Top Banner
Prinsip BK A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah mahluk filosofis, artinya manusia mepunyai pengetahuan dan berpikir, manusia juga memiliki sifat yang unik, berbeda dengan mahluk lain dalam pekembanganya. Implikasi dari keragaman ini ialah bahwa individu memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk memilih dan megembangkan diri sesuai dengan keunikan atau tiap – tiap potensi tanpa menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Dari sisi keunikan dan keragaman idividu, maka diperlukanlah bimbingan untuk membantu setiap individu mencapai perkembangan yang sehat didalam lingkungannya. [1] Pada dasarnya bimbingan dan konseling juga merupakan upaya bantuan untuk menunjukan perkembangan manusia secara optimal baik secara kelompok maupun idividu sesuai dengan hakekat kemanusiannya dengan berbagai potensi, kelebihan dan kekurangan, kelemahan serta permaslahannya. Adapun dalam dunia pendidikan, bimbingan dan konseling juga sangat diperlukan karena dengan adanya bimbingan dan konseling dapat mengantarkan peserta didik pada pencapai Standar dan kemampuan profesional dan Akademis, serta perkembangan dini yang sehat dan produktif. Di dalam bimbingan dan konseling selain ada pelayanan juga ada Prinsip – prinsipnya. B. Rumusan Masalah 1. Apa itu prinsip? 2. Apa pengertian Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling? 3. Apa sajakah macam-macam prinsip Bimbingan Konseling? C. Pembahasan. 1. Pengertian prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling Prinsip yang berasal dari asal kata ” PRINSIPRA” yang artinya permulan dengan suatu cara tertentu melahirkan hal –hal lain , yang keberadaanya tergantung dari pemula itu, prisip ini merupakam hasil perpaduan antara kajian teoritik dan teori lapangan yang terarah yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan yang dimaksudkan.[2] Prinsip bimbingan dan Konseling menguraikan tentang pokok – pokok dasar pemikiran yang dijadikan pedoman program pelaksanaan atau aturan main yang harus di ikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan dapat juga dijadikan sebagai
35

Prinsip BK

Oct 26, 2015

Download

Documents

Rani Vatharani
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Prinsip BK

Prinsip BK

A. Latar Belakang Masalah.

Manusia adalah mahluk filosofis, artinya manusia mepunyai pengetahuan dan berpikir, manusia juga memiliki sifat yang unik, berbeda dengan mahluk lain dalam pekembanganya. Implikasi dari keragaman ini ialah bahwa individu memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk memilih dan megembangkan diri sesuai dengan keunikan atau tiap – tiap potensi tanpa menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Dari sisi keunikan dan keragaman idividu, maka diperlukanlah bimbingan untuk membantu setiap individu mencapai perkembangan yang sehat didalam lingkungannya.[1]

Pada dasarnya bimbingan dan konseling juga merupakan upaya bantuan untuk menunjukan perkembangan manusia secara optimal baik secara kelompok maupun idividu sesuai dengan hakekat kemanusiannya dengan berbagai potensi, kelebihan dan kekurangan, kelemahan serta permaslahannya.

Adapun dalam dunia pendidikan, bimbingan dan konseling juga sangat diperlukan karena dengan adanya bimbingan dan konseling dapat mengantarkan peserta didik pada pencapai Standar dan kemampuan profesional dan Akademis, serta perkembangan dini yang sehat dan produktif. Di dalam bimbingan dan konseling selain ada pelayanan juga ada Prinsip – prinsipnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu prinsip?

2. Apa pengertian Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling?

3. Apa sajakah macam-macam prinsip Bimbingan Konseling?

C. Pembahasan.

1. Pengertian prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling

Prinsip yang berasal dari asal kata ” PRINSIPRA” yang artinya permulan dengan suatu cara tertentu melahirkan hal –hal lain , yang keberadaanya tergantung dari pemula itu, prisip ini merupakam hasil perpaduan antara kajian teoritik dan teori lapangan yang terarah yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan yang dimaksudkan.[2]

Prinsip bimbingan dan Konseling menguraikan tentang pokok – pokok dasar pemikiran yang dijadikan pedoman program pelaksanaan atau aturan main yang harus di ikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan dapat juga dijadikan sebagai seperangkat landassan praktis atau aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.

Prayitno mengatakan : ” Bahwa prinsip merupakan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan” jadi dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip – prinsip bimbingan dan konseling merupakan pemaduan hasil – hasil teori dan praktek yang dirumuskan dan dijadikan pedoman sekaligus dasar bagi peyelenggaran pelayanan.[3]

2. Macam – macam prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling

Dalam pelayanan bimbingan dan konseling, prinsip yang digunakan bersumber dari kajian filosofis hasil dari penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budaya, pegertian, tujuan, fungsi, dan proseses, penyelenggaraan bimbingan dan konseling.

Ada beberapa prinsip pelaksanaan bimbingan dan konseling diantaranya :

Page 2: Prinsip BK

a. Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu (guidance is for all individuals). Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua individu atau peserta didik, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah, baik pria maupun wanita, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual).

b. Bimbingan bersifat individualisasi. Setiap individu bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan individu dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi focus sasaran bantuan adalah individu, meskipun layanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.

c. Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada individu yang memiliki persepsi yang negative terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan , dan peluang untuk berkembang.

d. Bimbingan merupakan usaha bersama. Bimbingan bukan hanya tugas dan tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala sekolah. Mereka sebagi teamwork terlibat dalam proses bimbingan.

e. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan. Bimbingan diarahkan untuk membantu individu agar dapat melakukan pilihan dan dapat mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada individu, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan individu diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi individu untuk mempertimbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Jones et.al. (1970) berpendapat bahwa kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan individu untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.

f. Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan. Pemberian layanan bimbingan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang layanan bimbingan pun bersiafat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, social, pendidikan, dan pekerjaan.

