Top Banner
Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Senin/8 Oktober 2012 M.K Sanitasi Higiene PJ Dosen : Neny Mariyani, STP Asisten : Yuvita Alfa Nurani Wirayani Febi Haloho SANITASI RUANG, UDARA, DAN PEKERJA Kelompok 6/B-P2 Aiydi Basytin Hanif J3E111018 Ayu Putri Dharma J3E111050 Nova Tenri Dewi J3E111091 Andal Jumenda K J3E211157 Zaky Satrio P J3E211160
33

Print- Laporan Sanitasi Higiene

Aug 02, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Print- Laporan Sanitasi Higiene

Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Senin/8 Oktober 2012M.K Sanitasi Higiene PJ Dosen : Neny Mariyani, STP

Asisten : Yuvita Alfa Nurani Wirayani Febi Haloho

SANITASI RUANG, UDARA, DAN PEKERJA

Kelompok 6/B-P2

Aiydi Basytin Hanif J3E111018

Ayu Putri Dharma J3E111050

Nova Tenri Dewi J3E111091

Andal Jumenda K J3E211157

Zaky Satrio P J3E211160

SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN

PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 2: Print- Laporan Sanitasi Higiene

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 

Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih

dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan

bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan

meningkatkan kesehatan manusia.

Sanitasi memegang peranan penting dalam industri pangan karena

merupaka usaha taua tindakan ynag diterapkan untuk mencegah terjadinya

perpindahan penyakit pada makanan. Dengan menerapkan sanitasi yang tepat dan

baik, maka keamanan dari pangan yang diproduksi akan dijmin aman untuk

dikonsumsi. Kata Hygiene menurut Lukman (2008), berarti kondisi atau tindakan

untuk meningkatkan kesehatan atau ilmu yang berkaitan dengan pemeliharaan

kesehatan. Higiene mencakup usaha perawatan kesahatah dirii akaibat pekerjaan.

Udara merupakan salah satu sumber kontaminasi dalam pengolahan

pangan. Tingkat pencemaran udara tidak mengandung mikroflora secara alami,

tetapi kontaminasi dari lingkungan sekitarnya mengakibatkan udara mengandung

berbagai mikroorganisme. Mikroorganisme yang terdapat di udara biasanya

melekat pada bahan padat, misalnya debu, atau terdapat di dalam droplet air.

Menurut Irianto (2002), jumlah mikroorganisme yang mencemari udara juga

ditentukan oleh sumber pencemaran di dalam lingkungan, misalnya dari saluran

pernapasan manusia yang disemprotkan melalui batuk dan bersin.

Ruangan merupakan salah satu sumber kontaminasi dalam pengolahan

pangan. Jika di dalam suatu ruangan banyak terdapat debu dan air, mikroba yang

ditemukan di dalamnya juga bermacam-macam. Tingkat pencemaran udara di

dalam ruangan oleh mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti laju ventilasi,

padatnya orang, dan sifat serta taraf kegiatan orang-orang yang menempati

ruangan tersebut. Mikroorganisme dapat terhembuskan dalam bentuk percikan

dari hidung dan mulut.

Sanitasi dalam pengolahan pangan ditentukan juga oleh kebersihan pekerja

yang melakukan pengolahan, karena baik tangan, kaki, rambut maupun pakaian

Page 3: Print- Laporan Sanitasi Higiene

yang kotor dapat menyebabkan kontaminasi pada makanan yang diolahnya.

Mikroorganisme yang sering terdapat pada kulit misalnya bakteri pembentuk

spora dan stapilokoki, sedangkan pada rambut sering terdapat kapang.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum sanitasi udara, ruang dan pekerja ini adalah untuk

memberikan pemahaman dan keterampilan kepada mahasiswa mengenai metode

pengujian sanitasi udara, ruang dan hygiene pekerja.

