1
1
2
Prakata
Keberhasilan kegiatan pembelajaran tentu sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya ketersedian sumber belajar sebagai media
pembelajaran efektif bagi mahasiswa. Buku Strategi Pembelajaran Sains di
kalangan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan IPA UIN Syarif
Hidayatullah ini merupakan suatu hal yang penting dan mendesak, mengingat saat
ini masih sangat langka buku referensi strategi pembelajaran yang langsung
memberikan contoh aplikatif untuk mata pelajaran sains. Oleh karenanya,
keberadaan sumber referensi yang memadai merupakan suatu kebutuhan yang tak
terbantahkan lagi.
Bagian pertama dari buku ini menjelaskan wawasan perkembangan
kurikulum di Indonesia. Materi ini penting karena memberikan pemahaman yang
baik tentang dasar teoritis sederhana dan praktis terkait perkembangan kurikulum
yang akan membantu mahasiswa untuk mengembangkan strategi pembelajaran
sains yang lebih dinamis. Implementasi metode, pendekatan, dan model
pembelajaran sains akan tampak pada pengembangan silabus dan rencana
program pembelajaran (RPP). Bagian kedua dari buku ini menjelasan tentang
materi ajar. Materi ajar yang dikembangkan dalam bentuk peta konsep sangat
direkomendasikan dalam penyajian materi pelajaran. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan peta konsep dapat memudahkan
siswa dalam memahami mata pelajaran sains.
Bagian ketiga menjelaskan pentingnya keterampilan proses sains (science
process skill) dalam mendesain kegiatan pembelajaran. Hakikat IPA sebagai
proses terimplementasi dalam desain pembelajaran berbasis KPS. Bagian keempat
menjelaskan variasi metode dan pendekatan dalam pembelajaran sains. Bagian
kelima menjelakan asesmen pembelajaran sains. Asesmen pembelajaran sains
meliputi penilaian aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Bagian keenam
menjelaskan model-model pembelajaran sains yang berpusat pada siswa seperti
model pembelajaran inkuiri, STM, kooperatif, dan kolaboratif. Bagian ketujuh
3
menjelaskan pengelolaan laboratorium yang akan melengkapi kegiatan
pembelajaran sains yang lebih utuh seperti melakukan praktikum atau
bereksperimen.
Akhirnya, Penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
seluruh pihak yang telah membantu penulis baik secara moril/materil. Tiada
gading yang tak retak, Penulis menerima saran dan kritik untuk perbaikan
selanjutnya.
Juli 2009
Penulis
4
A. Daftar Isi
Halaman
A.Pengantar i B. Daftar Isi C. Daftar Tabel D. Daftar Gambar
I. Kurikulum A. Pengantar ........................................................................................ B. Pengertian Kurikulum..................................................................... C. Sejarah Perkembangan Kurikulum ................................................. D. Contoh Model Silabus/RPP............................................................. E. Ringkasan......................................................................................... F. Latihan ............................................................................................ G. Daftar Pustaka .................................................................................
1 1 2 3 17 24 24 25
II. Materi A. Pengantar ........................................................................................ B. Analisis Struktur Materi melalui Peta Konsep................................ C. Karakteristik Materi Ajar ............................................................... D. Contoh Pemilihan Materi Ajar........................................................ E. Rangkasan ..................................................................................... F. Latihan ........................................................................................... G. Daftar Pustaka ...............................................................................
27 27 28 40 42 46 46 48
III. Kegiatan Pembelajaran A. Pengantar ....................................................................................... B. Hakikat Pendidikan Sains............................................................... C. Keterampilan Proses Sains ............................................................ D. Rangkasan ..................................................................................... E. Latihan ........................................................................................... F. Daftar Pustaka ...............................................................................
49 49 50 58 64 64 66
IV. Asesmen Pembelajaran Sains A. Pengantar ...................................................................................... B. Tujuan Pembelajaran ........................................................... C. Pengertian Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi ................. D. Jenis Instrumen Asesmen ......................................................... E. Ringkasan ............................................................................ F. Contoh Soal ................................................................................ G. Latihan ......................................................................................... H. Daftar Pustaka ..............................................................................
67 68 68 82 84 92 96 98 99
V. Pendekatan dan Metode A. Pengantar ...................................................................................... B. Pendekatan Pembelajaran ................................................... C. Metode Mengajar................................................................. D. Contoh.......................................................................................... E. Ringkasan...................................................................................... F. Daftar Pustaka ..............................................................................
101 101 107 122 127 128 128
VI. Model Pembelajaran Sains A. Pengantar...................................................................................... B. Teori Belajar Sains........................................................................
130 131 132
5
C. Model Pembelajaran Sains............................................................ 1. Model Pembelajaran Inkuri 2. Model Pembelajaran STM 3. Model Pembelajaran Kooperatif 4. Model Pembelajaran Kolaboratif
D. Ringkasan...................................................................................... E. Latihan........................................................................................... F. Daftar Pustaka ...............................................................................
133 133 137 145 173 179 180 180
VII. Pengelolaan kelas dan Laboratorium A. Pengantar ...................................................................................... B. Pengelolaan Kelas.......................................................................... C. Pengelolaan Laboratorium............................................................. D. Ringkasan....................................................................................... E. Latihan........................................................................................... F. Daftar Pustaka................................................................................
182 182 183 187 204 205 205
Glosary Indeks Biografi Penulis
6
I. KURIKULUM
Standard Kompetensi
Mahasiswa memperoleh wawasan konsep kurikulum, perubahan kurikulum sains
di Indonesia dan implementasi kurikulum dalam pembelajaran sains.