Biasco (Syamsu, 1998:10) mengidentifikasi lima prinsip bimbingan, yaitu sebagai berikut

a. Bimbingan, baik sebagai konsep maupun proses merupakan bagian integral program pendidikan di sekolah. Oleh karena itu bimbingan dirancang untuk melayani semua siswa, bukan hanya untuk anak yang berbakat atau yang mempunyai masalah.

b. Program bimbingan akan berlangsung dengan efektif apabila ada upaya kerjasama antarpersonal sekolah, juga dibantu oleh personel dari luar sekolah, seperti orangtua siswa atau para spesialis.

c. Layanan Bimbingan didasarkan kepada asumsi bahwa individu memiliki peluang yang lebih baik untuk berkembang melalui pemberian bantuan yang terencana.

d. Bimbingan berasumsi bahawa individu, termasuk anak-anak memiliki hak untuk menentukan sendiri dalam melakukan pilihan. Pengalaman dalam melakukan pilihan sendiri tersebut berkontribusi kepada perkembangan rasa tanggung jawabnya.

e. Bimbingan ditujukan kepada perkembangan pribadi setiap siswa, baik menyangkut aspek akademik, sosial, pribadi, maupun vokasional.

Page 3: Prinsip BK

3. Prinsip-prinsip berkenaan dengan sasaran pelayanan

Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah individu-individu baik secara perorangan maupun kelompok yang menjadi sasaran pelayanan pada umumnya adalah perkembangan dan perikehidupan individu, namun secara lebih nyata dan langsung adalah sikap dan tingkah lakunya yang dipengaruhi oleh aspek-aspek kepribadian dan kondisi sendiri, serta kondisi lingkungannya, sikap dan tingkah laku dalam perkembangan dan kehidupannya itu mendorong dirumuskannya prinsip-prinsip bimbingan dan konseling sebagai berikut :

a. BK melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi.

b. BK berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.

c. BK memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan berbagai apek perkembangan individu.

d. BK memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.

4. Prinsip-prinsip berkenaan dengan masalah individu

Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kehidupan individu tidaklah selalu positif, namun faktor-faktor negatif pasti ada yang berpengaruh dan dapat menimbulkan hambatan-hambatan terhadap kelangsungan perkembangan dan kehidupan individu yang berupa masalah. Pelayanan BK hanya mampu menangani masalah klien secara terbatas yang berkenaan dengan :

a. BK berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental atau fisik individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah, disekolah serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.

b. Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah pada invidu yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan BK.

5. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program pelayanan

Adapun prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelayanan layanan BK itu adalah sebgaai berikut :

a. BK merupakan bagian integrasi dari proses pendidikan dan pengembangan, oleh karena itu BK harus diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik.

b. Program BK harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga.

c. Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi.

5. Prinsip-prinsip berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan

Pelaksanaan pelayanan BK baik yang bersifat insidental maupun terprogram, dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan, dan tujuan ini akan diwujudkan melalui proses tertentu yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dalam bidangnya, yaitu konselor profesional.

Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan hal tersebut adalah :

Page 4: Prinsip BK

a. BK harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalm menghadapi permasalahannya.

b. Dalam proses BK keputusan yang diambil dan akan dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri bukan karena kemauan atau desakan dari pihak lain.

c. Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.

d. Kerja sama antara guru pembimbing, guru-guru lain dan orang tua anak, amat menentukan hasil pelayanan bimbingan.

e. Pengembangan program pelayanan BK ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.[4]

6. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling disekolah dalam lapangan operasional bimbingan dan konseling.

Sekolah merupakan lembaga yang wajah dan sosoknya sangat jelas. Di sekolah pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dengan amat baik mengingat sekolah merupakan lahan yang secara potensial sangat subur, sekolah memiliki kondisi dasar yang justru menuntut adanya pelayanan ini pada kadar yang tinggi. Pelayanan BK secara resmi memang ada disekolah, tetapi keberadaannya belum seperti yang dikehendaki.

D. Kesimpulan

Prinsip-prinsip BK merupakan pemanduan hasil-hasil teori dan praktek yang dirumuskan dan dijadikan pedoman dan dasar bagi penyelenggaraan pelayanan.

1. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan :

a. Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur jenis kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi.

b. Bimbingan dan konseling berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu dan memperhatikan tahap-tahap atau berbagai aspek perkembangan individu, serta memberikan perhatian utama kepada perbedaan invidual yang menjadi orientasi pokok pelayanan.

2. Prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu

Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental atau fisus individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah maupun disekolah, dan yang menjadi faktor timbulnya masalah pada individu adalah kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan.

3. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan

a. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari upaya pendidikan dan pengembangan individu;

b. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan dngan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga serta disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi.

4. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan tujuan pelaksanaan pelayanan

Page 5: Prinsip BK

a. Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk mengembangkan invidu sehingga keputusan yang diambil dan akan dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri.

b. Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.

5. Prinsip bimbingan dan konseling disekolah

Prinsip BK disekolah menegaskan bahwa penegakan dan penumbuh kembangan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah hanya mungkin dilakukan oleh konselor profesional yang sadar akan profesinya, dan mampu menerjemahkan ke dalam program dan hubungan dengan sejawat dan personal sekolah lainnya, memiliki komitmen dan keterampilan untuk membantu siswa dengan segenap variasinya disekolah, dan mampu bekerja sama serta membina hubungan yang harmonis-dinamis dengan kepala sekolah.

Daftar Pustaka.

Hallen, 2002. Bimbingan dan Konseling. Liputan Press : Jakarta

Nurihsan Juntika. 2006. Bimbingan dan Koseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. PT RFIKA ADITAMA : Bandung

Prayitno dan Erman Amfi. 1995. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Reneka Cipta : Jakarta

Syamsu Yusuf dan Nurihsan Juntika. 2009. Landasan Bimbingan dan Konseling. PT Remaja Rosdakarya : Bandung

http://ipankreview.wordpress.com/2009/03/15/fungsi-dan-prinsip-bimbingan-konseling-bk/feed/ di akses tanggal, 07 oktober 2011, jam 11.00

[1] Nurihsan Juntika. 2006. Bimbingan dan Koseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. PT RFIKA ADITAMA : Bandung

[2] Hallen, 2002. Bimbingan dan Konseling. Liputan Press : Jakarta

[3] Prayitno dan Erman Amfi. 1995. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Reneka Cipta : Jakarta

[4] Hallen, 2002. Bimbingan dan Konseling. Liputan Press : Jakarta

Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling

Posted on April 6, 2012by Binham

Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling yang di maksud di sini adalah hal-hal yang menjadi pegangan dalam bimbingan dan konseling. Haditono (dalam Bimo Walgito, 2010) mengemukakan 12 prinsip bimbingan sebagai berikut:

Bimbingan dan kosenling di maksudkan untuk anak-anak, orang dewasa dan orang yang sudah tua

Tiap aspek dari kepribadian seseorang menentukan tingkah laku orang itu. Dengan demikian, bimbingan yang bertujuan memajukan penyesuaian individu harus pula memajukan individu it dalam semua aspek-aspek tadi.

