Top Banner
PRESENTASI KASUS Tanggal masuk RSUD : 31 Juli 2013 Jam : 18.40 WIB 1. Identifikasi 1) Nama : Ny. F 2) Umur : 35 tahun 3) Agama : Islam 4) Pendidikan : SMP 5) Pekerjaan : IRT 6) Alamat : Waringin Kurung Cilegon 7) Nama suami : Tn. S 8) Pekerjaan suami : Buruh 9) Pendidikan suami : SD 2. Keluhan Utama : Mulas-mulas sejak 2 hari SMRS Tambahan : Keluar darah dan lendir dari jalan lahir sejak 2 hari SMRS dan air-air merembes dari jalan lahir sejak 1 hari SMRS. 3. Riwayat Haid Menarche : 13 tahun Siklus Haid : 1 Bulan Jumlah : 2x ganti pembalut Lama : 6 hari HPHT : 10 Oktober 2013 1
34

PRESKAS ptm primitua wita.docx

Oct 22, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: PRESKAS ptm primitua wita.docx

PRESENTASI KASUS

Tanggal masuk RSUD : 31 Juli 2013

Jam : 18.40 WIB

1. Identifikasi

1) Nama : Ny. F

2) Umur : 35 tahun

3) Agama : Islam

4) Pendidikan : SMP

5) Pekerjaan : IRT

6) Alamat : Waringin Kurung Cilegon

7) Nama suami : Tn. S

8) Pekerjaan suami : Buruh

9) Pendidikan suami : SD

2. Keluhan

Utama : Mulas-mulas sejak 2 hari SMRS

Tambahan : Keluar darah dan lendir dari jalan lahir sejak 2 hari SMRS

dan air-air merembes dari jalan lahir sejak 1 hari SMRS.

3. Riwayat Haid

Menarche : 13 tahun

Siklus Haid : 1 Bulan

Jumlah : 2x ganti pembalut

Lama : 6 hari

HPHT : 10 Oktober 2013

TP : 17 Juli 2013

4. Riwayat Perkawinan

Menikah satu kali, sejak 1 tahun yang lalu (usia 34 tahun).

1

Page 2: PRESKAS ptm primitua wita.docx

5. Riwayat Kehamilan Sekarang

Pasien G1P0A0 mengaku hamil 9 bulan datang ke IGD RSUD Cilegon pada tanggal 31

Juli 2013 pukul 18.40 WIB atas rujukan bidan dengan diagnosa partus tidak maju suspek

disproporsi sefalopelvik. Dua hari yang lalu (29 Juli 2013) saat pasien merasa mulas-

mulas dan keluar darah lendir banyak, pasien memeriksakan diri ke bidan dan didapatkan

dari hasil pemeriksaan dalam bahwa pembukaan sudah 3 cm. Pasien diobservasi oleh

bidan tersebut, hingga hari berikutnya pasien merasa lebih mulas serta keluar air-air

merembes dari jalan lahir, didapatkan pembukaan sudah 4 cm. Tanggal 31 Juli 2013,

pembukaan sudah mencapai 7 cm dan tidak kunjung bertambah meskipun his sudah baik,

pasien kemudian dirujuk ke RSUD Cilegon.

Gerakan janin masih terasa sejak usia kehamilan 4 bulan sampai sekarang. Keluhan

pusing, mual dan muntah disangkal, makan/minum baik, BAB/BAK lancar. Pasien rutin

memeriksakan kehamilan di posyandu setiap bulan. Riwayat minum jamu, merokok, dan

minum obat-obatan selain yang diresepkan selama kontrol kehamilan disangkal.

6. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Terdahulu

Ini adalah kehamilan pertama dan belum pernah keguguran.

7. Riwayat Penyakit Terdahulu

Pasien menyangkal sebelum hamil memiliki riwayat darah tinggi, kencing manis,

penyakit jantung, ginjal dan asma.

8. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengaku dalam keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit darah tinggi,

kencing manis, penyakit jantung, dan ginjal. Terdapat riwayat asma pada ibu.

9. Riwayat Kontrasepsi

Pasien mengaku tidak pernah menggunakan KB.

10. Riwayat Imunisasi

Pasien mengaku mendapatkan imunisasi TT bulan Januari dan Februari 2013 lalu.

2

Page 3: PRESKAS ptm primitua wita.docx

Pemeriksaan Fisik, 31 Juli 2013

1. Status Present

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tek. Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 102x/menit

Pernafasan : 24x/menit

Suhu : 37,30C

BB : 49 kg

TB : 139 cm

Ukuran sepatu : 36

2. Status Generalis

Mata : tidak terdapat konjungtiva anemis dan sklera ikterik

Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening

Jantung : Ictus cordis tidak teraba dan tidak terlihat

Bunyi jantung I-II reguler, murmur dan gallop (-)

Paru : Suara napas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen : membuncit, striae gravidarum (+)

Ekstremitas : edema pretibial (-/-), varises (-/-), akral hangat.

3. Status Obstetri

Pemeriksaan Luar

Perut membuncit simetris, Tinggi fundus uteri 34 cm, punggung di kanan, presentasi

kepala, penurunan 5/5, his 3x/10’/40”, DJJ 132x/menit, TBJ 3255 gram.

