Top Banner
1 TESIS PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI PADA ANAK FLORIA EVA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
93

PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

Jan 02, 2017

Download

Documents

vanhanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

1

TESIS

PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO

KONSTIPASI PADA ANAK

FLORIA EVA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 2: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

2

TESIS

PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO

KONSTIPASI PADA ANAK

FLORIA EVA

NIM 1014018105

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 3: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

3

PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO

KONSTIPASI PADA ANAK

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada

Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik

Program Pascasarjana Universitas Udayana

FLORIA EVA

NIM 1014018105

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 4: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

4

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 11 MARET 2015

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr.I Putu Gede Karyana, Sp.A(K) Prof.DR. dr. N. Adiputra, M.OH

NIP.196505141997031002 NIP.194712111976021001

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Direktur

Program Pascasarjana Program Pascasarjana

Universitas Udayana, Universitas Udayana,

Prof.DR.dr.WimpiePangkahila,Sp.And,FAACS Prof.DR.dr. A.A Raka Sudewi, Sp.S(K)

NIP. 194612131971071001 NIP. 195902151985102001

Page 5: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

5

Tesis Ini Telah Diuji pada

Tanggal 11 Maret 2015

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

No : 402/UN14.4/HK/2015, Tanggal 3 Februari 2015

Ketua : dr. I Putu Gede Karyana, Sp.A(K)

Sekretaris : Prof. Dr. dr. N. Adiputra, M.OH

Anggota : 1. Dr. dr. Gde Ngurah Indraguna Penatih, M.Sc

2. Prof.Dr.dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And., FAACS

3. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp.And

Page 6: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

6

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Page 7: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

7

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama perkenankan penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan

Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya maka tesis yang berjudul: ”Prevalensi

Konstipasi Dan Faktor Risiko Konstipasi Pada Anak” dapat terselesaikan dengan

baik.

Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, pengarahan, sumbangan pikiran,

dorongan semangat dan bantuan lainnya yang sangat berharga dari semua pihak,

tesis ini tidak akan terlaksana dengan baik dan lancar. Pada kesempatan ini

penulis menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya dan penghargaan

yang setinggi-tingginya kepada :

1. Rektor Universitas Udayana, Prof. DR. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD dan

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Prof. DR. dr.Putu Astawa,

Sp.OT (K), M.Kes yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas pada

penulis untuk mengikuti program pendidikan dokter spesialis I di Universitas

Udayana.

2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. DR. dr. A.A. Raka

Sudewi, Sp.S(K), atas kesempatan yang telah diberikan pada penulis untuk

menjadi mahasiswa program pasca sarjana, program studi kekhususan

kedokteran klinik (combined degree).

3. Ketua Program Pascasarjana Kekhususan Kedokteran Klinik (combined

degree), Prof. DR. dr. Wimpie I Pangkahila, Sp.And.,FAACS, yang telah

memberikan kesempatan pada penulis untuk menjadi mahasiswa Program

Pasca Sarjana Kekhususan Kedokteran Klinik (combined degree).

4. Direktur RSUP Sanglah Denpasar, dr.A.A.A Saraswati, M.Kes atas

kesempatan dan fasilitas yang diberikan untuk melanjutkan pendidikan di

Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak.

5. Kepala Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana/RSUP Sanglah, dr. Bagus Ngurah Putu Arhana, Sp.A(K) yang telah

memberikan kesempatan penulis untuk mengikuti program pendidikan dokter

spesialis I di bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Sanglah.

Page 8: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

8

6. Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis I (KPS PPDS-I)

Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana, dr. Ketut Suarta, Sp.A(K) yang telah memberikan kesempatan,

bimbingan, dukungan sejak awal sampai akhir pendidikan penulis hingga

dapat terselesaikan dengan baik.

7. Dr. I Wayan Dharma Artana, Sp.A(K), selaku pembimbing akademik

penulis yang senantiasa membimbing dan mendukung selama penulis

mengikuti program pendidikan dokter spesialis I di bagian/SMF Ilmu

Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Sanglah.

8. Dr. I Putu Gede Karyana, Sp.A(K) selaku pembimbing pertama atas

bimbingan, arahan, dorongan serta waktu dan pemikiran selama penyusunan

tesis ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Terima kasih karena telah

menjadi orang tua yang senantiasa mengarahkan, membimbing dan

memberikan dukungan selama penulis menjalani pendidikan PPDS I IKA.

9. Prof. DR. dr. I Nyoman Adiputra, M.OH selaku pembimbing kedua yang

telah banyak memberikan bimbingan serta meluangkan waktu dan pemikiran

dalam penyusunan tesis ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

10. DR.dr.I Gede Ngurah Indraguna Pinatih,M.Sc, Prof.DR.dr.Wimpie I

Pangkahila,Sp.And., FAACS, Prof.DR.dr. J Alex Pangkahila,MSc,Sp.And

selaku penguji yang telah memberikan banyak masukan dalam penyusunan

dan penulisan tesis ini.

11. Seluruh supervisor Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana/RSUP Sanglah atas segala bimbingan yang diberikan

selama penulis menempuh pendidikan.

12. Seluruh staf Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana/RSUP Sanglah atas segala bimbingan yang diberikan

selama penulis menempuh pendidikan.

13. Rekan sejawat PPDS I Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana, atas pengertian, bantuan dan kerjasama yang baik

selama masa pendidikan penulis.

Page 9: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

9

14. Suami tercinta, Frins Apul Simarmata, yang selalu setia mendampingi dan

memberi dukungan. Kedua orang tua dan mertua, yang dengan penuh kasih

saying dan penuh cinta membesarkan, mendidik, dan mendukung sepenuhnya

sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. Tidak lupa juga terima kasih

untuk kakak dan adik-adik tersayang yang senantiasa membantu dan memberi

dukungan dalam penyusunan penelitian ini.

15. Kepada semua pihak, keluarga, sahabat, rekan paramedis dan non paramedis

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu di sini, atas seluruh dukungan

dan bantuan yang telah diberikan selama penulis menjalani pendidikan PPDS

I IKA.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini jauh dari sempurna. Dengan segala

kerendahan hati, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan tesis

ini. Sekiranya, penulis tetap mohon petunjuk untuk perbaikan supaya hasil yang

tertuang dalam tesis ini dapat bermanfaat bagi ilmu kedokteran dan pelayanan

kesehatan.

Denpasar, Januari 2015

Floria eva

Page 10: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

10

ABSTRAK

PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI

PADA ANAK

Konstipasi merupakan salah satu masalah yang paling sering terjadi pada

masa anak-anak. Riwayat keluarga dengan konstipasi, riwayat pemberian susu

formula, ketidakcukupan jumlah asupan cairan dan serat makanan merupakan

faktor risiko terjadinya konstipasi. Prevalensi konstipasi pada anak di Indonesia

termasuk di Denpasar belum diketahui secara pasti. Dengan mengetahui

prevalensi konstipasi diharapkan dapat diterapkan sebagai upaya pencegahan

terhadap terjadinya konstipasi pada anak di kemudian hari. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui prevalensi konstipasi pada anak sekolah taman

kanak-kanak di Denpasar serta mengetahui hubungan riwayat keluarga dengan

konstipasi, riwayat pemberian susu formula, ketidakcukupan jumlah asupan cairan

dan serat dengan kejadian konstipasi.

Penelitian ini merupakan suatu penelitian potong lintang yang dilakukan

pada siswa beberapa sekolah taman kanak-kanak di Denpasar pada periode

November 2013 sampai Mei 2014. Data dikumpulkan melalui wawancara

menggunakan kuisioner. Uji chi square dan analisis multivariat dengan regresi

logistik dilakukan untuk menilai hubungan antara riwayat keluarga dengan

konstipasi, riwayat pemberian susu formula, ketidakcukupan jumlah asupan cairan

dan serat makanan terhadap kejadian konstipasi pada anak. Nilai P kurang dari

0,05 dianggap bermakna.

Selama periode penelitian didapatkan sebanyak 316 subjek yang

memenuhi kriteria inklusi. Kejadian konstipasi ditemukan pada 48 (15,1%)

sampel. Riwayat keluarga dengan konstipasi dan riwayat pemberian susu formula

berhubungan dengan kejadian konstipasi (P 0,02; RP 196,6; IK 95% 7,5 sampai

524,0), (P 0,01; RP 9,6; IK 95% 1,5 sampai 56,2). Ketidakcukupan jumlah asupan

cairan dan serat makanan juga berhubungan dengan meningkatnya kejadian

konstipasi pada anak (P 0,002; RP 36,2; IK 95% 3,5 sampai 366,9), (P 0,047; RP

6,5; IK 95% 1,02 sampai 41,5,9).

Prevalensi konstipasi pada anak taman kanak-kanak di Denpasar adalah

sebesar 15,1%. Riwayat keluarga dengan konstipasi, riwayat pemberian susu

formula, ketidakcukupan jumlah asupan cairan dan serat makanan merupakan

faktor yang berhubungan dengan meningkatnya kejadian konstipasi pada anak

sekolah taman kanak-kanak di Denpasar. Perlu dilakukan penelitian berikutnya

dengan mengambil sampel mencakup usia sampai 18 tahun.

Kata kunci: konstipasi, faktor risiko, anak

Page 11: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

11

ABSTRACT

PREVALENCE AND RISK FACTOR CONSTIPATION IN CHILDREN

Constipation is one of the most frecuent problems occured in children.

Family history of constipation, history of providing infant formula, low amount of

of fluid and total dietary fibe rintake are the risk factors of constipation. The

prevalence of constipation on children in Indonesia, especially in Denpasar is not

definitely known. Determining the prevalence of constipation is expected to be

applied as preventive efforts against the occurrence of constipation in the future.

The aim of the study is to determine the prevalence and family history of

constipation, history of providing infant formula, low amount of fluid and total

dietary fiber intake as a related factors of constipation in kindergarden school in

Denpasar.

An analitic cross sectional study was conducted among at kindergarden

school in Denpasar between November 2013 until May 2014. Data was collected

by interview using questionnaire. Chi square and logistic regression test were used

for detecting association between family history with constipation, history of

providing infant formula, low amount of fluid and total dietary fiber intake with

constipation in children. A P-value less than 0,05 was considered statistically

significant.

A was 316 subjects that were eligible. Constipation was found in 48

(15,1%) sample. Family history with constipation and history of providing infant

formula showed association with constipation (P 0,02; PR 196,6; 95%CI 7,5 to

524,0), (P 0,01; PR 9,6; 95%CI 1,5 to 56,2). The low amount of fluid and total

dietary fiber intake are also associated with the increasing frequency of

constipation (P 0,002; PR 36,2; 95%CI 3,5 to 366,9), (P 0,047; PR 6,5; 95%CI

1,02 to 41,5,9).

The prevalence of constipation in kindergarten school children in

Denpasar was 15.1%. Family history with constipation, history of providing

infant formula, low amount of fluid and total dietary fiber intake are a risk factor

for the occurrence of constipation in children. Further research which included

subjects until the age of 18 year was needed.

Keywords: constipation, risk factor, child

Page 12: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

12

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM..................................................................................... i

PRASYARAT GELAR............................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI.......................................................... .. iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT............................................ v

UCAPAN TERIMA KASIH....................................................................... vi

ABSTRAK................................................................................................... ix

ABSTRACT................................................................................................. x

DAFTAR ISI……………………………….....….…………...………....... xi

DAFTAR GAMBAR……………………...…...……………..………....... xv

DAFTAR TABEL……………………………..……………..………........ xvi

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG….….....…………................ xvii

DAFTAR LAMPIRAN……………………….…………….…………...... xviii

BAB I PENDAHULUAN…………………….………………………....... 1

1.1 Latar Belakang.……….…...…...………………………………....... 1

1.2 Rumusan Masalah..…...……..…………………………………....... 4

1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………....... 4

1.3.1Tujuan umum…....…..………………………………............... 4

1.3.2 Tujuan khusus….……..………………………………............ 5

1.4 Manfaat Penelitian…..……………………………………............... 5

Page 13: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

13

1.4.1Manfaat akademis………………………………………....... 5

1.4.2 Manfaat praktis…...…………...…………………………..... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA………………………...………….............. 6

2.1 Konstipasi...........................…………..…….………………......... 6

2.1.1 Definisi………..…………………..…….............................. 6

2.1.2 Epidemiologi…...……...……………................................... 7

2.1.3 Etiologi.......……...………….………….……….................. 7

2.1.4 Patofisiologi……...…………………….………….….......... 8

2.1.5 Gejala dan tanda klinis……………….…….…………........ 9

2.1.6 Diagnosis.............….………….……….….……………...... 10

2.1.7 Faktor- faktor risiko konstipasi............................................. 11

2.1.7.1 Asupan serat harian....................................................... 11

2.1.7.2 Asupan cairan harian..................................................... 14

2.1.7.3 Riwayat keluarga dengan konstipasi............................. 14

2.1.7.4 Riwayat penyakit kronis................................................ 14

2.1.7.5 Psikologis....................................……........................... 15

2.1.7.5 Riwayat alergi susu sapi dan pemberian susu formula.. 15

2.1.8 Metode penilaian asupan makanan…….….……………...... 16

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN............................................................................................. 19

