Top Banner
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11 PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA 5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA 1033 MONITORING PERGERAKAN FLUIDA DAN ANALISA STRUKTUR SESAR MENGGUNAKAN METODE MICROGRAKE (MICROGRAVITY AND MICROEARTHQUAKE) EM.Rifqi Wilda Pradana 1* Ulyl Aidi Al-Abshor 2 Dwiqie Riaviano 3 1 Departement Teknik Geofisika, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta,Indonesia 2 Departement Teknik Geofisika, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta,ndonesia 3 Departement Teknik Geofisika, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta, Indonesia *corresponding author: [email protected] ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui perubahan massa fluida dengan melihat perubahan nilai densitas fluida selama proses produksi dan mengetahui pola persebaran hiposenter yang bisa di indikasikan sebagai pola sesar yang berkembang di daerah dekat dengan sumur injeksi RBS-2. Dalam penelitian ini, menggunakan metode microgravity dan microearthquake di daerah lapangan panasbumi Wayang-Windu, Pangalengan, Jawa Barat. Berdasarkan informasi geologi pada peta geologi daerah penelitian terlihat bahwa terdapat beberapa sesar, manifestasi fumarol, dan alterasi hidrothermal. Analisa metode microgravity pada peta time-lapse yang merupakan pengurangan nilai gayaberat lokal tahun 2002 dan 2008 menunjukkan bahwa terjadinya pengurangan massa dengan nilai berkisar antara - 40 µGal s/d – 70 µGal, dan anomali pada bagian utara daerah penelitian juga menunjukkan adanya pengurangan massa sebesar - 110 µGal s/d - 160 µGal. Pengurangan massa terjadi karena proses produksi dan juga struktur sesar yang diduga mengontrol arah penyebaran fluida pada daerah penelitian. Berdasarkan analisa metode microearthquake diperoleh hasil relokasi hiposenter menggunakan simulasi Markov Chain yang tersebar di ujung sumur injeksi RBS-2 dan memotong model konseptual CSMAT. Pola persebaran relokasi hiposenter itu berarah timur laut (NE) dengan perkiraan sudut N38˚E yang diduga pola sesar yang berkembang pada daerah sumur RBS-2 dengan kedalaman hiposenter rata-rata -758 m sampai -800 m dari permukaan. Kata Kunci : fluida, microearthquake, microgravity, sesar 1. Pendahuluan Upaya dalam meningkatkan energi pada lapangan panasbumi di Indonesia sedang intensif dilakukan dari berbagai bidang disiplin ilmu. Salah satu permasalahan yang dapat ditemukan pada lapangan panas bumi adalah menurunnya tingkat produksi yang diikuti oleh penurunan nilai densitas fluida, oleh karena itu diperlukan penelitian untuk monitoring pergerakan fluida dan analisa struktur sesar. Dalam bidang eksplorasi terkhusus geofisika, usaha-usaha yang mungkin dapat dilakukan adalah menentukan pergerakan fluida dengan mengidentifikasi parameter – parameter tertentu seperti nilai densitas fluida dan pola persebaran hiposenter yang bisa di indikasikan sebagai pola sesar. Penelitian ini menjelaskan aplikasi atau peran dari ilmu geofisika khususnya metode micrograke (microgravity and microearthquake) dalam monitoring pergerakan fluida pada lapangan panasbumi di daerah Wayang-Windu, Pangalengan, Jawa Barat. 1.1. Geologi Daerah Penelitian Berdasarkan informasi geologi pada peta geologi daerah penelitian terlihat bahwa terdapat beberapa sesar. Akibat dari dinamika sesar ini maka dapat menimbulkan kekar (fracture) di permukaan bumi. adanya rekahan-rekahan ini memungkinkan fluida panas bumi mengalir ke permukaaan, sehingga sesar yang terdapat di daerah penelitian menunjang aktivitas panasbumi daerah Wayang Windu dari hasil interpretasi geologi
15

PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... PERGERAKAN... · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11 perspektifilmukebumiandalamkajianbencanageologidiindonesia 5–6september2018,grhasabhapramana

