Top Banner

of 39

Presus Lma

Oct 10, 2015

Download

Documents

docdorkme

LMA
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 5/20/2018 Presus Lma

    1/39

    1

    PRESENTASI KASUS

    ANESTESI UMUM DENGAN LMA NAPAS

    KENDALI

    Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Anastesi

    Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto

    Diajukan Kepada :

    Pembimbing : dr. Siska Widayati, Sp.An

    Disusun Oleh :

    Dian Putri Lestari

    (1220221140)

    Kepaniteraan Klinik Departemen Anestesi dan Reanimasi

    FAKULTAS KEDOKTERANUPN VETERAN JAKARTA

    RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO

    PERIODE 26 Mei - 28 Juni 2014

  • 5/20/2018 Presus Lma

    2/39

    2

    KATA PENGANTAR

    Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan

    rahmatNya penulis akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan presentasi kasus yang berjudul

    Anestesi Umum dengan LMA

    Tujuan dari penyusunan presentasi kasus ini adalah untuk memperdalam pengetahuan

    tentang Anestesi Umum dengan LMA khususnya bagi dokter-dokter muda yang sedang

    menjalankan kepaniteraan klinik di RSPAD Gatot Soebroto. Penulis berharap presentasi kasus

    ini dapat bermanfaat untuk kepentingan pelayanan kesehatan, pendidikan, penelitian, dan dapat

    dipergunakan dengan sebaik baiknya oleh berbagai pihak yang berkepentingan.

    Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan terimakasih kepada:

    1. Dr. Siska Widayati, Sp.An selaku dokter pembimbing yang telah memberikan bimbingan

    dalam penyusunan presentasi kasus ini.

    2. Seluruh dokter spesialis anestesi, dokter PPDS anestesi, dan rekan rekan dokter muda

    atas semua dukungan dan bantuannya.

    Penulis sadar sepenuhnya bahwa dalam penyusunan presentasi kasus ini masih terdapat

    banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala masukan yang bersifat membangun sangat penulis

    harapkan guna perbaikan di masa yang akan datang.

    Jakarta, Juni 2014

    Penulis

  • 5/20/2018 Presus Lma

    3/39

    3

    BAB I

    LAPORAN KASUS

    Laporan kasus ini membahas penggunaan anestesi umum dengan pemasangan LMA pada

    seorang pasien berjenis kelamin perempuan, usia 21 tahun dengan diagnosis penyakit tumor

    mammae dextra, pembedahan yang dilakukan adalah eksisi biopsi.

    I.1 Identitas Pasien

    Nama : Ny. D

    Usia : 21 tahun

    Status : Menikah

    Suku : Sunda

    Alamat : Jl. Tanah tinggi I No.53 Jakarta Pusat

    Pekerjaan : IRT

    Pendidikan Terakhir : SMA

    Tanggal Masuk RS : 06 Juni 2014

    No rekam medik : 436000

    I.2 AnamnesisKeluhan Utama : Benjolan pada payudara kanan

    Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien merasa timbulnya benjolan di payudara

    kanan kurang lebih sejak 1 tahun yang lalu. Pertama

    kali muncul benjolan berukuran sebesar kelereng,

    saat ini benjolan masih sebesar kelereng. Benjolan

    tidak nyeri, mudah digerakan, tidak ada discharge,

    tidak ada retraksi putting, tidak ada penurunan berat

    badan, tidak ada demam, batuk dan pilek. Pasien

    tidak memakai gigi palsu dan tidak ada gigi goyang.

    Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat penyakit serupa disangkal

  • 5/20/2018 Presus Lma

    4/39

    4

    Riwayat Penyakit Keluarga : Hipertensi disangkal, diabetes mellitus disangkal,

    asma, jantung disangkal, kanker disangkal

    Riwayat Penyakit Sistemik : Hipertensi disangkal, Diabetes Mellitus disangkal,

    penyakit jantung disangkal, penyakit paru

    disangkal, penyakit hati disangkal, penyakit ginjal

    disangkal, asma disangkal, alergi obat/makanan

    disangkal, riwayat penurunan kesadaran disangkal,

    riwayat kejang disangkal.

    Riwayat Operasi : Tidak ada

    Riwayat Pengobatan : Saat ini tidak mengkonsumsi pengobatan untuk

    penyakit tertentu.

    Riwayat Trauma : Disangkal.

    Riwayat Pola Hidup : Merokok disangkal, minuman alkoholdisangkal, narkotika disangkal.

    I.3 Pemeriksaan Fisik

    Keadaan Umum : Baik

    Kesadaran : Compos mentis

    Status Gizi : Underweight

    BB : 40 kg

    TB : 160 cm

    Tanda-tanda vital :

    TD : 110/80 mmHg

    Nadi : 80x/m

    RR : 16 x/m

  • 5/20/2018 Presus Lma

    5/39

    5

    Suhu : 36,60C

    Status Generalis

    Kepala : bentuk normocephal, rambut hitam, distribusi

    rambut merata

    Mata : konjunctiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-, refleks

    cahaya +/+, pupil isokor 3mm

    Telinga : bentuk normal, sekret (-)

    Hidung : napas cuping hidung (-) hiperemis -/-, sekret -/-,

    massa -/-, perdarahan -/-, lendir -/-.

    Mulut dan gigi : sianosis (-), gigi goyang (-), protesa (-), maloklusi

    (-), malposisi (-), karies (-), lidah kotor (-), malampati I, buka

    mulut maksimal 3 jari

    Tenggorokan : faring hiperemis (-), T1 T1 tenang

    Leher : tampak simetris, jarak mental-hyoid 3 jari, jarak

    hyoid-thyroid 2 jari, pembesaran KGB (-),

    pembesaran kelenjar tiroid (-), deviasi trakea (-),

    retraksi otot bantu napas (-), ekstensi leher sempurna tanpa tahanan

    Thoraks :

    Paru-paru :o Inspeksi : pergerakan dada simetris dextra sinistra

    o Palpasi : fremitus taktil simetris dextra sinistra

    o Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru

    o Auskultasi : suara dasar napas vesikuler, wheezing tidak ada,

    rhonki tidak ada

    Jantung :

    o Inspeksi : iktus kordis tidak tampak

    o Palpasi : iktus kordis kuat angkat

    o Perkusi : batas jantung tidak melebar

    o Auskultasi : BJ I-II regular, murmur tidak ada, gallop tidak ada

  • 5/20/2018 Presus Lma

    6/39

    6

    Abdomen :

    o Inspeksi : datar

    o Auskultasi : bising usus dalam batas normal

    o Palpasi : nyeri tekan tidak ada, supel,

    o Perkusi : timpani

    Ekstremitas atas dan bawah : edema tidak ada, cyanosis tidak ada, akral hangat,

    capillary refill time < 2 detik

    Status lokalis :

    o Mammae dextra : terdapat benjolan berukuran 2x3 cm, berbatas tegas,

    mobile, konsitensi kenyal, nyeri tekan (-), discharge (-), retraksi puting (-)

    o Mammae sinistra : tidak tampak kelainan

    -

    I.4 Pemeriksaan Penunjang

    Laboratorium :

    Jenis Pemeri ksaan Hasil Ni lai Rujukan

    Hematologi

    Darah Rutin

    Hemoglobin 14 1216 g/dL

    Hematokrit 42 3747 %

    Eritrosit 4,9 4,36,0 juta/uL

    Leukosit 5.900 4.80010.800 /uL

    Trombosit 351.000 150.000

    400.000/uL

    MCV 86 8096 fl

  • 5/20/2018 Presus Lma

    7/39

    7

    MCH 29 2732 pg

    MCHC

    Faal Hemostasis

    Koagulasi

    Waktu Perdarahan

    Waktu Pembekuan

    34

    100

    500

    32- 36 g/dL

    1-3 menit

    1-6 menit

    Foto Rontgen Thorax : dalam batas normal

    USG payudara : kesan massa padat mammae dextra dd/ FAM

    I.5 Diagnosis

    Tumor Mammae Dextra

    I.6 Penggolongan Status Fisik Pasien Menurut ASA

    ASA I

    I.7 Rencana Pembedahan

    Eksisi biopsi

    I.8 Rencana Anestesi

    Anestesi umum dengan pemasangan LMA napas kendali

    I.9 Kesimpulan

    Pasien seorang perempuan 21 tahun, status fisik ASA I dengan diagnosis tumor mammae

    dextra yang akan dilakukan tindakan Eksisi Biopsi dengan rencana Anestesi Umum

    dengan pemasangan LMA.

