BAB IA. IDENTITAS PASIEN Nama Pasien: Ny. SM Usia: 31 tahun
Pekerjaan: Buruh Pendidikan terakhir: SD Alamat: Butuh 5/8
Kutowinangun, Tingkir Salatiga Agama: Islam Masuk RS:11 Oktober
2013 pukul 23.30 wibB. ANAMNESIS Keluhan utama : G1P0A0 merasa
kencang-kencang sering sejak pukul 10.00 wib tanggal 11/10/13.
Ketuban terasa ngepyok sejak pukul 16.00HPHT: 18 Februari 2013.
HPL: 25 November 2013Umur kehamilan: 33+4 mggu Riwayat persalinan:
pasien merasakan kencang-kencang sejak jam 10.00 wib 11/10/2013,
lendir/darah (-), keluar rembesan air ketuban pukul 16.00, gerak
janin aktif. Sebelumnya pasien dibawa ke bidan setempat pukul
23.00. Setelah diperiksa dibidan ternyata sudah ada pembukaan 5 cm.
Kemudian pasien dirujuk oleh bidan ke RSUD Salatiga. Di IGD RSUD
Salatiga pasien dikirim ke ruang ponek pukul 23.30 wib. Ibu
merasakan kencang-kencang, badan terasa demam, sesak napas, ingin
mengejan. Pukul 02.00 pasien diperiksa pemeriksaan dalam ternyata
sudah ada pembukaan 7 cm. Pukul 02.45 pembukaan sudah lengkap dan
dipimpin persalinan. Riwayat pijat perut (-), riwayat hubungan
suami istri (+), riwayat trauma (-), BAB (+) normal, BAK normal,
anyang-anyangan (+), warna BAK kekuningan jernih (+), nyeri
punggung belakang (+), demam (-), nyeri perut bawah (+). RPD:
Hipertensi (-), DM (-), alergi (-), asma (+) RPK: Hipertensi (-),
DM (+), alergi (-), asma (-) Riw. Obstetri: hamil pertama belum
pernah keguguran, hamil ini kontrol ke bidan ANC 3x, kontrol ke
dokter (-), USG (-), suntik TT (-) Keluhan trimester awal:
mual/muntah (+), pusing (+), riw.pijat (-), trauma (-), flek2 (-).
Keluhan trimester kedua: mual/muntah (-), pusing (+/-), nyeri perut
bawah (-), ppv (-), trauma (-), pandangan kabur (-), udem
ekstremitas bawah (+/+). Keluhan trimester ketiga: kenceng-kenceng
(+), pandangan kabur (-), udem ekstremitas bawah (+/+)
Riw.Ginekologi: keputihan (+), kista ovarium (-), myoma uteri (-),
operasi kandungan (-). Riw. KB: (-) Riw.menarkhe: usia 13 tahun,
teratur, siklus 28 hari, lamanya 7 hari, 2-3x ganti pembalut/hari,
dismenore (-). Riw.pernikahan: menikah 1x, lamanya 4 bulan, usia
saat menikah 31 tahunC. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan Umum:Baik
Kesadaran:Compos Mentis
Vital Sign:T : 130/90 mmHg
RR : 20 x/menit
N : 84 x/menit, reguler.
S : 37 O C
Status Gizi:Cukup
1.Kulit: Hiperpigmentasi (-), Ikterik (-), turgor baik
2.Pemeriksaan Kepala
-Bentuk Kepala:Bentuk dalam batas normal, simetris.