Pemeriksaan Dalam

o Inspeksi:

Pengeluaran pervaginam: Blood slym (-)

Vulva & Vagina tidak ada kelainan

o VT :

Portio tebal lunak, pembukaan 7 cm, ketuban (-), kepala Hodge I

4. Pemeriksaan Laboratorium

Hemoglobin : 11,8 g/dl

Leukosit : 19.420/uL

Hematokrit : 34,9%

3

Page 4: PRESKAS ptm primitua wita.docx

Trombosit : 253.000/uL

Gula Darah Sewaktu : 132 mg/dl

SGOT : 12 u/l

SGPT : 8 u/l

Golongan darah : A Rh(+)

HBsAg : non reaktif

Anti-HIV : non reaktif

Diagnosis

G1P0A0 hamil ± 42 minggu, primigravida tua, janin tunggal hidup intrauterin,

presentasi kepala, punggung kanan, inpartu, kala I fase aktif dengan PTM, CPD

Penatalaksanaan

IVFD RL 20 tpm

Observasi tanda-tanda vital

Observasi DJJ, His

Sectio Cessarea

Prognosis

Dubia ad bonam

FOLLOW UP

31 Juli 2013

Jam 20.00 S/ : Mulas semakin sering

O/ : KU : Baik, Kesadaran : Compos mentis

TD : 120/80 mmHg, N: 100 x/menit,

RR : 22 x/menit, S: 37,4°C

His : 3-4x/10’/40”, DJJ : 140 x/menit

A/ : G1P0A0 hamil ± 42 minggu, primigravida tua, janin tunggal

hidup intrauterin, presentasi kepala, punggung kanan,

inpartu, kala I fase aktif dengan PTM, CPD

P/ : IVFD RL 20 tpm

Observasi tanda-tanda vital, DJJ, His

Persiapkan Operasi: informed consent, pasang kateter,

4

Page 5: PRESKAS ptm primitua wita.docx

Jam 21.00

Jam 22.00

pasien dipuasakan

S/ : Mulas semakin sering

O/ : KU : Baik, Kesadaran : Compos mentis

TD : 110/70 mmHg, N: 112 x/menit,

RR : 24 x/menit, S: 37,2°C

His : 4x/10’/40-60”, DJJ : 136 x/menit

A/ : G1P0A0 hamil ± 42 minggu, primigravida tua, janin tunggal

hidup intrauterin, presentasi kepala, punggung kanan,

inpartu, kala I fase aktif dengan PTM, CPD

P/ : IVFD RL 20 tpm

Observasi tanda-tanda vital, DJJ, His

Persiapan Operasi (+)

Pasien dibawa ke OK untuk dioperasi SC

Laporan operasi

Teknik operasi : SCTP (Sectio Cessarea Transperitoneal Profunda)

1. Pasien dalam posisi terlentang dalam spinal anestesi.

2. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada daerah operasi.

3. Daerah operasi dipersempit dengan duk steril.

4. Insisi dilakukan di pfannenstiel

5. Insisi diperdalam secara tumpul dan langsung menembus peritoneum dan tampak uterus

6. Plika vesica uterina disayat melintang.

7. Insisi segmen bawah rahim (SBR) secara semilunar, dan dilebarkan secara tumpul.

8. Selaput ketuban dipecahkan dan didapatkan kepala. Pada jam 22.45 WIB, bayi

perempuan dan tidak ditemukan kelainan kongenital. Dilahirkan dengan berat badan

2600 gram dan panjang badan 48 cm.

9. Plasenta dilahirkan secara manual.

10. Uterus dijahit lapis demi lapis, terkunci, kontrol perdarahan dilakukan peritonealisasi

plika vesica uterina.

11. Cavum abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan.

12. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis, peritoneum viseral, peritoneum parietal, fascia,

jaringan lunak, subcutis, kulit.

13. Operasi selesai.

5

Page 6: PRESKAS ptm primitua wita.docx

Post - op

1 Agustus 2013 S/ : Nyeri Jahitan (+) PPV (+) Flatus (-) Mobilisasi (-) ASI (-)

BAK terpasang kateter

O/ : KU : Lemah, Kesadaran : Compos mentis

TD : 120/80 mmHg, N: 110 x/menit,

RR : 22x/menit, S: 36,4°C

TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik, BU (+)

A/ : P1A0 Post SCTP a/i primitua H aterm PTM, CPD H1

P/ : IVFD RL 20 tpm

Ceftriaxone inj 2x1 gr vial IV

Tramadol supp 3x1

Cytrostol III tab / rectal (ekstra)

2 Agustus 2013 S/ : Nyeri Jahitan (+) PPV (+) Flatus (+) Mobilisasi (+) ASI (+)

O/ : KU : Baik, Kesadaran : Compos mentis

TD : 120/80 mmHg, N: 96 x/menit,

RR : 22x/menit, S: 36,7°C

A/ : P1A0 Post SCTP a/i primitua H aterm PTM, CPD H2

P/ : IVFD RL 20 tpm

Ceftriaxone inj 2x1 gr vial IV

Tramadol supp 3x1

Cytrostol III tab / rectal (ekstra)

