Top Banner
PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH GLOBAL DI TURKI TAHUN 2016 Makalah Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Problematika Fikih dan Sains Dosen pengampu: KH. Slamet Hambali, M.SI Oleh: Li’izza Diana Manzil NIM. 1600028006 PROGRAM STUDI S2 ILMU FALAK FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2017
14

PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/PROBLEMATIKA...PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH GLOBAL

May 10, 2019

Download

Documents

tranliem
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/PROBLEMATIKA...PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH GLOBAL

PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI

KALENDER HIJRIAH GLOBAL DI TURKI TAHUN 2016

Makalah

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

Problematika Fikih dan Sains

Dosen pengampu: KH. Slamet Hambali, M.SI

Oleh:

Li’izza Diana Manzil

NIM. 1600028006

PROGRAM STUDI S2 ILMU FALAK

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2017

Page 2: PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/PROBLEMATIKA...PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH GLOBAL

1

1. Pendahuluan

Pemikiran untuk menyatukan sistem penanggalan Islam selalu

berkembang sampai dibentuknya suatu seminar Internasional Penyatuan

Kalender Hijriah di Istanbul Turki dengan sebutan Uluslararasi Hicri Takvim

Birligi Kongresi/ International Hijri Calendr Unity Congress/ مؤتمر تىحيد التقىيم

. الهجري الدولي

Uluslararasi Hicri Takvim Birligi Kongresi adalah sebuah Kongres

Internasional Unifikasi Kalender Hijriah yang dilaksanakan oleh Diyanet Isleri

Baskanligi (Badan Urusan Keagamaan Turki) bekerja sama dengan Bogazici

University Kandilli Observatory and Earthquake Research Institute

(Observatorium Kandilli Universitas Bogazici dan Institut Penenlitian Gempa

Bumi), European Council For Fatwa and Research (ECFR) yang

berkedudukan di Dublin, Irlandia, Islamic Crescents Observation Project

(ICOP) yang berkedudukan di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab dan International

Astronomical Center (Pusat Astronomi Internasional).

Kongres ini dilaksanakan pada hari sabtu-senin, 28-30 Mei 2016 M

(21-23 Syakban 1437 H) bertempat di kota Istanbul Turki dan berhasil

mendatangkan perwakilan 60 negara Islam yang terdiri dari unsur kementrian

agama, instansi pemerintah, ormas, fukaha dan astronom.. Hasil dari diskusi

yang dilaksanakan diputuskan ada dua pilihan kalender yang ditawarkan yaitu

kalender bizonal dan kalender unifikatif. Setelah melakukan sistem voting,

akhirnya konsep kalender unifikatif yang disepakati sebagai kalender hijriah

global. Namun hingga saat ini masih terjadi kesimpang siuran dalam

penerapan konsep ini mulai dari kajian fikih dan sainsnya. Para ulama,

astronom, dan ormas-ormas juga tidak luput dari problematika ini karena

ketika pembacaan keputusan pada penutupan acara tidak disebutkan

bagaimana dan apa landasan kriteria kalender unifikatif tersebut.1

Kaidah perumusan kalender ini terjadi problematika mengenai konsep

permulaan hari. Karena salah satu perumusan disebutkan bahwa awal hari

dimulai dari tengah malam (pukul 00.00 GMT) bukan waktu ghurub

(terbenam Matahari), disisi lain kriteria tinggi dan sudut elongasi 5-8 banyak

1 Syamsul Anwar, “Muhammadiyah, Kongres Istanbul 2016 dan Kalender Global Hijriah”,

disampaikan pada acara pengajian Ramadan PP Muhammadiyah pada tanggal 09-11 Juni 2016 di

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Page 3: PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/PROBLEMATIKA...PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH GLOBAL

2

kalangan yang mempertanyakan landasan filosofis, ilmiah dan syar‟inya.2

Oleh karena itu, untuk pembahasan yang lebih mendalam mengenai

problematika unifikasi kalender hijriah global Turki selanjutnya akan

disampaikan dalam pembahasan.