Aug 21, 2019

Download

Documents

duongxuyen
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... PERGERAKAN... · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11 perspektifilmukebumiandalamkajianbencanageologidiindonesia 5–6september2018,grhasabhapramana

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

1033

MONITORING PERGERAKAN FLUIDA DAN ANALISA STRUKTUR SESARMENGGUNAKAN METODEMICROGRAKE (MICROGRAVITY AND

MICROEARTHQUAKE)

EM.Rifqi Wilda Pradana1*

Ulyl Aidi Al-Abshor2

Dwiqie Riaviano31Departement Teknik Geofisika, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta,Indonesia2Departement Teknik Geofisika, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta,ndonesia3Departement Teknik Geofisika, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta, Indonesia

*corresponding author: [email protected]

ABSTRAKPenelitian bertujuan untuk mengetahui perubahan massa fluida dengan melihat perubahan nilaidensitas fluida selama proses produksi dan mengetahui pola persebaran hiposenter yang bisa diindikasikan sebagai pola sesar yang berkembang di daerah dekat dengan sumur injeksi RBS-2. Dalampenelitian ini, menggunakan metode microgravity dan microearthquake di daerah lapangan panasbumiWayang-Windu, Pangalengan, Jawa Barat. Berdasarkan informasi geologi pada peta geologi daerahpenelitian terlihat bahwa terdapat beberapa sesar, manifestasi fumarol, dan alterasi hidrothermal.Analisa metode microgravity pada peta time-lapse yang merupakan pengurangan nilai gayaberat lokaltahun 2002 dan 2008 menunjukkan bahwa terjadinya pengurangan massa dengan nilai berkisar antara -40 µGal s/d – 70 µGal, dan anomali pada bagian utara daerah penelitian juga menunjukkan adanyapengurangan massa sebesar - 110 µGal s/d - 160 µGal. Pengurangan massa terjadi karena prosesproduksi dan juga struktur sesar yang diduga mengontrol arah penyebaran fluida pada daerahpenelitian. Berdasarkan analisa metode microearthquake diperoleh hasil relokasi hiposentermenggunakan simulasi Markov Chain yang tersebar di ujung sumur injeksi RBS-2 dan memotongmodel konseptual CSMAT. Pola persebaran relokasi hiposenter itu berarah timur laut (NE) denganperkiraan sudut N38˚E yang diduga pola sesar yang berkembang pada daerah sumur RBS-2 dengankedalaman hiposenter rata-rata -758 m sampai -800 m dari permukaan.Kata Kunci : fluida, microearthquake, microgravity, sesar

1. PendahuluanUpaya dalam meningkatkan energi pada lapangan panasbumi di Indonesia sedang intensif

dilakukan dari berbagai bidang disiplin ilmu. Salah satu permasalahan yang dapat ditemukanpada lapangan panas bumi adalah menurunnya tingkat produksi yang diikuti oleh penurunannilai densitas fluida, oleh karena itu diperlukan penelitian untuk monitoring pergerakan fluidadan analisa struktur sesar. Dalam bidang eksplorasi terkhusus geofisika, usaha-usaha yangmungkin dapat dilakukan adalah menentukan pergerakan fluida dengan mengidentifikasiparameter – parameter tertentu seperti nilai densitas fluida dan pola persebaran hiposenteryang bisa di indikasikan sebagai pola sesar. Penelitian ini menjelaskan aplikasi atau peran dariilmu geofisika khususnya metode micrograke (microgravity and microearthquake) dalammonitoring pergerakan fluida pada lapangan panasbumi di daerah Wayang-Windu,Pangalengan, Jawa Barat.

