Top Banner

Click here to load reader

presus endometriosis

Nov 21, 2015

Download

Documents

diana.samanta

endometriosis
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB IPENDAHULUAN

Endometriosis adalah suatu penyakit yang lazim menyerang wanita di usia reproduksi. Penyakit ini merupakan kelainan ginekologis yang menimbulkan keluhan nyeri haid, nyeri saat senggama, pembesaran ovarium dan infertilitas.Endometriosis terjadi ketika suatu jaringan normal dari lapisan uterus yaitu endometrium menyerang organ-organ di rongga pelvis dan tumbuh di sana. Jaringan endometrium yang salah tempat ini menyebabkan iritasi di rongga pelvis dan menimbulkan gejala nyeri serta infertilitas (American Society Endometriosis,2009 ; Oepomo,2009)Jaringan endometriosis memiliki gambaran bercak kecil, datar, gelembung atau flek-flek yang tumbuh di permukaan organ-organ di rongga pelvis. Flek-flek ini bisa berwarna bening, putih, coklat, merah, hitam, atau biru. Jaringan endometriosis dapat tumbuh di permukaan rongga pelvis, peritoneum, dan organ-organ di rongga pelvis, yang kesemuanya dapat berkembang membentuk nodul-nodul. Endometriosis bisa tumbuh di permukaan ovarium atau menyerang bagian dalam ovarium dan membentuk kista berisi darah yang disebut sebagai kista endometriosis atau kista coklat. Kista ini disebut kista coklat karena terdapat penumpukan darah berwarna merah coklat hingga gelap. Kista ini bisa berukuran kecil seukuran kacang dan bisa tumbuh lebih besar dari buah anggur. Endometriosis dapat mengiritasi jaringan di sekitarnya dan dapat menyebabkan perlekatan (adhesi) akibat jaringan parut yang ditimbulkannya (American Society Endometriosis,2009).Endometriosis terjadi pada 10-14% wanita usia reproduksi dan mengenai 40-60% wanita dengan dismenorhea dan 20-30% wanita subfertil. Saudara perempuan dan anak perempuan dari wanita yang menderita endometriosis berisiko 6-9 kali lebih besar untuk berkembang menjadi endometriosis. Endometriosis menyebabkan nyeri panggul kronis berkisar 70%. Risiko untuk menjadi tumor ovarium adalah 15-20%, angka kejadian infertilitas berkisar 30-40%, dan risiko berubah menjadi ganas 0,7-1%. Endometriosis sekalipun sudah mendapat pengobatan yang optimum memiliki angka kekambuhan sesudah pengobatan berkisar 30% (Oepomo,2009).Penanganan endometriosis baik secara medikamentosa maupun operatif tidak memberikan hasil yang memuaskan disebabkan patogenesis penyakit tersebut belum terungkap secara tuntas. Keberhasilan penanganan endometriosis hanya dapat dievaluasi saat ini dengan mempergunakan laparoskopi. Laparoskopi merupakan tindakan yang minimal invasif tetapi memerlukan keterampilan operator, biaya tinggi dan kemungkinan dapat terjadi komplikasi dari yang ringan sampai berat. Alasan yang dikemukakan tadi menyebabkan banyak penderita endometriosis yang tidak mau dilakukan pemeriksaan laparoskopi untuk mengetahui apakah endometriosis sudah berhasil diobati atau tidak (Oepomo,2009). Berikut ini akan disampaikan kasus seorang pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat VK Rumah Sakit Margono Soekarjo dengan keluhan benjolan di perut bawah disertai keluhan tambahan berupa nyeri haid yang hebat. Pasien ini didiagnosis sebagai kista endometriosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, serta diperkuat oleh temuan operasi laparatomi yang dilakukan pada pasien ini.