2. Sekilas tentang Kalender Hijriah Global

Kalender unifikatif adalah suatu sistem kalender yang menjadikan satu

zona untuk seluruh dunia dengan prinsip satu matlak. Jadi sistem ini memiliki

konsep satu hari dan satu tanggal yang sama untuk seluruh dunia.3

Kalender Hijriah Global tunggal (at-taqwim al-hijri al-‘alami al-

uhadi) adalah kalender Hijriah dengan prinsip satu hari satu tanggal di seluruh

dunia. Artinya satu sistem kalender berlaku di seluruh kawasan muka Bumi

tanpa kecuali yang berasaskan keselarasan antara hari dan tanggal. Misalnya

apabila tanggal 9 Zulhijjah di suatu tempat jatuh pada hari sabtu, maka di

bagian dunia yang lain tanggal 9 Zulhijjah juga hari sabtu.4

Sebagaimana prinsip Jamaluddin Raziq seorang praktisi dan peneliti

kalender Islam asal Maroko bahwa kalender tunggal-global dimaksudkan

untuk mengakomodir kepentingan ibadah (sipil-administratif). Fungsi utama

kalender hijriah adalah sebagai jadwal ibadah umat muslim khususnya

penentuan awal puasa dan hari Arafah.5

Menurut Syamsul Anwar kalender hijriah global dianggap menjadi

sebuah keharusan dikarenakan beberapa sebab, yaitu:

a. Sebagai penentu kapan terjadinya Lailatul Qadar di bulan Ramadan.

b. Sebagai penentu jatuhnya tanggal 9 Zulhijjah untuk menjalankan ibadah

puasa Arafah dan wukuf di Makkah.

c. Sebagai universalisme risalah Islam, yaitu Islam agama untuk seluruh

dunia (QS 34: 28, QS 21: 107).

d. Karena kesatuan (at-tauhid) merupakan simbol agama Islam yakni umat

yang satu.

2 http://tarjih.or.id/muktamar-turki-dan-momentum-penyatuan-kalender-di-indonesia/ diakses

pada tanggal 10 Oktober 2017 pukul 11:02 WIB 3 Syamsul Anwar, “Muhammadiyah Kongres Istanbul 2016 dan Kalender Global Hijriah”,

disampaikan pada Pengajian Ramadan PP Muhammadiyah 9-11 Juni 2016, h.7-8. 4 Ibid.

5 http://tarjih.or.id/muktamar-turki-dan-momentum-penyatuan-kalender-di-indonesia/ diakses

pada tanggal 10 Oktober 2017 pukul 11:02 WIB

Page 4: PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/PROBLEMATIKA...PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH GLOBAL

3

e. Karena Faktor globalisasi, dan umat muslim saat ini berada diberbagai

belahan dunia.

f. Karena untuk membangun citra Internasional Kesatuan Islam.6

3. Kongres Unifikasi Kalender Hijriah Global Istanbul 2016

Kongres Unifikasi Kalender Hijriah Global ini dilaksanakan pada hari

sabtu-senin, 28-30 Mei 2016 M (21-23 Syakban 1437 H) di Istanbul Turki.

Sebelum tahun 2016, konferensi seperti ini juga pernah terjadi pada tahun

1978 dan terkenal dengan sebutan putusan Istanbul 1978. Kongres yang

dilaksanakan oleh Diyanet Isleri Baskanligi (Badan Urusan Keagamaan Turki)

