Top Banner
PRINSIF DAN TEKNIK DASAR PEMBUATAN SEDIAAN FARMASI Disusun Oleh : KELOMPOK 5 EDWIN FILDZA HUWAINA FATHIN ELSA APRILIANTI ERINA DWI JAYANTI ABDUL WAHID PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN
27

Prinsip Dan Teknik Dasar Pembuatan Sediaan Farmasi

Oct 23, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Prinsip Dan Teknik Dasar Pembuatan Sediaan Farmasi

PRINSIF DAN TEKNIK DASAR PEMBUATAN SEDIAAN FARMASI

Disusun Oleh :

KELOMPOK 5

EDWIN

FILDZA HUWAINA FATHIN

ELSA APRILIANTI

ERINA DWI JAYANTI

ABDUL WAHID

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2013

Page 2: Prinsip Dan Teknik Dasar Pembuatan Sediaan Farmasi

Daftar isi

Halaman judul.....................................................................................................

Daftar isi.............................................................................................................

BAB.1.Pendahuluan...........................................................................................

BAB.2.Isi............................................................................................................

A. Sediaan GalenikaB. Sediaan Semi padatC. Sediaan cairD. Sediaan padat

BAB.3.penutup dan kesimpulan.........................................................................

Daftar pustaka

Page 3: Prinsip Dan Teknik Dasar Pembuatan Sediaan Farmasi

BAB 1.PENDAHULUAN

Bentuk sediaan dalam bidang farmasi juga semakin bervariasi. Sediaan obat tersebut

antara lain sediaan padat seperti serbuk, tablet, kapsul.Sediaan setengah padat seperti

salep, cream, pasta, suppositoria dan gel,bentuk sediaan cair yaitu suspensi, larutan,

dan emulsi sertabentuk sediaaan galenik seperti infus,ekstrak dan lain-lain.Dengan

adanya bentuk sediaan tersebut diharapkan dapat memberikan kenyamanan dan

keamanan bagi konsumen.sebagai seorang farmasis muda kita harusnya tau

bagaimana cara membuat sediaan-sediaan tersebut.Nah sebelum lebih jauh kita

membahas nya kita harus tahu dulu prinsip dan tehknik dasar pembuatan sediaan-

sediaan tersebut.

Dalam proses pembuatan suatu sediaan ada beberapa tantangan yang akan

dihadapi contonya dlm produksi Sediaan Cair :

1.Kelarutan

2.Stabilitas

3.Pengawetan

4.Kekentalan

5.Penampilan secara keseluruhan (warna, bau, rasadan penampilan)

Page 4: Prinsip Dan Teknik Dasar Pembuatan Sediaan Farmasi

Bab.II.ISI

A. Galenika

Pembuatan sediaan galenik secara umum dan singkat sebagai berikut:

•Bagian tumbuhan yang mengandung obat diolah menjadi simplisia atau bahanobat nabati.

•Dari simplisia tersebut obat-obat (bahan obat) yang terdapat di dalamnyadiambil dan diolah dalam bentuk sediaan/preparat.Tujuan dibuatnya sediaan galenik:

1.Untuk memisahkan obat-obat yang terkandung dalam simplisia dari bagianlain yang dianggap tidak bermanfaat.

2.Membuat suatu sediaan yang sederhana dan mudah dipakai

3.Agar obat yang terkandung dalam sediaan tersebut stabil dalam penyimpanan yang lama.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan galenik antara lain:

1.Derajat kehalusan.Derajat kehalusan ini harus disesuaikan dengan mudah atau tidaknya obatyang terkandung tersebut di sari. Semakin sukar di sari, simplisia harus dibuatsemakin halus, dan sebaliknya.

2.Konsentrasi / kepekatanBeberapa obat yang terkandung atau aktif dalam sediaan tersebut harus jelaskonsentrasinya agar kita tidak mengalami kesulitan dalam pembuatan.

3.Suhu dan lamanya waktu Harus disesuaikan dengan sifat obat, mudah menguap atau tidak, mudah tersari atau tidak.