-Rambut:Warna hitam, distribusi merata, tidak rontok
-Nyeri Tekan:(-)
3.Pemeriksaan Mata
-Palpebra:Edema (-/-), ptosis (-/-)
-Konjunctiva:Anemis (-/-)
-Sklera:Ikterik (-/-)
-Pupil:Reflek cahaya (+/+)
4. Pemeriksaan Telinga:nyeri tekan (-/-), discharge (-)
5.Pemeriksaan Hidung:Nafas cuping hidung (-/-), epistaksis (-),
deviasi septum (-)
6.Pemeriksaan Tenggorokan:Faring tidak hiperemis, epistaksis
posterior (-)
7.Pemeriksaan Leher
-Trakea:Deviasi trakea (-)
-Kelenjar Tiroid:Membesar (-)
-Kelenjar lnn:Tidak membesar, nyeri (-)
-JVP:Tidak meningkat
8.Pemeriksaan Dada :simetris, spider naevi (-), pembesaran
kelenjar limfe aksila (-), payudara simetris, areola
hiperpigmentasi, tidak terdapat benjolan di payudara, tidak ada
retraksi, papilla mamae menonjol.
Paru-paru Dx/sn: inspeksi: simetris (+), sikatrik (-),
ketinggalan gerak (-), retraksi dada (-).Palpasi: Nyeri tekan (-),
massa (-), krepitasi (-), suara paru dx=sn.Perkusi: sonor
+/+Auskultasi: vesikuler +/+, wheezing -/-, ronki -/-
Jantung: S1-S2 reguler, bising jantung (-), gallop (-)
9.Pemeriksaan Abdomen
-Inspeksi:Datar
-Auskultasi:Peristaltik usus (+) normal
-Palpasi:Supel, nyeri tekan (-), tidak ada pembesaran organ.
-Perkusi:Tymphani, undulasi (-), pekak sisi (-), nyeri ketok
kostovertebra (-)
10.Pemeriksaan Ekstremitas
SuperiorInferior
Edema- / -- / -
Clubing finger- / -- / -
Eritem palmaris- / -- / -
Sianosis- / -- / -
AkralHangatHangat
D. PEMERIKSAAN OBSTETRI Leopod 1 : TFU 4 jari di atas pusar, 26
cm, bagian teratas teraba bokong. Leopod 2 : janin tunggal,
memanjang, teraba tahanan memanjang di sebelah kanan kesan PUKA.
Leopod 3 : presentasi kepala Leopod 4 :divergen, 4/5 DJJ:
156x/menit HIS: 3x/10/30detik. VT: vulva/uretra tenang, dinding
vagina licin, portio tebal lunak, posisi di depan, pembukaan 7 cm,
kulit ketuban (-), air ketuban (+), STLD (+).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG USG: janin tunggal memanjang. Preskep,
DJJ (+), gerakan (+), placenta di fundus, air ketuban cukup.
Taksiran berat janin: 2325 gr. Lab: Hasil hasil
AL 15,5 AT 277
AE 4,28 MCV 83,9
HB 12 MCH 27,9
HMT 35,9 MCHC 33,3
HbsAg (-) Golongan darah A Protein urin (-)
F. DIAGNOSIS Partus Prematurus IminensG. PENATALAKSANAAN
Obs.His, tanda-tanda vital, dan DJJ Inj. Cefotaxim 2x1 gram Inj.
Dexamethason 1 seri ( 4x6 mg i.m dengan jarak pemberian 12 jam)
Inf.RL 1 flabot 20 tpm Pasang O2 4 liter
H. FOLLOW UP11/10/2013 pukul 23.30SOAP
Kenceng2 (+), gerak janin (+) air ketuban ngepyok (+), keluar
lendir darah (-).Ku:cukup Kesadaran: CMTD: 130/90HR: 80x/mntRR:
20x/mntt: 37,5Palpasi Abd: janin tunggal memanjang, preskep,
Puka.Djj: 156x/mnt, His: 3x/10/30TFU: 23 cmTBJ: 1705 grVT:
pembukaan 7 cm, portio tebal, KK (-), kep turun di H1 STLD
(+)Inpartu K1FA partus prematurus imminens Manajemen ekspektatif
Obs.his dan Djj, KU, dan ttv Inj. Cefotaxim 2x1 gram Pasang O2 4
liter Inj. Dexamethasone 6 mg im Cek lab Pasang infus RL20 tpm
11/10/2013 pukul 02.45SOAP
Kenceng2 (-), gerak janin (+) aktif, ibu ingin
mengejanKu:CMTD:130/80HR:84x/mntRR:20x/mntT:37,4Djj: 129x/mnt, His
3x/10/30VT: pembukaan lengkap pimpin persalinan02.55 BBL hidup,
jenis kelamin: perempuan,BB/PB: 2000 gr/40 cmLK/LD/LILA: 33 cm/32
cm/7,5 cmAS : 8-8-9Cacat (-), anus (+)HR bayi :128x/mnt AK: hijau
lumpur03.00Plasenta lahir lengkap, ketuban utuh, eksplorasi uterus
