Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita menghadapi banyak sekali hal yang berhubungan langsung secara fisik dengan diri kita. Seperti misal berlari , berjalan, mengangkat benda, dan memindahkan sesuatu dengan posisi yang bermacam-macam. Dalam ilmu ergonomi kita bisa memecahkan permasalahan tersebut melalui pendekatan, yaitu biomekanika, manual material handling, dan physiological performance. Untuk permasalahan dalam biomekanika, kita sering sekali dihadapkan dalam sebuah kondisi dimana kita diharuskan mengangkat beban berat yang belum diketahui oleh badan kita apakah beban tersebut aman diangkat dalam posisi tertentu ataukah harus diangkat dengan posisi lain yang bisa lebih mendukung pengangkatan tersebut. Kemudian untuk manual material handling, kita sering dihadapkan dalam permasalahan dimana suatu beban yang akan kita angkat memiliki bentuk fisik yang tidak mensupport dan juga kondisi lapangan yang kurang baik bagi kita. Dan yang terakhir adalah physiological performance, dimana kita juga sering dihadapkan pada suatu pekerjaan fisik tanpa disokong oleh waktu istirahat yang optimal. Disini kita bisa dihadapkan pada recovery time yang terlalu sebentar ataupun recovery time yang terlalu lama. Hal ini sama-sama merugikan kita. Untuk waktu yang terlalu lama, pihak perusahaan bisa dirugikan karena kerja menjadi kurang optimal. Sedangkan untuk waktu yang terlalu cepat akan menyebabkan para karyawan menjadi cepat lelah dan akhirnya hasil pekerjaan akan kurang optimal lagi. Hal diatas bisa diatasi dengan pendekatan manual material handling, biomekanika, dan physiological performance. Untuk manual material handling, kita bisa mengaplikasikannya dalam pencarian nilai RWL dan LI. Dimana nilai tersebut akan kita gunakan sebagai pegangan, apakah suatu posisi pemindahan material yang kita lakukan tersebut aman digunakan ataukah termasuk dalam posisi yang tidak baik, sehingga harus dicari posisi lain yang lebih mendukung dalam perlakuan sebuah benda. Untuk biomekanika juga hampir sama, dimana untuk setiap segmen tubuh bisa kita cari berapa beban yang aman diambil dalam posisi tertentu dan menentukan stance yang paling mendukung dalam sebuah kasus material handling. Dan yang terakhir adalah physiological performance, dimana kita bisa menentukan berapa waktu istirahat (recovery time yang optimal dalam sebuah aktivitas). 1.2 Perumusan Masalah II-1
54

Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

Jul 04, 2015

Download

Documents

Rama Renspandy

Praktikum Biomekanika mata kuliah Ergonomi Industri Jurusan Teknik Industri ITS 2010.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDalam kehidupan sehari-hari kita menghadapi banyak sekali hal yang berhubungan langsung secara fisik

dengan diri kita. Seperti misal berlari , berjalan, mengangkat benda, dan memindahkan sesuatu dengan posisi yang bermacam-macam. Dalam ilmu ergonomi kita bisa memecahkan permasalahan tersebut melalui pendekatan, yaitu biomekanika, manual material handling, dan physiological performance. Untuk permasalahan dalam biomekanika, kita sering sekali dihadapkan dalam sebuah kondisi dimana kita diharuskan mengangkat beban berat yang belum diketahui oleh badan kita apakah beban tersebut aman diangkat dalam posisi tertentu ataukah harus diangkat dengan posisi lain yang bisa lebih mendukung pengangkatan tersebut. Kemudian untuk manual material handling, kita sering dihadapkan dalam permasalahan dimana suatu beban yang akan kita angkat memiliki bentuk fisik yang tidak mensupport dan juga kondisi lapangan yang kurang baik bagi kita. Dan yang terakhir adalah physiological performance, dimana kita juga sering dihadapkan pada suatu pekerjaan fisik tanpa disokong oleh waktu istirahat yang optimal. Disini kita bisa dihadapkan pada recovery time yang terlalu sebentar ataupun recovery time yang terlalu lama. Hal ini sama-sama merugikan kita. Untuk waktu yang terlalu lama, pihak perusahaan bisa dirugikan karena kerja menjadi kurang optimal. Sedangkan untuk waktu yang terlalu cepat akan menyebabkan para karyawan menjadi cepat lelah dan akhirnya hasil pekerjaan akan kurang optimal lagi.

Hal diatas bisa diatasi dengan pendekatan manual material handling, biomekanika, dan physiological performance. Untuk manual material handling, kita bisa mengaplikasikannya dalam pencarian nilai RWL dan LI. Dimana nilai tersebut akan kita gunakan sebagai pegangan, apakah suatu posisi pemindahan material yang kita lakukan tersebut aman digunakan ataukah termasuk dalam posisi yang tidak baik, sehingga harus dicari posisi lain yang lebih mendukung dalam perlakuan sebuah benda. Untuk biomekanika juga hampir sama, dimana untuk setiap segmen tubuh bisa kita cari berapa beban yang aman diambil dalam posisi tertentu dan menentukan stance yang paling mendukung dalam sebuah kasus material handling. Dan yang terakhir adalah physiological performance, dimana kita bisa menentukan berapa waktu istirahat (recovery time yang optimal dalam sebuah aktivitas).

1.2 Perumusan MasalahDalam responsi modul 2 ini akan di bahas tentang analisa posisi optimum, posisi maksimum, posisi aman

dan posisi back injury pada operator. Kemudian untuk physiological performance kami membahas tentang perbandingan heart rate sebelum dan sesudah aktivitas, dan mencari tahu mengenai perbandingan antara pengaruh berat badan dan jenis kelamin terhadap heart rate dan konsumsi energi, serta perbandingan antara recovery time dan waktu istirahat. Disini kami juga melakukan analisa tentang recovery time dan waktu istirahat agar dapat diketahui perbandinganya. Yang terakhir pada manual material handling, akan di bahas tentang RWL atau yang diketahui sebagai Recommended Weight Limit dan LI atau yang diketahui dengan lifting index dengan melakukan analisa perbandingan antara RWL dan berat beban yang diangkat. Disini juga akan dilakukan analisa tentang REBA yaitu Rapid Entire Body Assessment dimana dengan objek operator yang diambil adalah laki-laki.

1.3 Tujuan ResponsiTujuan dilaksanakan praktikum modul 2 adalah:

1. Mengetahui Hubungan Tiap Segmen Tubuh pada Tiap Posisi dengan Daya Angkat2. Menganalisa Posisi dan Daya Angkat.3. Mengetahui Perbandingan Heart Rate Sebelum dan Sesudah Aktivitas.4. Menganalisa Perbandingan Recovery Time dengan Waktu Istirahat.5. Mengetahui Pengaruh Berat badan dan Jenis Kelamin terhadap Konsumsi Energi.6. Mengetahui Pengaruh Berat badan dan Jenis Kelamin terhadap Heart Rate7. Mengetahui Pengaruh Konsumsi Energi Terhadap Heart Rate.8. Mengetahui Perhitungan Lifting Index

1.4 Manfaat ResponsiAdapun manfaat dalam responsi modul 2 kali ini antara lain:

1. Mengetahui posisi yang ideal bagi manusia dalam melakukan pekerjaan

II-1

Page 2: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

2. Mampu menentukan batas beban yang dapat diangkat pekerja3. Mampu mendesain sistem kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik pekerja4. Mampu memperhitungkan berapa lama bekerja secara efektif dan waktu istirahat bagi para pekerja

1.5 Ruang Lingkup ResponsiRuang lingkup responsi meliputi batasan responsi dan asumsi responsi.1.5.1 Batasan Responsi

Adapun batasan responsi dalam modul 2 ini adalah :1. Pada posisi biomekanika yaitu ada 4 posisi, setiap posisi dilakukan pengukuran beban sebanyak

tiga kali.2. Pada saat treadmill berjalan dengan kecepatan 10 km/jam, operator hanya dibatasi lari selama 5

menit.3. Pengukuran yang dilakukan sebatas dari mahasiswa Teknik Industri yang mengambil mata kuliah

ergonomi pada semester gasal tahun 2010

1.5.2 Asumsi ResponsiAdapun asumsi yang diberikan diantaranya :1. Saat pengukuran beban pada posisi floor lift sudut yang dibentuk oleh lutut operator 90°2. Saat pengukuran vertikal dan horizontal pada manual material handling, titik pusat operator dan

beban sesuai dengan semestinya3. Pada pengukuran biomekanika akan membahas tentang hubungan tiap segmen tubuh pada tiap

posisi dengan daya angkat dan operatornya adalah laki-laki4. Keadaan beban pada manual material handling diasumsikan fair5. Gravitasi bumi g = 10m/s2

BAB IIMETODOLOGI RESPONSI

Dalam bab 2 yang berisi metodologi responsi akan dibagi menjadi 2 sub bab yaitu peralatan responsi dan flowchart responsi.