Kompetensi Dasar
1) Menjelaskan konsep kurikulum
2) Menjelaskan perubahan kurikulum di Indonesia
3) Menerapkan silabus dalam mendesain pembelajaran
Indikator Kompetensi
1. Menjelaskan konsep kurikulum dari para ahli
2. Menjelaskan perubahan kurikulum 1994, KBK dan KTSP
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kurikulum
4. Menyebutkan komponen-komponen penyusunan silabus dan
pengembangannya
5. Merancang silabus mata pelajaran IPA di SMP/MTs dan
Fisika/Biologi/Kimia di SMA/MA
6. Merancang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) IPA di SMP/MTs
dan Fisika/Biologi/Kimia di SMA/MA
7
A. Pengantar
Kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan memberikan pedoman
dan pegangan tentang jenis, lingkup dan urutan isi serta proses pendidikan. Maka,
seorang guru dituntut untuk memahami makna, kandungan dari kurikulum.
Pemahaman akan makna kurikulum akan memandu guru sehingga apa yang akan
diajarkannya sesuai dengan tujuan pendidikan baik secara umum maupun khusus.
Kandungan kurikulum memuat substansi materi terkait bidang studi yang akan
diajarkannya. Terkait hal tersebut berikut ini akan dipaparkan pengertian
kurikulum dan perkembangan kurikulum Indonesia yang berkembang saat ini.
Diakhir akan dipaparkan pula komponen-komponen dalam kurikulum KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), silabus dan pengembangannya.
B. Pengertian Kurikulum
Para ahli mendefiniskan kurikulum dengan berbagai variasi. Kurikulum
(curriculum) merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan
dalam kegiatan belajar mengajar. Beauchamp (1968) menyatakan “A Curruculum
is a written document which may contain many ingredients, but it is a plan for the
education of pupils during their enrollment in given school”. Dalam hal ini
Beauchamp memberikan penekanan bahwa kurikulum adalah suatu rencana
pendidikan atau pengajaran.
Kurikulum harus dapat diuji kehandalannya baik dari dokumen tertulis
maupun implementasinya. Sebagai dokumen tertulis, kurikulum tidak sekedar
dokumen rencana tertulis bagi pengajaran, melainkan sesuatu yang fungsional
yang beroperasi di kelas yang memberi pedoman dan mengatur lingkungan dan
kegiatan yang berlangsung di dalam kelas. Rencana tertulis merupakan dokumen
kurikulum (curriculum document or inert curriculum), sedangkan kurikulum yang
dioperasikan di kelas merupakan kurikulum fungsional (functioning, live,
operative curriculum) (Zais, 1976).
8
Schubert (1986) menyatakan bahwa kurikulum merupakan bidang yang
sangat penting dalam pendidikan karena kurikulum menentukan jenis dan kualitas
pengetahuan dan pengalaman yang memungkinkan bagi orang atau sekelompok
orang sehingga dapat berusaha mencapai kehidupan dan penghidupan yang lebih
baik. Sukmadinata (2000) menyatakan kurikulum sebagai rancangan pendidikan
mempunyai kedudukan yang cukup sentral dalam seluruh kegiatan pendidikan.
Bahkan, banyak pihak yang beranggapan bahwa kurikulum sebagai “rel” yang
menentukan akan kemana pendidikan akan diarahkan. Kurikulum menentukan
jenis dan kualitas pengetahuan serta pengalaman yang memungkinkan para
lulusan memiliki wawasan global.
Depdiknas (2006) dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
menyatakan Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian
dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta
didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk
memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi
yang ada di daerah.
C. Sejarah Perkembangan Kurikulum
Secara filosofis, pendidikan merupakan kebutuhan dan hak asasi setiap
manusia dalam rangka mempersiapkan kehidupan yang berkualitas di masa yang
akan datang. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan UNESCO dalam
“Treasure Within” (1996) tentang pendidikan dasar, bahwa: “Basic education is
an indispensable pasport to life that will enable people to choose what they do, to
share in building the collective future and continue to learn. Education is a
human right and an essensial tool for achieving the goals of quality development
and peace.” Secara singkat pernyataan tersebut menandaskan bahwa suatu
9
pendidikan dasar bertujuan untuk mengembangkan kepribadian, sikap, dan
keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut.
Sistem pendidikan nasional dan kurikulum nasional dipengaruhi oleh latar
belakang, filosofi, kebijakan, dan strategi pendidikan nasional yang secara
keseluruhan akan dipengaruhi oleh sistem kenegaraan yang dianut dan yang akan
diraih dalam kerangka berbangsa dan bernegara. Kurikulum merupakan produk
yang dihasilkan oleh suatu peradaban masyarakat dalam kurun waktu tertentu.
Dengan kata lain kurikulum akan diwarnai oleh beberapa faktor yang
mempengaruhinya, seperti faktor sosial, ekonomi, filosofi, psikologi, dimensi
pengetahuan, dan faktor politik yang berperan dalam suatu tatanan kenegaraan.
Pengembangan kurikulum itu sendiri meliputi tiga fase, yaitu: (1)
konstruksi kurikulum (curriculum construction), (2) implementasi kurikulum
(curriculum implementation), dan (3) evaluasi kurikulum (curriculum evaluation).
Fase pertama dan kedua bersifat sekuensial dimulai sejak terjadinya
pengembangan awal mengenai ide kurikulum sampai menghasilkan tamatan. Fase
ketiga merupakan fase kritis yang dapat menilai seberapa baik implementasi
kurikulum di lapangan yang meliputi aspek formatif dan sumatif. Keberhasilan
fase implementasi dipengaruhi oleh berbagai unsur yang terlibat yang bekerja
secara bertanggungjawab. Bila kurikulum berhasil dilaksanakan, maka kualitas
hasil belajar siswa merupakan jawaban bagi pengembang kurikulum terhadap
tantangan yang dihadapi oleh bangsa. (Hasan, 2004:3)
Dalam perkembangannya, kerap terjadi perubahan kurikulum (curriculum
change). Perubahan tersebut merupakan satu aspek pembenahan, yakni jika hasil
evaluasi kurikulum sebelumnya belum memenuhi jawaban yang diharapkan.