    I.2 PERSIAPAN PRA ANESTESI

  • 5/20/2018 Presus Lma

    8/39

    8

    Persiapan Pasien

    Sebelum Operasi

    1. Pasien di konsultasikan ke spesialis anestesi, spesialis jantung, spesialis paru dan

    spesialis penyakit dalam untuk menilai kondisi fisik pasien, apakah pasien dalam

    kondisi fisik yang layak untuk dilakukan tindakan operasi.

    2. Setelah mendapatkan persetujuan dari spesialis anestesi, spesialis jantung, spesialis

    paru dan spesialis penyakit dalam, pasien di periksa hari sebelum operasi (kunjungan

    pre-operatif).

    Diruang perawatan ( 6 Juni 2014)

    1. Informed consent : bertujuan untuk memberitahukan kepada pasien tindakan medis

    apa yang akan dilakukan kepada pasien bagaimana pelaksanaanya, kemungkinan

    hasilnya, resiko tindakan yang akan dilakukan.

    2. Surat persetujuan operasi : merupakan bukti tertulis dari pasien atau keluarga pasien

    yang menunjukkan persetujuan akan tindakan medis yang akan dilakukan sehingga

    bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan keluarga pasien tidak akan mengajukan

    tuntutan.

    3. Pasien dipuasakan sejak pukul 23.00 WIB tanggal 6 Juni 2014, tujuannya untuk

    memastikan bahwa lambung pasien telah kosong sebelum pembedahan untukmenghindari kemungkinan terjadinya muntah dan aspirasi isi lambung yang akan

    membahayakan pasien.

    4. Pengosongan kandung kemih pada pagi harinya pada pukul 5.00.

    Di Ruang Persiapan (7 Juni 2014)

    1. Identifikasi Pasien

    2. Memakai pakaian operasi yang telah disediakan di ruang persiapan.

    3. Pemeriksaan fisik pasien di ruang persiapan : TD=110/80 mmHg, nadi= 88x/menit,

    suhu=360C, RR=20x/menit

    4. Pendataan kembali identitas pasien di ruang operasi. Anamnesa singkat yang meliputi

    BB, umur, riwayat penyakit, riwayat kebiasaan, dll.

    5. Pasien masuk kamar operasi dan dibaringkan di meja operasi kemudian dilakukan

    pemasangan EKG, manset, infus, dan oksimeter.

  • 5/20/2018 Presus Lma

    9/39

    9

    6. Pemeriksaan tanda tanda vital.

    Persiapan Alat

    Laringoskop

    Stetoskop

    LMA no. 3

    Guedel (Oropharyngeal airway)

    Plester/Tape : Hypafix

    Mandrin

    Suction

    Balon/pump

    Spuit 20 cc

    Gel lubricating

    Hand scoen

    Face mask adult

    Mesin anestesi

    - Komponen I : Sumber gas, flowmeter, dan vaporizer

    - Komponen II : Sirkuit nafas / system ventilasi yaitu open,

    semiopen, semiclose- Komponen III : Alat penghubung sistem ventilasi dengan pasien yaitu sungkup

    muka dan pipa ombak

    EKG monitor

    Sfigmomanometer digital

    Oksimeter/saturasi

    Infuse set

    - Infuse setdan cairan infusRinger Laktat

    - Abocath no.20 G

    - Plester

    - Alcohol swab

    - Tourniquet

  • 5/20/2018 Presus Lma

    10/39

    10

    Persiapan obat-obatan anestesi

    Premedikasi ringan : Midazolam 3 mg

    Dosis : 0.050.1 mg/kgBB24 mg

    Pemberian : 2,5 mg

    Suplemen anestesi : Fentanyl 50 g

    Dosis : 12 g/kgBB 40-80 g

    Pemberian : 80 g

    Induksi : Propofol 80 mg

    Dosis : 22,5 mg/kgBB80100 mg

    Pemberian : 80 mg

    Relaksan : Atracurium 50 mg

    Dosis : 0,50,6 mg/kgBB20-24 mg

    Pemberian : 20 mg

    Maintenance (rumatan) : Isoflurane, N2O, O2

    Antibiotik : Ceftriaxone 1 gram

    Anti emetic selama op : Ondansetron 4 mg

    Obat reverse : Sulfas atropine 0,5 mg : Prostigmine 1 mg

    Anti emetic post op : Ondansetron 4 mg

    Analgetik post op : Tramadol 100 mg

    Obat emergency :

    - Sulfas Atropin dosis 0.5 mg- 1 mg IV

    - Epinephrine dosis 1 mg atau 0.02 mg/kg larutan 1:10.000

    - Ephedrine dosis 5-20 mg

    - Dexamethason dosis 0.5- 25 mg/hari IV

    - Aminophylline dosis 5-6 mg/kg IV

    -

    Amiodarone dosis 150 mg IV dalam 10 menit (maks 2.2 gr)

    - Nalokson dosis 1-2 mcg/kgBB IV

    - Lidokain

    - Calcium Glukonas

    Obat Tambahan/Pilihan lain :

    - Analgetik :

  • 5/20/2018 Presus Lma

    11/39

    11

    o Tramadol dosis 100 mg IV

    o Asam mefenamat dosis 500 mg IV

    - Antibiotik : Ceftriaxone dosis 1 - 2 gr

    - Carbazochrome Na Sulfonate dosis 50 mg IV

    - Anti fibrinolitik : Asam Traneksamat dosis 500 mg IV

    - Anti emetik : Metoclopramide dosis 10 mg IV

    - Kortikosteroid : Dexamethasone dosis 5 mg IV

    Rencana terapi cairan intraoperative :

    Pada pasien diberikan cairan Ringer Laktat yang setiap kolfnya berisi 500 ml. Rencana

    terapi pasien di dalam ruang operasi adalah :

    M (Maintenance)

    4 ml x 10 kgBB 4 ml x 10 = 40 ml

    2 ml x 10 kgBB 2 ml x 10 = 20 ml

    1 ml x sisa kgBB 1 x 20 = 20 ml

    Total maintenance cairan 80 ml

    O (Operasi)

    Karena operasi ini termasuk operasi ringan, maka kebutuhan cairannya adalah : 4 x

    kgBB pasien4 x 40 = 160 cc

    P (Puasa)

    Karena pasien sudah dipuasakan selama 8 jam, maka kebutuhan cairannya adalah

    Lama puasa x M8 x 80 ml = 640 ml

    Jadi, total cairan yang dibutuhkan adalah :

    Pada Jam 1 = M + 50%(P) + O = 80 + 50%(640) + 160 = 560 ml

    Pada Jam 2 = M + 25%(P) + O = 80 + 25%(640) + 160 = 400 ml

    Pada Jam 3 = M + 25%(P) + O = 80 + 25%(640) + 160 = 400 ml

    I.3 PELAKSANAAN ANESTESI

    I.3.1 Proses Anestesi

    o Pukul 12.50 WIB

  • 5/20/2018 Presus Lma

    12/39

    12

    Memasang infus Ringer Laktat 1

    Memasang monitor EKG dan oksimeter pulse

    Mengukur tekanan darah

    TD 124/85 mmHg, nadi : 73 x/menit, saturasi O2 : 99%, pernafasan : 17

    x/menit

    o Pukul 13.00 WIB

    Pasien dalam posisi terlentang. Pasien diberitahukan bahwa akan

    dilakukan tindakan pembiusan.

    Pemberian premedikasi Midazolame 3 mg iv dilanjutkan dengan Fentanyl

    80 mcg iv

    TD : 120/73 mmHg, Nadi : 65x/mnt, SaO2 : 99%

    Induksi dengan Propofol 100 mg IV

    Diberikan Atrakurium 30 mg IV

    Setelah reflek bulu mata menghilang dilakukan preoksigenasi dengan

    sungkup muka menggunakan O2 sebanyak 4 liter / menit

    Setelah relaksasi pasien di insersi dengan LMA no 3

    Dengan steteskop bahwa paru kanan dan kiri sama dan dinding dada

    kanan dan kiri bergerak simetris pada setiap inspirasi buatan.