3.1 Kerangka Berpikir............................................................................ 19

3.2 Kerangka Konsep………………….……………………….……... 21

3.3 Hipotesis Penelitian…………………….………………………..... 21

Page 14: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

14

BAB IV METODE PENELITIAN…………………………………….... 23

4.1 Rancangan Penelitian………….….……………………………... 23

4.2 Tempat dan waktu penelitian……..…………………….……….. 23

4.3 Penentuan sumber data….…………………………….…………. 24

4.3.1 Populasi penelitian……..………...….…….……………... 24

4.3.2 Sampel penelitian…………………..………..…………… 24

4.4 Variabel penelitian……………………………….…..….……...... 29

4.5 Definisi operasional variabel………………………..………...…. 29

4.6 Instrumen penelitian ……………………….………..................... 31

4.7 Prosedur penelitian………………….………………..…….……. 32

4.8 Analisis data…………..………………………….……................ 35

4.9 Etika penelitian…...……………………………............................ 35

BAB V HASIL PENELITIAN…………………………...…..…………. 36

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian…………………..…...……. 36

5.2 Karakteristik Subjek Penelitian………….…………..….……….. 36

5.3 Faktor yang berhubungan dengan konstipasi….……..….……..... 37

BAB VI PEMBAHASAN………………………………….……...……. 39

6.1 SubjekPenelitian………………………………………..…...…… 39

6.2 Faktor-faktor yang berhubungan dengan konstipasi...................... 41

6.2.1 Hubungan riwayat keluarga dengan konstipasi................. 41

6.2.2 Hubungan riwayat pemberian susu formula dengan

konstipasi............................................................................ 42

6.2.3 Hubungan jumlah asupan cairan dengan konstipasi........... 43

Page 15: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

15

6.2.4 Hubungan jumlah asupan serat dengan konstipasi............. 44

6.3 Keterbatasan penelitian.................................................................. 46

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN...................................................... 47

7.1 SIMPULAN .................................................................................. 47

7.2 SARAN ......................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA…………….….…………………….…………..... 48

LAMPIRAN…………………………………………………………….. 52

Page 16: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

16

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Patofisiologi defekasi……..…………...………..…..….................. 9

3.1 Kerangka Konsep............................................................................. 21

4.1 Skema Rancangan Penelitian........................................................... 23

4.2 Skema Alur Pemilihan Sampel Penelitian....................................... 28

4.3 Skema Alur Penelitian..................................................................... 34

Page 17: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

17

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Gejala dan tanda klinis konstipasi………........................................ 10

2.2 Jumlah cairan yang dianjurkan......................................................... 14

5.1 Karakteristik subjek.......................................................................... 37

5.2 Analisis bivariat faktor risiko konstipasi pada anak......................... 38

5.3 Analisis multivariat regresi logistik faktor-faktor risiko terhadap

konstipasi……................................................................................... 39

Page 18: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

18

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

SINGKATAN

AAP : American Academy of Pediatrics

BAB : Buang air besar

FFQ : Food frequency Questionnaire

PEG : Polyetilen glikol

TK : Taman kanak-kanak

WGO : World Gastroenterology Organization

LAMBANG

≥ : lebih besar sama dengan

> : lebih besar dari

˂ : kurang dari

+ : ditambah

Page 19: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

19

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Kelaikan Etik ........................................................ 52

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian ........................................................................... 53

Lampiran 3. Surat Amandemen.............................................................................54

Lampiran4. Penjelasan dan Informasi... ................................................................. 55

Lampiran 5. Kuesioner penelitian .......................................................................... 58

Lampiran 6. Daftar komposisi bahan makanan...................................................... 67

Lampiran 7. Hasil analisis data .............................................................................. 68

Page 20: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konstipasi merupakan masalah yang sering terjadi pada masa anak dan

dapat menimbulkan masalah serius. Konstipasi adalah suatu keadaan yang

ditandai oleh perubahan konsistensi feses menjadi keras, ukuran besar, penurunan

frekuensi atau kesulitan defekasi. Konstipasi sering ditandai dengan gejala cemas

ketika defekasi oleh karena rasa nyeri saat buang air besar. Konstipasi dapat

menimbulkan stres berat bagi penderita akibat ketidaknyamanan. Konstipasi jika

tidak segera diatasi dapat terjadi hemoroid dan divertikel. Dampak lain akibat

konstipasi fungsional yakni gangguan aktivitas seperti kram perut, penurunan

kualitas hidup melalui produktivitas belajar yang menurun dan tingginya tingkat

ketidakhadiran di sekolah.

Konstipasi pada anak merupakan masalah umum dengan prevalensi antara

0,69-29,6% (Van Den Berg dkk., 2006). Penelitian prevalensi sebelumnya banyak

dilakukan di negara maju dan negara berkembang. Prevalensi konstipasi di

Hongkong pada anak sekolah taman kanak-kanak usia 3-5 tahun didapatkan

sebanyak 29% (Ip dkk., 2005).

Penelitian di Indonesia pernah dilakukan pada anak sekolah taman kanak-

kanak di wilayah Senen, Jakarta. Prevalensi konstipasi didapatkan sebesar 4,4%

(Firmansyah, 2007), sedangkan di Bali khususnya kota Denpasar belum terdapat

data mengenai prevalensi konstipasi pada anak.

Page 21: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

21

Penyebab konstipasi bersifat multifaktorial. Beberapa faktor risiko yang

berhubungan dengan konstipasi pada anak telah diteliti. Penelitian Roma dkk.

(1999) didapatkan bahwa anak dengan konstipasi terbukti mengkonsumsi asupan

serat makanan yang tidak sesuai dengan nilai yang dianjurkan. Penelitian ini

didukung oleh Lee dkk. (2008) yang menyatakan asupan serat makanan anak

dengan konstipasi lebih rendah dibandingkan dengan anak tanpa konstipasi.

Penelitian sebelumnya di Indonesia (Firmansyah, 2007), riwayat penyakit

kronis merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan konstipasi fungsional,

sedangkan penelitian lain mendapatkan hasil riwayat konstipasi pada keluarga

merupakan salah satu risiko terjadinya konstipasi (Rajindrajith dkk., 2010; Ip

dkk., 2005).

Penelitian Inan dkk. (2007) didapatkan adanya hubungan antara konstipasi

dengan faktor psikologis anak seperti trauma fisik atau psikologis dan masalah

kesehatan pribadi. Penelitian lain menunjukkan bahwa alergi susu sapi merupakan

salah satu faktor risiko terjadinya konstipasi (Iacono dkk., 2005; Daher dkk.,

2001). Meningkatnya konsumsi makanan siap saji dan makin banyaknya restoran

siap saji dapat meningkatkan prevalensi konstipasi pada anak yang tinggal di

wilayah perkotaan (Ludviggson, 2006; Rajindrajith dkk., 2009).

Faktor risiko asupan serat yang rendah merupakan penyebab tersering

konstipasi fungsional karena asupan serat yang rendah dapat menyebabkan masa

feses berkurang, dan sulit dibuang (Lee dkk., 2008). Asupan makan sehat

diperlukan oleh anak dalam masa pertumbuhan untuk mengurangi risiko

terjadinya penyakit. Anak dengan konsumsi serat cukup seperti sayur-sayuran,

Page 22: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

22

buah-buhan, dan kacang-kacangan mempunyai risiko yang kecil terhadap

terjadinya penyakit terutama dapat mencegah terjadinya konstipasi (Lee dkk.,

2008).

Asupan serat makanan harian anak yang direkomendasikan adalah

berdasarkan asupan serat harian minimum setara dengan usia anak (dalam tahun)

ditambah lima gram per hari pada usia anak di atas dua tahun dan rentang normal

yang masih aman adalah usia anak (dalam tahun) ditambah lima gram per hari

sampai usia anak (dalam tahun) ditambah 10 gram per hari. Beberapa penelitian

menyatakan bahwa asupan serat makanan pada anak di negara maju dan

berkembang tidak sesuai dengan rekomendasi (Lee dkk., 2008).

Penelitian di Hong Kong dan Maldives (India) didapatkan hasil bahwa

asupan serat pada anak lebih rendah dari nilai yang dianjurkan dan didapatkan

hanya 45% anak usia 4-6 tahun mengkonsumsi serat makanan cukup sesuai

perhitungan umur (tahun) ditambah lima gram dan sebanyak 32% anak usia 7-10

tahun (Lee dkk., 2008). Penelitian Loeing-Baucke (2004) didapatkan kan bahwa

perubahan diet serat yang diberikan terhadap 116 anak usia dua tahun dapat

menurunkan prevalensi kejadian konstipasi sebanyak 25%. Salah satu cara dalam

mengatasi konstipasi yaitu dengan mengkonsumsi makanan berserat,

meningkatkan asupan cairan. Diet dengan serat yang cukup, membantu

memperlunak tinja dan menormalkan frekuensi buang air besar.

Hubungan antara ketidakcukupan konsentrasi jumlah asupan serat pada

anak merupakan penelitian yang sangat menarik untuk dilakukan mengingat

sampai saat ini aturan pemberian serat dalam mengatasi konstipasi pada anak

Page 23: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

23

masih kontroversial. Penelitian asupan serat makanan pada anak sesuai umur

(tahun) + 5 gram belum pernah dilakukan di Indonesia dan data prevalensi

konstipasi pada anak di Provinsi Bali belum ada saat ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Apakah riwayat keluarga dengan konstipasi berhubungan dengan kejadian

konstipasi pada anak sekolah taman kanak-kanak di Denpasar?

2. Apakah riwayat pemberian susu formula dengan konstipasi berhubungan

dengan kejadian konstipasi pada anak sekolah taman kanak-kanak di

Denpasar?

3. Apakah ketidakcukupan jumlah asupan cairan dengan konstipasi

berhubungan dengan kejadian konstipasi pada anak sekolah taman kanak-

kanak di Denpasar?

4. Apakah ketidakcukupan jumlah asupan serat makanan berhubungan

dengan kejadian konstipasi pada anak sekolah taman kanak-kanak di

Denpasar?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian konstipasi

pada anak.

Page 24: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

24

1.3.2 Tujuan khusus

1. Hubungan riwayat keluarga konstipasi dengan kejadian konstipasi pada

anak sekolah taman kanak-kanak di Denpasar.

2. Hubungan riwayat pemberian susu formula dengan konstipasi pada anak

sekolah taman kanak-kanak di Denpasar.

3. Hubungan ketidakcukupan jumlah asupan cairan dengan konstipasi pada

anak sekolah taman kanak-kanak di Denpasar.

4. Hubungan ketidakcukupan konsentrasi jumlah asupan serat dengan

konstipasi pada anak sekolah taman kanak-kanak di Denpasar.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan mengenai

prevalensi konstipasi dan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian

konstipasi pada anak di Indonesia serta dapat digunakan sebagai acuan untuk

penelitian selanjutnya.

1.4.1 Manfaat praktis

Data penelitian ini diharapkan dapat mengetahui faktor risiko yang

berhubungan dengan kejadian konstipasi sehingga dapat diterapkan untuk upaya

pencegahan terjadinya konstipasi pada anak.

Page 25: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

25

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konstipasi

2.1.1 Definisi

Konstipasi adalah kesulitan buang air besar dengan konsistensi feses yang

padat dengan frekuensi buang air besar lebih atau sama dengan 3 hari sekali.

Konstipasi memiliki persepsi gejala yang berbeda-beda pada setiap anak

tergantung pada konsistensi tinja, frekuensi buang air besar dan kesulitan

keluarnya tinja. Pada anak normal yang hanya buang air besar setiap 2-3 hari

dengan tinja yang lunak tanpa kesulitan bukan disebut konstipasi. Namun, buang

air besar setiap 3 hari dengan tinja yang keras dan sulit keluar, sebaiknya

dianggap konstipasi. Menurut World Gastroenterology Organization (WGO)

konstipasi adalah defekasi keras (52%), tinja seperti pil/ butir obat (44%),

ketidakmampuan defekasi saat diinginkan (34%), atau defekasi yang jarang (33%)

(Devanarayana dkk., 2010). Menurut North American Society of Gastroenterology

and Nutrition, konstipasi adalah kesulitan atau lamanya defekasi, timbul selama 2

minggu atau lebih, dan menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien (Van den

Berg dkk., 2007), sedangkan menurut Paris Consensus on Childhood

Constipation Terminology menjelaskan definisi konstipasi sebagai defekasi yang

terganggu selama 8 minggu dengan mengikuti minimal 2 gejala sebagai berikut:

defekasi kurang dari 3 kali per minggu, inkontinensia frekuensi tinja lebih besar

dari satu kali per minggu, masa tinja yang keras, masa tinja teraba di abdomen,

Page 26: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

26

perilaku menahan defekasi, nyeri saat defekasi (Drossman dan Dumitrascu, 2006;

Voskuijl dkk., 2004).

2.1.2 Epidemiologi

Konstipasi merupakan masalah yang sering terjadi pada anak. Penelitian

Loening-Baucke (2007) didapatkan prevalensi konstipasi pada anak usia 4-17

tahun adalah 22,6%, sedangkan prevalensi konstipasi pada anak usia di bawah 4

tahun hanya sebesar 16%. Penelitian Rasquin dkk. (2006) didapatkan bahwa 16%

anak usia 9-11 tahun menderita konstipasi. Sebanyak 90-97% kasus konstipasi

yang terjadi pada anak merupakan suatu konstipasi fungsional (Van Den Berg

dkk., 2006) dan kejadiannya sama antara laki-laki dan perempuan (Loening-

Baucke, 2004). Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Borowitz

dkk. (2003), konstipasi lebih banyak dijumpai pada anak laki-laki dengan

perbandingan 2:1. Penelitian di Indonesia pernah dilakukan pada anak sekolah

taman kanak-kanak di wilayah Senen, Jakarta. Prevalensi konstipasi didapatkan

sebesar 4,4% (Firmansyah, 2007).

2.1.3 Etiologi

Penyebab tersering konstipasi pada anak yaitu fungsional, fisura ani,

infeksi virus dengan ileus, diet dan obat. Konstipasi pada anak 95% akibat

konstipasi fungsional. Konstipasi fungsional pada umumnya terkait dengan

perubahan kebiasan diet, kurangnya makanan mengandung serat, kurangnya

asupan cairan, psikologis, takut atau malu ke toilet (Van Dijk dkk., 2010; Uguralp

dkk., 2003; Ritterband dkk., 2003; Devanarayana dan Rajindrajith 2011).