Namun demikian seringkali perubahan kurikulum tidak lepas pada dominansi
faktor politik. Perubahan kurikulum akan terjadi bila pengambil keputusan
berpendapat bahwa kurikulum yang berlaku sudah waktunya untuk diganti,
dengan atau tanpa alasan akademik. Dengan kata lain terdapat keterkaitan antara
10
perubahan kurikulum dengan kekuasaan baik dari segi politik maupun
administrative. (Hasan, 1994)
1. Kurikulum IPA Tahun 1947-2004
Kurikulum pertama yang dikenal bangsa Indonesia yakni “Rentjana
Peladjaran 1947” yang kemudian dirinci menjadi “ Rentjana Peladjaran Terurai
1952” dimana kurikulum ini menekankan adanya keseimbangan antara
pendidikan nalar dan pendidikan watak. Ilmu teoritis perlu diseimbangkan dengan
hal yang praktis yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Perkembangan
kurikulum selanjutnya muncul pada tahun 1960an yakni Pancawardhana yang
berisi pada prinsip pemupukan cinta bangsa dan tanah air serta pengembangan
kecerdasan. Perubahan kurikulum yang cukup mendasar terjadi dengan
munculnya “Rentjana Pendidikan 1964” yang memunculkan ilmu hayat sebagai
kelompok ilmu pengetahuan alam. Substansi kurikulum ini memunculkan aspek
keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan penyelesaian masalah
sebagai hal yang penting untuk dibekalkan kepada peserta didik. (Redjeki, 1999)
Perjalanan kurikulum selanjutnya pada tahun 1966 yang memunculkan
Kurikulum 1968 yang mengikutsertakan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 sebagai tujuan pendidikan. Tahun 1975 disusunlah kurikulum 1975 yang
memperbaiki pendidikan dari segi metode mengajar dan buku pelajaran. Selain
itu, pada kurikulum 1975 terdapat penekanan ”siswa aktif” yang dimunculkan
dalam tujuan pembelajaran dalam bentuk pernyataan ..”siswa dapat…” yang
sebelumnya ditulis “siswa diberi pengertian…”.(Rustaman, 2005)
Tinjauan terhadap kurikulum 1975 menegaskan sarat akan materi,
sehingga pembelajaran IPA yang seharusnya seimbang diajarkan kepada siswa
dari aspek produk dan proses tidak tampak. Kemudian sebagai perbaikan
dimunculkan Kurikulum 1984 yang memunculkan materi esensial kepada siswa
dengan melibatkan peran aktif siswa. Selama perjalanan sepuluh tahun muncul
perbaikan kurikulum 1984 dengan Kurikulum 1994 yang mengubah GBPP dan
penjadwalan waktu dari kurikulum 1984 dengan sistem semester menjadi sistem
11
catur wulan pada Kurikulum 1994. (Rustaman, 2005) Kemudian kurikulum
mengalami perbaikan di tahun 2004 sebagai konsekuensi perubahan dalam sistem
pemerintahan.
Seperti yang diketahui, bahwa era desentralisasi yang mulai diwacanakan
sejak tumbangnya rezim Orde Baru telah melahirkan produk perundang-
undangan, yakni UU No.22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No.25
Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, yang secara langsung berpengaruh terhadap
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan, sebelumnya bersifat
sentralistik menjadi desentralistik. (Depdiknas 2004) Bila sebelumnya
pengelolaan pendidikan merupakan wewenang pusat, maka dengan berlakunya
UU tersebut maka kewenangannya berada pada pemerintah daerah
kota/kabupaten. Dalam kaitan ini visi, misi, dan strategi Kandepdiknas pada
tingkat kabupaten/kota harus dapat mempertimbangkan dengan bijaksana kondisi
nyata organisasi maupun lingkungannya, dan harus mendukung pula misi
pendidikan nasional, serta harus mampu memelihara garis kebijaksanaan dari
birokrasi yang lebih tinggi. (Mulyasa, 2002)
Untuk keperluan penyelenggaraan sistem pendidikan nasional itulah
pemerintah telah mengesahkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Bab X UU tersebut mengatur tentang Kurikulum.
Selanjutnya dalam pasal 36 disebutkan sebagai berikut:
1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
3. Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: (a) peningkatan iman dan takwa, (b) peningkatan akhlak mulia, (c) peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik, (d) keragaman potensi daerah dan lingkungan, (e) tuntutan pembangunan daerah dan nasional, (f) tuntutan dunia kerja, (g) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (h) agama, (i) dinamika perkembangan global, dan (j) persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
4. Ketentuan mengenai perkembangan kurikulum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
12
Kurikulum 2004 kemudian mengalami perbaikan di tahun 2006 yang masih
menggunakan filosofi yang sama dengan KBK (Kurikulum 2004) yakni berorientasi pada
kompetensi lulusan dan standard kompetensi dan penilaian yang menyeluruh (aspek
kognitif-psikomotor-afektif). Berikut ini beberapa aspek yang dibandingkan antara
kurikulum 1994 dan kurikulum KBK-KTSP. (Depdiknas, 2004; E. Mulyasa, 2002)
Tabel 1.1 Perbandingan antara Kurikulum 1994-Kurikulum KBK-KTSP
Aspek Kurikulum 1994 Kurikulum KBK-KTSP
Aspek Filosofi
Struktur keilmuan yang hasilnya ٭berupa materi pelajaran
,Dikembangkan tujuan kurikuler ٭TIU, TIK
Fokus pada aspek kognitif ٭
Kompetensi lulusan ٭ Standar kompetensi (struktur ٭
keilmuan-karakteristik bidang studi, perkembangan psikologi siswa-karakteristik siswa, standar kompetensi negara lain, perkembangan dan tuntutan masyarakat)
Kompetensi dasar ٭ ,Fokus pada kognitif, psikomotor ٭
afektif
Tujuan ٭ Siswa menguasai materi pelajaran
Bahan ajar berdasar pada TIU ٭dan TIK
Tujuan berdasarkan pada tujuan ٭instruksional, tujuan kurikuler, TIU, TIK
Menyiapkan siswa melanjutkan ٭ke jenjang perguruan tinggi
Siswa mencapai kompetensi ٭tertentu
Bahan ajar memanfaatkan ٭sumberdaya di dalam dan di luar sekolah
Tujuan berdasar pada kompetensi ٭yang ingin dicapai
Memberikan bekal akademik ٭untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi
Mampu memecahkan masalah ٭secara wajar dan menjalani hidup secara bermanfaat
Dokumen ٭ Seluruh dokumen direncanakan, dibuat dan dikembangkan oleh pusat.