Page 6: Prinsip BK

Usaha-usaha bimbingan pada prinsipnya harus menyeluruh kesemua orang yang mempunyai berbagai masalah untuk yang butuh pertolongan

Sehubungan dengan prinsip yang kedua, semua guru di sekolah seharusnya menjadi pembimbing karena semua murid juga membutuhkan bimbingan

Sebaiknya semua usaha pendidikan adalah bimbingan sehingga alat-alat dan teknik mengajar juga sebaiknya mengandung suatu dasar pandangan bimbingan

Dalam memberikan suatu bimbingan harus diingat bahwa semua orang, meskipun sama dalam sifat-sifatnya, namun tetap mempunyai perbedaan-perbedaaan individual dan perbedaan tersebut harus di perhatikan

Supaya bimbingan dapat berhasil dengan baik, di butuhkan pengertian yang mendalam mengenai orang yang di bimbing

Keduanya memerlukan sekumpulan catatan mengenai kemajuan dan keadaan anak yang di bimbing tadi

Haruslah di ingat bahwa pergolakan-pergolakan sosial, ekoimo dan politik dapat menimbulkan tingkah laku yang sukar atau penyesuaian yang salah

Bagi anak-anak haruslah kita ingat bahwa sikap orang tua dan suasana rumah sangat mempengaruhi tingkah laku mereka

Fungsi dari bimbingan ialah menolong orang supaya berani dan dapat memikultanggung jawab sendiri dalam mengatasi kesukaran yang di alaminya

Usaha bimbingan harus bersifat fleksibel sesuai dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat, serta kebutuhan individual

Namun secara lebih jelas yang sudah di sampaikan oleh banyak ahli bahwa pada dasarnay rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling apa umumnya berkenaan dengan sasaran layanan, masalah klien, tujuan dan proses penangan masalah, program pelayanan dan penyelenggaraan layanan (Prayitno & Amti, 2004)

Daftar pustaka:

Prayitno & Amti, Erman. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka Cipta

Walgito, Bimo. (2010). Bimbingan Konseling Studi dan Karier. Yogjakarta: CV Andi Offset

Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling di Sekolah

A. Prinsip-prinsip BKPrinsip merupakan hasil dari kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang akan dimaksudkan. Sejumlah prinsip mendasari gerak dan langkah penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling. Prinsip ini berkaitan dengan tujuan, sasaran layanan, jenis layanan dan kegiatan pendukung serta berbagai aspek operasional pelayanan bimbingan dan konseling. Dalam layanan bimbingan dan konseling perlu diperhatikan sejumlah prinsip yaitu:1. Prinsip-prinsip berkenaan dengan klien.Sasaran pemberian bimbingan dan konseling adalah individu, baik sendiri maupun kelompok. Individu adalah mahluk yang unik, setiap individu berbeda dengan individu lainnya.

Page 7: Prinsip BK

Karena itu prinsip-prinsipnya dirumuskan sebagai berikut:a. Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku agama dan status social ekonomi.b. Bimbingan dan konseling berurusan denga pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.c. Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek perkembangan individu. Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanan.d. Individu yang satu dengan lainnya adalah serupa dalam berbagai hal, tetapi perbedaan individu harus diperhatikan dalam pemberian bantuan atau bimbingan kepada individu.

2. Prinsi-prinsip berkenaan dengan permasalahan individu.Dalam keseharian tidak semua pengaruh kehidupan bersifat positif. Factor yang bersifat negative akan menghambat perkembangan dan akan menimbulkan permasalahan kepada individu. Bimbingan dan konseling berfungsi membantu individu untuk keluar dari permasalahannya, namun bimbingan dan konseling memiliki keterbatasan dalam a. Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental/fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya dengan kontrak sosial, pekerjaan dan sebaliknya pengaruh lingkungan tehadap kondisi mental dan fisik individu.b. Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan factor timbulnya masalah pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan dan konseling.

3. Prinsip-prinsip berkenaan dengan program layanan.a. Bimbingan dan konseling merupakan bagian dari integral dari upaya pendidikan dan pengembangan individu, oleh karena itu program bimbingan dan konseling harus diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didikb. Program bimbingan dan konseling harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidik yang terendah sampai tertinggic. Terhadap isi dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu diarahkan yang teratur dan terarah

3. Prinsip-prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan:Pelaksanaan bimbingan dan konseling dilakukan baik secara incidental, maupun terprogram. Palayanan incidental dilakukan secara langsung kepada konselor. Prinsip yang berkenaan dengan hal ini adalah:a. Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahanb. Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan dilaksanakan oleh individu hendaknya atas kemampuan individu itu sendiri bukan karena kemauan atau desakan dari pembimbing atau pihak lainc. Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapid. Kerjasama antara guru pembimbing, guru lain dan orang tua yang akan menentukan hasil bimbingane. Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.

4. prinsip BK di sekolahDalam pelaksanaan bimbingan dan konseling, sekolah merupakan lembaga dan sosok yang paling jelas. Bimbingan dan konseling di sekolah diharapkan berkembang pesat karena merupakan lahan yang potensial dan subur, dalam pelaksanaannya memerlukan keahlian yang tinggi. Siswanya yang dalam proses perkembangan memerlukan segala jenis

Page 8: Prinsip BK

layanan bimbingan dan konselingdalam semua fungsinya.Belkin menekankan enam prinsip untuk menumbuhkembangkan pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah.Pertama, konselor harus memulai kariernya sejak awal dengan program yang jelas, dam memiliki kesiapan yng tinggi untuk melaksanakan program tersebut. Konselor juga memberitahu kepada seluruh personil sekolah tentang programnya tersebut.Kedua, konselor harus mempertahankan sikap professional tanpa menganggu keharmonisan hubungan antara konselor dengan professional lainnya dan siswaKetiga, konselor harus bertanggungjawab untuk memahami perannya sebagai konselor dan menerjamahkan perannya dalam kagiatan nyata.Keempat, konsekor bertanggung jawab kepada semua siswa, baik siswa yang gagal, yang menimblkan gangguan, yang berkemungkinan putus sekolah, yang menangani permasalahan emosional, yang mengalami kesulitan belajar, maupun siswa-siswa yang memiliki bajat-bakat special dan lain-lain.Kelima, konselor harus memahami dan mengembangkan kompetensi dalam membantu siswa-siswa yang mengalami masalah dengan kadar yang cukup parah, dan siswa yang menderita ganguan emosional, melalui program kelompok, kegiatan pengajaran di sekolah, dan kegiatan diluar sekolah dan kegiatan lainnya.Keenam, konselor hrus mampu bekerjasama secara efektif dengan kepala sekolah, dan paka terhadap kebutuhan, harapan dan kecemasan-kecemasannya.Prinsip-prinsip tersebut menegakkan bahwa bimbingan dan konseling disekolah harus dilakukan oleh konselor profesionalyang tah dan mau bekerja.

