Top Banner

of 25

preskes diare boyolali

Oct 05, 2015

Download

Documents

Ivan Jazid Adam

Preskes Anak Diare
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Presentasi Kasus

LAPORAN KASUSSEORANG ANAK 15 BULAN DENGAN DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG DAN GIZI BAIK

Oleh :Sintin Khotijah PribadiG99141028 / L-17-14Heigy Mutiha Putri

G99141029 / L-18-14Pembimbing :

Noor Alifah, dr., Sp. AKEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD PANDAN ARANGBOYOLALI2015HALAMAN PENGESAHANLaporan kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/RSUD Pandan Arang Boyolali. Laporan kasus dengan judul :

SEORANG ANAK 15 BULAN DENGAN DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN SEDANG DAN GIZI BAIKHari/Tanggal :

Jumat, 23 Januari 2015

Oleh :

Sintin Khotijah Pribadi

G99141028 / L-17-14

Heigy Mutiha Putri

G99141029 / L-18-14Mengetahui dan menyetujui,

Pembimbing Laporan Kasus

dr. Noor Alifah, Sp.A

BAB ILAPORAN KASUSI. IDENTITAS PASIENNama

: An. ANUmur

: 15 bulanJenis Kelamin

: Laki-lakiBerat Badan

: 7.2 kgPanjang Badan

: 68 cm

Agama

: Islam

Alamat

: Cepogoh, BoyolaliTanggal masuk

: 20 Januari 2015Tanggal Pemeriksaan: 20-22 Januari 2015No. RM

: 13447403II. ANAMNESISAnamnesis didapatkan secara alloanamnesis dari ibu pasien dan keluarga pada tanggal 20 Januari 2015A. Keluhan Utama Ibu pasien mengeuhkan pasien mengalami diare.B. Riwayat Penyakit Sekarang Sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, ibu pasien mengeluhkan anaknya diare lebih dari 10 kali dalam sehari. Tiap kali pasien diare sebanyak seperempat gelas, dengan warna kuning, dan konsistensi cair serta tidak didapatkan lendir dan darah.Satu hari sebelum masuk rumah sakit, pasien demam tinggi disertai batuk dan muntah. Selama pasien diare, pasien masih minum ASI dan makan bubur nestle 3 kali sehari, namun tidak diberikan lagi susu formula. Pasien sudah diperiksakan ke dokter dan diberi obat oralit, puyer, serta parasetamol sirup. Namun keadaan pasien tidak membaik.Saat di IGD RSUD Pandan Arang pukul 18.30 pasien tampak rewel dan kehausan. Menurut ibu pasien, BAK terakhir pasien pukul 14.00.Menurut ibu pasien, tidak ada keluhan saat pertama kali menggunakan susu formula dan makanan pendamping ASI, serta tidak sedang mengganti jenis susu formula dan makanan pendamping ASI.

C. Riwayat Penyakit Dahulu1. Riwayat sakit serupa (diare)

: disangkal2. Riwayat mondok

: (+)3. Riwayat alergi obat

: disangkal4. Riwayat alergi makanan

: disangkalD. Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan1. Riwayat sakit serupa (diare) di keluarga: disangkal2. Riwayat sakit serupa (diare) di lingkungan: (+)3. Riwayat alergi obat

: disangkal4. Rwayat aleergi makanan

: disangkal5. Sumber air minum: satu sumber mata air dengan tetanggaE. Riwayat KebiasaanIbu pasien tidak terbiasa mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien. Menurut ibu pasien, pengunaan alat minum dan makan pasien sudah bersih. F. Riwayat Kehamilan

Ibu pasien rutin memeriksakan kehamilannya ke dokter. Ibu pasien rutin mengkonsumsi vitamin dan tablet tambah darah dari dokter dan tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan serta alkohol selama hamil.G. Riwayat KelahiranPasien lahir di rumah sakit dengan sectio caesaria pada umur kehamilan 28 minggu dengan berat badan lahir 1500 gram dan panjang badan 35 cm, oleh karena ibu pasien mengalami ketuban pecah dini. Pasien langsung menangis, menangis kuat, tidak biru.H. Riwayat Postnatal

Ibu pasien tidak rutin memeriksakan berat badan dan panjang badan di posyandu. Namun, pasien sudah mendapatkan imunisasi lengkap sesuai jadwal Depkes RI.JenisIIIIIIIV