,Diformulasikan secara rigid ٭kaku, tidak luwes, dan kurang
Kompetensi dan materi pokok ٭dikembangkan di pusat, sedangkan silabus dan bahan ajar direncanakan dan dikembangkan di daerah.
13
memberikan peluang kepada daerah, sekolah, dan guru untuk mengembangkan potensinya.
Kurang jelas menyajikan target ٭yang ingin dicapai di setiap jenjang
,Komponen kemampuan dasar ٭materi standar/pokok dan indikator pencapaian hasil belajar disajikan secara terpisah dan dengan menggunakan istilah lain.
Memberikan peluang yang luas ٭kepada guru/sekolah/daerah untuk mengembangkan potensinya sesuai dengan kebutuhan daerah/sekolah
Disajikan secara jelas ٭kemampuan-kemampuan yang harus dicapai pada setiap jenjang dan kelas
,Komponen kemampuan dasar ٭materi standard/pokok dan indikator pencapaian hasil belajar disajikan secara terpadu.
Pendekatan Berbasis sekolah Berbasis kompetensi
Konten ٭ Materi pelajaran ditentukan pemerintah
Materi pelajaran sama untuk ٭semua sekolah
Target guru menyampaikan ٭semua materi pelajaran
Fokus pada aspek kognitif ٭ Disusun berdasarkan TIU dan ٭
TIK
Materi pelajaran ditentukan oleh ٭sekolah berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar
Pusat hanya menetapkan materi ٭pokok
Target guru memberikan ٭pengalaman belajar untuk mencapai kompetensi
,Fokus pada aspek kognitif ٭psikomotor, afektif
Disusun berdasarkan karakteristik ٭mata pelajaran, perkembangan peserta didik dan sumberdaya yang tersedia
Proses Pembelajaran
Bersifat klasikal dengan tujuan ٭menguasai materi pelajaran
Guru sebagai pusat pembelajaran ٭ Pembelajaran cenderung ٭
dilakukan di kelas. Metode mengajar cenderung ٭
monoton.
Bersifat individual ٭(mempertimbangkan kecepatan siswa yang tidak sama)
Guru sebagai fasilitator dan siswa ٭sebagai subyek pendidikan
Pembelajaran dilakukan di dalam ٭dan di luar sekolah.
Metode mengajar bervariasi ٭ Pembelajaran berdasar pada ٭
kompetensi dasar yang harus dicapai.
Terdapat program remedial dan ٭pengayaan
14
Penilaian ٭ Acuan normal Penilaian menekankan pada ٭
kemampuan kognitif. Penyusunan bahan penilaian ٭
didasarkan pada tujuan per kelas dan per semester.
Keberhasilan siswa diukur dan ٭dilaporkan berdasarkan perolehan nilai yang dapat diperbandingkan dengan nilai siswa lainnya.
Ujian hanya menggunakan ٭teknik paper and pencil test.
Acuan kriteria ٭ :Penilaian mencakup tiga aspek ٭
kognitif, psikomotor, afektif Didasarkan pada materi esensial ٭
yang benar-benar relevan dengan kompetensi yang harus dicapai siswa
Keberhasilan siswa diukur dan ٭dilaporkan berdasarkan pencapaian kompetensi tertentu dan bukan didasarkan atas perbandingan dengan hasil belajar siswa yang lain.
Ujian menggunakan berbagai ٭teknik (performance test, objective test) dan metode penilaian portofolio.
Laporan, hasil belajar
Raport menekankan pada aspek ٭kognitif.
Hasil belajar tiap pelajaran ٭dinyatakan dengan angka dimana mata pelajaran tertentu tidak boleh kurang dari 6,0.
Raport berbentuk profil yang ٭mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Hasil belajar tiap mata pelajaran ٭dinyatakan dengan lulus atau tidak lulus.
2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian
tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi,
proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar
nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam
mengembangkan kurikulum. (BSNP, 2006)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003)
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik
15
Indonesia Nomor 19 tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional
Pendidikan mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan
menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada SI dan SKL
serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP). Selain itu, penyusunan KTSP juga harus mengikuti ketentuan
lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP 19/2005.
Panduan yang disusun BSNP terdiri atas dua bagian. Pertama, Panduan
Umum yang memuat ketentuan umum pengembangan kurikulum yang dapat
diterapkan pada satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar yang terdapat dalam SI dan SKL. Termasuk dalam ketentuan
umum adalah penjabaran amanat dalam UU 20/2003 dan ketentuan PP 19/2005
serta prinsip dan langkah yang harus diacu dalam pengembangan KTSP. Kedua,
model KTSP sebagai salah satu contoh hasil akhir pengembangan KTSP dengan
mengacu pada SI dan SKL dengan berpedoman pada Panduan Umum yang
dikembangkan BSNP. Sebagai model KTSP, tentu tidak dapat mengakomodasi
kebutuhan seluruh daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) dan hendaknya digunakan sebagai referensi.
Panduan pengembangan kurikulum disusun antara lain agar dapat
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk :
(a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
(b) belajar untuk memahami dan menghayati,
(c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
(d) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan
(e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses
belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
a. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KTSP dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok
atau satuan pendidikan di bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau
16
kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi
untuk pendidikan menengah. Pengembangan KTSP mengacu pada SI dan SKL
dan berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP,
serta memperhatikan pertimbangan komite sekolah/madrasah. Penyusunan KTSP
untuk pendidikan khusus dikoordinasi dan disupervisi oleh dinas pendidikan
provinsi, dan berpedoman pada SI dan SKL serta panduan penyusunan kurikulum
yang disusun oleh BSNP.
