Top Banner
Disampaikan dalam Konferensi Negara Hukum Jakarta, Oktober 2012
28

Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi

Oct 31, 2014

Download

Technology

Presentasi Konferensi Nasional Negara Hukum, 2012 di Jakarta
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi

Disampaikan dalam Konferensi Negara Hukum Jakarta, Oktober 2012

Page 2: Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi

Year User Population Percentage GDP p.c Note

2000 2,000,000 206,264,595 1 % $ 570

2007 20,000,000 224,481,720 8.9 % $1,916

2008 25,000,000 237,512,355 10.5 % $ 2,238

2009 30,000,000 240,271,522 12.50 % $ 2,329

2010 30,000,000 242,968,342 12.30 % $ 2,858

Internet usage and population statistics in Indonesia[1]

Source:Internet World Stats Note:Per capita Gross Domestic Product (GDP) in US Dollar “Indonesia Internet Usage and Population Statistics”, Internet World Stats quoting United Nations Department of Economic and Social Affairs,

http://www.internetworldstats.com (last accessed April 6, 2012).

Page 3: Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi

Sumber riset Nilsen yang dikutip Kompas.com

Page 4: Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi

Era digital membuat setiap orang memiliki kesempatan untuk menjadi konsumen sekaligus produsen dari sebuah konten. Namun di sisi lain era digital juga dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan media massa besar untuk memperkokoh bangunan konglomerasi medianya

Page 5: Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi
Page 6: Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi

Amerika Serikat adalah negara yang dapat dijadikan contoh dari konglomerasi media. Pada era tahun 1980-an hinggga pertengahan tahun 1990-an, perusahaan media massa di Amerika Serkat terus mengalami penurunan. Tahun 1996, perusahaan media di negeri itu hanya menyisakan lima media, yaitu Time-Warner, Viacom, News Corp., Bertelsmann Inc., dan Disney https://fordiletante.wordpress.com/2008/01/29/konglomerasi-media-dalam-grup-mnc-media-nusantara-citra/

Tahun 2001, muncullah sejarah besar dalam integrasi konglomerasi media di Amerika Serikat yang mencoba mengintegrasikan kepemilikan media dan infrastruktur internet. Pada tahun tersebut perusahaan raksasa Time Warner bergabung dengan American On Line (AOL) menjadi Time Warner and AOL (TWOL).

Penggabungan dua perusahaan itu dinilai sangat strategis dan menandai munculnya konglomerasi media baru. AOL amat disukai para investor di pasar Wall Street, karena dianggap sebagai a leader in the rapidly emerging world of internet based media (KONSENTRASI MEDIA MASSA DAN MELEMAHNYA DEMOKRASI, Henry Subiakto, Dosen Jurusan Komunikasi FISIP dan Program Pascasarjana Studi Media dan Komunikasi Universitas Airlangga, Surabaya)

Time Warner menguasai konten, dengan deretan majalah, film, dan program-program televisi yang dimilikinya. Sedangkan AOL memiliki saluran ke lebih dari 20 juta tempat tinggal di Amerika

Page 7: Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi

“Konglomerasi media di era konvergensi telematika adalah sesuatu yang sulit dihindarkan,” ujar Don Bosco Salamun, dari Berita Satu Media Holdings, saat menjadi pembicara di konferensi media baru yang diselenggarakan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI). (Konferensi “Media Baru: Menjadi Tuan di Negeri Sendiri”, Hotel Nikko Jakarta, 7 Juli 2011)

Berita Satu Media Holdings is an Indonesian media holding company that operates the Berita Satu TV, BeritaSatu.com, Jakarta Globe, Globe Asia, The Peak, Campus Asia, Investor Daily, Majalah Investor and Suara Pembaruan. Berita Satu Media Holdings are a multiplatform media company, focusing in broadcast, print, digital, online, social media, mobile, and events. http://www.linkedin.com/company/berita-satu-media-holdings.

Bahkan dalam seperti ditulis di sebuah portal berita, Presiden Direktur PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) Anindya Novyan Bakrie saat memaparkan Bakrie Telecom, Media and Technology (BakrieTMT2015) yang akan menyinergikan lini bisnis telekomunikasi (BTEL), media (VIVA Group) dan teknologi (BConn dan BNET) sampai dengan tahun 2015. (http://www.investor.co.id/bedahemiten/era-konvergensi-di-mata-bakrie-telecom/8867)

Konglomerasi media dengan memanfaatkan konvergensi telematika di Indonesia semakin nampak dari upaya Trans Corps membeli situs portal popular, detik.com.