Page 4: Print- Laporan Sanitasi Higiene

BAB II

HASIL PENGAMATAN

2.1 Hasil Pengamatan

2.1.1 Sanitasi Udara (kuantitatif)

Tabel 1. Hasil pengamatan sanitasi udara di beberapa tempat

Perlakuan Jumlah NA

Jumlah APDA

Densitas/m2/jamNA APDA

Toilet 139 4 4,3 x 104 mo/m2/jam 1,2 x 103 mo/m2/jam

Laboratorium Mikro

524 1 1,6 x105 mo/m2/jam 3,1 x 102 mo/m2/jam

Laboratorium Olah 1

63 1 2,0 x 104 mo/m2/jam 3,1 x 102 mo/m2/jam

Laboratorium Olah 2

356 7 1,1 x 105 mo/m2/jam 2,2 x 103 mo/m2/jam

Laboratorium Olah 4

183 5 5,8 x 104 mo/m2/jam 1,6 x 103 mo/m2/jam

Laboratorium Olah 5

72 7 2,3 x 104 mo/m2/jam 2,2 x 103 mo/m2/jam

Kantin 62 4 2,0 x 104 mo/m2/jam 1,2 x 103 mo/m2/jam

2.1.2 Sanitasi Ruang (kuantitatif)

Tabel 2. Hasil pengamatan sanitasi ruang di beberapa tempat

TempatSebelum

dibersihkan

Sesudah

dibersihkan

Sebelum

dibersihkan

CFU/m2

Sesudah

dibersihkan

CFU/m2

CB Link 9 1 1,6x104 1,7x103

Lab mikro 45 22 7,8x104 3,8x104

Lab olah 1 43 2 7,5x104 3,4x103

Lab olah 2 56 7 9,9x104 1,2x104

Lab olah 3 TBUD 48 - 8,4x104

Lab olah 4 47 32 8,2x104 5,6x104

UKS 16 8 2,8x104 1,4x104

Page 5: Print- Laporan Sanitasi Higiene

2.1.3 Sanitasi Pekerja

2.1.3.1 Sanitasi Tangan Pekerja (kualitatif)

Tabel 3. Hasil pengamatan sanitasi tangan pekerja dengan beberapa perlakuan

Sebelum dicuci Sesudah dicuciSetelah dicuci

dengan sabun

Setelah dicuci

dengan gel

VJA EMBA VJA EMBA VJA EMBA VJA EMBA

- ++ - +++ - +++ - +++

- + - - - - - -

- +++ + ++ +++ ++++ - +++

- ++++ - +++ - ++ - -

++ ++ - ++ +++ ++++ + ++

- +++ - ++++ - ++ - -

+++ +++ + ++ + ++++ + +++

*Keterangan : (-) Tidak tumbuh (+) Tumbuh sedikit (++) Tumbuh sedang (+++) Tumbuh banyak

2.1.3.2 Sanitasi Tangan Pekerja (kuantitatif)

Tabel 4. Hasil pengamatan sanitasi tangan pekerja dengan beberapa perlakuan

Perlakuan 100 10-1 10-2 Cfu/ml

Sebelum dicuci 146/60 40/9 48/15 1,4x102

Dicuci dengan air saja 113/157 61/18 43/56 2,0x102

Dicuci dengan sabun 110/128 50/78 7/17 1,6x102

Tangan dicuci

sabun+Antiseptik143/133 97/77 50/46 2,4x102

Dicuci dengan gel

antiseptik lalu pegang

rambut

TBUD/TBUD TBUD/TBUD 69/41 5,5x102

Tangan dicuci dengan tisu

basah5/11 3/13 10/12 8,0x100

Tangan dicuci dengan tisu

basah lalu pegang rambut175/100 153/114 128/120 3,6x102

Page 6: Print- Laporan Sanitasi Higiene

2.1.3.3 Sanitasi Rambut Pekerja (kualitatif)

Tabel 5. Hasil pengamatan sanitasi rambut pekerja dengan beberapa perlakuan

Media Tidak dicuci 2-3 hari Dicuci hari ituAPDA - -

NA + ++++APDA - -

NA + +++APDA - +

NA +++ ++APDA -   -*Keterangan : (-) Tidak tumbuh (+) Tumbuh sedikit (++) Tumbuh sedang (+++) Tumbuh banyak

BAB III

Page 7: Print- Laporan Sanitasi Higiene

PEMBAHASAN

3.2 Pembahasan

Sanitasi adalah suatu istilah yang secara tradisional dikaitkan dengan

kesehatan terutama kesehatan manusia. Oleh karena kesehatan manusia dapat

dipengaruhi oleh semua faktor-faktor dalam lingkungan, maka dalam prakteknya,

implikasi saniter meluas hingga kesehatan semua organisme hidup. Sanitasi

didefinisikan sebagai pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau

mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam rantai perpindahan

penyakit tersebut.

Potensi mikroba untuk merusak pangan dan menimbulkan penyakit pada

manusia, organisme lain dan tanaman, berarti bahwa mikrobiologi harus

memegang peranan yang sangat penting dalam ilmu sanitasi. Oleh karena itu

orang yang berkepentingan dalam sanitasi industri pangan perlu memiliki

pengertian dasar tentang mikroorganisme dalam kaitannya dengan manusia dan

pengawasan terhadap mikroorganisme dalam lingkungan tertentu seperti udara ,

ruangan, dan pekerja itu sendiri.

Udara sebenarnya bukan merupakan habitat untuk mikroorganisme. Sel-

sel mikroorganisme dalam udara bersama kontaminan bersama debu atau dengan

tetesan ludah. Mikroorganisme yang banyak terdapat di udara adalah bakteri, dan

jamur atau khamir. Mikroba tersebut ada di udara dalam bentuk vegetatif atau

dalam bentuk generatif.

Mikroorganisme dalam ruangan dapat berasal dari lingkungan luar (seperti

serbuk sari, jamur, dan spora) dan dapat pula berasal dari dalam ruang (seperti

serangga, jamur pada ruang lembab, kutu binatang peliharaan, dan bakteri).

Pekerja yang menangani pangan dalam suatu industri pangan merupakan

sumber kontaminasi yang penting, karena kandungan mikroba patogen pada

manusia dapat menimbulkan penyakit yang ditularkan melalui makanan.

Kebiasaan tangan (hand habits) dari pekerja pengelola pangan mempunyai

andil yang besar dalam peluang melakukan perpindahan kontaminan dari manusia

ke makanan. Kebiasaan tangan ini dikaitkan dengan pergerakan-pergerakan

Page 8: Print- Laporan Sanitasi Higiene

tangan yang tidak disadari seperti menggaruk kulit, menggosok hidung,

merapikan rambut, menyentuh atau meraba pakaian dan hal-hal lain yang serupa.