5. Prinsip BK yang berkenaan dengan konselorPrinsip ini berlaku bagi konselor disekolah. Prinsip ini berkenaan dengan asas Bimbingan dan Konseling.

BAB I

PENDAHULUAN

Puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia Nya kepada kita semua. Dan dengan rahmat-Nya itu pulalah pemakalah dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini.

Dalam makalah ini pemakalah akan menjelaskan tentang benedapa prinsip serta fungsi dari bimbingan dan konseling.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah binbingan dan konseling. Semoga maklah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin-amin ya rabbal ‘alamin.

BAB II

PEMBAHASAN

A.Prinsip Bimbingan dan Konseling

Prinsip berasal dari kata prinsipia, dapat diartikan sebagai permulaan yang dengan suatu cara tertentu melahirkan hal-hal lain yang keberadaanya tergantung dari permulaan itu. Prinsip merupakan paduan hasil kajian teoretik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang di maksudkan. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling prinsip-prinsip yang di gunakannya bersumber dari kajian filosofis, hasil-hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budayanya, pengertian, tujuan, fungsi, dan proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Van Hoose (1969) mengemukakan bahwa:

Page 9: Prinsip BK

a) Bimbingan di dasarkan pada keyakinan bahwa dalam diri tiap anak terkandung kebaikan-kebaikan bahwa dalam diri tiap anak terkandung kebaikan-kebaikan,setiap pribadi mempunyai potensi dan pendidikan hendaklah mampu menbantu anak memanfaatan potensi itu.

b) Bimbingan didasarkan pada ide bahwa setiap anak adalah unik, seorang anak berbeda dari yang lain.

c) Bimbingan merupakan usaha membantu mereka yang memerlukannya untuk mencapai apa yang menjadi idaman masyarakat dan kehidupan umumnya.

d) Bimbingan merupakan uasaha membantu mereka yang memerlukanya untuk mencapai apa yang menjadi idaman masyarakat dan kehidupan umumnya.

e) Bimbingan adalah pelayanan, unik yang dilaksanakan oleh tangan ahli dengan latihjan latihan khusus, dan untuk melaksanakan pelayanan bimbingan diperlukan minat pribadi khusus pula.

Rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses penangan masalah, program pelayanan, penyelenggaraan pelayanan. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling sebagai berikut:

1) Prinsip-Prinsip Berkenaan dengan Sasaran Pelayanan

Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah individu-individu, baik secara perorangan maupun kelompok. Individu-individu itu sangat bervariasi, misalnya dalam hal umumnya, jenis kelaminnya, status sosial ekonomi keluarga, kedudukan, pangakat dan jabatannya, keterikatannya, terhadap suatu lembaga tertentu, dan variasi-variasi lainnya. Variasi dan keunikan keindividuan, aspek aspek pribadi dan lingkungan, serta sikap dan tingkah laku dalam perkembangan dan kehidupannya itu mendorong dirumuskannya prinsip-prinsip bimbingan dan konseling sebagai berikut:

1. Bimbingan dan konseling melayani semua individu, tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, bangsa, agama, dan status sosial ekonomi.

2. Bimbingan dan konseling berurusan dengan sikap dan tingkah laku individu yang berbentuk dari berbagai aspek kepribadian yang kompleks dan unik, oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling perlu menjangkau keunikan dan kekomplekan pribadi individu.

3. Untuk menoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai dengan kebutuhan individu itu sendiri perlu dikenali dan dipahami keunikan setiap individu dengan berbagai kekuatan, kelemahan, dan permasalahannya.

4. Setiap aspek pola kepribadian yang kompleks seseorang individu mengandung faktor-faktor yang secara potensial mengarah kepada sikap dan pola-pola tingkah laku yang tidak seimbang. Oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling yang bertujuan mengembangkan penyesuaian individu terhadap segenap bidang pengalaman harus mempertimbangkan berbagai aspek perkembangan individu.

5. Meskipun individu yang satu dengan yang lainnya adalah serupa dalam berbagai hal, perbedaan individu harus dipahami dan pertimbangan dalam rangaka upaya yang bertujuan memberikan bantuan atau bimbingan kepada individu-individu tertentu, baik mereka itu anak-anak, remaja ataupun orang dewasa.

2) Prinsip-Prinsip Berkenan dengan Masalah Individu

Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kehidupan individu, ada positif dan ada negatif. Pengaruh dari faktor tersebut tentu menimbulkan hambatan-hambatan terhadap kelangsungan perkembangan dan kehidupan individu

Page 10: Prinsip BK

yang akhirnya menimbulkan masalah tertentu pada diri individu. Namun sesuai dengan keterbatasan yang ada pada dirinya sendiri, pelayanan bimbingan dan konseling hanya mampu menangani masalah klien secara terbatas. Prinsip-prinsip yang berkenan dengan hal itu adalah:

a) Meskipun pelayanan bimbingan dan konseling menjangkau setiap tahap dan bidang perkembangan dan kehidupan individu, namun bidang bimbingan pada umumnya dibatasi haya pada hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental dan fisik individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah, disekolah, serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh kondisi lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.

b) Keadaan sosial, ekonomi dan politik yang kurang menguntungkan merupakan faktor salah satu pada diri individu dan hal itu semua menuntut perhatian saksama dari pada konselor dalam mengentaskan masah klien.