bersih, kateterisasi, perineum episiotomyHeacting (+)PPP : 250 ccTD
post patum: 110/70Inpartu K II dengan Partus prematurus iminens-
induksin 1 ampul IM- lidocain 2 A-posphargin 1A- infuse
RL+oksitosin 5 IU drip- KB (-)Bayi : vit K (+), diberi kehangatan,
tetes mata (+)
12/10/2013 pukul 09.00SOAP
PPV (+), asi belum keluar, nyeri jahit episiotomy (+), lemes
(-), BAK(-)Ku: baik CMTD:120/80mmHgHR: 70 x/mntRR: 20 x/mntT:
36,7Lochea: dbnTFU: 2 jr dbwh pusatPost partum spontan dengan
partus prematurus imminens H1 Observasi KU, ttv, ppv Diit tktp
Anjuran menyusui Anjuran mobilisasi aktif
13/10/2013 pukul 09.00SOAP
PPV (+), asi sudah keluar, nyeri jahit episiotomy (+), lemes
(-), BAK(+)Ku: baik CMTD: 110/80mmHgHR: 80 x/mntRR: 20 x/mntT:
36,6Lochea: dbnTFU: 2 jr di bwah pusatPost partum spontan dengan
partus prematurus imminens H2 Observasi KU, ttv, ppv Diit tktp
Anjuran menyusui Anjuran mobilisasi aktif BLPL
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Partus Prematurus Imminens
Menurut Oxorn (2010), partus prematurus atau persalinan prematur
dapat diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur
yang disertai pendataran dan atau dilatasi servix serta turunnya
bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37 minggu
(kurang dari 259 hari) sejak hari pertama haid terakhir. Menurut
Nugroho (2010) persalinan preterm atau partus prematur adalah
persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu
(antara 20-37 minggu) atau dengan berat janin kurang dari 2500
gram. Partus preterm adalah kelahiran setelah 20 minggu dan sebelum
kehamilan 37 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir (Benson,
2012).Berdasarkan beberapa teori diatas dapat diketahui bahwa
Partus Prematurus Iminens (PPI) adalah adanya suatu ancaman pada
kehamilan dimana timbulnya tanda-tanda persalinan pada usia
kehamilan yang belum aterm (20 minggu-37 minggu) dan berat badan
lahir bayi kurang dari 2500 gram.
B. Etiologi dan Faktor PredisposisiPersalinan prematur merupakan
kelainan proses yang multifaktorial. Kombinasi keadaan obstetric,
sosiodemografi, dan faktor medik mempengaruhi terjadinya persalinan
premature. Banyak kasus persalinan prematur sebagai akibat proses
patogenik mediator biokimia yang mempunyai dampak terjadinya
kontraksi rahim dan perubahan serviks, yaitu:1. Aktivasi aksis
kelenjar hipotalamus-hipofisis adrenal baik pada ibu maupun janin,
akibat stress pada ibu atau janin2. Inflamasi desidua-koriamnion
atau sistemik akibat infeksi asenden dari traktus genitourinaria
atau infeksi sistemik3. Perdarahan desidua4. Peregangan uterus
patologik5. Kelainan pada uterus atau seviksTerdapat beberapa
risiko yang dapat menyebabkan partus prematurus iminens, yakni: a.
Faktor resiko mayorKehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus,
serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks
mendatar/memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu,
riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat
persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan
preterm, dan iritabilitas uterus.b. Faktor resiko minorPenyakit
yang disertai demam, perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12
minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang
perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada
trimester I lebih dari 2 kali.