II-2

Page 3: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

2.1 Peralatan Responsi Peralatan responsi yang digunakan terdiri atas peralatan yang dilakukan untuk mengukur

2.1.1 BiomekanikaPeralatan responsi yang dibutuhkan pada pengambilan data biomekanika adalah :

1. Dynamometer2. Penggaris busur3. Observation sheet

2.1.2 Physichological PerformancePeralatan responsi yang dibutuhkan pada pengambilan data Physichological Performanceadalah sebagai berikut:

1. Timbangan badan2. Pulsemeter adalah sebuah alat pemantauan pribadi yang memungkinkan subjek mereka untuk

mengukur denyut jantung secara real time atau merekam detak jantung3. Treadmill adalah suatu mesin latihan yang digunakan untuk berjalan atau berlalu pada satu

tempat. 4. Observation sheet

2.1.3 Manual Material HandlingPeralatan responsi yang dibutuhkan pada pengambilan data Manual Material Handlingadalah sebagai berikut :

1. Beban angkat. 2. Rak bertingkat3. Kamera4. Calculator5. Observation sheet

2.2 Flowchart 2.2.1 Gambar Flowchart

II-3

Page 4: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

2.2.2 Penjelasan Flowchart

II-4

Gambar 2.1 Flowchart Biomekanika, Physical Performance, dan Manual Material Handling

Page 5: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

Dalam pengerjaan responsi ergonomi modul 2 ini, dilakukan pengumpulan dan pengolahan data dari tiga jenis bagian dasar ilmu ergonomi, yaitu Biomekanika,Physical Performance dan Manual Material Handling.

2.2.2.1 Penjelasan Flowchart Biomekanika Pada Anthropometri pengumpulan data diambil melalui pengukuran tangan dan kaki. Untuk penghitungan, terdapat empat posisi, yaitu

1. Posisi 1 : Arm Lift2. Posisi 2 : High Far Lift3. Posisi 3 : Leg Lift4. Posisi 4 : Floor LiftLalu semua data yang telah diperoleh direkap, kemudian data yang telah didapat,

diproses dengan MS Visio dan juga digambar pada setiap posisinya, lalu data direkap di dalam table biomekanika, setelah itu, data dihitung sesuai panjang dan berat segmen serta dihitung juga momen yang terjadi pada tiap segmen, setelah didapat datanya, direkap kembali ke table dan kemudian semua hasil data yang diperoleh di analisa dan di interpretasikan dan membuat kesimpulan dan saran.

2.2.2.2 Penjelasan Flowchart Physical Performance Pada bagian Physical Performance, data yang diambil merupakan pengujian

penghitungan Heart Rate terhitung pada sebelum, saat dan setelah melakukan aktivitas, semua data yang telah diperoleh direkap berdasarkan jenis kelamin dan berat. Lalu dibuat grafik hubungan antara Heart Rate dengan waktu. Setelah itu, dihitung juga Recovery Time dan juga waktu istirahat setelah melakukan aktivitas. Lalu data yang telah didapat direkap, kemudian semua hasil data yang diperoleh di analisa dan di interpretasikan, kemudian membuat kesimpulan dan saran.

2.2.2.3 Penjelasan Manual Material HandlingData yang telah didapat pada percobaan sebelumnya dihitung menggunakan

persamaan Recommended Weight Limit (RWL) , hasil yang didapatkan lalu direkap. Setelah itu, dilakukan penghitungan kembali menggunakan Perhitungan Lifting Index (LI), lalu menggunakan software ERGO Intelligence untuk mendapatkan hasil analisa REBA. Setelah hasilnya didapatkan, data lalu dianalisa dan diinterpretasikan, kemudian membuat kesimpulan dan saran.

BAB IIIPENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Biomekanika

II-5

Page 6: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

3.1.1 Definisi biomekanika dan aplikasinyaBiomekanika adalah bidang ilmu yang memadukan antara bidang ilmu biologi dan mekanika.

Biomekanika menggunakan hukum – hukum fisika, mekanika teknik, biologi, dan prinsip fisiologi untuk menggambarkan kinematika dan kinetik yang terjadi pada anggota tubuh manusia. Mekanika digunakan sebagai penyusun konsep, analisa, dan desain dalam sistem biologi makhluk hidup. Dalam biomekanika, ada suatu teori yang menjelaskan bahwa terdapat 2 macam gaya yang bekerja pada saat melakukan akivitas. Yang pertama yaitu gaya isometris/statis, yaitu gaya yang dikeluarkan tanpa menghasilkan suatu kerja. Contoh dari kerja statis adalah memegang benda dengan tangan, menyangga beban tubuh pada satu kaki sedangkan kaki yang lain mengoperasikan pedal, mendorong/menarik beban berat, dll. Dan yang kedua yaitu gaya isotonis/dinamis, adalah memanjang dan memendeknya otot dengan melakukan suatu kerja. Contoh dari aplikasi biomekanika pada kehidupan sehari – hari di antaranya adalah alat penyangga untuk beban berat, kaki palsu bagi penyandang cacat, klep jantung mekanik, alat pengisi air otomatis pada restoran cepat saji, dll.

3.1.2 Rekap Data Beban dan Sudut

Tabel 3.1 Rekap Data Beban

Tabel 3.2 Rekap Data Sudut

Tabel 3.3 Proporsi Segmen Tubuh

Panjang segmen (cm) Berat segmen (kg) Pusat massa (cm)

...% * tinggi badan ...% * berat badan ...% * panjang segmenLengan bawah (forearm) 26.5 2.3 41 dari sikuLengan atas (upper arm) 16.4 2.8 48 dari bahuPunggung (trunk) 28.8 58.4 46 dari pinggul

Segmen tubuhKet.Pengukuran

pusat massa

3.1.3 Perhitungan Panjang dan Berat Segmen Tubuh

Operator 1Nama : YanuarTinggi badan : 173 cmBerat badan : 91 kg

II-6

Page 7: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

Tabel 3.4 Proporsi Berat Segmen Tubuh Operator 1

Operator 2Nama : IzzudinTinggi badan : 164 cmBerat badan : 71 kg

Tabel 3.5 Berat Segmen Tubuh Operator 2

Operator 3Nama : FerrizalTinggi badan : 172 cmBerat badan : 81 kg

Tabel 3.6 Berat Segmen Tubuh Operator 3

3.1.4 Perhitungan Momen Segmen Tubuh untuk Setiap Posisi3.1.4.1 Posisi 1 : Arm Lift

Lengan bawah

II-7

Page 8: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

Gambar 3.1 Posisi lengan bawah pada Arm Lift

Keterangan :wA : Berat beban pada tangan (kg)wAB : Berat segmen (kg)FA : Gaya pada pergelangan tangan (N)FAB : Gaya pada pusat massa segmen lengan bawah (N)FB : Gaya pada siku (N) : Sudut antara lengan bawah dengan bidang horisontalD1 : Jarak antara siku dengan pusat massa segmen lengan bawah (m)D2 : Panjang segmen lengan bawah (m)MB : Momen pada siku (Nm)

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

ABAB FFF 2/

FB = FA / 2 . D2 . cos - FAB . D1 . cos

= 20,93 N

CosDFCosD

FM AB

AB 122

MB = {0 x 0,45845 . cos 180°} + {20,93 . 0,1879645 . cos 180°} = 0 - 3,934096985 = - 3,934096985 Nm

Tabel 3.7 Tabel Gaya dan Momen Posisi 1 Lengan Bawah

Posisi 1operator FB (N) MB (Nm)

Yanuar 20,93 -3,934096985

Izzudin 16.33 0Ferrizal 18.63 0

II-8

FAB

WABFA

WA

AB AB

D2

D1FB

Page 9: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

Lengan atas

Gambar 3.2 Posisi lengan atas pada Arm LiftKeterangan :wBC : Berat segmen lengan atas (kg)FB : Gaya pada segmen lengan bawah (N)FBC : Gaya pada pusat massa segmen lengan atas (N)FC : Gaya pada bahu (N) : Sudut antara segmen lengan atas dengan bidang horisontal D3 : Jarak antara bahu dengan pusat massa segmen lengan atas (m)D4 : Panjang segmen lengan atas (m)MB : Momen pada segmen lengan bawah (Nm)MC : Momen pada bahu (Nm)

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

gwFF

FFF

FFF

Fy

BCBC

BCBC

CBCB

.

0

0

Fc = 20,93 + [ WBC . g ]= 20,93 + [ 2,548 . 10 ]= 20,93 + 25,48= 46,41 N

BBCBC

CBBCB

MDFDFM

MMDFDF

M

cos.3.cos.4.

0cos.3.cos.4.