3 Agustus 2013 S/ : Tidak ada keluhan

O/ : KU : Baik, Kesadaran : Compos mentis

TD : 120/80 mmHg, N: 84 x/menit,

RR : 22x/menit, S: 36°C

A/ : P1A0 Post SCTP a/i primitua H aterm PTM, CPD H3

P/ : Amoxicilin tab 3x500 mg

Asam mefenamat tab 3x500 mg

BC/Vit C 1x1

Pasien boleh pulang

6

Page 7: PRESKAS ptm primitua wita.docx

DISKUSI

I. IDENTIFIKASI

Pasien G1P0A0 mengaku hamil 9 bulan datang ke IGD RSUD Cilegon pada tanggal

31 Juli 2013 pukul 18.40 WIB atas rujukan bidan dengan diagnosa partus tidak maju

suspek disproporsi sefalopelvik. Dua hari yang lalu (29 Juli 2013) saat pasien merasa

mulas-mulas dan keluar darah lendir banyak, pasien memeriksakan diri ke bidan dan

didapatkan dari hasil pemeriksaan dalam bahwa pembukaan sudah 3 cm. Pasien

diobservasi oleh bidan tersebut, hingga hari berikutnya pasien merasa lebih mulas

serta keluar air-air merembes dari jalan lahir, didapatkan pembukaan sudah 4 cm.

Tanggal 31 Juli 2013, pembukaan sudah mencapai 7 cm dan tidak kunjung bertambah

meskipun his sudah baik, pasien kemudian dirujuk ke RSUD Cilegon. Gerakan janin

masih terasa sejak usia kehamilan 4 bulan sampai sekarang. Keluhan pusing, mual

dan muntah disangkal, makan/minum baik, BAB/BAK lancar.

Pasien dioperasi seksio sesaria atas indikasi partus tidak maju, usia ibu yang sudah 35

tahun dan hamil pertama, serta adanya disproporsi sefalopelvik atau cephalopelvic

diproportion (CPD).

II. PERMASALAHAN

1. Apakah penegakan diagnosis pada kasus ini sudah tepat?

2. Faktor predisposisi apa yang didapatkan pada pasien ini ?

3. Apakah penatalaksanaan pasien ini sudah adekuat?

III. ANALISA KASUS

1. Apakah penegakan diagnosis pada kasus ini sudah tepat?

Dari Anamnesa, didapatkan:

Usia ibu 35 tahun

Kehamilan ini adalah kehamilan pertama, belum pernah mengalami keguguran

sebelumnya

HPHT: 10 Oktober 2013

Pasien sudah merasa mules-mules dan keluar darah lendir sejak 2 hari SMRS

Keluar air-air merembes dari jalan lahir 1 hari SMRS

Pembukaan 7 cm yang menetap lebih dari 2 jam

7

Page 8: PRESKAS ptm primitua wita.docx

Berdasarkan anamnesis, diagnosis yang dapat disimpulkan yaitu

1. Ibu primigravida tua

2. Usia kehamilan saat ini + 42 minggu

3. Partus tidak maju (PTM)

Dari Pemeriksaan Fisik, didapatkan:

Tinggi badan: 139 cm, ukuran sepatu: 36

Tinggi fundus uteri 34 cm, punggung di kanan, presentasi kepala, penurunan

5/5, his 3x/10’/40”, DJJ 132x/menit, TBJ 3255 gram.

Pengeluaran pervaginam: Blood slym (-)

VT : Portio tebal lunak, pembukaan 7 cm, ketuban (-), kepala Hodge I

Berdasarkan pemeriksaan fisik, dapat diperkirakan adanya disproporsi sefalopelvik

atau cephalopelvic diproportion (CPD) dilihat dari predisposisi tinggi badan pasien

dan penurunan kepala 5/5 dan masih berada di Hodge I meskipun pembukaan

sudah 7 cm dan his baik.

2. Faktor predisposisi apa yang didapatkan pada pasien ini ?

Faktor predisposisi yang mungkin pada pasien ini adalah :

a. Primigravida

b. Usia 35 tahun

c. Tinggi badan 139 cm

d. Ukuran sepatu 36

3. Apakah penatalaksanaan pasien ini sudah adekuat?

Dengan adanya diagnosis tersebut, maka talaksana persalinan direncanakan adalah

rehidrasi dengan pemberian infus Ringer Laktat, observasi tanda-tanda vital, his,

DJJ, serta lakukan operasi seksio sesaria segera. Kehamilan pada pasien ini,

adalah kehamilan pada usia tua berhubungan dengan kehamilan yang berisiko

tinggi. Insidensi komplikasi baik komplikasi obstetri maupun medis juga

meningkat pada primitua. Kelahiran pada primigravida tua cenderung berlangsung

lebih lama atau dengan seksio sesarea.

Adanya tanda partus tak maju, yaitu pembukaan yang tidak bertambah dalam 2

jam serta disproporsi sefalopelvik, ditambah adanya penyulit yaitu primitua, maka

tatalaksana tepat adalah seksio sesarea.

8

Page 9: PRESKAS ptm primitua wita.docx

TINJAUAN PUSTAKA

I. PRIMIGRAVIDA TUA

Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali. Wanita yang pertama

kali hamil sedangkan umurnya di bawah 20 tahun disebut primigravida muda. Usia terbaik

untuk seorang wanita hamil antara usia 20 tahun hingga 35 tahun. Sedangkan wanita yang

pertama hamil pada usia di atas 35 tahun disebut primigravida tua (Manuaba, 2007). Kurang

lebih 10% wanita dari kelompok sosial ekonomi yang lebih baik, menunda kehamilan sampai

usia lebih dari 35 tahun (Kristina, 2011). Primigravida muda termasuk di dalam kehamilan

risiko tinggi (KRT) dimana jiwa dan kesehatan ibu dan atau bayi dapat terancam. Risiko

kematian maternal pada primigravida muda jarang dijumpai dari pada primigravida tua.