Page 27: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

27

2.1.4 Patofisiologi

Frekuensi defekasi pada anak-anak bervariasi menurut umur. Pada anak

umur 0-3 bulan dengan mengkonsumsi ASI frekuensi defekasi 3 kali/hari, anak

umur 0-3 bulan dengan mengkonsumsi susu formula frekuensi defekasi 2

kali/hari, dan anak umur ≥ 1 tahun frekuensi normal defekasi yaitu 1 kali/hari.

(Iacono dkk., 2005).

Proses defekasi normal memerlukan keadaan anatomi dan inervasi normal

dari rektum, otot puborektal dan sfingter ani (Gambar 2.1). Rektum adalah organ

sensitif yang mengawali proses defekasi. Tekanan pada dinding rektum akan

merangsang sistam saraf intrinsik rektum dan menyebabkan relaksasi sfingter ani

interna, yang dirasakan sebagai keinginan untuk defekasi. Sfingter anal eksterna

kemudian menjadi relaksasi dan feses dikeluarkan mengikuti peristaltik kolon

melalui anus. Relaksasi sfingter tidak cukup kuat, maka sfingter ani eksterna

dibantu otot puborektal akan berkontraksi secara refleks dan refleks sfingter

interna akan menghilang, sehingga keinginan defekasi juga menghilang (Van Der

Plas dkk., 2000; Degen dkk., 2005; Bu LN dkk., 2007).

Gejala dan tanda klinis konstipasi pada anak dimulai dari rasa nyeri saat

defekasi, anak akan mulai menahan tinja agar tidak dikeluarkan untuk

menghindari rasa tidak nyaman yang berasal dari defekasi dan terus menahan

defekasi maka keinginan defekasi akan berangsur hilang oleh karena kerusakan

sensorik di kolon dan rektum sehingga akan terjadi penumpukan tinja (Degen

dkk., 2005). Proses defekasi yang tidak lancar akan menyebabkan feses

menumpuk hingga menjadi lebih banyak dari biasanya dan dapat menyebabkan

Page 28: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

28

feses mengeras yang kemudian dapat berakibat pada spasme sfingter ani. Feses

yang terkumpul di rektum dalam waktu lebih dari satu bulan menyebabkan

dilatasi rektum yang mengakibatkan kurangnya aktivitas peristaltik yang

mendorong feses keluar sehingga menyebabkan retensi feses yang semakin

banyak. Peningkatan volume feses pada rektum menyebabkan kemampuan

sensorik rektum berkurang sehingga retensi feses makin mudah terjadi (Van Der

Plas dkk., 2000).

Gambar 2.1 Patofisiologi defekasi (Van Der Plas dkk., 2000)

2.1.5 Gejala dan tanda klinis

Gejala klinis konstipasi adalah frekuensi defekasi kurang dari tiga kali per

minggu, nyeri saat defekasi, tinja keras, sering mengejan pada saat defekasi,

perasaan kurang puas setelah defekasi. (Uguralp dkk., 2003; Rajindrajith dkk.,

2010)Keluhan lain yang biasa timbul adalah nyeri perut, kembung, perdarahan

Rektum

Saraf instrinsik

Relaksasi sfingter interna

Refleks

defekasi hilang Lemah Kuat

Lama Konstriksi sfingter eksterna Relaksasi sfingter eksterna

Otot puborektal

Konstriksi anus

Defekasi

Page 29: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

29

rektum (tinja yang keluar keras dan kehitaman). Keluhan tersebut makin

bertambah berat, bahkan sampai timbulnya gejala obstruksi intestinal (Van der

Plas dkk., 2010). Berikut beberapa gejala dan tanda yang timbul pada anak dengan

konstipasi yaitu berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik (Tabel 2.1)

Tabel 2.1 Gejala dan tanda klinis konstipasi

Gejala dan tanda klinis Persentase (%)

Anamnesis

Defekasi jarang 80-100

Feses keras 58-100

Nyeri saat defekasi 50-90

Feses lembek 35-96

Inkontinensia fekalis 45-75

Masalah psikologis 20-65

Nyeri perut 10-64

Anoreksia/ nafsu makan kurang 10-47

Riwayat keluarga konstipasi 9-49

Kelainan traktus urinarius 5-43

Distensi abdomen 0-61

Muntah 8-10

Pemeriksaan fisik

Masa di rektum 28-100

Masa di abdomen 30-71

Fisura dan perdarahan rektum 5-55

Prolaps rektum 0-3

(Sumber: Van Der Plas dkk., 2000)

2.1.6 Diagnosis

Diagnosis konstipasi sesuai dengan kriteria Rome III adalah sebagai

berikut:

1. Frekuensi defekasi dua kali atau kurang dalam seminggu tanpa pemberian

laksatif.

2. Terdapat minimal satu kali episode soiling/enkopresis dalam seminggu.

3. Riwayat retensi tinja yang berlebihan.

Page 30: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

30

4. Riwayat nyeri atau susah defekasi.

5. Riwayat pengeluaran feses yang besar sampai dapat menyumbat toilet.

6. Teraba masa fekal yang besar di rektum.

Diagnosis ditegakkan bila terdapat minimal dua dari enam gejala selama

dua bulan. Soiling didefinisikan sebagai pengeluaran feses secara tidak disadari

dalam jumlah sedikit sehingga sering mengotori pakaian dalam. Enkopresis

diartikan sebagai pengeluaran feses dalam jumlah besar secara tidak disadari (Van

Der Plas dkk., 2000).

2.1.7 Faktor-Faktor Risiko Konstipasi

Pengenalan dini faktor risiko terjadinya konstipasi dapat membantu untuk

mencegah konstipasi. Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan konstipasi

pada anak telah diteliti yaitu ketidakcukupan asupan serat dan cairan harian,

riwayat penyakit kronis, riwayat keluarga konstipasi, psikologis, alergi susu sapi

dan riwayat asupan susu sapi pada usia awal kehidupan, kelainan yang

berhubungan kolon dan rektum seperti irritable bowel syndrome, hirschsprung

disease, dan fisura ani (Borowizt dkk., 2003).

2.1.7.1 Asupan serat harian

Asupan serat merupakan faktor penting penyebab konstipasi pada anak.

Asupan serat harus ditingkatkan secara bertahap di masa kanak-kanak, karena diet

serat penting bagi kesehatan anak terutama dalam hal menormalkan BAB.

Penelitian yang dilakukan oleh Ip dkk. (2005) menunjukkan bahwa gejala

konstipasi pada anak sangat berkaitan dengan asupan serat makanan yang rendah.

Penelitian serupa dilakukan oleh Lee dkk. (2008) yang menyatakan bahwa asupan

Page 31: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

31

serat yang rendah berhubungan dengan kejadian konstipasi pada anak sekolah

taman kanak-kanak di Hongkong. Penelitian di Hong Kong dan Maldives (India)

menunjukkan bahwa konsumsi serat pada anak lebih rendah dari nilai yang

dianjurkan (Lee dkk., 2008).

Serat adalah bahan makanan nabati yang tidak dapat dicerna oleh enzim

pencernaan dalam tubuh. Berdasarkan analisis kimia, serat dalam makanan

digolongkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah selulosa yang

merupakan polisakarida. Selulosa adalah serat yang paling banyak dijumpai pada

sayuran dan buah-buahan. Kelompok kedua adalah pektin, gum dan mucilago,

yang merupakan polisakarida non-selulosa. Pektin mempunyai sifat membentuk

gel jika bergabung dengan air. Gum pada tanaman biasanya diproduksi saat kulit

tanaman tergores, dan ditemukan juga dalam biji-bijian, seperti buncis, kacang

polong dan kapri (Gremse dkk., 2002).

Berdasarkan sifat larutan, serat dibedakan menjadi dua golongan yaitu

serat yang larut dalam air, seperti pektin, gum, mucilago, dan serat yang tidak

larut dalam air seperti selulosa, hemi-selulosa dan lignin (Pashankar dkk., 2003).

Serat makanan bersifat hidrofilik atau pembentuk masa. Kemampuan serat

makanan sebagai laksansia tergantung dari kemampuannnya menghindari

pencernaan dan absorpsi di usus halus dan menghindari metabolisme bakteri di

kolon. Peningkatan volume di usus yang berkaitan dengan bahan padat dan air

diduga menstimulasi motilitas dan peningkatan transit isi usus melalui kolon,

sehingga meningkatkan feses yang dikeluarkan. Konsistensi feses juga

dipengaruhi oleh serat makanan sehingga mempermudah defekasi. Efektivitas

Page 32: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

32

serat makanan sebagai bahan pembentuk masa tergantung pada jumlah,

kemampuan mengikat air, banyaknya penghancuran oleh proses fermentasi

bakteri dan efektivitas produk fermentasi yang dapat meningkatkan efek laksatif

(Pijpers dkk., 2010).

Pada anak asupan serat makanan harian yang direkomendasikan oleh

American Academy of Pediatrics Committee On Nutrition adalah 0,5

gram/kilogram berat badan sampai dengan 35 gram per hari. Kebutuhan serat

berdasarkan rekomendasi tersebut terlalu besar bagi anak usia muda sehingga

diperbaharui kembali berdasarkan usia, namun beberapa penelitian menyatakan

saat ini asupan serat makanan pada anak di negara maju dan berkembang tidak

sesuai dengan rekomendasi, sedangkan menurut American Health Foundation

untuk anak di atas usia 2 tahun minimal diberi diet serat dengan formula usia + 5

g/hari dan maksimal usia + 10 g/hari (Lee dkk., 2008).

Diet serat harus dilakukan bertahap yaitu dengan mulai menambah satu

atau lebih jenis makanan tiap harinya. Jenis makanan yang dapat diberikan berupa

buah segar yang tinggi serat (seperti apel, blueberry, pisang, kurma, pir, jeruk),

sayuran segar atau telah diproses (seperti brokoli, tauge, wortel, jagung, kacang

polong dan kentang dengan kulitnya, atau salad dalam jumlah banyak. Setiap

sediaan buah segar memberikan serat sebanyak 2-3 gram dan sayuran

memberikan serat 2-2,5 gram. Diet serat akan menyebabkan retensi air dalam

kolon yang mengakibatkan masa feses bertambah dan lebih lunak sehingga

asupan air juga ditingkatkan (Van Der Plas dkk., 2000).

Page 33: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

33

2.1.7.2 Asupan cairan harian

Jumlah cairan yang dibutuhkan pada anak agar feses bertambah lunak

diperkirakan 6-8 gelas per hari (Tabel 2.2). Jumlah cairan yang dikonsumsi

mempengaruhi konsistensi tinja. Penambahan cairan pada kolon dan masa tinja

membuat pergerakan usus menjadi lebih lembut dan mudah dilalui. Oleh karena

ini penderita yang mengalami konstipasi sebaiknya mengkonsumsi banyak cairan

setiap hari yaitu sekitar tujuh gelas setiap hari. (Lee dkk., 2008).

Tabel 2.2 Jumlah cairan minimal yang dianjurkan

Usia Jumlah cairan Usia Jumlah cairan

6-12 bulan 800cc/hari 9-13 tahun L: 2400 cc/hari

P : 2100 cc/hari

>1-3 tahun 1300 cc/hari 14-18 tahun L: 3300 cc/hari

P : 2300 cc/hari

4-8 tahun 1700 cc/hari

(Sumber: Lee dkk., 2008)

2.1.7.3 Riwayat keluarga dengan konstipasi

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa riwayat konstipasi pada

keluarga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya konstipasi. Hal ini selain

karena faktor genetik, perilaku orang tua mengajarkan toilet training merupakan

hal penting. Toilet training dapat terabaikan atau bahkan orangtua terlalu

berlebihan mengajarkan pada anak sehingga terdapat sikap menolak dari anak

ketika diajak defekasi (Ip dkk., 2005; Rajindrajith dkk., 2010).

2.1.7.4 Riwayat Penyakit Kronis

Hubungan antara riwayat penyakit kronis dengan konstipasi belum

diketahui secara pasti dari beberapa tinjauan pustaka. Penelitian Firmansyah

(2007) didapatkan hubungan riwayat penyakit kronis seperti tuberkulosis dan

Page 34: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

34

penyakit neurologis (cerebral palsy, epilepsi). Penelitian lainnya didapatkan anak

dengan penyakit kronis seperti asma dan neoplasma, berhubungan dengan

konstipasi (Devanarayana dkk., 2010; Van Dijk dkk., 2007).

2.1.7.5 Psikologis

Penelitian Inan dkk. (2007) didapatkan bahwa trauma fisik dan psikologis

berhubungan dengan kejadian konstipasi pada anak usia sekolah. Penelitian di Sri

Lanka yang mengambil sampel pada anak sekolah usia 10-16 tahun didapatkan

bahwa stres yang berhubungan dengan sekolah seperti kegagalan ujian, orangtua

kehilangan pekerjaan dan hukuman yang sering oleh orang tua merupakan faktor

risiko yang menyebabkan konstipasi (Devanarayana dan Rajindrajith, 2011; Van

Der Plas dkk., 2000; Voskuilj dkk., 2004).

2.1.7.6 Riwayat alergi susu sapi dan pemberian susu formula berlebihan

Beberapa penelitian tentang alergi susu sapi menunjukan bahwa anak yang

mengkonsumsi susu sapi atau susu formula pada usia pertama kehidupan memiliki

konsistensi tinja yang padat dan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya

konstipasi. Hal ini disebabkan susu sapi mengandung mineral dan lemak yang

lebih banyak dan lebih sedikit mengandung karbohidrat, serta mengandung asam

palmitat pada posisi Sn1 dan Sn3 sehingga asam palmitat membutuhkan hidrolisis

oleh lipase pankreas. Proses hidrolisis ini menghasilkan asam palmitat bebas yang

akan bereaksi dengan kalsium sehingga membentuk calcium fatty acid soaps yang

sulit diserap. Pembentukan calsium soaps ini berhubungan bermakna dengan

tingkat kepadatan feses sehingga anak yang mengkonsumsi susu formula

Page 35: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

35

memiliki tinja yang lebih padat dan dapat menimbulkan konstipasi (Iacono dkk.,

2005; Daher dkk., 2001).