0

MC = { 20,93 . 0,28372 . cos 90° } + { 25,48 . 0,1361856 . cos 90° } – [-3,934096985 ] = 0 + 0 + 3,934096985

= 3,934096985 Nm

Tabel 3.8 Tabel Gaya dan Momen Posisi 1 Lengan Atas

II-9

FB

90°

FBC

WBC

BC

B

C

90°

D4

D3

FC

Page 10: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

Posisi 1operator FC (N) MC (Nm)

Yanuar 46,41 3,934096985Izzudin 36.21 0Ferrizal 41.31 0

Punggung

Gambar 3.3 Posisi Punggung pada Arm Lift

Keterangan :WCD : Berat segmen punggung (kg)FC : Gaya pada segmen lengan atas (N)FCD : Gaya pada pusat massa segmen punggung (N)FD : Gaya pada segmen punggung (N) : Sudut antara segmen punggung dengan bidang horisontalD5 : Jarak antara pinggul dengan pusat massa segmen punggung (m)D6 : Panjang segmen punggung (m)MC : Momen pada segmen lengan atas (Nm)MD : Momen pada pinggul (Nm)

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

gwFF

FFF

FFF

Fy

CDCD

CDCD

DCDC

.

2

2

02

0

FD = 2 . 46,41 + 53,144 . 10= 92,82 + 531,44= 624,26 N

CCDCD

DCCDC

MDFDFM

MMDFDF

M

cos..cos..

cos..cos..

562

0562

0

II-10

FD

90°

FCD

WCD

CD

D

C

90°

D6

D5

FC

Page 11: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

MD = { 2 . 41,46 . 0,49824 . cos 90° } + { 531,44 . 0,2291904 . cos 90° } - 3,934096985= 0 + 0 - 3,934096985= - 3,934096985 Nm

Tabel 3.9 Tabel Gaya dan Momen Posisi 1 Punggung

Posisi 1operator FD (N) MD (Nm)Yanuar 624,26 - 3,934096985Izzudin 487.06 0Ferrizal 555.66 0

3.1.4.2 Posisi 2 : High Far Lift Lengan bawah

Gambar 3.4 Posisi lengan bawah pada High Far Lift

Keterangan :wA : Berat beban pada tangan (kg)wAB : Berat segmen (kg)FA : Gaya pada pergelangan tangan (N)FAB : Gaya pada pusat massa segmen lengan bawah (N)FB : Gaya pada siku (N) : Sudut antara lengan bawah dengan bidang horisontalD1 : Jarak antara siku dengan pusat massa segmen lengan bawah (m)D2 : Panjang segmen lengan bawah (m)MB : Momen pada siku (Nm)

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

ABAB FFF 2/

FB = { WA . g / 2 } + { WAB . g } = { 0 . 10 / 2 } + { 2,093 . 10 }= 0 + 20,93= 20,93 N

MB = FA / 2 . D2 . cos - FAB . D1 . cos = 0 + { 20,93 . 0,1879645 . cos 40° }

II-11

FAB

WAB

FA

WA

AB

A

B

40°

D2 D1

FB

Page 12: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

= 0 + { 3,934096985 . 0,766044443 } = 3,013693134 Nm

Tabel 3.10 Tabel Gaya dan Momen Posisi 2 Lengan Bawah

Posisi 2operator FB (N) MB (Nm)

Yanuar 20,93 3,013693134

Izzudin 16.33 1.870368845Ferrizal 18.63 2.667012179

Lengan atas

Gambar 3.5 Posisi lengan atas pada High Far Lift

Keterangan :wBC : Berat segmen lengan atas (kg)FB : Gaya pada segmen lengan bawah (N)FBC : Gaya pada pusat massa segmen lengan atas (N)FC : Gaya pada bahu (N) : Sudut antara segmen lengan atas dengan bidang horisontal D3 : Jarak antara bahu dengan pusat massa segmen lengan atas (m)D4 : Panjang segmen lengan atas (m)MB : Momen pada segmen lengan bawah (Nm)MC : Momen pada bahu (Nm)

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

gwFF

FFF

FFF

Fy

BCBC

BCBC

CBCB

.

0

0

II-12

FBC

WBC

BC

B

C120°

D4

D3

FC

FB

120°

Page 13: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

Fc = 20,93 + [ WBC . g ]= 20,93 + [ 2,548 . 10 ]= 20,93 + 25,48= 46,41 N

BBCBC

CBBCB

MDFDFM

MMDFDF

M

cos.3.cos.4.

0cos.3.cos.4.

0

MC = { 20,93 . 0,28372 . cos 120° } + { 25,48 . 0,1361856 . cos 120° } - 3,013693134 = { 5,9382596 . [-0,5] } + { 3,470009088 . [-0,5] } - 3,013693134

= [-2,9691298] + [-1,735004544] – 3,013693134 = -7,717827478 Nm

Tabel 3.11 Tabel Gaya dan Momen Posisi 2 Lengan Atas

Posisi 2operator FC (N) MC (Nm)Yanuar 46,41 -7,717827478Izzudin 36.21 -6.343296865Ferrizal 41.31 -6.830005235

Punggung

Gambar 3.6 Posisi punggung pada High Far Lift

Keterangan :WCD : Berat segmen punggung (kg)

II-13

FD

90°

FC

DWCD

CD

D

C

90°

D6

D5

FC

Page 14: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

FC : Gaya pada segmen lengan atas (N)FCD : Gaya pada pusat massa segmen punggung (N)FD : Gaya pada segmen punggung (N) : Sudut antara segmen punggung dengan bidang horisontalD5 : Jarak antara pinggul dengan pusat massa segmen punggung (m)D6 : Panjang segmen punggung (m)MC : Momen pada segmen lengan atas (Nm)MD : Momen pada pinggul (Nm)

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

gwFF

FFF

FFF

Fy

CDCD

CDCD

DCDC

.

2

2

02

0

FD = 2 . 46,41 + 53,144 . 10= 92,82 + 531,44= 624,26 N

CCDCD

DCCDC

MDFDFM

MMDFDF

M

cos..cos..

cos..cos..

562

0562

0

MD = { 2 . 41,46 . 0,49824 . cos 90° } + { 531,44 . 0,2291904 . cos 90° } - [ -7,717827478 ]= 0 + 0 + 7,717827478= 7,717827478 Nm

Tabel 3.12 Tabel Gaya dan Momen Posisi 2 Punggung

Posisi 2operator FD (N) MD (Nm)Yanuar 624,26 7,717827478Izzudin 487.06 27.9265647Ferrizal 555.66 6.830005235

3.1.4.3 Posisi 3 : Leg Lift Lengan bawah

II-14

Page 15: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

Gambar 3.7 Posisi lengan bawah pada Leg Lift

Keterangan :wA : Berat beban pada tangan (kg)wAB : Berat segmen (kg)FA : Gaya pada pergelangan tangan (N)FAB : Gaya pada pusat massa segmen lengan bawah (N)FB : Gaya pada siku (N) : Sudut antara lengan bawah dengan bidang horisontalD1 : Jarak antara siku dengan pusat massa segmen lengan bawah (m)D2 : Panjang segmen lengan bawah (m)MB : Momen pada siku (Nm)

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

ABAB FFF 2/

FB = { WA . g / 2 } + { WAB . g } = { 62,6 . 10 / 2 } + { 2,093 . 10 }= 313 + 20,93 = 333,93 N

MB = FA / 2 . D2 . cos + FAB x D1 . cos = { 313 . 0,45845 . cos 260° } + { 20,93 . 0,1879645 . cos 260° }

= -24,91762 – [-0,83310] = -24,08452 Nm

Tabel 3.1.3 Tabel Gaya dan Momen Posisi 3 Lengan BawahII-15

FA

WA

FAB

WAB

AB

A

B

260°

D2

D1

FB

Page 16: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

Posisi 3operator FB (N) MB (Nm)Yanuar 333,93 -24,08452

Izzudin 301.33 -32.2566567Ferrizal 293.63 13.94955492

Lengan atas

Gambar 3.8 Posisi lengan atas pada Leg Lift

Keterangan :wBC : Berat segmen lengan atas (kg)FB : Gaya pada segmen lengan bawah (N)FBC : Gaya pada pusat massa segmen lengan atas (N)FC : Gaya pada bahu (N) : Sudut antara segmen lengan atas dengan bidang horisontal D3 : Jarak antara bahu dengan pusat massa segmen lengan atas (m)D4 : Panjang segmen lengan atas (m)MB : Momen pada segmen lengan bawah (Nm)MC : Momen pada bahu (Nm)

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

gwFF

FFF

FFF

Fy

BCBC

BCBC

CBCB

.

0

0

Fc = 333,93 + [ WBC x g ]= 333,93 + [ 2,548 x 10 ]= 333,93 + 25,48= 359,51 N

II-16

FB

CWBC

BC

B

C

260°

D4

D3

FC

FB

260°

Page 17: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

BBCBC

CBBCB

MDFDFM

MMDFDF

M

cos.3.cos.4.

0cos.3.cos.4.

0

MC = { 333,93 . 0,28372 . cos 90° } + { 25,48 . 0,1361856 . cos 90° } – (-24,08452) = 0 + 0 + 24,08452 = 24,08452 Nm

Tabel 3.14 Tabel Gaya dan Momen Posisi 3 Lengan Atas

Posisi 3operator FC (N) MC (Nm)Yanuar 359,51 24,08452Izzudin 321.21 85.20989435Ferrizal 316.31 -99.76343087

Punggung

Gambar 3.9 Posisi punggung pada Leg Lift

Keterangan :WCD : Berat segmen punggung (kg)FC : Gaya pada segmen lengan atas (N)FCD : Gaya pada pusat massa segmen punggung (N)FD : Gaya pada segmen punggung (N) : Sudut antara segmen punggung dengan bidang horisontalD5 : Jarak antara pinggul dengan pusat massa segmen punggung (m)D6 : Panjang segmen punggung (m)MC : Momen pada segmen lengan atas (Nm)MD : Momen pada pinggul (Nm)

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

gwFF

FFF

FFF

Fy

CDCD

CDCD

DCDC

.

