dengan perusahaan yang dipilih memiliki kemampuan tinggi memberikan fasilitas yang diperlukan oleh pihak petani/usaha kecil;

d. Diperoleh dukungan untuk kemitraan yang melibatkan para anggotanya oleh pihak koperasi. Koperasi harus memiliki kemampuan di dalam mengorganisasikan dan mengelola administrasi yang berkaitan dengan PKT ini. Apabila keterampilan koperasi kurang, untuk peningkatannya dapat diharapkan nantinya mendapat pembinaan dari perusahaan mitra. Koperasi kemudian mengadakan langkah-langkah yang berkaitan dengan formalitas PKT sesuai fungsinya. Dalam kaitannya dengan penggunaan KKPA, Koperasi harus mendapatkan persetujuan dari para anggotanya, apakah akan beritndak sebagai badan pelaksana (executing agent) atau badan penyalur (channeling agent);

e. Diperolehnya rekomendasi tentang pengembangan PKT ini oleh pihak instansi pemerintah setempat yang berkaitan (Dinas Perkebunan, Dinas Koperasi, Kantor Badan Pertanahan, dan Pemda);

f. Lahan yang akan digunakan untuk perkebunan/usaha dalam PKT ini, harus jelas statusnya kepemilikannya bahwa sudah/atau akan bisa diberikan sertifikat dan buka merupakan lahan yang masih belum jelas statusnya yang benar ditanami/tempat usaha. Untuk itu perlu adanya kejelasan dari pihak Kantor Badan Pertanahan dan pihak Departemen Kehutanan dan Perkebunan.

d. Mekanisme Proyek

Mekanisme Proyek Kemitraan Terpadu dapat dilihat pada skema berikut ini :

Page 10: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 9

Bank pelaksana akan menilai kelayakan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip bank teknis. Jika proyek layak untuk dikembangkan, perlu dibuat suatu nota kesepakatan (Memorandum of Understanding = MoU) yang mengikat hak dan kewajiban masing-masing pihak yang bermitra (inti, Plasma/Koperasi dan Bank). Sesuai dengan nota kesepakatan, atas kuasa koperasi atau plasma, kredit perbankan dapat dialihkan dari rekening koperasi/plasma ke rekening inti untuk selanjutnya disalurkan ke plasma dalam bentuk sarana produksi, dana pekerjaan fisik, dan lain-lain. Dengan demikian plasma tidak akan menerima uang tunai dari perbankan, tetapi yang diterima adalah sarana produksi pertanian yang penyalurannya dapat melalui inti atau koperasi. Petani plasma melaksanakan proses produksi. Hasil tanaman plasma dijual ke inti dengan harga yang telah disepakati dalam MoU. Perusahaan inti akan memotong sebagian hasil penjualan plasma untuk diserahkan kepada bank sebagai angsuran pinjaman dan sisanya dikembalikan ke petani sebagai pendapatan bersih.

e. Perjanjian Kerjasama

Untuk meresmikan kerja sama kemitraan ini, perlu dikukuhkan dalam suatu surat perjanjian kerjasama yang dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihak yang bekerjasama berdasarkan kesepakatan mereka. Dalam perjanjian kerjasama itu dicantumkan kesepakatan apa yang akan menjadi kewajiban dan hak dari masing-masing pihak yang menjalin kerja sama kemitraan itu.

Page 11: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 10

Perjanjian tersebut memuat ketentuan yang menyangkut kewajiban pihak Mitra Perusahaan (Inti) dan petani/usaha kecil (plasma) antara lain sebagai berikut :

1. Kewajiban Perusahaan Perkebunan/Pengolahan/Eksportir sebagai mitra (inti)

a. Memberikan bantuan pembinaan budidaya/produksi dan penaganan hasil;

b. Membantu petani di dalam menyiapkan kebun, pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk dan obat-obatan), penanaman serta pemeliharaan kebun/usaha;

c. Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pasca panen untuk mencapai mutu yang tinggi;

d. Melakukan pembelian produksi petani plasma; dan e. Membantu petani plasma dan bank di dalam masalah pelunasan kredit

bank (KKPA) dan bunganya, serta bertindak sebagai avalis dalam rangka pemberian kredit bank untuk petani plasma.

2. Kewajiban petani peserta sebagai plasma

a. Menyediakan lahan pemilikannya untuk budidaya;; b. Menghimpun diri secara berkelompok dengan petani tetangganya yang

lahan usahanya berdekatan dan sama-sama ditanami; c. Melakukan pengawasan terhadap cara panen dan pengelolaan pasca-

panen untuk mencapai mutu hasil yang diharapkan; d. Menggunakan sarana produksi dengan sepenuhnya seperti yang

disediakan dalam rencana pada waktu mengajukan permintaan kredit; e. Menyediakan sarana produksi lainnya, sesuai rekomendasi budidaya

oleh pihak Dinas Perkebunan/instansi terkait setempat yang tidak termasuk di dalam rencana waktu mengajukan permintaan kredit;

f. Melaksanakan pemungutan hasil (panen) dan mengadakan perawatan sesuai petunjuk Perusahaan Mitra untuk kemudian seluruh hasil panen dijual kepada Perusahaan Mitra ; dan

g. Pada saat pernjualan hasil petani akan menerima pembayaran harga produk sesuai kesepakatan dalam perjanjian dengan terlebih dahulu dipotong sejumlah kewajiban petani melunasi angsuran kredit bank dan pembayaran bunganya.

Page 12: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 11

3. Aspek Pemasaran a. Prospek Pemasaran

Industri persuteraan alam merupakan industri yang sangat potensial untuk dikembangkan karena mempunyai berbagai keunggulan industri antara lain :

Menggunakan bahan baku yang berasal dari sumber daya alam daerah Hasil industrinya merupakan bahan baku industri lain dan merupakan

komoditi ekspor yang menunjang pemasukan devisa negara Banyak menyerap tenaga kerja Memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan sektor lainnya

Permintaan akan produk sutera alam, khususnya kain relatif tidak terpengaruh oleh situasi ekonomi, karena segmentasi pasar berada pada konsumen kelas menengah dan atas. Penggunaan kain sutera tidak terbatas untuk kebutuhan sandang tetapi telah meluas untuk kebutuhan tekstil non sandang seperti dekorasi dan interior hotel-hotel perkantoran dan lain-lain.