4.Bahan penyari dan cara penyari .Cara ini harus disesuaikan dengan sifat kelarutan obat dan daya serap bahan penyari ke dalam simplisia

Penarikan (Extraction)

Extractio adalah cara menarik satu atau lebih zat-zat dari bahan asal yangumumnya zat berkhasiat tersebut tertarik dalam keadaan (khasiatnya) tidak berubah. Istilah extractio hanya dipergunakan untuk penarikan zat-zat dari bahanasal dengan menggunakan cairan penarik/pelarut. Cairan penarik yangdipergunakan disebut

Page 5: Prinsip Dan Teknik Dasar Pembuatan Sediaan Farmasi

menstrum, ampasnya disebut marc atau faeces. Cairan yangdipisahkan disebut Macerate Liquid, Colatura, Solution, Perkolat.Umumnya extractio dikerjakan untuk simplisia yang mengandung zat berkhasiat atau zat-zat lain untuk keperluan tertentu.. Zat-zat berkhasiat tersebutantara lain alkaloida, glukosida, damar, olea, resina, minyak atsiri, lemak.Disamping itu terdapat juga jenis-jenis gula, zat pati, zat lendir, albumin, protein, pectin, selulosa yang pada umumnya mempunyai daya larut dalam cairan pelaruttertentu dimana sifat-sifat kelarutan ini dimanfaatkan dalam extractio.Tujuan utama extractio adalah untuk mendapatkan zat-zat berkhasiat pengobatan sebanyak mungkin dari zat-zat yang tidak berfaedah, supaya lebihmudah digunakan dari pada simplisia asal. Begitu juga penyimpanan dan tujuan pengobatannya terjamin sebab pada umumnya simplisia terdapat dalam keadaantercampur yang memerlukan cara-cara penarikan dan cairan-cairan penarik tertentuyang nantinya akan menghasilkan sediaan galenik sesuai dengan pengolahannya.Suhu penarikan juga sangat mempengaruhi hasil penarikan. Suhu penarikan padamasing-masing cara extractio berbeda-beda.

Maserasi: 15 – 25 C

Digerasi: 35 – 45 C

Infundasi: 90 – 98 C

Memasak: suhu mendidih

Dalam beberapa hal sebelum sediaan yang dimaksud dibuat, simplisia perlu diolah terlebih dahulu. Misalnya mengawal lemakkannya (Strychni, Secale cornuti)atau menghilangkan zat pahitnya (Lichen islandicus). Agar zat-zat yang tidak berguna/merusak tidak ikut tertarik bersama-sama dengan zat-zat yang berkhasiat.Cara menghilangkan isi simplisia yang tidak berguna :

1.Dengan memakai bahan pelarut yang tepat dimana bahan berkhasiatnya mudahlarut, sedangkan yang tidak berguna sedikit atau tidak larut dalam cairan penyari tersebut.

2.Dengan menarik/merendam pada suhu tertentu dimana bahan berkhasiatterbanyak larutnya.

3.Dengan menggunakan jarak waktu menarik yang tertentu dimana bahan berkhasiat dari sipmlisia lebih banyak larutnya, sedangkan bahan yang tidak berguna sedikit atau tidak larut.

4.Dengan memurnikan/membersihkan memakai cara-cara tertentu baik secarailmu alam maupun ilmu kimia.Jadi kesimpulan dalam extractio ini adalah memilih salah satu cara penarikanyang tepat dengan cairan yang pantas dan memisahkan ampas dengan hasil penarikan yang akan menghasilkan sebuah preparat galenik yang

Page 6: Prinsip Dan Teknik Dasar Pembuatan Sediaan Farmasi

dikehendaki.Simplisia yang dipergunakan umumnya sudah dikeringkan, kadang-kadang juga yang segar. Untuk kemudahan simplisia yang kering ini dilembabkan terlebihdahulu/di-maserer dalam batas waktu tertentu. Disamping itu simplisia iniditentukan derajat halusnya untuk memperbesar atau memperluas permukaannya,sehingga menyebabkan proses difusi dari zat-zat berkhasiat lebih cepat dari padamelalui dinding-dinding sel yang utuh (proses osmose)

Cara menghilangkan isi simplisia yang tidak berguna :

1.Dengan memakai bahan pelarut yang tepat dimana bahan berkhasiatnya mudahlarut, sedangkan yang tidak berguna sedikit atau tidak larut dalam cairan penyari tersebut.

2.Dengan menarik/merendam pada suhu tertentu dimana bahan berkhasiatterbanyak larutnya.

3.Dengan menggunakan jarak waktu menarik yang tertentu dimana bahan berkhasiat dari sipmlisia lebih banyak larutnya, sedangkan bahan yang tidak berguna sedikit atau tidak larut.