BAB IILAPORAN KASUS

II.1. IDENTITAS PASIENNama: Ny. TUsia: 30 tahunPendidikan: SMPAgama: IslamSuku/bangsa: JawaPekerjaan: Ibu Rumah TanggaAlamat: Desa Pangobogan Kulon Cilongok RT 01/07Tanggal/Jam Masuk : 26 September 2013/ Pukul 15.00 WIB

II.2. ANAMNESISKeluhan Utama: AutoanamnesaPerut semakin membesarRiwayat penyakit sekarangPasien datang ke IGD Rumah Sakit Margono Soekarjo dengan keluhan perut semakin membesar disertai dengan sesak. Sejak 10 bulan yang lalu pasien mengeluhkan nyeri haid yang sangat hebat sekali, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan terus menerus selama haid, Haid berlangsung selama 7 hari, ganti pembalut tiga sampai emat kali dalam satu hari. Kemampuan pasien menjalankan aktifitasnya setiap hari berkurang dikarenakan sakitnya, nyeri saat bersenggama disangkal, riwayat perdarahan di luar siklus haid disangkal. 4 bulan yang lalu pasien mengeluhkan teraba benjolan pada perut bagian bawah sebesar telur ayam terasa lunak dan mudah digerakan tidak terasa nyeri, semakin lama benjolan semakin membesar hingga sekarang sebesar kepala bayi. Pasien rutin berobat di dokter, diberikan obat setelah diberkan obat keluhan nyeri saat hadi pasien berkurang. Pasien tidak mengeluhkan demam, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, mual muntah maupun gangguan pada buang air kecil dan buang air besar. Tidak ada riwayat pengeluaran darah di luar haid. Riwayat Menstruasi Menarche: usia 14 tahun Sebelum terdiagnosis kista: lama mens 8 hari, siklus 28 hari, ada nyeri saat mens, dalam sehari 3 kali ganti pembalut Setelah terdiagnosis kista: lama mens 8 hari, siklus 28 hari, tidak ada nyeri saat mens, dalam sehari 3 kali ganti pembalut.Riwayat ObstetriP0A0 Riwayat Menikah1 kali / 8 tahunRiwayat KB Pasien tidak pernah menggunakan KBRiwayat Penyakit Dahulu Riwayat penyakit darah tinggi disangkal Riwayat asma disangkal Riwayat penyakit jantung disangkal Riwayat kencing manis disangkalRiwayat Penyakit Keluarga Riwayat keluhan yang sama disangkal Riwayat penyakit darah tinggi disangkal Riwayat asma disangkal Riwayat Penyakit jantung disangkal Riwayat kencing manis disangkal Riwayat penyakit keganasan dalam keluarga disangkal

Riwayat KebiasaanMakan-makanan gorengan terutama mendoan,mie ayam,dan jarang makan sayur.

II.3. PEMERIKSAAN FISIKPemeriksaan Fisik UmumStatus Pasien: Keadaan umum: Sedang Kesadaran: Compos mentis Tekanan darah: 120/80 mmHg Nadi: 100 x/menit Pernapasan: 24 x/menit Suhu badan: 36,7 C Tinggi badan: 147 cm Berat badan: 40 kg Gizi: Kurang Mata : Konjungtiva palpebra mata kanan dan kiri tidak anemis, tidak ada sklera ikterik pada mata kanan dan kiri. Telinga: Tidak ada ottorhea. Hidung: Tidak keluar secret Mulut: Mukosa bibir tidak sianosis Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

ThoraxParuInspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris (tidak ada gerakan nafas yang tertinggal), tidak ada retraksi spatium intercostalis.Palpasi: Gerakan dada simetris, vocal fremitus kanan sama dengan kiriPerkusi : Sonor pada seluruh lapang paruAuskultasi: Suara dasar nafas vesikuler, tidak terdapat ronkhi basah kasar di parahiler dan ronkhi basah halus di basal pada kedua lapang paru, tidak ditemukan wheezing.JantungInspeksi: Tidak tampak pulsasi ictus cordis pada dinding dada sebelah kiri atas.Palpasi: Teraba ictus cordis, tidak kuat angkat di SIC V, 2 jari medial LMC sinistraPerkusi: Batas jantung kanan atas SIC II LPSD Batas jantung kanan bawah SIC IV LPSD Batas jantung kiri atas SIC II LPSS Batas jantung kiri bawah SIC V LMCSAuskultasi: S1>S2 reguler, tidak ditemukan murmur, tidak ditemukan gallop.AbdomenInspeksi: Perut datar, tidak tampak benjolan, striae (-)Auskultasi : Bising usus (+) normalPerkusi : Timpani, shifting dullness (-), pekak didaerah masaPalpasi: Teraba masa di regio suprapubis sebesar kepala bayi dengan konsistensi kistik, permukaan licin, batas tegas,mobile, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)