dan bekerja sama dengan berbagai ormas serta para pakar studi islam dan

astronomi ini berlangsung dengan diskusi yang cukup alot.7

Pada kongres ini bagian Komisi Ilmu Pengetahuan (the Science

Commission) mengundang banyak kalangan diantaranya para ahli astronomi,

ahli Studi Islam, ahli Kalender Hijriah dan organisasi di seluruh dunia yang

memiliki konsentrasi terhadap unifikasi kalender hijriah. sistem kongresnya

bukan simposium namun mengajukan makalah lengkap dengan konsep

kalender. pada sesi diskusi, para ahli dan organisasi-organisasi mengkaji

paper-paper tersebut, dan menyimpulkan ada dua sistem kalender yaitu

kalender bizonal dan kalender unifikatif.8

Perbedaan kedua sistem kalender ini adalah pembagian zona atau

wilayah. Untuk kalender bizonal membagi Bumi menjadi dua zona yaitu

Timur dan Barat, sedangkan kalender unifikatif menjadikan satu wilayah di

seluruh dunia untuk satu hari dan satu tanggal. Karena adanya perbedaan

pandangan mengenai kedua sistem kalender tersebut, maka para Komite

Ilmiah menyerahkannya pada peserta kongres untuk memilih. Selanjutnya,

melalui sistem voting sebagian besar yang dipilih para peserta sebagai

kalender hijriah adalah kalender unifikatif. Namun diakhir acara belum

diumumkan lebih jelas kriteria kalender unifikatif yang seperti apa yang

dipakai untuk pemersatu kalender.

6 Syamsul Anwar, “al-Jawānib asy-Syar„iyyah wa al-Fiqhiyyah lī Waḍ„ at-Taqwīm al-Islāmī

al-„Ālamī,” dalam Maṭāli‘ asy-Syuhūr al-Qamariyyah wa at-Taqwīm al-Islāmī (Rabat, Maroko:

ISESCO, 1431/2010), h. 367-368. 7 Syamsul Anwar, ibid

8 Ibid

Page 5: PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/PROBLEMATIKA...PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH GLOBAL

4

a. Kalender bizonal

Yaitu sistem kalender yang membagi Bumi menjadi dua sistem zona,

yaitu:

1) Zona timur, jika pada tanggal 29 ijtimak geosentrik terjadi sebelum

terbit fajar di Makkah, maka hari berikutnya adalah tanggal 1 bulan

baru, tetapi jika ijtimak terjadi setelah fajar di Makkah maka

penanggalan diisktikmalkan menjadi 30.

Pengecualian:

Jika terjadi imkanur rukyat berdasarkan kriteria Audah di

kawasan manapun di zona timur, maka keesokan harinya

tanggal 1 bulan baru meskipun menurut kaidah di atas belum

masuk bulan baru.

Jika tidak terjadi imkanur rukyat di wilayah mana pun di zona

timur, maka diistikmalkan, meskipun menurut kaidah di atas

sudah masuk bulan baru.

Wilayah zona timur ini terdiri dari Australia, Negara-negara Asia,

kepulauan di Samudera Atlantik, Eropa dan Afrika

2) Zona Barat, jika pada tanggal 29 ijtimak geosentrik terjadi sebelum

terbenam Matahari di Makkah dan Bulan terlebih dahulu terbenam dari

Matahari, maka hari berikutnya tanggal 1 bulan baru, tetapai jika tidak

memenuhi maka penanggalan diistikmalkan menjadi 30 hari.

Pengecualian:

Jika terjadi imkanur rukyat dengan teleskop berdasarkan

kriteria Audah di daratan atau terjadi imkanur rukyat dengan

mata telanjang meskipun susah, maka hari berikutnya tanggal 1

bulan baru, meskipun menurut kriteria di atas belum bulan

baru.

Jika ketentuan pada point atas tidak terpenuhi maka

penanggalan diistikmalkan menjadi 30 hari.

Page 6: PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/PROBLEMATIKA...PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH GLOBAL

5

Wilayah zona barat ini terdiri dari benua Amerika dan pulau-pulau di

Laut Pasifik sebelah timur Garis Tanggal Internasional.9

b. Kalender Unifikatif

Sistem kalender ini menjadikan seluruh wilayah Bumi menjadi satu

wilayah dan satu penangggalan hijriah yang sama. Konsep bulan baru

kalender unifikatif ini dimulai sebelum pukul 00.00 AM GMT (pukul

07.00 WIB) telah memenuhi syarat imkanur rukyat yaitu tinggi hilal

minimal 5 derajat dan elongasi minimal 8 derajat. Sistem kalender

unifikatif ini sesuai dengan hasil penetapan kriteria pada kongres

pertemuan ke-5 Konferensi Istanbul10

the Science Commission of the

International Congress on Calendar Unity tahun 1978.11

Pengecualian:

Bulan baru tetap dimulai keesokan harinya meskipun imkanur

rukyat di suatu tempat di dunia terjadi setelah pukul 12 malam

GMT dengan ketentuan ijtimak terjadi sebelum waktu fajar New

Zealand.