3) Prinsip-Prinsip Berkenan dengan Program Pelayanan

Program berorientasi kepada seluruh warga lembaga misalnya (sekolah atau kantor) dengan memperhatikan variasi masalah yang mungkin timbul dan jenis layanan yang dapat di selengarakan, rentangan dan unit-unit waktu yang tersedia (misalnya semester, bulan) ketersediaan staf, kemungkinan hubungan antarpersonal dan lembaga, kemudahan-kemudahan yang tersedia, dan faktor-faktor lainnya yang dapat dimanfaatkan dan di kembangkan di lembaga tersebut. Prinsip-prinsip yang berkenan dengan bimbingan dan konseling sebagai berikut:

a) Bimbingan dan konseling merupakan bagian intergal dari proses pendidikan dan pengembangan oleh karena itu program bimbingan dan konseling harus di susun dan dipadukan sejalan dengan program pendidikan dan pengembangan peserta didik.

b) Program bimbingan dan konseling harus fleksibel, disesuaikan dengan kondisi lembaga (misalnya sekolah), kebutuhan individu dan masyarakat.

c) Program bimbingan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi.[1]

4) Prinsip-Prinsip Berkenaan dengan Pelaksanaan Layanan

Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan.Tujuan akan diwujudkan melalui proses tertentu yang akan dilaksanakan tenaga ahli di bidangnya, yaitu konselor profesional. Kerja sama dengan berbagai pihak, baik didalam maupun di luar berbagai tempat ia berkerja perlu di kembangkan secara optimal. Prinsip-prinsip berkenan dengan hal tersebut:

a) Tujuan akhir bimbingan dan konseling adalah kemandirian setiap individu, oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk mengembangkan klien agar mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi setiap kesulitan atau permasalahan yang di hadapinya.

b) Tanggung jawab pengelolaan program bimbingan dan konseling hendaknya diletakan di pundak seseorang pimpinan program yang terlatih dan terdidik secara khusus dalam pendidikan bimbingan dan konseling, bekerja sama dengan staf dan personal, lembaga di tempat ia tugas dan lembaga-lembaga lain yang dapat menunjang program bimbingan dan konseling.

5) Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Sekolah merupakan lembaga yang membutuhkan pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan tumbuh dan berkembang dengan amat baik karena para siswa dalam tahap perkembangan yang memerlukan segala jenis bimbingan dan konseling dalam segenap fungsi.

Page 11: Prinsip BK

Namun harapan akan tumbuhnya bimbingan dan konseling di sekolah hanya masih tetap harapan saja. Bimbingan dan konseling secara resmi memang ada di sekolah, tetapi keberadannya belum seperti yang di kehendaki. Dalam hal ini Beklin (1975) menegaskan prinsip untuk menegakkan dan menumbuh kembangkan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah sebagai berikut:

1. Konselor haru memulai karirnya sejak awal dengan program kerja yang jelas, dan memiliki kesiapan yang tinggi untuk melaksanakan program tersebut. Konselor juga memberikan kesempatan kepada seluruh personal sekolah dan siswa untuk mengetahui program-program yang hendak dijalanka itu.

2. Konselor harus selalu mempertahankan sikap profesional tanpa menganggu keharmonisan hubungan antara konselor dengan personal sekolah lainnya dan siswa. Dalam hal ini, konselor harus harus menonjolkan keprofesionalannya. Tetapi tetap menghindari sikap elitis atau kesombongan/ kewangkuhan profesional.

3. Konselor bertanggung jawab unruk memehami peranannya sebgai konselor profesional dan menerjemahkan perananya itu kedalam kegiatan nyata. Konselor harus juga mampu dengan sebaik-baiknya menjelaskan kepada orang-orang dengan siapa ia akan bekerja sama tentang tujuan yang hendak di capai oleh konselor serta tanggung jawab yang terpikul di pundak konselor.

4. Konselor bertanggung jawab kepada semua siswa, baik siswa-siswa yang gagal, yang menimbulkan ganguan, yang berkemungkinan putus sekolah, yang memahami permasalahan emosional, yang mengalami kesulitan belajar, maupun siswa-siswa yang memiliki bakat istimewa, yang berpotensi rata-rata, yang pemalu dan menarik dari khalayak ramai, serta yang bersikap menarik perhatian atau mengambil muka guru, konselor dan personal sekolah lainnya.

5. Konselor harus memehami dan mengembangkan kompentesi untuk memebantu siswa-siswa yang mengalami masalah dengan kadar yang cukup parah dan siswa-siswa yang mengalami gangguan emosional, khususnya melalui penerapan program-program kelompok, kegiatan pengajaran di sekolah dan kegiatan di luar sekolah, serta bentuk-bentuk kegiatan lainnya.

6. Konselor harus mamapu bekerjasama secara efektif dengan kepala sekolah, memberikan perhatian dan peka terhadap kebutuhan, harapan, dan kecemasan-kecemasannya. Konselor memeliki kesempatan yang baik untuk menegakkan citra bimbingan dan konseling profesional apabila ia memiliki hubungan yang saling menghargai dan saling memperhatikan dengan kepala sekolah[2]

Selain prinsip-prinsip bimbingan konseling yang dikemukakan di atas, ada lagi yang membagi prinsip bimbingan konseling kepada prinsip umum dan prinsip khusus.[3]

a. Prinsip – Prinsip Umum

1. Bimbingan berhubungan dengan sikap dan tingkah laku individu yang terbentuk dari kepribadian yang berbagai macam

2. Pemberian bimbingan yang tepat dan sesuai pada individu yang bersangkutan

3. Berpusat pada indivudu yang dibimbing

4. Masalah yang tak dapat diselesaikan di sekolah, diserahkan kepada yang berwenang

5. Identifikasi kebutuhan

6. Fleksibel

Page 12: Prinsip BK

7. Bimbingan dipimpin oleh ahli dalam bimbingan dan bekerjasama dengan pembantunya serta menggunakan narasumber

8. Evaluasi rutin terhadap program bimbingan.

b. Prinsip – Prinsip Khusus

1. Prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan; (1) non diskriminasi, (2) individu dinamis dan unik (3) tahap & aspek perkembangan individu, (4) perbedaan individual.

2. Prinsip berkenaan dengan permasalahan individu; (1) kondisi mental individu terhadap lingkungan sosialnya, (2) kesenjangan sosial, ekonomi, dan budaya.