Status Genitaliaa. Status Genitalia Eksterna Mons pubis: Distribusi rambut pubis merata Labia mayora: Massa (-), hiperemis (-) Labia minora: Massa (-), hiperemis (-) Introitus vagina: Fluksus (-), fluor albus (-), massa (-), hiperemis (-), pembesaran kelenjar bartholini (-) Orifisium uretra eksterna: Dalam batas normal

b. Inspekulo Discharge: Fluor albus (-), fluksus (-) Dinding vagina: Licin (+), hiperemis (-), massa (-), edema (-), ruggae vaginales (+) Portio: Posisi posterior, ukuran sebesar telur ayam, permukaan rata (+), benjolan (-), tampak licin (+), erosi (-), hiperemis (-), fluksus (-) Ostium uteri eksternum: tertutup Fornix: Menonjol (-)c. Palpasi Bimanual Dinding vagina: Teraba licin, nyeri tekan (-), massa (-), ruggae vaginales (+) Portio: Ukuran sebesar ibu jari kaki, permukaan licin, rata, tidak berbenjol-benjol, konsistensi kenyal, portio tebal, dan ikut bergerak saat massa abdomen digerakan Ostium uteri eksternum: tertutup Corpus uteri: Sulit dinilai Adnexa sinistra: Massa (-), ovarium teraba, nyeri tekan (-) Adnexa dekstra: Massa (+), ukuran sebesar kepala bayi, konsistensi kistik permukaan rata di antara massa padat, permukaan rata, mobile, nyeri tekan (-) II.4. RESUME MASUKP0A0, 30 tahun, masuk Rumah Sakit Prof. DR. Margono Soekarjo tanggal 26 September 2013 pukul 15.00 WIB dari Instalansi Gawat Darurat VK Rumah Sakit Margono Soekarjo dengan keluhan perut semakin membesar disertai dengan sesak. Sejak 10 bulan yang lalu pasien mengeluhkan nyeri haid yang sangat hebat sekali, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, nyeri dirasakan terus menerus selama haid, Haid berlangsung selama 7 hari, ganti pembalut tiga sampai emat kali dalam satu hari. 4 bulan yang lalu pasien mengeluhkan teraba benjolan pada perut bagian bawah sebesar telur ayam tangan terasa lunak dan mudah digerakan tidak terasa nyeri, semakin lama benjolan semakin membesar hingga sekarang sebesar kepala bayi. Pasien rutin berobat di dokter, diberikan obat setelah diberkan obat keluhan nyeri saat hadi pasien berkurang. Status Praesens:KU: SedangKes: Compos Mentis

TD: 120/80 mmHgS: 36,4 CN: 100 x/menitR: 22 x/menitII.5. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan USG (28/09/2013): Masa kistik dengan septasi dan ada bagian solid didalamnya, ukuran tidak terjangkai probe pada regio kavum pelvis sampai kavum abdomen Curiga berasl dari adneksa. Tak tampak kelainan pada sonografi organ-organ intra abdomen di atas.

Pemeriksaan Foto Thoraks PA (28/09/2013):Cor: CTR 3cm) dan multilokus, dan bisa tampak seperti kista coklat karena penimbunan darah dan debris ke dalam rongga kista. 3) Deep Nodular EndometriosisPada endometriosis jenis ini, jaringan ektopik menginfiltrasi septum rektovaginal atau struktur fibromuskuler pelvis seperti uterosakral dan ligamentum utero-ovarium. Nodul-nodul dibentuk oleh hiperplasia otot polos dan jaringan fibrosis di sekitar jaringan yang menginfiltrasi. Jaringan endometriosis akan tertutup sebagai nodul, dan tidak ada perdarahan secara klinis yangberhubungan dengan endomeriosis nodular dalam. Ada banyak klasifikasi stadium yang digunakan untuk mengelompokkan endometriosis dari ringan hingga berat, dan yang paling sering digunakan adalah sistem American Fertility Society (AFS) yang telah direvisi (Tabel 1). Klasifikasi ini menjelaskan tentang lokasi dan kedalaman penyakit berikut jenis dan perluasan adhesi yang dibuat dalam sistem skor. Berikut adalah skor yang digunakan untuk mengklasifikasikan stadium:9 Skor 1-5: Stadium I (penyakit minimal) Skor 6-15: Stadium II (penyakit sedang) Skor 16-40: Stadium III (penyakit berat) Skor >40: Stadium IV (penyakit sangat berat)