1. BCG

2. DPT

3. Polio

4. Campak

5. Hepatitis B1 bulan

2 bulan

1 bulan

9 bulan

0 bulan-

3 bulan

2 bulan

-

2 bulan-

4 bulan

3 bulan

-

3 bulan-

-

4 bulan

-

4 bulan

I. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Pasien berusia 15 bulan dengan umur koreksi 12 bulan. Saat ini pasien sudah bisa melambaikan tangan, menyatakan keinginan, tepuk tangan, membenturkan dua kubus, memegang dengan ibu jarri dan jari, mengambil kubus, berbicara papa mama spesifik, mengoceh, kombinasi silabel. Namun, pasien baru bisa duduk tanpa pegangan.Kesan: menurut Denver II mengalami keterlambatan pada motorik kasar (sesuai dengan umur 6 bulan).J. Riwayat Makan Minum Anak

Pasien mendapat ASI dan susu formula sejak lahir. ASI dan susu formula diberikan secara bergantian 8-10 kali per hari. Setelah menyusu, pasien tertidur pulas. Susu formula diberikan 4-5 botol (60 ml) tiap hari. Semenjak usia lewat 6 bulan pasien diberikan makanan pendamping ASI berupa bubur nestle yang diberikan 3 kali sehari sebanyak 1 mangkok.Kesan: kualitas dan kuantitas cukup.K. Pohon Keluarga

I.

II.

III.III. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum

Keadaan umum : tampak sakit sedang, rewel, kehausanDerajat kesadaran: compos mentis

Status gizi

: kesan gizi baik secara klinisB. Tanda vital

Nadi

: 104 x/menit, reguler, isi tegangan kurangPernafasan

: 44 x/menit, reguler, dalam, tipe thorakoabdominalSuhu

: 39.5 C (per axiler)C. Kulit

Warna sawo matang, kelembaban kurang, ujud kelainan kulit (-)

D. Kepala

Ukuran kepala mikrosephal menurut kurva Neilhaus (Lingkar kepala 44 cm). UUB sudah menutup. Rambut hitam sukar dicabut.

E. Mata

Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), oedem palpebra (-/-), mata cekung (+/+), air mata (-/-), pupil isokor (2mm/2mm), refleks cahaya (+/+).F. Hidung

Nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)

G. Mulut

Bibir sianosis (-), mukosa basah (-)

H. Telinga

Normotia, Sekret (-/-)I. Tenggorok

Uvula di tengah, tonsil T1-T1, tonsil hiperemis (-), kripte melebar (-), detritus (-), mukosa faring hiperemis (-)

J. Leher

Bentuk normocolli, trakea di tengah, kelenjar getah bening tidak membesar.K. Thorax

Normochest, retraksi (-).

Pulmo : Inspeksi: Pengembangan dada kanan = kiri

Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri Perkusi : Sonor di semua lapang paru

Auskultasi: Suara dasar vesikuler (+/+), suara bronchial (-/-), suara tambahan (-/-) Cor : Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak

Palpasi:.Iktus kordis teraba di SIC V LMCS, tidak kuat angkat

Perkusi: Batas jantung kesan tidak melebarAuskultasi: Bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-)L. Abdomen

Inspeksi : Dinding perut sejajar dinding dada

Auskultasi: Bising usus (+) frekuensi sedikit meningkatPerkusi

: Timpani, pekak alih (-)Palpasi: Supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit abdomen kembali lambat, undulasi (-).

M. Urogenital : adescensus testis (-)N. Ekstremitas

Akral dingin + +Edema - - CRT = 2 detik

+ +

- - ADP teraba lemah O. Perhitungan Status Gizi

1. Secara klinis

Rambut hitam kuat

: (+)

Wajah tampak tua

: (-)

Iga gambang

: (-)

Wasting muscle

: (-)

Baggy pants

: (-)