4.Dengan memurnikan/membersihkan memakai cara-cara tertentu baik secarailmu alam maupun ilmu kimia.Jadi kesimpulan dalam extractio ini adalah memilih salah satu cara penarikanyang tepat dengan cairan yang pantas dan memisahkan ampas dengan hasil penarikan yang akan menghasilkan sebuah preparat galenik yang dikehendaki.Simplisia yang dipergunakan umumnya sudah dikeringkan, kadang-kadang juga yang segar. Untuk kemudahan simplisia yang kering ini dilembabkan terlebihdahulu/di-maserer dalam batas waktu tertentu. Disamping itu simplisia iniditentukan derajat halusnya untuk memperbesar atau memperluas permukaannya,sehingga menyebabkan proses difusi dari zat-zat berkhasiat lebih cepat dari padamelalui dinding-dinding sel yang utuh (proses osmose)

B. Semi Padat

Untuk semi padat kita mengambil contoh salep.

ATURAN UMUM PEMBUATAN SALEP

1. Bagian – bagian yang dapat larut dalam sejumlah campuran lemak yamg diperuntukkan bilamana perlu dilarutkan dengan pemanasan di dalamnya.

Page 7: Prinsip Dan Teknik Dasar Pembuatan Sediaan Farmasi

2. Zat-zat yang mudah larut dalam air kecuali ditentukan lain ,bila banyak nya air yang dipergunakan untuk pelarutan dapat dipungut oleh jumlah campuran lemak yang telah ditentukan, mula-mula dilarutkan dalam air; banyaknya air yang dipergunakan mula-mula dikurangi dari jumlah yang telah ditentukan dari campuran lemak.

3. Zat-zat yang dalam lemak dan dalam air atau kurang cukup dapat larut harus sebelumnya dijadikan serbuk, dan diayak melalui dasar ayakan B40. Pada pembuatan unguenta ini zat yang padat sebelumnya dicampur rata dengan lemak, yang beratnya sama atau setengahnya,bilamana perlu sebelumnya dilelehkan dan kemudian sejumlah sisa lemaknya telah atau tidak dilelehkan ditambahkan sebagian demi sebagian.

4. Apabila unguenta dibuat dengan perlelehan, maka campurannya harus diaduk sampai dingin.

Ada dua cara pembuatan salep : pencampuran dan pelelehan.

Aturan umum salep.

1. Zat yang dapat larut dalam dasar salep, dilarutkan didalamnya, bila perlu dengan pemanasan rendah.

2. Zat yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu mendukung/menyerap air tersebut, dilarutkan dulu dalam air yang tersedia, setelah itu ditambahkan bagian dasar salep yang lain.

3. Zat yang tidak cukup larut dalam dasar salep, lebih dahulu diserbuk dan diayak dengan derajat ayakan no.100

4. Bila dasar salep dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebut harus diaduk sampai dingin.

CARA PELEBURAN/PELELEHAN

Biasanya tidak hanya satu macam basis, campuran basis salep dilelehkan bersama-sama, didinginkan, diaduk sampai membeku.

Hal yang perlu diperhatikan :

Page 8: Prinsip Dan Teknik Dasar Pembuatan Sediaan Farmasi

1. Perbedaan titik lebur basis yang besar

Basis dgn TL tinggi dilelehkan terlebih dahulu, kmudian basis dgn TL rendah ditambahkan kedalam lelehan tsb. à jk bersama2 à larut

2. Basis bertipe emulsi

pelelehan, kemudian proses emulsifikasi

3. Basis tidak campur dgn air

dilelehkan bersama2 diatas penangas air (70-75⁰C).

4. Basis larut dalam air

larutkan dulu dalam air yang terdapat dalam resep, kemudian

panaskan 70-75⁰C. bahan lainnya dicampur tersendiri. Kemudian bahan lain

dimasukkan kedalam lelehan, suhu dipertahankan 5-10⁰C, didingikan sambil diaduk terus.

C. Padat

Untuk sediaan padat kita mengambil contoh tablet.

Tablet

Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpabahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tabletcetak dan tablet kempa. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi padaserbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dengan caramenekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan.(Farmakope Indonesia, Edisi IV, 1995).Syarat-syarat tablet, yaitu :- Ukuran seragam : diameter tablet 1 ½-3 kali tebal tablet.- Bobot seragam : penyimpangan rata-rata untuk tablet dengan berat 300 mg ataulebih, ialah 5-10%.