Martin pada tahun 2006 mengusulkan sistem kalsifikasi stadium untuk mengetahui tingkat kepercayaan dari tindakan laparaskopi diagnostik terhadap endometriosis. Tingkat kepercayaan laparaskopi terdiri atas 4 tingkatan: Tingkat 1: Mungkin endometriosis Vesikel peritoneal, polip merah, polip kuning, hipervaskularisasi, jaringan parut, adhesi Tingkat 2: Diduga endometriosis Kista coklat dengan aliran bebas dari cairan coklat. Tingkat 3: Pasti endometriosis Lesi jaringan parut gelap, lesi merah dengan latar belakang jaringan ikat sebagai jaringan parut, kista coklat dengan area mottle merah dan gelap dengan latar belakang putih. Tingkat 4: Endometriosis Lesi gelap dan jaringan parut pada pembedahan pertama

Tabel 1 Derajat Endometriosis berdasarkan skoring dari Revisi AFSPeritoneumEndometriosis3 cm

Permukaan124

Dalam246

OvariumKananPermukaan124

Dalam41620

KiriPermukaan124

Dalam41620

Perlekatan kavum DouglasiSebagian Komplit

440

OvariumPerlekatan 2/3

Kanan Tipis 124

Tebal 4816

Kiri KiriTipis124

Tebal 4816

TubaKananTipis124

Tebal4816

Kir KiriTipis 124

Tebal 4816

F. PatologiGambaran mikroskopik dari endometrium sangat variabel. Lokasi yang sering terdapat ialah pada ovarium dan biasanya bilateral. Pada ovarium tampak kista-kista biru kecil sampai besar berisi darah tua menyerupai coklat. Darah tua dapat keluar sedikit-sedikit karena luka pada dinding kista dan dapat menyebabkan perlekatan antara permukaan ovarium dengan uterus, sigmoid dan dinding pelvis. Kista coklat kadang-kadang dapat mengalir dalam jumlah banyak ke dalam rongga peritoneum karena robekan dinding kista dan menyebabkan akut abdomen. Tuba pada endometriosis biasanya normal (Prawirohardjo,2002).Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan ciri-ciri khas bagi endometriosis yakni kelenjar-kelenjar dan stroma endometrium dan perdarahan bekas dan baru berupa eritrosit, pigmen hemosiderin dan sel-sel makrofag berisi hemosiderin. Disekitarnya tampak sel-sel radang dan jaringan ikat sebagai reaksi dari jaringan normal disekelilingnya. Jaringan endometriosis seperti juga jaringan endometrium di dalam uterus dapat dipengaruhi oleh estrogen dan progesteron. Sebagai akibat dari pengaruh hormon-hormon tersebut, sebagian besar sarang endometriosis berdarah secara periodik yang menyebabkan reaksi jaringan sekelilingnya berupa radang dan perlekatan (Prawirohardjo,2002).Pada kehamilan dapat ditemukan reaksi desidual jaringan endometriosis. Apabila kehamilannya berakhir, reaksi desidual menghilang disertai dengan regresi sarang endometriosis. Pengaruh baik dari kehamilan kini menjadi dasar pengobatan endometriosis dengan hormon untuk mengadakan apa yang dinamakan kehamilan semu (pseudopregnancy) (Prawirohardjo,2002).G. GejalaPenderita endometriosis bisa datang dengan keluhan nyeri panggul, terutama bila datang haid, infertilitas, disparenia, perdarahan uterus abnormal, rasa nyeri atau berdarah ketika kencing atau pada rectum dalam masa haid. Gejala-gejala endometriosisi datangnya berkala dan bervariasi sesuai datangnya haid tetapi bisa menetap. Banyak penderita endometriosis yang tidak bergejala, dan terdapat sedikit korelasi antara hebatnya gejala dengan beratnya penyakit. Adapun gambaran klinis endometriosis menurut Sarwono yaitu :a) Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan selama haid (dismenore).Dismenorea pada endometriosis biasanya merupakan rasa nyeri waktu haid yang semakin lama semakin hebat. Sebab dari dismenorea ini tidak diketahui secara pasti tetapi mungkin ada hubungannya dengan vaskularisasi dan perdarahan di dalam kista endometriosis pada waktu sebelum dan semasa haid. Jika kista endometriumnya besar dan terdapat perlengketan ataupun jika lesinya melibatkan peritoneum usus, keluhan dapat berupa nyeri abdomen bawah atau pelvis yang konstan dengan intensitas yang berbeda-beda b) DispareuniaMerupakan keadaan yang sering dijumpai disebabkan oleh karena adanya endometriosis di kavum douglasi.c) Nyeri pada saat defekasiDefekasi yang sukar dan sakit terutama pada waktu haid disebabkan oleh karena adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid.d) Gangguan Haid (Polimenorea dan hipermenorea)Gangguan haid dan siklusnya terjadi apabila kelainan pada ovarium demikian luasnya sehingga fungsi ovarium terganggu.Menstruasi tidak teratur terdapat pada 60% wanita penderita. Pasien mungkin mengeluhkan bercak merah premenstruasi, perdarahan menstruasi dalam jumlah banyak (menoragia), atau frekuensi menstruasi yang lebih sering dan banyak mengeluarkan darah. e) InfertilitasAda korelasi yang nyata antara endometriosis dan infertilitas. 