PRESENTASI KASUS DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI RINGAN-SEDANG Disusun Oleh : Sherly Margarani Dwiantari FK UPN “Veteran” Jakarta (1210221055) Tutor : dr. Erita Ilyas, SpA Moderator : dr. Dwi SP, SpA DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO i
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PRESENTASI KASUS
DIARE AKUT DENGAN DEHIDRASI RINGAN-SEDANG
Disusun Oleh :
Sherly Margarani Dwiantari
FK UPN “Veteran” Jakarta
(1210221055)
Tutor :
dr. Erita Ilyas, SpA
Moderator :
dr. Dwi SP, SpA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
JAKARTA
2013
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulisan presentasi kasus ini dapat diselesaikan. Presentasi kasus ini
berjudul “Diare Akut dengan Dehidrasi Ringan-Sedang”.
Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dari berbagai pihak sehingga
penyusunan presentasi kasus ini dapat berjalan dengan lancar dan dengan rendah hati
disampaikan rasa terima kasih kepada :
1. dr. Erita Ilyas, SpA sebagai tutor penulis dalam penyusunan presentasi kasus ini.
2. dr. Dwi SP, SpA sebagai moderator penulis dalam presentasi kasus ini.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian presentasi kasus ini.
Penulis menyadari bahwa hasil laporan yang dituliskan di dalam presentasi kasus ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mohon maaf apabila terdapat banyak
kekurangan pada pada laporan ini. Untuk itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
yang membangun ke arah penyempurnaan dalam penulisannya dan berharap kiranya
Dari pemeriksaan fisik di dapatkan kesadaran pasien compos mentis dengan
keadaan umum tampak sakit ringan dan rewel. Dari tanda-tanda vital didapatkan
febris, tanda vital lainnya dalam batas normal. pada pemeriksaan lokalis pada bagian
kepala, THT, leher, jantung, paru, abdomen dan ekstremitas hasilnya dalam batas
normal. pada pemeriksaan mata terlihat mata tampak cekung.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil masih dalam batas normal.
F. DIAGNOSIS KERJA
- Diare akut sekretorik dengan dehidrasi ringan-sedang
G. DIAGNOSIS BANDING
- Diare akut osmotik dengan dehidrasi ringan-sedang
- Inflamatory Bowel Disease
H. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
- Lanjutkan ASI dan PASI
8
Medikamentosa
- IVFD RL 500 cc/ 24 jam.
- Inj. Amoksisilin 3x200 mg.
- Paracetamol syr 3x cth
- Vometa 3x 0.5 cc
- Zinkid 1x20mg (p.o)
- Oralit / kali mencret
- Lacto-B 2x 1 sach I (p.o)
I. PROGNOSIS
Qua ad vitam : dubia ad boman
Qua ad fuctionam : dubia ad bonam
Qua ad sanationam : dubia ad bonam
J. FOLLOW UP
Tanggal 2 November 2013Hari perawatan ke I
Tanggal 3 November 2013Hari perawatan ke II
S Demam (+), tampak kehausan (+), mencret (+) 6 kali, konsistensi lunak, tidak ada darah, tidak ada lendir, warna kuning, bau asam.,muntah (+), makan minum (+)
Demam (+), tampak kehausan (+), mencret (+) 5 kali, konsistensi lunak, tidak ada darah, tidak ada lendir, warna kuning, bau asam.,muntah(+), makan minum (+)
O KU/Kes : Tampak sakit ringan /ComposmentisStatus mental : tenangTanda-tanda vital :
Kepala : nomochepal, UUB belum menutup, datar.Mata : Mata cekung +/+, tidak ada Konjungtiva anemis , tidak ada sclera ikterik.Telinga : liang telinga lapang, sekret -/-Hidung : tidak ada sekret, tidak ada napas cuping hidung. Mulut: mukosa bibir lembabLeher : tidak ada pembesaran KGBThorax : BJ I-II regular, tidak ada murmur, tidak ada
Kepala : nomochepal, UUB belum menutup, datar.Mata : Mata cekung +/+, tidak ada Konjungtiva anemis , tidak ada sclera ikterik.Telinga : liang telinga lapang, sekret -/-Hidung : tidak ada sekret, tidak ada napas cuping hidung. Mulut: mukosa bibir lembabLeher : tidak ada pembesaran KGBThorax : BJ I-II regular, tidak ada murmur, tidak ada
9
gallop.Suara napas Vesikuler, tidak ada Rhonki, tidak ada Wheezing.Abdomen : datar, supel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, turgor kulit abdomen baik.Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2”
gallop.Suara napas Vesikuler, tidak ada Rhonki, tidak ada Wheezing.Abdomen : datar, supel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, turgor kulit abdomen baik.Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2”
A Diare akut sekretorik dengan dehidrasi ringan-sedang.
Diare akut sekretorik dengan dehidrasi ringan-sedang
P IVFD RL 500 cc/ 24 jam.
Vometa 3x 0.5 cc
Zinkid 1x20mg (p.o)
Oralit / kali mencret
ASI dan PASI dilanjutkan
IVFD RL 500 cc/ 24 jam.