Faktor predisposisi partus prematurus adalah sebagai berikut:a.
Faktor ibu Gizi saat hamil kurang, umur kurang dari 20 tahun atau
diatas 35 tahun, jarak hamil dan bersalin terlalu dekat, penyakit
menahun ibu seperti; hipertensi, jantung, ganguan pembuluh darah
(perokok), faktor pekerjaan yang terlalu berat, infeksi saluran
kemih, riwayat coitus.b. Faktor kehamilan Hamil dengan hidramnion,
hamil ganda, perdarahan antepartum, komplikasi hamil seperti pre
eklampsi dan eklampsi, ketuban pecah dini.c. Faktor janin Cacat
bawaan, infeksi dalam rahim, kehamilan ganda/gemelli dan
polihidramnion
C. PatofisiologiInfeksi koriamnion diyakini merupakan salah satu
sebab terjadinya ketuban pecah dini dan persalinan preterm.
Patogenesis infeksi ini masih belum jelas benar. Kemungkinan
diawali dengan aktivasi fosfolipase A2 yang melepaskan asam
arakhidonat dari selaput amnion janin , sehingga asam arakhidonat
bebas meningkat untuk sintesis prostaglandin. Endotoksin dalam air
ketuban akan merangsang sel desidua untuk menghasilkan sitokin dan
prostaglandin yang dapat menginisiasi proses persalinan. Proses
persalinan preterm yang dikaitkan dengan infeksi diperkirakan
diawali dengan pengeluaran produk sebagai hasil dari aktivasi
monosit. Berbagai sitokin, termasuk interleukin 1, Tumor Necrosing
Factor, dan interleukin 6 adalah produk sekretorik yang dikaitkan
dengan persalinan preterm. Sementara itu, Platelet Activating
Factor (PAF) yang ditemukan dalam air ketuban terlibat secara
sinergik dalam mengawali proses persalinan preterm yang disebabkan
oleh infeksi. Bakteri sendiri mungkin menyebabkan kerusakan
membrane lewat pengaruh langsung dari protease.Vaginosis
Bakterialis adalah kondisi ketika flora normal vagina
predominan-laktobasillus yang menghasilkan hydrogen peroksida
digantikan oleh bakteri anaerob, Gardnerella vaginalis, dan
mikoplasma hominis. Keadaan ini telah lama dikaitkan dengan ketuban
pecah dini, persalinan preterm, dan infeksi amnion, terutama bila
pada pemeriksaan PH vagina lebih dari 5,04.Pada hipertensi dan
preeklamsia, penolong persalinan cenderung mengakhiri kehamilan.
Hal ini menimbulkan prevalensi preterm meningkat. Kondisi medic
lain yang sering menimbulkan persalinan preterm adalah inkompetensi
serviks.
D. Manifestasi klinisa.Kontraksi uterus yang teratur sedikitnya
3 sampai 5 menit sekali selama 45 detik dalam waktu minimal 2
jam.b.Pada fase aktif, intensitas dan frekuensi kontraksi meningkat
saat pasien melakukan aktivitas.c. Tanya dan cari gejala yang
termasuk faktor risiko mayor dan minor d. Usia kehamilan antara 20
sampai 37 minggue.Taksiran berat janin sesuai dengan usia kehamilan
antara 20 sampai 37 minggu.f.Presentasi janin abnormal lebih sering
ditemukan pada persalinan preterm
E. Diagnosis a. Kriteria 1)HIS/ kontraksi berulang 2-3 kali/10
menit /selama 30 detik, atau sedikitnya 7-8 menit sekali2)Dilatasi
serviks sedikitnya 2 cm3)Pendataran serviks >50-80%4)Perdarahan
bercak5)Perasaan menekan daerah servix6)Selaput ketuban pecah dapat
merupakan tanda persalinan preterm7)Terjadi pada usia kehamilan
22-37 minggu.