1.1. Geologi Daerah Penelitian

Berdasarkan informasi geologi pada peta geologi daerah penelitian terlihat bahwaterdapat beberapa sesar. Akibat dari dinamika sesar ini maka dapat menimbulkan kekar(fracture) di permukaan bumi. adanya rekahan-rekahan ini memungkinkan fluida panasbumi mengalir ke permukaaan, sehingga sesar yang terdapat di daerah penelitianmenunjang aktivitas panasbumi daerah Wayang Windu dari hasil interpretasi geologi

Page 2: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... PERGERAKAN... · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11 perspektifilmukebumiandalamkajianbencanageologidiindonesia 5–6september2018,grhasabhapramana

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

1034

permukaan. Struktur geologi yang terdapat pada daerah tersebut berupa lipatan, sesar dankekar. Sesar yang ditemukan berupa sesar normal dan sesar geser yang berkembang padazaman Kuarter, yang umumnya bertindak sebagai pengontrol tumbuhnya gunung api-gunung api muda, terutama sistem sesar di sekitar daerah penyelidikan seperti di wilayahG. Wayang dan G. Windu, serta G. Malabar. Kekar hampir terdapat pada jenis batuangunung api di sekitar daerah penyelidikan berupa kekar geseran maupun kekar tarikan.

Manifestasi fumarol dan alterasi hidrothermal banyak ditemukan di sektor barat kubahmeskipun di beberapa tempat ditemukan juga di bagian barat sektor timur kubah. Sepertihalnya fumarol, disamping itu di daerah penelitian juga ditemukan manifestasi berupamata air panas yang bertipe bikarbonat di bagian barat kubah dan sepanjang gunungMalabar sebelah selatan.

Lapangan panasbumi Wayang Windu berasosiasi dengan gunungapi stratovulkanoandesitik yang menunjukkan bahwa gunungapi andesitik di Jawa Barat merupakan bagiandari busur gunungapi Sunda yang membentang dari utar Sumatera bagian timur ke PulauFlores. Busur ini adalah hasil subduksi dari lempeng Eurasia dengan Indo-Australia(Gambar 1).

Tegangan maksimum horizontal diarahkan sekitar utara-selatan (N-S) yangmenghasilkan sesar geser (strike-slip) dengan arah utara-timur laut (N-NE). Struktur-struktur regional tersebut diduga sebagai pengontrol struktur dalam distribusi sumberpanas (heat source) dan permeabilitas lapangan panasbumi di Jawa Barat (UGI, 2002).Struktur yang berkembang di daerah lapangan panasbumi Wayang Windu berarah timurlaut-barat daya (NE-SW) berupa sesar geser (strike-slip) dengan jurus N30˚E-N40˚E danbarat laut-tenggara (NW-SE) berupa sesar normal dengan jurus N330˚E-N340˚E dengankemiringan > 80˚ (Bogie et al., 2008) ditunjukkan dalam (Gambar 2) Peta GeologiLembar Garut dan Pameungpeuk (Alzwar dkk., 1992).

Stratigrafi Wayang Windu yang telah di diskusikan oleh Bogie dan Mackenzie (1998)mengenai penggunaan model vulkanik, membagi bermacam-macam satuan vulkanikberdasarkan kesamaan fasies. Vulkano Fasies membagi Formasi Wayang Windu menjadiformasi Wayang Windu, Malabar, Pangalengan, Waringin, dan Loka. Lima formasigeologi yang dikenali di Wayang Windu telah ditunjukkan dalam suatu kolom stratigrafipada (Gambar 3).

2. Metode PenelitianPenelitian ini menggunakan integrasi dua metode geofisika yaitu metode microgravity

dan microearthquake pada lapangan panasbumi Wayang-Windu, Pangelangan, Jawa Barat.Adapun penjelasan dua metode tersebut yaitu sebagai berikut :

2.1. Metode GravityMetode gravity atau disebut juga metode gayaberat merupakan salah satu metode pasif

dalam geofisika, yang berarti metode tersebut menggunakan energi alami dari bumi.Metode ini digunakan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan pada area pengukuran,yaitu dengan cara mengamati variasi lateral dan densitas batuan bawah permukaan. Surveidengan menggunakan metode gravitasi memanfaatkan nilai percepatan gravitasi di area

Page 3: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... PERGERAKAN... · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11 perspektifilmukebumiandalamkajianbencanageologidiindonesia 5–6september2018,grhasabhapramana