Dikarenakan pada primigravida muda dianggap kekuatannya masih baik (Manuaba, 2007).

Usia <20 tahun organ-organ reproduksi belum sempurna secara keseluruhan dan

perkembangan kejiwaan belum matang sehingga belum siap menjadi ibu dan menerima

kehamilannya. Usia >35 tahun organ reproduksi mengalami perubahan yang terjadi karena

proses menuanya organ kandungan dan jalan lahir kaku atau tidak lentur lagi. Selain itu

peningkatan umur seseorang akan mempengaruhi organ yang vital seperti sistim

kardiovaskuler, ginjal, dll (pada umur tersebut mudah terjadi penyakit pada ibu yang akan

memperberat tugas organ-organ tersebut sehingga berisiko mengalami komplikasi pada ibu

dan janin). (Rochjati, P., 1990).

Penelitian yang dilakukan Eke and Eleje (2009) menunjukkan bahwa primigravida tua

secara signifikan berhubungan dengan risiko tinggi anemia, diabetes mellitus, malpresentasi,

hiperemesis gravidarum dan IUGR serta risiko tinggi terhadap disproporsi sefalopelvik, fetal

disstres, kala II lama dan perdarahan post partum. Preeklamsia juga terjadi pada kehamilan

pada ibu dengan usia ≥ 35 tahun, diduga akibat hipertensi yang diperberat oleh kehamilan

(Cunningham, 2006).

Aspek sosial dapat menimbulkan kesulitan tumbuh kembang janin dan penyulit saat

proses persalinan berlangsung. Pengawasan terhadap mereka perlu juga diperhatikan karena

dapat terjadi hipertensi karena stres pekerjaan, hipertensi dapat menjadi pemicu

preeklamsia/eklamsia, diabetes melitus, perdarahan antepartum, abortus, persalinan

premature, kelainan kongenital, ganggguan tumbuh kembang janin dalam rahim (Manuaba,

2007).

9

Page 10: PRESKAS ptm primitua wita.docx

II. PARTUS TAK MAJU

Partus tak maju yaitu persalinan yang ditandai tidak adanya pembukaan serviks dalam 2 jam

dan tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam (Prawihardjo, S., 2009). Partus tak maju

(persalinan macet) berarti meskipun kontraksi uterus kuat, janin tidak dapat turun karena

faktor mekanis. Kemacetan persalinan biasanya terjadi pada pintu atas panggul, tetapi dapat

juga terjadi pada rongga panggul atau pintu bawah panggul. (WHO, 2002). Partus tak maju

yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak menunjukan kemajuan pada

pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar paksi selama 2 jam terakhir. (Mochtar, R.,

1998)

1. Penyebab Partus Tak Maju

Penyebab partus tak maju yaitu :

a. Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar)

Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan, tetapi

yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan panggul ibu. Besarnya kepala

janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu menentukan apakah ada disproporsi

sefalopelvik atau tidak. (Prawihardjo, S., 2009)

Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati panggul.

Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang efisien, letak,

presentasi, kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan kepala janin untuk

mengadakan molase. Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek, kedudukan abnormal,

ketidakmampuan kepala untuk mengadakan molase dapat menyebabkan persalinan

normal tidak mungkin. Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan < 145 cm dapat

terjadi disproporsi sefalopelvik, kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan

kepala bayi, sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan

komplikasi obstetri. (Hakimi, M., 2003; Huda, N.L., 2005)

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis, hal ini akan

menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan selamat.

Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal, atau pelvis

normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis sempit.

Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan 37 minggu

karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai ukuran lahir normal.

10

Page 11: PRESKAS ptm primitua wita.docx

Gambar 1. Ruang Panggul

1) Kesempitan pintu atas panggul (pelvic inlet)

Pembagian tingkatan panggul sempit

o Tingkat I : C.V = 9-10 cm = borderline

o Tingkat II : C.V = 8-9 cm = relative

o Tingkat III : C.V = 6-8 cm = Ekstrim

o Tingkat IV : C.V = 6 cm =Mutlak (absolut)

Pembagian menurut tindakan

o C.V = 11 cm……...………Partus Biasa

o C.V = 8-10 cm……………Partus percobaan

o C.V = 6-8 cm …………….SC primer

o C.V = 6 cm ………………SC mutlak (absolut)

Inlet dianggap sempit bila C.V kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang

dari 12 cm. Karena yang biasa diukur adalah Conjugata Diagonalis (C.D) maka

inlet dianggap sempit bila C.D kurang dari 11,5 cm.

2) Kesempitan pintu tengah panggul (midpelvis)

Terjadi bila:

a) Diameter interspinarum 9 cm, atau

b) Kalau diameter transversa ditambahkan dengan diameter sagitalis posterior

kurang dari 13,5 cm.

11

Page 12: PRESKAS ptm primitua wita.docx

Kesempitan midpelvis hanya dapat dipastikan dengan rontgen pelvimetri. Dengan

pelvimetri klinik, hanya dapat dipikirkan kemungkinan kesempitan midpelvis

kalau:

spina menonjol, partus akan tertahan disebut midpevic arrest

side walls konvergen

ada kesempitan outlet

Midpelvis contraction dapat memberi kesulitan sewaktu partus sesudah kepala

melewati pintu atas panggul. Adanya kesempitan ini sebetulnya merupakan

kontraindikasi untuk forsep karena daun forsep akan menambah sempitnya

ruangan.