2.1.8 Metode penilaian asupan makanan

1. Dietary record

Responden diminta mencatat jumlah makanan dan minuman yang

dikonsumsi selama satu hari. Jumlah yang dikonsumsi dapat diukur dengan skala

atau ukuran rumah tangga (seperti cangkir, sendok makan), atau diperkirakan

menggunakan model, gambar atau tidak ada bantuan khusus. Pencatatan

dilakukan tiga atau empat hari berturut-turut karena pencatatan lebih dari empat

hari berturut-turut hasilnya tidak memuaskan karena kelelahan responden. Ip dkk.

(2005) mengunakan metode ini dalam penelitiannya di Hongkong.

2. Food recall 24 jam

Responden diwawancarai oleh ahli gizi atau tenaga kesehatan lainnya yang

telah dilatih. Responden diminta untuk mengingat dan melaporkan semua

makanan dan minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam atau di hari sebelumnya.

Pencatatan dan pengkodean langsung dilaporkan setelah wawancara. Metode ini

digunakan oleh Lee dkk. (2008).

3. Food Frequency Questionaaire (FFQ)

Responden diminta untuk melaporkan frekuensi makanan yang biasa

mereka konsumsi dari daftar makanan untuk jangka waktu tertentu. Frekuensi,

metode memasak atau kombinasi dalam makanan juga dilaporkan. Keseluruhan

perkiraan asupan gizi diperoleh dengan menjumlahkan semua produk makanan

Page 36: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

36

dari frekuensi yang dilaporkan dengan jumlah nutrisi yang ditentukan dari porsi

makanan itu (Ip dkk., 2005).

4. Brief Dietary Assessment Methods

Beberapa metode singkat penilaian makanan telah dikembangkan.

Instrumen ini dapat berguna dalam situasi yang tidak memerlukan penilaian baik

dari diet total atau akurasi kuantitatif dalam diet (Lee dkk., 2008).

5. Diet history

Responden diminta untuk melaporkan tentang riwayat diet masa lalu.

Anak cenderung memiliki diet yang sangat bervariasi dari hari ke hari, dan pola

makan mereka dapat berubah dengan cepat. Anak kurang mampu mengingat,

memperkirakan, dan bekerja sama dalam prosedur penilaian diet biasa. Informasi

yang diperoleh pada anak usia sekolah melalui orang yang sehari-hari mengurus

anak tersebut, bisa orang tua atau pengasuh (kakek-nenek, pembantu). Informasi

yang diperoleh hanya dari satu responden, kemungkinan laporan yang diperoleh

kurang lengkap. Sebuah konsensus metode recall, anak dan orangtua bersama-

sama memberikan tanggapan pada 24 jam dietary recall telah terbukti

memberikan informasi lebih akurat daripada recall dari salah satu orang saja (Lee

dkk., 2008).

Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam data

yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk

mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu

ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring dan

lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari atau model dari

Page 37: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

37

makanan (food model). Pengukuran dilakukan 1 kali (1×24 jam), maka data yang

diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makanan

individu. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 3 kali recall 24 jam

berturut-turut termasuk hari libur, dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi

lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian

individu.

Kelebihan metode recall 24 jam yaitu mudah melaksanakannya serta tidak

terlalu membebani responden, biaya relatif murah, karena tidak memerlukan

peralatan khusus dan tempat yang luas untuk wawancara, cepat, sehingga dapat

mencakup banyak responden, dapat digunakan untuk responden yang buta huruf,

dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu

sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari. Kekurangan metode recall 24 jam

yaitu tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari, bila hanya

dilakukan recall satu hari, ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat

responden, oleh karena itu responden harus mempunyai daya ingat yang baik.

Dibutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam menggunakan

alat-alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai menurut kebiasaan

responden.

Page 38: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

38

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Konstipasi adalah suatu kondisi yang masih menjadi masalah yang sangat

umum di Indonesia dengan prevalensi antara 0,69-29,6% pada anak.

Menegakkan diagnosis ataupun mendeteksi suatu konstipasi sangat sulit

dilakukan maka sangatlah penting untuk memahami kriteria Rome III. Beberapa

kriteria diantaranya adalah:

a. Frekuensi defekasi dua kali atau kurang dalam seminggu tanpa pemberian

laksatif.

b. Terdapat minimal satu kali episode soiling/enkopresis dalam seminggu.

c. Riwayat retensi tinja yang berlebihan.

d. Riwayat nyeri atau susah defekasi.

e. Riwayat pengeluaran feses yang besar sampai dapat menyumbat toilet.

f. Teraba masa fekal yang besar di rektum

Kriteria ini ditegakkan sebagai diagnosis konstipasi bila terdapat minimal

dua dari enam gejala selama dua bulan. Beberapa faktor risiko yang berhubungan

dengan konstipasi pada anak adalah diet yang salah yaitu diet rendah serat, asupan

cairan kurang, riwayat pemberian susu formula pada usia pertama kehidupan,

alergi susu sapi, riwayat keluarga konstipasi, kurang latihan (toilet training),

kelainan yang berhubungan kolon dan rektum seperti irritable bowel syndrome,

Page 39: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

39

hirschprung disease, fisura anal dan psikologis. Berbagai faktor di atas, pola

hidup seperti asupan serat yang rendah merupakan penyebab tersering konstipasi.

Anak-anak yang mengkonsumsi makanan yang kaya serat seperti sayuran dan

buah, lebih jarang mengalami konstipasi karena asupan serat yang cukup dapat

meningkatkan retensi air sehingga dapat melunakkan tinja, mempercepat waktu

singgah di dalam kolon, dan meningkatkan frekuensi buang air besar. Pencegahan

terhadap timbulnya konstipasi pada anak adalah pendekatan dengan cara tindakan

pencegahan secara dini diantaranya mengkonsumsi asupan serat makanan harian

yang sesuai.

Asupan serat makanan harian untuk anak yang direkomendasikan oleh

American Academy of Pediatrics (AAP) adalah dari 0,5 gram/kilogram berat

badan, sampai dengan 35 gram per hari. Kebutuhan serat berdasarkan

rekomendasi tersebut terlalu besar bagi anak usia muda sehingga diperbaharui

kembali berdasarkan usia, namun beberapa penelitian menyatakan saat ini asupan

serat makanan pada anak di negara maju dan berkembang tidak sesuai dengan

rekomendasi, sedangkan menurut American Health Foundation untuk anak di atas

usia 2 tahun minimal diberi diet serat dengan formula usia + 5 g/hari dan

maksimal usia + 10 g/hari.

Page 40: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

40

3.2 Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian faktor risiko konstipasi, maka dapat dibuat kerangka

konsep penelitian sebagai berikut:

Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian

Keterangan:

: Variabel tergantung

: Variabel yang diteliti

: variabel yang di adjusted by design

: variabel yang di adjusted by analysis

3.3 Hipotesis Penelitian

1. Riwayat keluarga dengan konstipasi berhubungan dengan kejadian

konstipasi pada anak sekolah taman kanak-kanak di Denpasar.

Usia

Jenis kelamin

KONSTIPASI

Riwayat keluarga dengan

konstipasi

Riwayat pemberian susu

formula

Jumlah asupan serat

makanan kurang

Asupan cairan kurang

Penyakit bawaan

Penyakit kronis

Alergi susu sapi

Page 41: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

41

2. Riwayat pemberian susu formula berhubungan dengan kejadian konstipasi

pada anak sekolah taman kanak-kanak di Denpasar.

3. Ketidakcukupan jumlah asupan cairan berhubungan dengan kejadian

konstipasi pada anak sekolah taman kanak-kanak di Denpasar.

4. Ketidakcukupan jumlah asupan serat makanan berhubungan dengan

kejadian konstipasi pada anak sekolah taman kanak-kanak di Denpasar.

Page 42: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

42

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu penelitian potong lintang, untuk

mengetahui prevalensi konstipasi pada anak sekolah taman kanak-kanak di

Denpasar dan faktor risiko terjadinya konstipasi (Gambar 4.1).

Gambar 4.1 Skema rancangan penelitian

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sekolah taman kanak-kanak di Denpasar yang

dipilih secara acak, mulai November 2013 sampai dengan Mei 2014.

Anak sekolah

taman kanak –kanak

Tidak konstipasi

Tidak Konstipasi

Riwayat keluarga dengan konstipasi,

riwayat pemberian susu formula, jumlah

asupan serat makanan dan cairan

tidak cukup,

Konstipasi

Page 43: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

43

4.3 Penentuan Sumber Data

4.3.1 Populasi penelitian

Populasi target penelitian ini adalah anak sekolah taman kanak-kanak di

Bali. Populasi terjangkau adalah anak sekolah taman kanak-kanak yang berusia 4

tahun sampai 6 tahun di enam sekolah taman kanak-kanak di Denpasar.

4.3.2 Sampel penelitian

Sampel penelitian ini adalah anak sekolah taman kanak-kanak berusia 4

sampai 6 tahun di enam sekolah taman kanak-kanak di Denpasar yang diambil

dengan mengunakan teknik random sampling.

4.3.2.1 Kriteria pemilihan

Kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini meliputi kriteria inklusi dan

kriteria ekslusi. Kriteria inklusi meluputi:

1. Subjek anak usia 4 sampai 6 tahun yang bersekolah di taman kanak-kanak

Denpasar

2. Subjek yang orangtuanya menyetujui dan bersedia mengisi informed consent

untuk ikut serta dalam penelitian ini.

Kriteria eksklusi meliputi:

1. Subjek yang menderita penyakit bawaan seperti penyakit malformasi

anorektal bawaan, termasuk kelainan kongenital anus dimana tidak terdapat

lubang anus (atresia ani) atau lumen anus menyempit (stenosis ani) dan

kelainan yang berhubungan dengan kolon dan rektum seperti irritable bowel

syndrome, hirschprung disease.

Page 44: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

44

2. Subjek yang menderita penyakit kronis seperti penyakit infeksi, inflamasi

atau neoplasma yang menetap lebih dari 2 bulan.

3. Subjek yang sedang atau sudah mendapat terapi pencahar sebelumnya.

4.3.2.2 Perhitungan besar sampel

Pada penelitian ini dilakukan perhitungan rumus besar sampel minimal

sebagai berikut (Sastroasmoro dan Ismael, 2010) :

n = Zα2PQ

d2

Zα = derivat baku alfa untuk α = 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95% sebesar

1,96

P = estimasi kejadian konstipasi pada anak, diambil dari kepustakaan/penelitian

sebelumnya yaitu sebesar 29% (Ip dkk., 2005)

Q = 1 – P, sebesar 0,71

d = Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki, ditetapkan sebesar 0,05.

Berdasarkan perhitungan di atas jumlah sampel minimal sebesar 316 orang.

4.3.2.3 Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan cara multistage

random sampling, yaitu dari 4 kecamatan yang ada di Bali yaitu Denpasar barat,

Denpasar selatan, Denpasar timur, Denpasar utara dilakukan pemilihan 2

kecamatan untuk menjadi tempat pengambilan sampel menurut stratifikasi

wilayah berdasarkan kecamatan dalam kota (urban) dan kecamatan pinggiran kota

(sub-urban) di Denpasar. Daerah urban adalah wilayah dengan susunan

fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi

Page 45: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

45

pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi yaitu

meliputi Denpasar barat dan Denpasar utara. Daerah sub-urban adalah

perkembangan desa menjadi kota yang terjadi oleh ekstensi atau penjalaran kota,

yang sering dikenal sebagai perkembangan pinggiran kota meliputi Denpasar

selatan dan Denpasar timur.

Pada masing-masing stratifikasi wilayah yang ada di Denpasar (terdapat 2

macam wilayah) akan diambil masing-masing 1 kecamatan dengan menggunakan

metode stratified random sampling, dari 2 kecamatan tersebut ditetapkan 6

kelurahan sebagai tempat pengambilan sampel dengan menggunakan metode

cluster sampling, distribusi 6 kelurahan yang terpilih ditetapkan sejumlah 6

sekolah dasar sebagai tempat pengambilan sampel dengan menggunakan metode

cluster sampling, tahapan multistage random sampling sebagai berikut: (Dahlan,

2009)

1. Wilayah urban ditetapkan 1 Kecamatan Denpasar barat, wilayah sub-urban

ditetapkan 1 Kecamatan Denpasar selatan, karena memiliki karakteristik

wilayah yang hampir sama.

2. Kecamatan Denpasar barat terdiri 11 kelurahan. Kecamatan Denpasar selatan

terdiri dari 10 kelurahan. Dari 2 kecamatan ditetapkan 6 kelurahan yaitu

Kecamatan Denpasar Barat ditetapkan kelurahan Dauh puri, kelurahan padang

sambian, kelurahan pemecutan. Kelurahan Denpasar Selatan ditetapkan

kelurahan panjar, kelurahan serangan, kelurahan sesetan. Tiap kelurahan diberi

nomor urut dan sampel diambil secara acak melalui pengocokan.

Page 46: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

46

3. Wilayah urban yaitu Denpasar Barat ditetapkan 3 sekolah taman kanak-kanak

dari masing-masing kelurahan yaitu TK Santo Yosep, TK Kumara Santi, TK

Sari Kumara. Wilayah sub-urban yaitu Denpasar Selatan ditetapkan 3 sekolah

taman kanak-kanak yaitu TK Tadika putri, TK Permata bunda, TK Kristen

Harapan. Tiap Taman-kanak di kelurahan diberi nomor urut dan sampel

diambil secara acak melalui pengocokan.