2

2

02

0

FD = 2 . 359,51 + 53,144 . 10= 1250,46 N

II-17

FCD

WCD

CD

D

65°

D6

D5

FC

FD

65°

C

Page 18: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

CCDCD

DCCDC

MDFDFM

MMDFDF

M

cos..cos..

cos..cos..

562

0562

0

MD = {2 . 359,51 . 0,49824 . cos 65°} + {531,44 . 0,2291904 . cos 65°} - 24,08452= - 443.0170988 Nm

Tabel 3.15 Tabel Gaya dan Momen Posisi 3 Punggung

Posisi 3

operator FD (N) MD (Nm)Yanuar 1250,46 - 443.0170988

Izzudin 1057.06 -347.66035Ferrizal 1105.66 506.1725634

3.1.4.4 Posisi 4 : Floor Lift Lengan bawah

II-18

Page 19: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

Gambar 3.10 Posisi lengan bawah pada Floor Lift

Keterangan :wA : Berat beban pada tangan (kg)wAB : Berat segmen (kg)FA : Gaya pada pergelangan tangan (N)FAB : Gaya pada pusat massa segmen lengan bawah (N)FB : Gaya pada siku (N) : Sudut antara lengan bawah dengan bidang horisontalD1 : Jarak antara siku dengan pusat massa segmen lengan bawah (m)D2 : Panjang segmen lengan bawah (m)MB : Momen pada siku (Nm)

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

ABAB FFF 2/

FB = { WA . g / 2 } + { WAB . g } = { 20,3 . 10 / 2 } + { 2,093 . 10 }= 122,43 N

MB = FA / 2 . D2 . cos + FAB x D1 . cos = { 101,5 . 0,45845 . cos 90° } + { 20,93 . 0,1879645 . cos 90° }

= 0 Nm

Tabel 3.17 Tabel Gaya dan Momen Posisi 4 Lengan Bawah

Posisi 4

II-19

FA

WA

FAB

WAB

AB

A

B

90°

D2

D1

FB

Page 20: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

operator FB (N) MB (Nm)Yanuar 122,43 0

Izzudin 141.33 60.34288646Ferrizal 276.9635 -42.26453679

Lengan atas

Gambar 3.11 Posisi lengan atas pada Floor Lift

Keterangan :wBC : Berat segmen lengan atas (kg)FB : Gaya pada segmen lengan bawah (N)FBC : Gaya pada pusat massa segmen lengan atas (N)FC : Gaya pada bahu (N) : Sudut antara segmen lengan atas dengan bidang horisontal D3 : Jarak antara bahu dengan pusat massa segmen lengan atas (m)D4 : Panjang segmen lengan atas (m)MB : Momen pada segmen lengan bawah (Nm)MC : Momen pada bahu (Nm)

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

gwFF

FFF

FFF

Fy

BCBC

BCBC

CBCB

.

0

0

Fc = 122,43 + [ WBC . g ]= 122,43 + [ 2,548 . 10 ]= 122,43 + 25,48= 147,91 N

II-20

FBC

WBC

BC

B

C100°

D4

D3

FC

FB

100°

Page 21: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

BBCBC

CBBCB

MDFDFM

MMDFDF

M

cos.3.cos.4.

0cos.3.cos.4.

0

MC = { 122,43 . 0,28372 . cos 100° } + { 25,48 . 0,1361856 . cos 100° } – 0 = -6,634376 Nm

Tabel 3.18 Tabel Gaya dan Momen Posisi 4 Lengan Atas

Posisi 4operator FC (N) MC (Nm)

Yanuar 147,91 -6,634376Izzudin 161.21 -100.2875526Ferrizal 299.6435 33.30145689

Punggung

Gambar 3.12 Posisi punggung pada Floor Lift

Keterangan :WCD : Berat segmen punggung (kg)FC : Gaya pada segmen lengan atas (N)FCD : Gaya pada pusat massa segmen punggung (N)FD : Gaya pada segmen punggung (N) : Sudut antara segmen punggung dengan bidang horisontalD5 : Jarak antara pinggul dengan pusat massa segmen punggung (m)D6 : Panjang segmen punggung (m)MC : Momen pada segmen lengan atas (Nm)MD : Momen pada pinggul (Nm)

Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0

gwFF

FFF

FFF

Fy

CDCD

CDCD

DCDC

.

2

2

02

0

FD = 2 . 147,91 + 53,144 . 10= 827 N

II-21

C

FCD

WCD

CD

D

75°

D6

D5 FC

FD

75°

Page 22: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

CCDCD

DCCDC

MDFDFM

MMDFDF

M

cos..cos..

cos..cos..

562

0562

0

MD = {2 . 147,91 . 0,49824 . cos 75°} + {531,44 . 0,2291904 . cos 75° } – (-6,634376) = 76,305953 Nm

Tabel 3.19 Tabel Gaya dan Momen Posisi 4 Punggung

Posisi 4operator FD (N) MD (Nm)

Yanuar 827 76,305953Izzudin 737.06 -130.5517208Ferrizal 1072.327 357.1743159

3.1.5 Analisa Posisi dan Daya Angkat3.1.5.1 Posisi Optimum

Posisi yang memiliki daya angkat optimum adalah posisi yang memiliki nilai FD / MD terbesar. Untuk operator Yanuar, memiliki daya angkat optimum pada posisi 4,yaitu Floor Lift, lalu pada operator Izzudin, memiliki daya angkat optimum pada posisi 2, yaitu High Far Lift, sedangkan pada operator Ferrizal memiliki daya angkut optimum pada posisi 3, yaitu Leg Lift.

3.1.5.2 Posisi MaksimumPosisi yang memiliki daya angkat maksimum adalah posisi yang memiliki nilai FD terbesar. Dari semua operator yang telah melakukan pengambilan data, semuanya memiliki posisi yang sama untuk posisi maksimum, yaitu posisi 3, Leg Lift.

3.1.5.3 Posisi AmanPosisi paling aman yaitu posisi yang memiliki nilai MD (momen pada pinggul) terkecil. Dari semua operator yang telah melakukan pengambilan data, semuanya memiliki posisi yang sama untuk posisi aman, yaitu posisi 1, Arm Lift.

3.1.5.4 Posisi Back InjuryPosisi menyebabkan back injury yaitu posisi yang memiliki nilai MD (momen pada pinggul) terbesar. Untuk operator Yanuar, posisi yang dapat mengakibatkan Back Injury yaitu pada posisi 4,yaitu Floor Lift, lalu pada operator Izzudin, posisi yang dapat mengakibatkan Back Injury yaitu pada posisi 2, yaitu High Far Lift, sedangkan pada operator Ferrizal posisi yang dapat mengakibatkan Back Injury yaitu pada posisi 3, yaitu Leg Lift.

3.2 Psychological PerformanceBerikut akan dijelaskan mengenai Psychological Performance, cara mengitung Konsumsi Energi, Recovery Time dan waktu istirahat pada semua operator.

3.2.1 Definisi Psychological Performance dan aplikasinyaPsychological Performance adalah kemampuan fisik manusia dalam melakukan kerja, sehingga kita dapat mengetahui batas kemampuan fisik manusia dalam melakukan kerja tertentu. Aplikasi Psychological Performance dalam ergonomi adalah menentukan waktu recovery time serta mengetahui besar konsumsi energi yang diperlukan dalam melakukan aktivitas tertentu.