Status gizi secara klinis : gizi kesan baik2. Secara Antropometris

Umur

: 15 bulan

BB

: 7.2 kg

TB

: 68 cmBB : 7.2 x 100% = 69.9% ( Zscore < 3SD (Severity Underweight)U 10.3TB : 68 x 100% = 86.07% ( Zscore < 3SD (Severity Underheight)U 79BB : 7,2 x 100% = 90% ( -1 < Zscore < 0SD (Gizi Baik) TB 8Kesimpulan: Gizi baik secara antropometrisIV. RESUME Dua hari SMRS, diare lebih dari 10 kali sehari. Diare seperempat gelas tiap kalinya, warna kuning, cair, lendir (-) dan darah (-). Satu hari SMRS, pasien demam tinggi, batuk (+), muntah (+). Selama diare, pasien masih minum ASI dan makan bubur nestle 3 kali sehari, tidak lagi diberi lagi susu formula. Pasien sudah diperiksa ke dokter dan diberi obat oralit, puyer, serta parasetamol sirup. Namun keadaan pasien tidak membaik. Saat di IGD pasien tampak rewel dan kehausan. BAK terakhir pasien 4.5 jam yang lalu. Ibu pasien tidak sedang mengganti jenis susu formula dan makanan pendamping ASI. Tetangga pasien ada juga yang diare, dan sumber air di lingkungan rumah tersebut sama. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien sadar penuh, tampak sakit sedang, rewel, dan kehausan. Vital sign didapatkan suhu 39.5 C (per axiler). Ukuran kepala mikrosephal dan UUB sudah menutup. Mata cekung (+/+) dan air mata (-/-). Mulut mukosa basah (-). Pada auskultasi abdomen bising usus (+) frekuensi sedikit meningkat dan turgor kulit abdomen kembali lambat. Akral dingin di keempat ekstremitas, CRT = 2 detik, dan ADP teraba lemah.V. DIAGNOSIS BANDING

1. Diare Akut dengan dehidrasi ringan sedang ec infeksi dd intoleransi laktosa2. Gizi BaikVI. PEMERIKSAAN PENUNJANGLaboratorium

Pemeriksaan20/1/15Nilai RujukanSatuan

Hb 13.111.5-13.5gr/dl

Hct34.734-40%

AE5.293.9-5.9106/uL

AL8.56.0-17.0103/uL

AT247150-450103/uL

LED150-20/mm

MCV65.680,0-100,0/um

MCH24.827,0-32,0pg

MCHC37.832,0-36,0d/dl

RDW14.411,6-14,6%

Eosinofil0.01.00-3,00%

Basofil0.10,00-1,00%

Netrofil segmen58.150,00-70,00%

Limfosit35.6020,00-40,00%

Monosit6.202,00-8,00%

Elektrolit

Na

K

Cl1462.09117135-1483,5-5,398-107mmol/L

mmol/L

mmol/L

VII. DIAGNOSIS KERJA

1. Diare Akut dengan dehidrasi ringan sedang2. Gizi Baik

VIII. PENATALAKSANAAN

1. Teruskan pemberian ASI, susu formula, dan MP-ASI2. O2 nasal 3 lpm3. IVFD RL 200 ml/kgBB/hari ( 60 cc/jam ( 15 tpm makro4. Oralit 75ml/kgBB dalam 3 jam (per NGT)5. Oralit 10 ml/kgBB ( Oralit 80 ml tiap diare

6. Zink syrup1 x 1 cth7. Parasetamol syrup 3 x 3/4 cth (k/p)8. L-Bio 2 x 1IX. MONITORING

1. KU/VS/SH/4 jam2. BC/D/8 jam

X. EDUKASI

1. Cara menyiapkan oralit yang benar

2. Tetap memberikan ASI, susu formula, dan MP-ASI3. Cuci tangan sebelum dan setelah memegang pasien

4. Membersihkan BAB pasien hingga bersih

5. Menjaga kebersihan lingkungan dan sumber air minum

6. Memasak makanan hingga matang

LEMBAR MONITORING

Monitoring21/1/201522/2/2015

06.0014.0022.0006.0014.0022.00

Keadaan UmumTampak sakit sedang, CMTampak sakit sedang, CMTampak sakit sedang, CMTampak sakit ringan, CMTampak sakit ringan, CMTampak sakit ringan, CM

HR100104110120124118

RR363632282828

T37.437.237.036.736.536.6

BC+ 5+ 10+ 30+ 10+ 30+20

D1.22.41.50.91.21.4

Status Hidrasi

Rasa Haus++++++

Turgor kulit abdonmenKembali cepatKembali cepatKembali cepatKembali cepatKembali cepatKembali cepat

Mata cekung++----

Air Mata++++++

Mukosa Basah++++++

CRT< 2< 2< 2< 2< 2< 2

ADPkuatkuatkuatkuatkuatkuat

Urin++++++

FOLLOW UP PASIENFollow UpDPH I (21 Januari 2015)DPH II (22 Januari 2015)

SDemam (-), minum (+), BAK (+),BAB (+) cair 4 kali sehari @1/4 gelas, batuk (+), pilek (-), muntah (-), kembung (+).Demam (-), minum (+), BAK (+),BAB (+) 1 kali sehari @1/2 gelas ampas>cair, batuk (+), pilek (-), muntah (-), kembung (+).