3. Prinsip berkenaan dengan program layanan; (1) bagian integral pendidikan, (2) fleksibel & adaptif (3) berkelanjutan (4) penilaian teratur & terarah

4. Prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan; (1) pengembangan individu agar mandiri (2) keputusan sukarela (3) ditangani oleh profesional & kompeten, (4) kerjasama antar pihak terkait, (5) pemanfaatan maksimal dari hasil penilaian/pengukuran

B. Fungsi Bimbingan dan Konseling

Fungsi bimbingan dan konseling secara umum adalah sebagai fasilitator dan motivator client dalam upaya mengatasi dan mencegah problema kehidupa client dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri[4]. Sesuai dengan uraian sebelumnya bahwa bimbingan dan konseling bertujuan agar peserta didik dapat menemukan dirinya, mengenal dirinya dan dapat menemukan dirinya,mengenal dirinya dan mampu merencanakan masa depannya.

Dalam hubungan ini bimbingan dan konseling berfungsi sebagai pemberian layanan kepada peserta didik agar masing-masing peserta didik agar masing-masing peserta didik dapat berkembang secara optimal sehingga menjadi pribadi yang utuh dan mandiri oleh karena itu pelayanan bimbingan dan konseling mengembangkan sejumlah fungsi yang hendak di penuhi melalui kegiatan bimbingan dan konseling. Fungsi-fungsi tersebut adalah

1. Fungsi Pemahaman

Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang suatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan dan perkembangan peserta didik. Fungsi pemahaman ini meliputi:

a. Pemahaman tentang diri peserta didik sendiri terutama oleh peserta didik sendiri,orang tua, guru pada umumnya dan guru pembimbing.

b. Pemahaman tentang lingkungan peserta didik termasuk dalam lingkungan keluarga dan sekolah terutama oleh peserta pendidik sendiri, orang tua, guru pada umumnya dan guru pembimbing.

c. Pemahaman tentang linkungan yang lebih luas (termasuk didalamnya informasi pendidikan, informasi jabatan,pekerjaan dan informasi social dan budaya atau nilai) terutama oleh peserta didik.

2. Fungsi Pencegahan

a. Pengertian

Pencegahan didefinisikan sebagai upaya mempengaruhi dengan cara yang positif dan bijaksana lingkungan yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian sebelum kesulitan atau kerugian itu benar-benar terjadi.Fungsi bimbingan dan

Page 13: Prinsip BK

konseling yang akan menghasilkan pencegahannya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasahalaan yang mungkin timbul yang akan dapat menanggung, menghambat atau terhindarnya peserta didik sari berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat menggangu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.[5]

b. Upaya pencegahan

Secara operasional konselor perlu menampilkan kegiatan dalam rangka pelaksanaan fungsi pencegahan.

1) Identifikasi permasalahan yang mungkin timbul

2) Mengidenfikasikan dan menganalisis sumber-sumber penyebab timbulnya masalah-masalah

3) Mengidenfikasikan pihak-pihak yang dapat membantu pencegahan masalah tersebut

4) Menyusun rencana program pencegahan

5) Pelaksanaan dan monitoring

6) Evaluasi dan laporan[6]

3. Fungsi Pengentasan

Istillah fungsi pengentasan ini dipakai sebagai pengganti istillah fungsi kuratif atau fungsi terapeutik dengan arti pengobatan atau penyembuhan. Tidak dipakainya kedua istillah itu berorientasi bahwa peserta didik yang di bimbing atau klien adalah orang yang sakit serta untuk mengganti istillah fungsi perbaikan, yang mempunyai konotasi bahwa peserta didik yang di bimbing (klien) adalah orang yang “tidak baik” atau “rusak”. Dalam pelayanan dan bimbingan konseling pemberian label atau berasumsi bahwa peserta didik atau klien adalah orang yang “sakit” atau rusak sama sekali tidak boleh dilakukan.

Melalui fungsi pengentasan ini, pelayanan dan bimbingan konseling akan menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik.

Pelayanan bimbingan dan konseling berupaya membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik, baik dalam sifatnya, jenisnya, maupun bentuknya.[7]

4. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan

Adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif pesewrta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah mantap dan berkelanjutan.

Dalam fungsi ini hal yang dianggap sudah bersifat positif dijaga agar tetap baik dan mantap. Dengan demikian dapat diharapkan peserta didik dapat mencapai perkembangan kepribadian yang optimal.

5. Fungsi Penyaluran

Setiap siswa hendaknya memperoleh kesempatan untk mengembangkan diri sesuai dengan keadaan pribadinya masing-masing yang meliputi bakat, minat, kecakapan, cita-cita, dan lain sebagainya.

Bentuk bimbingan dan konseling yang berkaitran dengan fungsi ini adalah: 1) pemilihan sekolah lanjutan, 2) memperoleh jurusan yang tepat, 3) penyususnan program belajar, 4) pengembangan bakat dan minat, 5) perencanaan karir.

Page 14: Prinsip BK

6. Fungsi Penyesuaikan

Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling membantu terciptanya penyesuaian antara siswa dengan lingkungannya. Dengan kata lain, melalui fungsi ini layanman bimbingan dan konseling membantu siswa memperoleh penyesuaian diri secara baik dengan lingkungannya (terutama lingkungan sekolah dan madrasah bagi para siswa).

Fungsi penyesuaian memiliki dua arah. Pertama, bantuan kepada siswa agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah atau madrasah.

Guna mewujudkan fungsi ini, perlu disusun program bimbingan dan konseling untuk membantu para siswa agar mereka dapat menyesuaikan diri secara baik. Beberapa program bimbingan dan konseling yang dapat dilaksanakan untuk mewujudkan fungsi ini antara lain:

1) Orientasi pada sekolah atau madrasah untuk memperoleh pemahaman yang baik tentang berbagai hal, seperti fasilitas sekolah dan madrasah, kurikulum, cara belajar, ketentuan akademik, aturan-aturan, dan lain sebagainya.

2) Kegiatan-kegiatan kelompok untuk memperoleh penyesuaian sosial yang baik.

3) Pengumpulan data siswa untuk memperoleh pemahaman diri yang lebih baik sehingga siswa mapu menyesuaikan diri secara baik pula.

4) Konseling individual untuk mengarahakan siswa dalam melakukan penyesuaian diri yang lebih baik terhadap lingkungannya.[8]

Kedua, bantuan dalam mengembangkan program, pendidikan yang sesuai dengan keadaan masing-masing siswa. Dalam hal ini, lingkungan yang di sesuaikan dengan keadaan siswa.