Produk sutera lainnya yang mempunyai peluang pasar cukup besar di masa mendatang adalah benang sutera. Pada tahun 1994 kebutuhan benang sutera dunia mencapai 92.743 ton, sedang produksinya baru mencapai 89.393 ton {Capricorn Indonesian Consult, 1996). Indonesia sendiri pada tahun yang sama hanya mampu memproduksi benang sutera mentah rata-rata 144 ton per tahun. Tingkat produksi ini belum mencapai target yang ditetapkan pemerintah dalam Pelita V.

Target dan realisasi produksi benang Indonesia pada Pelita V dapat dilihat pada Tabel 2. Perkembangan ekspor dan impor sutera alam dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2. Target dan Realisasi Produksi Benang Indonesia

Tahun Produksi (Ton) Target Realisasi

1989/1990 200 110 1990/1991 300 140 1991/1992 400 135 1992/1993 500 161 1993/1994 600 174

Sumber : Capricorn Indonesia Consult, 1996

Page 13: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 12

Tabel 3. Volume Impor (Kg) Beberapa Produksi Ulat Sutera

Periode Volume Impor (Kg)

Kokon Benang Kain Barang Jadi

1989 517.582 32.139 3.940 35 1990 71.834 72.156 2.400 428 1991 71.882 9.690 26.660 2.209 1992 436.373 8.900 1.273 2.131 1993 229.427 63.338 335 628

Sumber : BPS, 1989-1993 (diolah koperasi Sutera Alam Garut, 1999)

Permintaan untuk ekspor dari tahun ke tahun makin meningkat seiring dengan berkembangnya dunia mode di berbagai manca negara. Berikut tabel volume ekspor dari tahun ke tahun.

Tabel 4. Volume Ekspor (Kg) Beberapa Produksi Ulat Sutera

Periode

Volume Eksport (Kg)

Kokon Benang Kain Barang Jadi

1989 1.005 0 5.528 105.496 1990 3.200 180 61.495 142.080 1991 0 5.955 73.511 199.915 1992 0 0 123.293 171.877 1993 0 725 98.525 182.748

Sumber : BPS, 1989-1993 (diolah koperasi Sutera Alam Garut, 1999)

b. Potensi Pengembangan

Pola usaha petani sutera alam terdapat pada daerah sentra pengembangan sutera alam yang potensial. Pola ini pada umumnya masih dalam skala kecil dengan teknologi yang masih sederhana dan tingkat modal rendah. Akan tetapi jumlah petani/pengrajin ini sangat besar dan merupakan mitra usaha yang potensial dalam menggalang usaha bersama. Di tingkat sericulture ini tidak menunjukkan adanya persaingan secara kuantitas antar petani produk kokon, kecuali pada perbaikan-perbaikan kualitas kokon.

Di tingkat industri pemintalan benang, juga masih didominasi oleh industri tradisional yang jumlahnya mencapai 1.354 unit. Sedangkan jumlah industri semi mekanik 6 unit dan hanya 1 unit yang menggunakan mesin otomatis yaitu PT Indojado Sutra Pratama. Dengan melihat struktur industri

Page 14: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 13

pemintalan, maka kapasitas produksi benang untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik belum tercukupi.

Tabel 5. Jumlah Industri Pemintatan di Beberapa Propinsi

No Propinsi Jumlah Industri Pemintalan

Tradisional Semi Mekanik Otomatis

1 Sulawesi Selatan 1.224 4 0 2 Jawa Barat 50 0 1 3 Jawa Tengah 0 1 0 4 Jawa Timur 0 1 0 5 Sumatera Barat 30 0 0 6 Bali 50 0 0

Sumber : Dirjen Reboisasi Dan Rehabilitasi Lahan, Departemen Kehutanan, 1995.

Industri pertenunan kain sutera di Indonesia ternyata memiliki unit yang lebih besar, hal ini didukung oleh data volume ekspor kain yang relatif besar. Sedangkan industri tenun secara keseluruhan terdapat 11.383 unit dan hanya 1.976 yang menggunakan Alat Tenun Mesin (ATM), yang lainnya Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Industri Pertenunan di Beberapa Propinsi di Indonesia

No Propinsi Jumlah Industri Penenunan ATBM ATM Jumlah

1 Sulawesi Selatan 8.676 1.976 10.652 2 Jawa Barat 60 0 60 3 Jawa Tengah 15 0 15 4 Jawa Timur 100 0 100 5 Sumatera Barat 50 0 50 6 Bali 100 0 100 7 Sumatera Utara 50 0 50 8 NTB 25 0 25 9 Sulawesi Tenggara 100 0 100 10 NTT 50 0 50 11 Sumatera Selatan 50 0 50

Sumber : Dirjen Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan. Dapartemen Kehutanan, 1995.

Page 15: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 14

Keadaan ekspor impor produksi sutera alam Indonesia datam berat dan nilainya dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah Berat dan Nilai Ekspor Impor Produks! Sutera Alam Indonesia

Periode Berat (Kg) Nilai (US $) Ekspor Impor Ekspor Impor

1994 391.190 419.247 3.390.186 3.043.984 1995 383.490 262.031 3.313.470 3.008.226 1996 451.562 212.834 4.898.631 3.090.535 1997 645.606 433.319 6.808.686 4.917.181

Sumber : BPS, 1998

c. Peranan Pasar dalam Penetapan Harga

Karena model kelayakan ini terbatas pada produksi kokon ulat sutra maka penetapan harga yang dimaksud adalah terhadap harga produk kokon. Mengingat peluang pasar begitu terbuka dalam hal ini permintaan begitu besar dibandingkan dengan penawaran karena kelangkaan kokon di pasaran, maka peranan pasar tidak begitu besar dalam penetapan harga kokon. Sebagai akibatnya harga kokon sering tidak stabil atau sedang terjadi kenaikan harga.

Pada saat model kelayakan ini disusun harga cukup bervariasi yaitu berkisar antara Rp 18.000 - Rp 25.000 per kg kokon basah yaitu tergantung kepada kualitas dan atau jumlah butir kokon per kilogram, yaitu sebagai berikut : 1) Rp 25.000/kg dengan jumlah kokon kurang dari 500 butir/kg; 2) Rp 23.000/kg dengan jumlah kokon antara 501 - 550 butir/kg; 3) Rp 21.000/kg dengan jumlah kokon antara 551 - 600 butir/kg; 4) Rp 19.500/kg dengan jumlah kokon antara 601 - 650 butir/kg; 5) Rp 18.000/kg dengan jumlah kokon antara 651 - 760 butir/kg; 6) Rp 2.500/kg untuk kokon cacat (afkir) jumlahnya antara 5 - 10% dari total berat kokon.