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut: (1)
Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik
dan lingkungannya, (2) Beragam dan terpadu, (3) Tanggap terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, (4) Relevan dengan
kebutuhan kehidupan, (5) Menyeluruh dan berkesinambungan, (6) Belajar
sepanjang hayat, (7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan
daerah
Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
dengan memperhatikan hal-hal berikut: (1) Peningkatan iman dan takwa serta
akhlak mulia (2) Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik, (3) Keragaman potensi dan
karakteristik daerah dan lingkungan, (4) Tuntutan pembangunan daerah dan
nasional, (5) Tuntutan dunia kerja, (6) Perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni, (7) Agama, (8) Dinamika perkembangan global, (9) Persatuan
nasional dan nilai-nilai kebangsaan, (10) Kondisi sosial budaya masyarakat
setempat, (11) Kesetaraan Jender, (12) Karakteristik satuan pendidikan. (BSNP,
2006)
b. Pengembangan Silabus
Pengembangan silabus berikut ini mengacu pada panduan yang bersumber
dari BSNP (2006). KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan
17
pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat
satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar
kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
c. Prinsip Pengembangan Silabus
1) Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus
harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2) Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi
dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual,
sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
3) Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional
dalam mencapai kompetensi.
4) Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi
dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan
sistem penilaian.
5) Memadai
18
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar,
dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi
dasar.
6) Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar,
dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan
seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7) Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta
didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan
tuntutan masyarakat.
8) Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif,
afektif, psikomotor).
d. Langkah-langkah Pengembangan Silabus
1) Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
sebagaimana tercantum pada Standar Isi, dengan memperhatikan hal-hal
berikut:
a) urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat
kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di
SI;
b) keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam
mata pelajaran;
19
c) keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata
pelajaran.
2) Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian
kompetensi dasar dengan mempertimbangkan:
a) potensi peserta didik;
b) relevansi dengan karakteristik daerah;
c) tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan
spiritual peserta didik;
d) kebermanfaatan bagi peserta didik;
e) struktur keilmuan;
f) aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
g) relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan;
dan
h) alokasi waktu.
3) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman
belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi
antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber
belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman
belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan
pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik.
Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai oleh
peserta didik.
20
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut.
a) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada
para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses
pembelajaran secara profesional.
b) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus
dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai
kompetensi dasar.
c) Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki
konsep materi pembelajaran.
d) Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal
mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan
pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.
4) Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang
ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik,
mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam
kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator
digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
5) Penentuan Jenis Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan
berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan
non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja,
pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau
produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
21
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar
peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,
sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan
keputusan.
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian, yakni:
a) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
b) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang
bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran,
dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
c) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan.
Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya
dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan
yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.
d) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak
lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program
remedial bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah
kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang
telah memenuhi kriteria ketuntasan.
e) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang
ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran
menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi
harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya
teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi
lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.
6) Menentukan Alokasi Waktu
22
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan
pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu
dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan,
kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar.
Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan
waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh
peserta didik yang beragam.
7) Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, obyek dan/atau bahan yang
digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan
elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
dan indikator pencapaian kompetensi.
D. Contoh Model Silabus
Dalam menyusun silabus dapat memilih salah satu format yang ada di
antara dua format di bawah ini.
67
68
IV. ASESMEN PEMBELAJARAN
Standard Kompetensi
Memahami dasar-dasar asesmen pembelajaran dan memiliki keterampilan
membuat instrumen tes dan nontes.
Kompetensi Dasar
1. Mendeskripsikan tujuan pembelajaran berdasarkan hierarkhi tujuan
pembelajaran nasional dan pendapat para ahli
2. Mendeskripsikan perbedaan antara pengukuran, evaluasi dan asesmen
pembelajaran
3. Memahami fungsi pengukuran, asesmen, evaluasi, dan tes dalam pendidikan
4. Mendeskripsikan perbedaan tes dan non-tes
5. Membuat soal tes dan non-tes
Indikator Kompetensi
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan tujuan pembelajaran berdasarkan hierarkhi tujuan
pembelajaran nasional dan pendapat para ahli
2. Mendeskripsikan perbedaan antara pengukuran, evaluasi dan asesmen
pembelajaran
3. Menjelaskan fungsi pengukuran, asesmen, evaluasi, dan tes dalam pendidikan
4. Menjabarkan perbedaan tes dan non-tes
5. Membuat soal tes dan non-tes
69
E. Pengantar
Kegiatan pembelajaran pada dasarnya dilakukan adalah untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui sejauh mana siswa
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan diperlukan penilaian dengan
menggunakan alat ukur tertentu. Bagi seorang guru sangat penting menguasai cara
penilaian hasil belajar siswa. Penilaian yang keliru tentu sangat merugikan siswa.
Penilaian dalam kegiatan pembelajaran sering disebut juga asesmen. Pengertian
asesmen seringkali disamakan dengan evaluasi, padahal keduanya merupakan dua
pengertian yang berbeda. Asesmen dilakukan sejak awal sampai dengan akhir
pembelajaran, sedangkan evaluasi dilakukan setelah pembelajaran berakhir.
Sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung, penilaian hasil belajar siswa sudah
direncanakan secara matang, sehingga penilaian bisa bersifat obyektif dan
menggambarkan penguasaan hasil belajar siswa yang sebenarnya.
F. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran Berdasarkan Hierarkhi Sistem Pendidikan
Nasional
Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada
nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman. Pendidikan di Indonesia merupakan sebuah sistem, sehingga
keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan Nasional memiliki visi, yaitu tujuan yang ingin dicapai dalam
waktu yang relatif singkat. Visi Pendidikan Nasional adalah “Terwujudnya sistem
pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua Warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia
yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang
selalu berubah.”