OKU: CM, tampak sakit sedang, lemasKU: CM, tampak sakit ringan, lemas

Tanda VitalHR : 100 x/menit

RR : 36 x/menit

t : 37.4oC (per axiler)HR : 120x/menit

RR : 28 x/menit

t : 36.7oC (per axiler)

KepalaMikrosepal, UUB sudah menutupMikrosepal, UUB sudah menutup

TelingaNormotia, Secret (-/-)Normotia, Secret (-/-)

MataKonjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), oedem palpebra (-/-), mata cekung (+/+), air mata (+/+)Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), oedem palpebra (-/-), mata cekung (-/-), air mata (+/+)

HidungNapas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)Napas cuping hidung (-/-), sekret (+/+)

MulutMukosa basah (+), sianosis (-)Mukosa basah (+), sianosis (-)

ThoraxRetraksi (-)

Cor: Ictus cordis tidak tampak, BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-),Pulmo: SD vesikuler (+/+), Suara tambahan (-/-)Retraksi (-)

Cor: Ictus cordis tidak tampak, BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-),Pulmo: SD vesikuler (+/+), Suara tambahan (-/-)

AbdomenDistensi abdomen, hepar dan lien tidak teraba, turgor kembali cepat, BU (+) sedikit meningkatDistensi abdomen, hepar dan lien tidak teraba, turgor kembali cepat, BU (+) sedikit meningkat

EkstremitasAkral dingin (-)

Edema (-)

CRT < 2 detik, ADP teraba kuatAkral dingin (-)

Edema (-)

CRT < 2 detik, ADP teraba kuat

Asessment1. Diare akut dengan dehidrasi ringan sedang2. Gizi Baik1. Diare akut dengan dehidrasi ringan sedang

2. Gizi Baik

Terapi1. Teruskan pemberian ASI, susu formula, dan MP-ASI

2. IVFD KaEN 3A 8 tpm

3. Oralit 80 ml tiap diare

4. Zink syrup1 x 1 cth5. Parasetamol syrup 3 x 3/4 cth (k/p)

6. L-Bio 2 x 11. Teruskan pemberian ASI, susu formula, dan MP-ASI

2. IVFD KaEN 3B 8 tpm3. Oralit 80 ml tiap diare

4. Zink syrup1 x 1 cth

5. Parasetamol syrup 3 x 3/4 cth (k/p)

6. L-Bio 2 x 1

PlanLepas NGTEvaluasi Klinis

Monitoring- KU/VS/SH tiap 8jam

- BC/D tiap 8 jam- KU/VS/SH tiap 8jam

- BC/D tiap 8 jam

BAB II

ANALISIS KASUS

Pada kasus ini diagnosis diare akut dengan dehidrasi ringan sedang ditegakkan berdasarkan:1. Anamnesis

Dua hari SMRS, diare lebih dari 10 kali sehari seperempat gelas tiap kalinya, warna kuning, cair, lendir (-) dan darah (-). Satu hari SMRS, pasien demam tinggi, batuk (+), muntah (+). Selama diare, pasien masih minum ASI dan makan bubur nestle 3 kali sehari, namun tidak lagi diberi lagi susu formula. Saat di IGD pasien tampak rewel dan kehausan. BAK terakhir pasien 4.5 jam yang lalu. Ibu pasien tidak sedang mengganti jenis susu formula dan makanan pendamping ASI. Tetangga pasien ada juga yang diare, dan sumber air di lingkungan rumah tersebut sama.