Kualitas kokon dari nomor 1 s/d 5 adalah kokon yang bisa dipintal untuk dijadikan benang sutera, sedangkan kualitas nomor 6 tidak bisa, sehingga dengan demikian tidak dapat dijual. Dari variasi harga tersebut apabila dirata-ratakan adalah Rp 20.000/kg yang masih menunjukkan tendensi adanya kenaikan lagi/terus dengan pertimbangan sebagai berikut :

(1) Terjadi pergeseran ATBM tenun katun ke ATBM tenun sutera sehingga bertambah banyak;

Page 16: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 15

(2) Bergesemya para petani tanaman murbei (ulat sutera) ke pertanaman kebun coklat terutama di Sulawesi Selatan. Akibatnya para produsen kokon semakin sangat berkurang, sementara industri kecil/pengrajin pemintalan bertambah banyak.

Page 17: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 16

4. Aspek Produksi a. Budidaya Murbei

1). Jenis Tanaman Murbei

Terdapat berbagai jenis tanaman murbei (Morus sp) di dunia, namun yang dianggap unggul di Indonesia adalah sebagai berikut : untuk iklim/daerah panas yaitu Morus cathayana, Morus khunpai, dan Morus lembang,untuk iklim/daerah sedang yaitu Morus kanva, Morus kathayana dan Morusmulticaulis; sedangkan untuk iklim/daerah dingin adalah Morus mufticaulis dan Morus kanva.

2). Pemilihan Areal Tanam

Pemilihan areal untuk penanaman murbei harus memperhatikan faktor iklim suhu 21 - 300C, kelembaban rata-rata 60%, Transpirasi murbei sangat tinggi maka dibutuhkan curah hujan rata-rata minimal 1500 mm per tahun. Ketinggian tempat/tanah 700 m dpl, Jenis tanah adalah Latosol vulkanis/lnseptsol struktur lempung berpasir pH sekitar 6,5. Lokasi pemeliharaan ulat dekat dengan kebun murbei kemiringan 15 - 30% dan faktor lingkungan artinya tanaman murbei jauh dari populasi dan bau racun obat-obatan pertanian.

3). Pengolahan Tanah

Sistem Cemplongan yaitu lubang tanaman di mana tanah hanya diolah pada bagian yang akan ditanami saja. Kedalaman lubang antara 30 - 40 cm dengan lebar 30 cm. Sistem larikan yaitu pembuatan lubang dengan membuat guludan-guludan sesuai baris tanaman.

4). Pengadaan Stek Tanaman

Pemilihan stek sebaiknya diambil dari tanaman yang berumur di atas 1 tahun dari cabang yang sehat, lurus dari cabang berumur 4 - 6 butan setelah dipangkas. Diameter cabang kurang lebih 1 cm. Pengangkutan stek yang diambil dari lokasi yang jauh perlu mendapat perhatian, yang harus dijaga adalah agar stek tadi tidak kering selama perjalanan. Salah satu cara dengan jalan ditutup dengan karung basah. Pengangkutan stek sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari agar tidak kering dalam perjalanan. Penyimpanan stek yang tidak langsung ditanam di lapangan sebaiknya di tempat yang dingin dan lembab serta tidak terkena cahaya matahari langsung. Pemotongan stek. Bahan stek dipotong sepanjang 20 - 2 cm dengan alat yang tajam agar tidak pecah.

5). Persiapan Bedengan Atau Media Dalam Polybag

Page 18: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 17

Bedengan dibuat dengan ukuran 100 - 125 cm, dicangkul dengan kedalaman 30 cm. Tanah yang telah gembur diberi pupuk kandang sekitar 2 kg dan 1 ons kapur untuk setiap M2, selanjutnya diberi Furadan 25 gram dan diberi Hustatian 200 cc dalam 10 liter air. Polybag yang digunakan berukuran lebar 15 cm dan panjang 25 - 3 cm, diisi dengan tanah yang gembur dicampur dengan pupuk kandang dan sedikit kapur.

6). Persiapan Lahan

Setelah selama 3 bulan dalam persemaian atau polybag, maka bibit tanaman sudah slap tanam di lapangan. Penanaman di lapangan dapat dilakukan dengan tiga sistem yaitu : a. sistem lubang, b. sistem rorak dan c. sistem pengolahan tanah keseluruhan

7). Penanaman Tanaman Murbei

Waktu tanam yang tepat adalah awal atau pertengahan musim hujan kecuali pada daerah yang terdapat fasilitas irigasi. Penanaman stek murbei seperti halnya tanaman lain, stek ditancapkan miring 30 pada tempat yang sudah ditentukan sesuai dengan jarak tanam. Bagian yang ditancapkan adalah 2/3 dari panjang stek. Jarak tanam secara monokultur adalah 1,5 x 0,75 m ; 1,2 x 0,4m. Jika secara tumpangsari, jarak tanamnya 1 x 0,75 m ; 2 x 0,6 m ; 3 x 0,5 m (tergantung jenis tanaman tumpang sari).

b. Pemeliharaan Murbei

1). Penyiangan

Penyiangan dilakukanuntuk membuang tanaman penganggu dan mencegah persaingan dalam pengambilan unsur hara dan penyebar-penyebar penyakit

2). Pendaringan

Dilakukan dengan maksud untuk penggemburan tanah di sekitar tanaman murbei, dilakukan setiap 9 bulan sekaii.

3). Pemupukan

Untuk tanaman dengan jarak tanam 1,5x 0,6 m diperlukan 300 kg N, 100 kg P dan 130 kg K per ha/tahun, dengan waktu pemberian pada awal atau pertengahan musim hujan. Cara pemberian pupuk adalah membuat lubang di sekitar tanaman 30 cm, kemudian ditaburkan dan ditutup kembali.

4). Pengendalian Hama Dan Penyakit

Page 19: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 18

Hama yang paling umum menyerang tanaman murbei adalah hama pucuk, kutu, daun penggerek batang dan kutu batang, Penyakit yang paling umum menyerang tanaman murbei adalah bintik daun, bercak daun, penyakit karat, penyakit tepung dan penyakit plasta.