Imkanur rukyat yang dimaksud pada point atas harus terjadi di

daratan benua Amerika dan tidak dipertimbangkan imkanur rukyat

di lautan.12

4. Implementasi Kalender Hijriah Global Turki Perspektif Fikih dan Sains

Menurut imam hanbali, rukyat pada suatu tempat bisa diberlakukan di

seluruh dunia. Namun, ini tidak berarti bahwa umat islam di semua bagian

dunia bisa berpuasa dan berlebaran pada hari yang sama. Bisa terjadi bahwa

pada suatu bagian bumi, hilal sudah terlihat pada suatu sore, namun pada

bagian lain baru terlihat esok harinya. Karena bumi itu bulat, tidak mungkin

9 “Al-Milaff al-Muhtawī Ma„āyīr Masyrū„ai at-Taqwīm al-Uḥādī wa aṡ-Ṡunā‟ī,” kertas kerja

yang dibahas dalam Kongres Penyatuan Kalender Hijriah, 28-30 Mei 2016, Istanbul, Turki, h. 4-5. 10

Hasil kesepakatan muktamar Internasional tentang kalender Islam yang diadakan di Istanbul

Turki pada tanggal 26-29 Zulhijjah 1398 H/ 2-3 November 1978 M dimana Indonesia termasuk sebagai

salah satu peserta. Dalam muktamar ini ditetapkan masuknya awal bulan secara syar‟i ditandai dengan

terjadinya ijtimak (konjungsi), dan ketika itu hilal sudah berada di atas ufuk setelah terbenam Matahari.

Selain itu muktamar juga menetapkan jarak sudut Matahari-Bulan minimal 8 derajat dan tinggi hilal

minimal 5 derajat. Lihat Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, Problematika Penentuan Awal Bulan,

Malang: Madani, 2014, h. 15. 11

http://adi-damanhuri.blogspot.co.id/2016/06/hasil-kongres-penyatuan-kalender.html diakses

pada tanggal 9 Oktober 217 pukul 13.00 WIB 12

“Al-Milaff al-Muhtawī Ma„āyīr..... h.9

Page 7: PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/PROBLEMATIKA...PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH GLOBAL

6

semua bagian bumi mempunyai penanggalan kamariah yang sama. Prinsip ini

sama dengan tahun syamsiyah, yang berbeda tanggalnya antara belahan bumi

bagian barat dan belahan bumi bagian timur.13

Berdasarkan pengertian ini, maka yang dimaksud dengan “keberlakuan

global rukyat” menurut imam hanafi adalah jika hilal terlihat pada suatu

tempat maka esok harinya tempat itu memasuki bulan baru kamariah,

demikian pula tempat yang terletak di belahan bumi yang sama (berada pada

sisi yang sama terhadap garis tanggal). Sedangkan tempat yang terletak

dibagian lain (disisi lain garis tanggal), maka awal bulan baru masuk pada lusa

hari.14

Dalam kajian fikih, ada tiga problematika dalam penerapan unifikasi

kalender hijriah global, yaitu:15

a. Penggunaan hisab

Terjadinya perbedaan pendapat oleh para ahli fikih mengenai dalil-

dalil rukyat yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar dan Abu Hurairah seperti

pada kalimat faqduru lahu dan fa in ghumma alaikum faqduru lahu. Ada

sebagian yang menyatakan merupakan dalil rukyat shahih dan tidak bisa

digantikan dengan hisab atau pun lainnya. Di sisi lain ada yang

mengatakan dalil tersebut tidak murni diartikan rukyat tetapi harus

dipahami berdasarkan kondisi alamiah, sosial dan keadaan ilmu hisab saat

itu. Kondisi alamiah saat itu yang masih bebas polusi dengan keadaan

langit yang bersih sangat mendukung penggunaan rukyat.16

sehingga dari

sini berkembangnya metode hisab sebagai penentuan awal bulan. Namun

jika diimplementasikan pada rukyat global maka ada sebagian wilayah

yang menghilangkan prinsip rukyat untuk kasus yang hilal dibawah ufuk.