7. Fungsi Perbaikan

Tiap-tiap individu atau siswa memiliki masalah . Bisa dipastikan bahwa hamper tidak ada individu apalagi siswa di sekolah dan madrasah yang tidak memiliki masalah. Akan tetapi kompleksitas masalah yang dihadapi yang di hadapi individu atau siswa jelas berbeda. Meskipun pelayanan bimbingan dan konseling melalui fungsi pencegahan dan penyaluran, dan penyesuaian telah dilakukan tetapi masih mungkin individu memiliki masalah-masalah tertentu sehingga fungsi perbaikan diperlukan. Melalui fungsi ini , pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa untuk mencagah masalah-masalah yang dihadapi siswa . dengan perkataan lain, program dan bimbingan konseling dirumuskan berdasarkan masalah yang terjadi pada siswa.

Berbeda dengan fungsi pencegahan, dalam fungsi ini siswa yang memiliki masalah yang memiliki prioritas untuk diberikan bantuan, sehingga diharapkan masalah yang dialami oleh siswa tidak terjadi lagi pada masa yang akan datang.[9]

8. Fungsi Advokasi

Layanan bimbingan konseling melalui fungsi ini adalah membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak atau kepentingannya yang kurang medapat perhatian.[10]

Fungsi advokansi yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal.

Fungsi-fungsi tersebut di wujudkan melalui diselenggarakannya berbagai jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan di dalam masing-masing fungsi tersebut. Setiap layanan dan kegiatan bimbingan konseling yang dilaksanakan harus secara

Page 15: Prinsip BK

langsung mengacu kepada suatu atau lebih fungsi-fungsi tersebut agar hasil-hasil yang hendak di capainya jelas dapat diidenfikasikan dan di evaluasi.

Secara keseluruhan, jika semua fungsi-fungsi itu telah terlaksana dengan baik, dapatlah bahwa peserta didik akan mampu berkembang secara optimal pula. Keterpaduan semua fungsi tersebut akan sanga membantu perkembangan peserta didik secara terpadu pula[11]

Dewa Ketut Sukardi dalam bukunya bimbingan dan konseling juga menyebutkan beberapa fungsi dari bimbingan, yaitu sebagai berikut:

1) Menyalurkan, ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa mendapatkan lingkungan sesuai dengan keadaan dirinya, misalnya pemilihan program atau jurusan, jenis sekolah sambungan ataupun lapangan kerja tertentu yang sesuai dengan potensi dirinya.

2) Mengadaptasikan, ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa di sekolah untuk mengadaptasikan program pendidikan dengan keadaan masing-masing siswa.

3) Menyasuaikan, ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu siswa untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah.

4) Pencegahan, ilah fungsi bimbingan dalam membantu siswa menghindari kemungkinan terjadinya hambatan.

5) Perbaikan, ialah fungsi bimbingan dalam membatu siswa untuk memperbaiki kondisi siswa yang dipandang kurang memadai.

6) Pengembangan, ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk melewati proses dan fase perkembangan secara wajar.[12]

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Prinsip merupakan paduan hasil kajian teoretik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang di maksudkan. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling prinsip-prinsip yang di gunakannya bersumber dari kajian filosofis, hasil-hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budayanya, pengertian, tujuan, fungsi, dan proses penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Beberapa prinsip dari bimbingan konsling, diantaranya adalah:

1) Prinsip-Prinsip Berkenaan dengan Sasaran Pelayanan

2) Prinsip-Prinsip Berkenan dengan Masalah Individu

3) Prinsip-Prinsip Berkenan dengan Program Pelayanan

4) Prinsip-Prinsip Berkenaan dengan Program Pelaksanaan Layanan

5) Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Adapun fungsi dari bimbimngan konseling diantaranya adalah: Fungsi Pemahaman, fungsi, fungsi pemahaman, fungsi pengentasan, fungsi pemeliharaan, fungsi penyaluran, fungsi penyesuaian, pengembangan, fungsi perbaikan, serta advokasi.

Page 16: Prinsip BK

B. SARAN

Setelah menyelesaikan penulisan makalah ini, Pemakalah berharap kepada pembaca sekiranya ada kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami agar diberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Prayitno, Erman Amati. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta

M. Arifin. 1996. Teori-Teori Konseling Umum dan Agama. Jakarta: PT Golden Terayon Press

Hallen. 2005. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Quantum teaching.

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: Rajawali Pers

Hallen A. 2002. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Perss.

Sukardi, Dewa Ketut. 1988 Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Bina Aksara.

Footnote.

[1] Hallen, bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Quantum teaching, 2005), h. 60-61

[2] Prayitno, Erman Amati, Dasar-Dasar bimbingan dan konseling. Jakarta, Rineka Cipta,2004, Hal 219-224

[3] www. Geogle. com

[4] M.Arifin,Teori-Teori Konseling,Umum dan Agama(Jakarta,PT Golden Terayon Press:1996)hal 23

[5] Ibid Hal 60

[6] Opcit, hal 208

[7] Hallen A. Op cit h. 56

[8] Tohirin, Bimbingan dan konseling di sekolah dan Madrasah (berbasis integrasi), (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), h. 48

[9] Ibid, h. 50

[10] Tohirin, op cit

[11] Hallen A, Bimbingan dan Konseling,(Jakarta, Ciputat Perss: 2002) Hal 62

[12] Dewa Ketut Sukardi, bimbingan dan konseling, (Jakarta: Bina Aksara, 1988) h. 11-12

Makalah Fungsi | Prinsip Serta Asas Bimbingan dan Konseling

A. Fungsi Bimbingan dan Konseling

Page 17: Prinsip BK

1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

2. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya : bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex).

3. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.

4. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.

5. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.

6. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.

Page 18: Prinsip BK

7. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.

8. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.

9. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.

10. Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli

B. Prinsip Dasar Bimbingan dan konseling

Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fundasi atau landasan bagi pelayanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian pelayanan bantuan atau bimbingan, baik di Sekolah/Madrasah maupun di luar Sekolah/Madrasah. Prinsip-prinsip itu adalah:

1. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli. Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua konseli atau konseli, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual).

2. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan konseli dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah konseli, meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.

Page 19: Prinsip BK

3. Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada konseli yang memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.

4. Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Mereka bekerja sebagai teamwork.

5. Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan konseling. Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada konseli, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan konseli diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi konseli untuk memper-timbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan konseli untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.

6. Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan) Kehidupan. Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di Sekolah/Madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan.

C. Asas Bimbingan dan konseling

Keterlaksanaan dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas berikut.

1. Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.

2. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan konseli (konseli) mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang diperlu-kan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.

Page 20: Prinsip BK

3. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan konseli (konseli). Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri konseli yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan. Agar konseli dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.

4. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing perlu mendorong konseli untuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.

5. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni: konseli (konseli) sebagai sasaran pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi konseli-konseli yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian konseli.

6. Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli (konseli) dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.

7. Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.

8. Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

9. Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya

Page 21: Prinsip BK

tidak berdasarkan nilai dan norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan konseli (konseli) memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma tersebut.

10. Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.

11. Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseli (konseli) mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain ; dan demikian pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-lain.

AACE. (2003). Competencies in Assessment and Evaluation for School Counselor. http://aace.ncat.edu

Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. (2007). Penataan Pendidikan Profesional Konselor. Naskah Akademik ABKIN (dalam proses finalisasi).

Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. (2005). Standar Kompetensi Konselor Indonesia. Bandung: ABKIN

Bandura, A. (Ed.). (1995). Self-Efficacy in Changing Soceties. Cambridge, UK: Cambridge University Press.

BSNP dan PUSBANGKURANDIK, Balitbang Diknas. (2006). Panduan Pengembangan Diri: Pedoman untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Draft. Jakarta: BSNP dan PUSBANGKURANDIK, Depsiknas.

Cobia, Debra C. & Henderson, Donna A. (2003). Handbook of School Counseling. New Jersey, Merrill Prentice Hall

Corey, G. (2001). The Art of Integrative Counseling. Belomont, CA: Brooks/Cole.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Pendidikan Tinggi. (2003). Dasar Standardisasi Profesionalisasi Konselor. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kepen-didikan dan Ketenagaan Pendidikan Tinggi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Engels, D.W dan J.D. Dameron, (Eds). (2005). The Professional Counselor Competencies: Performance Guidelines and Assessment. Alexandria, VA: AACD.

Browers, Judy L. & Hatch, Patricia A. (2002). The National Model for School Counseling Programs. ASCA (American School Counselor Association).

Comm, J.Nancy. (1992). Adolescence. California : Myfield Publishing Company.

Depdiknas. (2003). Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Puskur Balitbang.

Depdiknas, (2005), Permen RI nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,

Page 22: Prinsip BK

Depdiknas, 2006), Permendiknas no 22 tahun 2006 tentang Standar Isi,

Depdiknas, (2006), Permendiknas no 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan SI dan SKL,

Ellis, T.I. (1990). The Missouri Comprehensive Guidance Model. Columbia: The Educational Resources Information Center.

Gibson R.L. & Mitchel M.H. (1986). Introduction to Counseling and Guidance. New York : MacMillan Publishing Company.

Havighurts, R.J. (1953). Development Taks and Education. New York: David Mckay.

Herr Edwin L. (1979). Guidance and Counseling in the Schools. Houston : Shell Com.

Hurlock, Alizabeth B. (1956). Child Development. New York : McGraw Hill Book Company Inc.

Menteri Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Menteri Nomor 22 tentang Standar Isi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Menteri Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Menteri Nomor 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Michigan School Counselor Association. (2005). The Michigan Comprehensive Guidance and Counseling Program.

Muro, James J. & Kottman, Terry. (1995). Guidance and Counseling in The Elementary and Middle Schools. Madison : Brown & Benchmark.

Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. (2003). Panduan Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Balitbang Depdiknas.

Sunaryo Kartadinata, dkk. (2003). Pengembangan Perangkat Lunak Analisis Tugas Perkembangan Peserta didik dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pelayanan dan Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah/Madrasahdrasah (Laporan Riset Unggulan Terpadu VIII). Jakarta : Kementrian Riset dan Teknologi RI, LIPI.

Syamsu Yusuf L.N. (2005). Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah/Madrasah. Bandung : CV Bani Qureys.

——–. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : Remaja Rosda Karya.

——–.dan Juntika N. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Stoner, James A. (1987). Management. London : Prentice-Hall International Inc.

Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-Undang Nomor 14 tahun 2006 tentang Guru dan Dosen

Wagner William G. (1996). “Optimal Development in Adolescence : What Is It and How Can It be Encouraged”? The Counseling Psychologist. Vol 24 No. 3 July’96.

Woolfolk, Anita E. 1995. Educational Psychology. Boston : Allyn & Bacon.

A. Fungsi Bimbingan dan Konseling adalah:

Page 23: Prinsip BK

Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.

Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya: bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex)

Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamworkberkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming),home room, dan karyawisata.

Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.

Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.

Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.

Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.

Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.

Page 24: Prinsip BK

Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.

Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli

B. Prinsip Bimbingan dan Konseling adalah:

Beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fundasi atau landasan bagi pelayanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian pelayanan bantuan atau bimbingan, baik di Sekolah/Madrasah maupun di luar Sekolah/Madrasah. Prinsip-prinsip itu adalah:

1. Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli. Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua konseli atau konseli, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual).

2. Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan konseli dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah konseli, meskipun pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.

3. Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada konseli yang memiliki persepsi yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.

4. Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-masing. Mereka bekerja sebagai teamwork.

5. Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan konseling. Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada konseli, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan konseli diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi konseli untuk memper-timbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan konseli untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.

6. Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan) Kehidupan. Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di Sekolah/Madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan.

Page 25: Prinsip BK

C. Asas Bimbingan dan Konseling adalah:

Keterlaksanaan dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh diwujudkannya asas-asas berikut.

1. Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.

2. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan konseli (konseli) mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang diperlu-kan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.

3. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan konseli (konseli). Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan pada diri konseli yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan. Agar konseli dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.

4. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing perlu mendorong konseli untuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.

5. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan konseling, yakni: konseli (konseli) sebagai sasaran pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi konseli-konseli yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya kemandirian konseli.

6. Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli (konseli) dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.

7. Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi pelayanan terhadap sasaran pelayanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.

8. Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Page 26: Prinsip BK

9. Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh, pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan kemampuan konseli (konseli) memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma tersebut.

10. Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.

11. Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan konseli (konseli) mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain ; dan demikian pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-lain.

===========Materi di atas merupakan salah satu bagian dari makalah yang disajikan oleh Dr. Uman Suherman, M.Pd. pada acara seminar sehari Bimbingan dan Konseling yang diselenggarakan oleh Universitas Kuningan bekerja sama dengan ABKIN Cabang Kabupaten Kuningan pada tanggal 11 Maret 2008 bertempat di Aula Student Center UNIKU