3) Kesempitan pintu bawah panggul (pelvic outlet)

Adalah bila diameter transversa dan diameter sagitalis posterior <15 cm.

Kesempitan outlet, meskipun bisa tidak menghalangi lahirnya janin, namun dapat

menyebabkan perineal rupture yang hebat, karena arkus pubis sempit sehingga

kepala janin terpaksa melalui ruangan belakang.

(Prawihardjo, S., 2009; Mochtar, R., 1998)

b. Abnormalitas sistem reproduksi

Abnormalitas sistem reproduksi misalnya tumor pelvis, stenosis vagina kongenital,

perineum kaku dan tumor vagina.

c. Presentasi yang abnormal

Hal ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu posterior dan kepala yang sulit

lahir pada presentasi bokong. (Dipta, T.P. 2010)

1) Presentasi Dahi

Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara fleksi

maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah.

Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan panggul, saat

persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga panggul sehingga

persalinan menjadi lambat dan sulit. Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan

kondisi normal kecuali bila bayi kecil atau pelvis luas, persalinan dilakukan dengan

tindakan caesarea. IR presentasi dahi 0,2% kelahiran pervaginam, lebih sering pada

primigravida.

12

Page 13: PRESKAS ptm primitua wita.docx

2) Presentasi Bahu

Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar dari satu

sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada pintu atas

panggul menjelang persalinan. Bila pasien berada pada persalinan lanjut setelah

ketuban pecah, bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan

atau lengan keluar dari vagina. Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari

janin tegak lurus atau pada sudut akut panjangnya poros ibu, sebagaimana yang

terjadi pada letak melintang. Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan

dinding abdomen dan otot uterus kendur, prematuritas, obstruksi panggul.

3) Presentasi Muka

Pada presentasi muka, kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput menempel

pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah. Presentasi muka terjadi

karena ekstensi pada kepala, bila pelvis sempit atau janin sangat besar. Pada wanita

multipara, terjadinya presentasi muka karena abdomen yang menggantung yang

menyebabkan punggung janin menggantung ke depan atau ke lateral, seringkali

mengarah kearah oksiput. Presentasi muka tidak ada faktor penyebab yang dapat

dikenal, mungkin terkait dengan paritas tinggi tetapi 34% presentasi muka terjadi

pada primigravida.

Gambar 2. Presentasi puncak kepala, presentasi dahi, presentasi muka

d. Abnormalitas pada janin

Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya: Hidrosefalus,

pertumbuhan janin lebih besar dari 4.000 gram, bahu yang lebar dan kembar siam.

e. Kelainan his dan meneran

His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan hambatan pada

jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, jika tidak dapat diatasi dapat

megakibatkan kemacetan persalinan. His yang normal dimulai dari salah satu sudut di

fundus uteri yang kemudian menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan

13

Page 14: PRESKAS ptm primitua wita.docx

adanya dominasi kekutan pada fundus uteri, kemudian mengadakan relaksasi secara

merata dan menyeluruh. Baik atau tidaknya his dinilai dengan kemajuan persalinan,

sifat dari his itu sendiri (frekuensinya, lamanya, kuatnya dan relaksasinya) serta

besarnya caput succedaneum.

Adapun jenis-jenis kelainan his sebagai berikut:

1) Inersia uteri

His bersifat biasa, yaitu fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu daripada

bagian lain. Kelainannya terletak dalam hal bahwa kontaksi berlangsung terlalu

lama dapat meningkatkan morbiditas ibu dan mortalitas janin. Keadaan ini

dinamakan dengan inersia uteri primer. Jika setelah belangsungnya his yang kuat

untuk waktu yang lama dinamakan inersia uteri sekunder. Karena dewasa ini

persalinan tidak dibiarkan berlangsung lama (hingga menimbulkan kelelahan otot

uterus) maka inersia uterus sekunder jarang ditemukan2.

2) His yang terlalu kuat

His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam

waktu yang sangat singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari tiga jam disebut

partus presipitatus. Sifat his normal, tonus otot diluar his juga normal,

kelainannya hanya terletak pada kekuatan his. Bahaya dari partus presipitatus

bagi ibu adalah perlukaan pada jalan lahir, khususnya serviks uteri, vagina dan

perineum. Sedangkan bagi bayi bisa mengalami perdarahan dalam tengkorak

karena bagian tersebut menglami tekanan kuat dalam waktu yang singkat.

3) Kekuatan uterus yang tidak terkoordinasi

Disini kontraksi terus tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah

dan bawah, tidak adanya dominasi fundal, tidak adanya sinkronisasi antara

kontraksi daripada bagian-bagiannya. Dengan kekuatan seperti ini, maka tonus

otot terus meningkat sehingga mengakibatkan rasa nyeri yang terus menerus dan

hipoksia janin. Macamnya adalah hipertonik lower segment, colicky uterus,

lingkaran kontriksi dan distosia servikalis

Kelainan Meneran

Terkadang pada persalinan kala I fase aktif terdapat usaha-usaha ibu untuk meneran

tanpa sadar akibat adanya kontraksi uterus hal ini lah yang mengakibatkan terjadinya

odema pada genetalia sehingga partus tak maju dapat terjadi.