    LMA dihubungkan dengan konektor ke sirkuit nafas alat anestesi,kemudian N2O dibuka 2 liter/menit dan O2 2 liter/menit (N2O : O2=50% :

    50%) kemudian isofluran dibuka 2 vol%.

    Inspirasi 300 ml dengan frekuensi 12 kali per menit

    TD : 100/58 mmHg, N: 61x/menit, SpO2 : 99%

    o Pukul 13.15 WIB

    Pembedahan dimulai

    TD : 105/61 mmHg, Nadi : 83 x/mnt, Saturasi O2 99%

    Cairan infus Ringer Laktat 1 telah habis sebanyak 500 ml, digantikan

    dengan infus Ringer Laktat 2.

    o Pukul 13.30 WIB

    TD : 93/68 mmHg, Nadi 72 x/m, Saturasi O299 %

    Diberikan antibiotik Ceftriaxon 1 gr

  • 5/20/2018 Presus Lma

    13/39

    13

    o Pukul 13.45 WIB

    TD : 100/71 mmHg, Nadi : 66 x/m, Saturasi 99%

    Diberikan ondansentron 8 mg iv

    Diberikan tramadol 100 mg iv

    o Pukul 14.15 WIB

    Pembedahan selesai

    TD : 118/63 mmHg, Nadi : 69 x/m, Saturasi 99%

    Diberikan obat reverse Prostigmin 1 mg dan Sulfas atropin 0,5 mg = 2:2

    untuk menghentikan efek pelumpuh otot dan membuat pasien sadar lebih

    cepat.

    Pemberian obat anestesi dihentikan, pemberian O2 dipertahankan.

    Setelah pasien bangun, LMA dikeluarkan, lendir dikeluarkan dengan

    suction lalu diberi oksigen murni 6 liter/menit.

    EKG, manset tensimeter dan saturasi O2dilepas.

    Kemudian pasien dipindahkan ke brankar untuk dibawa ke ruang

    pemulihan atau recovery room (RR).

    I.4 POST OPERATIF

    Di Ruang Pemulihan

    Pasien masuk ke ruang pemulihan pada pukul 14.40 WIB. Lalu diberikan oksigen dengan

    sungkup sederhana sebesar 6 liter/menit, kemudian dilakukan penilaian terhadap tingkat

    kesadaran, pada pasien kesadarannya compos mentis. Dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital

    ditemukan tekanan darah 112/73 mmHg, nadi 72 x/menit, respirasi 20x/menit dan saturasi O 2

    99%. Pada pasien diberikan instruksi pasca bedah yaitu, dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital

    setiap 15 menit selama 2 jam pertama, lalu setiap jam selama 24 jam hingga hemodinamik stabil.

    Pengelolaan nyeri dengan fentanyl 25 mcg intravena. Apabila mual/muntah injeksi

    Ondansentron 4 mg intravena. Dan terapi lain sesuai dengan terapi bedah onkologi.

    Tanda Vital / Waktu 15 menit I 15 menit II

    Kesadaran Compos mentis Compos Mentis

  • 5/20/2018 Presus Lma

    14/39

    14

    Tekanan Darah

    (mmHg)113/61 115/65

    Frekuensi nadi

    (x/menit)

    69 72

    Frekuensi nafas

    (x/menit)16 16

    Penilaian pulih sadar menurut aldrette score:

    Kesadaran : 2 (Sadar Orientasi baik)

    Warna kulit : 2 (Merah muda (pink))

    Aktivitas : 1 (4 ekstremitas bergerak)

    Respirasi : 2 (Adekuat, dapat nafas dalam batuk)

    Kardiovaskuler : 2 (Tekanan darah stabil)

    Total score = 9

    Pasien diperbolehkan dipindahkan ke ruang perawatan

    Instruksi paska bedah

    Pengelolaan nyeri : Fentanyl 25 mcg IVPengelolaan mual/muntah : Ondansetron 4 mg IV

    Obat-obatan lain : Tramadol 100 mg IV

    Infus : RL 20 tpm

    Pemantauan tensi, nadi, nafas setiap 15 menit selama 1 jam pertama.

    Lainlain tiap jam hingga hemostatik stabil.

  • 5/20/2018 Presus Lma

    15/39

    15

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Anestesia umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya

    kesadaran yang bersifat pulih kembali (reversible). Komponen anestesia yang ideal terdiri:

    1. Hipnotik

    2. Analgesia

    3. Relaksasi otot.

    Syarat utama melakukan anestesia umum ialah untuk menjaga agar jalan nafas selalu

    bebas, berjalan lancar, dan teratur. Metode anestesia umum dibagi menjadi 3, antara lain:

    Parenteral (IM atau IV) biasanya diberikan untuk tindakan singkat. Obat yang sering

    dipakai adalah tiopental.

    Perektal (untuk anak- anak, terutama untuk induksi anestesi atau tindakan singkat)

    Inhalasi dengan menggunakan gas atau agen volatil.

    1

    Teknik Anastesia Umum

    1. Anastesia Umum Intravena

    Merupakan salah satu teknik anastesia umum yang dilakukan dengan jalan menyuntikkan

    obat anastesia parenteral langsung ke dalam pembuluh darah vena.

    2.

    Anastesia Umum Inhalasi

    Merupakan salah satu teknik anastesia umum yang dilakukan dengan jalan memberikan

    kombinasi obat-obatan anastesia inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang mudah

    menguap melalui alat/mesin anastesia langsung ke udara inspirasi.

    Pemakaian N20 harus selalu dikombinasikan dengan O2 dengan perbandingan 70:30 atau

    60:40, tergantung kondisi pasien. Dosis obat volatil dimulai dengan dial sel rendah

    ditingkatkan sesuai dengan target stadium anastesi yang diperlukan.

    Teknik Anastesia Umum Inhalasi :

    a. Inhalasi Sungkup Muka

    b. Inhalasi pipa endotrakea nafas spontan

    c. Inhalasi pipa endotrakea nafas kendali

    1Volatile= agen yang mudah menguap.

  • 5/20/2018 Presus Lma

    16/39

    16

    3. Anastesia Imbang

    Merupakan teknik anastesia dengan mempergunakan kombinasi obat-obatan baik obat

    intravena maupun obat anastesia inhalasi atau kombinasi teknik anastesia umum dengan

    analgesik regional untuk mencapai trias anastesi.

    LMA telah digunakan secara luas untuk mengisi celah antara intubasi ET dan pemakaian

    face mask. LMA di insersi secara blind ke dalam faring dan membentuk suatu sekat

    bertekanan rendah disekeliling pintu masuk laring.

    ANATOMI & FISIOLOGI JALAN NAPAS BAGIAN ATAS

    a. Hidung

    Hidung dibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan (kartilago). Hidung dibentuk oleh

    sebagian kecil tulang sejati, sisanya terdiri atas kartilago dan jaringan ikat (connective tissue).

    Bagian dalam hidung merupakan suatu lubang yang dipisahkan menjadi lubang kiri dan kanan

    oleh sekat (septum). Rongga hidung mengandung rambut (fimbriae) yang berfungsi sebagai

    penyaring (filter) kasar terhadap benda asing yang masuk. Pada permukaan (mukosa) hidung

    terdapat epitel bersilia yang mengandung sel goblet. Sel tersebut mengeluarkan lendir sehingga

    dapat menangkap benda asing yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Di dalam lubang

    hidung terdapat reseptor. Reseptor bau terletak pada cribriform plate, di dalamnya terdapat ujung

    dari saraf kranial I (Nervous Olfactorius). Hidung berfungsi sebagai jalan napas, pengatur udara,

    pengatur kelembaban udara (humidifikasi), pengatur suhu, pelindung dan penyaring udara, indra

    pencium, dan resonator suara

  • 5/20/2018 Presus Lma

    17/39

    17

    b. Faring

    Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong yang letaknya bermula dari dasar tengkorak

    sampai persambungannya dengan esofagus pada ketinggian tulang rawan (kartilago) krikoid.