2. Pemeriksaan Fisik

Didapatkan tanda-tanda utama dehidrasi yaitu: (a) rewel, (b) kehausan, dan (c) turgor kulit abdomen kembali lambat. Didapatkan tanda-tanda dehidrasi tambahan yaitu: (a) mata cekung (-/-), (b) air mata (-/-), (c) mukosa basah (-), (c) akral dingin di keempat ekstremitas, (d) ADP teraba lemah.Didapatkan tanda-tanda lain yaitu suhu 39.5 C (per axiler). Ukuran kepala mikrosephal dengan UUB sudah menutup. Pada auskultasi abdomen bising usus (+) frekuensi sedikit meningkat dan terdapat distensi abdomen.3. Pemeriksaan PenunjangTelah dilakukan pemeriksaan laboratorium darah dan didapatkan gangguan elektrolit berupa hipokalemi (2.09 mmol/L) dan hiperkloride (117 mmol/L).

Berdasarkan hasil tersebut di atas didapatkan 2 tanda-tanda utama dan 2 lebih tanda-tanda tambahan dari kriteria diagnosis IDAI tahun 2010, maka pasien dapat didiagnosis diare akut dengan dehidrasi ringan sedang.

Kemudian pasien di rawat inapkan di bangsal anak RSUD Pandan Arang Boyolali untuk perbaikan dan monitoring keadaan umum dan status hidrasi. Pada pasien ini dilakukan tatalaksana lintas diare menurut Pedoman Pelayanan Medis IDAI 2010, yaitu:

1. Cairan

Untuk dehidrasi ringan sedang diberikan cairan rehidrasi oral (oralit) sebanyak 75ml/kgBB dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan 5-10 ml/kgBB setiap diare cair. Pada pasien ini dengan berat badan 7.2 kg, maka diberikan cairan oralit 540 ml dalam 3 jam melalui NGT. Pasien juga diberikan oralit 80 ml tiap diare cair.2. Zink

Pasien dengan umur lebih dari 6 bulan diberikan zink 20 mg per hari selama 10 hari untuk menurunkan frekuensi BAB dan volume tinja sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi. Pada pasien ini diberikan zink sirup dengan dosis dua kali satu sendok teh.3. Nutrisi

ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi yang hilang. Pada pasien ini ASI, susu formula, dan MP-ASI tetap diberikan.

4. Antibiotik yang Tepat

Antibiotik diberikan jika terdapat indikasi seperti disentri atau kolera. Namun, pada pasien ini tidak didapatkan indikasi tersebut sehingga tida diberikan antibiotik.

5. Edukasi

Orang tua di ajarkan cara menyiapkan oralit yang benar dan langkah-langkah promotif atau preventif seperti:a. Tetap memberikan ASI, susu formula, dan MP-ASIb. Cuci tangan sebelum dan setelah memegang pasienc. Membersihkan BAB pasien hingga bersihd. Menjaga kebersihan lingkungan dan sumber air minume. Memasak makanan hingga matang

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA

DIARE AKUT

1. DEFINISI

Diare akut pada anak adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 14 hari (kebanyakan kurang dari 7 hari) pada bayi atau anak yang sebelumnya sehat. Ada juga yang memberi batasan diare akut pada anak yaitu buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu.2. EPIDEMIOLOGI

Diare akut merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak-anak di berbagai negara berkembang termasuk di Indonesia. Terdapat 60 juta episode diare akut setiap tahunnya di Indonesia di mana 1-5 % daripadanya akan menjadi diare kronik dan bila sampai terjadi dehidrasi berat yang tidak segera ditolong, 50-60% di antaranya dapat meninggal dunia.

Berbagai faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain: faktor lingkungan, gizi, pendidikan, kependudukan, keadaan sosial ekonomi, dan perilaku masyarakat. Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kebersihan lingkungan dan perorangan seperti kebersihan puting susu, kebersihan botol dan dot susu, maupun kebersihan air yang digunakan untuk mengolah susu dan makanan. Faktor gizi misalnya adalah tidak diberikannya makanan tambahan meskipun anak telah berusia 4-6 bulan. Faktor pendidikan yang utama adalah pengetahuan ibu tentang masalah kesehatan. Faktor kependudukan menunjukkan bahwa insiden diare lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang padat dan miskin atau kumuh. Sedangkan faktor perilaku orangtua dan masyarakat misalnya adalah kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air besar atau membuang tinja anak. Semua faktor di atas terkait erat dengan faktor ekonomi masing-masing keluarga.3. ETIOLOGI