14

Page 15: PRESKAS ptm primitua wita.docx

f. Pimpinan partus yang salah

Pimpinan persalinan yang salah dari penolong juga bisa menjadi salah satu penyebab

terjadinya partus tak maju. Seringkali penyebab partus tak maju ini adalah

berhubungan dengan pengawasan pada pelaksanaan pertolongan persalinan yang tidak

adekuat yang bisa disebabkan ketidaktahuan, ketidaksabaran, atau bisa juga karena

keterlambatan merujuk.

2. Komplikasi Persalinan yang Terjadi Pada Partus Tak Maju

a. Ketuban pecah dini

Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak tertutup dengan sempurna oleh

janin ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil. Bila kepala tertahan pada pintu atas

panggul, seluruh tenaga dari uterus diarahkan ke bagian membran yang menyentuh os

internal, akibatnya ketuban pecah dini lebih mudah terjadi.

b. Pembukaan serviks yang abnormal

Pembukaan serviks terjadi perlahan-lahan atau tidak sama sekali karena kepala janin

tidak dapat turun dan menekan serviks. Pada saat yang sama, dapat terjadi edema

serviks sehingga kala satu persalinan menjadi lama. Namun demikian kala satu dapat

juga normal atau singkat, jika kemacetan persalinan terjadi hanya pada pintu bawah

panggul. Dalam kasus ini hanya kala dua yang menjadi lama. Persalinan yang lama

menyebabkan ibu mengalami ketoasidosis dan dehidrasi.

Seksio caesarea perlu dilakukan jika serviks tidak berdilatasi. Sebaliknya, jika serviks

berdilatasi secara memuaskan, maka ini biasanya menunjukan bahwa kemacetan

persalinan telah teratasi dan kelahiran pervaginam mungkin bisa dilaksanakan (bila

tidak ada kemacetan pada pintu bawah panggul). (WHO, 2002)

c. Bahaya ruptur uterus

Ruptur uterus, terjadinya disrupsi dinding uterus, merupakan salah satu dari

kedaruratan obstetrik yang berbahaya dan hasil akhir dari partus tak maju yang tidak

dilakukan intervensi. Ruptur uterus menyebabkan angka kematian ibu berkisar 3-15%

dan angka kematian bayi berkisar 50%. Bila membran amnion pecah dan cairan

amnion mengalir keluar, janin akan didorong ke segmen bawah rahim melalui

kontraksi. Jika kontraksi berlanjut, segmen bawah rahim akan merengang sehingga

menjadi berbahaya menipis dan mudah ruptur. Namun demikian kelelahan uterus

dapat terjadi sebelum segmen bawah rahim meregang, yang menyebabkan kontraksi

menjadi lemah atau berhenti sehingga ruptur uterus berkurang.

15

Page 16: PRESKAS ptm primitua wita.docx

Ruptur uterus lebih sering terjadi pada multipara jarang terjadi, pada nulipara

terutama jika uterus melemah karena jaringan parut akibat riwayat seksio caesarea.

Ruptur uterus menyebabkan hemoragi dan syok, bila tidak dilakukan penanganan

dapat berakibat fatal.

d. Fistula

Jika kepala janin terhambat cukup lama dalam pelvis maka sebagian kandung kemih,

serviks, vagina, rektum terperangkap diantara kepala janin dan tulang-tulang pelvis

mendapat tekanan yang berlebihan. Akibat kerusakan sirkulasi, oksigenisasi pada

jaringan-jaringan ini menjadi tidak adekuat sehingga terjadi nekrosis, yang dalam

beberapa hari diikuti dengan pembentukan fistula. Fistula dapat berubah vesiko-

vaginal (diantara kandung kemih dan vagina), vesiko-servikal (diantara kandung

kemih dan serviks) atau rekto-vaginal (berada diantara rektum dan vagina). Fistula

umumnya terbentuk setelah kala II persalinan yang sangat lama dan biasanya terjadi

pada nulipara, terutama di negara-negara yang kehamilan para wanitanya dimulai

pada usia dini. (WHO, 2002)

e. Sepsis puerferalis

Sepsis puerferalis adalah infeksi pada traktus genetalia yang dapat terjadi setiap saat

antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari setelah

persalinan atau abortus dimana terdapat gejala-gejala : nyeri pelvis, demam 38,50c

atau lebih yang diukur melalui oral kapan saja cairan vagina yang abnormal, berbau

busuk dan keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus. (Wijayanegara,

H., 1983)

Infeksi merupakan bagian serius lain bagi ibu dan janinya pada kasus partus lama dan

partu tak maju terutama karena selaput ketuban pecah dini. Bahaya infeksi akan

meningkat karena pemeriksaan vagina yang berulang-ulang.(WHO, 2002)

3. Pengaruh Partus tak maju Pada Bayi

a. Perubahan-perubahan tulang-tulang kranium dan kulit kepala

Akibat tekanan dari tulang-tulang pelvis, kaput suksedaneum yang besar atau

pembengkakan kulit kepala sering kali terbentuk pada bagian kepala yang paling

dependen dan molase (tumpang tindih tulang-tulang kranium) pada kranium janin

mengakibatkan perubahan pada bentuk kepala. Selain itu dapat terjadi sefalhematoma

atau penggumpalan darah di bawah batas tulang kranium, terjadi setelah lahir dan

dapat membesar setelah lahir. (WHO, 2002; Wijayanegara, H., 1983)