Vometa 3x 0.5 cc
Zinkid 1x20mg (p.o)
Oralit / kali mencret
ASI dan PASI dilanjutkan
Tanggal 4 November 2013
Hari perawatan ke 3
Tanggal 5 November 2013
Hari perawatan ke 4
S Demam (+), tampak kehausan (-), mencret (+) 5 kali, konsistensi lunak, tidak ada darah, tidak ada lendir, warna kuning, bau asam.,muntah (-), makan minum (+)
Demam (+), tampak kehausan (-), BAB 3 kali, konsistensi lunak, tidak ada darah, tidak ada lendir, warna kuning, bau asam., muntah (-), makan minum (+)
O KU/Kes : Tampak sakit ringan /ComposmentisStatus mental : tenangTanda-tanda vital :
Kepala : nomochepal, UUB belum menutup, datar.Mata : Mata cekung +/+, tidak ada Konjungtiva anemis , tidak ada sclera ikterik.Telinga : liang telinga lapang, sekret -/-Hidung : tidak ada sekret, tidak ada napas cuping hidung. Mulut: mukosa bibir lembabLeher : tidak ada pembesaran KGBThorax : BJ I-II regular, tidak ada murmur, tidak ada
Kepala : nomochepal, UUB belum menutup, datar.Mata : Mata cekung -/-, tidak ada Konjungtiva anemis , tidak ada sclera ikterik.Telinga : liang telinga lapang, sekret -/-Hidung : tidak ada sekret, tidak ada napas cuping hidung. Mulut: mukosa bibir lembabLeher : tidak ada pembesaran KGBThorax : BJ I-II regular, tidak ada murmur, tidak ada
10
gallop.Suara napas Vesikuler, tidak ada Rhonki, tidak ada Wheezing.Abdomen : distensi (kembung), tidak ada nyeri tekan, turgor kulit abdomen baik.Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2”
gallop.Suara napas Vesikuler, tidak ada Rhonki, tidak ada Wheezing.Abdomen : datar, supel, tidak ada nyeri tekan, turgor kulit abdomen baik.Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2”
A Diare akut sekretorik dengan dehidrasi ringan-sedang.
Diare akut sekretorik dengan dehidrasi ringan-sedang.
P IVFD D ¼ saline 600 cc/ 24 jam.
Inj. Amoksisilin 3x200 mg.
Paracetamol syr 3x cth
Zinkid 1x20mg (p.o)
Oralit / kali mencret
Lacto-B 2x 1 sach I (p.o)
ASI dan PASI dilanjutkan
Cek darah lengkap dan Diff count.
Diet : makanan lunak rendah serat,
buah pisang / jus apel
IVFD D ¼ saline 600 cc/ 24 jam.
Inj. Amoksisilin 3x200 mg.
Paracetamol syr 3x cth
Zinkid 1x20mg (p.o)
Oralit / kali mencret
Lacto-B 2x 1 sach I (p.o)
ASI dan PASI dilanjutkan
Diet : makanan lunak rendah serat,
buah pisang / jus apel
Tanggal 6 November 2013
Hari perawatan ke 5
S Demam (-), muntah (-), batuk (-), pilek (-), dari semalam sampai pagi ini belum BAB, kemarin BAB 3x, lunak, bau ee, warna kuning, lendir (+), darah (-).
O KU/Kes : Tampak sakit ringan /ComposmentisStatus mental : tenangTanda-tanda vital :
Kepala : nomochepal, UUB belum menutup, datar.Mata : Mata cekung -/-, tidak ada Konjungtiva anemis , tidak ada sclera
11
ikterik.Telinga : liang telinga lapang, sekret -/-Hidung : tidak ada sekret, tidak ada napas cuping hidung. Mulut: mukosa bibir lembabLeher : tidak ada pembesaran KGBThorax : BJ I-II regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop.Suara napas Vesikuler, tidak ada Rhonki, tidak ada Wheezing.Abdomen : datar, supel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, turgor kulit abdomen baik.Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2”
A Diare akut sekretorik dengan dehidrasi ringan-sedang teratasi.
P - infus aff
- Inj amoksisilin stop.
- Paracetamol (K/P)
- Lacto B dihabiskan
- Zinkid dihabiskan.
- Acc pulang hari ini.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DIARE AKUT
A. DEFINISI
Diare akut adalah buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja,
dengan frekuensi lebih dari tiga kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam dan
berlangsung kurang dari 14 hari.1
B. EPIDEMIOLOGI
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang, termasuk
di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak,
terutama usia di bawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal tiap tahunnya
karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjadi di negara berkembang. Berdasarkan
Riskesdas 2007, sebanyak 42% kematian bayi disebabkan oleh diare, untuk golongan 1-4
tahun, kematian akibat diare mencapai 25.5%. 2
C. ETIOLOGI
Penyebab infeksi utama pada diare adalah golongan virus, bakteri dan parasit. Pada
golongan virus, yang dapat menyebabkan diare akut adalah Astrovirus, Enteric Adenovirus,
Coronavirus, Rotavirus, Norwalk virus. Pada golongan bakteri, yang dapat menyebabkan
diare akut adalah Aeromonas, Bacillus cereus, Campylobacter jejuni, Clostridium
aureus, Vibrio cholera, Yersinia enterocolitica. Pada golongan parasit, yang dapat
menyebabkan diare akut adalah Balantidium coli, Entamoeba histolitica, Giardia lamblia,
Strongyloides Stercoralis, Trichuris trichiura. 2
Namun, telah diketahui bahwa penyebab utama diare pada anak adalah rotavirus.