30%-40% wanita dengann endometriosis menderita infertilitas. Infertil adalah kondisi dimana kegagalan pasangan dalam menghasilkan hasil konsepsi atau hamil setelah berusaha berhubungan seksual sedikitnya 3-4 kali dalam seminggu tanpa menggunakan kontrasepsi selama satu tahun. Pada infertile primer, kehamilan tidak pernah terjadi pada istri walaupun bersenggama tanpa usaha kontrasepsi selama kurun waktu 1 tahun. Infertilitas sekunder adalah kondisi dimana istri pernah hamil , tetapi tidak dapat hamil lagi setelah berusaha selama kurun waktu 1 tahun (Kmietowicz, 2004). Faktor penting yang menyebabkan infertilitas pada endometriosis adalah apabila mobilitas tuba terganggu karena fibrosis dan perlekatan jaringan di sekitarnya. nfertilitas dan endometriosis sangat dekat hubungannya. Pada beberapa wanita, kondisi infertil adalah tanda utama terkena endometriosis. Banyak wanita subur yang terdiagnosis endometriosis akan menjadi infertile. Beberapa wanita yang terkena endometriosis tidak sepenuhnya dapat dijelaskan mengapa dapat menyebabkan infertilitas. Sebuah penelitian telah menunjukkan bahwa pengobatan bedah dapat meningkatkan kemungkinan kehamilan. Pada wanita yang berisiko yang diperparah oleh jaringan parut, kista ovary, dan tingkat kesuburan dapat menghambat transportasi sel telur, sperma atau embrio (DHooghe, 2003). Insidensi wanita endometriosis dengan subinfertil sekitar 20-30%, sedangkan wanita infertile jauh lebih besar insidensi terkena endometriosis dari pada wanita yang subur, perbandingannya 13-33% dibanding 4-8% (DHooghe, 2003). Selanjutnya, Matorras dan Colleagues (2001) mencatat bahwa terjadi peningkatan prevalensi stadium endometriosis pada wanita infertile. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya adhesi dari endometriosis dan kerusakan oosit yang disalurkan oleh tuba falopi. Selain gangguan mekanis ovulasi dan pembuahan, juga berdampak dalam patogenesis infertilitas pada wanita dengan endometriosis. Dampak tersebut tersebut termasuk gangguan dalam ovarium dan fungsi kekebalan serta implantasi (Matorras Dan Kolega 2001). Pada pemeriksaaan ginekologik khususnya pemeriksaan vagina-rekto-abdominal, ditemukan pada endometriosis ringan benda-benda padat seperti butir beras sampai butir jagung di kavum douglas dan pada ligamentum sakrouterinum dengan uterus dalam posisi retrofleksi dan terfiksasi. (Wiknjosastro, Hanifa.2007)H. TandaTanda-tanda fisik dari endometriosis yaitu rahim yang terfiksasi ke belakang, terdapat benjolan pada ligamentum sakrouterina dan dalam kavum douglasi, massa adneksa yang asimetris, dan nyeri pada pemeriksaan bimanual. Luka yang terlihat pada pemeriksaan speculum adalah sangat menunjukan endometriosis, dan jika ada harus dilakukan pemeriksaan biopsy. (Rayburn, F. William.2001).I. DiagnosisSecara klinis endometriosis sering sulit dibedakan dari penyakit radang pelvis atau kista ovarium lainnya. Visualisasi endometriosis diperlukan untuk memastikan diagnosis. Cara yang biasa dilakukan untuk menegakan diagnose yaitu dengan melakukan pemeriksan laparoskopi untuk melihat luka dan mengambil specimen biopsy. Pemeriksaan ultrasonografi pelvis bias membantu untuk menilai massa dan bisa menduga adanya endometriosis. Kadar antigen kanker 125 (CA-125) tinggi pada penderita endometriosis. (Rayburn, F. William.2001)Adapun Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan yaitu :a) LaparoskopiBila ada kecurigaan endometriosis panggul , maka untuk menegakan diagnosis yang akurat diperlukan pemeriksaan secara langsung ke rongga abdomen per laparoskopi. Pada lapang pandang laparoskopi tampak pulau-pulau endometriosis yang berwarna kebiruan yang biasanya berkapsul. Pemeriksaan laparoskopi sangat diperlukan untuk mendiagnosis pasti endometriosis, guna menyingkirkan diagnosis banding antara radang panggul dan keganasan di daerah pelviks. Moeloek mendiagnosis pasien dengan adneksitis pada pemeriksaam dalam, ternyata dengan laparoskopi kekeliruan diagnosisnya 54%, sedangkan terhadap pasien yang dicurigai endometriosis, kesesuaian dengan pemeriksaan laparoskopi adalah 70,8%.b) Pemeriksaan UltrasonografiSecara pemeriksaan, USG tidak dapat membantu menentukan adanya endometriosis, kecuali ditemukan massa kistik di daerah parametrium, maka pada pemeriksaan USG didapatkan gambaran sonolusen dengan echo dasar kuat tanpa gambaran yang spesifik untuk endometriosis.