70
Selain memiliki visi, Pendidikan Nasional juga memiliki misi, yaitu tujuan
yang ingin dicapai jauh di masa yang akan datang. Misi Pendidikan Nasional
adalah: a. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh
sejak dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar.
Secara tersurat, visi dan misi Pendidikan Nasional dirumuskan dalam
tujuan Pendidikan Nasional. Tujuan Pendidikan Nasional menurut UU RI No.20
Tahun 2003 Bab II Pasal 2 adalah “Berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Dalam sistem pendidikan di Indonesia, dikenal beberapa macam tujuan
pembelajaran. Tujuan paling tinggi tingkatannya adalah tujuan pendidikan
nasional yang kemudian dijabarkan lagi dalam tujuan institusional. Tujuan
institusional dianggap masih sangat luas, sehingga perlu dijabarkan lagi secara
spesifik dalam tujuan kurikuler.
Tujuan institusional adalah tujuan kelembagaan atau jenjang pendidikan,
misalnya tujuan pendidikan sekolah dasar, tujuan pendidikan sekolah menengah,
dan tujuan pendidikan perguruan tinggi. Tujuan kurikuler adalah tujuan tiap mata
pelajaran. Dalam prakteknya, tujuan kurikuler dijabarkan lebih spesifik lagi dalam
tujuan instruksional. Tujuan instruksional sendiri terbagi menjadi dua, yaitu tujuan
instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK). Dalam KTSP
yang berlaku sekarang, TIU dan TIK menjadi Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar.
Kurikulum 2006 pada dasarnya tidak begitu berbeda dengan kurikulum
2004 yang dikenal sebagai Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Dalam
kurikulum 2006 juga masih menekankan kompetensi-kompetensi tertentu dalam
implementasinya di sekolah. Bahkan istilah-istilah yang terdapat dalam kurikulum
71
2004 juga masih digunakan dalam kurilukum 2006. Istilah-istilah tersebut antara
lain (Susilo, M.J., 2007). :
Kecakapan hidup (life skill); kemampuan yang diperlukan untuk menempuh
kehidupan dengan sukses, bahagia dan secara bermartabat.
Cakupan (adequacy); mempunyai cakupan atau ruang lingkup materi
pembelajaran yang memadai untuk menunjang penguasaan kemampuan dasar
ataupun standar kompetensi.
Kemampuan dasar/kompetensi dasar; kemampuan minimal dalam mata
pelajaran yang harus dimiliki oleh lulusan; kemampuan minimum yang harus
dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa untuk standar kompetensi
tertentu dari suatu mata pelajaran.
Kompetensi (competency); gambaran penampilan suatu kemampuan tertentu
secara bulat/utuh yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan
kemampuan yang dapat diamati dan diukur.
Kompetensi lulusan; kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan
lulusan suatu jenjang pendidikan yang meliputi ranah kognitif, ranah afektif,
dan ranah psikomotorik.
Konsistensi (ketaatasasan); Keselarasan hubungan antar komponen dalam
silabus (kemampuan dasar, materi pembelajaran, dan pengalaman belajar).
Materi pokok; bahan ajar esensial (konsep) yang harus dipelajari siswa dan
dikembangkan guru dalam materi pembelajaran.
Materi pembelajaran; bahan ajar minimal yang harus dipelajari siswa untuk
menguasai kemampuan dasar.
Pembelajaran berbasis kompetensi; pembelajaran yang mensyaratkan
merumuskannya secara jelas kompetensi yang harus dimiliki atau ditampilkan
oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Pendekatan hierarkhis; strategi pengembangan materi pembelajaran
berdasarkan atas penjenjangan materi pokok.
Pendekatan prosedural; strategi pengembangan materi pembelajaran
berdasarkan atas urutan penyelesaian suatu tugas pembelajaran.
72
Pendekatan tematik; strategi pengembangan materi pembelajaran berdasarkan
yang bertitik tolak dari sebuah tema.
Pendekatan terjala (webbed); strategi pengembangan materi pembelajaran
dengan menggunakan topik dari berbagai mata pelajaran yang relevan sebagai
titik sentral dan hubungan antar tema dan sub-tema dapat digambarkan
sebagai sebuah jala (webb).
Pengalaman belajar; aktivitas belajar yang harus dilakukan oleh siswa dalam
rangka mencapai penguasaan standar kompetensi, kemampuan dasar, dan
materi pembelajaran.
Ranah kognitif; aspek yang berkaitan dengan kemampuan berpikir;
kemampuan memperoleh pengetahuan; kemampuan yang berkaitan dengan
pemerolehan pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi,
penentuan, dan penalaran.
Ranah afektif; aspek yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat
penerimaan atau penolakan terhadap suatu obyek.
Ranah psikomotorik; aspek yang berkaitan dengan kemampuan melakukan
pekerjaan dengan melibatkan anggota badan, kemampuan yang berkaitan
dengan gerak fisik.
Relevansi; keterkaitan antar unsur/komponen.
Silabus; Susunan teratur materi pembelajaran mata pelajaran tertentu pada
kelas/semester tertentu yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari standar
kompetensi dasar yang ingin dicapai, serta materi pokok yang perlu dipelajari
siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Standar kompetensi; kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan
untuk satu mata pelajaran; kompetensi dalam mata pelajaran tertentu yang
harus dimiliki oleh siswa; kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan dalam
suatu mata pelajaran.
Alokasi waktu; lamanya kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di dalam
kelas atau laboratorium yang dibatasi oleh kedalaman materi pembelajaran
dan jenis kegiatan.
73
Indikator; karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda, perbuatan atau respons yang
harus dilakukan atau ditampilkan oleh siswa untuk menunjukkan bahwa siswa
itu telah memiliki kemampuan dasar/kompetensi dasar tertentu.