Page 8: Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi

Hegomoni Wacana Publik

Kasus Lapindo menjadi salah satu hal yang dapat dijadikan contoh bagaimana media-media dalam kelompok Group Bakrie (TV One, AN TV dan Vivanews.com) menyajikan berita yang seragam. Kelompok media group Bakrie menyebut semburan lumpur sebagai lumpur Sidoarjo bukan lumpur Lapindo. Bahkan TV One itu secara khusus mewawancarai pakar geologi Rusia Dr. Sergey Kadurin yang menyatakan semburan lumpur adalah akibat gempa bumi bukan akibat kesalahan pengeboran. Sementara pendapat pakar yang menyatakan bahwa semburan lumpur akibat pengeboran tidak diwawancarai. (http://www.youtube.com/watch?v=F9H1X8cMaoE )

Hal yang sama juga terjadi di ANTV. ANTV juga menayangkan pendapat Dr. Sergey Kadurin yang menyatakan semburan lumpur adalah akibat gempa bumi bukan akibat kesalahan pengeboran (http://www.youtube.com/watch?v=vLlvU9pcVZU). Seperti halnya TV One, pakar yang menyatakan bahwa semburan lumpur akibat pengeboran tidak dimintai pendapat. Hal yang sama juga terjadi pada vivanews.com.(http://nasional.vivanews.com/news/read/180457-lumpur-sidoarjo-bukan-karena-pengeboran). Liputan khusus terhadap pakar Rusia juga ditampilkan secara audio-visual di portal vivanews.com (http://video.vivanews.com/read/11227-wawancara-dengan-pakar-geologi-rusia-tentang-penyebab-lumpur-sidoarjo ).

Sebelumnya hal yang nyaris sama juga terjadi pada saat peliputan dugaan kasus korupsi Sisminbakum (Sistem Informasi Badan Hukum, yang memungkinkan pendaftaran badan hukum dilakukan on-line). Pada saat munculnya kasus itu hampir seluruh media massa menayangkan beritanya. Tapi berita itu tidak muncul di program berita andalan stasiun televisi RCTI, Seputar Indonesia. Campur tangan pemberitaan pemilik dalam kasus Sisminbakum bukan hanya dialami RCTI tapi juga pada portal berita Okezone, juga milik MNC. Bahkan Okezone.com juga mencabut beberapa berita yang dianggap merugikan PT. Sarana Rekatama Dinamika.(“Geger di Sisminbakum, Sunyi di RCTI dan OKEZONE.” Wajah Retak Media, Kumpulan Laporan Penelusuran. Diterbitkan oleh AJI bekerjasama dengan Tifa, Mei 2009)

Page 9: Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi

No News Portal (General News) Prosentase

1 Okezone.com 13%

2 Kompas.com 11%

3 Detik.com 9%

4 Republika.co.id 4%

5 Suara Merdeka 4%

6 Koran TEMPO 3%

7 Media Indonesia 3%

8 The Jakarta Post 2%

Source: Media Market (http://www.audiencescapes.org/country-

profiles/indonesia/communication-habits-demographic-groups/urban-rural/urban-

rural-138)

base n=226 (montly internet user, April 2009)

Page 10: Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi

Penurunan kualitas jurnalistik

“Meskipun itu menurut kaidah bisnis dapat lebih efisien, namun menurut saya harus dibatasi,” ujar mantan redaktur Republika dan Majalah TEMPO Farid Gaban, “Ini akan berpengaruh pada kualitas jurnalistik, wartawan menjadi kekurangan waktu untuk menambah bahan bacaan, akibatnya berita yang dihasilkannya pun tidak lagi kritis,”

“Konglomerasi media di era konvergensi telematika ini posisi wartawan semakin lemah dan posisi pemilik modal semakin kuat, sehingga mereka akan sulit bila harus mengkritisi kebijakan lembaganya sendiri dalam menyajikan berita,” kata Farid Gaban, “Berita terorisme di TV One atau kasus Lapindo di Group Media Bakriemisalnya, adakah wartawannya kemudian mengkritisi cara media itu menyajikan berita?”

Wawancara dengan Farid Gaban di Jakarta, Selasa, 5 Juli 2011

Page 11: Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi

Muncul tapi lemah

Penelitian Merlyna Liem, seorang peneliti new media dari Arizona State University mengungkapkan bahwa topik yang ramai dibicarakan oleh pengguna twitter di Indonesia adalah persoalan gaya hidup dan isu yang sebelumnya telah diberitakan oleh media arus utama (mainstream).

Page 12: Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi

Menurut laporan Saling-Silang tahun 2011[1], sebanyak 22% link media massa muncul di twitter. Adapun

komposisinya adalah sebagai berikut.