Untuk itulah, higienitas sanitasi lingkungan dan keamanan makanan

menjadi sangat penting agar tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Melihat

pentingnya hal tersebut maka kami berinisiatif melakukan praktikum uji

kontaminasi mikroba/sanitasi lingkungan dan pekerja.

3.2.1 Sanitasi Udara

Dari praktikum yang dilakukan, dapat dilihat koloni yang tumbuh pada

medium NA dan APDA. Pengamatan dilakukan pada tujuh tempat berbeda,

yaitu: toilet, laboratorium mikro, laboratorium olah 1, laboratorium olah 2,

laboratorium olah 4, laboratorium olah 5 dan kantin. Dua cawan petri masing-

masing berisi media NA dan APDA diletakkan pada tujuh tempat yang berpotensi

terhadap pertumbuhan mikroba. Cawan yang telah diberi media kemudian

dibiarkan terbuka selama 30 menit. Metode ini disebut ‘Spend Dish Time’.

Dari data yang telah didapat, dari ketujuh tempat ini, mikroorganisme

yang paling banyak tumbuh pada media NA terletak pada laboratorium mikro,

yaitu sebanyak 1,6 x105 mo/m2/jam, sedangkan mikroba yang tumbuh pada

medium APDA terletak pada laboratorium olah 2 dan 5, yaitu sebanyak 2,2 x 103

mo/m2/jam. Dapat diartikan bahwa mikroba yang tumbuh pada medium NA yang

diletakan pada Lab. Mikro adalah sejenis bakteri berwarna putih, kuning dan

orange. Lab. Mikro terdapat banyak bakteri, mungkin dikarenakan laboratorium

ini banyak digunakan untuk penelitian berbagai jenis objek. Sedangkan pada

media APDA yang diletakkan pada lab. Olah 2 dan 5 paling banyak ditumbuhi

oleh kapang dan khamir. Lab. Olah 2 dan 5 adalah tempat untuk mengolah

makanan. Makanan paling sering dikontaminasi oleh kapang atau khamir. Oleh

sebab itu pada laboratorium ini banyak terdapat kapang khamir.

Pada medium PCA yang diletakkan pada lab Mikro dan lab olah 1 paling

sedikit terdapat koloni, yaitu 3,1 x 102 mo/m2/jam dan pada medium NA koloni

paling sedikit terdapat pada cawan yang diletakkan pada lab. Olah 1 dan kantin,

yaitu 2,0 x 104 mo/m2/jam. Jadi dapat dikatakan bahwa lab. Olah 1 tidak terdapat

terlalu banyak kontaminasi dari mikroba.

Page 9: Print- Laporan Sanitasi Higiene

Jumlah dan macam mikroorganisme dalam suatu volume udara bervariasi

sesuai dengan lokasi, kondisi cuaca dan jumlah orang yang ada. Daerah yang

berdebu hampir selalu mempunyai populasi mikroorganisme atmosfer yang

tinggi. Sebaliknya hujan, salju atau hujan es akan cenderung mengurangi jumlah

organisme di udara dengan membasuh partikel yang lebih berat dan

mengendapkan debu. Jumlah mikroorganisme menurun secara menyolok di atas

samudera, dan jumlah ini semakin berkurang pada ketinggian (altitude) yang

tinggi

Menurut Irianto (2002), jumlah mikroorganisme yang mencemari udara

juga ditentukan oleh sumber pencemaran di dalam lingkungan, misalnya dari

saluran pernapasan manusia yang disemprotkan melalui batuk dan bersin, dan

partikel-partikel debu, yang terkandung dalam tetes-tetes cairan berukuran besar

dan tersuspensikan, dan dalam “inti tetesan” yang terbentuk bila titik-titik cairan

berukuran kecil menguap. Organisme yang memasuki udara dapat terangkut

sejauh beberapa meter atau beberapa kilometer; sebagian segera mati dalam

beberapa detik, sedangkan yang lain dapat bertahan hidup selama berminggu-

minggu, berbulan-bulan, bahkan lebih lama lagi.

3.2.2 Sanitasi Ruang

Percobaan menumbuhkan menumbuhkan mikroorganisme juga dilakukan

untuk melihat sanitasi ruang. Terdapat tujuh ruangan yang menjadi bahan uji.

ketujuh ruangan tersebut adalah CB link, Laboratorium mikro, Laboratorium olah

1, Laboratorium olah 2, Laboratorium olah 3, Laboratorium olah 4 dan UKS.

Percobaan ini juga dilakukan untuk melihat dua perbedaan antara lantai yang

dibersihkan dengan desinfektan dengan lantai yang tidak dibersihkan.

Metode yang digunakan untuk sanitasi ruang adalah dengan RODAC.

