Top Banner
PRESENTASI PENUGASAN DIFTERI
24

PRESENTASI PENUGASAN

Sep 17, 2015

Download

Documents

Difteri
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

PRESENTASI PENUGASAN

PRESENTASI PENUGASANDIFTERIPENDAHULUANberasal dari bahasa Yunani diphtheria, yang berarti kulitDifteri merupakan suatu penyakit infeksi akut yang sangat menular, oleh racun bakteri Corynebacterium diphtheriaepenyakit ini dijelaskan dalam abad ke-5 SM oleh Hippocrates, dan epideminya dijelaskan dalam abad ke-6 Masehi oleh Aetius. bakteri ini pertama kali diamati di membran difteri oleh Klebs pada tahun 1883 dan dibudidayakan oleh Loffler pada tahun 1884. Antitoksin diciptakan pada akhir abad 19, dan toksoid dikembangkan pada 1920-an.

EPIDEMIOLOGIDifteria tersebar luas di seluruh duniadi negara-negara miskin yang penduduknya tinggal di pemukiman-pemukiman yang padat penduduknyahigiene dan sanitasi burukfasilitas kesehatan yang tidak memadai

FAKTOR RESIKOorang yang tidak mendapat imunisasi atau imunisasinya tidak lengkaptinggal di lingkungan padatsedang melakukan perjalanan travel ke daerah endemik difteriaorang dengan immunocopromised seperti anak jalanan, orang dengan pemakaian obat imunosupresan, penderita HIV, diabetes melitus, serta pecandu alcohol dan narkotika

ETIOLOGICorynebacterium diphtheriae aerobik basil gram positif, tidak bergerak, pleomorfik, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, mati pada pemanasan 60oC, tahan dalam keadaan beku dan kering. Kuman tumbuh secara aerob, bisa dalam media sederhana, tetapi lebih baik dalam media yang mengandung K-tellurit atau media Loeffler.

TRANSMISIkontak dengan pasien atau karier melalui batuk, bersin atau berbicaramuntahan, debu, baju, buku, atau mainan yang terkontaminasi Kontak langsung dengan infeksi kulit pada pasien difteriaPATOGENESISC. diphtheriae masuk melalui mukosa atau kulitmenempel serta berkembangbiak pada permukaan mukosa saluran napas bagian atas memproduksi toksin yang merembes ke sekelilingnya, menyebar ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah & limfeefek toksin pada jaringan tubuh manusia adalah inflamasi dan nekrosisproduksi toksin semakin banyak, daerah infeksi semakin lebar dan terbentuklah fibrous exsudate (membrane palsu)inflamasi lokal, bersama-sama dengan jaringan nekrotik membentuk patchy exudate yang semula mudah dilepas membran ini sukar dilepas, dan upaya paksa melepaskannya akan terjadi perdarahanManifestasi klinisMasa inkubasi difteri adalah 2-5 hari (rentang, 1-10 hari)Bervariasi,dari tanpa gejala sampai suatu keadaan yang fatalPenyakit dapat melibatkan hampir semua membran mukosaUntuk tujuan klinis, akan lebih mudah untuk mengklasifikasikan difteri menjadi sejumlah manifestasi, tergantung pada lokasi anatomi penyakitDifteri Anterior hidung

tidak dapat dibedakan dari yang dari common cold cairan hidung mukopurulen (mengandung lendir dan nanah) yang dapat menjadi bercampur sedikit darahSebuah membran putih biasanya terbentuk pada septum hidungPenyakit biasanya cukup ringan karena jelas penyerapan sistemik racun di lokasi ini buruk, dan dapat dihentikan cepat oleh antitoksin difteri dan terapi antibiotik

Difteri Faring dan Tonsil

Paling sering karena terkait dengan besarnya penyerapan sistemik dari racun bakteriGejala awal termasuk malaise, sakit tenggorokan, anoreksia dan demam ringan.Dalam waktu 2-3 hari, membran putih kebiruan terbentuk dan meluas, dalam ukuran bervariasi dari yang terkecil di tonsil hingga menutupi sebagian palatum mole. Pseudomembran yang tegas melekat ke jaringan, dan upaya paksa untuk melepaskannya menyebabkan pendarahan. Luas pembentukan pseudomembran dapat mengakibatkan obstruksi pernafasan.Pada pasien yang parah tampak bullneck appearance. Jika racun cukup diserap, pasien dapat tampak lesu, telihat pucat, nadi teraba cepat, pingsan, dan koma, dan bahkan mungkin meninggal dalam 6 sampai 10 hariDifteri Laring