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

1035

survei tersebut. Perubahan percepatan pada satu titik dengan titik lain disekitarnya dapatmenandakan adanya perbedaan material atau kandungan yang ada di bawah permukaanbumi.2.2. MetodeMicroearthquake (MEQ)

Microearthquake (MEQ) adalah salah satu metode geofisika yang merupakan metodeseismik pasif (passive seismic) yang memantau aktivitas gempa mikro di bawahpermukaan bumi. Peranan utama dari pemantauan gempa mikro pada eksplorasipanasbumi adalah untuk meneliti retakan berpotensi (sesar aktif) yang mempunyaipermeabilitas dan porositas tinggi dan dapat membantu menentukan posisi bor. Selainpengelompokan sejumlah episenter gempa mikro menurut pola tertentu juga dapatdipergunakan untuk melokalisir perkiraan daerah prospek panasbumi.

3. DataPenelitian ini dibuat dengan menggunakan data sintetik dari daerah lapangan panasbumi

Wayang – Windu, Pangalengan, Jawa Barat. Data yang digunakan yaitu data Microgravity danMicroearthquake (MEQ). Dari data Microgravity didapatkan peta anomali Time-Lapse, sedanglkandari data MEQ didapatkan Relokasi Hiposenter dan Kompilasi Model Konseptual CSAMT. Dari data-data tersebut dilakukan integrasi, analisa, dan interpretasi untuk mengidentifikasi arah pergerakanfluida dan analisa struktur sesar yang nantinya dapat berfungsi sebagai acuan dalam pembuatan sumurinjeksi.

4. Hasil dan Pembahasan4.1. Metode Gravity

4.1.1. Peta Anomali Time-LapsePada proses pengolahan data, masing-masing data di koreksi dengan melakukan

koreksi tidal dan koreksi apungan. Setelah di dapatkan nilai gayaberat lokal hasilpengurangan nilai gayaberat observasi lokal tahun 2008 dengan tahun 2002, makadilakukan koreksi subsidence untuk mendapatkan peta anomali time- lapse yangdiakibatkan karena pengaruh dari perubahan fluida. Tujuan dilakukannya koreksi dataadalah untuk mendapatkan nilai gayaberat lokal relatif terhadap base, sehingga dapatdibuat peta anomali time- lapse gayaberat mikro selama selang waktu pengukuranberlangsung.

Anomali time-lapse minimal didapatkan dari dua nilai gayaberat lokal. Oleh karena itu,anomali pada daerah penelitian diperoleh dengan mengurangkan nilai gayaberat lokalperiode tahun 2008 dengan tahun 2002. Gambar 4, 5, 6, dan 7 berikut ini adalah gambardari peta Gobs lokal 2002 dan peta topografi 2002 serta peta Gobs 2008 dan peta topografi2008 yang di overlay dengan titik pengukuran dan posisi sumur.

Pada peta perubahan elevasi daerah penelitian (Gambar 8) menunjukkan bahwa padadaerah timur penelitian terjadi penurunan permukaan tanah, dengan nilai penurunanpermukaan tanah yang paling tinggi, yaitu berkisar antara 35 – 45 mm (milimeter) yangditunjukkan dengan warna oranye. Penurunan yang terjadi di permukaan tanah ini,diperkirakan terjadi karena pengaruh dari kondisi perubahan muka airtanah di bawahpermukaan.

Anomali time-lapse gayaberat mikro didapatkan minimal dari 2 kali pengukuran atauakuisisi data, oleh karena itu, anomali pada daerah penelitian diperoleh dengan

Page 4: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... PERGERAKAN... · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11 perspektifilmukebumiandalamkajianbencanageologidiindonesia 5–6september2018,grhasabhapramana

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

1036

mengurangkan nilai gayaberat lokal periode tahun 2008 dengan tahun 2002. Gambar 9adalah peta anomali gayaberat mikro yang di overlay dengan sumur, titik pengukuran,struktur yang ada pada daerah penelitian, serta sayatan A-A’.