RODAC (Replicate Oraganism Direct Agar Contact Method) merupakan . cara

menghitung jumal mikroorganisme, terutama permukaan lantai, meja peralatan

dan lain - lain. Metode ini dipilih karena cepat untuk mengetahui hasilnya , tidak

dibutuhkan waktu yang terlalu lama. Metode RODAC dilakukan dengan

menempelkan cawan petri atau suntikan yang berisi media yang telah padat dan

menekannya ke permukaan yang diuji. Selanjutya diinkubasi selama 2 hari untuk

melihat koloni yang tumbuh dan dapat dilakukan perhitungan. Menurut

Page 10: Print- Laporan Sanitasi Higiene

Rahmawan (2011), metode ini diterapkan pada peralatan atau sesuatu yang

permukaannya rata atau datar seperti panci, piring, talenan, lantai dan yang

lainnya. Hal ini dilakukan untuk melihat efektivitas pembersihan dan desinfeksi

yang dilakukan, jika kontaminasinya tinggi akan sulit dilakukan perhitungan

(Lukman dan Soejoedono, 2009).

Kali ini digunakan PDA sebagi media. Potato Dextrose Agar (PDA)

merupakan salah satu media yang banyak digunakan untuk membiakkan kapang

dan khamir. Didapat hasil yang bervariasi dari hasil percobaan. Terjadi perbedaan

atau perubahan jumlah koloni setelah dibersihkan dengan desinfektan den

sebelum dibersihkan. Jumlah koloni pada lantai yang sudah dibersihkan berkurang

jika dibandingkan dengan lantai yang belum di bersihkan. Dari ketujuh tempat

yang dijadikan tempat pengujian, CB. Link merupakan tempat yang paling sedikit

terdapat kapang dan khamir, sedangkan laboratorium olah 3 terdapat paling

banyak dibandingkan dengan tempat yang lainnya. Sekalipun pada laboratorium

olah 3 sudah dibersihkan dengan desinfektan tapi tetap memiliki jumlah kapang

dan khamir paling banyak.

Banyaknya mikroba mungkin disebabkan oleh para manusia yang datang

membawa cemaran atau bisa saja dari udara. Perbedaan jumlah mikroba pada

setiap ruangan ini mungkin diakibatkan kegunaan dari masing – masing lab yang

berbeda. Sehingga memberikan dampak yang berbeda karena sumber kontaminasi

yang berbeda pula. Maka dari itu khususnya jika bekerja pada industri pangan,

aspek sanitasi sangat diperhatikan. Sanitasi yang buruk akan berdampak buruk

juga terhadap proses pengolahan serta hasilnya. Ruangan merupakan salah satu

bagian yang perlu diperhatikan sanitasinya. Sanitasi ruangan dapat dipelihara atau

tetap dijaga kebersihannya dengan cara membersihkannya dengan rutin.

Membersihkan akan lebih efektif jika menggunakan desinfektan.

Dari hasil percobaan terlihat bahwa lantai yang dibersihkan jumlah

mikrobanya berkurang. Misalnya pada laboratorium olah 2 sebelum dibersihkan

jumlah mikrobanya 9,9x104 CFU/m2 dan sesudah dibersihkan sebesar 1,2x104

CFU/m2. Hal ini berarti desinfektan ini efektif, memberikan hasil yang baik.

Menurut Harrigan (1998), jumlah mikroorganisme < 5 cfu/cm2 termasuk golongan

sanitasi memuaskan.

Page 11: Print- Laporan Sanitasi Higiene

3.2.3. Sanitasi Tangan Pekerja (Kualitatif)

Pekerja yang menangani pangan dalam suatu industri pangan merupakan

sumber kontaminasi yang penting, karena kandungan mikroba patogen pada

manusia dapat menimbulkan penyakit yang ditularkan melalui makanan. Manusia

yang sehat merupakan sumber potensial mikroba-mikroba seperti Staphylococcus

aureus, baik koagulase positif maupun koagulase negatif; Salmonella, Clostridium

perfringens dan streptokoki (enterokoki) dari kotoran (tinja). Stapilokoki umum

terdapat dalam kulit, hidung, mulut dan tenggorokan, serta dapat dengan mudah

dipindahkan ke dalam makanan. Sumber kontaminasi potensial ini terdapat

selama jam kerja dari para pekerja yang menangani makanan. Setiap kali tangan

pekerja mengadakan kontak dengan bagian-bagian tubuh yang mengandung

stapilokoki, maka tangan tersebut akan terkontaminasi dan segera akan

mengkontaminasi makanan yang tersentuh. Tangan dengan luka atau memar yang

terinfeksi merupakan sumber stapilokoki virulen, demikian pula luka yang

terinfeksi pada bagian tubuh lain, karena mungkin pekerja tersebut menggaruk

atau menyentuh luka tersebut. Organisme yang berasal dari alat pencernaan dapat

melekat pada tangan pekerja yang mengunjungi kamar kecil dan tidak mencuci

tangannya dengan baik sebelum kembali bekerja.

Mikroba patogen yang berasal dari alat pencernaan yang mampu

menimbulkan penyakit melalui makanan adalah: Salmonella, Streptokoki fekal,

Clostridium perfringens, EEC (Enteropathogenic Escherichia coli) dan Shigella.

Kebiasaan tangan (hand habits) dari pekerja pengelola pangan mempunyai andil

yang besar dalam peluang melakukan perpindahan kontaminan dari manusia ke

makanan. Kebiasaan tangan ini dikaitkan dengan pergerakan-pergerakan tangan

yang tidak disadari seperti menggaruk kulit, menggosok hidung, merapikan

rambut, menyentuh atau meraba pakaian dan hal-hal lain yang serupa.