Rotavirus diperkirakan sebagai penyebab diare akut pada 20-8-% anak di dunia. Juga
merupakan penyebab kematian pada 440.000 anak dengan diare per tahunnya di seluruh
13
dunia. Penelitian yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 55% kasus diare
akut pada balita disebabkan oleh rotavirus.2
D. PATOGENESIS
Patogenesis diare yang diakibatkan oleh virus diawali oleh hancurnya sel-sel ujung-
ujung villus pada usus halus. Kerusakan pada villus ini akan menyebabkan terjadinya
gangguan absorpsi usus halys. Villus mengalami atrofi dan tidak dapat mengabsorbsi cairan
dan makanan dengan baik. Selanjutnya, cairan dan makanan yang tidak terserap/tercerna
akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus halus dan terjadi hiperperistaltik usus
sehingga cairan beserta makanan yang tidak terserap terdorong keluar usus melalui anus,
menimbulkan diare osmotik dari penyerapan air dan nutrien yang tidak sempurna.Enterosit
villus bagian atas juga berfungsi untuk menghidrolisis disakarida. Dengan rusaknya villus
tersebut akibat virus, maka akan terjadi juga malabsorbsi karbohidrat kompleks, terutama
laktosa.2
Patogenesis diare yang diakibatkan oleh bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme
yang berhubungan dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus, seperti cAMP, cGMP
dan Ca dependen. Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan oleh Salmonella, Shigella, E
coli agak berbeda dengan patogenesis diare akibat virus. Pada bakteri, terjadi invasi ke dalam
sel mukosa usus halus sehingga dapat mengakibatkan reaksi sistemik.2
E. PATOFISIOLOGI
Secara umum, diare disebabkan karena 2 hal, yaitu gangguan pada proses absorbsi
atau pada proses sekresi. Diare akibat gangguan absorpsi yaitu volume cairan yang berada di
kolon lebih besar daripada kapasitas absorbsi. Terdapat gangguan pada usus halus atau kolon
yang mengakibatkan terjadinya penurunan pada proses absorpsi atau peningkatan proses
sekresi. Diare juga dapat terjadi akibat gangguan motilitas, inflamasi dan imunologi.2
Diare akibat gangguan absorpsi atau diare osmotik dapat disebabkan karena : a)
Konsumsi magnesium hidroksida, sehingga menurunkan fungsi absorpsi usus; b) Defisiensi
sukrase-isomaltase; c) Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan intraluminal
pada usus halus bagian proksimal akan bersifat hipertonis dan menyebabkan
hiperosmolaritas. Akibat adanya perbedaan tekanan osmotik antara lumen usus dan darah,
maka pada segmen jejunum yang bersifat permeabel, air akan mengalir ke arah lumen
14
hehunum, dan air akan terkumpul di dalam lumen usus. Na akan mengikuti masuk ke dalam
lumen, dengan demikian akan terkumpul cairan intraluminal yang besar dengan kadar Na
yang normal.2
Diare akibat malabsorpsi umum biasanya disebabkan akibat kerusakan sel (yang
secara normal akan menyerap Na dan air) daoat disebabkan oleh infeksi virus atau kuman,
seperti Salmonella, Shigella atau Campylobacter. Dapat juga disebabkan akibat inflamatory
bowel disease idiopatik, toksin, atau obat-obatan tertentu. Gambaran karakteristik penyakit
yang menyebabkan malabsorpsi usus halus adalah atrofi villi..2
Diare akibat gangguan sekresi atau diare sekretorik dapat terjadi karena hiperplasia
kripta, luminal secretagogues, dan blood-borne secretagogeus. Hiperplasia kripta umumnya
akan menyebabkan atrofi villi. Pada luminal secretagogues, sekresi lumen dipengaruhi oleh
enterotoksin bakteri dan bahan kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia, garam
empedu bentuk dihidroxyl, serta asam lemak rantai panjang. Pada blood-borne secretagogeus,
diare umumnya disebabkan karena enterotoksin E. Coli atau Cholera.2
Diare akibat gangguan peristaltik disebabkan karena adanya perubahan motilitas usus
yang akan berpengaruh terhadap absorpsi. Baik peningkatan ataupun penurunan motilitas,
keduanya dapat menyebabkan diare. Penurunan motilitas dapat mengakibatkan bakteri
tumbuh berlebihan yang pada akhirnya dapat menuebabkan diare. Diare akibat
hiperperistaltik pada anak jarang terjadi. Watery diare dapat disebabkan karena hipermotilitas
pada kasus kolon iritable pada bayi.2
Diare akibat inflamasi dapat terjadi akibat hilangnya sel-sel epitel dan kerusakan tight
junction, sehingga menyebabkan air, elektrolit, mukus dan protein menumpuk di dalam
lumen. Biasanya diare akibat inflamasi berkaitan dengan tipe diare lain seperti diare osmotik
dan diare sekretorik. Bakteri enteral patogen akan mempengaruhi struktur dan fungsi tight
junction, menginduksi sekresi cairan dan elektrolit, dan akan mengaktifkan kaskade
inflamasi. Efek infeksi bakterial pada tight junction akan mempengaruhi susunan anatomis
dan fungsi absorpsi dan perubahan susunan protein. Penelitian oleh Berkes J dkk. 2003
menunjukkan bahwa peranan bakteri enteral patogen pada diare terlerak pada perubahan
barrier tight junction oleh toksin atau produk kuman yaitu perubahan pada cellular
cytoskeleton dan spesifik tight junction. Pengaruh dari salah satu atau kedua hal tersebut akan
menyebabkan terjadinya hipersekresi klorida yang akan diikuti oleh natrium dan air.2
15
Diare yang terkait imunologi dihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe I, III
dan IV. Reaksi tipe I yaitu terjadi reaksi antara sel mast dengan IgE dan alergen makanan.