Pada sekolah TK Santo Yosep, TK Kristen Harapan, TK Tadika putri dan

Permata bunda ditetapkan 53 siswa sebagai sampel dan TK Kumara Santi dan TK

Sari Kurama ditetapkan 52 siswa sebagai sampel berdasarkan jumlah siswa

masing-masing sekolah, sampel didapatkan sebanyak 316 sampel. Penentuan

siswa/anak yang terpilih pada masing-masing sekolah taman kanak-kanak

dilakukan dengan metode simple random sampling. Tiap anak di sekolah taman

kanak-kanak diberi nomor urut dan sampel diambil secara acak melalui

pengocokan. Pada penelitian ini akan dilakukan pengambilan sampel penelitian

dengan skema yang tampak pada gambar 4.2.

Page 47: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

47

Penelitian ini dilakukan pengambilan sampel penelitian dengan skema

sebagai berikut (Gambar 4.2).

Gambar 4.2 Skema alur pemilihan sampel penelitian

Kota Denpasar

Daerah dalam kota

(Urban) :

Denpasar Utara,

Denpasar Barat

Daerah pinggiran kota

(Sub urban) :

Denpasar Selatan,

Denpasar Timur

Kecamatan A

Kelurahan (11)

Jumlah TK: 67

Kecamatan B

Kelurahan (10)

Jumlah TK: 54

Jumlah Kelurahan

(3) (Sebagai sampel

berdasarkan proporsi

kelurahan dari

kecamatan A)

Jumlah Kelurahan

(3) (Sebagai sampel

berdasarkan proporsi

kelurahan dari

kecamatan B)

Jumlah TK (3) dan

siswa sebagai sampel

pada Kecamatan A

Penentuan siswa

sebagai besar sampel

Jumlah TK (3) dan

siswa sebagai sampel

pada Kecamatan B

Penentuan siswa

sebagai besar sampel

Stratified

random

sampling

Penggolong

an daerah

berdasarkan

statifikasi

wilyah

Simple

random

sampling

Simple

random

sampling

Simple

random

sampling

Page 48: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

48

4.4 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:

Variabel bebas : riwayat keluarga dengan konstipasi, riwayat pemberian susu

formula, jumlah asupan serat makanan dan asupan cairan

kurang

Variabel tergantung : konstipasi

Variabel perancu : umur, jenis kelamin.

4.5 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini:

1. Konstipasi adalah kesulitan defekasi dengan tinja keras dan rasa sakit dengan

frekuensi defekasi kurang dari 2 kali dalam seminggu.

2. Konstipasi fungsional adalah konstipasi yang didiagnosis berdasarkan kriteria

Rome III, minimal ada dua dari enam gejala, dua bulan terakhir:

a. Frekuensi defekasi dua kali atau kurang dalam seminggu tanpa pemberian

laksatif.

b. Terdapat minimal satu kali episode soiling/enkopresis dalam seminggu.

c. Riwayat retensi tinja yang berlebihan.

d. Riwayat nyeri atau susah defekasi.

e. Riwayat pengeluaran feses yang besar sampai dapat menyumbat toilet.

f. Teraba masa fekal yang besar di rektum.

3. Riwayat keluarga dengan konstipasi didefinisikan sebagai ada tidaknya

anggota keluarga yang mempunyai riwayat menderita konstipasi. Diketahui

berdasarkan wawancara dengan kuisioner.

Page 49: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

49

4. Riwayat pemberian susu formula didefinisikan sebagai pemberian susu

formula selama enam bulan pertama kehidupan tanpa pemberian ASI,

diketahui berdasarkan wawancara dengan kuisioner.

5. Asupan cairan adalah total jumlah asupan cairan yang dikonsumsi responden

selama 24 jam bedasarkan metode food recall 24 jam. Dikatakan asupan

cairan cukup jika ≥ 7 gelas/hari, asupan cairan kurang jika <7 gelas/hari.

Diperoleh melalui wawancara dengan kuisioner food recall 24 jam.

6. Jumlah asupan serat makanan adalah hasil pengukuran berdasarkan data

analisis food recall 24 jam yaitu ibu atau pengasuh diwawancarai oleh tenaga

kesehatan yang telah dilatih. Ibu atau pengasuh diminta untuk mengingat dan

melaporkan semua makanan dan minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam

atau di hari sebelumnya sebanyak 1 kali. Pencatatan langsung dilaporkan

setelah wawancara kemudian ditentukan kecukupan asupan serat

menggunakan kaidah berdasarkan usia anak (dalam tahun) ditambah 5

gram/hari. Dikatakan asupan serat cukup: bila kadar serat dalam gram yaitu ≥

usia anak (dalam tahun) ditambah 5 gram/hari, asupan serat rendah: bila

kadar serat dalam gram yaitu < usia anak (dalam tahun) ditambah 5 gram/hari

diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner food recall 24 jam dan food

model.

7. Usia anak adalah usia anak yang dihitung sejak tanggal lahir sampai waktu

penelitian yang dinyatakan dalam tahun. Diperoleh melalui wawancara

dengan kuesioner.

Page 50: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

50

8. Jenis kelamin anak didasarkan pada pemeriksaan fisik genitalia eksterna yang

akan dikategorikan menjadi laki-laki dan perempuan. Diketahui berdasarkan

wawancara dengan kuisioner.

9. Penyakit bawaan didefinisikan sebagai penyakit malformasi anorektal

bawaan, termasuk kelainan kongenital anus yaitu tidak terdapat lubang anus

(atresia ani) atau lumen anus menyempit (stenosis ani) dan kelainan yang

berhubungan dengan kolon dan rekrum seperti irritable bowel syndrome,

hirschprung disease, diketahui berdasarkan wawancara dengan kuisioner.

10. Penyakit kronis didefinisikan sebagai penyakit infeksi seperti tuberkulosis,

gangguan neurologis (cerebral palsy,epilepsi), atau neoplasma yang menetap

lebih dari 2 bulan, diketahui berdasarkan wawancara dengan kuisioner.

11. Sedang/sudah mendapat terapi pencahar sebelumnya didefinisikan sebagai

mendapat obat pencahar dalam waktu paling lambat 1 minggu sebelum

dijadikan sampel penelitian, diketahui berdasarkan wawancara dengan

kuisioner.

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan yaitu:

1. Formulir food recall 24 jam adalah mengingat makanan dan minuman yang

dikonsumsi oleh anak-anak dalam 24 jam atau di hari sebelumnya, ditinjau

dari ibu atau pengasuh yang diwawancarai oleh tenaga kesehatan yang telah

dilatih, digunakan untuk mengetahui jenis bahan makanan, frekuensi makan

serta jumlah bahan makanan yang dikonsumsi. Gambaran jumlah rata–rata

Page 51: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

51

konsumsi semua jenis makanan yang diukur dengan food recall 24 jam sejak

dijadikan sampel, dihitung dengan menggunakan DKBM 2009.

2. Food model adalah contoh bahan makanan/makanan yang dibuat sedemikian

rupa sehingga menyerupai bahan makanan/makanan aslinya.

3. Kuesioner, adalah daftar pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui

karakteristik anak meliputi umur, jenis kelamin serta pediatric constipation

symptom berdasarkan kriteria Rome III, keluarga menderita konstipasi,

penyakit kronis, dan penyakit bawaan.

4. Formulir yang berisi tentang identitas orangtua/wali dan subjek penelitian dan

pernyataan setuju ikut dalam penelitian (sebagai PSP yang ditandatangani

oleh orangtua/wali subjek penelitian sebelum diikutsertakan dalam

penelitian).

4.7 Prosedur Penelitian

Teknis di lapangan dilakukan pengambilan data sampel dengan tahapan

sebagai berikut:

1. Tim peneliti dan 2 asisten peneliti (tenaga kesehatan) yang sudah dilatih akan

datang ke sekolah taman kanak-kanak yang sudah ditentukan sebagai tempat

penelitian untuk melakukan sosialisasi penelitian kepada pihak pengurus

sekolah dan akan berkoordinasi tentang waktu yang tepat untuk dilakukan

pengumpulan data sampel penelitian.

2. Tim meminta daftar siswa keseluruhan dan melakukan penentuan sampel

penelitian dengan menggunakan metode simple random sampling sesuai

dengan jumlah sampel pada masing-masing sekolah.

Page 52: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

52

3. Tim memberikan surat persetujuan penelitian serta kuesioner penelitian

kepada sampel penelitian untuk diserahkan kepada orangtua/wali di rumah

masing-masing.

4. Surat persetujuan penelitian akan dibaca dan ditandatangani oleh

orangtua/wali sampel di rumah masing-masing.

5. Orangtua/wali sampel menyetujui untuk ikut serta dalam penelitian, maka

orangtua/wali sampel akan mengisi kuesioner tentang identitas, pediatric

constipation symptom berdasarkan kriteria Rome III dan konsistensi feses

telah disesuaikan menggunakan Bistol stool chart.

6. Data konsumsi, untuk mengetahui jenis dan frekuensi makan pada bahan

makanan tertentu digunakan dengan menggunakan form food recall 24 jam,

yaitu suatu daftar pertanyaan yang mengenai frekuensi penggunaan bahan

pokok, lauk pauk hewani dan nabati, asupan cairan harian, sayuran, dan buah-

buahan serta selingan yang terperinci menurut tiap macam bahan atau

menurut golongan tertentu dan model makanan (food model) digunakan

sebagai alat bantu untuk memudahkan orang tua atau pengasuh. Jumlah bahan

makanan yang dikonsumsi dihitung menggunakan cara taksiran atau estimasi.

Makanan yang telah dikonsumsi ditaksir berat atau isinya dengan cara ibu

atau pengasuh diwawancarai oleh tenaga kesehatan yang telah dilatih

mengenai makanan yang telah dikonsumsi anak dalam 24 jam atau dihari

sebelumnya saat pengumpulan data di sekolah.

7. Data asupan serat makanan: model makanan (food model) digunakan untuk

memudahkan mengkonversikan bahan makanan yang dikonsumsi dari ukuran

Page 53: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

53

rumah tangga (URT) ke dalam berat (gram), serta menggunakan alat-alat

rumah tangga seperti gelas, mangkuk, sendok makan, sendok teh, piring, dan

lain–lain. Untuk menerjemahkan konsumsi makanan ke dalam bentuk

konsumsi gizi, digunakan DKBM 2009, selanjutnya dihitung kadar serat

dalam gram yaitu usia anak (dalam tahun) ditambah 5 gram/hari.

8. Dilakukan pemeriksaan fisik untuk menilai ada atau tidaknya masa di rekrum

pada anak dengan konstipasi.

9. Surat persetujuan dan kuesioner penelitian yang sudah terisi akan

dikumpulkan langsung pada saat tim peneliti datang ke sekolah taman kanak-

kanak.

10. Dilakukan analisis data.

Berikut adalah skema dari alur penelitian yang dilakukan (Gambar 4.3).

Gambar 4.3 Skema alur penelitian

Kriteria inklusi dan eksklusi

Sampel penelitian

Sampling : randomisasi

Pengisian : kuisioner penelitian, pediatric constipation

symptom, formulir food recall 24 jam, food model

Pengukuran: konsentrasi jumlah asupan serat

Pemeriksaan fisik

Analisis data

Populasi anak sekolah taman kanak-

kanak usia 4-6 tahun

Page 54: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

54

4.8 Analisis Data

Analisis data dilakukan beberapa tahap:

1. Analisis deskriptif untuk mengetahui prevalensi konstipasi dan karakteristik

sampel penelitian. Data yang dianalisis secara deskriptif disajikan dalam

bentuk distribusi frekuensi.

2. Analisis statistik bivariat dengan uji Chi-square dan perhitungan rasio

prevalensi (RP) untuk menilai hubungan antara riwayat keluarga dengan

konstipasi, riwayat pemberian susu formula, asupan cairan kurang, asupan serat

kurang terhadap konstipasi pada anak.

3. Analisis multivariat dengan regresi logistik untuk mengetahui kekuatan

hubungan konstipasi dengan riwayat keluarga dengan konstipasi, riwayat

pemberian susu formula, asupan cairan kurang, asupan serat kurang, dengan

interval kepercayaan 95% dan tingkat kemaknaan P<0,05.

4.9 Etika Penelitian

Penelitian ini telah mendapat kelaikan etik (ethical clearance) dari Unit

Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah No: 964 /UN.14.2/Litbang/2013.

Page 55: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

55

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sekolah taman kanak-kanak yang ada di dua

kecamatan yang ada di Denpasar yaitu Kecamatan Denpasar Barat dan Denpasar

Selatan. Masing-masing wilayah tersebut sampel penelitian diperoleh dengan cara

stratified random sampling.

5.2 Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan yaitu sejak bulan November 2013

sampai bulan Mei 2014 dan didapatkan 316 yang memenuhi kriteria inklusi.

Subjek terdiri dari 316 anak, didapatkan laki-laki sebanyak 171 (54,4%) dengan

kelompok usia terbanyak adalah usia 5 tahun 162 (51,3%). Riwayat keluarga

dengan konstipasi didapatkan sebanyak 41 (13%), riwayat pemberian susu

formula didapatkan sebanyak 45 (14,2%), asupan cairan yang kurang yaitu <

7gelas/hari didapatkan sebanyak 85 (26,9%), subjek yang memiliki asupan serat

makanan rendah yaitu < umur ditambah 5 gram/hari adalah sebanyak 75 (23,7%)

dan pada penelitian ini konstipasi didapatkan pada 48 (15,1%) subjek.

Karakteristik subjek penelitian ditampilan pada Tabel 5.1

5.3 Faktor-faktor risiko yang Berhubungan dengan Konstipasi

Pada penelitian ini, untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan

konstipasi pada anak sekolah taman kanak-kanak di Denpasar dilakukan analisis

bivariat (uji chi-square) terhadap faktor risiko konstipasi. Analisis bivariat

Page 56: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

56

menunjukkan bahwa riwayat keluarga dengan konstipasi, riwayat pemberian susu

formula, asupan cairan dan serat yang kurang berhubungan secara bermakana

dengan konstipasi pada anak sekolah taman kanak-kanak di Denpasar. Hasil

analisis bivariat ditampilkan dalam tabel 5.2.