Link media yang sering muncul di twitter

[1] Snapshot of Indonesia Social Media Users - Saling Silang Report Feb 2011

Page 13: Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi

NO Channel Jumlah

pembaca/pemirsa

Ranking di Alexa Jumlah

anggota/follower di

media sosial

Gerakan kampanye publik untuk kasus Lapindo

1 Website korbanlumpur.info 6,167,065 (global),

140,328 (rank in id), 40

(site link in)

2 Fanpage facebook 878

3 Friend of Lapindo Victim, Group in Facebook 3404

4 Twitter @korbanlapindo 452

5 Cause;Dukung Korban Lapindo Mendapatkan Keadilan 17,238

Media Group Bakrie

1 Vivanews.com Peringkat ke-13 topsite

menurut alexa.

857 (global), 13 (rank in

Id), 276 (site link in)

Twitter (@VIVAnews) 185,597

Vivanews.com di facebook 4,545

Vivanews.com di facebook 2 66,849

2 AnTV 87,4 juta

AnTV di twitter 30,278

3 TV One 108,8

TV One di Twitter 404,409

[1] http://www.facebook.com/#!/pages/VIVAnews-dot-COM/72076019043?sk=wall [2] http://www.facebook.com/#!/VIVAnewscom [3] @whatsonANTV [4] @tvOneNews Data diambil Per Juni 2011

Page 14: Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi

Riset yang dilakukan oleh MarkPlus Insight tentang aspirasi dan perilaku anak muda di 6 kota besar di Indonesia awal tahun 2010 menunjukan bahwa pengguna internet yang aktif hanya 4,4%. Pengertian pengguna internet yang aktif dalam riset itu adalah mereka memiliki dan menulis artikelnya di blog pribadi mereka dan juga di forum-forum online.

Page 15: Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi

Pasal Karet Pencemaran Nama Baik di UU ITE dan RUU Konvergensi Telematika (serta RUU Revisi UU Telekomunikasi)

Orang-orang yang pernah dan nyaris menjadi korban Pasal Karet Pencemaran Nama Baik:

1. Prita Mulyasari VS RS OMNI

2. Bambang Kisminarso misalnya, polisi sempat menahannya berserta anaknya M. Naziri atas tuduhan telah menghina anak presiden dalam pelanggaran ketentuan pencemaran nama baik melalui UU ITE

3. Yudi Latif. Pada akhir tahun 2010 lalu, Yudi latif, dilaporkan ke polisi oleh para kader Partai Golkar dengan tuduhan mencemarkan nama baik pimpinan partainya, Aburizal Bakrie. Dalam laporan polisi bernomor TBL/498/XII/2010/Bareskrim itu, Yudi dilaporkan atas dugaan pelanggaran Pasal 310 dan atau Pasal 311 KUHP dan atau Pasal 45 ayat (2) jo Pasal 28 ayat (1) dan (2) UU ITE. (http://www.rakyatmerdekaonline.com/news.php?id=11870)

Page 16: Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi

“Saya lebih baik diam,” ujar Prita Mulyasari. Setelah tersandung kasus itu (pasal karet pencemaran nama baik di UU ITE) ia juga cenderung enggan protes dan menghindari konflik. (Majalah TEMPO, edisi 26 Februari 2012)

Page 17: Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi

Data dari kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyebutkan, bahwa hingga tahun 2008, desa di wilayah Jawa merupakan kawasan yang paling banyak memiliki infrastruktur telepon kabel. Kemudian menyusul wilayah Sumatera, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, Papua dan Maluku. Kepemilikan telepon kabel (84,79%) pun paling banyak berada di wilayah Jawa dan Sumatera. Dari data ini mulai muncul indikasi ketimpangan akses telekomunikasi di Indonesia. Akses telekomunikasi masih didominasi Jawa dan Indonesia Bagian Barat (Sumatera).

Namun bisa jadi, data tersebut di atas muncul karena makin ditinggalkannya telepon kabel dan beralih ke komunikasi mobile melalui handphone. Jika demikian maka indikator yang bisa dipakai adalah tentang banyaknya penerima sinyal selluar antara di Jawa, Indonesia Bagian Barat dan Indonesia Timur.

Menurut buku putih itu pula, wilayah Jawa juga merupakan wilayah desa penerima sinyal selular terbanyak dibandingkan daerah lain di Indonesia. Tak heran pula pada tahun 2008 kepemilikan handphone (81,57%) berada di wilayah Jawa dan Sumatera.

Sementara di sisi lain, data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika tahun 2010, menyebutkan sebanyak 65,2% infrastruktur backbone serat optik terkonsentrasi di Jawa, kemudian diikuti oleh Sumatera (20,31%) dan Kalimantan (6,13%), sementara pada wilayah Indonesia timur (Nusa Tenggara, Maluku dan Papua) belum terjangkau infrastruktur ini.

Sumber: Buku Putih, “Komunikasi dan Informatika tahun 2010”

Note

Pengertian backbone serat optik adalah saluran atau koneksi berkecepatan tinggi yang menjadi lintasan utama dalam sebuah jaringan telematika.