5). Pemangkasan

Pemangkasan pembentukan batang dilakukan pada tanaman yang sudah berumur 9 - 12 bulan setelah tanam dengan memotong cabang miring ke atas 450. Pemangkasan bertujuan untuk membentuk batang pokok tanaman. Cara pemangkasan pembentukan batang tanaman murbei terdiri dari : pemangkasan rendah, pemangkasan sedang, dan pemangkasan pemeliharaan. Pemangkasan pemeliharaan terdiri dari 3 yaitu : Kobunaosi : pemangkasan dilakukan setelah panen daun; Kobukirei : memangkas cabang/ranting yang kecil dan tidak produktif sehingga pertumbuhan cabang yang tersisa diharapkan bertambah baik; dan Kobusage : pemangkasan batang pokok untuk peremajaan.

6). Pemanenan Daun

Waktu panen sebaiknya ditakukan pada pagi atau sore hari untuk mencegah kelayuan. Persediaan daun untuk ulat kecil yang membutuhkan daun lunak, yaitu daun muda (umur pangkas 1 bulan). Untuk pemeliharaan ulat sutera dalam skala besar sebaiknya dibuat kebun khusus untuk ulat kecil yang letaknya dekat dengan pemeliharaan. Penyediaan daun untuk ulat besar dapat diperoleh pada umur pangkas 2 - 3 bulan.

c. Pemeliharaan Ulat

Sistematik Ulat Sutera

Ulat sutera adalah serangga yang berguna sebagai penghasil benang sutera. Dalam sikius hidupnya mempunyai metamorfosa sempurna mulai dari larva (ulat), pupa sampai dengan kupu-kupu. Telur ulat sutera berbentuk lonjong, panjang 1,33 mm, lebar 1 mm dan tebal 0,5 mm, warnanya putih kekuning-kuningan. Telur biasanya menetas 10 hari (mulai dari pemesanan telur ulat) setelah perlakuan khusus pada suhu 250C dan kelembaban udara 80 - 85%. Ulat sutera terbagi dalam 5 instar, yaitu : Instar 1, 2, dan 3 disebut ulat kecil dengan umur sekitar 12 hari. Instar 4 dan 5 disebut ulat besar dengan umur sekitar 13 hari

Pupa, terjadi setelah ulat selesai mengeluarkan serat sutera, lama masa pupa 12 hari, pupa jantan ruas ke 9 terdapat titik, sedangkan pupa betina ruas ke 8 terdapat tanda kali (X)

Page 20: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 19

Persiapan Pemeliharaan

1. Bangunan Pemeliharaan Ulat Sutera

Bangunan pemeliharaan Ulat sutera ada dua macam yaitu bangunan besar dengan kapasitas 50 - 75 box dan bangunan kecit dengan kapasitas 3-5 box. Persyaratan bangunan pemeliharaan terbagi 3 ruangan : naungan peralatan 3 x 2 m, ruang pemeliharaan ulat 12 x 6 m dan ruang daun 3 x 2 m, bangunan tersebut dapat menampung 30 box ulat (25.000 butir ulat per box). Posisi bangunan memanjang arah Timur - Barat dekat dengan sumber air, lingkungan di sekitar bangunan harus bersih, suhu ruangan 26 - 28OC, kelembaban antara 75 - 85% dengan cahaya dan sirkulasi udara cukup.

2. Alat dan Bahan

Rak dan sasag yang terbuat dari kayu/besi dengan ukuran 110 x 80 cm. Alat pengokonan, ada beberapa jenis :

Tradisional ; yaitu alat yang dibuat dari bahan yang diambil dari alam langsung bisa dipaka! seperti : ranting pohon, daun kelapa, jerami, alang-alang dan sebagainya.

Pengokonan dari bambu ; yaitu alat pengokonan yang terbuat dari bambu seperti : bentuk harmonika dan candrike.

Pengokonan Rotari ; yaitu alat pengokonan yang terbuat dari kardus dimana satu ruangan diperuntukan bagi satu ekor ulat yang disusun dalam satu set dan dapat diputar.

Pengokonan Seriframe ; yaitu alat pengokonan yang dibuat dengan model ruangan dengan membujur dan terbuat dari bahan plastik. Dari beberapa alat pengokonan tersebut di atas yang paling efisien adalah alat pengokonan seriframe, karena kualitas kokon yang dihasilkan dengan kokon afkir 5%; dapat menaikan berat kokon 10% serta mengurangi biaya tenaga kerja 80

3. Inkubasi Telur

Telur disebarkan merata pada kotak penetasan, ditutup dengan kertas tipis dan disimpan dalam ruangan sejuk atau suhu 250C dan kelembaban udara 75 - 80% ; tidak terkena cahaya matahari langsung; setelah telur mencapai titik biru dibungkus kain hitam.

Pemeliharaan Ulat Ke

1. Pengambilan Daun

Page 21: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 20

Daun sebagai pakan untuk ulat kecil, dipetik pada umur pangkasan 25 - 30 hari, waktu pengambilan pagi hari atau sore hari dengan menggunakan ani-ani atau gunting stek, dengan cara pengambilan daun untuk setiap instar, sebagai berikut :

a. Untuk instar ke 1, daun lembar ke 3- 5 dari pucuk b. Untuk instar ke 2, daun lembar ke 5- 7 dari pucuk c. Untuk instar ke 3, daun tembar ke 8 - 12 dari pucuk

Pemberian makan pertama cabang muda dipotong sampai daun ke tiga dari daun berkilap yang terbesar 0,2 - 0,3 cm. Untuk ulat instar ke 1 sampai ke 2 cabang daun dipotong dan dirajang kecil-kecil. Untuk instar ke 3 cabang daun dipotong dengan baik dan daun yang keras jangan diambil.

2. Desinfeksi Tubuh Ulat

Desifeksi untuk tubuh ulat menggunakan campuran 5 gram kaporit dan 95 gram kapur yang diaduk merata. Ditaburkan tipis dan merata pada tubuh ulat dengan ayakan plastik pada awal instar 2 dan awal instar 3.

3. Hakikate

Hakikate adalah memberi makan pertama pada ulat yang baru menetas, hal ini karena perlu perhatian khusus. Penetasan pertama harus dipisahkan dengan penetasan kedua (hari ke dua) karena akan berpengaruh terhadap perbedaan istirahat (tidur) ulat. Pemberian makan penetasan pertama (hakikate) dilakukan pada pukul 08.00 - 10.00 pagi. Kotak penetasan diletakkan pada sasag yang telah diberi kertas parafin. Ulat yang merekat pada kertas dipindahkan ke kotak penetasan. Dilakukan desinfeksi tubuh ulat. Diberi jaring kemudian diberi makan dan terakhir ditutup kertas parafin.