Indikator pencapaian; tanda-tanda siswa telah memiliki kemampuan
dasar/kompetensi dasar tertentu dan merupakan jabaran dari kemampuan
dasar/kompetensi dasar tertentu.
Selain tujuan-tujuan di atas, dalam dunia pendidikan secara luas juga
dikenal klasifikasi tujuan berdasarkan beberapa pendapat para ahli. Dalam
kegiatan pembelajaran di kelas, tujuan pendidikan dijabarkan dalam tujuan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang terkenal adalah tujuan pembelajaran
berdasarkan Bloom dan tujuan berdasarkan Gagne dan Briggs.
2. Tujuan Pembelajaran Berdasarkan Bloom
Benyamin S. Bloom dengan teman-temannya mengajukan tujuan
pembelajaran dikelompokkan dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah
psikomotorik, dan ranah afektif. Ranah kognitif adalah hal-hal yang menyangkut
daya pikir, pengetahuan, dan penalaran. Ranah afektif adalah hal-hal berkaitan
dengan perasaan/kesadaran. Sedangkan ranah psikomotorik adalah hal-hal
berkaitan dengan keterampilan fisik, keterampilan motorik, atau keterampilan
tangan. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang dapat mencakup ketiga
ranah ini (Subiyanto, 1988:49).
a. Ranah Kognitif
Aspek-aspek pada ranah kognitif menurut Bloom ada enam yang
kemudian lebih dikenal dengan Taksonomi Bloom. Keenam aspek pada
taksonomi Bloom tersebut adalah sebagai berikut: (1) Pengetahuan, (2)
Pemahaman, (3) Penerapan, (4) Analisis, (5) Sintesis, dan (6) Evaluasi.
Pengetahuan berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan
ingatan, yaitu segala sesuatu yang terekam dalam otak. Pemahaman
berkaitan dengan intisari segala sesuatu, yaitu suatu bentuk pengertian
atau pemahaman yang menyebabkan seseorang mengetahui apa yang
sedang dikomunikasikan dan dapat menggunakan bahan atau ide yang
74
sedang dikomunikasikan tersebut tanpa harus menghubung-hubungkan
dengan bahan atau ide yang lain. Pemahaman dibedakan menjadi:
1) Translasi, yaitu kemampuan untuk memahami suatu ide yang
dinyatakan dengan cara lain daripada pernyataan asli yang dikenal
sebelumnya.
2) Interpolasi, yaitu kemampuan untuk memahami bahan atau ide yang
direkam, diubah, atau disusun dalam bentuk lain seperti grafik, tabel,
diagram, dan sebagainya.
3) Ekstrapolasi, yaitu keterampilan untuk meramalkan kelanjutan
kecenderungan yang ada menurut data tertentu dengan
mengemukakan akibat, konsekuensi, implikasi, dan sebagainya
sejalan dengan kondisi yang digambarkan dalam komunikasi yang
asli.
Penerapan berkaitan dengan penggunaan abstraksi dalam situasi
tertentu yang baru dan konkret. Abstraksi disini bisa berupa teori,
prinsip, aturan, prosedur, metode, dan lainnya. Analisis dapat diartikan
sebagai pemecahan atau pemisahan (penguraian) suatu komunikasi
(peristiwa, pengertian) menjadi unsur-unsur penyusunnya sehingga ide
(pengertian, konsep) itu relatif menjadi lebih jelas atau gambaran
hubungan antara ide-ide menjadi lebih eksplisit. Analisis dibedakan
menjadi (Subiyanto, 1988:50):
1) Analisis unsur-unsur, yaitu kemampuan mengenali asumsi-asumsi
yang tidak dinyatakan dan keterampilan membedakan fakta dari
hipotesis.
2) Analisis hubungan, yaitu kemampuan untuk memeriksa konsistensi
hipotesis dengan informasi dan asumsi yang ada dan keterampilan
untuk memahami hubungan antara ide-ide.
3) Analisis prinsip-prinsip keteraturan, yaitu kemampuan mengenal
relevansi dan signifikansi sesuatu dan menghubungkan deduksi atau
kesimpulan dengan postulat atau premis pada teori yang luas.
75
Sintesis berkaitan dengan penyusunan bagian-bagian atau unsur-
unsur sehingga membentuk suatu keseluruhan (kesatuan) yang
sebelumnya tidak nampak jelas. Sintesis dibedakan menjadi:
1) Menghasilkan suatu komunikasi atau eksperimen yang
mencerminkan penyusunan ide-ide dengan sangat baik.
2) Menghasilkan suatu rencana atau mengusulkan usul mengenai
pelaksanaan sesuatu dan kemampuan untuk mengusulkan cara
menguji hipotesis, mendesain eksperimen untuk memecahkan suatu
masalah.
3) Menderivasi seperangkat hubungan abstrak, kemampuan
menemukan hubungan-hubungan abstrak dengan mengklasifikasikan
data yang ada, kemampuan merumuskan hipotesis yang sesuai
berdasarkan analisis terhadap faktor-faktor yang terlibat dan kalau
perlu mengubah hipotesis itu dengan melibatkan faktor baru, seta
kemampuan membuat generalisasi.
Evaluasi berkaitan dengan penentuan secara kuantitatif atau
kualitatif tentang nilai materi atau metode untuk suatu maksud dengan
memenuhi tolak ukur tertentu. Evaluasi dibedakan menjadi:
1) Pengambilan keputusan berdasarkan hal internal, seperti ketelitian
yang logis, konsistensi, dan tolak ukur lain; kemampuan untuk
melihat adanya ketidakberesan dalam logika suatu pernyataan atau
sederetan pernyataan yang diajukan untuk mendukung suatu
hipotesis.
2) Pengambilan keputusan berdasarkan tolak ukur eksternal, seperti
perbandingan teori-teori, generalisasi-generalisasi, dan fakta-fakta
yang berhubungan dengan fenomena tertentu; kemampuan
menggunakan standar eksternal untuk membandingkan suatu
prosedur atau produk dengan prosedur atau produk lain yang
terkenal. (Subiyanto, 1988:50-51).