Reaksi tipe III misalnya pada penyakit gastroenteropati, sedangkan reaksi tipe IV terdapat
pada Coeliac disease dan protein loss enteropaties. Mediator-mediator kimia hasil dari respon
imun akan menyebabkan luas permukaan mukosa berkurang akibat kerusakan jaringan,
merangsang sekresi klorida diikuti oleh natrium dan air.2
F. MANIFESTASI KLINIK
Infeksi usus dapat memberikan gejala berupa gangguan pada sistem gastrointestinal
berupa diare, kram perut dan muntah. Apabila telah terjadi komplikasi ekstra intestinal, maka
dapat pula ditemukan manifestasi neurologik maupun sistemik yang akan berbeda-beda
sesuai dengan penyebabnya.2
Pasien diare dapat mengalami dehidrasi, asidosis metabolik maupun hipokalemia
yang disebabkan karena kehilangan cairan tubuh secara terus menerus tanpa diimbangi oleh
intake cairan yang cukup. Pada pasien diare, terjadi kehilangan ion-ion seperti natrium,
klorida dan bikarbonat, sehingga terjadi gangguan keseimbangan elektrolit. Apabila terjadi
dehidrasi, jika tidak diobati dengan cepat dan tepat dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps
kardiovaskular dan kematian.2
Apabila sudah terjadi infeksi ekstraintestinal, pasien akan menunjukkan manifestasi
neurologis berupa paresthesia, hipotoni, dan kelemahan otot.2
Bila terdapat demam, kemungkinan hal ini terjadi akibat proses peradangan atau
akibat dehidrasi. Gejala ini umumnya terjadi pada inflammatory diare. Nyeri perut yang lebih
hebat dam tenesmus yang terjadi pada perut bagian bawah serta rektum terjadi bila terjadi
infeksi pada usus besar.2
Mual dan muntah merupakan tanda non-spesifik yang diakibatkan oleh infeksi saluran
cerna bagian atas seperti enterik virus, bakteri yang memproduksi enterotoksin, Giardia, dan
Cryptosporidium. Muntah juga sering terjadi pada diare non inflammatory.2
G. DIAGNOSIS
16
Untuk menegakkan diagnosis diare, dapat dilakukan melalui anamnesa, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesa
Cara mendiagnosis pasien diare adalah dengan menentukan tiga hal berikut : 1)
Persistensinya; 2) Etiologi; 3) Derajat dehidrasi. Hal-hal ini dapat diketahui melalui
anamnesa yang terperinci.1
Untuk menentukan persistensinya, perlu ditanyakan kepada orang tua pasien, sudah
berapa lama pasien menderita diare. Apakah sudah lebih dari 14 hari atau belum, sehingga
nantinya dapat ditentukan apakah diare pada pasien termasuk diare akut atau diare persisten.
Hal ini berkaitan dengan tatalaksana diare yang berkaitan dengan penyulit ataupun
komplikasi dari diare tersebut.1
Untuk menentukan etiologi, diagnosis klinis diare akut berdarah hanya berdasarkan
adanya darah yang dapat dilihat secara kasat mata pada tinja. Hal ini dapat ditanyakan pada
orang tua pasien maupun dilihat sendiri oleh dokter. Pada beberapa episode Shigellosis, diare
pada awalnya lebih cair dan menjadi berdarah setelah 1-2 hari. Diare cair ini dapat sangat
berat dan menimbulkan dehidrasi. Seringkali disertai demam, nyeri perut, nyeri pada rektum,
dan tenesmus.1
Untuk menentukan derajat dehidrasi dapat dilakukan dengan anamnesis yang teliti,
terutama pada asupan peroral, frekuensi miksi/urin, frekuensi serta volume tinja dan muntah
yang keluar. Tanyakan juga apakah pasien sudah pernah periksa dan apakah pasien
mengkonsumsi obat tertentu sebelumnya.1
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa hal-hal sebagai berikut : berat badan, suhu
tubuh, frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari
tanda-tanda untama dehidrasi seperti kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen, serta
tanda-tanda tambahan lainnya seperti ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cowong atau
tidak, ada atau tidaknya air mata, keadaan bibir, mukosa dan lidah.2,3,4 Karena seringnya
17
defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin lama makin asam akibat banyaknya
asam laktat yang terjadi dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus.3
Pernapasan yang cepat dan dalam merupakan indikasi adanya asidosis metabolik.
Bising usus yang lemah atau tidak ada dapat ditemukan pada keadaan hipokalemi. Dilakukan
juga pemeriksaan pada ekstremitas berupa capillary refill untuk menentukan derajat dehidrasi
yang terjadi.2
H. DERAJAT DEHIDRASI
Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan :
a. Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003
Simptom Minimal atau tanpa
dehidrasi,
Kehilangan BB <3%
Dehidrasi Ringan-
Sedang, Kehilangan
BB 3%-9%
Dehidrasi Berat,
Kehilangan BB > 9%
Kesadaran Baik Normal, lelah,
gelisah, irritable
Apatis, letargi, tidak
sadar
Denyut jantung Normal Normal-meningkat Takikardia,
bradikardia pada
kasus berat
Kualitas nadi Normal Normal-melemah Lemah, kecil, tak
teraba
Pernapasan Normal Normal-cepat Dalam
Mata Normal Sedikit cowong Sangat cowong
Air mata Ada Berkurang Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Cubitan kulit Segera kembali Kembali < 2 detik Kembali > 2 detik
Capillary refill Normal Memanjang Memanjang, minimal
Ekstremitas Hangat Dingin Dingin, mottled,
sianotik
Kencing Normal Berkurang minimal
18
b. Penentuan derajat dehidrasi berdasarkan MTBS (Managemen Terpadu Balita Sakit)
Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda
berikut :
Letargis atau tidak sadar.
Mata cekung
Tidak bisa minum atau malas minum.
Cubitan kulit perut kembalinya lambat.
DEHIDRASI BERAT
Terdapat dua atau lebih dari tanda-tada
berikut :
Gelisah, rewel/marah.
Mata cekung.
Haus, minum dengan lahap.
Cubitan kulit di perut kembalinya lambat.
DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
Tidak cukup tanda-tanda untuk
diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat atau
ringan/sedang.
TANPA DEHIDRASI
c. Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995
Penilaian A B C
Lihat :
Keadaan umum
Mata
Baik, sadar.
Normal
*Gelisah, rewel
Cekung
*Lesu, lunglai atau
tidak sadar
Sangat cekung dan
kering.
19
Air mata
Mulut dan lidah
Rasa haus
Ada
Basah
Minum biasa, tidak
haus
Tidak ada
Kering
*Haus, ingin minum
banyak
Sangat kering
Sangat kering
*Malas minum atau
tidak bisa minum
Periksa :
Turgor kulit Kembali cepat *Kembali lambat *Kembali sangat
lambat
Hasil pemeriksaan : Tanpa dehidrasi Dengan dehidrasi
ringan-sedang bila
ada 1 tanda *
ditambah 1 atau lebih
tanda lain
Dehidrasi berat bila
ada1 tanda *
ditambah 1 atau lebih
tanda lain.