b. Penapisan untuk Persalinan Preterm1) Indikator klinik:
timbulnya kontraksi dan pemendekan serviks (secara manual dan
ultrasonografi). Terjadi ketuban pecah dini juga meramalkan akan
terjadinya persalinan preterm.2) Indikator laboratorik : jumlah
leukosit dalam air ketuban (20/ml atau lebih) dan pemeriksaan
leukosit dalam serum ibu (>13.000)3) Indikator biokimia:
Fibronektin janin : peningkatan kadar fibronektin janin pada
vagina, serviks, dan air ketuban memberikan indikasi adanya
gangguan pada hubungan korion dan desidua. Pada kehamilan 24 minggu
atau lebih, kadar fibronektin janin 50 ng/ml atau lebih
mengindikasikan risiko persalinan preterm. Corticotrophin releasing
hormone (CRH): peningkatan CRH dini atau pada trimester 2 merupakan
indicator kuat untuk terjadinya persalinan preterm Sitokin
inflamasi: seperti IL-1, IL-6, IL-8, dan TNF- telah diteliti
sebagai mediator yang mungkin berperan dalam sintesis
prostaglandin. Isoferitin plasenta: pada keadaan normal (tidak
hamil) kadar isoferitin sebesar 10 U/ml. Kadarnya meningkat secara
bermakna selama kehamilan dan mencapai puncak pada trimester akhir
yaitu 54,8 53 U/ml. Penurunan kadar dalam serum akan berisiko
terjadinya persalinan preterm. Feritin: Rendahnya kadar feritin
merupakan indicator yang sensitive untuk keadaan kurang zat besi.
Peningkatan ekspresi feritin berkaitan dengan berbagai keadaan fase
akut termasuk kondisi inflamasi. Beberapa peneliti menyatakan
hubungan antara peningkatan kadar feritin dan kejadian penyulit
kehamilan, termasuk persalinan pretermc. USG untuk mengetahui1)
Usia gestasi,Jumblah Janin,besar janin, kativitas Biofisik2) Cacat
Kongenital3) Letak dan Maturasi Plasenta 4) Volume cairan tuba dan
kelainan Uterusd.CTG guna menilai1) Kesejahteraan Janin2) Frekuensi
dan kekuatan kontraksi
F. Penanganan Umum Managemen persalinan preterm bergantung pada
beberapa factor: Keadaan selaput ketuban. Pada umumnya persalinan
tidak dihambat bilamana selaput ketuban sudah pecah. Pembukaan
serviks. Persalinan akan sulit dicegah bila pembukaan mencapai 4 cm
Umur kehamilan. Makin muda usia kehamilan, upaya mencegah
persalinan makin perlu dilakukan. Persalinan dapat dipertimbangkan
berlangsung bila TBJ > 2000 atau kehamilan > 34 minggu
Penyebab atau komplikasi persalinan preterm Kemampuan neonatal
intensive care facilities
G. Penatalaksanaana.Segera lakukan penilaian tentang1) Usia
gestasi ( untuk prognosis)2) Demam ada/tidak, awasi tanda
infeksi3)Kondisi janin (jumlah, letak,TB) Hidup/gawat
janin/mati,atau kelainan Kongenital dll4) Letak plasenta untuk
mengetahui irisan section cesarea5) Kesiapan Untuk Menangani bayi
prematurb.Tentukan kemungkinan penanganan selanjutnya (ada 3)1)
Pertahankan Janin hingga kelahiran aterm2)Tunda persalinan 2-3 hari
untuk memberikan obat pematangan paru janin3) Biarkan terjadi
persalinan
Obat-obat yang sering digunakan dalam penatalaksanaan preterm:a.
Agen tokolitikAgen Tokolitik yang sering digunakan untuk memperlama
kehamilan meliputi ; agonis, ritrodin, kalsium kanal bloker
contohnya nifedipin, antagonis oksitosin (atosiban), NSAID
contohnya indometasin, atau inhibitor kerja otot uterus
(prostaglandin). Pada keadaan dimana terjadi dilatasi serviks <
4 cm, sebaiknya persalinan dimulai setelah 24-48 jam memberikan
waktu untuk pemberian steroid pada ibu.Kontraindikasi tokolitik :
1. Kontraindikasi absolute : penyakit tiroid, penyakit jantung,
hipertensi berat (160/110 mmHg), penyakit sel sabit,
korioamnionitis, kematian intrauterin2. Kontraindikasi relative :
Persalinan berlanjut bila dilatasi serviks > 4 cm, perdarahan
antepartum, diabetes mellitus maternal3. Efek samping : takikardi,
hiperglikemia, edema pulmonerTokolitik baru atosiban diperkenalkan.