J. Diagnosis Banding Adenomiosis uteri, radang pelvik, dengan tumor adneksa dapat menimbulkan kesukaran dalam diagnosis. Pada kelainan di luar endometriosis jarang terdapat perubahan-perubahan berupa benjolan kecil di kavum Douglasi dan ligamentum sakrouterina. Kombinasi adenomiosis uteri atau mioma uteri dengan endometriosis dapat pula ditemukan. Endometriosis ovarii dapat menimbulkan kesukaran diagnosis dengan kista ovarium. Sedangkan endometriosis yang berasal dari rektosigmoid perlu dibedakan dari karsinoma (Prawirohardjo,2002). K. PenatalaksanaanEndometriosis bisa diterapi dengan medikamentosa dan/atau pembedahan. Pengobatan endometriosis juga bertujuan untuk menghilangkan nyeri dan/atau memperbaiki fertilitas Stoppler, Kapoor,2009);1) Endometriosis dan subfertilitas Adhesi peritubal and periovarian dapat menginterferensi dengan transportasi ovum secara mekanik dan berperan dalam menyebabkan subfertilitas. Endometriosis peritoneal telah terbukti berperan dalam menyebabkan subfertilitas dengan cara berinterferensi dengan motilitas tuba, follikulogenesis, dan fungsi korpus luteum. Aromatase dipercaya dapat meningkatkan kadar prostaglandin E melalui peningkatan ekspresi COX-2. Endometriosis juga dapat menyebabkan subfertilitas melalui peningkatan jumlah sperma yang terikat ke epitel ampulla sehingga mempengaruhi interaksi sperm-endosalpingeal. Pemberian medikamentosa pada endometriosis minimal atau sedang tidak terbukti meningkatkan angka kehamilan. Endometriosis sedang sampai berat harus dioperasi. Pilihan lainnya untuk mendapatkan kehamilan ialah inseminasi intrauterin, superovulasi, dan fertilisasi invitro. Pada suatu penelitian case-contol, rata-rata kehamilan dengan injeksi sperma intrasitoplasmik tidak dipengaruih oleh kehadiran endometriosis. Lebih jauh, analisi lainnya menunjukkan peningkatan kejadian kehamilan akibat fertilisasi in vitro dengan preterapi endometriosis tingkat 3 dan 4 dengan agonis gonadotropin-releasing hormone (GnRH).2) Terapi interval Beberapa peneliti percaya bahwa endometriosis dapat ditekan dengan pemberian profilaksis berupa kontrasepsi oral kombinasi berkesinambungan, analog GnRH, medroksiprogesteron, atau danazol sebagai upaya untuk meregresi penyakit yang asimtomastik dan mengatasi fertilitas subsekuen. Ablasi melalui pembedahan untk endometriosis simptomatik juga dapat meningkatkan kesuburan dalam 3 tahun setelah follow-up. Tidak ada hubungan antara endometriosis dengan abortus rekuren dan tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa terapi medikamentosa atau pembedahan dapat mengurangi angka kejadian abortus. Terapi medis: pil kontrasepsi oral kombinasi, danazol, agen progestational, dan analog GnRH. Semua obat ini memiliki efek yang sama dalam mengurangi nyeri dan durasinya. Pil kontrasepsioral kombinasi berperan dalam supresi ovarium dan memperpanjang efek progestin. Semua agen progesteron berperan dalam desidualisasi dan atrofi endometrium.a. Medroksiprogesteron asetat berperan dalam mengurangi nyeri.b. Megestrol asetat juga memiliki efek yang sama c. The levonorgestrel intrauterine system (LNG-IUS) berguna dalam mengurangi nyeri akibat endometriosis. Analog GnRH berguna untuk menurunkan gejala nyeri, namun tidak berefek dalam meningkatkan angka fertilitas. Terapi dengan GnRH menurunkan gejala nyeri pada 85-100% wanita dengan endometriosis. Danazol berperan untuk menghambat siklus follicle-stimulating hormone (FSH) and luteinizing hormone (LH) dan mencegah steroidogenesis di korpus luteum. 