4. Pemberian Pakan

Kondisi daun harus balk, 2 jam setelah hakikate ulat dipindahkan ke sasag dibiarkan terbuka selama 1 jam kemudian diberi makan dan ditutup kembali. Pemberian pakan sehari 3 kali dengan aturan setiap jam sebelum pemberian makan kertas penutup dibuka.

5. Pembersihan Tempat Ulat

Pembersihan tempat ulat dilakukan 4 kali yaitu sebelum dan sesudah ganti kulit instar ke 2 serta sebelum dan sesudah ganti kulit instar ke 3. Cara pembersihan, pertama-tama jaring dipasang di atas tempat ulat, daun diletakan di atas jaring, ulat sudah naik ke atas jaring 90% kemudian jaring diangkat dan dipindah ke sasag lain. Apabila tidak tersedia jaring, taburkan kapur pada tempat ulat yang berada di bagian atas digulung untuk membersihkan ulat

Page 22: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 21

6. Perlakuan Ulat Selama Tidur (Ganti Kulit) Dan Setelah Bangun

Pada saat ulat tidur kertas penutup dibuka, jendela dibuka, tempat ulat diperluas dan ulat ditaburi kapur. Setelah ulat bangun tempat ulat dipersempit, jendela ditutup ditakukan desinfeksi tubuh ulat, jaring dipasang dan kemudian diberi makan.

7. Penyaluran Ulat

Penyaluran ulat dilakukan pada saat ulat tidur pada instar 3 yaitu dalam keadaan cuaca sejuk pada pagi dan sore hari. Ulat dibungkus dengan kertas alas (digulung) kedua sisi dan tengahnya diikat, disimpan berdiri agar ulat tidak tertekan.

Pemeliharaan Ulat Besar

1. Bangunan Pemeliharaan Ulat : Pembagian ruangan harus khusus an-tara tempat daun dan tempat pemeliharaan ulat. Suhu ruangan 22-25 C, kelembaban 70 - 75%; cahaya dan aliran udara baik.

2. Alat dan Bahan Pemeliharaan Ulat : Rak bersusun dua, alas karung plastik dan tali plastik.

3. Desinfeksi Ruangan : Desinfeksi dengan kaporit 5 gram/liter air diaduk merata, kemudian disemprotkan secara merata ke seluruh ruangan dengan dosis 1 liter air/m2.

4. Pemberian Pakan : Daun harus bersih, tidak basah, segar dan bersih. Diberi sehari 4 kali. Cabang diletakan berjajar pangkal cabang diletakan berlapis putar balik.

5. Pembersihan Tempat Ulat : Dilakukan sebelum pemberian makan, instar 4 dilakukan setelah ulat ganti kulit, instar 5 dilakukan setelah ulat ganti kulit setiap 2 hari atau kotoran sudah terlalu banyak. Terakhir menjelang ulat mengokon.

6. Desinfeksi Tubuh Ulat : Kapur dicampurkan dengan kaporit, dengan perbandingan 9 : 1, kemudian ditaburkan tipis dan merata pada tubuh ulat yang menggunakan ayakan plastik atau kain kassa. Dilakukan setelah pemberian pakan.

7. Pengokonan Ulat : Untuk ulat yang sudah mulai matang agar kotoran dan sampah dibuang dan diberi makan sampai ulat matang 30%, jangan dibiarkan menumpuk terlalu lama. Apabila ulat matang sudah mencapai 80%, alat pengokonan dapat dipasang langsung di atas ulat tersebut dan secara alami ulat akan mengokon. Alat pengokonan dapat terbuat dari bambu, rotan, karton maupun plastik.

Page 23: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 22

Panen Kokon

Panen kokon diperkirakan kondisi pupanya sudah keras yaitu dilakukan 5 - 6 hari dari mulai ulat mengokon. Pemanenan kokon sebaiknya dilakukan tidak terlalu cepat atau terlalu lambat, kalau terlalu cepat pupa mudah pecah dan mengakibatkan kokon kotor di dalam tetapi kalau terlalu lambat pupa akan segera menjadi kupu-kupu. Pada waktu panen segera dibersihkan dari flossnya, kemudian diadakan seleksi kokon di mana kokon yang baik dipisahkan dari kokon yang tidak baik. Kokon disimpan pada tempat yang baik, aman dari gangguan hama, seperti semut, tikus dan lain-lain, serta jangan sampai tertindih benda keras karena pupanya akan mati.

Page 24: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 23

5. Aspek Keuangan a. Lingkup Pembiayaan

Asumsi Pembiayaan

Analisa keuangan ini diharapkan dapat dijadikan petunjuk baik bagi perbankan sebagai pemberi kredit dalam penilaian setiap permohonan kredit maupun bagi pengusaha kecil atau koperasi yang akan mengajukan permohonan kredit untuk pengembangan usaha budidaya ulat sutera produksi kokon. Pembiayaan usaha ini mencakup dua biaya pokok yaitu, biaya investasi (tanah, pembuatan Bangunan, bibit murbei, peralatan, bahan-bahan, pengolahan tanah dan pemeliharaan tanaman selama belum menghasilkan) dan biaya produksi atau biaya modal kerja (bibit ulat, pupuk, pestisida, pemeliharaan, tenaga kerja, panen dan pasca panen, tenaga kerja dan pemeliharaan alat dan bangunan) yang akan dibahas khusus dalam bab ini. Pembiayaan dalam usaha tani ulat sutera produksi kokon ini ditentukan berdasarkan informasi berbagai pihak dengan asumsi-asumsi, sebagai berikut :

1. Luas kebun murbei 1 unit terkecil yang dapat dilaksanakan oleh petani adalah 1000 m2 ditambah 100 m2 lahan untuk bangunan pemetiharaan ulat seluas 100 m2 sehingga totalnya menjadi 1100 m2;

2. Harga-harga untuk semua biaya produksi dan penjualan produk dianggap konstan:

3. Kapasitas olah 1 unit pabrik pemintalan benang sutera terkecil yang dapat dimiliki oleh koperasi atau pengusaha menengah ke atas sebagai inti adalah 150 kg kokon per hari atau sama dengan 15 kg benang sutera yang dikerjakan dengan 3 unit alat reeling. Produksi ini diperoleh dari produksi daun murbei dari kebun seluas 75.000 m2 atau dari 75 orang petani masing-masing dengan 1000 m2 kebun tanaman murbei sebagai Plasma dalam suatu proyek kemitraan teroadu. Satu unit usaha ini (plasma) cukup dilaksanakan 1 orang, yaitu 8 hari untuk pemeliharaan kebun dan maksimum 14 hari untuk pemeliharaan ulat sutera setiap bulan.