Penyebab diare akut antara lain yaitu virus, bakteri, parasit, alergi susu sapi, laktose defisiensi primer, dan obat-obatan tertentu . Penyebab utama oleh virus adalah Rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya yaitu virus Norwalk, Astrovirus, Calcivirus, Coronavirus, Minirotavirus dan virus bulat kecil.Bakter-bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophyla, Escherichia coli enteroaggregatife, E. coli enteroinvansife, E. coli halemortagik, Plesiomonas shigelloides, Vibrio cholerae non-01, V. Parahemolyticus, Yersina enterocolotica. Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, Isospora belli, Balantidium coli, Cryptosporodium, Capillaria philipinensis, Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongyloides strecoralis, dan Trichuris trichuria.4. PATOGENESIS

1. Virus

Beberapa jenis virus seperti Rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan penggantian sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum matang, menyebabkan usus mensekresi air dan elekrolit. Kerusakan vili dapat juga dihubungkan dengan hilangnya enzim disakaridase terutama laktase. Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya menjadi matang.2. Bakteri

Penempelan di mukosa. Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus pertama-tama harus menempel di mukosa untuk menghindarkan diri dari penyapuan. Penempelan terjadi melalui antigen yang menyerupai rambut getar, disebut pili atau fimbria yang melekat pada reseptor di permukaan usus. Hal ini terjadi misalnya pada E. coli enterotoksigenik dan V. Cholera 01. Pada beberapa keadaan, penempelan di mukosa dihubungkan dengan perubahan epitel usus yang menyebabkan pengurangan kapasitas penyerapan atau menyebabkan sekresi cairan (misalnya infeksi E. coli enteropatogenik atau enteroaggrerasi).

Toksin yang menyebabkan sekresi. E. coli enterotoksigenik, V. cholerae 01, dan beberapa bakteri lain mengeluarkan toksin yang menghambat fungsi sel epitel. Toksin ini mengurangi absorbsi natrium melalui vili dan mungkin meningkatkan sekresi chlorida dari kripta, yang menyebabkan sekresi air dan elektrolit. Penyembuhan terjadi bila sel yang sakit diganti dengan sel yang sehat setelah 2-4 hari.

Invasi mukosa. Shigella, C. jejuni, E. coli enteroinvasife dan Salmonella dapat menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan perusakan sel epitel mukosa. Ini terjadi sebagian besar di colon dan bagian distal ileum. Invasi mungkin diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial yang menyebabkan adanya sel darah merah dan sel darah putih atau terlihat adanya darah dalam tinja. Toksin yang dihasilkan oleh kuman ini menyebabkan kerusakan jaringan dan kemungkinan juga sekresi air dan elektrolit dari mukosa.3. Parasit

Penempelan mukosa. G. lamblia dan Cryptosporodium menempel pada epitel usus halus dan menyebabkan pemendekan vili yang kemungkinan menyebabkan diare.

Invasi mukosa. E. histolytica menyebabkan diare dengan cara menginvasi epitel mukosa di kolon atau ileum yang menyebabkan mikroabses dan ulkus. Namun hal ini baru terjadi bila strainnya sangat ganas.

4. Obat-obatanBeberapa macam obat terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare. Antibiotika agaknya membunuh flora normal usus sehigga organisme yang tidak biasa atau yang kebal terhadap antibiotik itu sendiri akan berkembang bebas. Di samping itu sifat farmakokinetika dari antibiotika itu sendiri juga memegang peran penting. Sebagai contoh ampisilin dan klindamisin adalah antibiotik yang dikeluarkan di dalam empedu yang merubah flora tinja secara intensif walaupun diberikan secara parental. Antibiotik juga bisa menyebabkan malabsorbsi, misalnya tetrasiklin, kanamisin, basitrasin, polimiksin, dan neomisin.5. PATOFISIOLOGI

Ada 2 prinsip mekanisme terjadinya diare yaitu sekretorik dan osmotik.

1. Diare Sekretorik

Diare sekretorik disebabkan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi chlorida di sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya adalah sekresi cairan yang menyebabkan kehilangan air dan elektrolit dari tubuh sebagai tinja cair yang dapat menyebabkan dehidrasi. Pada diare infeksi perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin bakteri seperti toksin E.coli dan V. cholerae 01 atau virus (Rotavirus).