    Faring digunakan pada saat digestion (menelan) seperti pada saat bernapas. Berdasarkan

    letaknya faring dibagi menjadi tiga yaitu di belakang hidung (naso-faring), belakang mulut (oro-

    faring), dan belakang laring (laringo-faring). Naso-faring terdapat pada superior di area yang

    terdapat epitel bersilia (pseudo stratified) dan tonsil (adenoid), serta merupakan muara tube

    eustachius. Tenggorokan dikelilingi oleh tonsil, adenoid, dan jaringan limfoid lainnya. Struktur

    tersebut penting sebagai mata rantai nodus limfatikus untuk menjaga tubuh dari invasi organisme

    yang masuk ke dalam hidung dan tenggorokan. Oro-faring berfungsi untuk menampung udara

    dari naso-faring dan makanan dari mulut. Pada bagian ini terdapat tonsili platina (posterior) dan

    tonsili lingualis (dasar lidah).

    c. Laring

    Laring sering disebut dengan voice box dibentuk oleh struktur epiteliumlined yang

    berhubungan dengan faring (di atas) dan trakhea (di bawah). Laring terletak di anterior tulang

    belakang (vertebrae) ke-4 dan ke-6. Bagian atas dari esofagus berada di posterior laring. Fungsi

    utama laring adalah untuk pembentukan suara, sebagai proteksi jalan napas bawah dari benda

    asing dan untuk memfasilitasi proses terjadinya batuk. Laring terdiri atas:

    1. Epiglotis; katup kartilago yang menutup dan membuka selama menelan.2. Glotis; lubang antara pita suara dan laring.

    3. Kartilago tiroid; kartilago yang terbesar pada trakhea, terdapat bagian yang membentuk jakun.

    4. Kartilago krikoid; cincin kartilago yang utuh di laring (terletak di bawah kartilago tiroid).

    5. Kartilago aritenoid; digunakan pada pergerakan pita suara bersama dengan kartilago tiroid.

    6. Pita suara; sebuah ligamen yang dikontrol oleh pergerakan otot yang menghasilkan suara dan

    menempel pada lumen laring

    d. Trakhea

    Trakhea merupakan perpanjangan laring pada ketinggian tulang vertebre torakal ke-7 yang

    bercabang menjadi dua bronkhus. Ujung cabang trakhea disebut carina. Trakhea bersifat sangat

    fleksibel, berotot, dan memiliki panjang 12 cm dengan cincin kartilago berbentuk huruf C.

    LARINGEAL MASK AIRWAY

  • 5/20/2018 Presus Lma

    18/39

    18

    Penemuan dan pengembangan laryngeal mask airway (LMA) oleh seorang ahli anestesi

    berkebangsaan inggris dr. Archie Brain telah memberikan dampak yang luas dan bermakna

    dalam praktek anestesi, penanganan airway yang sulit, dan resusitasi kardiopulmonar. LMA telah

    mengisi kekosongan antara penggunaan face mask dengan intubasi endotracheal. LMA

    memberikan ahli aeastesi alat baru penanganan airway yaitu jalan nafassupraglotik, sehingga

    saat ini dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu : (1) jalan nafas pharyngeal, (2) jalan

    nafassupraglotik, dan (3) jalan nafas intratracheal. Ahli anestesi mempunyai variasi yang lebih

    besar untuk penanganan jalan nafas sehingga lebih dapat disesuaikan dengan kondisi tiap-tiap

    pasien, jenis anastesi, dan prosedur pembedahan.1,2,3

    LMA dibuat dari karet lunak silicone khusus untuk kepentingan medis, terdiri dari

    masker yang berbentuk sendok yang elips yang juga berfungsi sebagai balon yang dapat

    dikembangkan, dibuat bengkok dengan sudut sekitar 30. LMA dapat dipakai berulang kali dan

    dapat disterilkan dengan autoclave, namun demikian juga tersedia LMA yang disposible.

    Jenis-jenis LMA

    Sampai saat ini berbagai jenis telah diproduksi dengan keunggulan dan tujuan tertentu dari

    masin-masing jenis LMA. Jenis-jenis LMA yang telah tersedia sebagai berikut:

    1. LMA klasik

    2. LMAflexible

    3.

    LMAproseal4. LMAfast track

    LMA Klasik

    Tidak seperti jalan nafas supraglotik, tersedia dalam berbagai ukuran, yang cocok untuk semua

    penderita mulai dari bayi sampai dengan dewasa. Suatu metode pemasangan LMA klasik dengan

    teknik standar direkomendasikan oleh Dr Archie Brain. Setelah deflasi cuff secara penuh, LMA

    dimasukkan dengan bantuan indek jari menekan masker kearah cranioposterior melewati kurva

    palatofaringeal, dilanjutkan kearah caudal sampai dirasakan adanya tahanan di mana ujung

    masker memasuki upper esophageal sphincter Keberhasilan LMA yang klasik mendorong

    munculnya berbagai jenis LMA lainnya dengan beberapa tujuan tertentu seperti untuk intubasi

    buta disertai dengan akses ke lambung (Proseal LMA).

  • 5/20/2018 Presus Lma

    19/39

    19

    Gambar 1. LMA Klasik

    Gambar 2. LMAFlexible

    LMA Proseal

    LMA proseal dengan akses lambung dapat mendekomprasi lambung seketika LMA dipasang.

    LMA proseal lebih sesuai secara anatomis untuk jalan nafas dan lebih cocok untuk ventilasi

    tekanan positif.Jenis LMA proseal memberikan dua keuntungan: (1) adanya akses ke lambung

    memungkinkan untuk memasukkan selang lambung dan kemudian dekompresi lambung; (2)

    desain ulang terhadap balon LMA memungkinkan untuk mengembangkan balon LMA lebih

    besar dan posisi balon LMA yang lebih tepat terhadap jalan nafas.1,2,3,4

    http://3.bp.blogspot.com/-UF1zaO0eEJE/T2u4LTG2S3I/AAAAAAAAAiY/eUFSLGSLWJA/s1600/LMA+Fleksibel.jpghttp://3.bp.blogspot.com/-wHqPbvRNrx0/T2u3x3n_PMI/AAAAAAAAAiQ/w6iZnGt1veQ/s1600/LMA+Klasik.jpghttp://3.bp.blogspot.com/-UF1zaO0eEJE/T2u4LTG2S3I/AAAAAAAAAiY/eUFSLGSLWJA/s1600/LMA+Fleksibel.jpghttp://3.bp.blogspot.com/-wHqPbvRNrx0/T2u3x3n_PMI/AAAAAAAAAiQ/w6iZnGt1veQ/s1600/LMA+Klasik.jpg
  • 5/20/2018 Presus Lma

    20/39

    20

    Gambar 3. LMAProseal

    LMA Fast Track

    Berbagai macam ukuran LMA1,2,3,4

    Ukuran Masker Berat Badan (Kg) Volume Balon (mL)

    1 < 5 4

    1,5 510 7

    2 1020 10

    2 2030 14

    3 30 - 50 20

    4 50 - 70 30

    5 > 70 40

    http://3.bp.blogspot.com/-gETCuQoCC_Y/T2u4v_4Jo8I/AAAAAAAAAig/FiQOVrLSRYg/s1600/LMA+Fastrack.jpghttp://3.bp.blogspot.com/-gETCuQoCC_Y/T2u4v_4Jo8I/AAAAAAAAAig/FiQOVrLSRYg/s1600/LMA+Fastrack.jpg
  • 5/20/2018 Presus Lma

    21/39

    21

    Indikasi Penggunaan LMA1,2

    Pemasangan Ventilasi Elektif

    Kesulitan Jalan Nafas

    Cardiac Arrest

    Saluran Untuk Intubasi

    Manajemen Jalan NafasPrehospital

    Anak-Anak

    Kontraindikasi Penggunaan LMA1,2

    Kondisi-kondisi berikut ini merupakan kontraindikasi penggunaan LMA :

    1. Resiko meningkatnya regurgitasi isi lambung (hernia hiatus, ileus intestinal)

    2.

    Terbatasnya kemampuan membuka mulut atau ekstensi leher (misalnya artitis

    rematoid yang berat atau ankilosing spondilitis), menyebabkan memasukkan LMA lebih

    jauh ke hipopharynx sulit.