Atosiban merupakan antagonis oksitosin. Golongan lain seperti ;
NSAID (indometasin) dan gliseril trinitrat (GTN). NSAID dapat
menyebabkan oligohidramnion dan penutupan duktus arteriosus pada
fetus bila digunakan lebih dari 48 jam.
b. Kortikosteroid Berikan kortikosteroid bilamana usia kehamilan
kurang dari 35 minggu untuk memperbaiki kematangan paru janin
Berikan betamethason 2x12 mg i.m/24 jam (atau berikan deksamethason
4x6mg i.m/12 jam) Pemberian steroid ini tidak diulang karena resiko
terjadinya pertumbuhan janin terhambat. Efek optimal terjadi 24 jam
setelah pemberian terakhir, mencapai puncak dalam waktu 48 jam dan
bertahan sampai 7 hari.d. AntibiotikTerapi antibiotika pada kasus
persalinan preterm diperkirakan oleh sebagian besar ahli tidak
memberikan manfaat dalam menghambat persalinan preterm. Antibiotik
hanya diberikan apabila kehamilan mengandung resiko terjadinya
infeksi seperti pada kasus KPD. Terapi utama pilihan adalah
penisilin dan ampisilin. Kombinasi Obat yang dianjurkan yaitu:
eritromisin 3x500 mg oral, selama 3 hari. Obat pilihan lain,
ampisilin 3x500 mg selama 3 hari.
Ada dua prinsip penatalaksanaan persalinan preterm yaitu
menghentikan kontraksi uterus/melakukan penundaan persalinan atau
persalinan berjalan terus dan siapkan penanganan selanjutnya. a.
Penundaan persalinanObat-obat tokolitik hanya dapat menunda
persalinan sementara, diikuti dengan pemberian kortikosteroid yang
ditujukan untuk menginduksi maturitas paru pada usia kehamilan
kurang dari 34 minggu. Intervensi ini bertujuan untuk menunda
kelahiran sampai bayi cukup matang. Penundaan persalinan dilakukan
bila : umur kehamilan < 35 minggu; pembukaan serviks kurang dari
3 cm; tidak ada amnionitis, perdarahan yang aktif, dan preeklamsia;
tidak ada gawat.Ibu yang dirawat inap dilakukan evaluasi his dan
pembukaan. Kemudian untuk mempercepat kematangan paru dan janin
diberikan kortikosteroid dengan 2 dosis bethametason 12 mg IM,
selang 12 jam (atau berikan 4 dosis deksamethason tiap 12 jam.
Steroid tidak boleh diberikan bila ada infeksi yang jelas.
b. Persalinan berlanjutBila tokolisis tidak berhasil, lakukan
persalinan dengan upaya optimal. Jangan menyetop kontraksi uterus
bila : Umur kehamilan > 35 minggu Serviks membuka > 3 cm
Perdarahan aktif Janin mati dan adanya kelainan congenital yang
kemungkinan hidup kecil Adanya korioamnionitis Preeklamsia Gawat
Janin
H.Cara persalinanLakukan persalinan pervaginam bila janin
presentasi kepala atau dilakukan episiotomi dan lakukan
perlindungan forceps terutama pada kehamilan 35 minggu. Lakukan
persalinan dengan seksio sesarea bila janin letak sunggsang, gawat
janin dengan syarat partus pervaginam tidak terpenuhi, janin letak
lintang, placenta previa dan taksiran berat janin 1.500
gram.Pimpinan partus prematurus bertujuan untuk menghindari trauma
bagi anak yang masih lemah : a.Partus tidak boleh berlangsung
terlalu lama tapi sebaliknya jangan pula terlalu cepat b. Jangan
memecah ketuban sebelum pembukaan lengkapc. Buatlah episiotomi
mediolateralis.I.PrognosisPada pusat pelayanan yang maju dengan
fasilitas yang optimal, bayi yang lahir dengan berat 2.000 sampai
2.500 gram mempunyai harapan hidup lebih dari 97 persen. 1500
sampai 2.000 gram lebih dari 90 persen dan 1.000 sampai 1.500 gram
sebesar 65-80 persen.Prematurnya masa gestasi akan dapat
mengakibatkan ketidakmatangan pada semua sistem organ. Baik itu
pada sistem pernapasan (organ paru-paru), sistem peredaran darah
(jantung), sistem pencernaan dan sistem saraf pusat (otak).