Difteri laring dapat berupa perpanjangan dari bentuk faring atau dapat melibatkan hanya laring saja. Gejala termasuk demam, suara serak, dan batuk-batuk hebat. terbentuknya pseudomembran dapat menyebabkan obstruksi jalan napas, koma, dan kematian

Difteri Cutaneous (Kulit)

Di Amerika Serikat, difteri kulit telah paling sering dikaitkan dengan orang-orang tunawisma. Infeksi kulit dapat dimanifestasikan oleh skala ruam atau ulkus dengan tepi jelas batas-batasnya dan membran, tetapi setiap lesi kulit kronis dapat menjadi tempat C. diphtheriae bersama dengan organisme lain. Tingkat keparahan penyakit kulit dengan toksigenik tampaknya tidak separah tempat lain. Kejadian yang berhubung dengan difteri kulit tidak lagi dilaporkan ke Notifiable National Surveillance Dissease System di Amerika Serikat. Tentang keterlibatan termasuk mukosa membran konjungtiva dan daerah vulvovaginal, serta saluran pendengaran eksternal saat ini sudah sangat jarang ditemukan.DIAGNOSISPada pemeriksaan fisikkeadaan umum terlihat agak toksik suhu sekitar 38oCkesulitan bernafastakikardiapucatDIAGNOSISPada pemeriksaan mukosa saluran napaspseudomembran yang mempunyai karakterikstik berwarna abu kecoklatan, terdiri dari leukosit, eritrosit, sel epitel saluran pernapasan yang mati, dan mudah berdarah bila dilepaskan. Pada pemeriksaan leher edema submandibular dan leher bagian depan ditandai dengan suara parau, stridor, dan bisa ditemukan pembesaran kelenjar getah bening servikalis anterior (bullneck appearance). Pada pemeriksaan sistem kardiovaskuler takikardia, suara jantung lemah, irama mendua (presistolik gallops) aritmia (fibrilasi atrium). DIAGNOSISPada pemeriksaan neurologis gerakan palatum berkurang, paralisis otot-otot mata, paralisis ekstremitas inferior disertai dengan kehilangan refleks tendon, dan peningkatan kadar protein cairan serebrospinal. Pemeriksaan pada organ lainBisa juga ditemukan perdarahan pada konjungtiva, disolusi kornea, nekrosis pada ginjal, hati dan kelenjar adrenal. Dan pada kasus-kasus yang berat bisa timbul artritis, osteomyelitis, abses limpa yang tidak jarang menimbulkan bakterimia dan sepsis

DIAGNOSISDiagnosis pasti dapat ditegakkan dengan mengambil swab daerah lesi yaitu dari daerah faring, terutama setiap daerah berubah warna, ulserasi, dan kriptus tonsil. Kultur medium yang mengandung tellurite lebih disukai karena memberikan keuntungan selektif untuk pertumbuhan organisme ini.Jika basil difteri terisolasi, bakteri harus diuji untuk produksi racun (tes toksinogenesitas) dengan tes Elek, PCR, atau Rappid enzim immunoassay (EIA). PENATALAKSANAANTujuan pengobatan penderita difteri menginaktivasi toksin yang belum diabsorpsi secepatnya dan mencegah serta mengupayakan agar penyulit yang terjadi minimalmengeliminasi C.diphtheriae untuk mencegah penularanserta mengobati infeksi penyerta dan penyulit difteria.

PENATALAKSANAANAndalan pengobatan kasus dugaan difteri adalah administrasi yang cepat dari antitoksin difteri. Ini harus diberikan tanpa menunggu konfirmasi laboratorium dari diagnosis.Dosis dan rute pemberian yang dianjurkan tergantung pada sejauh dan durasi penyakit. Orang yang diduga difteri juga harus menerima antibiotik untuk memberantas penyerapan C. diphtheriae untuk membatasi transmisi dan untuk mencegah produksi lebih lanjut dari toksin difteri. Apapun yang dibutuhkan terkait dengan pernafasan harus diberikan sesuai kebutuhan dan keadaan saluran napas harus dipertahankan tetap bebas.Tipe DifteriaDosis ADS (KI)Cara pemberianDifteria Hidung 20.000IntramuscularDifteria Tonsil40.000Intramuscular / IntravenaDifteria Faring40.000Intramuscular / IntravenaDifteria Laring40.000Intramuscular / IntravenaKombinasi lokasi diatas80.000 IntravenaDifteria + penyulit, bullneck80.000-100.000Intravena Terlambat berobat (>72 jam)80.000-100.000Intravena Dosis ADS Menurut Lokasi Membran dan Lama SakitAntibiotik