4. Tanaman murbei baru berproduksi sebanyak 50% (tahun ke 1) setelah umur 6 bulan, sehingga biaya maupun penjualan produksi kokon baru sekitar 50%, sehingga masa tenggang minimal 6 bulan, sedang untuk tahun ke 2 - 5 akan normal;

5. Pemeliharaan ulat sutera rata-rata dilakukan 8 kali(siklus) per tahun, dengan asumsi bahwa musim kemarau selama 4 bulan tidak memelihara ulat. Tiap sikius pemeliharaan, mulai dari ulat sutera kecil (umur 12 hari) sampai menjadi kokon berlangsung satu bulan;

6. Skim kredit yang dapat dipakai untuk pembiayaan usaha ini adalah skim kredit program dengan bunga 16%, PA, KPKM dan lainnya, dan kredit usaha kecil (KUK) dengan bunga mencapai 24% per tahun;

7. Kegagalan panen dianggap 5% per periode tanam.

Page 25: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 24

Struktur Biaya

1. Biaya Investasi untuk 1 unit skala usaha dengan luas kebun murbei 1000 m2 dan lahan untuk pemeliharaan ulat sutra 100 m2 secara terinci terlihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rincian Blaya Investasi Untuk 1 Unit Budidaya Ulat Sutera dan

Produks! Kokon

No Uraian Jumlah Satuan Harga Satuan (Rp)

Total (Rp)

1 Sewa Lahan (5 tahun) 1.000+100 m2 1.000 1.100.000 2 Bibit Murbei 2.000 Batang 150 300.000 3 Bangunan 60 m2 75.000 4.500.000

4 Rak Ulat + Siripine 20 + 120 Buah 15.000 + 2.500 600.000

5 Bagor 70 Lembar 500 35.000 6 Sprayer 1 Buah 200.000 200.000

7 Ayakan + Sapu Lidi 2 + 2 Buah 2.000 + 4.000 12.000

8 Lampu TL 1 Buah 15.000 15.000 9 Cangkul 2 Buah 10.000 20.000

10 Ember + Keranjang 1 + 2 Buah 5.000 + 2.000 9.000

11 Pisau + Sabit 1 + 1 Buah 8.000 + 10.000 18.000

12 Pengolahan Tanah dan Tanaman 50 HKP 8.000 400.000

13 Pemeliharaan Kebun Sebelum Produksi 60 HKP 8.000 480.000

14 Pupuk Kandang 1.500 Kg 125 187.500 Jumlah 7.876.500

2. Biaya modal kerja untuk 1 unit skala usaha dengan luas kebun murbei 1000 m2 dan lahan untuk pemeliharaan ulat sutra 1000 m2 secara terinci terlihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rincian Biaya Modal Kerja untuk 1 Unit Usaha Budidaya Ulat Sutera

No Uraian Jumlah Satuan

Jumlah Nilai (Rp/Bl)

Jumlah (Rp/Bl)

1 Ulat Kecil (umur 12 hari) 2 Boxes 127,000 1,016,000 2 Obat-obatan 2 Set 40,000 320,000

3 Tenaga Kerja Pemelihara Ulat (8 bulan) 18 HKP 144,000 1,152,000

Page 26: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 25

4 Tenaga Kerja Pemelihara Kebun (12 bulan) 12 HKP 96,000 1,152,000

5 Pupuk Kompos + Urea, TSP dll 1.520 Kg 227,500 667,500 6 Listrik 8 Bulan 5,000 40,000 7 Pemeliharaan Alat & Bangunan 8 Bulan 50,000 400,000 Jumlah 689,500 4,747,500 b. Analisa Kelayakan

Jumlah Kebutuhan Kredit

Jumlah kebutuhan kredit untuk biaya per 1 unit usaha 1000 m2 kebun murbei dan 100 m2 pemeliharaan ulat, adalah sebagai berikut :

Biaya investasi kebun murbei dan pemeliharaan ulat sutera : Rp. 7.897.500 Biaya modal kerja kebun murbei dan pemeliharaan ulat sutera : Rp. 689.500 Jumlah seluruh biaya : Rp. 8.587.000 Modal sendiri berupa investasi penyediaan lahan 1100m2 : Rp. 100.000 Jumlah Kredit Investasi

Rp. 6.797.500 + M K 689.500 : Rp.7.487.000

Hubungan Antara Bunga Kredit dengan Kriteria Kelayakan Usaha

Hasil panen kokon ulat sutera (kg per periode panen) di bawah ini diperhitungkan menguntungkan setelah melunasi kredit pada tingkat bunga tertentu, yaitu pada :

Hasil konstan kokon : minimum 60 kg/bulan

Harga konstan kokon : Rp. 20.000/kg

Pendapatan : Rp. 20.000 x 60 kg = Rp. 1.200.000/bulan atau Rp. 9.600.000/ tahun (Produksi tahun ke-1 sebesar 50%)

Tingkat bunga 16% : Hasil analisa kelayakan usaha, sbb :

Nilai IRR = 33,22%; NPV df 16% = Rp. 4.264.910 (positif); Payback period = 3,2 tahun; B/C pada df16% = 1,5 . Arus Kas dan Analisa Rugi laba;

Nilai R.O.I. = 30,03%; Profit Margin = 28,14%; Analisa Sensitivitas, apabila harga kokon turun 10%, sbb :

Page 27: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 26

Nilai IRR = 22,54%; NPV = Rp. 1.535.382; Payback Period = 4,05 tahun; B/C = 1,18.

Kesimpulan : Usaha ini layak dan menguntungkan petani.

Tingkat bunga 24% : Hasil analisa kelayakan usaha, sbb :

Nilai IRR = 33,22%; NPV df 24%= Rp. 1.953.892 (positif); Payback period = 3,72 tahun; B/C pada df16% = 1,23 .