Dari peta (Gambar 9), terlihat bahwa terdapat penambahan massa pada bagian timur-barat pada daerah penelitian yang ditunjukkan dengan nilai berkisar antara 30 µGal s/d 70µGal dengan warna oranye, sedangkan anomali pada bagian tengah daerah penelitianmenunjukkan terjadinya pengurangan massa dengan nilai berkisar antara - 40 µGal s/d –70 µGal, dan anomali pada bagian utara daerah penelitian juga menunjukkan adanyapengurangan massa sebesar - 110 µGal s/d - 160 µGal, diperkirakan terjadinyapengurangan massa ini disebabkan karena proses produksi dan juga struktur yang terdapatpada daerah penelitian, yang diduga mengontrol arah penyebaran fluida pada daerahpenelitian. faktor utama yang mengontrol arah penyebaran aliran fluida dalam reservoardiperkirakan adalah struktur sesar yang terdapat pada area lapangan panasbumi Wayang-Windu.4.2. MetodeMicroearthquake (MEQ)

Pengolahan data Microearthquake menggunakan simulasi Markov Chain untukrelokasi hiposenter menghasilkan lokasi hiposenter yang baru. Relokasi hiposenter inimenggunakan beberapa parameter yaitu hiposenter awal (x, y, z), Vp, TP (arrival timegelombang P), t0 (origin time) yang telah ada dalam data katalog diolah oleh GeosystemLtd. dengan metode SED (Single Event Determination). Koordinat hiposenter awal yangdigunakan adalah 123 event yaitu sesuai dengan jumlah event hasil relokasi doubledifferent yang telah dilakukan oleh Geosystem Ltd.

Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan relokasi hiposenter Markov Chaindiperoleh delapan (8) kemungkinan posisi hiposenter baru (R) dan diperoleh hasil terbaikuntuk peluang transisi x=0.34, y=0.34 dan z=0.32 dengan ukuran grid 1.7 km. Hasilrelokasi terpilih pada peluang gerak R5 yaitu dengan arah gerak hiposenter pada arah xpositif artinya hiposenter bergerak kedepan, y negatif artinya hiposenter bergerak kekiri,dan z negatif artinya hiposenter bergerak kebawah. Untuk hasil error diperoleh < 0.5(Tabel 1). Dari seluruh event hasil relokasi R5 kemudian dipetakan dalam bentukkumpulan episenter dan hiposenter agar dapat dilihat hasil perbedaan sebelum direlokasidan setelah direlokasi menggunakan simulasi Markov Chain.4.2.1. Episenter, Hiposenter Sebelum dan Sesudah Relokasi Hiposenter dan Kompilasi

Model Konseptual CSAMTEpisenter awal dan hiposenter awal diperoleh dari data katalog Geosystem Ltd. yang

diolah menggunakan metode SED (single event detection) atau yang dikenal denganmetode Geiger. Pada peta (Gambar 10) ditunjukkan dengan titik warna ungu ( )merupakan episenter awal sebelum direlokasi. Penyebaran titik warna ungu ( ) masihdivergen (menyebar) disekitar sumur RBS-2 dan stasiun ST01. Sedangkan titik warna biru( ) merupakan episenter gempa mikro setelah direlokasi menggunakan simulasi MarkovChain (MC). Setelah direlokasi persebaran hiposenter menjadi lebih konvergen (menujusatu titik). Pola penyebaran hiposenter tersebut membentuk pola timur laut (NE). Daripeta geologi (Alzwar dkk., 1992) disebelah barat laut (NW) sumur RBS-2 terdapat sesarberarah timur laut (NE) berupa sesar geser.

Titik episenter tersebut digambarkan dalam model 3D sehingga disebut sebagaihiposenser. Gambar 11 merupakan plot antara hiposenter sebelum dan setelah relokasiMarkov Chain. Hiposenter sebelum relokasi ditunjukkan titik warna ungu ( ) danhiposenter setelah relokasi ditunjukkan titik biru ( ).