    3. Compliance paru yang rendah atau tahanan jalan nafas yang besar

    4. Obstruksi jalan nafas setinggi level larynx atau dibawahnya

    5. Kelainan pada oropharynx (misalnya hematoma, dan kerusakan jaringan)

    6. Ventilasi paru tunggal.

    Teknik Insersi LMA

    Macam-macam teknik insersi LMA :

    1. Teknik Klasik/standard (Brains original technique)

    2. Inverted/reserve/rotation approach

    3. Lateral apporoach inflatedatau deflated cuff

    Teknik insersi LMA yang dikembangkan oleh dr. Archie Brain telah menunjukkan posisi

    terbaik yang dapat dicapai ini pada berbagai variasi pasien dan prosedur pembedahan. Walaupun

    sampai sekarang telah banyak teknik insersi yang dianjurkan namun demikian teknik dari

    dr.Brain ini membuktikan secara konsisten lebih baik. Banyak teknik insersi lainnya yang

    menyebabkan penempatan LMA yang teralalu tinggi dari jalan nafas atas dan pengembangan

    balon terlalu besar untuk mencegah kebocoran gas anastesi disekeliling LMA. Tekanan balon

  • 5/20/2018 Presus Lma

    22/39

    22

    LMA yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembengkakan struktur pharyngeal dan

    menyebabkan pengurangan toleransi terhadap LMA pada kasus-kasus emergensi.

    Konsep insersi LMA mirip dengan mekanisme menelan. Setelah makanan dikunyah,

    maka lidah menekan bolus makanan terhadap langit-langit rongga mulut berasamaan dengan

    otot-otot pharyngeal mendorong makanan kedalam hipopharyng. Insersi LMA, dengan cara

    yang mirip balon LMA yang belum terkembang dilekatkan menyusuri langit-langit dengan jari

    telunjuk menekan LMA menyusuri sepanjang langit-langit keras dan langit-langit lunak terus

    sampai ke hipopharyngx. Teknik ini sesuai untuk penderita dewasa ataupun anak-anak dan

    sesuai untuk semua model LMA.3,4

    http://4.bp.blogspot.com/-hymm3Bn2Gj8/T2u1feVfvQI/AAAAAAAAAhw/GoAOSOutPpY/s1600/Insersi+LMA.jpg
  • 5/20/2018 Presus Lma

    23/39

    23

    Gambar Teknik Insersi LMA : A. LMA dalam keadaan siap untuk diinsersi. Balon harus

    dalam keadaan kempes dan rim membelakangi lubang LMA. Tidak boleh ada lipatan pada ujung

    LMA. B. insersi awal LMA dengan melihat langsung, ujung masker ditekan terhadap palatum

    durum. Jari tengah dapat digunakan untuk menekan dagu kebawah. Masker ditekan kearah

    http://3.bp.blogspot.com/-lz-L5gbG-rY/T2u2kI7Z6ZI/AAAAAAAAAiA/c0MUVS-_b8c/s1600/Tehnik+insersi+LMA+dengan+staylet.jpghttp://4.bp.blogspot.com/-c_02FIg0FQo/T2u1D3ip6fI/AAAAAAAAAho/cvnbCSYS390/s1600/Tehnik+insersi+LMA+-+Indeks+fingger.jpghttp://3.bp.blogspot.com/-lz-L5gbG-rY/T2u2kI7Z6ZI/AAAAAAAAAiA/c0MUVS-_b8c/s1600/Tehnik+insersi+LMA+dengan+staylet.jpghttp://4.bp.blogspot.com/-c_02FIg0FQo/T2u1D3ip6fI/AAAAAAAAAho/cvnbCSYS390/s1600/Tehnik+insersi+LMA+-+Indeks+fingger.jpg
  • 5/20/2018 Presus Lma

    24/39

    24

    depan terus maju ke dalam pharynx untuk memastikan bahwa ujungnya tetap datar dan menolak

    lidah. Dagu tidak perlu dijaga agar tetap terbuka bila masker telah masuk kedalam mulut.

    Tangan operator yang tidak terlibat proses intubasi dapat menstabilisasi occiput. C. Dengan

    menarik jari sebelahnya dan dengan sedikit pronasi dari lengan bawah, biasanya dengan mudah

    akan dapat mendorong masker. Posisi leher tetap flexi dan kepala tetap extensi.D. LMA ditahan

    dengan tangan sebelah dan jari telunjuk kemudian diangkat. Tangan menekan LMA ke bawah

    dengan lembut sampai terasa tahanan.4

    Keberhasilan insersi LMA tergantung dari hal-hal detail sebagai berikut :1,4

    1. Pilih ukuran yang sesuai dengan pasien dan teliti apakah ada kebocoran pada

    balon LMA

    2.

    pinggir depan dari balon LMA harus bebas dari kerutan dan menghadap keluar

    berlawanan arah dengan lubang LMA

    3. lubrikasi hanya pada sisi belakang dari balon LMA

    4. pastikan anastesi telah adekuat (baik general ataupun blok saraf regional) sebelum

    mencoba untuk insersi. Propofol dan opiat lebih memberikan kondisi yang lebih baik

    daripada thiopental.

    5. posisikan kepala pasien dengan posisi sniffing

    6.

    gunakan jari telunjuk untuk menuntun balon LMA sepanjang palatum durum terusturun sampai ke hipofarynx sampai terasa tahanan yang meningkat. Garis hitam

    longitudinal seharusnya selalu menghadap ke cephalad (menghadap ke bibir atas pasien)

    7. kembangkan balon dengan jumlah udara yang sesuai

    8. pastikan pasien dalam anastesi yang dalam selama memposisikan pasien

    9. obstruksi jalan nafas setelah insersi biasanya disebabkan oleh piglotis yang

    terlipat kebawah atau laryngospame sementara

    10. hindari suction pharyngeal, mengempeskan balon, atau mencabut LMA sampai

    penderita betul-betul bangun (misalnya membuka mulut sesuai perintah).

    Malposisi LMA

  • 5/20/2018 Presus Lma

    25/39

    25

    Gambar 7. Malposisi LMA yang umum terjadi

    Teknik-teknik Lain Yang Dapat Dilakukan Bila Kesulitan Insersi LMA

    Ditangan yang terampil, teknik standard insersi LMA dapat berhasil pada sebagian besar pasien

    (>98%) pada usaha yang pertama atau yang kedua. Penyebab yang lazim akan kegagalan insersi

    LMA adalah karena penguasaan teknik yang rendah, anastesi yang dangkal (yang menyebabkan

    terjadi batuk, mual, dan laryngospasme), pengguna belum berpengalaman, sulit mengatasi

    lengkungan 90 dibelakang pharynx ke hipopharynx, lidah dan tosil yang besar, dan penggunaan

    ukuran LMA yang tidak tepat. Beberapa teknik manuver telah dilakukan untuk mengatasi

    kesulitan tersebut diantaranya: menarik lidah kedepan, menggangkat dagu, dan menggunakan

    laryngoscope, menggunakan bilah lidah atau forcep Magill untuk menggangkat lidah. Masukkan

    LMA dengan balon menghadap ke bawah dan kemudian diputar 180 setelah sampai dinding

    posterior parynx.2,4

    Balon dapat dikembangkan sebagian atau penuh bila memasukkan LMA tanpa kesulitan.

    Walaupun trik ini dapat memudahkan operator yang belum berpengalaman namun dapat terjadi

    komplikasi berupa obstruksi parsial jalan nafas jika ujung LMA arytenoid didepan larynx. lebihjauh hal tersebut dapat menyebabkan batuk atau laryngospame karena rangsangan pada refleks

    pelindung jalan nafas yang disebabkan oleh posisi LMA yang tinggi di dalam pharynx. Pada

    pasien dengan lengkung palatum yang tinggi, mendekati palatum durum secara agak diagonal

    dari samping dengan posisi LMA bersudut 15 atau 20 dari lateral ke midline dapat juga

    membantu.2,3

    http://4.bp.blogspot.com/-dKzhjWAVvD4/T2uv2KcrLeI/AAAAAAAAAhY/w9-4rIZdv8M/s1600/Malposisi+LMA.jpg
  • 5/20/2018 Presus Lma

    26/39

    26

    Keuntungan dan kerugian LMA

    Keuntungan LMA dibandingkan Face Mask

    Bila dibandingkan dengan pemakaian dengan face mask maka LMA dapat memberikan ahli

    anastesi lebih banyak kebebasan untuk melaksanakan tugas yang lain (misalnya mencatat

    perjalanan anastesi, memasukkan obat-obatan dll) dan mengurangi angka kejadian kelelahan

    pada tangan operator. Dengan LMA dapat memberikan data capnography yang lebih akurat dan

    dapat mempertahankan saturasu oksigen yang lebih tinggi. Kontaminasi ruangan oleh obat-obat

    anastesi inhalasi dapat dikurangi tetapi dengan manipulasi yang lebih kecil terhadap jalan nafas.