2. Diare Osmotik

Diare osmotik terjadi bila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan sulit diserap. Jika bahan semacam itu berupa larutan isotonik, air dan bahan yang larut di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila substansi yang diabsorbsi dengan jelek berupa larutan hipertonik, air dan beberapa elektrolit akan pindah dari cairan ekstraseluler ke dalam lumen usus sampai osmolaritas dari isi usus sama dengan cairan ekstraseluler dan darah. Hal in meningkatkan volume tinja dan menyebabkan dehidrasi karena kehilangan cairan tubuh. Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), yang secara klinis berupa pernafasan kusmaull, hipoglikemia, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi.6. MANIFESTASI KLINIS

Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan/ sesudah diare. Bila telah banyak kehilangan air dan elektrolit terjadilah dehidrasi. Berat badan turun. Pada bayi, ubun-ubun besar cekung. Tonus dan turgor kulit berkurang. Selaput lendir bibir dan mulut kering.

Cara praktis penatalaksanaan diare yaitu berdasarkan tipe klinis diare itu sendiri. Terdapat 4 macam tipe klinis diare, dimana tiap macam menggambarkan kelainan yang mendasari dan perubahan fisiologi yang berbeda-beda:1. Diare cair akut (termasuk kolera) yang berlangsung beberapa jam sampai dengan beberapa hari. Pada diare ini perlu diwaspadai bahaya terjadinya dehidrasi, juga dapat terjadi penurunan berat badan apabila intake makanan kurang.

2. Diare akut dengan pendarahan (disentri), dimana pada diare ini bahaya utamanya adalah kerusakan usus, sepsis, dan malnutrisi serta dehidrasi.

3. Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih), dimana bahaya utamanya adalah malnutrisi dan infeksi non intestinal berat serta dehidrasi.

4. Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor) dengan bahaya utamanya antara lain infeksi sistemik berat, dehidrasi, gagal jantung, dan defisiensi mineral dan vitamin.

7. PENCEGAHAN

Diare dapat dicegah dengan memperbaiki usaha multisektoral antara lain sebagai berikut:

1. Meningkatkan sarana air besih dan sanitasi umum

2. Promosi pendidikan higiene3. Pemberian ASI eksklusif4. Meningkatkan ketrampilan mengasuh anak5. Imunisasi pada anak : khususnya untuk membasmi campak6. Menggunakan jamban/wc7. Menjaga kebersihan makanan dan minuman8. Mencuci tangan dengan sabun sebelum menyentuh makanan9. Mencuci peralatan makan

8. DIAGNOSIS

1. Anamnesis

a.Riwayat diare sekarang :

1) Sudah berapa lama diare berlangsung

2) Total diare dalam 24 jam, diperkirakan dari frekuensi diare dan jumlah tinja

3) Keadaan klinis tinja (warna, konsistensi, ada lendir atau darah)

4) Muntah (frekuensi dan jumlah)

5) Demam

6) Buang air kecil terakhir

7) Anak lemah, rewel, rasa haus, kesadaran menurun

8) Jumlah cairan yang masuk selama diare

9) Tindakan yang telah diambil (diberi cairan, ASI, makanan, obat, oralit)

10) Apakah ada yang menderita diare di sekitarnya11) Riwayat bepergian ke daerah yang sedang terkena wabah diare12) Kontak dengan orang yang sakit13) Penggunaan antibiotik.b. Riwayat diare sebelumnya: kapan, berapa lama

c. Riwayat penyakit penyerta saat inid. Riwayat imunisasi: lengkap atau tidake. Riwayat makanan sebelum diare: ASI, susu formula, makan makanan yang tidak biasa.2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan tanda utama yaitu, kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen. Perhatikan juga tanda tambahan, yaitu ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau tidak, ada atau tidaknya air mata, kering atau tidaknya mukosa mulut, bibir dan lidah. Jangan lupa menimbang berat badan. Perhatikan pula ada tidaknya pernafasan cuping hidung, retraksi interkostal, akral dingin, perfusi jaringan serta derajat dehidrasinya. Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :

a. Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan)

1) Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan

2) Keadaan umum baik dan sadar3) Tanda vital dalam batas normal4) Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa mulut dan bibir basah5) Turgor abdomen baik, bising usus normal6) Akral hangatPasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak mau

minum, muntah terus menerus, diare yang frekuen).

b. Dehidrasi ringan-sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)

1) Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda tambahan

2) Keadaan umum gelisah dan cengeng

3) Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering

4) Turgor kurang

5) Akral hangat

6) Pasien harus rawat inap.

c. Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)

1) Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih tanda tambahan

2) Keadaan umum lemah, letargi atau koma3) Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering4) Turgor buruk5) Akral dingin6) Pasien harus rawat inap.Penilaian Dehidrasi Menurut MTBS

Terdapat 2 atau lebih dari tanda-tanda berikut ini:

Letargis atau tidak sadar

Mata cekung

Tidak bisa minum atau malas minum

Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambatDehidrasi berat

Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda berikut ini:

Gelisah, rewel

Mata cekung

Haus, minum dengan lahap

Cubitan kulit perut kembalinya lambatDehidrasi ringan/sedang

Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan dehidrasi berat atau ringan/sedang

Tanpa dehidrasi

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaaan tinja

1. Makroskopis: bau, warna, lendir, darah, konsistensi

2. Mikroskopis: eritrosit, lekosit, bakteri, parasit

3. Kimia: PH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)

4. Biakan dan uji sensitivitas

b. Pemeriksaan darah: Darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai kejang), kadar ureum dan kreatinin darah.

c. Pemeriksaan urin: urin rutinB. PENATALAKSANAAN

1. Atasi Dehidrasi

a. Tanpa dehidrasi

Cairan rumah tangga dan ASI diberikan semaunya, oralit diberikan sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis:

1) < 1 tahun: 50-100 cc

2) 1-5 tahun : 100-200 cc

3) 5 tahun : semaunya.

b. Dehidrasi ringan-sedang

Rehidrasi dengan oralit 75 cc/kgBB dalam 3 jam pertama dilanjutkan pemberian kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai umur seperti di atas setiap kali buang air besar.

Rehidasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap diberi minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau melalui pipa nasogastrik. Cairan intravena yang diberikan adalah ringer laktat atau KaEN 3B atau NaCl dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan. Status hidrasi dievaluasi secara berkala.

1) Berat badan 3-10 kg: 200 ml/kg/BB/hari

2) Berat badan 10-15 kg: 175 ml/kg/BB/hari

3) Berat badan >15 kg: 135 ml/kg/BB/hari

c. Dehidrasi berat

Rehidrasi parenteral dengan cairan ringer laktat atau ringer asetat 100 cc/kgBB. Cara pemberian :

1) < 1 tahun ( 30 cc/kgBB dalam 1 jam pertama dilanjutkan 70 cc/kgBB dalam 5 jam berikutnya.

2) > 1 tahun ( 30 cc/kgBB dalam jam pertama dilanjutkan 70 cc/kgBB dalam 2 jam berikutnya.

Minum diberikan jika pasien sudah mau minum, 5 cc/kgBB selama proses rehidrasi.2. Pemakaian antibiotik

Bila ada indikasi seperti pada Shigella dan Cholera. Antibiotik sesuai dengan hasil pemeriksaan penunjang. Sebagai pilihan adalah kotrimoksazol, amoksisilin dan atau sesuai hasil uji sensitivitas.

3. Diet

Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering, rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.

4. Jangan mengunakan spasmolitika.

5. Koreksi elektrolit: koreksi bila terjadi hipernatremia, hiponatremia, hiperkalemia atau hipokalemia.

6. Vitamin A

a. 6 bulan 1 tahun : 100.000 IU

b. >1 tahun : 200.000 IU

7. Pendidikan orangtua: penyuluhan tentang penanganan diare dan cara-cara pencegahan diare.DAFTAR PUSTAKAIrwanto (2002). Ilmu Penyakit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan. Salemba Medika. Jakarta, hal : 73 79IDAI (2004). Standar Pelayanan Medis. Badan Penerbit IDAI. Jakarta. Hal : 49 -52

IDAI (2010). Pedoman Pelayanan Medis Jilid I. Badan Penerbit IDAI. Jakarta. Hal : 58 61

Rusepno H dan Husein A (1988). Ilmu Kesehatan Anak. FK UI. Infomedika. Jakarta.Soebagyo B. (2008). Diare Akut Pada Anak. UNS Press. SurakartaWHO (2004). Diarrhoea : Water, Sanitation adan Hygiene Links to Health

An.AN

PAGE 24