Page 5: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... PERGERAKAN... · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11 perspektifilmukebumiandalamkajianbencanageologidiindonesia 5–6september2018,grhasabhapramana

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

1037

Pada Gambar 11 merupakan gambaran hiposenter awal ditunjukkan titik warna ungu( ). Berdasarkan hasil metode SED kedalaman hiposenter berada di 61,2 m sampai -6000m. Hasil hiposenter ini dianggap terlalu dalam. Berdasarkan data TOR (top of reservoar)lapangan panasbumi Wayang Windu dimulai dari 1290 m a.s.l – 370 m a.s.l (diataspermukaan laut) reservoar semakin dangkal ke arah utara dan semakin dalam kearahselatan. Lokasi hiposenter ini dianggap kurang tepat. Kesalahan penentuan hiposentersecara umum dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu geometri stasiun pengamat,akurasi pembacaan waktu tiba, data yang tersedia dan pengetahuan tentang strukturgeologi pada daerah studi (Gonberg et al., 1990 dalam Sahara, 2009).

Untuk skala lokal seperti gempa mikro, faktor geometri pada prinsipnya dapatdiperbaiki dengan penambahan jumlah stasiun pengamat, sedangkan faktor kesalahanmodel kecepatan dan akurasi pembacaan waktu tiba membutuhkan analisis yang lebihlanjut. Metode SED sendiri menggunakan model kecepatan 1D dengan asumsi bahwakondisi bawah permukaan dianggap homogen isotropis. Tetapi pada kenyataannya kondisibawah permukaan adalah heterogen anisotropis. Hal ini menyebabkan kesulitan dalampenentuan model kecepatan. Namun penggunaan model kecepatan yang kurang tepat jugamenyebabkan bergesernya posisi hiposenter dari lokasi sebenarnya. Oleh karena itu, untukmengatasi masalah tersebut perlu dilakukan relokasi hiposenter.

Dari Gambar 12 menunjukkan plot hiposenter hasil relokasi simulasi Markov Chainditunjukkan titik biru ( ). Hasil relokasi ini menunjukkan bahwa persebaran hiposenterberada tepat di ujung sumur RBS-2 yang merupakan tempat keluarnya air yang diinjeksikan. Ini menunjukkan bahwa aktivitas gempa mikro yang terekam adalahmerupakan respon dari injeksi pada sumur RBS-2. Hasil relokasi Markov Chainmenunjukkan kedalaman hiposenter ±758 m (diatas permukaan laut) sampai -800 m(dibawah permukaan laut).

Berdasarkan hasil kompilasi dengan model konseptual CSAMT hiposenter beradatepat pada sesar yang berada di Sebelah utara dekat sumur RBS-2 (juga ditunjukkan padapenampang geologi (Alzwar, dkk., 1992). Persebaran hiposenter dimulai dari zonareservoir menuju zona reservoir terisi fluida.4.2.2. Metode General Intersection

Prinsip dari metode general intersection adalah memetakan persebaran hiposentergempa mikro dari komponen tiga arah yaitu X, Y, dan Z. Hasil yang diperoleh adalahkoordinat persebaran hiposenter gempa mikro dan diplot dalam MS. Excel.

Pada grafik diatas memperlihatkan sebaran hiposenter dari atas yang menunjukan polatimur laut (NE). Berdasarkan informasi geologi dari peta geologi (Alzwar dkk, 1992) didaerah penelitian dekat sumur RBS-2 terdapat sesar geser berpola timur laut (NE) denganarah N38˚E (Kusnadi, 2012). Grafik tersebut diukur secara manual juga memiliki sudut ±mendekati N38˚E. Sehingga dapat di indikasikan sesar ini merupakan kemenerusan daristruktur terduga dipermukaan yang berarah N38˚E.

Sedangkan pada grafik persebaran hiposenter dari sumbu X dan sumbu Z kita seolah-olah melihat profil dari bawah permukaan dari arah timur. Hasil yang diperoleh denganmenggunakan relokasi markov cain adalah persebaran titik hiposenternya membentukpola yang sesuai dengan hasil profil bawah permukaan dari hasil interpretasi peta geologidengan pola sesar miring ke arah kanan. luasan penyebaran hiposenter terhadap sumbuX=1.40565 km, sumbu Y=2.4198 km dan sumbu Z= 1.5087 km.