Pada praktikum kali ini dilakukan uji sanitasi pekerja pada tangan

mahasiswa. Pada uji kebersihan tangan, media yang digunakan yaitu media

EMBA dan VJA. Uji kebersihan tangan bertujuan untuk mengetahui banyaknya

koloni pada beberapa media seperti VJA dan EMBA dengan cara menggunakan

tangan kotor, tangan setelah dicuci air, tangan setelah dicuci dengan sabun , dan

tangan setelah menggunakan antiseptik. Pada media EMBA, sampel yang

Page 12: Print- Laporan Sanitasi Higiene

digunakan yaitu menggunakan tangan kotor, tangan setelah dicuci air,tangan

setelah dicuci dengan sabun, dan tangan setelah menggunakan antiseptik. Masing-

masing dilakukan perlakuan dengan menyentuhkan tangan kotor, tangan setelah

dicuci air, tangan setelah dicuci dengan sabun, dan tangan setelah menggunakan

antiseptic pada empat dearah agar berbeda. Kemudian media-media pada cawan

tersebut diinkubasi pada suhu 30oC selama 2 hari kemudian kembali dilakukan

pengamatan. Hasil yang diperoleh pada media VJA untuk tangan sebelum dicuci

tidak ditemukan koloni pada kelompok 1,2,3,4, dan 6. Pada kelompok 5 dan 7

ditemukan koloni berwarna hitam yang menandakan adanya Staphylococcus

aureus. Pada tangan dicuci air hanya ditemukan pada kelompok 3 dan 7. Pada

tangan yang dicuci dengan sabun hanya ditmeukan pada kelompok 3, 5, dan 7,

dan pada kelompok 3 jumlah koloni yang ditemukan lebih banyak dari tangan

sebelumnya. Pada tangan yang menggunakan antiseptik koloni hanya ditemukan

pada kelompok 5 dan 7. Dari pengamatan yang dapat dilihat pada contoh

kelompok 7 bahwa jumlah koloni pada tangan sebeum dicuci lebih banyak dari

pada tangan yang dicuci air, sabun, dan antiseptic. Dan jumlah koloni yang paling

sedikit adalah pada tangan yang menggunakan antiseptic.

Sedangkan untuk pengujian dengan media Eosin Methyln Blue Agar

(EMBA) hasil yang didapatkan kelompok 1 dari perlakuan pertama hingga ke

empat didapatkan adanya peningkatan jumlah koloni, pada kelompok 2 hanya

didapatkan pada pada perlakuan tangan sebelum dicuci. Pada kelompok 3 pada

tangan sebelum dicuci terdapat 3 poin koloni, selanjutnya 2 poin , 3 poin , dan 3

poin hasil tersebut menandakan pada saat praktik adanya kesalahan atau tidak

mencuci tangan dengan benar.

Pada kelompok 4 didapatkan hasil yang berkurang di mulai dari perlakuan

pertaa hingga keempat. Hasil ini sesuai dengan teori yang ada bahwa tangan yang

dicuci dengan sabun lebih baik dari tangan yang hanya dicuci dengan air. Untuk

kelompok 5 didapatkan hasil yang rata dan terjadi peningkatan pada perlakuan

ketiga yaitu mencuci tangan dengan sabun. Ini diduga karena pada saat proses

pencucian tangan yang tidak benar atau adanya kontaminasi air. Pada kelompok 6

pada perlakuan pertama terdapat 3 poin koloni, pada perlakuan kedua terjadi

peningkatan jumlah koloni menjadi 4 point, ini diduga disebabkan karena adanya

Page 13: Print- Laporan Sanitasi Higiene

kontaminasi dari air yang digunakan untuk mencuci, pada perlakuan ketiga hasil

didapatkan berkurang dan akhirnya pada perlakuan keempat yaitu dengan

antiseptic tidak didapati adanya koloni. Hasil kelompok 7 pada perlakuan pertama

didapati 3 point, pada perlakuan kedua didapati 2 poin, tetapi terjadi peningkatan

jumlah koloni pada perlakuan ke tiga , dan pada perlakuan keempat 3 point atau

tidak berkurang.

Dari hasil pengamatan dapat dilihat pada kelompok 4 bahwa antiseptic

dapat membunuh kuman secara steril. Antiseptic yang digunakan adalah yang

berjenis Triclosan sebagai zat aktifnya. Triclosan juga banyak digunakan pada

sabun-sabun sebagai zat aktifnya. Triclosan menghambat biosintesis asam lemak

pada bakteri dengan cara menghambat kerja enzim enoyl-acyl carrier protein

reductase yang dikode oleh FabI atau homolognya, InhA pada Mycobacterium

smegmatis dan Mycobacterium tuberculosis, dengan cara menyempai substrat

naturahya. Triclosan juga mempunyai efek membranotropik, yaitu mengganggu

stabilitas struktur membran yang mengakibatkan penurunan integritas fungsional

membran sel tanpa menginduksi terjadinya lisis sel tersebut. Pada konsentrasi

bakterisidal, triclosan menyebabkan kebocoran kalium yang menandakan

terjadinya kerusakan membran (Loho 2007).

Terdapat beberapa hasil yang pada perlakuan pertama tidak didapati koloni

atau lebih sedikit, ini diduga karena mahasiwa yang sudah menyemprotkan

alchohol pada saat penuangan media atau pembuatan media.