3) Terapi BedahTerapi bedah bisa diklasifikasikan menjadi terapi bedah konservatif jika fungsi reproduksi berusaha dipertahankan, semikonservatif jika kemampuan reproduksi dikurangi tetapi fungsi ovarium masih ada, dan radikal jika uterus dan ovarium diangkat secara keseluruhan. Usia, keinginan untuk memperoleh anak lagi, perubahan kualitas hidup, adalah hal-hal yang menajdi pertimbangan ketika memutuskan suatu jenis tindakan operasi.6, 13,14a) Pembedahan konservatifTujuannya adalah merusak jaringan endometriosis dan melepaskan perlengketan perituba dan periovarian yang menjadi sebab timbulnya gejala nyeri dan mengganggu transportasi ovum. Pendekatan laparoskopi adalah metode pilihan untuk mengobati endometriosis secara konservatif. Ablasi bisa dilakukan dengan dengan laser atau elektrodiatermi. Secara keseluruhan, angka rekurensi adalah 19%. Pembedahan ablasi laparoskopi dengan diatermi bipolar atau laser efktif dalam menghilangkan gejala nyeri pada 87%. Kista endometriosis dapat diterapi dengan drainase atau kistektomi. Kistektomi laparoskopi mengobati keluhan nyeri lebih baik daripada tindakan drainase. Terapi medis dengan agonis GnRH mengurangi ukuran kista tetapi tidak berhubungan dengan hilangnya gejala nyeri.b) Flushing tuba dengan media larut minyak dapat meningkatkan angka kehamilan pada kasus infertilitas yang berhubungan dengan endometriosis.c) Untuk dismenorhea yang hebat dapat dilakukan neurektomi presakral. Bundel saraf yang dilakukan transeksi adalah pada vertebra sakral III, dan bagian distalnya diligasi. d) Laparoscopic Uterine Nerve Ablation (LUNA) berguna untuk mengurangi gejala dispareunia dan nyeri punggung bawah. e) Untuk pasien dengan endometriosis sedang, pengobatan hormonal adjuvant postoperative efektif untuk mengurangi nyeri tetapi tidak ada berefek pada fertilitas. Analog GnRH, danazol, dan medroksiprogesteron berguna untuk hal ini.4) Pembedahan semikonservatifIndikasi pembedahan jenis ini adalah wanita yang telah melahirkan anak dengan lengkap, dan terlalu muda untuk menjalani pembedahan radikal, dan merasa terganggu oleh gejala-gejala endometriosis. Pembedahan yang dimaksud adalah histerektomi dan sitoreduksi dari jaringan endometriosis pelvis. Kista endometriosis bisa diangkat karena sepersepuluh dari jaringan ovarium yang berfungsi diperlukan untuk memproduksi hormon. Pasien yang dilakukan histerektomi dengan tetap mempertahankan ovarium memiliki risiko enam kali lipat lebih besar untuk mengalami rekurensi dibandingkan dengan wanita yang dilakukan histerektomi dan ooforektomi. Terapi medis pada wanita yang telah memiliki cukup anak yang juga memiliki efek dalam mereduksi gejala.5) Pembedahan radikala) Histerektomi total dengan ooforektomi bilateral dan sitoreduksi dari endometrium yang terlihat. Adhesiolisis ditujukan untuk memungkinkan mobilitas dan menormalkan kembali hubungan antara organ-organ di dalam rongga pelvis. b) Obstruksi ureter memerlukan tindakan bedah untuk mengeksisi begian yang mengalami kerusakan. Pada endometriosis dengan obstruksi usus dilakukan reseksi anastomosis jika obstruksi berada di rektosigmoid anterior.