Page 6: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... PERGERAKAN... · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11 perspektifilmukebumiandalamkajianbencanageologidiindonesia 5–6september2018,grhasabhapramana

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

1038

5. KesimpulanDari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode micrograke

(microgravity and microearthquake) dapat menganalisa pergerakan fluida dan struktur sesar.Berdasarkan data microgravity fluida di daerah utara dari Wayang-Windu tepatnya di GunungMalabar yang menjadi target penelitian mengalami pengurangan massa akibat proses produksidan struktur, sedangkan dibagian timur dan barat memiliki penambahan massa. Pada petatime-lapse, anomali time-lapse positif berada pada bagian barat dan timur daerah penelitianyang mengindikasikan adanya penambahan massa dengan nilai bacaan antara 30 µGal s/d 70µGal, sedangkan anomali negatif berada dominan pada area sumur produksi, yaitu padabagian tengah dan bagian utara daerah penelitian yang mengindikasikan terjadinyapengurangan massa dengan nilai bacaan antara - 110 µGal s/d - 160 µGal yang diperkirakanakibat dari proses produksi. Fluida dibagian timur dan barat itu bisa mengalir ke utara denganadanya rekahan – rekahan atau sesar yang terjadi disekitarnya berdasarkan data MEQ. Hasilrelokasi gempa mikro menggunakan simulasi Markov Chain hasil terbaik diperoleh daripeluang gerak ke-5 (R5) yaitu dengan arah gerak (X, -Y, -Z) dengan persentase probabilitas(x=0.34, y=0.34, z=0.32) dan luasan grid adalah 1.7 km. Dari hasil relokasi hiposenterMarkov Chain bahwa persebaran hiposenter berada tepat di ujung sumur injeksi RBS-2 danmemotong sesar dari model konseptual CSAMT Persebaran hiposenter dimulai dari zonareservoir menuju zona reservoir terisi fluida. Hasil relokasi hiposenter gempa mikromenunjukkan bahwa pola sebaran hiposenter mengarah ke timur laut (NE) yang didugasebagai pola sesar yang berkembang pada daerah sumur RBS-2. Diperkirakan arah sesarmendekati sudut N38˚E yang diduga sebagai kemenerusan struktur bawah permukaan yangberarah N38˚E. Luas penyebaran hiposenter terhadap sumbu X=1.40565 km, sumbuY=2.4198 km dan sumbu Z= 1.5087 km dari hasil general intersection penyebaran hiposenterMarkov Chain.

AcknowledgementsUcapan terima kasih kami berikan kepada dosen pembimbing kami Pak Hafidz Hamdalah,

S.T, M.Sc. beserta teman – teman saya yang telah membantu dalam penelitian ini. Diharapkanpenelitian ini dapat bermanfaat bagi orang lain maupun instansi yang membutuhkan.

Daftar PustakaAlzwar, M ., Akbar., dan Bachri, S., (1992). Peta Geologi Lembar Garut Dan Pameungpeuk,

Java. Skala 1:100.00. Bandung. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi.Bogie, Ian, dkk. (2008). Overview of the Wayang Windu geothermal field, West Java,

Indonesia Elsevier Publication .(Geothermics 37 (2008) 347 – 365).

Bogie, I., Mackenzie, K. M. (1998). The Application of A Volcanic Facies Model To AnAndesitic Stratovolcano Hosted Geothermal, System at Wayang Windu, Java,Indonesia. Proceedings of the 20th New Zealand Geothermal Worksho p.265-270.

Hafiz, H. Metode MT, CSAMT, dan TDEM Terintegrasi untuk Mendesain Model KonseptualPanasbumi Wayang Windu, Jawa Barat, Skripsi.

Laporan Periodik Monitoring Gempa Mikro (MEQ) Desember 2003 – Juli 2004. GeoscienceEngineering, Pertamina Area Geothermal Kamojang.

Merz, S.K.( 2001). Tinjauan Lapangan Panasbumi Wayang Windu, Jawa Barat, Indonesia,pp. 4-8. Muh. Yustin Kamah, 2004.