Page 9: Prinsip Dan Teknik Dasar Pembuatan Sediaan Farmasi

- Waktu hancur / disintegrasi tablet : harus hancur dalam air dalam waktu tidaklebih dari 15 menit pada suhu 36º – 38º C.- Waktu hancur tablet bersalut gula atau bersalut selaput : harus hancur dalam airdalam waktu tidak lebih dari 60 menit.- Waktu hancur tablet bersalut enteric : zat penyalut dilarutkan dulu dalam HCL0,06 N selama 3 jam, kemudian tablet dimasukkan ke dalam dapar pH 6,8. Tabletharus hancur dalam waktu 60 menit pada suhu 36º- 38ºC

D. Cair

1. LARUTAN

Definisi Larutan

- Menurut farmakope Indonesia edisi III

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, kecuali dinyatakan lain sebagai pelarut digunakan air suling.

Larutan steril yang digunakan sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang tertera pada injectiones. Wadah harus dikosongkan dengan cepat, kemasan boleh lebih dari 1 liter.

- Menurut Farmakope Indonesia edisi IV

Larutan dalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut,missal : terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.

- Menurut Formularium Nasional

Larutan adalah sediaan cair yang dibuat dengan melarutkan satu jenis obat atau lebih didalam pelarut, dimasudkan untuk digunakan sebagai obat dalam, obat luar atau yang dimasudkan kedalam organ tubuh.

Macam-macam Sediaan

- Penggolongan menurut cara pemberiannya:

1. Larutan oral adalah sediaan oral yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven-air

Page 10: Prinsip Dan Teknik Dasar Pembuatan Sediaan Farmasi

a. Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi (sirup simpleks adalah sirup yang hamper jenuh dengan sukrosa)

b. Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven (pelarut)

2. Larutan topical adalah larutan yang biasanya mengandung air, tetapi sering sekali mengandung pelarut lain seperti etanol dan poliol untuk penggunaan pada kulit, atau dalam larutan lidokain oral topical untuk penggunaan pada permukaan mukosa mulut. a. Losio (larutan atau suspensi) yang digunakan secara topical

b. Larutan otik adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan pendispersi.

- Penggolongan berdasarkan system pelarut

1. Spirit adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat mudah menguap, umumnya digunakan sebagai bahan pengaroma

2. Tingtur adalah larutan mengandung etanol atau hidroalkohol yang dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia.

3. Air suling adalah larutan jernih dan jernih dalam air, dari minyak mudah menguap atau senyawa aromatik,atau bahan mudah menguap lainnya.

Pelarut yang biasa digunakan adalah:

a. Air untuk melarutkan bermacam-macam garam.

b. Spiritus untuk melarutkan kamfer, iodine, mentol

c. Gliserin untuk melarutkan tannin, zat samak, boraks, fenol

d. Eter untuk melarutkan kamfer, fosfor, sublimat

e. Minyak untuk melarutkan kamfer, menthol

f. Paraffin liguidum untuk melarutkan cera, cetasium, minyak-minyak, kamfer, mentol, klorbutanol

g. Kloroform untuk melarutkan minyak-minyak, lemak

keuntungan dan Kerugian

Page 11: Prinsip Dan Teknik Dasar Pembuatan Sediaan Farmasi

- Keuntungan :

1. Merupakan campuran homogeny

2. Dosis sapat diubah-ubah dalam pembuatan

3. Dapat diberikan dalam larutan encer, sedangkan kapsul dan tablet sulit diencerkan

4. Kerja awal obat lebih cepat karena obat cepat diabsopsi

5. Mudah diberi pemanis, bau-bauan dan warna, dan hal ini cocok untuk pemberian oral pada anak-anak

6. Untuk pemakaian luar, bentuk larutan mudah digunakan

- Kerugian :