    Cedera pada mata dan saraf wajah dapat dihindari dibandingkan bila memakai face mask.1,2,4

    Keuntungan LMA dibandingkan dengan ETT

    Walaupun LMA tidak dapat menggantikan posisi ETT (khususnya pada prosedur operasi yang

    lama dan yang memerlukan proteksi terhadap aspirasi) namun LMA mempunyai berbagai

    kelebihan. LMA lebih mudah dimasukkan dan mengurangi rangsangan pada jalan nafas

    dibandingkan ETT (sehingga dapat mengurangi batuk, rangsang muntah, rangsang menelan,

    tahan nafas, bronchospame, dan respon kardiovaskuler) adalah dua keuntungan yang dimiliki

    LMA dibandingkan ETT. Level anestesi yang lebih dangkal dapat ditoleransi dengan

    menggunakan LMA dibandingkan ETT. Ditangan yang terampil, penempatan LMA dapat lebih

    mudah dan lebih cepat dibandingkan menempatkan ETT, sehingga lebih memudahkan untukresusitasi. Trauma pada pita suara dapat dihindari karena LMA tidak masuk sampai ke lokasi

    pita suara. Insidens kejadian suara serak setelah penggunaan LMA dapat dikurangi bila

    dibandingkan dengan pemakaian ETT.1,2,4

    Keuntungan dan Kerugian LMA dibandingkan dengan Face Mask atau ETT1

    Keuntungan Kerugian

    Dibandingkan

    dengan Face Mask

    Tangan operator bebas

    Lebih leluasa pada operasi THT

    Lebih mudah untuk

    mempertahankan jalan nafas

    Terlindung dari sekresi jalan nafas

    Trauma pada mata dan saraf

    Lebih invasif

    Resiko trauma pada jalan

    nafas lebih besar

    Membutuhkan keterampilan

    baru

    Membutuhkan tingkat

  • 5/20/2018 Presus Lma

    27/39

    27

    wajah lebih sedikit

    Polusi ruangan lebih sedikit

    anastesi lebih dalam

    Lebih membutuhkan

    kelenturan TMJ (temporo-

    mandibular joint)

    Difusi N2O pada balon

    Ada beberapa kontraindikasi

    Dibandingkan dg

    ETT

    Kurang invasive

    Anestesi yang dibutuhkan lebih

    dangkal

    Berguna pada intubasi sulit

    Trauma pada gigi dan laryngx

    rendah

    Mengurangi kejadian

    bronkhospasme dan

    laryngospasme

    Tidak membutuhkan relaksasi otot

    Tidak membutuhkan mobilitas

    leher

    Mengurangi efek pada tekananintrokular

    Mengurangi resiko intubasi ke

    esofagus atau endobronchial

    Meningkatkan resiko aspirasi

    gastrointestinal

    Tidak aman pada pasien

    obisitas berat

    Maksimum PPV (positive

    pressure ventilation) terbatas

    Keamanan jalan nafas kurang

    terjaga

    Resiko kebocoran gas dan

    polusi ruangan lebih tinggi

    Dapat menyebabkan distensi

    lambung

    Komplikasi Penggunaan LMA2,3,4

    1. Komplikasi Mekanikal (kinerja LMA sebagai alat) :

    a. Gagal insersi (0,34%)

    b. Ineffective seal (

  • 5/20/2018 Presus Lma

    28/39

    28

    c. Disartria (447%)

    3. Komplikasi Patofisiologi (efek penggunaan LMA pada tubuh) :

    a. Batuk (

  • 5/20/2018 Presus Lma

    29/39

    29

    3. Induksi1,5

    Propofol (Recofol, diprivan)

    Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat dengan karakter recovery

    anestesi yang cepat tanpa rasa pusing dan mual-mual. Propofol merupakan cairan emulsi

    minyak-air yang berwarna putih yang bersifat isotonic dengan kepekatan 1% (1ml=10mg) dan

    mudah larut dalam lemak. Propofol menghambat transmisi neuron yang dihantarkan oleh

    GABA. Propofol adalah obat anestesi umum yang bekerja cepat yang efek kerjanya dicapai

    dalam waktu 30 detik. Dosis induksi 1-2 mg/kgBB. Dosis rumatan 500ug/kgBB/menit infuse.

    Dosis sedasi 25-100ug/kgBB/menit infuse. Pada pasien yang berumur diatas 55 tahun dosis

    untuk induksi maupun maintenance anestesi itu lebih kecil dari dosis yang diberikan untuk

    pasien dewasa dibawah umur 55 tahun. Cara pemberian bias secara suntikan bolus intravena atau

    secara kontinu melalui infuse, namun kecepatan pemberian harus lebih lambat daripada

    pemberian pada orang dewasa dibawah umur 55 tahun. Pada pasien dengan ASA III-IV dosisnya

    lebih rendah dan kecepatan tetesan juga lebih lambat.

    4. Muscle relaksan1,5

    Atracurium (notrixum)

    Merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi yang relatif baru, sifatnya tidak

    mempunyai efek kumulasi pada pemberian berulang, dan tidak menyebabkan perubahan fungsi

    kardiovaskular yang bermakna dan pemulihan fungsi saraf otot dapat terjadi secara spontan,

    dosis 0,5 mg/kg BB, durasi 15-30 menit. Pelumpuh otot nondepolarisasi (inhibitor kompetitif,

    takikurare) berikatan dengan reseptor nikotinik kolonergik, tetapi tidak menyebabkan

    depolarisasi, hanya menghalangi asetilkolin menempatinya, sehingga asetilkolin tidak dapat

    bekerja. Dosis awal : 0,50,6 mg/kg. Dosis rumatan : 0,1 mg/kg. Durasi : 20-45 menit

    5. Maintanance anestesi

    - Isoflurane1

    Isomer dari enfluran dengan efek-efek samping yang minimal. Induksi dan masa pulih anestesiadengan isofluran cepat. Sifat fisis: titik didih 58,5, koefisien partisi darah/gas 1.4, MAC 1.15%

    Farmakologi: Efek terhadap depresi jantung dan curah jantung minimal, sehingga digemari untuk

    anestesa teknik hipotensi dan banyak digunakan pada pasien dengan gangguan koroner. Isofluran

    dipilih karena :

  • 5/20/2018 Presus Lma

    30/39

    30

    Halotan pada dosis besar dapat menyebabkan depresi nafas, menurunnya tonus simpatis,

    terjadinya hipotensi, bradikardi, vasodilatasi perifer, depresi vasomotor, depresi miokard

    dan inhibisi baroreseptor. Halotan juga menghambat pelepasan insulin sehingga

    meninggikan kadar gula darah.

    Enfluran dapat menyebabkan gangguan fungsi hepar pada EEG menunjukkan tanda-

    tanda epileptik, apalagi disertai hipokapnia. Efek depresi nafas lebih kuat dibanding

    halotan dan lebih iritatif.

    Desfluran lebih mudah menguap dibandingkan anestetik volatil lain sehingga perlu

    menggunakan vaporizer khusus (TEC-6). Bersifat simpatomimetik menyebabkan

    takikardi dan hipertensi. Desfluran merangsang jalan nafas atas sehingga tidak digunakan

    untuk induksi anestesi.

    - N2O 1

    N2O diperoleh dengan memanaskan ammonium nitrat sampai 240C (NH4 NO3 2H2O +

    N2O). N2O dalam ruangan berbentuk gas tak berwarna, bau manis, tak iritasi, tak terbakar, dan

    beratnya 1,5 kali berat udara. Pemberian anestesi dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%.