Gambar 3 Alogaritma Penatalaksanaan EndometriosisL. PrognosisEndometriosis dapat mengalami rekurensi kecuali telah dilakukan dengan histerektomi dan ooforektomi bilateral. Angka kejadian rekurensi endometriosis setelah dilakukan terapi pembedahan adalah 20% dalam waktu 5 tahun. Ablasi komplit dari endometriosis efektif dalam menurunkan gejala nyeri sebanyak 90% kasus. Beberapa ahli mengatakan eksisi lesi adalah metode yang baik untuk menurunkan angka kejadian rekurensi dari gejala-gejala endometriosis. Pada kasus infertilitas, keberhasilan tindakan bedah berhubungan dengan tingkat berat ringannya penyakit. Pasien dengan endometriasis sedang memiliki peluang untuk hamil sebanyak 60%, sedangkan pada kasus-kasus endometriosis yang berat keberhasilannya hanya 35% (Sud,1999).

BAB VPENUTUP

V.1. KESIMPULAN DAN SARANKista Endometriosis merupakan salah satu bentuk penyakit reproduksi yang banyak menyerang wanita. Penyakit ini awalnya berupa Endometriosis.Endometriosis ini terjadi pada 10-14% wanita usia reproduksi dan mengenai 40-60% wanita dengan dismenorhea dan 20-30% wanita subfertil Endometriosis menyebabkan nyeri panggul kronis berkisar 70%. Risiko untuk menjadi tumor ovarium adalah 15-20%, angka kejadian infertilitas berkisar 30-40%, dan risiko berubah menjadi ganas 0,7-1%. Endometriosis sekalipun sudah mendapat pengobatan yang optimum memiliki angka kekambuhan sesudah pengobatan berkisar 30%Pada pasien dengan kista Endometriosis sebaiknya dilakukan penanganan medis segera agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut , yang dapat menyebabkan perkembangan kista ke arah keganasan, serta menjaga pola hidup sehat, salah satunya dengan tidak mengkonsumsi makanan yang berpontesi sebagai karsinogen.

14