3.2.2 Rekap Data Heart Rate normal, saat dan Setelah Aktivitas

Tabel 3.20 Rekap Data Heart Rate normal dan berat badan operator

II-22

Operator Berat (kg) HR NormalZaki 66,5 110

Hendrick 50 101Dimas WP 50 98

Hesti 41 103Santi 49 101Dewi 60 97

Page 23: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

Tabel 3.21 Rekap Data Heart Rate setelah aktivitas

Tabel 3.22 Rekap Data Heart Rate saat aktivitas

3.2.3 Rekap Data Berdasarkan Kategori Jenis Kelamin dan Berat

Tabel 3.23 Rekap Data Berdasarkan kategori Jenis Kelamin dan Berat

3.2.4 Grafik Heart Rate terhadap Waktu

II-23

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30Zaki 66,5 110 110 123 135 163 168 168 178 184 184 173 170 189 195 190 196 196 183 163 159 159 159 159 199 202 196 202 202 202 202

Hendrick 50 96 96 96 96 95 95 104 144 147 151 141 121 137 148 167 142 122 108 104 87 86 93 110 129 137 151 148 173 184 145Dimas WP 50 123 126 131 121 108 112 108 94 94 99 96 93 96 99 103 100 104 99 105 106 107 121 121 107 105 114 129 118 113 114

Hesti 41 149 140 147 134 118 110 113 128 128 147 137 117 101 107 103 103 106 108 108 99 94 100 99 111 108 109 120 137 128 109Santi 49 145 157 162 167 193 176 171 159 146 161 166 181 176 157 157 142 146 139 142 127 125 144 159 142 142 127 127 136 139 142Dewi 60 110 122 131 147 147 140 118 136 132 133 132 136 120 114 120 128 133 131 131 120 111 128 120 115 136 115 125 130 115 115

HR Saat AktivitasBerat (Kg)Operator

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30Zaki 66,5 190 184 173 168 163 163 163 163 163 163 163 163 163 173 155 151 131 128 131 123 123 127 127 127 127 126 120 120 123 123

Hendrick 50 142 124 124 124 124 124 124 124 89 81 89 92 110 101 105 108 116 98 86 92 92 92 104 100 106 113 126 116 112 112Dimas WP 50 118 106 118 169 173 173 164 164 164 155 155 151 164 148 148 148 141 141 141 137 137 141 137 147 134 130 138 134 134 134

Hesti 41 96 93 97 109 163 176 166 166 166 147 153 162 157 150 157 157 153 153 153 153 153 153 150 150 146 162 145 142 142 153Santi 49 136 139 127 138 153 150 136 136 150 136 130 107 126 130 127 136 127 126 126 130 122 120 107 121 120 120 125 125 121 117Dewi 60 111 89 93 136 166 173 173 181 160 164 151 166 155 158 148 148 137 148 151 141 137 131 147 141 126 137 132 137 137 137

Operator Berat (Kg)HR Setelah Aktivitas

Operator Berat (kg) Jenis Kelamin Kategori BeratZaki 66,5 Laki-Laki 66-80

Hendrick 50 Laki-Laki 35-50Dimas WP 50 Laki-Laki 35-50

Hesti 41 Perempuan 35-50Santi 49 Perempuan 35-50Dewi 60 Perempuan 51-65

Page 24: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

Gambar 3.2.1 Grafik Heart Rate terhadap Waktu berdasarkan jenis kelamin

Gambar 3.13 Grafik Heart Rate Terhadap Waktu Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 3.14 Grafik Heart Rate Terhadap Waktu Berdasarkan Kategori Berat Badan Pria

II-24

Page 25: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

Gambar 3.15 Grafik Heart Rate Terhadap Waktu Berdasarkan Kategori Berat Badan Perempuan

3.2.5 Perhitungan Recovery TimeContoh perhitungan recovery time pada operator zaki menggunakan ekstrapolasi:

Tabel 3.24 Tabel Heart Reart Operator

=

45 x = 630 + 252 x = 19,6

Tabel 3.25 Rekap Data Recovery Time

3.2.6 Perhitungan Waktu IstirahatSetelah melakukan aktivitas treadmill, maka dilakukan penghitungan pengeluaran energi dengan menggunakan persamaan astuti. Perhitungan dilakukan dua kali untuk memperoleh energi pada saat istirahat (Y1) dan energi pada saat aktivitas (Y2).

Y(1,2) = 1,804 – 0,0229 X(1,2) + 4,717.10-4 X(1,2)2

Ket: Y1 = Energi pada saat istirahatY2 = Energi pada saat aktivitas X1 = Heart Rate Normal

X2 = Heart Rate Aktivitas tertinggi

Sebagai contoh:Pada Operator Zaki, diketahui HR Normal = 110 dan HR saat aktivitas tertinggi = 190, maka:

Y1 = 1,804 – 0,0229 (110) + 4,717.10-4 (110)2

Y1 = 1,804 – 2,519 + 5,71Y1 = 4,995 kilokalori per menit

Y2 = 1,804 – 0,0229 (202) + 4,717.10-4 (202)2

Y2 = 1,804 – 4,626+ 19,247Y2 = 16,425 kilokalori per menit

Selanjutnya adalah menghitung Konsumsi Energi pada saat operator berlali di treadmill:

KE = Et – EiKet: KE = Konsumsi Energi Et = Y2 = Pengeluaran energi pada saat waktu kerja tertentu (kilokalori per menit)

Ei = Y1 = Pengeluaran energi pada saat istirahat (kilokalori permenit) Sebagai contoh:

II-25

10 detik ke- HR14 17318 128x 110

Recovery Time10 detik ke

Zaki 110 19,6Hendrick 101 14

Dimas WP 98 26,45Hesti 103 16,06Santi 101 10,41Dewi 97 1,63

HR NormalOperator

Page 26: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

Pada Operator Zaki, diketahui Et=16,425 dan Ei=4,995, maka:KE = 16,425 – 4,995

KE = 11,43 kilokalori per menit

Berikut data hasil perhitungan KE pada Operator:

Tabel 3.26 Rekap Data Hasil perhitungan KE

Setelah mendapatkan nilai Konsumsi Energi untuk masing-masing operator, maka dilakukan perhitungan waktu istrirahat agar sejalan dengan beban kerja, yaitu dengan menggunakan persamaan Murrel:

Ket: R = Waktu istirahat ayng dibutuhkan (menit) T = Total waktu kerja

W = KE = konsumsi energy rata-rata untuk bekerja (kilokalori per menit) S = Pengeluaran energy rata-rata yang direkomendasikan

Sebagai contoh:Pada operator zaki, diketahui KE=8,156, maka:

R = 5 (11,43 – 5) 11,43 – 1,5R = 5 (6,43) 9,93R = 32,15 = 3,238 menit 9,93

Berikut data hasil perhitungan waktu istirahat pada operator:

Tabel 3.27 Rekap Data Waktu Istirahat

3.2.7 Grafik Konsumsi Energi terhadap Heart Rate:

II-26

Et Ei KEAktivitas Normal (kcal/min) (kcal/min) (kcal/min)

Zaki 202 110 13,151 4,995 11,43Hendrick 184 101 13.56 4,303 9,257

Dimas WP 129 98 6,699 4,09 2,609Hesti 149 103 8,864 4,46 4,404Santi 193 101 14,954 4,303 10,651Dewi 147 97 8,631 4,02 4,611

HROperator

Waktu istirahat(Menit)

Zaki 3,238Hendrick 2,743

Dimas WP -10,78Hesti 0,696Santi 3,634Dewi 0,982

Operator

Page 27: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

Gambar 3.16 Grafik Hubungan KE

dengan HR Normal Untuk Pria Kategori Berat Badan

II-27

Page 28: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

Gambar 3.17 Grafik Hubungan KE dengan HR Normal Untuk Perempuan Kategori Berat Badan

Gambar 3.18 Grafik Hubungan KE dengan HR Normal Kategori Jenis Kelamin

II-28

Page 29: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

3.3 Manual Material Handling3.3.1 Definisi dan deskripsi Aktivitas Manual Material Handling

Manual Material Handling adalah suatu pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang secara manual yang bisa berakibat cedera di bagian tubuh dikarenakan posisi kerja yang tidak baik. Dari alasan tersebut, maka dilakukan penelitian agar pada suatu proses kerja tidak terjadi cedera pada pekerja akibat posisi yang tidak mendukung dalam proses tersebut. Manual Material Handling berfokus kepada pengangkatan suatu beban. Apabila suatu beban pada proses pengangkatanya tidak sesuai dengan standard yang telah ditentukan, dianjurkan kepada pekerja untuk tidak melakukan proses pengangkatan agar tidak terjadi cedera. Maka dari itu, ditemukan metode yang digunakan untuk membantu suatu proses pengangkatan beban yang membantu mencegah atau mengurangi terjadinya low back pain dan injuries ( cedera tulang belakang bagian bawah ) bagi pekerja dalam melakukan aktivitas pengangkatan beban secara manual.Metode ini dinamakan NIOSH Lifting Index, yang terdiri dari RWL yaitu nilai beban angkat yang dianjurkan secara teoritis untuk Manual Material Handling, dan LI yaitu nilai estimasi dari tingkat tegangan dalam suatu kegitan Manual Material Handling. Dan pada penelitian kali ini, nilai LI yang diteliti apabila nilai LI yang didapatkan lebih daripada satu ( LI > 1 ) maka pada proses pengangkatan beban tersebut terjadi kesalahan yang berakibat cedera dan perlu perbaikan, begitu juga sebaliknya apabila LI kurang daripa satu ( LI < 1 ) maka proses pengangkatan beban tersebut sudah benar

3.3.2 Definisi RULA, REBA, JSI, OCRABerikut ini adalah penjelasan tentang RULA, REBA, JSI, OCRA

RULA adalah metode pengukuran tubuh yang digunakan untuk mengestimasi resiko kerja yang berkaitan dengan gangguan yang dialami anggota tubuh bagian atas. Jadi metode RULA hanya terbatas menganalisa tubuh bagian atas. Aplikasi penggunaan RULA, terdapat pada biomekanika. Dimana biomekanika hanya menganalisa tubuh bagian atas saat melakukan proses kerja. Seperti contoh aplikasinya, saat seseorang mengangkat beban, digunakan metode RULA untuk menganalisa keadaan tubuh bagian atas. Contohnya dilakukan analisa pada punggung, badan, tangan, leher dan lain-lain.