    Gas ini bersifat anestetik lemah, tetapi analgesinya kuat, sehingga sering digunakan untuk

    mengurangi nyeri menjelang persalinan. Pada anestesi inhalasi jarang digunakan sendirian, tetapi

    dikombinasikan dengan salah satu anestesi lain seperti halotan dan sebagainya. Pada akhir

    anestesi setelah N2O dihentikan, maka N2O akan cepat keluar mengisi alveoli, sehingga terjadipengenceran O2 100% selama 5-10 menit. Penggunaan dalam anestesi umumnya dipakai dalam

    kombinasi N2O : O2 yaitu 60% : 40%, 70% : 30%. Dosis untuk mendapatkan efek analgesic

    digunakan dengan perbandingan 20% : 80%, untuk induksi 80% : 20%, dan pemeliharaan 70% :

    30%. N2O sangat berbahaya bila digunakan pada pasien pneumothoraks, pneumomediastinum,

    obstruksi, emboli udara dan timpanoplasti.

    Obat Lainnya

    1.

    Efedrin

    Efedrin adalah alkaloid yang terdapat dalam tumbuhan jenis efedra. Efedrin lebih efektif

    pada pemberian oral, masa kerjanya panjang, dan efek sentralnya lebih kuat. Obat ini bekerja

    pada reseptor , 1, 2. Efek perifer efedrin melalui kerja langsung dan melalui pelepasan

    NE endogen. Kerja tidak langsungnya mendasari timbulnya takifilaksis terhadap efek

    perifernya.

  • 5/20/2018 Presus Lma

    31/39

    31

    Efek pada kardiovaskuler yaitu tekanan sistolik meningkat dan biasanya tekanan diastolik

    juga meningkat, sehingga tekanan nadi meningkat. Peningkatan tekanan darah ini sebagian

    disebabkan oleh vasokonstriksi, tetapi terutama oleh stimulasi jantung yang meningkatkan

    kekuatan kontraksi jantung dan curah jantung. Aliran darah ginjal dan viseral berkurang,

    sedangkan aliran darah koroner, otak, dan otot rangka meningkat.

    2. Deksametason

    Deksametason adalah suatu glukokortikoid sintetis yang memiliki efek antiinflamasi,

    antialergi dan anti syok yang sangat kuat, di samping sebagai antirematik. Tidak

    menimbulkan efek retensi natrium dan dapat diterima oleh tubuh dengan baik. Mekanisme

    kerjanya, yaitu mengurangi inflamasi dengan menekan migrasi neutrofil, mengurangi

    produksi mediator inflamasi, dan menurunkan permeabilitas kapiler yang semula tinggi dan

    menekan respon imun.

    Indikasinya antara lain, untuk Rematik artritis, shock, asma bronkhial, dermatitis dan

    urtikaria, serta gejala alergik lainnya.sedangkan kontraindikasinya adalah penderita tukak

    lambung, osteoporosis, diabetes melitus, infeksi jamur sistemik, psikosis dan herpes simpleks

    pada mata.

    Dosis awal pada pemberian oral adalah 0,75-9 mg/hr PO, terbagi dalam 2-4

    dosis.Penyesuaian dapat dilakukan tergantung respon pasien dan dosis awal pada pemberian

    parenteral adalah 0,5-9 mg/hr IV atau IM, terbagi dalam 2-4 dosis. Penyesuaian juga dapatdilakukan tergantung respon pasien.

    3. Sulfas Atropin

    Merupakan antikolinergik yang bekerja menurunkan tonus vagal dan memperbaiki

    system konduksi atrioventrikuler. Atropin dapat mengurangi sekresi dan merupakan obat

    pilihan utama untuk mengurangi efek bronchial dan kardial yang berasal dari perangsangan

    parasimpatis. Obat ini tidak mencegah timbulnya laringospasme yang berhubungan dengan

    anestesi umum.

    Setelah penggunaan obat ini ada perasaan kering di rongga mulut dan penglihatan jadi

    kabur. Oleh karena itu, sebaiknya obat ini tidak diberikan pada anestesi local atau regional.

    Atropine tersedia dalam bentuk atropin sulfat dalam ampul 0,25 mg dan 0,50 mg. diberikan

    secara suntikan subkutis, intramuskular, atau intravena dengan dosis 0,5-1 mg untuk dewasa

    dan 0,015 mg/kgBB untuk anak-anak.

  • 5/20/2018 Presus Lma

    32/39

    32

    4. Tramadol (Tramal)

    Tramal adalah analgetik sentral dengan afinitas rendah pada reseptor mu dan kelemahan

    analgesinya 10-20% disbanding morfin. Obat ini dapat diberikan secara oral, im, atau iv

    dengan dosis 50-100 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam dengan dosis maksimal 400 mg per

    hari.

    5. Ceftriakson

    Obat ini merupakan sefalosporin generasi pertama yang aktif terhadap kuman gram-

    positif. Waktu paruhnya mencapai 8 jam. Untuk meningitis obat ini diberikan dua kali sehari

    sedangkan untuk infeksi lain umumnya cukup satu kali sehari.

    Jumlah seftriakson yang terikat pada protein plasma umunya sekitar 83-96%. Pada

    peningkatan dosis, persentase yang terikat protein menurun cepat. Dosis lazim obat ini adalah

    1-2 g/hari IM atau IV dalam dosis tunggal atau dibagi dua dosis. Untuk anak diberikan dosis

    50-75 mg/kgBB sehari yang dibagi dalam dua dosis. Dosis obat tidak perlu disesuaikan pada

    gagal ginjal atau gangguan fungsi hati. Seftriakson tersedia dalam bentuk obat suntik 0,25;

    0,5; dan 1 g.

    6. Ethiferan (Metoklopramid HCL)

    Obat ini merupakan golongan kolinergik. Mekanisme kerja metoklorpramid di saluran

    cerna, yaitu potensiasi efek kolinergik, efek langsung pada otot polos, dan penghambatan

    dopaminergik sentral.Indikasi terutama digunakan untuk memperlancar jalannya zat kontras pada waktu

    pemeriksaan radiologik lambung dan duodenum, untuk mencegah atau mengurangi muntah

    akibat radiasi dan paska bedah. Mempermudah intubasi saluran cerna, menghilangkan mual,

    muntah, rasa terbakar di ulu hati, dan perasaan penuh setelah makan.

    Kontraindikasi obat ini adalah obstruksi, perdarahan, dan perforasi saluran cerna,

    epilepsi, feokromositoma, dan gangguan ekstrapiramidal. Efek samping yang dapat timbul

    yaitu mengantuk, diare, sembelit, dan gejala ekstrapiramidal.

    Metokloporamid tersedia dalam bentuk tablet 5 mg dan 10 m; sirup mengandung 5 mg/ 5 ml

    ; dan suntikan 10 mg/ 2 ml untuk penggunaan IM atau IV. Dosis dewasa adalah 5-10 mg 3

    kali sehari.

    7. Adona ( Karbazokrom Natrium Sulfonat)

  • 5/20/2018 Presus Lma

    33/39

    33

    Obat ini merupakan obat hemostatik yang indikasinya untuk perdarahan yang

    disebabkan menurunnya resistensi kapiler, perdarahan di kulit, mukosa membran, dan

    membran internal, nefrotik hemoragia dan metroragia, perdarahan abnormal selama atau

    paska operasi akibat penurunan resistensi kapiler.

    Dosis dewasa yaitu 30-90 mg/oral dibagi 3 dosis ; ampul (2 ml) IM atau SC 1 kali per

    hari; 1 ampul (5 ml) 2 ampul (10 ml) IV atau infuse 1 kali sehari. Dosis dapat ditambah

    atau dikurangi sesuai usia dan berat ringan gejala.

    8. Kalnex (Asam Traneksamat)

    Obat ini membantu mengatasi perdarahan berat akibat fibrinolisis yang berlebihan.

    Indikasinya antara lain untuk mengatasi hematuria yang berasal dari kandung kemih, prostat,

    dan uretra, serta mengurangi hematuria paska bedah secara bermakna.

    Efek samping dari obat ini adalah pruritus, eritema, ruam kulit, hipotensi, dyspepsia,

    mual, diare, inhibisi ejakulasi, eritema konjungtiva, dan hidung tersumbat. Efek samping

    yang paling berbahaya ialah thrombosis umum.