Terapi : Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila ada tanda
intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis. 2
Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja adalah pada pemeriksaan makroskopis dinilai
konsistensi, warna, apakah terdapat lendir, apakah terdapat darah, dan baunya. Pada
pemeriksaan mikroskopis, dinilai hitung leukosit, eritrosit, parasit dan bakteri. Pada
pemeriksaan kimia, dinilai pH, clinitest, dan elektrolit (Na, K, HCO3). Sedangkan
pemeriksaan biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut.2,3,4
Dapat pula dilakukan analisis gas darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai
adanya gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit..2
J. TATALAKSANA
Terdapat Lima Lintas Tatalaksana untuk diare akut, yaitu rehidrasi, dukungan nutrisi,
suplementasi zinc, antibiotik selektif dan edukasi orang tua.1
Salah satu komplikasi diare yang paling sering terjadi adalah dehidrasi. Untuk
mencegah dehidrasi dapat dilakukan pemberian air tajin, kuah sayur atau kuah sop. Apabila
20
sudah terjadi dehidrasi, pasien sesegera mungkin dibawa ke petugas kesehatan untuk
mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat, yaitu dengan pemberian oralit.1
A. Berikut ini adalah tatalaksana rehidrasi sesuai dengan derajat dehidrasi :
1. Tatalaksana Rehidrasi pada Pasien Diare Tanpa Dehidrasi :
RENCANA TERAPI A
UNTUK MENGOBATI DIARE DI RUMAH
(Pencegahan Dehidrasi)
GUNAKAN CARA INI UNTUK MENGAJARI IBU :
- Teruskan mengobati anak diare di rumah.
- Berikan terapi awal bila terkena diare.
MENERANGKAN EMPAT CARA TERAPI DIARE DI RUMAH
1. BERIKAN ANAK LEBIH BANYAK CAIRAN DARIPADA BIASANYA UNTUK
MENCEGAH DEHIDRASI
- Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti oralit, makanan yang cair
(seperti sup, air tajin) dan kalau tidak ada air matang gunakan larutan oralit untuk anak,
seperti dijelaskan di bawah ( Catatan : jika anak berusia kurang dari 6 bulan dan belum
makan makanan padat, lebih baik diberi oralit dan air matang daripada makanan cair.
- Berikan larutan ini sebanyak anak mau, berikan jumlah larutan oralit seperti di bawah.
- Teruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti.
2. BERI TABLET ZINC
- Dosis zinc untuk anak-anak :
Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari.
Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari.
- Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, meskipun anak telah sembuh dari
diare.
21
- Cara pemberian tablet zinc :
Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI atau oralit. Untuk
anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan di dalam air matang
atau oralit.
3. BERI ANAK MAKANAN UNTUK MENCEGAH KURANG GIZI
- Teruskan ASI.
- Bila anak tidak mendapatkan ASI, berikan susu yang biasa diberikan. Untuk anak
kurang dari 6 bulan atau belum mendapat makanan padat, dapat diberikan susu.
- Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat makanan padat :
Berikan bubur, bila mungkin campur dengan kacang-kacangan, sayur, daging
atau ikan. Tambahkan 1 atau 2 sendok teh minyak sayur setiap porsi.
Berikan sari buah atau pisang halus untuk menambahkan kalium.
Berikan makanan yang segar. Masak dan haluskan atau tumbuk makanan
dengan baik.
Bujuklah anak untuk makan, berikan makanan sedikitnya 6 kali sehari.
Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan berikan porsi makanan
tambahan setiap hari selama 2 minggu.
4. BAWA ANAK KEPADA PETUGAS KESEHATAN BILA ANAK TIDAK MEMBAIK
DALAM 3 HARI ATAU MENDERITA SEBAGAI BERIKUT :
- Buang air besar lebih sering.
- Muntah terus-menerus.
- Rasa haus yang nyata.
- Makan atau minum sedikit.
- Demam.
- Tinja berdarah.
5. ANAK HARUS DIBERI ORALIT DI RUMAH APABILA :
- Setelah mendapat Rencana Terapi B atau C.
- Tidak dapat kembali ke petugas kesehatan bila diare memburuk.
- Memberikan oralit kepada semua anak dengan diare yang datang ke petugas
kesehatan merupakan kebijakan pemerintah.
22
2. Tatalaksana Rehidrasi pada Pasien Diare dengan Dehidrasi Ringan-Sedang
RENCANA TERAPI B
UNTUK MENGOBATI DIARE DI RUMAH
( Pengobatan dehidrasi ringan-sedang)
Pada dehidrasi rinngan-sedang, Cairan Rehidrasi Oral diberikan dengan pemantauan yang
dilakukan di Pojok Upaya Rehidrasi Oral selama 4-6 jam. Ukur jumlah rehidrasi oral yang
akan diberikan selama 4 jam pertama.
umur Lebih dari 4
bulan
4-12 bulan 12 bulan-2 tahun 2-5 tahun
Berat badan < 6 Kg 6 - < 10 Kg 10 - < 12 Kg 12-19 Kg
Dalam ml 200-400 400-700 700-900 900-1400
Jika anak minta minum lagi, berikan.
- Tunjukkan kepada orang tua bagaimana cara memberikan rehidrasi oral
Berikan minum sedikit demi sedikit.
Jika anak muntah, tunggu 10 menit lalu lanjutkan kembali rehidrasi oral pelan-
pelan.
Lanjutkan ASI kapanpun anak meminta.
- Setelah 4 jam :
Nilai ulang derajat dehidrasi anak.
Tentukan tatalaksana yang tepat untuk melanjutkan terapi.
Mulai beri makan anak di klinik.
- Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B
Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah.
Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam Rencana
Terapi A.
Jelaskan 4 cara dalam Rencana Terapi A untuk mengobati anak di rumah.