Berdasarkan hasil analisis bivariat kemudian dilanjutkan dengan analisis

multivariat didapatkan bahwa riwayat keluarga dengan konstipasi, riwayat

pemberian susu formula, asupan cairan dan serat yang kurang juga berhubungan

secara bermakna dengan konstipasi pada anak sekolah taman kanak-kanak di

Denpasar. Hasil analisis multivariat ditampilkan dalam tabel 5.3.

Tabel 5.1. Karakteristik subjek

Karakteristik (N=316) (%)

Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

145 (45,9)

171 (54,1)

Usia

4 tahun

5 tahun

6 tahun

50 (15,8)

162 (51,3)

104 (32,9)

Riwayat keluarga konstipasi

Ya

Tidak

41 (13,0)

275 (87,0)

Riwayat pemberian susu formula

Ya

Tidak

Asupan cairan

Kurang

Cukup

Asupan serat makanan

Kurang

Cukup

45 (14,2)

271 (85,8)

85 (26,9)

231 (73,1)

75 (23,7)

241 (76,3)

Page 57: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

57

Tabel 5.2.

Analisis bivariat faktor risiko konstipasi pada anak

Konstipasi

Ya

(n,%)

Tidak

(n,%)

P RP IK 95%

Riwayat keluarga

konstipasi

Ya

Tidak

40(83,3)

8(16,7)

1 (0,4)

267(99,6)

<0,001

1335,0

162,2-10959,1

Riwayat pemberian

susu formula

Ya

Tidak

41(84,5)

7 (14,6)

4(1,5)

264(98,5)

<0,001

386,5

108,3-1378,9

Asupan cairan

Kurang

Cukup

Asupan serat

44(91,7)

4(8,3)

41(15,3)

227(84,7)

<0,001

60,9

20,7-178,6

Kurang

Cukup

44(91,7)

4(8,3)

31(11,6)

237(88,4)

<0,001

84,0

28,2-250,0

IK= interval kepercayaan, RP= rasio prevalensi, *) uji chi-square

Tabel 5.3.

Analisis multivariat regresi logistik faktor-faktor risiko terhadap konstipasi

Variabel Kategori Konstipasi

P RP IK 95%

Riwayat keluarga

konstipasi

Ya

Tidak

0,002 196,6

(7,5-524,0)

Riwayat pemberian

susu formula

Asupan cairan

Asupan serat

Ya

Tidak

Kurang

cukup

Kurang

cukup

0,01

0,047

0,002

9,6

6,5

36,2

(1,5-56,2)

(1,02-41,5)

(3,5-366,9)

IK= interval kepercayaan, RP= rasio prevalensi, *) analisis regresi logistik

Page 58: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

58

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah anak sekolah taman kanak-kanak berusia 4

sampai 6 tahun merupakan kelompok usia rentan terhadap masalah gizi dan

kesehatan. Salah satu masalah yang sering dihadapi anak sekolah taman kanak-

kanak yaitu pola pergeseran pola makan yang cenderung mengkonsumsi makanan

rendah serat dan kurangnya asupan cairan yang dapat meningkatkan risiko

berbagai penyakit seperti konstipasi. Tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam

menentukan adanya konstipasi, yaitu frekuensi buang air besar, konsistensi tinja,

dan temuan pada pemeriksaan fisis. Pada anak berusia sama atau lebih dari 4

tahun adanya konstipasi ditentukan berdasarkan ditemukan minimal salah satu

gejala klinis berikut (1) frekuensi buang air besar kurang atau sama dengan dua

kali seminggu tanpa menggunakan laksatif, (2) dua kali atau lebih episode

soiling/enkopresis dalam seminggu, dan (3) teraba masa feses di abdomen atau

rektum pada pemeriksaan fisik.

Seluruh responden yang berjumlah 316 anak, sebagian besar subjek

termasuk dalam frekuensi BAB lebih dari 2 kali/minggu (84.9%). Hal ini juga

mengindikasikan bahwa sebagian besar frekuensi BAB anak sekolah taman

kanak-kanak normal, subjek yang mengalami konstipasi yaitu frekuensi BAB

kurang atau sama dengan 2 kali/minggu ditemukan sebanyak 48(15,1%).

Page 59: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

59

Konstipasi pada anak normal atau populasi normal bervariasi dari negara

ke negara. Penelitian di Indonesia didapatkan sebanyak 4,4%. Di Amerika

berkisar 3-15%, sedangkan di Eropa berkisar 3%. Pada negara yang sedang

berkembang prevalensi konstipasi ini lebih kecil dan berkisar 2% dari populasi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya didapatkan prevalensi

konstipasi pada anak usia 2-14 tahun sebanyak 15% oleh Benninga dkk. (2004).

Penelitian lain yang dilakukan menunjukkan prevalensi yang berbeda, salah

satunya penelitian pada anak taman kanak-kanak di wilayah Senin, Jakarta sebesar

4,4% (Firmasyah, 2007) menunjukkan prevalensi lebih rendah dibanding

penelitian ini, namun penelitian pada anak sekolah taman kanak-kanak di

Hongkong sebesar 29% (Ip dkk., 2005). Penelitian di Italia didapatkan prevalensi

sebesar 17,6% (Iacono dkk., 2005). Penelitian tersebut memiliki prevalensi

konstipasi yang lebih tinggi dibanding penelitian ini karena populasi sampel

dalam penelitian tersebut mencakup 516 subjek lebih banyak dibandingkan

penelitian ini sehingga kemungkinan ditemukan kejadian konstipasi yang lebih

kecil pada penelitian ini. Perbedaan prevalensi ini mungkin disebabkan karena

penyebab konstipasi sendiri sangat beragam sehingga pengaruh keadaan negara

serta kebiasaan penduduknya akan memberikan perbedaan dalam kejadian

konstipasi.

Karekteristik subjek penelitian didapatkan kejadian konstipasi lebih tinggi

pada usia 5 tahun. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya pada anak usia 2

sampai 14 tahun didapatkan prevalensi konstipasi tertinggi pada anak usia 5 tahun

(Devanarayan dkk., 2010; Borowitz dkk., 2003; Urugalp dkk., 2003) dan

Page 60: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

60

penelitan lainya didapatkan prevalensi tertinggi sebanyak 35,4% pada anak usia 5

sampai 6 tahun. (Bu dkk., 2007; Ludvigson, 2006; Van Den Berg, 2007 ). Hasil

ini menunjukkan bahwa pada usia anak prasekolah sering terjadi konstipasi.

6.2 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Konstipasi pada Anak

6.2.1 Hubungan riwayat keluarga konstipasi dengan konstipasi

Pola pengasuhan orang tua yang kurang tepat diketahui dapat mengganggu

kesehatan anak. Penelitian Van Djik dkk. (2010) didapatkan bahwa cara dan sikap

orang tua dalam mendidik merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap

anak yang mengalami masalah kesulitan buang air besar atau konstipasi. Sikap

orang tua serta hubungan orang tua dan anak telah diakui sebagai pemicu utama

keseluruhan perkembangan perilaku, emosional dan kognitif anak.

Penelitian Firmansyah (2007) didapatkan pengetahuan tentang kesehatan

dalam keluarga di Indonesia sudah lebih baik bila dibandingkan dengan negara

lain, Riwayat konstipasi pada keluarga yang ditemukan pada penelitian ini

menunjukkan adanya hubungan dengan kejadian konstipasi pada anak. Hal sesuai

dengan penelitian sebelumnya dikatakan bahwa riwayat konstipasi pada keluarga

sebagai salah satu risiko terjadinya konstipasi (Degen dkk., 2005; Rajindrajith

dkk., 2010; Devanarayana dkk., 2011; Ritterband dkk., 2003). Pada penelitian

Pashankar dkk. (2003) didapatkan bahwa prevalensi terjadinya konstipasi

sebanyak 48,5% pada anak dengan riwayat ke dua orangtua mengalami

konstipasi, 10,3 % jika hanya salah satu orang tua yang mengalami konstipasi dan

3,4% jika tidak ada riwayat orang tua yang mengalami konstipasi. Di samping itu

kemungkinan lain yang dapat menjelaskan riwayat konstipasi pada keluarga

Page 61: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

61

berhubungan dengan konstipasi pada penelitian kami adalah karena individu

dengan riwayat konstipasi pada keluarga seringkali mengikuti pola kebiasaan

makan yang terbentuk dalam keluarga seperti asupan serat dan cairan yang

kurang, faktor lainnya adalah proses belajar dalam keluarga (intra familial

learning), diduga kedua faktor ini saling berperan dalam mekanisme terjadinya

konstipasi. Perbedaan etiologi yang belum diketahui diduga mendasari konstipasi

yang diderita pasien dengan riwayat keluarga juga menderita konstipasi. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa riwayat keluarga dengan konstipasi

menunjukkan hubungan dengan kejadian konstipasi {RP 196,6 (IK95% 7,5

sampai 524,0)}.

6.2.2 Hubungan riwayat pemberian susu formula dengan konstipasi

Penelitian ini menunjukkan hubungan antara riwayat pemberian susu sapi

dengan konstipasi {RP 9,6 (IK95% 1,5 sampai 56,2)}. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Iacono dkk. (2005) didapatkan

sebanyak 44% orang tua memberikan susu formula sejak anak baru lahir dan

menunjukkan adanya hubungan dengan kejadian konstipasi pada anak. Hubungan

antara pemberian susu formula dengan kejadian konstipasi didukung dengan

adanya alergi pada saluran cerna pada penderita konstipasi. Gejala klinis

konstipasi hilang pada sebagian anak setelah mendapat makan yang bebas protein

susu formula dan kambuh setelah diberikan kembali, namun penelitian tersebut

dilakukan pada sampel yang minimal sebanyak 25 anak dengan mekanisme dan

penyebab yang belum jelas sehingga memerlukan penelitian lebih lanjut (Daher

dkk. (2001) dan Degen dkk. (2005).

Page 62: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

62

6.2.3 Hubungan jumlah asupan cairan dengan konstipasi

Faktor lain yang dapat memperlancar proses defekasi selain serat adalah

asupan air. Air memiliki banyak fungsi, salah satu fungsi air adalah media

eliminasi sisa metabolisme. Tubuh menghasilkan berbagai sisa metabolisme yang

tidak diperlukan termasuk toksin. Berbagai sisa metabolisme tersebut dikeluarkan

melalui saluran kemih, saluran nafas, kulit dan saluran cerna yang memerlukan

media air (Kant dan Graubard., 2010).

Data asupan air pada anak-anak masih terbatas. Penelitian yang dilakukan

oleh Kant dan Graubard (2010) menggunakan data National Health and Nutrition

Examination Surveys (NHANES) tahun 2005-2010, menunjukkan bahwa rata-rata

asupan air pada anak di Amerika lebih rendah daripada kebutuhan tubuhnya.

Asupan rata-rata air sebesar 1,6 liter untuk perempuan dan sebesar 1,7 liter untuk

laki-laki. Penelitian Loening Baucke (2004) dan Lee ddk. (2008) didapatkan

bahwa rata-rata asupan cairan sehari-hari sedikitnya 1,5-2 liter per hari atau 7-8

gelas per hari diperlukan untuk menjaga dan mempertahankan konsistensi feses

agar lebih lunak/lembek, pendapat yang sama juga dinyatakan oleh Rasquin dkk.

(2006) bahwa kecukupan asupan cairan sedikitnya 2 liter sehari diperlukan untuk

mempertahankan pola usus dan mempertahankan konsistensi dari feses apabila

asupan cairan kurang maka konsistensi feses akan keras.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa asupan cairan yang tidak cukup

menunjukkan kaitan dengan kejadian konstipasi {RP 6,5 (IK95% 1,02 sampai

41,5)}. Penelitian ini kurang sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ambarita dkk. (2014) yang menyatakan bahwa jumlah asupan cairan yang kurang

Page 63: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

63

dengan konstipasi tidak menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik.

Perbedaan hasil penelitian ini mungkin disebabkan karena jumlah asupan cairan

sangat beragam sehingga pengaruh keadaan negara serta kebiasaan penduduknya

akan memberikan perbedaan dalam hubungan jumlah asupan cairan dengan

kejadian konstipasi pada anak.

6.2.4 Hubungan jumlah asupan serat dengan konstipasi

Asupan serat makanan anak-anak yang direkomendasikan saat ini adalah

usia (tahun) ditambah lima gram (Van Dijk dkk., 2010; Van Der Plas dkk., 2000),

namun beberapa penelitian menyatakan konsentrasi asupan serat makanan pada

anak di negara maju dan berkembang tidak sesuai dengan rekomendasi.

Penelitian di Indonesia sebelumnya mengenai hubungan asupan serat

makanan dan air dengan pola defekasi pada anak sekolah dasar didapatkan

hubungan yang bermakna anatara asupan serat dengan frekuensi bab dan

konsistensi feses (Ambarita dkk., 2014). Penelitian di Eropa didapatkan bahwa

hanya 45% anak usia 4-6 tahun yang mengkonsumsi serat makanan yang cukup

sesuai dengan kaidah perhitungan jumlah asupan serat makanan usia (tahun)

ditambah 5 gram (Gremse dkk., 2002; Van den Berg dkk., 2006; Voskuijl dkk.,

2005). Penelitian ini menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi yaitu diperoleh

76,3% anak usia 4-6 tahun yang mengkonsumsi serat makanan yang cukup sesuai

dengan kaidah perhitungan jumlah asupan serat makanan usia (tahun) ditambah 5

gram.