1. Volume bentuk larutan lebih besar

2. Ada obat yang tidak stabil dalam larutan

3. Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan

Syarat-syarat Larutan

a. Komponen berupa: cairan, padat, gas

b. Pelarut berupa cairan

c. Zat pelarut harus dapat larut dalam pelarutnya

Komposisi Sediaan Larutan

1. Bahan aktif

2. Solute (zat terlarut)

Contohnya: kamfer, iodine, menthol, cerra, cetasium

3. Solven (zat pelarut)

Contohnya: air: untuk macam-macam garam

Spiritus: untuk kamfer,iodium, menthol

Gliserin: untuk tannin, zat samak, borax, fenol

Page 12: Prinsip Dan Teknik Dasar Pembuatan Sediaan Farmasi

Eter: untuk kamfer, fosfor, sublimat

Minyak: untuk kamfer dan menthol

Paraffin Liquidum: untuk cera, cetasium, minyak-minyak kamfer, menthol, chloro butanol

Eter minyak tanah: untuk minyak-minyak lemak

4. Bahan Tambahan

- Pengawet anti jamur digunakan dalam preparat cairan dan preparat setengah padat untuk mencegah pertumbuhan jamur

Contoh: asam benzoate, butyl paraben, etil paraben, propel paraben, natrium benzoate, natrium propionate

- Pengawet anti mikroba digunakan dalam preparat cair, dan preparat setenfah padat untuk mencegah pertumbuhan mokroorganisme

Contoh: benzalkonium klorida, benzotanum, benzyl alcohol, setilpridium klorida, klorobutanol, fenol, fenil etil alcohol, fenil merkuri nitrat, timerosol.

Metode Pembuatan

1. zat-zat yang mudah larut dilarutkan dalam botol

2. zat-zat yang agak sukar larut dilarutkan dengan pemanasan

3. untuk zat-zat yang akan terbentuk hidrat maka air dimasukkan dulu dalam erlenmeter agar tidak terbentuk senyawa hidrat yang lebih lambat larutnya

4. untuk zat yang meleleh dalam air panas dan merupakan tetes besar dalam dasar Erlenmeyer atau btol maka perlu dalam melarutkan digoyang atau dikocok untuk mempercepat larutnya zat tersebut

5. zat-zat yang mudah terurai pada pemanasan tidak boleh dilarutkan dengan pemanasan atau dilarutkan secara dingin

6. zat-zat yang mudah menguap bila dipanasi, dilarutkan dalam botol tertutup dan dipanaskan serendah-rendahnya sambil digoyangkan

7. obat-obat keras harus dilarutkan tersendiri, untuk meyakini apakah sudah larut semua, dapat dilarutkan dalam tabung reaksi lalu dibilas

Page 13: Prinsip Dan Teknik Dasar Pembuatan Sediaan Farmasi

8. perlu diperhatikan bahwa pemanasan hanya diperlukan untuk mempercepat larutnya suatu zat, tidak untuk menambah kelarutannya sebab bila keadaannya menjadi dingin maka akan terjadi endapan.

II. SUSPENSI

Definisi Suspensi

- Menurut Farmakope Indonesia edisi III

Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa

- Menurut Farmakope Indonesia edisi IV

Suspense adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair

- Menurut Formularium Nasional

Suspense adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk sangat halus, dengan atau tanpa zat tambahan yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan

Macam-Macam Suspensi

1. Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair dengan penambahan bahan pengaroma.

2. Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair, di tunjukan untuk pemakian di permukaan kulit.

3. Suspensi tetes telinga sediaan cair yang mengandung partikel dalam bentuk halus yang terdispersi dalam fase cair yang di teteskan pada telinga.

4. Suspensi oftalmik sediaan cair yang mengandung partikel sangat halus yang terdispersi dalam cair pembawa untuk pemakaian pada mata.

5. Suspensi ijeksi adalah sediaan padat dan kering dengan bahan pembawa yang sesuai persyaratan suspensi steril.

(Syamsuni, A. 2006)

Page 14: Prinsip Dan Teknik Dasar Pembuatan Sediaan Farmasi

Keuntungan dan Kerugian

1. Keuntungan

a. Baik digunakan untuk pasien yang menerima tablet / kapsul

b. Homogenitas tinggi

c. Lebih mudah diabsorpsi dari pada tablet / kapsul

d. Dapat menutupi rasa tidak enak

e. Mengurangi penggunaan zat aktif yang tidak stabil dalam air

2. Kekurangan

a. Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal jika jenuh, olegradasi, dll)

b. Jika membentuk “cracing” akan sulit terdispersi

c. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan system disperse (cacking, flokulasi, deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi atau perubahan temperature

d. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahuluuntuk memperoleh dosis yang diinginkan