3.2.4 Sanitasi Tangan Pekerja (Kuantitatif)

Tangan pekerja merupakan bagian tubuh yang paling sering kontak

dengan bahan pangan selama pengolahan. Perilaku yang kurang baik dari seorang

pekerja, misalnya tidak mencuci tangan sebelum bekerja, mengorek kuping, tidak

mencuci rambut, memegang hidung yang kena flu, bersin, mengeluarkan dahak

selama bekerja, toilet yang kurang bersih dan kebiasaan lainnya sangat potensial

dapat memindahkan mikroorganisme patogen yang ada pada tubuhnya ke dalam

makanan yang sedang diolah. Hal tersebut dapat berakibat terkontaminasinya

makanan tersebut.

Sanitasi dalam pengolahan pangan juga ditentukan oleh tingkat kebersihan

dan kesehatan pekerja yang melakukan pengolahan seperti tangan kotor yang

Page 14: Print- Laporan Sanitasi Higiene

dapat menyebabkan kontaminasi pada bahan pangan yang diolahnya. Cara

pemebersihan tangan pun mempengaruhi jumlah mikroba yang dapat

menimbulkan kontaminasi dalam jumlah melebihi batas.

Mikroorganisme yang sering terdapat pada kulit ini adalah bakteri

pembentuk spora dan Staptylococeus sp. Suatu penelitian menunjukkan bahwa 43

sampai 97 persen pegawai yang bekerja pada berbagai industri pengolahan pangan

merupakan pembawa Staptylococeus sp, Coliform sp. dan enterococcus sp. pada

tangannya.

Pada praktikum sanitasi pekerjaan dilakukan dua percobaan, yaitu secara

kualitatif dan kuantitatif. Pada percobaan kuantitatif dilakukan pengujian tangan

dengan 7 perlakuan, yaitu:

1. Perlakuan tangan sebelum dicuci

2. Perlakuan tangan yang dicucui dengan air saja

3. Perlakuan tangan yang dicuci sabun

4. Perlakuan tangan yang dicuci dengan sabun kemudian diberi antiseptik

5. Perlakuan tangan yang dicuci dengan air setelahnya memegang rambut

6. Perlakuan tangan yang dicuci dengan tissue basah

7. Perlakuan tangan yang dicuci denga tissue basah setelah itu pegang

rambut

Metode percobaan kuantitatif ini dilakukan dengan metode tuang dengan

tiga tingkat pengenceran. Metode tuang adalah dengan menuangkan suspensi

terlebih dahulu yang selanjutnya ditambahkan media. Uji kebersihan tangan

dilakukan pada media PCA karena yang ditujukan hanya untuk menghitung

jumlah koloni mikroorganisme yang tumbuh. Pembuatan pengenceran dilakukan

dengan metode celup tangan ke dalam plastik steril yang sudah diisi dengan

larutan fisiologis. Sebelumnya tangan dilakukan perlakuan pengujian. Ketika

media dimasukkan ke dalam cawan yang telah berisi suspensi perlu dilakuakan

homogenisasi dengan menggoyangkan cawan dengan bentuk angka 8 secara

perlahan-lahan. Hal ini perlu dilakukan agar pertumbuhan mikroba menyebar di

permukaan media.

Dari hasil pengamatan setelah inkubasi 2 hari dilihat bahwa bahwa jumlah

mikroba lebih banyak terdapat pada perlakuan tangan yang dicuci dengan air

Page 15: Print- Laporan Sanitasi Higiene

kemudian memegang rambut. Dibilas dengan air saja tidak akan membunuh

semua bakteri dan kuman, ditambah memegang rambut yang dapat diidentifikasi

tumbuhnya kapang dari ketombe.

Pada perlakuan tangan yang belum dicuci dengan jumlah mikroba 1,4 x

102 kemudian hasil pengamatan dibandingkan dengan tangan yang dicuci dengan

air saja dengan jumlah mikroba 2,0 x 102 terlihat bahwa jumlah mikroba tangan

yang dicuci dengan air saja lebih banyak mengandung mikroba. Pada perlakuan

tangan yang belum dicuci ini, pada pengenceran 102 dan 103 adanya hasil yang

tidak dimungkinkan karena jumlah mikroba pada perlakuan duplo keduanya tidak

masuk range. Hal ini mungkin dapat disebabkan kesalahan praktikan dalam

perhitungan.

Pada perlakuan tangan yang dicuci dengan air saja dan dibandingkan

dengan tangan yang dicuci dengan sabun terlihat bahwa jumlah mikroba lebih

banyak terdapat pada perlakuan tangan yang dicuci dengan air saja. Penggunaan

air saja dalam mencuci tangan pun tidak efektif untuk membersihkan kulit karena

air terbukti tidak dapat melepaskan lemak, minyak, dan protein dimana zat-zat ini

merupakan bagian dari kotoran organik. Sedangkan penggunaan sabun sebenarnya

dapat membunuh kuman dan bakteri khususnya Staptylococeus sp. tetapi

keefektifan sabun masih belum dapat membunuh semua bakteri karena mungkin

adanya kontaminasi pada wadah sabun yang dipakai berulang-ulang atau sabun

batang yang dapat terjadi kontaminasi silang.