Ketidakmatangan pada sistem-sistem organ itulah yang membuat bayi
prematur cenderung mengalami kelainan dibandingkan bayi normal.
Kelainan itu bisa berupa :a.Sindroma gangguan pernapasan.Kelainan
ini terjadi karena kurang matangnya paru-paru, sehingga jumlah
surfaktan (cairan pelapis paru-paru) kurang dari normal. Ini
menyebabkan paru-paru tidak dapat berkembang sempurna.b.Perdarahan
otakBiasanya terjadi pada minggu pertama kelahiran, terutama pada
bayi prematur yang lahir kurang dari 34 minggu. Pendarahan otak ini
menyebabkan bayi prematur tumbuh menjadi anak yang relatif kurang
cerdas, dibanding anak yang lahir normal.c.Kelainan jantungYang
sering terjadi adalah Patent Ductus Arteriosus, yaitu adanya
hubungan antara aorta dengan pembuluh darah jantung yang menuju
paru-paru.d.Kelainan ususIni disebabkan akibat imaturitas atau
kurang mampu dalam menerima nutrisi.e.Anemia dan infeksiBelum
matangnya fungsi semua organ tubuh, membuat bayi prematur
menghadapi berbagai masalah. Seperti mudah dingin, lupa napas,
mudah infeksi karena sensor otaknya belum sempurna, pengosongan
lambung terhambat (refluks), kuning dan kebutaan.J. Komplikasi Pada
ibu persalinan preterm, infeksi endometrium lebih sering terjadi
mengakibatkan sepsis dan lambatnya penyembuhan luka episiotomi.
Bayi-bayi preterm memiliki risiko infeksi neonatal lebih tinggi.
Bayi yang lahir dari ibu yang amnionitis memiliki risiko mortalitas
4 kali lebih besar, dan risiko distress pernapasan, sepsis
neonatal, necrotizing enterocolitis, dan perdarahan
intraventrikuler 3 kali lebih besar. K. Pencegahan Hindari
kehamilan pada ibu terlalu muda Hindari jarak kehamilan terlalu
dekat Menggunakan kesempatan periksa hamil dan memperoleh pelayanan
antenatal yang baik Anjuran tidak merokok maupun mengonsumsi
obat-obatan terlarang Hindari bekerja berat dan perlu cukup
istirahat Obati penyakit yang dapat menyebabkan persalinan preterm
Kenali dan obat infeksi genital Deteksi dan pengamanan factor
risiko terhadap persalinan preterm
BAB IIIPEMBAHASAN
Untuk memprediksi kemungkinan terjadinya persalinan premature,
harus dicermati beberapa kondisi yang dapat menimbulkan kontraksi
uterus. Pada pasien ini terdapat beberapa kondisi yang bisa memacu
terjadinya persalinan preterm, diantaranya :1. Ketuban pecah dini2.
Kemungkinan infeksi saluran kemih yang ditandai dengan meningkatnya
leukosit, demam, dan keputihan yang banyak3. Perdarahan trimester
awalFaktor predisposisi yang didapatkan pada pasien ini adalah:
Golongan sosial dan ekonomi rendahFenomena ini terjadi kerana pada
wanita-wanita hamil dengan ekonomi yang rendah seringkali kekuranga
makan, tempat tinggal yang kurang nyaman dan kurang mendapatkan
layanan prenatal. Stres psikologikPada pasien mengalami stress
psikologik karena sudah terjadi hamil di luar nikah. Hal tersebut
menjadi beban mental pasien karena kehamilannya tidak diinginkan.