16

Page 17: PRESKAS ptm primitua wita.docx

b. Kematian Janin

Jika partus tak maju dibiarkan berlangsung lebih dari 24 jam maka dapat

mengakibatkan kematian janin yang disebabkan oleh tekanan yang berlebihan pada

plasenta dan korda umbilikus. Janin yang mati, belum keluar dari rahim selama 4-5

minggu mengakibatkan pembusukan sehingga dapat mencetuskan terjadinya

koagulasi intravaskuler diseminata (KID) keadaan ini dapat mengakibatkan hemoragi,

syok dan kematian pada maternal. (WHO, 2002)

4. Tanda partus tak maju

Pada kasus persalinan macet/tidak maju akan ditemukan tanda-tanda kelelahan fisik dan

mental yang dapat diobservasi dengan : (WHO, 2002)

a. Dehidrasi dan Ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering)

b. Demam

c. Nyeri abdomen

d. Syok (nadi cepat, anuria, ekteremitas dingin, kulit pucat, tekanan darah rendah) syok

dapat disebabkan oleh ruptur uterus atau sepsis.

5. Pencegahan

a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar

tetap sehat atau tidak sakit.

Untuk menghindari risiko partus tak maju dapat dilakukan dengan :

1) Memberikan informasi bagi ibu dan suaminya tentang tanda bahaya selama

kehamilan dan persalinan.

2) Pendidikan kesehatan reproduksi sedini mungkin kepada wanita usia reproduksi

pra-nikah.

3) Meningkatkan program keluarga berencana bagi ibu usia reproduksi yang sudah

berkeluarga.

4) Memperbaiki perilaku diet dan peningkatan gizi.

5) Antenatal Care dengan yang teratur untuk mendeteksi dini kelainan pada ibu

hamil terutama risiko tinggi

6) Mengukur tinggi badan dan melakukan pemeriksaan panggul pada primigravida.

7) Mengajurkan untuk melakukan senam hamil.

8) Peningkatan pelayanan medik gawat darurat.

17

Page 18: PRESKAS ptm primitua wita.docx

9) Menyediakan sarana transportasi dan komunikasi bagi ibu-ibu yang melahirkan

dirumah (Maternity Waiting Home) apabila terjadi komplikasi, sehingga harus di

rujuk ke fasilitas yang lebih baik. (WHO, 2002)

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan yang

tepat untuk mencegah timbulnya komplikasi, yaitu :

1) Diagnosis dini partus tak maju meliputi

a) Pemeriksaan Abdomen

Tanda-tanda partus tak maju dapat diketahui melalui pemeriksaan abdomen

sebagai berikut :

Kepala janin dapat diraba diatas rongga pelvis karena kepala tidak dapat

turun

Kontraksi uterus sering dan kuat (tetapi jika seorang ibu mengalami

kontraksi yang lama dalam persalinanya maka kontraksi dapat berhenti

karena kelelahan uterus)

Uterus dapat mengalami kontraksi tetanik dan bermolase (kontraksi uterus

bertumpang tindih) ketat disekeliling janin.

Cincin Band/Bandles ring; cincin ini ialah nama yang diberikan pada

daerah diantara segmen atas dan segmen bawah uterus yang dapat dilihat

dan diraba selama persalinan. Dalam persalinan normal, daerah ini disebut

cincin retraksi. Secara normal daerah ini seharusnya tidak terlihat atau

teraba pada pemeriksaan abdomen, cincin bandl adalah tanda akhir dari

persalinan tidak maju. Bentuk uterus seperti kulit kacang dan palpasi akan

memastikan tanda-tanda yang terlihat pada waktu observasi.

b) Pemeriksaan Vagina

Tanda-tandanya sebagai berikut :

Bau busuk dari drainase mekonium

Cairan amniotik sudah keluar

Kateterisasi akan menghasilkan urine pekat yang dapat mengandung

mekonium atau darah

Pemeriksaan vagina: edema vulva (terutama jika ibu telah lama

mengedan), vagina panas dan mengering karena dehidrasi, pembukaan

serviks tidak komplit. Kaput suksedaneum yang besar dapat diraba dan

18

Page 19: PRESKAS ptm primitua wita.docx

penyebab persalinan macet antara lain kepala sulit bermolase akibat

terhambat di pelvis, presentasi bahu dan lengan prolaps.

c) Pencatatan Partograf

Persalinan macet dapat juga diketahui jika pencatatan pada partograf

menunjukan :

Kala I persalinan lama (fase aktif) disertai kemacetan sekunder

Kala II yang lama

Gawat janin (frekuensi jantung janin < dari 120 permenit, bau busuk dari

drainase mekonium sedangkan frekuensi jantung janin normal 120-160

permenit)

Pembukaan serviks yang buruk walaupun kontraksi uterus yang kuat.