    Dosis dewasa dimulai dengan 5-6 g per oral atau infuse IV secara lambat, lalu 1 g tiap

    jam atau 6 g tiap 6 jam bila fungsi ginjal normal.

    9. Vitamin K

    Vitamin ini berguna untuk mengatasi perdarahan akibat defisiensi vitamin K dengan cara

    meningkatkan biosintesis beberapa faktor pembekuan darah, yaitu protrombin, faktor VII,faktor IX, dan faktor X yang berlangsung di hati.

    10.Vitamin C

    Vitamin ini bekerja sebagai suatu koenzim dan pada keadaan tertentu meupakan reduktor

    dan antioksidan. Vitamin C diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan skorbut, serta

    pengobatan penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan defisiensi vitamin C. Dosis

    yang dianjurkan minimal 150 mg.

    11.

    Ondansetron

    Ondansetron adalah suatu antagonis reseptor serotonin 5-HT3 selektif. Penggunaan

    Ondansetron adalah mencegah dan mengobati mual dan muntah pasca bedah. Diberikan

    dengan cara IV secara lambat, 4 mg, tanpa diencerkan dalam 1-5 menit. Jika perlu dosis

    dapat diulang. Awitan aksi terjadi dalam waktu

  • 5/20/2018 Presus Lma

    34/39

    34

    12.Reverse

    Reverse terdiri dari prostigmin dan sulfas atropin. Prostigmin merupakan pelumpuh otot

    atau antikolinesterase yang bekerja pada sambungan saraf-otot mencegah asetilkolin-esterase

    bekerja, sehingga asetilkolin dapat bekerja. Dosisnya yaitu 0,04-0,08 mg/kgBB.

    Penawar pelumpuh otot bersifat muskarinik menyebabkan hipersalivasi, berkeringat,

    bradikardi, kejang bronkus, hipermotilitas usus, dan pandangan kabur, sehingga

    pemberiannya harus disertai oleh obat vagolitik seperti atropin dosis 0,01-0,02 mg/kgBB

  • 5/20/2018 Presus Lma

    35/39

    35

    BAB III

    PEMBAHASAN

    Pada kasus ini, pasien perempuan, 21 tahun dengan diagnosis Tumor Mammae Dextra

    akan dilakuan tindakan Eksisi Biopsi. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

    pemeriksaan penunjang yang didapat, tidak ada kelainan, maka pasien dapat digolongkan dalam

    ASA I tanpa penyulit airway, hal ini mengacu pada tabel ASA (American Society

    Anesthesiologists) berikut.

    Kelas Definisi

    1 Pasien normal dan sehat

    2 Pasien dengan penyakit sistemik (tidak ada limitasi fungsional)

    3 Pasien dengan penyakit sistemik berat (beberapa limitasi fungsional)

    4Pasien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam nyawa setiap waktu (sudah

    tidak bisa melakukan aktivitas)

    5 Pasien yang tidak diharapkan selamat tanpa operasi

    6 Pasien mati otak yang organnya di ambil untuk donor organ

    EBila prosedur operasi merupakan emergensi, status fisik diikuti dengan E (contoh

    2E)

    Tabel 1. Klasifikasi status fisik pasien berdasarkan American Society Anesthesiologists

    (ASA).

    Sumber : Morgan, G.E, Mikhail, M.S, & Murray M.J., 2013. Clinical Anesthesiology edisi 5. United States of America:

    Lange Medical Books/McGraw-Hill; 2013

    Sebelum tindakan operasi, dilakukan persiapan pra anestesi 1-2 hari sebelum operasi

    dilaksanakan dengan tujuan :4

    1.

    Untuk mempersiapkan mental dan fisik pasien secara optimal

    2. Merencanakan dan memilih teknik dan obat-obatan anestesi yang sesuai

    3. Menentukan klasifikasi yang sesuai (berdasarkan klasifikasi ASA)

    Anestesi pada pasien ini adalah anestesi umum denganLaringeal Mask Airway.Alasan

    pemilihan teknik anestesi ini berdasarkan indikasi sebagai berikut :

  • 5/20/2018 Presus Lma

    36/39

    36

    Durasi operasi singkat dan faktor resiko rendah

    Dari pemeriksaan fisik dan penunjang didapatkan kondisi pasien cukup baik

    Lambung dalam keadaan kosong

    Tidak ada manipulasi kepala

    Posisi pasien terlentang

    Jalan nafas yang aman dan terjamin

    Pasien akan merasa lebih nyaman karena dalam keadaan tertidur, serta terhindar dari

    trauma terhadap operasi.

    Kondisi pasien lebih mudah dikendalikan sesuai dengan kebutuhan operasi.

    Waktu pulih sadar lebih cepat dengan kondisi nafas spontan.

    Alasan yang paling utama dipilihnya teknik anestesi ini ialah karena jenis operasi yang

    hendak dilakukan adalah eksisi biopsi dimana wilayah operasinya adalah di regio atas dari

    perut sehingga tidak mungkin dilakukan teknik anastesi spinal yang tidak boleh lebih tinggi

    dari L3-L4. Bila memakai teknik nafas spontan diperlukan obat anestesi banyak yang dapat

    mendepresi pernafasan dan jantung (hipotensi, bradikardi, nafas dangkal). Untuk mencegah

    pemakaian obat yang banyak pada operasi yang memerlukan otot lemas atau relaksasi

    sebaiknya digunakan teknik nafas kendali dengan memberikan obat pelumpuh otot jangka

    panjang. Dengan cara ini dicapai relaksasi otot yang baik tanpa menggunakan anestetika

    yang banyak dan menghindarkan anestesi yang terlalu dalam.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan status fisik menurut ASA, pasien ini termasuk ke dalam ASA I. Pada operasi

    ini, digunakan anastesi umum pemasangan LMA napas kendali agar memastikan bahwa jalan

    nafas yang selalu berada dalam kondisi terbuka dan mendapatkan ventilasi yang adekuat selama

    operasi, serta mencegah terjadinya aspirasi atau regurgitasi yang dapat menjadi penyulit semasaoperasi. Selain itu, teknik anestesi ini dapat juga digunakan karena durasi yang tidak terlalu lama

    dan pada kondisi-kondisi yang sulit untuk mempertahankan jalan nafas bebas dengan sungkup

    muka.

    Sejak insisi pertama kali dilakukan hinggga jahitan terakhir telah tercapai trias anestesia

    dengan pemberian obat-obatan anestesi seperti : fentanyl sebagai analgesik, atracurium sebagai

  • 5/20/2018 Presus Lma

    37/39

    37

    relaksan, propofol sebagai induksi, dan isofluran sebagai obat anestesi inhalasi dan juga sebagai

    maintenance anastesia bekerja dengan baik.

    Setelah operasi selesai, pasien segera dipindahkan ke recovery room. Pasien segera

    diperiksa nilai kesadarannya menggunakan Aldrette score. Penilaian tersebut mencakup

    penilaian terhadap kesadaran, warna kulit, aktivitas, kardiovaskuler dan respirasi. Pasien ini

    mendapat nilai 9/10. Pasien diperbolehkan dipindahkan ke ruang perawatan.

    Hasil tindakan anestesi yang baik didapatkan dengan persiapan yang baik dan tepat

    dengan dimulainya praanestesi, premedikasi, pemilihan teknik anestesi, pemilihan obat-obatan

    anestesi serta melakukan pengawasan tanda-tanda vital selama operasi dan tindakan pasca

    operasi.

  • 5/20/2018 Presus Lma

    38/39

    38

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Soenarto RF, Chandra S. Buku Ajar Anestesiologi. Jakarta : Departemen Anestesiologi

    danIntensive CareFakultas Kedokteran Universitas Kedokteran. 2012.

    2. American Heart Association.2006.circulation.No 133.December.Pp 898

    3. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi kedua.

    Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI; 2008.

    4. Morgan GE, Mikhail MS. Clinical Anesthesiology.3rd

    ed. Appleton & Lange Stamford

    2009; 110-125.

    5. Miller RD. Anesthesia 5th

    ed Churchill Livingstone Philadelphia.2010; 1585-1610.

    6. Syarif A, Sunaryo. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Fakultas Kedokteran

    Universitas Indonesia.2009.

  • 5/20/2018 Presus Lma

    39/39

    39

    LAMPIRAN KARTU

    ANESTESI