REBA adalah metode pengukuran tubuh yang digunakan untuk mengestimasi resiko kerja yang berkaitan dengan gangguan yang dialami seluruh bagian tubuh. Metode REBA tidak memiliki batasan dalam menganalisa, seperti metode lainya. Contoh aplikasi penggunaan REBA dapat dilihat dari contoh Manual Material Handling. Seperti contoh, pada saat proses kerja khususnya pada pengangkatan beban. Dapat dianalisa menggunakan metode REBA keadaan seluruh tubuh orang yang melakukan proses kerja tersebut. Analisa dapat dilakukan contohnya padaposisi tangan, punggung, leher, kepala, kaki dan lain-lain. Jadi analisa keseluruhan dapat dilakukan menggunakan metode REBA.

JSI adalah metode untuk mengistimasi resiko terjadinya kecelakaan/sakit pada pergelangan tangan dan tangan yang berdasarkan pada berat, frekuensi dan durasi pembebanan.Analisa mekanik adalah analisa mengenai tiga jenis gaya yang bekerja pada tubuh manusia menurut Winter, yaitu:

II-29

Page 30: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

Gaya gravitasi: gaya yang melalui pusat massa dari segmen tubuh manusia dengan arah ke bawah.

Gaya reaksi: gaya yang terjadi akibat beban pada segmen tubuh atau berat segmen tubuh itu sendiri.

Gaya otot: gaya yang terjadi pada bagian sendi, baik akibat gesekan sendi atau akibat gaya pada otot yang melekat pada sendi. Gaya ini menggambarkan besarnya momen otot.

Contoh aplikasi penggunaan metode JSI, tentunya dapat dilihat dari proses pengangkatan beban. Dengan menggunakan metode ini dapat dianalisa maksimal beban yang diangkat oleh tangan, durasi kemampuan dari tangan untuk mengangkat suatu beban, dan kecepatan kerja dari tangan pada saat pengangkatan beban. Jadi, metode JSI ini hanya sebatas menganalisa bagian tubuh, khususnya pada tangan dan pergelangan tangan.

OCRA pertama kali ditemukan oleh Occhipinti dan Colombini merupakan metode kuantitatif untuk mengidentifikasi cara kerja yang digunakan dalam pekerjaan berulang khusus alat gerak tubuh bagian atas. Metode ini mengklasifikasikan tingkat resiko pada tiga zona, yaitu zona tidak beresiko, zona agak beresiko, dan zona beresiko. Metode ini sama seperti metode sebelumnya, hanya terbatas menganalisa tubuh bagian atas. Tetapi, perbedaan metode ini terdapat pada pekerjaan yang dilakukan secara berulang-ulang. Contoh aplikasinya, seseorang yang mengangkat beban ke suatu tempat bolak-balik secara berulang dalam selang waktu tertentu. Disini dianalisa tubuh bagian atas, contohnya pada tangan.

3.3.3 Perhitungan Recommended Weight Limit (RWL)Persamaan Recommended Weight Limit (RWL) adalah sebagai berikut:

RWL = LC * HM * VM * DM * AM * FM * CM

Keterangan : LC = Load Constanta, (LC= 23 kg / 51 lbs)HM = Horizontal Multiplier, (HM= 25 / H) VM = Vertical Multiplier, (VM =1 – 0,003 I V – 75 I)

(VM max saat V=69 VM = 1 – 0,003 I V – 69 I)DM = Distance Multiplier, (DM= 0,82 + I 4,5 / D I)AM = Asymetry Multiplier, (AM= 1 – (0,0032 A)CM = Coupling Multiplier, (dilihat pada tabel)FM = Frequency Multiplier, (dilihat pada tabel)

II-30

Page 31: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

Gambar 3.19 Tabel RWL

Pada percobaan Manual Material Handling, diketahui LC = 23 kg / 51 lbs H (Origin) = 27 cm / 10.63 inch HM (Origin) = 2.35 H (Destination) = 41 cm / 16.15 inch HM (Destination) = 1.55 V (Origin) = 87 cm / 34.25 inch VM (Origin) = 0.877 V (Destination) = 57 cm / 22.44 inch VM (Destination) = 0.842 D = 30 cm / 11.81 inch DM = 1.2 A = 0 o

AM = 1 C = fair CM = 0.95 F = 10 lifts / min FM = 0.45

Rumus perhitungan RWL :

II-31

Page 32: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

RWL = LC * HM * VM * DM * AM * FM * CM

RWL Origin :

RWL = 51 * 2.35 * 0.877 * 1.2 * 1 * 0.45 * 0.95RWL = 53.92 lbs

RWL Destination :

RWL = 51 * 1.55 * 0.842 * 1.2 * 1 * 0.45 * 0.95RWL = 34.15 lbs

3.3.4 Perhitungan Lifting Index (LI) LI (Lifting Index) adalah menyatakan nilai estimasi dari tingkat tegangan dalam suatu kegiatan pengangkatan material secara manual yang dirumuskan dengan:

LI = L / RWL

Keterangan: L (Load Weight) = Berat beban yang diangkat (kg)

Diketahui RWL (Destination) = 53.92 lbsRWL (Origin) = 34.15 lbs

Beban yang diangkat = 11 lbs

Besar LI (Lifting Index) pada saat mengangkat benda adalah:

LI = 11 / 34.15= 0.322

Besar LI (Lifting Index) pada saat meletakkan benda adalah:

LI = 11 / 53.92= 0.204

3.3.5 Hasil running dengan REBAERGO Intelligence merupakan sebuah software yang dapat digunakan untuk menganalisis suatu aktivitas manual material handling. Adapun software ini terdiri dari bermacam-macam jenis didalamnya seperti RULA, REBA, SI, OCRA. Dalam penelitian kali ini hanya digunakan satu jenis yang ada didalamnya, yaitu: REBABerdasarkan data yang didapatkan, maka dapat diketahui nilai (REBA) dengan menggunakan software ERGO Intelligence.

II-32

Page 33: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

Gambar 3.20 Software REBA

Hasil perhitungan yang diperoleh dengan menggunakan software REBA adalah sebagai berikut :

Rapid Entire Body Assessment (REBA)Analyst: RamaJob Name: Lift BukuWorkstation ID: 4Hand: Right Side

Job Factors Categories REBA ScoreWrist > 15 1

Upper Arms 46 to 90 2Upper Arms Arm is supported -1Lower Arms 60-100 1

Neck > 20 1Trunk Neutral 2Legs Legs/feet well-supported 1Force >10 kg 0

Coupling Poor 1Muscle Use Repeated+4times/min 1

Body Parts Posture Score Force Score Grip Score TotalNeck+Leg+Trunk 2 0 2

Arm+Wrist 1 1 2

REBA Grand Score: 3Recommendation:

Action Level = 1Risk Level = LowAction (including further assessment) = May be necessary

BAB I V ANALISA DAN INTERPRETASI DATA

II-33

Page 34: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

4.1 Biomekanika4.1.1 Analisa Hubungan Tiap Segmen Tubuh pada Tiap Posisi dengan Daya Angkat

Berdasarkan data yang didapat, pada :1. Posisi 1 lengan bawah memberikan gaya yang lebih kecil daripada lengan atas yang keduanya

diimbangi dengan gaya yang dihasilkan oleh punggung. Sedangkan momen yang terjadi yaitu lengan bawah menghasilkan momen positif yang sama dengan lengan atas, dan punggung juga menghasilkan momen dengan nilai sama akan tetapi berlawanan arah. Kondisi ini jelas tidak aman karena momen tidak seimbang antara lengan bawah dan atas dengan punggung. Kemungkinan operator akan jatuh ke belakang karena tidak seimbangnya momen yang dihasilkan.

2. Posisi 2 gaya yang dihasilkan pada lengan bawah tetap lebih kecil daripada lengan atas yang kemudian diimbangi oleh punggung. Akan tetapi memiliki perbedaan sedikit pada bagian momen. Lengan bawah menghasilkan momen positif ke arah operator begitu juga punggung. Tapi pada lengan atas dihasilkan momen yang negatif dan menyebabkan tidak seimbang momennya. Kemungkinan ini akan menyebabkan operator jatuh ke belakang.

3. Posisi 3 perbandingan gaya yang dihasilkan di tiap segmen tetap, punggung menghasilkan gaya terbesar. Sedangkan momen yang terjadi, punggung juga menghasilkan momen terbesar dan tidak seimbang sehingga membahayakan operator karena kemungkinan akan jatuh ke depan.

4. Posisi 4 kurang lebih sama perbandingan gaya seperti posisi sebelumnya, punggung mempunyai gaya terbesar untuk menopang tubuh. Sedangkan momennya punggung mempunyai nilai terbesar dan jika diperhitungkan, operator ada kemungkinan jatuh ke belakang karena tidak seimbangnya momen yang dihasilkan.