Pengobatan dengan eritromisin secara oral atau melalui suntikan (40 mg / kg / hari; maksimal, 2 gm / hari) selama 14 hari,atau prokain penisilin G harian, intramuskular (300.000 U / hari bagi mereka dengan berat 10 kg atau kurang, dan 600.000 U / hari bagi mereka dengan berat lebih dari 10 kg) selama 14 hari. Penyakit ini biasanya tidak menular setelah 48 jam diberikan antibotik.Biakkan apus tenggorok harus negatif 2 kali berturut-turut setelah terapi selesai.PENCEGAHAN

Imunisasi aktif pada masa kanak-kanak secara komplitUntuk yang kontak erat dengan penderita difteri, diberikan difteri booster, harus diberikan sesuai usia. Kemudian diberikan antibiotik-benzatin penisilin G (600.000 unit untuk orang yang lebih muda dari 6 tahun dan 1.200.000 unit untuk mereka 6 tahun atau lebih tua) atau kursus 7- 10 hari eritromisin oral (40 mg / kg / hari untuk anak-anak dan 1 g/hari untuk orang dewasa). Identifikasi karier (mereka yang tidak menunjukkan keluhan, uji schick negatif tetapi mengandung basil difteria di dalam nasofaringnnya) di masyarakat juga harus menerima antibiotik. Mempertahankan pengawasan dan mulai gunakan antitoksin pada tanda-tanda awal penyakit. Kontak dengan pasien difteri kulit harus diperlakukan sama dengan diatas Namun, jika terbukti nontoksikogenik, penyelidikan terhadap kontak harus dihentikanKOMPLIKASI

Miokarditis dapat terlihat dari irama jantung yang abnormal dan dapat terjadi di awal perjalanan dari penyakit atau minggu kemudian, dan dapat menyebabkan gagal jantung. Jika miokarditis terjadi awal, itu adalah sering fatal. Neuritis paling sering mempengaruhi saraf motorik dan biasanya resolve sepenuhnya. Kelumpuhan dari palatum mole yang paling sering pada minggu ketiga penyakit. Kelumpuhan otot mata, anggota badan, dan diafragma dapat terjadi setelah minggu kelima. Pneumonia sekunder dan kegagalan pernafasan dapat menyebabkan kelumpuhan diafragma. Komplikasi lain termasuk otitis media dan insufisiensipernafasan karena obstruksi jalan napas, terutama pada bayi.DAFTAR PUSTAKACenters for Disease Control and Prevention. Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable Diseases, 13th Edition. 2015. Available from: http://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/dip.pdf Kumar R, Kumar P, Prajapati NC, Kumar D, Goyal A, Abbas J, Vijayran M. Diphtheria: Is it really OUT?. Journal of Pediatric Sciences. 2013;5:e188 Available from : http://www.pediatricsciences.com/article/view/1050000406/pdf_159 M. Vitanata Arfijanto, Siti Irma Mashitah, Prihartini Widiyanti, Bramantono. A patient with suspect diphtheria. Indonesian Journal Of Tropical and Infectious Dissease Vol.1 no 2. 2010 : 69-76. Available from : http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=9&cad=rja&uact=8&sqi=2&ved=0CGwQFjAI&url=http%3A%2F%2Fjournal.itd.unair.ac.id%2Findex.php%2FIJTID%2Farticle%2Fdownload%2F27%2F18&ei=JH9cVfm3OsqjsAWb6oHYDg&usg=AFQjCNHaBAuYlXVbz0lmfEmMmqhmerVdYQ&sig2=QNjbasnI0aP60FA5Gz4ubA&bvm=bv.93756505,d.cGU N. C. Besa, M. E. Coldiron, A. Bakri, A. Raji, M. J. Nsuami, C. Rousseau, N. Hurtado and K. Porten. Diphtheria outbreak with high mortality in northeastern Nigeria. Epidemiol. Infect. (2014), 142, 797802. Cambridge university press 2013. Doi:10.1017/s0950268813001696 Available from : http://journals.cambridge.org/download.php?file=%2fhyg%2fhyg142_04%2fs0950268813001696a.pdf&code=d4718b826b4db7645e74d9e8bd98cb77 Public Health Agency of Canada. Corynebacterium Diphtheriae.2011. Available from : http://www.phac-aspc.gc.ca/lab-bio/res/psds-ftss/corynebacterium-diphtheriae-eng.php Rohitha Jayamaha. Is Diphtheria Back?. Sri Lankan Journal of Infectious Diseases Vol.1(1) 2011; 27-31DOI: http://dx.doi.org/10.4038/sljid.v1i1.2952. Available from: http://sljid.sljol.info/articles/abstract/10.4038/sljid.v1i1.2952/ Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata MK, Setiyohadi B, Syam AF et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jakarta: Interna Publishing; 2014.Sumarmo S.P.S, Herry G, & Sri R.S.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak : Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi II. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012

TERIMA KASIH