Stress psikologik bisa menyebabkan persalinan preterm. Hormone
stresss pada maternal adalah CRH, jika ibu stress maka CRH akan
naik sehingga terjadi dilatasi serviks, dan peningkatan kontraksi
uterus, akibatnya risiko persalinan preterm pun meningkat. CRH
bekerja dengan memblokade progesterone memungkinkan inisiasi
mekanisme persalinan preterm. Riwayat infeksi genetalia dengan
manifestasi klinis keputihan yang banyak sejak usia kehamilan
trimester pertama, berbau, gatal dan jernih. Pasien tidak pernah
mengobati keputihannya. Pemeriksaan kehamilan yang tidak teratur.
Selama kehamilan pasien memeriksakan kehamilan ke bidan sebanyak 3
kali, tidak pernah kontrol ke dokter dan tidak pernah di USG. Hal
ini mempersulit deteksi dini risiko tinggi pada kehamilan.Pasien
didiagnosis partus premature karena ditemukan beberapa criteria
yang sesuai dengan penegakan diagnosis partus prematurus imminens,
diantaranya:1. Kontraksi yang berulang 3 kali dalam 10 menit selama
30 detik2. Adanya nyeri punggung bawah3. Pembukaan serviks
menunjukan pembukaan 5 cm4. Selaput ketuban pecah5. Terjadi pada
usia kehamilan 33+4 mggu
Penatalaksanaan pada pasien ini adalah: Bedrest, yakni istirahat
total di tempat tidur yang merupakan upaya medis untuk
menyelamatkan kehamilan agar janin lahir tepat pada waktunya serta
mengurangi aktivitas fisik yang dapat memicu kontraksi uterus.
Obs.His, tanda-tanda vital, dan DJJ Inj. Cefotaxim 1 gram. Pasien
diberi antibiotic cefotaxim karena pasien mengandung risiko
terjadinya infeksi akibat ketuban pecah dini. Obat ini sangat aktif
terhadap berbagai kuman Gram-positif maupun Gram-negatif aerobic.
Amoxicillin 500 mg 3x1. Pasien diberi antibiotic amoxicillin karena
pasien juga memiliki risiko terjadinya infeksi saluran kemih atau
infeksi genital. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan AL
15.500. Infeksi genitalia dapat menyebar secara ascending ke dalam
cairan amnion. Adanya bakteri pada cairan amnion memicu produksi
sitokin-sitokin inflamasi. Sittokin ini akan mengaktivasi
fosfolipase A, yang memecah asam arakidonat dari dalam selaput
ketuban, sehingga membuat asam arakidonat bebas tersedia untuk
sintesis prostaglandin. Sintesis prostaglandin ini akan merangsang
kontraksi uterus dan terjadinya persalinan premature. Asam
mefenamat 3x1. Pasien diberi asam mefenamat karena untuk mengurangi
nyeri setelah persalinan Inf.RL 1 flabot 20 tpm. Pasien diberi
infuse RL karena RL merupakan cairan isotonis yang berfungsi
mengganti cairan tubuh yang hilang akibat perdarahan saat
melahirkan. Injeksi Dexamethason. Pasien diberi injeksi
dexamethason karena efek fisiologi dexamethasone adalah untuk
perkembangan paru dan meningkatkan surfaktan paru. Selain dari efek
surfaktan, glukokortikoid juga dapat meningkatkan compliance paru
dan volume maksimal paru. Pemberian dexamethasone juga berguna
untuk menurunkan frekuensi respiratory distress syndrome, dengan
cara enzim antioksidan dan menginduksi protein yang terlibat dalam
clearance cairan paru janin dan berlanjut memfasilitasi transisi
dalam pernapasan setelah kelahiran.
2