b. Transfer imaknur rukyat atau permasalahan matlak

Secara etimologi matlak berarti tempat terbitnya benda-benda langit,

sedangkan secara terminologi berarti batas geografis keberlakuan rukyat

berdasarkan jangkauan dilihatnya hilal.17

13

Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab dan Rukyat, Jakarta: Gema Insani, 2005, h.18. 14

Ibid, h.19 15

Tasnim Rahman Fitra, Tanggapan Muhammadiyah dan NU terhadap Hasil Kongres

Internasional Unifikasi Kalender Hijriah di Turki Tahun 2016, Tesis Pascasarjana UIN Walisongo

Semarang tahun 2017, h.48. 16

Ibid, h.49-51. 17

Susiknan Azhari, Ensiklopedia Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, h.98.

Page 8: PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/PROBLEMATIKA...PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH GLOBAL

7

Seperti pada umumnya perbedaaan matlak ini sudah menjadi

perdebatan klasik para ulama sejak dahulu. Dalam wacana fikih, terdapat

dua sistem matlak, yakni keberagaman matlak (ikhtilaf al-matali’) yang

dibangun oleh mazhab Syafi‟i dan kesatuan matlak (ittihad al-Matali’ )

yang dibangun oleh mazhab Hanafi, Maliki dan Hanbali.18

Menurut sistem keragaman matlak (ikhtilaf al-matali’) beranggapan

bahwa hilal yang terlihat di muka Bumi ini terbatas dan tidak semua

wilayah hilal bisa terlihat pada hari pertama kemunculannya. Menurut

imam syafi‟i batas luas matlak antara daerah satu dengan yang lain diukur

berdasar jarak bolehnya mengqasar salat yakni jarak daerah tidak boleh

kurang dari 24 farsakh.19

Menurut sistem kesatuan matlak (ittihad al-Matali’) beranggapan

bahwa seluruh muka bumi ini adalah satu matlak artinya hilal yang

terlihat disuatu tempat maka hasil rukyat tersebut berlaku dan mengikat

untuk wilayah lain.20

Sehingga masih menjadi perdebatan rukyat global

menggunakan prinsip matlak yang mana.

Di sisi lain, sistem kesatuan matlak (ittihad al-Matali’) tidak sesuai

dengan astronomi. Hal ini disebabkan dalam sistem penanggalan hijriah

terdapat garis batas tanggal internasional sehingga bisa menyebabkan

perbedaan tanggal pada saat yang bersamaan. Garis batas tanggal hijriah

batasnya ditentukan oleh tempat dimana Bulan dan Matahari terbenam

secara bersamaan sedangakan semua wilayah belum tentu bisa terlihat

hilal secara bersamaan.21

c. Permulaan hari

Konsep permulaan hari menjadi penting jika dikaitkan dengan

unifikasi kalender hijriah global. Al-qur‟an tidak secara tegas memberi

patokan kapan dimulainya hari, tetapi hanya menyebutkan bahwa siang

ditandai dengan kemampuan mata membedakan antara benang putih dan

benang hitam.22

18

Syamsul Anwar, Interkoneksi Studi Hadis dan Astronomi, Yogyakarta: Suara

Muhammadiyah, 2011, h.107-108. 19

Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, terj. Bandung: Gema Insani, 1996, h.58. 20

Syamsul Anwar, Interkoneksi..... h.103-104. 21

Meri Fitri Yanti, Pendapat Empat Mazhab tentang Matlak dalam Penentuan Bulan Hijriah

(Perpektif Astronomi), Skripsi S1 IAIN Raden Intan, Lampung: ttp, 2017, h.104-106. 22

Lihat QS.al-Baqarah: 187.