23
Berikut ini adalah komposisi dari Oralit Baru yang direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF
untuk diare akut non-kolera pada anak :
Oralit Baru Osmolaritas Rendah Mmol/Liter
Natrium 75
Klorida 65
Glucose, anhydrous 75
Kalium 20
Sitrat 10
Total Osmolalitas 245
Ketentuan pemberian Oralit Baru :
a. Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru.
b. Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk persediaan 24 jam.
c. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketemtuan sebagai
berikut :
- Untuk anak berumur < 2 tahun : berikan 50-100 ml tiap kali BAB.
- Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB.
d. Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan harus
dibuang
24
3. Tatalaksana Rehidrasi pada Pasien Diare dengan Dehidrasi Berat
RENCANA TERAPI C
UNTUK MENGOBATI DIARE DI RUMAH
(Penderita dengan dehidrasi berat)
25
Ikuti arah anak panah. Bila jawaban dari pertanyaan adalah YA, teruskan ke kanan. Bila TIDAK,
teruskan ke bawah.
26
Apakah saudara dapat
menggunakan cairan IV
secepatnya
YA
- Beri cairan IV segera. Bila penderita bisa minum, beri oralit ketika cairan IV dimulai. Beri 100ml/KgBB cairan RL (NaCl atau Ringer Asetat jika tidak tersedia RL) sebagai berikut :Bayi < 1 tahun : pemberian pertama 30 ml/Kg dalam 1 jam. Kemudian 70ml/Kg dalam 5 jam.Anak 1-5 tahun : : pemberian pertama 30 ml/Kg dalam 30 menit. Kemudian 70ml/Kg dalam 2 1/2jam.
- Ulang jika denyut nadi masih lemah atau tidak teraba.
- Nilali kembali dalam 1-2 jam -> rehidrasi belum tercapai -> percepat tetesan.
- Berikan oralit (5 mg/KgBB/jam) bila penderita bisa minum.
- Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak), nilai
T
I
D
A
K
Apakah terdapat terapi IV terdekat (dalam 30
menit)?YA
Kirim penderita untuk terapi IV.
Bila penderita dapat minum, sediakan oralit dan tunjukkan cara memberikan nya selama perjalanan.
TIDAK
B. Dukungan Nutrisi
Makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak
sehat untuk mengganti nutrisi yang hilang serta mencegah agar tidak terjadi gizi buruk. Pada
diare berdarah, nafsu makan akan berkurang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan
fase kesembuhan. ASI tetap diteruskan selama terjadinya diare cair akut maupun pada diare
akut berdarah dan diberikan dengan frekuensi lebih sering dari biasanya. Anak umur 6 bulan
ke atas ebaiknya mendapat makan seperti biasanya.1 Bila anak berumur 4 bulan atau lebih dan
sudah mendapatkan makanan lunak atau padat, makanan ini harus diteruskan.2
27
Apakah saudara dapat menggunakan pipa nasogastrik
untuk dehidrasi?
TIDAK
YA
Mulai rehidrasi mulu dengan oralit melalui pipa nasogatrik atas mulut. Berikan 20ml/Kg/jam selama 6 jam. (total 120ml/Kg).
Nilai tiap 1-2 jam :
Bila muntah atau perut kembung,, berikan cairan pelan-pelan.
Bila rehidrasi tak tercapai setelah 3 jam, rujuk untuk mendapat terapi IV.
Setelah 6 jam, nilai kembali dan pilih rencana terapi
Catatan :
Bila mungkin, amati penderita sedikitnya 6 jam setelah rehidrasi untuk memastikan bahwa ibu dapat menhaga pengembalian cairan yang hilang dengan memberi oralit.
Bila umur anak di atas 2 tahun dan kolera baru saja berjangkit di daerah saudara, pikirkan kemungkinan kolera dan berikan antibiotik yang tepat secara oral setelah anak sadar.
Segera rujuk anak untuk rehidrasi melalui nasogatrik atau IV
C. Suplementasi Zinc
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut terbukti mengurangi lama dan
beratnya diare, mencegah berulangnya diare selama 2-3 bulan. Zinc juga dapat
mengembalikan nafsu makan anak.1,2,4
Dosis Zinc
Umur Dosis
< 6 bulan 10 mg (1/2 tablet)/ hari
> 6 bulan 20 mg (1 tablet)/ hari.