Page 7: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... PERGERAKAN... · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11 perspektifilmukebumiandalamkajianbencanageologidiindonesia 5–6september2018,grhasabhapramana

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

1039

Samuel, H.M.Y,. (2013). Pemantauan Masa Fluida Dalam Metode Gaya Berat Mikro PadaLapangan Panasbumi Wayang Windu, Skripsi.

Sudarman, S., R. Pujianto dan B. Budiarjo. (1986). The Gunung Wayang Windu Area in WestJava. Procceding Indonesia Petroleum Association

Page 8: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... PERGERAKAN... · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11 perspektifilmukebumiandalamkajianbencanageologidiindonesia 5–6september2018,grhasabhapramana

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

1040

Gambar 1. Tektonik Regional Wayang Windu (UGI (2002)

Gambar 2. Peta Geologi Regional Daerah Penelitian (modifikasi dari Peta Geologi LembarGarut dan Pameungpeuk, Alzwar dkk., 1992)

RBS-2

Page 9: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... PERGERAKAN... · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11 perspektifilmukebumiandalamkajianbencanageologidiindonesia 5–6september2018,grhasabhapramana

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

1041

Gambar 3. Kolom Stratigrafi Formasi Geologi Lapangan Panasbumi Wayang Windu (Bogieand Mackenzie, 1998)

Gambar 4. Peta gayaberat observasi pada tahun 2002 area Wayangwindu beserta titikpengukuran/sumur/struktur, dan sayatan A-A’

Page 10: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... PERGERAKAN... · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11 perspektifilmukebumiandalamkajianbencanageologidiindonesia 5–6september2018,grhasabhapramana

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

1042

Gambar 5. Peta gayaberat observasi pada tahun 2008 area Wayangwindu beserta titikpengukuran/sumur/struktur, dan sayatan A-A’

Gambar 6. Peta elevasi 2002 area Wayang Windu beserta titik pengukuran/sumur/struktur,dan sayatan A-A’

Page 11: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... PERGERAKAN... · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11 perspektifilmukebumiandalamkajianbencanageologidiindonesia 5–6september2018,grhasabhapramana

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

1043

Gambar 7. Peta elevasi 2008 area Wayang Windu beserta titik

Gambar 8. Peta subsidence change reference to BM 5 tahun 2002 dan 2008 areaWayangwindu titik pengukuran/sumur/struktur,dan sayatan A-A’

Page 12: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... PERGERAKAN... · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11 perspektifilmukebumiandalamkajianbencanageologidiindonesia 5–6september2018,grhasabhapramana

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

1044

Gambar 9. Peta anomali gayaberat mikro Times-Lapse beserta sumur/titikpengukuran/struktur, dan sayatan A-A’

Gambar 10. Peta Sebaran Episenter Awal ( ) dan Episenter Setelah Relokasi ( )Menggunakan Simulasi Markov Chain

Page 13: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... PERGERAKAN... · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11 perspektifilmukebumiandalamkajianbencanageologidiindonesia 5–6september2018,grhasabhapramana

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

1045

Gambar 11. Peta Sebaran Hiposenter Awal ( ) dan Setelah Relokasi MC ( )

Gambar 12. Peta sebaran hiposenter awal dan setelah relokasi MC dan kompilasi dengankonseptual CSAMT

RBS-2

RBS-2

Page 14: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... PERGERAKAN... · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11 perspektifilmukebumiandalamkajianbencanageologidiindonesia 5–6september2018,grhasabhapramana

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

1046

Gambar 13. Grafik persebaran hiposenter koordinat X terhadap Y

Gambar 14. Grafik persebaran hiposenter dari sumbu X dan sumbu Z

Page 15: PROCEEDING,SEMINARNASIONALKEBUMIANKE-11 ... PERGERAKAN... · proceeding,seminarnasionalkebumianke-11 perspektifilmukebumiandalamkajianbencanageologidiindonesia 5–6september2018,grhasabhapramana

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA

5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

1047

Tabel 1. Hasil Relokasi Menggunakan Markov Chain untuk Event 17