Page 9: PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/PROBLEMATIKA...PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH GLOBAL

8

Jumhur ulama berpendapat bahwa hari dimulai sejak terbenamnya

Matahari, sebagimana dalam hal wajibnya membayar zakat fitrah (waktu

tempo).23

Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa hari dimulai ketika fajar. Hal ini

didasarkan pada pemahaman yang berbeda tentang waktu tempo

pembayaran zakat fitrah, yaitu saat mulai terbit fajar hari Idul Fitri.24

Di sisi lain, Jamaluddin Abr ar-Raziq menawarkan hari dalam kalender

hijriah dimulai pada pukul 00.00 tengah malam.25

Problematika unifikasi kalender hijriah Global dalam kajian astronomi, yaitu:

1. Permasalahan hisab

Menerima kalender hijriah global sebagai kalender islam dunia pada

prinsipnya penerimaan hisab sebagai metode penetapan awal bulan, karena

tidak mungkin jika hanya menggunakan rukyat sebagai metode. Metode

hisab saat ini juga berkembang menjadi visibilitas hilal/imkanur rukyat

yakni batas kemungkinan hilal bisa dilihat, artinya konsep ini membaurkan

antara hisab dan rukyat dalam penentuan awal bulan. Namun hingga saat

ini kriteria batas visibilitas hilal dalam astronomi masih belum bisa

dipatenkan yang berakibat semakin banyaknya kriteria.

2. Permasalahan matlak dan permulaan hari

Konsepsi matlak global dalam kalender islam melandaskan batas

perubahan hari/tanggal pada batas tanggal internasioanl, yaitu batas

tanggal yang digambarkan dengan garis imager dari utara ke selatan yang

terletak pada bujur 180 derajat dan membatasi dua hari/tanggal secara

berurutan, dimana hari/tanggal yang berada di kawasan barat garis lebih

dahulu satu hari dibanding yang berada di timur.

Namun jika ada salah satu wilayah yang belum memenuhi syarat

misalnya terbenamnya bulan sebelum matahari, dimana bulan baru harus

23

Ahmad Adib Rofiuddin, “Penentuan Hari dalam Sistem Kalender Hijriah”, Al-Ahkam:

Jurnal Pemikiran Hukum Islam, 2016, h.124. 24

Muhammad bin Ali Asy-Syaukani, Nail al-Autar, Jilid IV, Damaskus: Dar at-Tiba‟ah al-

Munriyyah, tt, h.563. pandangan ini dilandasi juga pada QS. Al-Baqarah ayat 187, dan Hadis Nabi,

yang berbunyi “puasamu adalah hari kamu berpuasa dan fitrahmu adalah hari kamu ber-idul fitri” ,

Sehingga menurut mereka hari dimulai ketika terbitnya fajar atau di waktu subuh, Lihat al-Kasani,

Bada’i al-Sana’i fi Tartib al-Syara’i, Beirut: ar al-Ihya‟ al-Turas al-Arabi, 1998, h.206. 25

Tasnim Rahman Fitra, Tanggapan..... h.62.

Page 10: PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/PROBLEMATIKA...PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH GLOBAL