Pada perlakuan tangan yang dicuci dengan sabun kemudian diberi

antiseptik terlihat jumlah mikroba lebih banyak jika dibandingkan dengan

perlakuan tangan yang dicuci dengan sabun saja. Hal ini dapat dikarenakan faktor-

faktor eksternal seperti kesalahan praktikan dalam perhitungan atau adanya

kontaminasi pada saat platting. Padahal hand sanitizer sudah teruji keefektifannya

untuk sanitasi tangan karena kandungannya sebagai antibakteri dan antivirus.

Walaupun tidak membunuh seluruh jenis virus dan bakteri, hand sanitizer dengan

kandungan alkohol 60% terbukti dapat melawan virus penyebab influenza.

Seperti yang terlihat dari hasil pengamatan, pengunaan tisu basah tidak

efektif untuk membunuh bakteri yang ada pada tangan. Hal ini disebabkan

penggunaan tisu basah dapat terjadinya kontaminasi silang dari pembolak-balikan

Page 16: Print- Laporan Sanitasi Higiene

tisu yang digunakan. Dari hasil pengamatan perlakuan tangan yang dicuci dengan

tisu basah didapatkan hasil yang tidak masuk range. Jumlah mikroba pada tiga

tingkat pengenceran menunjukkan jumlah mikroba yang < 25. Hal ini disebabkan

terbentuknya koloni yang besar pada media akibat tidak dilakukannya

homogenisasi setelah penambahan media ke dalam cawan.

3.2.5 Sanitasi Rambut Pekerja (Kualitatif)

Selain itu sanitasi pekerja juga dapat dilihat dari rambut pekerja. Pada

percobaan kali ini digunakan dua media yakni NA dan APDA. Rambut yang akan

diuji diberi dua perlakuan yaitu rambut yang dicuci dan rambut yang tidak dicuci

dua sampai tiga hari. Hal ini dilakukan untuk melihat perbedaan yang terjadi pada

rambut. Pengujian ini dilakukan secara kualitatif. Dari hasil yang didapat jika

pada media APDA kelompok 1, 3, dan 7 tidak terdapat kapang atau khamir baik

pada rambut yang dicuci maupun yang tidak dicuci selama dua sampai tiga hari.

Sedangkan pada kelompok 5 terjadi kejanggalan rambut yang dicuci tumbuh

mikroba sedikit. Hal ini mungkin salah pada saat melakukan penandaan sehingga

data tertukar.

Pada media NA kelompok 2, 4 dan 6 baik rambut yang dicuci maupun

rambut yang tidak dicuci pada hari itu terlihat adanya pertumbuhan mikroba.

Media NA kelompok 2, rambut yang tidak dicuci selama dua sampai tiga hari

tumbuh sedikit mikroba, namun pada rambut yang dicuci hari itu pertumbuhan

mukrobanya banyak. Hal yang serupa juga terjadi pada media NA kelompok 4,

rambut yang dicuci lebih banyak mikroba dibandingkan dengan rambut yang tidak

dicuci. Hal ini mungkin dikarenakan orang yang rambutnya dicuci pada hari itu,

pergi ke suatu tempat diamana pertumbuhan mikrobanya pesat. Misalnya di pasar,

jika orang itu pergi ke pasar maka udara di sana akan membawa dan berpengaruh

pada rambut yang di uji. Pada media kelompok 6 didapat hasil yang sesuai dengan

literature yakni rambu yang tidak dicuci lebih banyak tumbuh mikroba dibanding

dengan rambut yang dicuci. Maka pekerja yang akan kontak dengan makanan atau

proses dalam industri pangan tentunya, harus memperhatikan kebersihan.

Menggunakan penutup kepala atau hairnet juga salah satu cara untuk mencegah

kontaminasi silang.

Page 17: Print- Laporan Sanitasi Higiene

3.2.6 Faktor - Faktor

Perubahan yang terjadi di dalam lingkungan dapat mengakibatkan

perubahan sifat morfologi dan sifat fisiologi mikroba. Beberapa golongan sangat

tahan terhadap perubahan lingkungan, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan

kondisi baru. Adapula golongan mikroba yang sama sekali peka terhadap

perubahan lingkungan sehingga tidak dapat menyesuaikan diri. Faktor lingkungan

sangat penting artinya di dalam usaha mengendalikan kegiatan mikroba baik

untuk kepentingan proses ataupun pengendalian. Mikroba memerlukan kondisi

lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhannya. Faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan mikroba dapat berupa faktor abiotik (fisikawi maupun kimiawi) dan

faktor biotik (meliputi kehidupan aksenik dan adanya asosiasi kehidupan). Faktor

abiotik diantaranya temperatur, pH, kebutuhan air, tekanan osmosis dan oksigen

molekuler (Suharni 2009).

Hal ini sesuai bahwa terdapat beberapa faktor abiotik yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan bakteri, antara lain: suhu, kelembapan, cahaya, pH,

Aw dan nutrisi. Apabila dfaktor-faktor abiotik tersebut memenuhi syarat, sehingga

optimum untuk pertumbuhan bakteri, maka bakteri dapat tumbuh dan berkembang

biak.