4.1.2 Analisa Posisi OptimumPosisi yang memiliki daya angkat optimum adalah posisi yang memiliki nilai FD / MD terbesar. Untuk

operator Yanuar, memiliki daya angkat optimum pada posisi 4,yaitu Floor Lift. Pada posisi ini, operator menggunakan berat badan sebagai tumpuan tenaga untuk mengangkat beban, oleh sebab itu, dikarenakan operator memiliki berat badan yang cukup besar, yaitu 91 kg, mampu mengangkat beban dengan daya angkat optimum yang cukup besar dibandingkan posisi lainnya yang menggunakan tumpuan lain. Dan dengan menggunakan punggung sebagai penopang tubuh, dalam posisi ini operator dapat dengan mudah mengangkat beban, tetapi, dengan posisi ini juga, operator memiliki kekurangan dalam posisi ini, yaitu jika operator tidak dalam keadaan seimbang dengan posisinya, operator memiliki kemungkinan untuk jatuh ke arah belakang karena operator dalam posisi jongkok dan tentu saja posisi ini rawan untuk terjadi kecelakaan dan juga membuat operator lebih cepat lelah dibandingkan posisi yang lainnya.

4.1.3 Analisa Posisi MaksimumPosisi yang memiliki daya angkat maksimum adalah posisi yang memiliki nilai FD terbesar. Dari

operator Yanuar, untuk posisi maksimum, yaitu posisi 3, Leg Lift. Pada posisi ini, tubuh menggunakan punggung sebagai tumpuannya, ditambah pula dengan berat badan sebagai sumber tenaga untuk mengangkat beban, sehingga menghasilkan momen yang lebih besar daripada segmen yang lainnya. Selain menggunakan punggung sebagai tumpuan, kaki operator juga memiliki kegunaan untuk tumpuan badan sehingga operator lebih seimbang untuk posisi belakang tubuh, akan tetapi, untuk bagian depan tubuh, keseimbangan operator masih kurang karena dalam posisi ini, operator sedikit membungkuk ke arah depan, sehingga jika operator kurang hati – hati, bisa mengakibatkan operator jatuh ke arah depan.

4.1.4 Analisa Posisi AmanPosisi paling aman yaitu posisi yang memiliki nilai MD (momen pada pinggul) terkecil. Dari operator

Yanuar, untuk posisi aman, yaitu menggunakan posisi 1, Arm Lift. Posisi ini menggunakan lengan atas dan lengan bawah sebagai tumpuan untuk mengangkat beban dan juga posisi tubuh operator adalah tegak sehingga keseimbangan operator lebih stabil daripada keseimbangan dengan menggunakan posisi yang lain. Akan tetapi, posisi ini meskipun aman bagi operator, memiliki kekurangan yaitu merupakan posisi yang memiliki daya angkat yang paling kecil dibandingkan dengan posisi yang lainnya. Oleh karena itu, posisi ini tidak cocok untuk digunakan oleh operator jika ingin mengangkat beban karena momennya paling kecil.

II-34

Page 35: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

4.1.5 Analisa Posisi Back InjuryPosisi back injury yaitu posisi yang memiliki nilai MD (momen pada pinggul) terbesar. Untuk operator

Yanuar, posisi yang dapat mengakibatkan Back Injury yaitu pada posisi 4,yaitu Floor Lift. Pada posisi ini, posisi tubuh operator sedikit jongkok dan membungkuk. Meskipun pada posisi ini operator memiliki daya angkat yang lebih besar dibandingkan posisi yang lainnya, jika digunakan secara terus menerus akan dapat menyebabkan cedera karena posisi ini menggunakan punggung sebagai titik tumpuannya, selain itu juga, karena dalam posisi jongkok, pinggul dari operator juga mengalami stress yang berat karena harus menopan berat badan tubuh operator saat dalam posisi jongkok.

4.2 Psychological Performance4.2.1 Analisa Perbandingan Heart Rate Sebelum dan Setelah Aktivitas

Heart Rate operator sebelum aktivitas adalah normal, karena kondisi tubuh sedang tidak melakukan kerja atau aktivitas, namun ketika melakukan aktivitas di treadmill Heart Rate tiap operator naik perlahan dari Heart Rate normalnya, hal ini disebabkan operator sedang melakukan kerja sehingga konsumsi energi yang dibutuhkan lebih tinggi dan akan berpengaruh terhadap kenaikan Heart Rate. Ketika setelah aktivitas Heart Rate operator perlahan menurun menuju kondisi Heart Rate normalnya, sebab waktu setelah aktivitas konsumsi energi menjadi sedikit sehingga Heart Rate akan menuju kondisi normal, naumn pada beberapa operator dalam kurun waktu lima menit belum juga mencapai Heart Rate normalnya, sehingga dibutuhkan waktu lebih dari lima menit untuk kembali ke Heart Rate normalnya.

4.2.2 Analisa Recovery TimePada analisis Recovery Time berdasarkan data Heart Rate setelah aktivitas dapat dilihat bahwa

operator mengalami penurunan Heart Rate stabil dari 190 menjadi 123 dalam waktu 5 menit. Selama 5 menit operator belum bisa mencapai Heart Rate normal yaitu 110 dikarenakan waktu istirahat kurang lama atau butuh lebih dari 5 menit.

4.2.3 Analisa Waktu IstirahatPada perhitungan waktu istirahat, dapat dilihat bahwa terdapat variasi waktu istirahat antara 0,696

menit hingga 3,238 menit. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan heart rate normal, heart rate pada saat aktifitas serta tingkat konsumsi energi praktikan. Salah satu praktikan juga mendapat nilai negatif dalam perhitungan waktu istirahat, yang diakibatkan tingkat konsumsi energi yang dimiliki lebih rendah dibandingkan konsumsi energi yang direkomendasikan.

4.2.4 Analisa Pengaruh Berat Badan dan Jenis Kelamin terhadap Heart RateBerdasarkan hasil pengamatan, berat badan dan jenis kelamin berpengaruh terhadap intensitas

heart rate. Dari data yang didapat, ada dua kelompok berat badan, yakni 33-50 dan 66-80 untuk pria, serta 35-50 dan 51-65 untuk wanita.

Praktikan pria yang memiliki berat antara 35-50 Kg, memiliki heart rate normal yang lebih kecil dibandingkan praktikan pria dengan berat badan 66-80 Kg. Begitupula praktikan wanita yang memiliki berat badan antara 35-50 Kg, memiliki heart rate lebih kecil dibandingan praktikan wanita dengan berat badan 51-65 Kg. Dari segi jenis kelamin, praktikan pria memilki kisaran heart rate antara 98-110, sedangkan praktikan wanita antara 97-103. Jadi, praktikan pria cenderung memiliki heart rate normal yang lebih tinggi dibandingkan praktikan wanita.

Hal ini disebabkan karena semakin tinggi berat badan manusia, maka semakin tinggi pula laju metabolismenya. Laju metabolisme itu sendiri ada kaitannya dengan heart rate yang mereka miliki. Kebutuhan akan energy yang lebih besar, membuat jantung bekerja lebih ekstra pada kondisi normal. Perbedaan jenis kelamin antara pria dan wanita juga membuat perbedaan heart rate, karena pria dan wanita memilki ukuran organ, aktifitas, dan dimensi tubuh yang berbeda. Pria memiliki rata-rata dimensi tubuh yang lebih besar, serta aktifitas harian yang lebih berat dibandingkan wanita. Sehingga, laju heart rate pria, menjadi cenderung lebih besar.

4.2.5 Analisa Pengaruh Berat Badan dan Jenis Kelamin terhadap Konsumsi Energi

II-35

Page 36: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

Berat badan dan jenis kelamin juga mempunyai pengaruh yang serupa pada konsumsi energi. Dari hasil pengamatan, praktikan pria dengan berat badan 35-50 Kg memliki konsumsi energi yang lebih rendah dibandingkan praktikan dengan berat badan 66-80 Kg dalam margin 2-8. Sedangkan konsumsi energi pada praktikan wanita yang memilki berat badan antara 35-50 Kg cenderung lebih besar dibandingkan praktikan dengan berat badan 51-65 Kg.

Dari segi jenis kelamin, praktikan pria memiliki kisaran konsumsi energi antara 2,6-11,4. Sementara konsumsi energi praktikan wanita berada pada kisaran antara 4,4-10,6. Jadi, praktikan pria cenderung memiliki konsumsi energi yang lebih tinggi, namun lebih variatif dibandingkan praktikan wanita. Perbedaan berat badan terhadap konsumsi energi tidak lepas dari heart rate yang dimiliki. Karena, rumus yang digunakan untuk menghitung konsumsi energi membutuhkan data heart rate. Sehingga logikanya, manusia dengan heart rate yang tinggi akan mempunyai konsumsi energi yang besar pula. Berat badan juga mencerminkan porsi kebutuhan energi tubuh. Dan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, berat badan yang lebih besar, cenderung membutuhkan energi yang lebih besar pula untuk metabolisme tubuh.