Efek pemberian zinc terhadap diare adalah dengan menjaga integritas usus melalui
pengaktivan enzim superoxide dismutase (SOD) Zinc juga berperan sebagai antioksidan yang
merupakan stabilisator intramolekular, mencegah pembentukan ikatan disulfida, dan
berkompetisi dengan Cu dan Fe. Selain itu, Zinc juga mampu untuk menghambat sintesis
Nitric Oxide (NO). Zinc juga berperan dalam penguatan sistem imun, yaitu dalam modulasi
sel T dan sel B. Peranan zinc juga terlihat dalam aktivasi limfosit T dan menjaga keutuhan
epitel. Semua kegunaan inilah yang mendukung dilakukannya pemberian zinc dalam
tatalaksana diare akut.1,2,4
D. Antibiotik Selektif
Antibiotik tidak diberikan pada kasus diare cair akut, karena sebagian besar diare
infeksi disebabkan oleh rotavirus yang bersifat self limited dan tidak dapat dibunuh oleh
antibiotik.1,2 Pemberian antibiotik dilakukan atas indikasi yaitu pada diare berdarah dan
kolera.1,2,4
Pada disentri diberikan antibiotika oral selama 5 hari yang masih sensitif terhadap
Shigella menurut pola kuman setempat. Dahulu semua kasus disentri pada tahap awal diberi
antibiotika kotrimoksazol dengan dosis 5-8mg/KgBB/hari. Namun saat ini telah banyak strain
Shigella yang resisten terhadap amplisilin, amoksisilin, mentronidazol,tetrasiklin, golongan
aminoglikosida, kloramfenikol, sulfonamid, dan kotromoksazol sehingga WHO tidak
28
merekomendasikan penggunaan obat tersebut. Obat pilihan untuk pengobatan disentri
berdasarkan WHO 2005 adalah golongan Quinolon seperti siprofloksasin dengan dosis 30-
50mg/KgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 5 hari. Pemantauan dilakukan setelah 2 hari
pengobatan, dilihat apakah ada perbaikan tanda-tanda seperti tidak adanya demam, diare
berkurang, darah dalam feses berkurang dan peningkatan nafsu makan. Jika tidak ada
perbaikan, maka amati adanya penyulit, hentikan pemberian antibiotik sebelumnya dan
berikan antibiotik yang sensitif terhadap Shigella berdasarkan area.1
E. Edukasi orang Tua
Nasihat pada ibu atau pengasuh untuk kembali segera jika ada demam, tinja berdarah,
muntah berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering atau minum
belum membaik selama 3 hari.1
Indikasi rawat inap pada penderita diare akut berdarah adalah malnutrisi, usia kurang
dari satu tahun, menderita campak pada 6 bulan terakhir, adanya dehidrasi dan disentri yang
datang sudah dengan komplikasi.1
K. KOMPLIKASI
Komplikasi dari diare akut yang tidak tertangani dengan cepat dan tepat atau muncul
pada saat dilakukan terapi rehidrasi diantaranya adalah gangguan elektrolit berupa
hipernatremia, hiponatremia, hiperkalsemia, dan hipokalemia. Apabila upaya rehidrasi oral
mengalami kegagalan, dapat terjadi kejang yang disebabkan karena hipoglikemi,
hiperpireksia, hipernatremi atau hiponatremi.2
L. PENCEGAHAN
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara mencegah penyebaran kuman
patogen penyebab diare, dengan cara : pemberian ASI yang benar, memperbaiki penyiapan
dan penyimpanan makanan pendamping ASI, penggunaan air bersih yang cukup,
membudayakan kebiasaan mecuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar dan sebelum
makan, penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga, dan
membuang tinja bayi yang benar.2
Selain itu, upaya pencegahan diare juga dapat dilakukan dengan meningkatkan daya
tahan tubuh dengan cara pemberian ASI paling tidak sampai 2 tahun, meningkatkan nilai gizi
29
makanan pendamping ASI dan memberi makan dalam jumlah yang cukup untuk
memperbaiki status gizi anak, dan dilakukannya imunisasi campak.2
Salah satu upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan pemberian probiotik
dalam waktu yang panjang terutama untuk bayi yang tidak minum ASI. Perbiotik adalah
mikroorganisme hidup dalam makanan yang difermentasi yang menunjang kesehatan melalui
terciptanya keseimbangan mikroflora intestinal yang lebih baik. Pada sistematik review yang
dilakukan Komisi Nutrisi ESPGHAN (Eropean Society of Gastroenterology Hepatology and
Nutrition) pada tahun 2004, didapatkan laporan-laporan yang berkaitan dengan peran
probiotik untuk pencegahan diare.2
30
BAB III
ANALISIS KASUS
Seorang pasien, perempuan, usia 6 bulan dengan berat badan 5.6 Kg dan panjang
badan 63 cm datang keluhan mencret sejak1 hari SMRS, frekuensi 5-6x/hari. BAB cair
dengan ampas dengan perbandingan air lebih banyak dari ampas, warna kuning, berbau asam.
Pasien juga mengeluhkan demam sejak 3 hari SMRS, muntah setiap kali minum susu dan
napsu makan berkurang. Pasien sebelumnya sudah berobat ke rumah sakit dan mendapatkan
antibiotik dan obat penurun panas dan diberikan infus sebelum dirujuk ke RSGS.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran pasien compos mentis, keadaan umum
tampak sakit ringan dan terlihat rewel. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan febris,
dengan tanda vital lainnya dalam batas normal. Pada pemeriksaan lokalis kepala, hidung,
mulut, THT, thorax, dan ekstremitas hasilnya dalam batas normal. Pada pemeriksaan mata
didapatkan hasil kedua mata tampak cekung. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan bising
usus meningkat 10x/menit.
Pada pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah rutin dan feces didapatkan
hasil dalam batas normal. Pada pemeriksaan antropologi dan status gizi pasien, didapatkan
hasil bahwa pasien termasuk dalam gizi normal.
Pasien didiagnosis diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang. Pasien dirawat di
rumah sakit selama 5 hari dan mendapatkan tatalaksana medikamentosa dan
nonmedikamentosa. Tatalaksana medikamentosa diantaranya adalah mendapatkan IVFD RL
500 cc/24 jam pada hari pertama dan kedua perawatan dan D ¼ saline 600cc/24 jam pada
hari ketiga dan keempat perawatan. Mendapatkan injeksi amoksisilin pada hari ketiga dan
keempat, vometa pada hari petama dan kedua, zinkid dan oralit selama 5 hari masa perawatan
dan Lacto-B pada hari ketiga,keempat dan kelima masa perawatan. Untuk terapi
nonmedikamentosa berupa lanjutkan ASI dan PASI serta diet makanan rendah serat dan
konsumsi pisang atau jus apel.
Pada hari ketiga masa perawatan, dilakukan pemeriksaan penunjang berupa darah
lengkap, diff count, dan feces dengan hasil dalam batas normal. Pada hari ke 5 perawatan,
31
pasien didiagnosis diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang teratasi, dan diperbolehkan
untuk pulang.
Berdasarkan keluhan pasien, diare berlangsung sejak 1 hari SMRS, dengan frekuensi
5-6kali/hari dengan perubahan konsistensi yaitu BAB cair dan berampas, berbau asam.