Nilai R.O.I. = 27,45; Profit Margin = 26,89%; Analisa Sensitivitas, apabila harga kokon turun 10%, sbb :

Nilai IRR = 22,54%; NPV = - Rp. 294.580 (negatif); Payback Period = 4,75 tahun; B/C = 0,97.

Kesimpulan : Usaha masih layak dan menguntungkan petani dengan penurunan harga kokon hingga 8%.

Page 28: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 27

6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan a. Aspek Sosial Ekonomi

Aspek Sosial

Aspek sosial dari suatu proyek adalah bagaimana pengaruh suatu proyek tertentu terhadap kehidupan sosial masyarakat, sumber daya manusia lokal atau sekitarnya, regional, dan masyarakat umumnya secara nasional. Diharapkan agar keberadaan proyek tertentu dalam hal ini proyek budidaya ulat sutera dapat berpengaruh baik terhadap perkembangan sosial masyarakat sekitarnya.

Tenaga kerja dalam penanaman murbei merupakan faktor yang sangat penting sejajar dengan faktor-faktor penting lainnya. Bahkan tenaga kerjalah yang paling menentukan, terutama dalam skala usaha yang besar. Sedangkan untuk usaha dalam skala kecit, biasanya semua pekerjaan dikenakan secara kelompok atau bisa perorangan. Dalam usaha skala besar, diperlukan dua bentuk tenaga kerja, yaitu tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa yang tidak membutuhkan keahlian. Sedangkan tenaga kerja khusus atau tenaga ahli diperlukan untuk pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan keahlian, seperti survey lokasi, tata cara penanaman dan lain-lain yang menyangkut dalam hal teknik budidaya.

Untuk tenaga kerja biasa hendaknya direkrut atau didahulukan tenaga kerja lokat, karena selain mereka tidak membutuhkan biaya transportasi menuju ke lokasi usaha, juga dengan memanfaatkan tenaga kerja lokal, berarti usaha yang kita lakukan membawa lapangan kerja bagi penduduk di sekitar lokasi usaha. Sedangkan tenaga kerja ahli akan disediakan oleh perusahaan inti. Bagi tenaga kerja biasa yang belum profesional masih diperlukan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mereka.

Dalam usaha ini faktor keamanan harus diperhatikan untuk menghindari gangguan dari tangan-tangan orang-orang yang tidak bertangung jawab, begitu pula keselamatan dan kesehatan kerja. Selama ini belum pernah ada permasalah keamanan di perusahaan-perusahaan ulat sutera.

Dukungan pemerintah dalam usaha ini sangat diperlukan terutama dalam hal perijinan yang berkaitan dengan usaha budidaya ulat sutera. Pada prinsipnya baik pemerintah daerah sejak dari tingkat desa sampai ke propinsi, maupun pemerintah pusat selalu mendukung usaha-usaha pengembangan ulat sutera ini, karena komoditi in! sangat diperlukan di pasar nasional maupun untuk diekspor ke luar negeri.

Page 29: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 28

Aspek Ekonomi

Dampak Proyek Terhadap Kehidupan Masyarakat

Aspek ekonomi dari suatu proyek dalam hal ini usaha ulat sutra penghasil kokon adalah mempelajari bagaimana dampak/pengaruh pengembangan usaha produksi utat sutera termasuk penanaman pohon murbei ini bagi perkembangan kehidupan perekonomian masyarakat sekitarnya dan masyarakat luas secara nasional. Dengan bertambahnya pendapatan masyarakat dan meningkatnya kegiatan industri yang berkaitan dengan persuteraan, diharapkan peningkatan kegiatan budidaya ulat sutera ini akan mampu membawa peningkatan tingkat hidup masyarakat.

Peningkatan Ekonomi Rakyat

Pengembangan ekonomi kerakyatan sedang mendapat perhatan besar dari pemerintah, karena ekonomi kerakyatan diperkirakan akan menjadi pendorong yang kuat bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan terjalinnya kerjasama antara petani pemilik lahan dan Perusahaan Inti ini, akan memberikan keuntungan bagi berbagai pihak. Usaha di atas akan membantu pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja baru bagi pencari kerja yang selama ini belum memperoleh tempat, sekaligus untuk mendukung Program Proyek Padat Karya yang dicanangkan Pemerintah.

Melatui pemanfaatan lahan tidur milik petani untuk penanaman murbei dan budidaya ulat sutera, peningkatan kemakmuran petani dan anggota koperasi primer di pedesaan akan menjadi kenyataan.

Dengan kerjasama antara petani pemilik lahan dengan perusahaan inti ini, maka pembentukan saluran distribusi penjualan hasil akan menjadi ampuh dengan menggabungkan fasilitas yang telah ada dan memperbaiki pola berpikir dan manajemen terpadu maka posisi Gerakan Koperasi sebagai Lembaga Ekonomi Masyarakat dapat ditingkatkan sehingga segala program akan menjadi kenyataan.

Adanya budidaya ulat sutera memberi motivasi masyarakat desa untuk mendorong tumbuhnya suasana yang kondusif dan menyenangkan bagi warga desa yang juga akan mampu untuk meningkatkan ketersediaan jasa pelayanan pendidikan, kesehatan dan fasilitas infrastruktur lain yang diperlukan masyarakat desa. Pelaksanaan proyek ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Meningkatkan pendapatan bagi para petani/peternak, karena adanya lapangan kerja atau tambahan modal kerja bagi mereka akan dapat meningkatkan produktivitasnya;

2. Usaha yang di kelola dengan baik oleh kelompok dengan iktikat menjunjung kebersamaan dalam meningkatkan usaha petani atau

Page 30: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 29

juga anggota koperasi, maka program pengentasan kemiskinan akan tercapai;

3. Peningkatan usaha petani/anggota koperasi jelas akan meningkatkan pula peluang bagi tenaga kerja di wilayah proyek dan sekitarnya;

4. Dapat meningkatkan pendapatan asli daerah setempat dengan retribusi/pajak daerah;

5. Meningkatkan kegiatan perekonomian di pedesaan akan mengurangi tekanan kemiskinan, pengangguran, ketertinggalan dalam berbagai hal, kesenjangan dan perbedaan tingkat partsipasi dalam pembangunan antara desa dengan kota, antara sektor tradisional dan modern;

6. Pemanfaatan lahan tidur untuk menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar proyek menunjang upaya guna meningkatkan kesejahteraan.