Beberapa penelitian menunjukkan terdapat hubungan konsentrasi asupan

serat yang rendah dengan kejadian konstipasi. Penelitian Loening-Baucke (2007)

Page 64: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

64

dan Inan dkk. (2007) didapatkan hubungan antara ketidakcukupan asupan serat

makanan dengan konstipasi. Hasil penelitian sebelumnya sesuai dengan hasil

penelitian ini yang menunjukkan bahwa konsentrasi asupan serat makanan yang

tidak cukup menunjukkan hubungan dengan kejadian konstipasi {RP 36,2

(IK95% 3,5 sampai 366,9)}. Hipotesis pada penelitian ini terbukti. Hasil

penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pijpers dkk. (2009)

yang menyatakan bahwa ketidakcukupan konsentrasi asupan serat makanan

berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian konstipasi. Hal ini membuktikan

bahwa asupan serat makanan yang cukup sesuai dengan kaidah perhitungan

jumlah asupan serat makanan usia (tahun) ditambah 5 gram mengurangi risiko

konstipasi, tetapi peningkatan lebih lanjut dalam asupan serat tidak memiliki nilai

terapeutik Kokke dkk. (2008). Dampak negatif dari konstipasi telah di laporkan

Youssef dkk. (2005). Hasil penelitian menunjukkan anak yang mengalami

konstipasi mengalami penurunan kualitas hidup baik dari segi fisik, emosional,

sosial maupun sekolah. Perlunya mengatur pola konsumsi pangan anak dalam

masyarakat sangat penting dilakukan agar tercapai tingkat kecukupan energi dan

zat gizi lain dengan baik sesuai dengan angka kecukupan yang dianjurkan

khususnya serat dan air agar tercapai kesehatan masyarakat yang optimal

khususnya menurunkan prevalensi kejadian konstipasi pada anak, namun

penelitian ini kurang sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rajindrajith

dkk. (2009) yang menyatakan bahwa konstipasi dengan asupan serat yang rendah

tidak menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik. Perbedaan yang

timbul antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Rajindrajith

Page 65: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

65

dkk. (2009). Perbedaan hasil penelitian ini mungkin disebabkan karena konsumsi

makanan sangat beragam sehingga pengaruh keadaan negara serta kebiasaan

penduduknya akan memberikan perbedaan dalam hubungan asupan serat makanan

dengan kejadian konstipasi pada anak.

6.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu menggunakan desain penelitian

potong lintang yang membatasi hubungan sebab dan akibat terhadap variabel-

variabel yang diteliti, dianjurkan penelitian lainnya dengan metode yang berbeda.

Penentuan asupan nutrisi menggunakan metode food recall 24 jam sebanyak satu

kali oleh orang tua atau pengasuh juga dapat kurang akurat karena sangat

tergantung pada daya ingat responden dan tidak menilai jenis serat larut dalam air

dan tiadak larut dalam air yang dikonsumsi. Dalam penelitian ini beberapa faktor

yang mempengaruhi hasil seperti usia, jenis kelamin tidak dianalisis hal ini

dikarenakan keterbatasan sumber daya manusia dan waktu pada penelitian ini

mengakibatkan hal ini tidak dapat dilaksanakan mengingat luasnya cakupan

wilayah dan jarak tempuh yang harus dilakukan untuk melakukan pemantauan

dan pemeriksaan secara berkala. Keterbatasan lain pada penelitian ini adalah

riwayat konstipasi pada keluarga dinilai dengan menggunakan kuesioner yang

diisi oleh orang tua sampel, dimana idealnya riwayat konstipasi pada orang tua

diperoleh melalui wawancara langsung dan pemeriksaan langsung pada orang tua

sampel. Hal ini kemungkinan akan dapat mengakibatkan ketidaksesuaian antara

jumlah riwayat konstipasi pada keluarga yang didapat melalui kuesioner dengan

jumlah yang sebenarnya.

Page 66: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

66

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Prevalensi konstipasi pada anak sekolah taman kanak-kanak di Denpasar

adalah sebesar 15,1%. Dari penelitian ini diperoleh adanya hubungan antara

ketidakcukupan konsentrasi jumlah asupan serat makanan dengan kejadian

konstipasi. Ketidakcukupan konsentrasi jumlah asupan serat makanan merupakan

faktor risiko terjadinya konstipasi pada anak.

7.2 Saran

Asupan makanan terutama serat merupakan hal yang sangat penting untuk

dikonsumsi pada anak-anak untuk mencegah terjadinya konstipasi. Saran yang

dapat diberikan pada penelitian ini adalah :

1. Memberikan komunikasi informasi edukasi (KIE) kepada orangtua agar lebih

memperhatikan asupan makanan yang dikonsumsi anak, diperlukan asupan

serat makanan yang cukup agar menghindarkan anak dari faktor risiko yang

dapat menyebabkan terjadinya konstipasi.

2. Pihak sekolah diharapkan dapat melakukan penyuluhan mengenai diet serat

terhadap kesehatan saluran cerna dan dapat berkerja sama dengan dinas

kesehatan setempat untuk memberikan penyuluhan diet serat secara teratur

atau berkala, misalnya tiap tahun ajaran baru.

Page 67: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

67

DAFTAR PUSTAKA

Ambarita, E.M., Madanijah, S. Murdin, N.M. 2014. Hubungan asupan serat

makanan dan air dengan pola defekasi anak sekolah dasar di kota Bogor.

Jurnal Gizi dan Pangan; 9(1):7-14.

Benninga, M.A., Voskuijl, W.P., Akkerhius, G.W., Taminiau, J.A., Buller, H.A.

2004. Colonic transit times and behaviour profiles in children with

defecation disorders. Arc Dis Child; 89(1):13-6.

Borowitz, S.M., Cox, D.J., Tam, A., Ritterband, L.M., Sutphen, J.L., Penberthy,

J.K. 2003. Precipitant of constipation during early childhood. J Am Board

Fam Med; 16(3):213-8.

Bu, L.N., Chang, M.H., Ni, Y.H., Chen, H.L., Cheng, C.C. 2007. Lactobacillus

casei rhamnosus Lcr35 in children with chronic constipation. Pediatr

International; 49:485-90.

Daher, S., Tahan, S., Solé, D., Naspitz, C.K., Patricio, F.R., Neto, U.F. 2001.

Cow’s milk protein intolerance and chronic constipation in children.

Pediatric Allergy Immunology; 12:339-42.

Dahlan, M.S. 2009. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian

kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Degen, L., Petrig, C., Studer, D., Schroller, S., Beglinger, C. 2005. Effects of

tegaserod on gut transit in male and female subjects.

Neurogastroenterology Motility; 17:821-6.

Devanarayana, N.M., Adhikari, C., Pannala, W., Rajindrajith, S. 2010. Prevalence

of functional gastrointestinal diseases in a cohort of Sri Langka

adolescents: comparison between Rome II and Rome III criteria. J Trop

Pediatr; 57(1):34-39.

Devanarayana, N.M., Rajindrajith, S. 2011. Bowel habits and behaviours related

to defecation in 10 to 16 year olds: impact of socio-economic

characteristics and emotional stress. J Pediatr Gastroenterol Nutr;

52(5):569-73.

Drossman, D.A., Dumitrascu, D.L. 2006. Rome III : New Standart for functional

gastrointestinal disorders. Jurnal Gastrointestin Liver Dis; 15(3):237-41.

Page 68: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

68

Firmansyah, A. 2007. The prevalence and associated factors of chronic functional

constipation in 4-6 years old children. Jurnal Gastrohepatology Anak

Indonesia; 2:81-85.

Gremse, D.A., Hixon, J., Crutchfield, A. 2002. Comparison of polyethylene

glycol 3350 and lactulose for treatment of chronic constipation in children.

Clin Pediatr; 41:225-9.

Iacono, G., Merolla, R., D’Amico, D., Bonci, E., Cavatio, F., Di Prima. 2005.

Gastrointestinal symptoms in infancy: a population-based prospective

study. Dig Liver Dis; 37: 432-8.

Inan, M., Aydiner, C.Y., Tokuc, B., Akusa, B., Ayvaz, S.,Ayhan, S. 2007. Factors

associated with childhood constipation. J Paediatr Child Health;

43(10):700-6.

Ip, K.S., Lee W.T., Chan J.S., Young B.W. 2005. A community-based study of

the prevalence of constipation in young children and the role of dietary

fibre. Hong Kong Med J; 11(6):431-6.

Kant, A.K., Graubard, B.I. 2010. Contributors of water intake in US children and

adolescents: associations with dietary and meal characterisstics-National

Health and Nutrition Examination Survey 2005-2006. AM J Clin Nutr; 92:

887-96.

Kokke, F.T.M, Scholtens, Petra A.M.J., Alles, M.S, Decates, T.S., Fiselier T.J.W.,

Tolboom, Jules, J.M., Kimpen, J.L.L., Benninga, M.A. 2008. A dietary

fiber mixture versus lactulose in treatment of childhood constipation: a

double-blind randomized controlled trial. J Pediatr Gastroenterol Nutr;

47:592-7.

Lee, W.T., Ip, K.S., Chan, J.S., Lui, N.W., Young, B.W. 2008. Increased

prevalence of constipation in pre-school children is attributable to under-

consumption of plant foods: a community-based study. J Paediatr Child

Health; 44(4):170-5.

Loening-Baucke, V. 2004. Functional fecal retention with encopresis in

childhood. J Pediatr Gastroenterol Nutr; 38:79-84.

Loening-Bauke, V. 2007. Prevalence rates for constipation and faecal and urinary

incontinence. Arch Dis Child; 92(6):486-9.

Ludvigsson, J.F. 2006. Epidemiological study of constipation and other

gastrointestinal symptoms in 8000 children. Acta Paediatr; 95(5):573-80.

Page 69: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

69

Pashankar, D.S., Loening-Baucke, V., Bishop, W.P. 2003. Safety of polyethylene

glycol 3350 for the treatment of chronic constipation in children. Arch

Pediatr Adolesc Med; 157(7):661-4.

Pijpers, M.A., Bongers, M.E., Benninga, M.A., Berger, M.Y. 2010. Functional

constipation in children: a systematic review on prognosis and predictive

factors. J Pediatr Gastroenterol Nutr; 50:256-68.

Rajindrajith, S., Devanarayana, N.M., Mettananda, S. Perera, P., Jasmin, S.,

Karunarathna, U. 2009. Constipation and functional faecal retention in a

group of school children in a district in Sri Lanka. Sri J Child Health;

38(2):60-4.

Rajindrajith, S., Devanarayana, N.M., Adhikari, C., Pannala, W., Benninga, M.A.

2010. Constipation in children: an epidemiological study in Sri Lanka

using Rome III criteria. Arch Dis Child; 97(1):43-5.

Rasquin, A., Di Lorenzo, C., Forbes, D., Guiraldes, E., Hyams, J.S., Staiano, A.

2006. Childhood functional gastrointestinal disorders: child/adolescent.

Gastroenterology;130(5):1527-37.

Ritterband, L.M., Cox, D.J., Walker, L.S., Kovatchev, B., Mcknight, L., Patel, K.

2003. An internet intervention as an adjunctive therapy for pediatric

encopresis. J Consult Clin Psychol; 71(5):910-7.

Sastroasmoro, S., Ismael, S. 2010. Dasar-dasar Metode Penelitian Klinis. Jakarta:

Sagung Seto.

Uğuralp, S., Karaoğlu, L., Karaman, A., Demircan, M., Yakinci, C. 2003.

Frequency of enuresis, constipation and enuresis associated with

constipation in a group of school children aged 5-9 years in Malatya,

Turkey. Turk J Med Sci; 33:315-20.

Van Den Berg, M.M., Benninga, M.A., Di Lorenzo, C. 2006. Epidemiology of

childhood constipation: a systematic review. Am J Gastroenterol;

101(10):2401-9.

Van Den Berg, M.M. 2007. Childhood constipation: abnormalities in the

colorectal function. Am J of Gastroenterology; 100(1):241-9.

Van Dijk, M., Benninga, M.A., Grootenhuis, M.A., Nieuwenhuizen, A.M., Last,

B.F. 2007. Chronic childhood constipation: a review of the literature and

the introduction of a protocolized behavioral intervention program. Patient

Educ Couns; 67(1):63-77.

Page 70: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

70

Van Dijk, M., Benninga, M.A., Grootenhuis, M.A, Last, B.F. 2010. Prevalence

and Associated clinical characteristics of behavior problems inconstipated

children. Pediatrics; 125(2):309-17.

Van Der Plas, R.N., Benninga, M.A., Staalman, C.R., Akkermans, L., Redekop,

W., Taminiau, J.A. 2000. Megarectum in constipation. Arch Dis Child;

83(1):52-58.

Voskuijl, W., de Lorijn, F., Verwijs, W., Hogeman, P., Heijmans, J.,Makel, W.

2004. PEG 3350 (Transipeg) versus lactulose in the treatment of childhood

functional constipation: a double blind, randomised, controlled,

multicentre trial. Gut; 53(11):1590-4.

Voskuijl, W.P., Heijmans, J., Heijmans, H.S., Taminiau, J.A., Benninga, M.A.

2004. Use of Rome II criteria in childhood defecation disorders:

applicability in clinical and research practice. J Pediatr;145(2):213-7.

Youssef, N.N., Langseder, A.L., Verga, B.J., Mones, R.L., Rosh, J.R. 2005.

Chronic Childhood Constipation Is Associated with Impaired Quality of

Life: A Case Controlled Study. J Pediatr Gastroenterol Nutr; 41:56-60.