2) Melakukan penanganan secepat mungkin untuk mencegah terjadinya komplikasi,

partus tak maju berisiko mengalami infeksi sampai ruptur uterus dan biasanya

ditangani dengan tindakan bedah, seksio caesarea, ekstraksi cunam atau vacum

oleh sebab itu harus dirujuk kerumah sakit.

c. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier dilakukan dengan mencegah terjadinya komplikasi yang lebih

berat dan kematian, yaitu :

Rehidrasikan pasien untuk mempertahankan volume plasma normal dan

menangani dehidrasi, ketosis dengan memberikan natrium laktat 1 liter dan

dekstrosa 5% 1-2 liter dalam 6 jam.

Pemberian antibiotik untuk mencegah sepsis puerperalis dan perawatan intensif

setelah melahirkan.

Seksio sesarea didefinisikan sebagai lahirnya janin melalui insisi di dinding abdomen

(laparotomi) dan dinding uterus (Cunningham, 2006). Operasi seksio sesarea lebih aman

dipilih dalam menjalani proses persalinan karena telah banyak menyelamatkan jiwa ibu yang

mengalami kesulitan melahirkan. Jalan lahir tidak teruji dengan dilakukannya seksio sesarea,

yaitu bilamana didiagnosis panggul sempit atau fetal distress didukung data pelvimetri. Bagi

ibu yang paranoid terhadap rasa sakit, maka seksio sesaria adalah pilihan yang tepat dalam

menjalani proses persalinan, karena diberi anastesi atau penghilang rasa sakit (Fauzi, 2007)

Indikasi dilakukannya seksio sesarea ada indikasi medis dan indikasi sosial. Indikasi

medis dalam seksio sesarea mencakup tiga faktor penentu dalam proses persalinan yaitu

power (tenaga mengejan dan kontraksi dinding otot perut dan dinding rahim), passageway

19

Page 20: PRESKAS ptm primitua wita.docx

(keadaan jalan lahir), dan passenger (janin yang dilahirkan). Mula-mula indikasi seksio

sesaria hanya karena ada kelainan passageway, misalnya sempitnya panggul, dugaan akan

terjadinya trauma persalinan serius pada jalan lahir atau pada anak, dan adanya infeksi pada

jalan lahir yang diduga bisa menular kepada anak, sehingga kelahiran tidak bisa melalui jalan

yang benar yaitu melalui vagina. Namun, akhirnya merambat ke faktor power dan passanger.

Kelainan power yang memungkinkan dilakukannya seksio sesaria, misalnya mengejan lemah,

ibu berpenyakit jantung atau penyakit menahun lain yang mempengaruhi tenaga. Sedangkan

kelainan passanger diantaranya anak terlalu besar, anak dengan kelainan letak jantung,

primigravida diatas 35 tahun dengan letak sungsang, anak tertekan terlalu lama pada pintu

atas panggul, dan anak menderita fetal distress (Kasdu, 2003).

Indikasi sosial pada seksio sesarea, merupakan indikasi relatif, yaitu kelahiran lewat

vagina bisa terlaksana tetapi keadaan adalah sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat seksio

sesarea akan lebih aman bagi ibu, anak ataupun keduanya. Misalnya terjadi pada infertilitas

ibu, abortus berulang kali, dan sebagainya (Oxorn, 2003).

20

Page 21: PRESKAS ptm primitua wita.docx

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, I.M. 2000. Perawatan Maternitas dan Ginekologi. Edisi 1 Jilid 2, Bandung. : IAPK

Padjajaran.

Cunningham, F.G. et al. 2006. Obstetri Williams. Jakarta: EGC.

Dipta, T.P. 2010. Karakteristik Ibu Bersalin dengan Partus Tak Maju Rawat Inap Di RS

Santa Elisabeth Medan Tahun 2005-2009. Sumatera Utara: FK USU.

Eke, A.C. Eleje G.U. 2009. The Pregnancy Outcome in Elderly Primigravida: Five Year

Review. 10.3252/pso.eu.FIGO2009.

Fauzi, D.A. 2007. Operasi Caesar Pengantar dari A sampai Z. Jakarta : Edsa

Hakimi, M., 2003. Ilmu kebidanan Fisiologi dan Patologi Persalinan. Jakarta : Yayasan

Essentia Medica.

Huda, N.L., 2005. Hubungan Status Reproduksi, Status Kesehatan, Akses Pelayanan

Kesehatan dengan Komplikasi Obstetri di Banda Sakti Lhokseumawe. Jurnal Kesmas.

Vol. 1. No. 6. Juni 2007.

Kasdu, D.2003. Operasi Caesar Masalah dan Solusinya, Jakarta : Puspaswara.

Kristina, E. 2011. Tingkat Pengetahuan WUS Tentang Kehamilan di Atas Umur 35 Tahun.

Sumatera Utara: FK USU.

Mahkota.

Manuaba I. B. G., 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC, pp 401-31

Mochtar, R., 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I Obstetri Fisiologi dan Patologi. Edisi 2. Jakarta :

EGC.

Oxorn, H. 2003. Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta: Yayasan Essentia Medika.

Prawihardjo, S., 2009. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Cetakan 2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawihardjo.

Rochjati, P., 1990. Strategi Pendekatan Risiko Untuk Ibu Hamil Oleh Ibu-Ibu PKK Dengan

Menggunakan Skor Prakiraan di Kabupaten Sidoarjo. Airlangga Universitiy Press.

WHO, 2002. Modul Persalinan Macet. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran.

Wijayanegara, H., 1983. Obstetri Fisiologi. Bagian Obstetri dan Fisiologi Fakultas

Kedokteran Unpad. Bandung : Eleman.

.

21