Page 18: Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi

Hal yang sama juga tercermin dalam pengguna facebook dan produksi tweet di Indonesia. Seperti ditulis di Snapshot of Indonesia Social Media Users - Saling Silang Report Feb 2011, menyebutkan bahwa pengguna facebook terbesar di Indonesia didominasi oleh warga Jakarta (50,33%). Pada urutan selanjutnya Bandung (5,2%), Bogor (3,23%), Yogyakarta (3,09%), Medan (3,04%), Makasar (2,23%) dan Surabaya (2,18%). Bandingkan dengan pengguna Facebook di Jayapura (0,12%) dan Ternate (0,03%).

Begitu pula produksi tweet di Twitter. Tweet yang diproduksi dari Jakarta mendominasi seluruh tweet dari Indonesia. Tweet yang diproduksi dari Jakarta sebesar 16,33%, dari Bandung 13,79%, dari Yogyakarta 11,05%, dari Semarang 8,29% dan dari Surabaya 8,21%. Bandingkan tweet yang diproduksi dari Palu hanya 0,71%, Ambon 0,35% dan Jayapura 0,23%.

http://www.slideshare.net/salingsilang/snapshot-of-indonesia-social-media-users-saling-silang-report-feb-2011

Page 19: Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi

Sumber Muhammad Salahuddien, ID-Sirti

Page 20: Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi

“Tekanan atau dorongan untuk mewujudkan perubahan paradigma telemtika dari vital dan strategis dan menguasai hajat hidup orang banyak menadi komoditas yang dapat di perdagangkan semakin besar melalui forum-forum regional dan internasional dalam bantuk pembukaan pasar”

(Penjelasan Atas RUU Konvergensi Telematika)

Page 21: Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi

Komoditas=> Produsen dan Konsumen

Dalam RUU Konvergensi Telematika, ternyata persoalan hak warga negara tidak menjadi pertimbangan dalam penyusunan RUU ini. Hak warga untuk bisa mengakses telematika dan dengan itu dapat berkomunikasi tidak muncul dalam pertimbangan RUU ini.

Page 22: Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi

Labeling Komersial dan Non-Komersial

Mainstreaming Penyelenggara Telematika Komersial.

Menurut RUU ini penyelenggara komesial meliputi penyelenggara fasilitas jaringan telematika, layanan jaringan dan aplikasi telematika, termasuk aplikasi penyebaran konten dan informasi. Nah, apakah komunitas masyarakat dan atau LSM yang mengelola portal berita atau informasi, seperti www.korbanlumpur.info dan www.suarakomunitas.net, masuk sebagai penyelenggara komersial?

Page 23: Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi

By Margiono (AJI)

Page 24: Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi

1. Kabar baik

Prita Mulyasari menang di Pengadilan

RUU Konvergensi Telematika ditarik dan digantikan dengan RUU Revisi UU Telekomunikasi (“Rancangan Undang Undang (RUU) Konvergensi Telematika yang sebelumnya sudah dalam tahap proses pembahasan interdep di Kementerian Hukum dan HAM harus ditinjau ulang,” ungkap Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Gatot S. Dewa Broto dalam suratnya bernomor 28/PPID/Kominfo/5/2012

Di RUU Revisi UU Telekomunikasi perijinan untuk media yang dikelola publik sudah ditiadakan

Page 25: Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi

2. Kabar Buruk

Pasal Karet Pencemaran Nama Baik masih bercokol di UU ITE

Di RUU Revisi UU Telekomunikasi hak publik untuk mendapatkan akses telematika masih kurang kuat penekanannya

Page 26: Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi

Kemajuan ICT (Information and Communication Technology) yang ditandai dengan konvergensi Telematika digunakan oleh para pemilik modal di sektor media untuk memperkuat bangunan konglomerasi medianya

Konvergensi telematika memungkinkan munculnya ‘perlawanan’ publik

Namun perlawanan publik masih lemah (pengguna internet masih pasif)

Perlawanan publik yang lemah semakin diperlemah dengan munculnya kebijakan telematika, tentang pencemaran nama baik (UU ITE) dan belum kuatnya pengaturan yang menjamin pemerataan akses telematika di seluruh Indonesia.

Page 27: Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi

Sudah seharusnya pemerintah mengkaji ulang Pasal Karet Pencemaran Nama Baik di UU ITE.

Pengkajian ulang Draft RUU Revisi UU Telekomunikasi, khususnya yang berkaitan dengan skema pemerataan akses telematika. Dan pengkajian ulang RUU tsb harus melibatkan masyarakat secara lebih luas dan tentu saja menjadikan hak-hak warga atas telematika sebagai dasar pertimbangan dalam penyusunan RUU.

Page 28: Presentation konferensi negara hukum 2012_Firdaus Cahyadi