Page 71: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

71

Lampiran 1. Surat Keterangan Kelaikan Etik

Page 72: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

72

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian

Page 73: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

73

Lampiran 3. Surat Amandemen

Page 74: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

74

Lampiran 4. Penjelasan dan Informasi

LEMBAR INFORMASI DAN PERSETUJUAN

UNTUK IKUT DALAM PENELITIAN

(INFORM CONSENT)

JUDUL PENELITIAN : PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR

RISIKO KONSTIPASI PADA ANAK

Peneliti: dr. Floria Eva

Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/ RSUP Sanglah Denpasar

PRAKATA:

Bapak/Ibu yang terhormat,

Bapak/ibu akan dimintai persetujuan untuk mengikutsertakan anak bapak/ibu

dalam suatu penelitian. Penelitian ini mengenai angka kejadian (prevalensi)

konstipasi dan faktor terkait pada anak sekolah taman kanak-kanak. Anak yang

dapat diikutkan dalam penelitian ini adalah anak yang sudah mendapatkan ijin

dari orang tua/ wali untuk ikut serta dalam penelitian. Penelitian ini dilakukan

pada anak sekolah taman kanak-kanak di beberapa sekolah taman kanak-kanka di

Denpasar, jumlah anak yang akan diikutsertakan dalam penelitian ini sekitar 316

anak yang berusia antara 4 sampai 6 tahun.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui angka kejadian (prevalensi)

konstipasi pada anak sekolah dasar di Denpasar dan untuk mengetahui apakah

asupan serat dan cairan yang kurang, riwayat keluarga dengan konstipasi dan

riwayat pemberian susu formula berkaitan dengan kejadian proteinuria pada anak

sekolah taman kanak-kanak di Denpasar.

CARA PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari siswa di beberapa

sekolah taman kanak-kanak di Denpasar, meliputi umur, jenis kelamin dan asupan

makanan dan minuman yang akan dilakukan di masing-masing sekolah taman

kanak-kanak. Sedangkan untuk data riwayat keluarga dengan konstipasi dan data

lainnya akan didapatkan melalui pengisian kuesioner oleh orang tua/wali anak di

rumah masing-masing. Semua data dikumpulkan setelah mendapatkan persetujuan

dari orang tua/wali.

MANFAAT KEIKUTSERTAAN

Manfaat secara langsung dari penelitian ini pada anak Bapak/Ibu adalah dapat

diketahui apakah anak Bapak/Ibu menderita konstipasi atau tidak dan jika

didapatkan menderita konstipasi akan segera disarankan untuk memeriksakan diri

ke dokter/puskesmas. Manfaat tidak langsung dari penelitian ini adalah dengan

diketahuinya angka kejadian konstipasi pada anak diharapkan dapat menjadi

Page 75: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

75

masukan kepada pemegang kebijakan untuk melakukan edukasi, terutama anak

sekolah taman kanak sehingga jika ditemukan adanya konstipasi akan

mendapatkan penanganan yang segera. Selain itu juga diharapkan hasil penelitian

ini dapat menjadi masukan untuk pusat-pusat pelayanan kesehatan.

RISIKO

Tidak ada risiko yang diterima dengan ikut serta dalam penelitian ini. Informasi

mengenai anak akan dirahasiakan secara hukum.

KERAHASIAAN & HAK

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya sesuai

hukum yang berlaku. Semua informasi mengenai anak hanya akan dilihat dari

nomor studi. Dokumen yang menghubungkan nama anak dan nomor studi akan

dirahasiakan dan dipisahkan dari data penelitian lain.

Bapak/Ibu memiliki hak untuk memutuskan mengikutsertakan atau tidak

mengikutsertakan anak Bapak/Ibu dalam penelitian ini. Keputusan Bapak/Ibu

adalah atas dasar kesukarelaan dan diberikan dalam bentuk tulisan tangan.

BIAYA

Penelitian ini dilakukan tanpa biaya apapun kepada Bapak/Ibu atau anak

Bapak/Ibu.

CONTACT PERSON

Apabila Bapak/Ibu kurang mengerti atau kurang jelas terhadap penelitian ini,

Bapak/Ibu dapat menghubungi peneliti :

dr. Floria Eva

Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/ RSUP Sanglah Denpasar

Nomor telepon: 081311025818

Email: [email protected]

Page 76: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

76

KESEDIAAN UNTUK BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Pekerjaan :

Alamat :

Nomor Telepon/HP :

Orang tua/wali dari:

Nama Anak :

Usia :

Nama TK :

Kelas :

Menerangkan bahwa setelah membaca sepenuhnya penjelasan tentang penelitian

Prevalensi Konstipasi dan Hubungan Konsentrasi Jumlah Asupan Serat Makanan

Sebagai Faktor Risiko Konstipasi Pada Anak, menyatakan kesediaan untuk

mengikutsertakan anak saya dalam penelitian ini.

Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan sesungguhnya dan penuh

kesadaran untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Denpasar,.............................

Peneliti Orangtua/wali

(dr. Floria Eva) (.............................................)

Nomor studi

Page 77: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

77

Lampiran 5. Kuisioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO TERJADINYA

KONSTIPASI PADA ANAK

Petunjuk pengisian:

1. Untuk pertanyaan A,B diharapkan mengisi jawaban sesuai dengan

kolom yang tersedia dan memilih satu jawaban dengan memberikan tanda

(X) pada jawaban yang dipilih.

2. Untuk pertanyaan C diharapkan mengisi konsumsi makanan sehari-hari

selama 3 hari pada kolom yang tersedia.

NO :

TANGGAL :

NAMA SEKOLAH :

KELAS :

A. IDENTITAS ANAK

1. Nama anak :

2. Usia/Tgl. Lahir : tahun,

3. Jenis kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan

4. Alamat :

5. Nomor telepon :

6. Berat badan :

7. Tinggi Badan :

8. Jumlah saudara kandung :

9. Riwayat penyakit sebelumnya :

B. Riwayat Penyakit ( Sesuai Kriteria Rome III)

8. Berapa kali Buang Air Besar (BAB) dalam 1 minggu?

( ) 1 x/ minggu ( ) > 2x/ minggu

( ) 2x/ minggu

9. Bagaimana bentuk tinja (berdasarkan Bristol stool)?

Page 78: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

78

( ) Cair (Tipe 7) ( ) Keras (tipe 2)

( ) Lembek (Tipe 6) ( ) Sangat Keras (tipe 1)

( ) Biasa (Tipe 4)

10. Bagaimana ukuran tinja?

( ) Kecil ( ) Besar

( ) Biasa

11. Apakah anak merasa tidak puas setelah BAB (merasa ada sisa tinja)?

( ) Ya ( ) Tidak

12. Apakah ada BAB kecepirit?

( ) Ya ( ) Tidak

13. Apakah ada BAB di celana dalam jumlah banyak?

( ) Ya ( ) Tidak

14. Apakah ada nyeri saat BAB?

( ) Ya ( ) Tidak

15. Apakah BAB anak dalam jumlah banyak di WC?

( ) Ya ( ) Tidak

16. Lama riwayat tidak bisa BAB?

( ) < 2 bulan ( ) > 2 bulan

17. Berapa banyak minum air putih setiap hari?

( ) < 7 gelas ( ) ≥ 7 gelas

18. Apakah ayah,ibu atau saudara kandung memiliki gejala konstipasi?

( ) Ya ( ) Tidak

19. Riwayat pemberian susu sejak lahir sampai usia 6 bulan?

( ) ASI ekslusif ( ) Susu Formula

20. Bila riwayat pemberian susu formula sejjak lahir apakah pernah timbul gejala

gatal, pilek, sesak?

( ) ya ( ) tidak

Page 79: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

79

C. Riwayat asupan makanan dan minuman harian

Data 24 jam Food Recall

No Hari Jenis makanan/minuman URT Gram Keterangan

(Konsentrasi jumlah asupan serat makanan =............................................ )

Page 80: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

80

Page 81: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

81

Page 82: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

82

Constipation Module Rome III

1. How often did 0 Never

you have discomfort or pain anywhere 1 One day a week

in your abdomen? 2 > 1 day a week

3 Every day

2. Have you had this discomfort or pain 0 No

1 week or longer? 1 Yes

3. How often did this discomfort or pain 0 Never or rarely

get better or stop after you had a 1 Sometimes

bowel movement? 2 Often

3 Most of the time

4 Always

4. When this discomfort or pain started, 0 Never or rarely

did you have more frequent bowel 1 Sometimes

movements? 2 Often

3 Most of the time

4 Always

5. When this discomfort or pain started, 0 Never or rarely

did you have less frequent bowel 1 Sometimes

movements? 2 Often

Page 83: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

83

3 Most of the time

4 Always

6. When this discomfort or pain started, 0 Never or rarely

were your stools (bowel movements) 1 Sometimes

looser? 2 Often

3 Most of the time

4 Always

7. When this discomfort or pain started, 0 Never or rarely

how often did you have harder stools? 1 Sometimes

2 Often

3 Most of the time

4 Always

8. How often did 0 Never or rarely

you have fewer than three bowel 1 Sometimes

movements (0-2) a week? 2 Often

3 Most of the time

4 Always

9. How often did 0 Never or rarely

you have hard or lumpy stools? 1 Sometimes

2 Often

3 Most of the time

4 Always

Page 84: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

84

10. How often did you 0 Never or rarely

strain during bowel movements? 1 Sometimes

2 Often

3 Most of the time

4 Always

11. How often did 0 Never or rarely

you have a feeling of incomplete 1 Sometimes

emptying after bowel movements? 2 Often

3 Most of the time

4 Always

12. How often did 0 Never or rarely

you have a sensation that the stool 1 Sometimes

could not be passed, (i.e., blocked), 2 Often

when having a bowel movement? 3 Most of the time

4 Always

13. How often did you press 0 Never or rarely

on or around your bottom or 1 Sometimes

remove stool in order to complete 2 Often

a bowel movement? 3 Most of the time

4 Always

Page 85: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

85

14. how often did you 0 Never or rarely

have difficulty relaxing or letting 1 Sometimes

go to allow the stool to come out 2 Often

during a bowel movement? 3 Most of the time

4 Always

15. How often did 0 Never or rarely

you have loose, mushy or watery 1 Sometimes

stools? 2 Often

3 Most of the time

4 Always

Page 86: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

86

Lampiran 6. Daftar Komposisi Bahan Makanan 2009

Page 87: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

87

Lampiran 7. Hasil Analisis Data

Karakteristik Subjek

jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid perempuan 145 45.9 45.9 45.9

laki laki 171 54.1 54.1 100.0

Total 316 100.0 100.0

umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 4 50 15.8 15.8 15.8

5 162 51.3 51.3 67.1

6 104 32.9 32.9 100.0

Total 316 100.0 100.0

riwayat keluarga konstipasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ya 41 13.0 13.0 13.0

tidak 275 87.0 87.0 100.0

Total 316 100.0 100.0

Page 88: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

88

riwayat pemberian susu formula

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ya 45 14.2 14.2 14.2

tidak 271 85.8 85.8 100.0

Total 316 100.0 100.0

Asupan cairan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid < 7 gelas/hari 85 26.9 26.9 26.9

> 7 gelas/hari 231 73.1 73.1 100.0

Total 316 100.0 100.0

Diet serat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid < umur + 5 gram 75 23.7 23.7 23.7

> umur + 5 gram 241 76.3 76.3 100.0

Total 316 100.0 100.0

konstipasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ya 48 15.2 15.2 15.2

tidak 268 84.8 84.8 100.0

Total 316 100.0 100.0

Page 89: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

89

Analisis Bivariat

Riwayat keluarga konstipasi dengan konstipasi

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 248.134a 1 .000

Continuity Correctionb 240.841 1 .000

Likelihood Ratio 187.460 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 247.349 1 .000

N of Valid Cases 316

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,23.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for riwayat

keluarga konstipasi (ya /

tidak)

1335.000 162.624 10959.190

For cohort konstipasi = ya 33.537 16.914 66.496

For cohort konstipasi = tidak .025 .004 .174

N of Valid Cases 316

Page 90: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

90

Riwayat pemberian susu formula dengan konstipasi

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 234.777a 1 .000

Continuity Correctionb 227.955 1 .000

Likelihood Ratio 177.224 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 234.034 1 .000

N of Valid Cases 316

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,84.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for riwayat

pemberian susu formula (ya /

tidak)

386.571 108.370 1378.957

For cohort konstipasi = ya 35.273 16.883 73.697

For cohort konstipasi = tidak .091 .036 .233

N of Valid Cases 316

Page 91: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

91

Asupan cairan dengan konstipasi

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 120.742a 1 .000

Continuity Correctionb 116.889 1 .000

Likelihood Ratio 111.116 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 120.359 1 .000

N of Valid Cases 316

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,91.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Asupan cairan

(< 7 gelas/hari / > 7

gelas/hari)

60.902 20.760 178.665

For cohort konstipasi = ya 29.894 11.076 80.686

For cohort konstipasi = tidak .491 .394 .612

N of Valid Cases 316

Page 92: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

92

Asupan serat dengan konstipasi

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact

Sig. (2-

sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square 144.293a 1 .000

Continuity Correctionb 139.902 1 .000

Likelihood Ratio 126.796 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 143.836 1 .000

N of Valid Cases 316

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,39.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Diet serat (<

umur + 5 gram / > umur + 5

gram)

84.097 28.279 250.092

For cohort konstipasi = ya 35.347 13.131 95.146

For cohort konstipasi = tidak .420 .321 .551

N of Valid Cases 316

Page 93: PREVALENSI KONSTIPASI DAN FAKTOR RISIKO KONSTIPASI ...

93

Analisis Multivariat

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a Riwayat

Keluarga

konstipasi(1

)

5.291 1.670 10.038 1 .002 196.617 7.524 524..042

Riwayat

Susu

formula(1)

2.242 .912 6.047 1 .014 9.616 1.576 56.245

cairan(1) 1.877 .943 3.960 1 .047 6.535 1.029 41.509

serat(1) 3.589 1.182 9.229 1 .002 36.212 3.574 366.924

Constant -5.999 1.066 31.648 1 .000 .002

a. Variable(s) entered on step 1: penyakit, susu, cairan, serat.