Syarat-syarat Suspensi

- Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap

- Jika dikocok harus segera terdispersi kembali

- Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi

- Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau sedia dituang

(Anonim b. 1995)

Metode pembuatan suspensi :

1. Metode Dispersi adalah dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilage yang telah terbentuk kemudian baru diencerkan, perlu diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesukaran pada saat mendispersiserbuk dalam vehicle, hal tersebut karena adanya udara, lemak atau kontaminan pada serbuk. Serbuk yang sangat halus mudah kemasukan udara sehingga sukar dibasahi. Mudah sukarnya serbuk-serbuk dibasahi tergantung besarnya sudut kontak anatara zat terdispersi

Page 15: Prinsip Dan Teknik Dasar Pembuatan Sediaan Farmasi

dengan medium. Bila sudut kontak ± 900 serbuk akan mengambang diatas cairan, serbuk yang sedemikian disebut memiliki sifat hidrofob. Untuk menurunkan tegangan anatar muka antara partikel zat padat dengan cairan tersebut perlu ditambahkan zat pembasah atau wetting agent

2. Metode Presipitasi adalah zat yang didispersikan dilarutkan dahulu kedalam pelarut organic yang hendak dicampur dengan air, setelah larut pelarut organic, larutan zat ini kemudian diencerkan dengan larutan pensuspensi. Cairan organic tersebut adalah etanol, propilen glikol dan polietilen glikol.

III. EMULSI

Definisi emulsi

- Menurut farmakope indonesia edisi III

Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat terdispersi dalam pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.

- Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi IV

Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersi terdiri dari bulatan – bulatan kecil zat cair yang terdistribusi keseluruh pembawa yang tidak tercampur.

- Menurut farmakope indonesia edisi IV

Emulsi adalah system dua fase yang salah satu caranya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil.

Macam-macam emulsi

1. Oral

Umumnya emulsi tipe o/w, karena rasa dan bau minyak yang tidak enak dapat tertutupi, minyak bila dalam jumlah kecil dan terbagi dalam tetesan-tetesan kecil lebih mudah dicerna.

2. Topikal

Umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung banyak faktor misalnya sifat zatnya atau jenis efek terapi yang dikehendaki. Sediaan yang penggunaannya di kulit dengan tujuan menghasilkan efek lokal.

3. Injeksi

Page 16: Prinsip Dan Teknik Dasar Pembuatan Sediaan Farmasi

Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Contoh : Vit. A diserap cepat melalui jaringan, bila diinjeksi dalam bentuk emulsi.

(Syamsuni, A. 2006)

Tipe-tipe emulsi

a. Tipe emulsi o/w atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase internal, air sebagai fase eksternal.

b. Tipe emulsi w/o atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal, minyak sebagai fase eksternal.

(Syamsuni, A. 2006)

Cara pembuatan emulsi :

1. Metode gom kering

Dalam metode ini zat pengemulsi (biasanya gom arab ) dicampur dengan minyak terlebih dahulu, kemudian ditambahkan air untuk membentuk korpus emulsi, baru diencerkan sisa air yang tersedia.

2.Metode gom basah atau Metode Inggris

Zat pengemulsi ditambahkan kedalam air agar membuat suatu mucilago kemudian perlahan – lahan minyak dicampurkan untuk membentuk emulsi kemudian diencerkan dengan sisa air.

3. Metode botol

Digunakan untuk minyak menguap dan zat – zat yang bersifat minyak dan memiliki viskositas rendah (kuning kental ) serbuk gom dimasukkan kedalam botol yang ditambahkan 2 bagian air, botol ditutup, kemudian campuran tersebut digojog dengan kuat, tambahkan sisa airs edikit demi sedikit sambil digojok.

Emulsi yang tidak memenuhi persyaratan

Page 17: Prinsip Dan Teknik Dasar Pembuatan Sediaan Farmasi

1. Creaming : terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, yaitu nagian mengandung fase dispersi lebih banyak dari pada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversibel artinya jika dikocok perlahan akan terdispersi kembali.