Pada praktikan wanita, kelompok berat badan 51-65 Kg memilki konsumsi energi yang lebih rendah karena disebabkan variasi heart rate maksimal dan normal yang lebih kecil. Hal ini sedikit berbeda dengan teori karena pada saat pengamatan, banyak faktor yang mempengaruhi, seperti kesehatan praktikan. Selain itu, kelompok berat badan ini hanya diwakilkan oleh satu praktikan saja. Perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi konsumsi energi karena pria cenderung membutuhkan energi yang lebih besar dibandingkan wanita, karena postur tubuh yang lebih besar. Namun variasi konsumsi energi pria pada pengamatan lebih besar dibandingkan wanita. Hal ini disebabkan karena pada saat pengamatan, banyak faktor yang tidak diukur, salah satunya kesehatan praktikan, serta kebiasaan (pola hidup). Yang membuat perbedaan konsumsi energi semakin bervariasi.

4.2.6 Analisa Perbandingan Recovery Time dengan Waktu IstirahatBerdasarkan data hasil pengamatan, recovery time praktikan cukup bervariasi. Dari 10 detik ke-

1,63 hingga 10 detik ke-26,45. Sedangkan perhitungan waktu istirahat berkisar antara -10,78 hingga 3,634 menit.

Pada perhitungan recovery time, data yang digunakan adalah pada saat praktikan mencapai titik heart rate normal. Beberapa praktikan memerlukan recovery time dibawah 2 menit, namun ada pula yang sampai di atas 6 menit. Hal ini diakibatkan oleh kondisi fisik tiap praktikan yang berbeda. Semakin fit kondisi praktikan, maka semakin cepat ia menormalkan denyut jantung.

Sedangkan perhitungan waktu istirahat, berkaitan dengan konsumsi energi untuk tiap praktikan. Pada praktikan ketiga, perhitungan waktu istirahat adalah -10,78 menit. Hal ini dikarenakan konsumsi energi (KE) praktikan yang lebih kecil dari konsumsi energi yang direkomendasikan. Sehingga menyebabkan nilainya menjadi negatif.

4.3 Manual Material Handling4.3.1 Analisa RWL

Telah dilakukan uji RWL pada operator, dan diperoleh data dari percobaan dan perhitungan tersebut. Data yang diperoleh terdapat dua jenis data yang berbeda, yaitu data RWL Origin dan data RWL Destination. Faktor penting yang membuat perbedaan pada data tersebut adalah jarak VM (Vertikal) dan HM (Horizontal) pada posisi origin maupun destination berbeda. Sedangkan pada data yang lain seperti LC, DM, AM, CM dan FM tetap sama, ini dikarenakan pada posisi origin maupun destination memiliki banyak kesamaan pada data tersebut seperti besar sudut putar dan tingkat genggaman. tingkat genggaman yang didapat pada percobaan kali ini adalah fair. Ini dikarenakan beban yang diangkat, tidak memiliki suatu pegangan yang nyaman, dimana suatu pegangan pada beban akan meningkatkan tingkat genggaman menjadi good. Begitu juga sebaliknya, apabila beban tidak mempunyai pegangan dan ada gangguan yang menghambat pegangan, tingkat pegangan

II-36

Page 37: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

tesebut akan bersifat poor. Setelah melakukan proses perhitungan dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan NIOSH Lifting Index, ditemuan nilai RWL origin sebesar dan RWL destination sebesar . Nilai RWL sangat berpengaruh kepada nilai LI yang didapatkan nanti. Karena jika harga suatu nilai RWL besar mendekati harga nilai beban (L), maka nilai LI yang didapatkan akan semakin kecil dan itu akan berakibat baik. Begitu juga sebaliknya apabila harga nilai RWL yang didapatkan kecil, menjauhi nilai beban (L), maka nilai LI yang didapatkan akan semakin besar, dan itu akan berakibat buruk. Jadi, jika nilai RWL makin besar, itu akan menjadi lebih baik. Dan sebaliknya jika RWL makin kecil itu akan berakibat buruk.

4.3.2 Analisa LI LI (Lifting Index) adalah menyatakan nilai estimasi dari tingkat tegangan dalam suatu kegiatan

pengangkatan material secara manual. Perhitungan LI dibagi menjadi dua yakni pada saat mengangkat dan meletakkan beban. Semakin mendekati nilai 1, maka semakin maksimal tingkat tegangan yang dialami oleh pekerja. Sedangkan apabila angka tersebut melebihi dari 1, maka artinya beban yang diangkat sudah melewati dari batas berat yang direkomendasikan (RWL). Nilai LI destination memiliki nilai lebih daripada 1 ( LI > 1 ) juga berarti posisi pengangkatan masih memiliki potensi yang menyebabkan cedera yang lebih besar daripada posisi origin. Jadi, di kedua posisi pengangkatan baik origin dan destination masih salah dan masih perlu perbaikan agar tidak terjadi cedera

Nilai LI pada saat mengangkat lebih kecil dibandingkan pada saat meletakkan karena nilai RWL saat mengangkat lebih tinggi. Atau dengan kata lain, beban maksimum yang mampu diangkat pada saat awal lebih tinggi. Artinya, estimasi tingkat tegangan pada saat meletakkan beban lebih besar dibandingkan saat mengangkat.

4.3.3 Analisa REBABerdasarkan running REBA dengan menggunakan software ERGO Intelligence, nilai REBA yang didapat adalah 3. Dan kegiatan yang dianalisa memiliki resiko kecelakaan yang rendah. Perbaikan sistem mungkin untuk dilakukan. Perbaikan baru diperlukan ketika nilai reba yang didapatkan di atas 4.

Tabel 4.1 Tabel REBA Score

II-37

Page 38: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

Dari nilai REBA yang didapat pada setiap bagian tubuh, maka dapat diidentifikasi bahwa posisi lengan atas, dan posisi badan mendapat nilai 2, bagian ini memerlukan adanya perbaikan.

BAB VSIMPULAN DAN SARAN

5.1 SimpulanSimpulan dari hasil praktikum modul 2 adalah sebagai berikut:1. Posisi 1 lengan bawah memberikan gaya yang lebih kecil daripada lengan atas yang keduanya

diimbangi dengan gaya yang dihasilkan oleh punggung. Posisi 2 gaya yang dihasilkan pada lengan II-38

Action Level REBA Score Risk Level Action (including further assessment)

0 1 Negligible None necessary1 2-3 Low May be necessary2 4-7 Medium Necessary3 8-10 High Necessary soon4 11-15 Very high Necessary NOW

Page 39: Praktikum Biomekanika - Ergonomi Industri

bawah tetap lebih kecil daripada lengan atas yang kemudian diimbangi oleh punggung. Posisi 3 perbandingan gaya yang dihasilkan di tiap segmen tetap, punggung menghasilkan gaya terbesar. Posisi 4 kurang lebih sama perbandingan gaya seperti posisi sebelumnya, punggung mempunyai gaya terbesar untuk menopang tubuh.

2. Posisi yang memiliki daya angkat optimum adalah posisi yang memiliki nilai FD / MD terbesar. Untuk operator Yanuar, memiliki daya angkat optimum pada posisi 4,yaitu Floor Lift. Posisi paling aman yaitu posisi yang memiliki nilai MD (momen pada pinggul) terkecil. Dari operator Yanuar, untuk posisi aman, yaitu menggunakan posisi 1, Arm Lift. Posisi back injury yaitu posisi yang memiliki nilai MD (momen pada pinggul) terbesar. Untuk operator Yanuar, posisi yang dapat mengakibatkan Back Injury yaitu pada posisi 4,yaitu Floor Lift.

3. Heart rate praktikan sebelum aktifitas dan sesudah aktifitas cenderung meningkat. Peningkatan tersebut berkisar antara 31-92.

4. Berdasarkan data hasil pengamatan, recovery time praktikan cukup bervariasi. Dari 10 detik ke-1,63 hingga 10 detik ke-26,45. Sedangkan perhitungan waktu istirahat berkisar antara -10,78 hingga 3,634 menit.

5. Semakin tinggi berat badan seseorang, maka konsumsi energinya akan semakin tinggi pula. Serta, pria memiliki tingkat konsumsi energi yang lebih besar dibandingkan wanita.

6. Semakin tinggi berat badan seseorang, maka tingkat heart rate akan semakin tinggi pula. Serta, pria memiliki tingkat heart rate yang lebih besar dibandingkan wanita..

7. Dari hasil pengamatan, semakin tinggi konsumsi energi praktikan, maka akan berbanding lurus dengan tingkat heart rate yang dimiliki..

8. Nilai LI (Lifting Index) yang didapatkan ada dua, yakni saat mengangkat beban dan saat meletakkan beban. LI pada saat mengangkat beban adalah 0.204, sedangkan LI saat meletakkan beban adalah 0.322.

5.2 SaranSaran dari kelompok kami untuk praktikum modul 2 adalah: Pada saat praktikum menggunakan treadmill, sebaiknya disiapkan handuk untuk mengusap keringat.

Karena selama praktikum, praktikan mengeluarkan banyak keringat, dan memerlukan waktu istirahat lebih lama dari yang dibutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA

II-39