9

dimulai ketika hilal masih berada di bawah ufuk, maka permasalahan

matlak akibat garis batas tanggal paling timur ini juga menjadi problem

dalam implementasi rukyat global sebagaimana rukyat global Turki.26

Garis tanggal imkanur rukyat yang paling timur berada di sekitar

ekuator, untuk wilayah yang paling barat adalah Amerika Selatan dan

wilayah yang paling timur adalah Samoa, beda waktu antara keduanya

adalah 10 jam, secara astronomis rata-rata tinggi bulan naik dari timur ke

barat 10 derajat, jika ketinggian hilal di Amerika Selatan 5 derajat maka

tinggi hilal di wilayah timur khususnya Asia Tenggara masih di bawah

ufuk.27

Hal ini juga berlaku pada permulaan hari, karena salah satu penyebab

yang menjadikan perbedaan hari adalah adanya Garis tanggal Islam

Internasional (the International Islamic Dateline). Garis ini tidak

memperhitungkan faktor jarak antara dua tempat sehingga awal dan akhir

puasa di kedua tempat tersebut bisa jatuh pada tanggal yang sama tetapi

bisa juga berbeda. Walaupun secara geografis dua buah tempat saling

berdekatan, jika keduanya berada pada sisi yang berlainan dari “garis

tanggal kamariah”, maka awal dan akhir Ramadan di tempat itu berbeda.

Mungkin saja bahwa wilayah indonesia terbelah oleh garis tanggal hijriah

ini, namun karrena indonesia menganut prinsip wilayatul hukmi, maka

penanggalan kamariah harus sama di seluruh wilayah hukum republik

indonesia.28

Perbedaan dan persamaan penanggalan yang berubah-ubah ini tidak

dijumpai pada sistem tahun miladiyah. Tempat garis tanggalnya selalu

tetap. Pada penanggalan kamariah, garis tanggal ini selalu bergeser, bukan

saja setiap tahun melainkan setiap bulan.29

Perbedaan garis tanggal kamariah ini disebabkan garisnya ditentukan

oleh gerakan bulan, bumi dan matahari. Jadi tiga benda langit tersebut

menentukan tahun kamariah.

26

Tasnim Rahman Fitra, Tanggapan....., h.155. 27

Lihat http://tdjamaluddin.wordpress.com 28

Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab dan Rukyat, Jakarta: Gema Insani, 2005, h.18, 29

Ibid, h.20

Page 11: PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/PROBLEMATIKA...PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH GLOBAL

10

Kelemahan Implementasi kriteria rukyat global Turki sebenarnya memiliki,

yaitu:

1. Adanya problem dimana wilayah bagian barat sudah menacapai

kriteria (5˚ - 8˚) sedangkan digaris tanggal timur khususnya di Asia

Tenggara hilal masih dibawah ufuk. Secara astronomi letak suatu

wilayah akan mempengaruhi tinggi dan sudut elongasi hilal. karena

semakin jauh suatu kota dari titik barat ke timur, maka tingkat

kesesuain dengan kriteria turki semakin kecil. Menurut T. Djamaluddin

kemungkin hilal wujud dan dapat rukyat untuk wilayah bagian timur

adalah ketinggian 3 derajat.

2. Adanya problem hilal masih dibawah ufuk tetapi istikmal keesokan

harinya masuk bulan baru. Hal ini terkait syarat pengecualian yaitu

konjungsi terjadi sebelum terbit fajar dan bagian daratan benua

Amerika memenuhi imkanur rukyat. Secara fikih prinsip tersebut telah

menghilangkan konsep rukyatul hilal secara fi’liyah dan berlawanan

dengan astronomi yakni Bulan terbenam lebih dahulu dari pada

Matahari.30

3. Adanya pergeseran waktu fajar setiap hari (konsep fajar New Zealand),

sedangkan kalender menghendaki patokan yang tetap.31

5. Kesimpulan

a. Konsep rukyat global turki secara fikih maupun astronomi masih

menimbulkan problematika, yaitu terkait penggunaan hisab, transfer

imkanur rukyat atau penggunaan matlak, dan permulaan hari.

b. Konsep rukyat global turki secara astronomi tidak sesuai dengan fikih, hal

ini terlihat dari konsep matlak rukyat global ada beberapa kasus yang

menghilangkan konsep rukyatul hilal secara fi’liyah.

30

Nur Shodiq, Kajian Kriteria Hisab Global Turki dan Usulan Kriteria Baru Mabims

Menggunakan Algoritma Jean Meeus, makalah disampaikan pada ujian komprehensif pascasarjana

UIN Walisongo Semarang tahun 2017, h.28-34. 31

Tasnim Rahman Fitra, Tanggapan....., h.151.