2. Koalesensi dan cacking (breaking) : pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butiran minyak berkoalesensi/menyatu menjadi fase tunggal yang memisah. Emulsi ini bersifat irreversible. Hal ini terjadi karena :

a. Peristiwa kimia : penambahan alkohol, perubahan pH

b. Peristiwa fisika : pemanasan, pendinginan, penyaringan

c. Peristiwa biologi : fermentasi bakteri, jamur, ragi

3. Inversi fase peristiwa berubahnya tipe emulsi o/w menjadi w/o secara tiba-tiba atau sebaliknya sifatnya irreversible.

Stabilitas Emulsi

• Jika didiamkan tidak membentuk agregat

• Jika memisah antara minyak dan air jika dikocok akan membentuk emulsi lagi

• Jika terbentuka gregat, jika dikocok akan homogen kembali

Komponen emulsi

A. Komponen dasar yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam emulsi, terdiri atas :

a. Fase dispersi : zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lainnya.

b. Fase pendispersi : zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar ( bahan pendukung ) emulsi tersebut.

c. Emulgator : bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.

Contoh emulgator :

4. Gom Arab : Cara Pembuatan air 1,5 kali bobot GOM

5. Tragacanth : Cara Pembuatan air 20 kali bobot tragacanth

6. Agar-agar : Cara Pembuatan 1-2% agar-agar yang digunakan

Page 18: Prinsip Dan Teknik Dasar Pembuatan Sediaan Farmasi

7. Condrus : Cara Pembuatan 1-2% condrus yang digunakan

8. CMC-Na : Cara Pembuatan 1-2% cmc-na yang digunakan

Emulgator alam

• Kuning telur : Cara Pembuatan emulsi dengan kuning telur dalam mortir luas dan digerus dnegan stemper kuat-kuat, setelah itu dimasukkan minyaknya sedikit demi sedikit, lalu diencerkan dengan air dan disaring dengan kasa.

• Adeps lanae

Emulgator mineral

• Magnesium Aluminuin Silikat ( Veegum ) : Cara Pembuatan diapaki 1%

• Bentonit : Cara Pembuatan 5% bentonit yang digunakan

Emulgator buatan/sintesis

1. Tween : Ester dari sorbitan dengan asam lemak disamping mengandung ikatan eter dengan oksi etilen, berikut macam-macam jenis tween :

a. Tween 20 : Polioksi etilen sorbitan monolaurat, cairan seperti minyak.

b. Tween 40 : Polioksi etilen sorbitan monopalmitat, cairan seperti minyak.

c. Tween 60 : Polioksi etilen sorbitan monostearat, semi padat seperti minyak.

d. Tween 80 : Polioksi etilen sorbitan monooleat, cairan seperti minyak.

2. Span : Ester dari sorbitan dengan asam lemak. Berikut jenis span :

a. Span 20 : Sorbitan monobiurat, cairan

b. Span 40 : Sorbitan monopulmitat, padat seperti malam

c. Span 60 : Sorbitan monooleat, cair seperti minyak

B. Komponen Tambahan yaitu bahan tambahan yang sering ditambahkan ke dalam emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya : pewarna, pengaroma, perasa, dan pengawet.

IV. ELIXIR

Defini elixir

- Menurut farmakope indonesia edisi III 1979, eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau yang sedap, mengandung obat dan selain obat

Page 19: Prinsip Dan Teknik Dasar Pembuatan Sediaan Farmasi

seperti pemanis, pewangi dan pengawet, digunakan secara oral. Pelarut utama biasanya etanol, bisa juga ditambahkan gliserol, sorbitol, dan propilenglikol.

Page 20: Prinsip Dan Teknik Dasar Pembuatan Sediaan Farmasi

Bab.III.penutup

Keismpulan

Dari pembahasan diatas kita dapat menarik kesimpulan : Ada beberapa tehnik dasar dan pengetahuan awal yang harus

diketahui dalam proses pembuatan sediaan galenik,padat,cair dan semi padat

Kita harus mengetahui sifat-sifat dari contoh obat yang digunakan sebelum membuat sediaan

Dalam mebuat sediaan kita harus memilih bahan-bahan yang sesuai dengan sifat bahan baku yang digunakan seperti dalam pemilihan pemanis,pengawetnya atau dengan kata lain zat tambahannya.

Daftar pustaka

1. Van Duin, C.F, 1954, Ilmu Resep, PT. Soeroengan, Edisi 2, Jakarta,73-79.2.Anonim, Pharmacope Belanda, Edisi V, 188-189.3.Andrew Chevallier Mnimh, The Encyclopedia of Medicinal Plants,Dorling Kindersley, 290-291.4. Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, DepartemenKesehatan RI, Jakarta.5.Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, DepartemenKesehatan RI, Jakarta.