Menurut literatur yang ada, BAB lebih dari 3 kali sehari dengan perubahan konsistensi tinja
dan berlangsung kurang dari 14 hari termasuk dalam diare akut. Selain diare, terdapat demam
dan muntah serta penurunan napsu makan, hal ini merupakan simptom non spesifik yang
terjadi pada penyakit gastrointestinal. Menurut literatur, pasien diare dapat disertai dengan
demam yang terjadi akibat proses peradangan atau akibat dehidrasi. Demam umumnya terjadi
pada penderita dengan inflammatory diare. Mual dan muntah merupakan simptom yang non
spesifik yang dapat disebabkan oleh terinfeksinya saluran cerna bagian atas oleh enterik
virus, bakteri yang memproduksi enterotoksin, Giardia, dan Cryptosporidium. Muntah juga
sering terjadi pada non inflammatory diare. Biasanya penderita tidak demam, atau hanya
subfebris, watery diare, hal ini menunjukkan bahwa saluran cerna bagian atas yang terinfeksi.
Setelah dilakukan pemeriksaan, pasien An. R. A didiagnosis diare akut sekretorik
dengan dehidrasi ringan-sedang. Kriteria untuk menentukan derajat dehidrasi didapatkan dari
hasil pemeriksaan fisik, dan memenuhi kriteria dehidrasi ringan-sedang menurut MMWR,
WHO dan MTBS. Kriteria MMWR, WHO, MTBS terpenuhi karena keadaan umum pasien
yang terlihat rewel dan kedua mata yang cekung.
Pasien dirawat selama 5 hari di rumah sakit. Menurut literatur yang ada, pasien
dengan dehidrasi ringan-sedang masuk ke dalam tatalaksana rencana Terapi B, di mana
pasien dapat dirawat di rumah setelah orang tua pasien mendapatkan edukasi tentang cara
pembuatan dan pemberian oralit atau dapat di rawat di rumah sakit, sesuai dengan indikasi.
Selama dirawat, terapi yang dilakukan adalah rehidrasi oral dan IV. Menurut literatur,
pemberian cairan dan elektrolit secara parenteral hanya dilakukan pada pasien diare dengan
dehidrasi berat. Untuk pasien dengan dehidrasi ringan-sedang, cukup diberikan Terapi
Rehidrasi Oral, atau jika rehidrasi tidak dapat diberikan secara oral, dapat diberikan
menggunakan pipa nasogastrik dengan kecepatan 20 ml/KgBB/jam.
Pada hari pertama dan kedua masa perawatan, pasien diberikan Terapi Rehidrasi
Parenteral menggunakan RL 500 cc/24 jam. Menurut literatur, untuk rehidrasi parenteral
digunakan cairan RL dengan dosis 100ml/KgBB. Cara pemberian untuk pasien < 1 tahun 1
jam pertama 30cc/KgBB, dilanjutkan 5 jam berikutnya 70cc/KgBB. Setelah itu dievaluasi,
32
jika membaik, maka dipilih terapi selanjutnya, yaitu sesuai terapi diare dengan dehidrasi
ringan-sedang.
Pada hari ketiga dan keempat, pasien diberikan IVFD D ¼ saline 600 cc/ 24 jam.
Menurut literatur, pemberian terapi cairan dan elektrolit secara parenteral dilakukan ketika
terjadi dehidrasi berat. Pemberian dekstrose 5% : NaCl 0.225 % pada pasien diare bertujuan
untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh, dimana dengan diserapnya glukosa secara aktif,
Na akan diserap melintasi mukosa usus. Hal ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan
cairan tubuh.
Pada hari ketiga dan keempat, pasien diberikan injeksi amoksisilin. Menurut literatur,
antibiotik pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena sebagian besar
diare infeksi disebabkan oleh rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak dapat dibunuh
dengan antibiotik. Pemberian antibiotik diindikasikan pada diare berdarah dan kolera.
Berdasarkan WHO 2005, antibiotik pilihan untuk disentri adalah golongan Quinolon seperti
siprofloksasin dengan dosis 30-50mg/KgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 5 hari.
Pemantauan dilakukan setelah 2 hari pengobatan.
Selain itu, pasien juga diberikan obat-obatan simptomatis seperti paracetamol sebagai
antipiretik, dan vometa untuk antiemetik. Pasien juga diberikan tablet zinc. Menurut literatur,
pemberian tablet zinc merupakan salah satu dari Lima Lintas Tatalaksana diare. Zinc
diberikan selama 10-14 hari berturut-turut dengan dosis 1x20 mg. Pasien diberi oralit yang
diberikan setiap kali BAB, bertujuan untuk Terapi Rehidrasi Oral. Selain itu pasien juga
diberikan Lacto-B yaitu probiotik yang penggunaannya bertujuan untuk menciptakan
keseimbangan mikroflora intestinal. Ini merupakan salah satu pencegahan diare.
Teapi non-medikamentosa berupa tetap dilanjutkannya pemberian ASI dan PASI
yang bertujuan untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi yang hilang.
Dilakukan juga diet rendah serat dan konumsi pisang atau jus apel, di mana pisang dan apel
merupakan bahan makanan tinggi Kalium sehingga dapat membantu untuk menjaga
keseimbangan elektrolit.
Pada hari kelima masa perawatan, keadaan pasien sudah membaik, ditandai dengan
penurunan frekuensi BAB dan perubahan konsistensi tinja. Pasien didiagnosis diare akut
sekretrorik dengan diare ringan-sedang teratasi. Tatalaksana medikamentosa tidak
dilanjutkan, dan pasien diperbolehkan untuk pulang..
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Juffire M, Mulyani NS. Modul Pelatihan Diare. UKK GastroHepatologi IDAI.2009.
2. Subagyo B, Santoso NB, 2012, Diare Akut, dalam Buku Ajar Gastroenterologi-
Hepatologi, ed 1. Jilid 1,Badan Penerbit IDAI, Jakarta, hal 87-119.
3. Suraatmaja S. 2007, Diare Akut, dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak, ed 2,