7. Mengimplementasikan Pola Kemitraan Terpadu (PKT) yang dikoordinir oleh Koperasi Primer dengan perusahaan inti sehingga kepastian tingkat keberhasilan usaha petani dapat diperoleh.

b. Dampak Lingkungan

Pembukaan kawasan dengan luas lahan yang besar, yang dikembangkan dengan pola kemitraan yang peserta plasmanya berasal dari masyarakat setempat, langsung maupun tak langsung akan menimbulkan dampak positif maupun negafif terhadap komponen ekosistem baik fisik, hayat maupun sosial ekonomi.

Secara ekologis dampak dari proyek perkebunan ini akan berpengaruh terhadap keseimbangan ekosistem keterkaitannya dengan ekosistem atau sub-ekosistem lainnya. Perubahan ini akan terus berlanjut pada komponen-komponen lingkungan lainnya, antara lain hama dan penyakit tanaman, air, udara, transportasi dan akhirnya berdampak pula pada komponen sosial, ekonomi, budaya serta komponen kesehatan lingkungan.

Usaha budidaya ulat sutera penghasil kokon untuk areal lahan perkebunan tanaman murbei sampai dengan 100 hektar mungkin tidak perlu melakukan Amdal, namun kaedah-kaedah kelestarian lingkungan harus diperhatikan, terutama dalam hal kaedah konservasi lahan supaya tidak terjadi erosi, begitu pula dalam hal pemupukan agar Liberian pemupukan yang berimbang agar tidak terjadi proses pemiskinan tanah.

Page 31: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 30

7. Penutup

a. Kesimpulan

Budidaya ulat sutra produksi kokon merupakan salah satu komoditas yang menarik untuk diusahakan oleh masyarakat pedesaan sebagai usaha kecil, baik perorangan maupun berkelompok termasuk melalui koperasi karena pemasaran masih sangat terbuka baik didalam maupun diluar negeri (ekspor) sehingga dapat menjanjikan pendapatan dan kesempatan kerja bagi masyarakat, sementara teknologi dapat dipelajari dan dikuasai.

Agar usaha ini dan pemasaran hasil kokon berjalan lancar serta menjamin keamanan kredit perbankan, maka sangat dianjurkan mengikut pola kemitraan yang dikembangkan dengan mekanisme tertutup (closed system), sehingga akan dapat saling menguntungan semua pihak yang bermitra, yaitu koperasi dan anggotanya (petani plasma), mitra usaha besar (inti) dan perbankan.

Penentuan jumlah petani plasma perkelompok adalah atas dasar kapasitas olah unit pabrik terkecil yaitu 150 kg kokon menjadi 15 kg benang sutera per hari, dari kebun murbei seluas 7,5 ha atau 75.000 m2 yang diusahakan oleh Kelompok Tani dengan 75 orang petani plasma masing-masing seluas 1.000 m2 yang dapat menghasilkan 60 kg kokon basah per bulan.

Model kelayakan program kemitraan terpadu ini dapat dijadikan acuan baik bagi perbankan dalam penilaian usul permohonan kredit maupun bagi pengusaha inti dan pengusaha kecil/koperasi dalam melakukan usaha ini yang memberikan tingkat kelayakan finansial, sebagai berikut:

1. Luas lahan kebun tanaman murbei unit terkecil 1.000 m2 ditambah 100 m2 untuk bangunan (60 m2) pemeliharaan ulat total biaya produksi Rp 8.587.500 terdiri dari modal sendiri dalam bentuk penyediaan lahan 1100 m2 seharga Rp 1.100.000 dan dari kredit sebesar Rp 7.487.000 terdiri dari kredit investasi Rp 6.797.500 dan modal kerja Rp 689.500.

2. Skim kredit yang dapat dimanfaatkan adalah kredit program (KKPA, KPKM dll.) tingkat bunga 16% atau kredit usaha kecil (KUK) dengan tingkat bunga 24% per tahun, dengan memperhatikan tingkat kelayakan usaha, sebagai berikut :

Asumsi hasil panen kokon = 60 kg/bulan, harga rata-rata Rp 20.000/kg kokon, sehingga pendapatan petani = Rp 1.200.000/bulan atau Rp 9.600.000/tahun (8 bulan produksi dalam setahun), untuk tahun-1 produksi kokon 50%.

Page 32: PRODUKSI KOKON BUDIDAYA ULAT SUTERA DAN - … ISI 1. Pendahuluan ... Produksi kokon Kg 4.500 6.840 46.750 691 65.6 68 265.600 700 390.749 Kokon import kering ... perusahaan inti (Industri

Bank Indonesia – Budidaya Ulat Sutera dan Produksi Kokon 31

Tingkat bunga 16% : Nilai IRR = 33,22%; NPV df 16% = Rp. 4.264.910; Payback period = 3,2 tahun; B/C Ratio = 1,5; Nilai R.O.I. = 30,03%; Profit Margin = 28,14%.

Analisa sensitivitas, apabila harga kokon turun 10% sebagai berikut : = Nilai IRR = 22,54%; NPV pada df 16% = Rp 1.535.382; Payback period = 4,05 tahun, B/C = 1,18.

Usaha inl layak diblayai dan menguntungkan petani.

Tingkat bunga 24% : Nilai IRR = 33,22%; NPV = Rp 1.953.892; Payback period = 3,72 tahun; B/C 1,23; Nilai R.O.I. = 27,45%; Profit Margin = 26,89%.

Analisis sensitivftas, apabila harga kokon turun 10%, menjadi : = Nilai IRR = 22,54%; NPV pada df 24% = - Rp 294.580 (negatif) ; Payback Period = 4,75 tahun, dan B/C = 0,97.

Dengan penurunan harga kokon sebesar 10% menjadikan usaha tidak layak dan tidak menguntungkan petani. Namun Usaha masih layak dan menguntungkan petani dengan penurunan harga kokon hingga 8%.

b. Saran Aspek teknis harus betul-betui dikuasai dan dilaksanakan dengan seksama agar hasil yang dicapai melebihi dari atau paling tidak sama dengan perkiraan hasil sesuai dengan perhitungan di atas. Apabila tedadi perubahan harga terutama apabila terjadi penurunan harga jual kokon ulat sutra lebih dari 10% sedangkan hasil kokon tidak meningkat maka perlu dilakukan lagi analisa finansialnya.