Page 18: Print- Laporan Sanitasi Higiene

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Pada percobaan yang dilakukan untuk melihat sanitasi pekerja, ruang dan

udara dapat dilakukan dengan beberapa cara. Dapat dilakukan dengan pengamatan

secara kualitatif maupun kuantitatif untuk lebih akurat. Pada sanitasi ruang dapat

dilihat bahwa udara disekitar kita mengandung kontaminas dari lingkungan

sekitar yang membuat udara mengandung mikroorganisme. Tempat yang berbeda

akan merupakan kontaminasi yang berbeda pula.

Pada sanitasi ruang dilihat efektivitas desinfektan yang digunakan. Dapat

dilihat bahwa lantai yang dibersihkan dengan desinfektan memiliki kandungan

mikroba yang lebih sedikit dibanding dengan lantai yang tidak dibersihkan. Maka

kebersihan ruangan juga penting untuk diperhatikan. Begitu pula pada sanitasi

pekerja, rambut dan tangan merupakan aspek yang penting karena akan kontak

langsung dengan pengolahan. Rambut yang dibersihkan bisa menjadi kontaminasi

yang berbahaya begitu juga dengan tangan yang kotor. Cara membersihkan tangan

yang baik adalah dengan menggunakan sabun tidak hanya air saja. Bahkan tisu

basah juga tidak terlalu baik untuk membersihkan tangan pekerja.

4.2 Saran

Dalam melakukan pengolahan di laboratorium, tentunya praktikan harus

bekerja secara benar untuk menghindari terjadinya kontaminasi yang dapat

mencemari atau mengubah hasil percobaan menjadi tidak tepat sasaran atau hasil

yang diinginkan tidak sesuai dengan literatur yang ada. Penggunaan jenis media

yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba atau mikroorganisme harus

disesuaikan dengan karakteristik mikroba tersebut dan sesuai dengan apa yang

ingin dilihat.

Sebagai praktikan yang nantinya akan bekerja di industri pangan kita harus

lebih memiliki kepedulian lebih dan dalam hidup bermasyarakat kita tidak boleh

membuang sampah di sembarang tempat. Serta mematuhi peraturan yang ada,

misalnya memakai hairnet, membersihkan tangan dan melepaskan asesoris saat

bekerja.

Page 19: Print- Laporan Sanitasi Higiene

DAFTAR PUSTAKA

Iqbal. 2008. Ada Mikroba di Udara. http://iqbalali.com/ [30 September 2012]

Loho, Tony dan Utami Lidya . 2007. Uji Efektivitas Antiseptik Triclosun l% terhadap Stuphylococcas uulFerls, E scherichia coli, Enterococcus fueculis, dan Pseudomon&s ueruginosu. Volume: 57. Halaman 176

Lukman DW. 2008. Definisi Higiene, Sanitasi dan Higiene Pangan. artikel. http://higiene-pangan.blogspot.com/ [30 September]

Lukman DW, RR Soejoedono. 2009. Uji Sanitasi Dengan Metode RODAC. Penuntun Praktikum Higiene Pangan Asal Ternak. Bogor. Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner. Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet. Fakultas Kedokteran Hewan. IPB

Rahmawan O. 2001. Sumber Kontaminasi dan Teknik Sanitasi. Modul Dasar Bidang Keahlian. Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Pendidikan Menegah Kejuruan. Jakarta

Suharni dkk. 2008. Mikrobiologi Umum. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya

Page 20: Print- Laporan Sanitasi Higiene

DAFTAR LAMPIRAN

Gambar 1. Hasil Pengamatan Kualitatif Media NA

Gambar 2. Hasil Pengamatan Kuantitatif Media PCA

Page 21: Print- Laporan Sanitasi Higiene

Gambar 3. Hasil Pengamatan Sanitasi Udara Media APDA

Gambar 4. Hasil Pengamatan Sanitasi Udara Media NA

Page 22: Print- Laporan Sanitasi Higiene

Perhitungan

Diketahui: d= 9 cm, buka 30 menit

I = 3,14 x 4,52

= 63,585

Perhitungan:

No NA APDA

1. Densitas = 139 x 10000 : 63,585 x

60 : 30

= 4,3 x 104

Densitas = 4 x 10000 : 63,585 x 60 :

30

= 1,2 x 103

2. Densitas = 524 x 10000 : 63,585 x

60 : 30

= 1,6 x105

Densitas = 1 x 10000 : 63,585 x 60 :

30

= 3,1 x 102

3. Densitas = 63 x 10000 : 63,585 x

60 : 30

= 2,0 x 104

Densitas = 1x 10000 : 63,585 x 60 :

30

= 3,1 x 102

4. Densitas = 356 x 10000 : 63,585 x

60 : 30

= 1,1 x 105

Densitas = 7x 10000 : 63,585 x 60 :

30

= 2,2 x 103

5. Densitas = 183 x 10000 : 63,585 x

60 : 30

= 5,8 x 104

Densitas = 5 x 10000 : 63,585 x 60 :

30

= 1,6 x 103

6. Densitas = 72 x 10000 : 63,585 x

60 : 30

= 2,3 x 104

Densitas = 7 x 10000 : 63,585 x 60 :

30

= 2,2 x 103

7. Densitas = 62 x 10000 : 63,585 x

60 : 30

= 2,0 x 104

Densitas = 4 x 10000 : 63,585 x 60 :

30

= 1,2 x 103