Page 12: PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/PROBLEMATIKA...PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH GLOBAL

11

c. Sejauhmana sains dapat menggantikan nash berupa wahyu dan ketentuan

syariah tentang unifikasi kalender global tetap seharusnya sains menjadi

instrumen pelaksana wahyu, dan tidak bisa menggantikan posisi wahyu.

6. Penutup

Demikian makalah ini dibuat. Penulis menyadari masih banyak adanya

kekurangan baik dari segi penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran

yang konstruktif sangat penulis butuhkan untuk pembuatan makalah

kedepannya. Kiranya hanya itu yang dapat penulis sampaikan, semoga

makalah ini dapat memberikan manfaat umumnya bagi masyarakat khususnya

bagi pembaca. Sekian terimakasih.

Page 13: PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/PROBLEMATIKA...PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH GLOBAL

12

DAFTAR PUSTAKA

“Al-Milaff al-Muhtawī Ma„āyīr Masyrū„ai at-Taqwīm al-Uḥādī wa aṡ-Ṡunā‟ī,” kertas

kerja yang dibahas dalam Kongres Penyatuan Kalender Hijriah, 28-30 Mei

2016, Istanbul, Turki.

Anwar, Syamsul, Interkoneksi Studi Hadis dan Astronomi, Yogyakarta: Suara

Muhammadiyah, 2011.

, “Muhammadiyah, Kongres Istanbul 2016 dan Kalender Global

Hijriah”

, “al-Jawānib asy-Syar„iyyah wa al-Fiqhiyyah lī Waḍ„ at-Taqwīm al-

Islāmī al-„Ālamī,” dalam Maṭāli‘ asy-Syuhūr al-Qamariyyah wa at-Taqwīm

al-Islāmī (Rabat, Maroko: ISESCO, 1431/2010).

Azhari, Susiknan, Ensiklopedia Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.

Butar-Butar, Arwin Juli Rakhmadi, Problematika Penentuan Awal Bulan, Malang:

Madani, 2014.

Kasani, al-, Bada’i al-Sana’i fi Tartib al-Syara’i, Beirut: ar al-Ihya‟ al-Turas al-Arabi,

1998.

Rofiuddin, Ahmad Adib, “Penentuan Hari dalam Sistem Kalender Hijriah”, Al-

Ahkam: Jurnal Pemikiran Hukum Islam, 2016.

Ruskanda, Farid, 100 Masalah Hisab dan Rukyat, Jakarta: Gema Insani, 2005.

Shodiq, Nur, Kajian Kriteria Hisab Global Turki dan Usulan Kriteria Baru Mabims

Menggunakan Algoritma Jean Meeus, makalah disampaikan pada ujian

komprehensif pascasarjana UIN Walisongo Semarang tahun 2017.

Syaukani, Muhammad bin Ali Asy-, Nail al-Autar, Jilid IV, Damaskus: Dar at-

Tiba‟ah al-Munriyyah, tt.

Yanti, Meri Fitri, Pendapat Empat Mazhab tentang Matlak dalam Penentuan Bulan

Hijriah (Perpektif Astronomi), Skripsi S1 IAIN Raden Intan, Lampung: ttp,

2017.

Zuhaili, Wahbah, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, terj. Bandung: Gema Insani, 1996.

Fitra, Tasnim Rahman, Tanggapan Muhammadiyah dan NU terhadap Hasil Kongres

Internasional Unifikasi Kalender Hijriah di Turki Tahun 2016, Tesis

Pascasarjana UIN Walisongo Semarang tahun 2017.

http://adi-damanhuri.blogspot.co.id/2016/06/hasil-kongres-penyatuan-kalender.html

diakses pada tanggal 9 Oktober 217 pukul 13.00 WIB

Page 14: PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI …if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2018/04/PROBLEMATIKA...PROBLEMATIKA KONGRES INTERNASIONAL UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH GLOBAL

13

http://tarjih.or.id/muktamar-turki-dan-momentum-penyatuan-kalender-di-indonesia/

diakses pada tanggal 10 Oktober 2017 pukul 11:02 WIB .