Pada abad ke-21, Anderson dan Kratwohl menganggap bahwa
taksonomi kognitif Bloom sudah kurang relevan dengan tuntutan jaman.
76
Keduanya adalah siswa Bloom ketika masih hidup. Anderson dan
Krathwohl pun sepakat membentuk sebuah tim untuk merevisi taksonomi
kognitif Bloom. Hasil revisi dari taksonomi kognitif Bloom yang
dilakukan oleh Anderson dan kawan-kawan merubah aspek-aspek dalam
taksonomi Bloom. Berikut perubahan taksonomi Bloom yang sudah
direvisi oleh Anderson dan Krathwohl.
Tabel 4.1 Perbaikan Struktur Ranah Kognitif
No. Sebelum Direvisi Setelah Direvisi
1. Pengetahuan mengingat (knowledge)
2. Pemahaman memahami (understanding)
3. Penerapan menerapkan (apply)
4. Analisis menganalisis (analysis)
5. Sintesis mengevaluasi (evaluation)
6. Evaluasi menciptakan/membuat hasil karya (create)
Anderson dan kawan-kawannya membuat perubahan yang
signifikan pada perbaikan struktur ranah kognitif Bloom. Selain itu,
Anderson juga membedakan jenis pengetahuan ke dalam pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. Perluasan taksonomi ini
dapat membantu pengembangan kurikulum dan guru dalam menulis
kompetensi, tujuan pembelajaran, dan strategi penilaian. Kemudian
Anderson dan kawan-kawannya tersebut menggabungkan dimensi kognitif
dengan pengetahuan seperti yang dapat dilihat pada table 4.2 berikut.
77
Tabel 4.2 Perpaduan Dimensi Kognitif Bloom dan Dimensi Pengetahuan
Proses
Kognitif
Jenis Pengeta-huan
Mengi-ngat
Mema-hami
Mene-rapkan
Meng-analisis
Meng-evaluasi
Mem-buat
Faktual
Konseptual
Prosedural
Metakognitif
b. Ranah Afektif
Tujuan pembelajaran pada ranah afektif sangat berkaitan erat
dengan sikap atau perasaan/kesadaran, seperti perasaan senang atau tidak
senang, perasaan sedih atau bahagia, perasaan bangga atau malu, dan
lainnya. Jika ditinjau dari sikap, maka berkaitan dengan keadaan internal
siswa yang mempengaruhi pilihannya terhadap perlakuannya terhadap
orang lain, benda, atau suatu peristiwa. Menurut Bloom dan kawan-kawan,
ranah afektif terdiri dari aspek penerimaan, penanggapan, penilaian,
organisasi, dan pemeranan. (Subiyanto, 1988:51)
Penerimaan meliputi kesediaan untuk memberi perhatian pada
fenomena atau stimulus tertentu. Penerimaan bisa dibedakan menjadi
kesadaran, kemauan menerima, dan perhatian yang terkendali atau terarah.
Penanggapan berkaitan dengan memberi respons sebagai peran
serta aktif. Penanggapan dibedakan menjadi kesepakatan pada
penanggapan, kemauan menanggapi, dan kepuasan pada tanggapan.
78
Penilaian berkaitan dengan pemilihan, penghargaan, dan
pengagungan terhadap benda, fenomena, atau tingkah laku. Penilaian
dibedakan menjadi, penerimaan nilai, pemilihan nilai, dan keterlibatan.
Organisasi berkaitan dengan kemampuan mempersatukan nilai-
nilai yang berbeda, menyelesaikan pertentangan antara nilai-nilai tersebut
mulai dari membina sistem nilai yang konsisten secara internal.
Kemampuan organisasi dibedakan menjadi konseptualisasi nilai dan
organisasi sistem nilai.
Pemeranan merupakan puncak proses internalisasi nilai dalam diri
seseorang. Pada aspek ini, hierarkhi nilai yang sudah tertanam dalam diri
seseorang disusun menjadi suatu sistem yang mempunyai konsistensi
internal yang mengendalikan tingkah laku orang tersebut dengan pola
tertentu.
c. Ranah Psikomotorik
Tujuan pembelajaran pada ranah psikomotorik berkaitan erat
dengan keterampilan secara fisik, motorik, maupun tangan. Aspek pada
ranah psikomotorik menurut Bloom dan kawan-kawan, terdiri dari
persepsi, kesiapan, respon terpimpin, mekanisme, respon kompleks,
penyesuaian, serta mencipta (Subiyanto, 1988:53).
1) Persepsi
Persepsi adalah menyadari stimulus, menyeleksi stimulus terarah
sampai menerjemahkannya dalam pengamatan stimulus terarah kepada
kegiatan yang ditampilkan.
2) Kesiapan
Kesiapan berkaitan dengan kesiapan melakukan suatu kegiatan
tertentu, termasuk kesiapan mental, fisik, dan emosional.
3) Respons terpimpin
Respons terpimpin meliputi kemampuan menirukan gerakan, gerakan
coba-coba, dan performansi yang memadai yang menjadi tolak ukur.
4) Mekanisme
79
Mekanisme merupakan kebiasaan yang berasal dari respons yang
dipelajari, gerakan dilakukan dengan mantap, penuh kayakinan dan
kemahiran.
5) Respons kompleks
Respons kompleks berkaitan dengan gerak motorik yang memerlukan
pola gerakan yang kompleks.
6) Penyesuaian
Penyesuaian berkaitan dengan pola gerakan yang telah berkembang
dengan baik, sehingga seseorang dapat mengubah pola gerakannya
agar sesuai dengan situasi yang dihadapinya.
7) Mencipta
Mencipta adalah keterampilan tingkat tinggi dimana pada tingkatan ini
seseorang memiliki kemampuan untuk menghasilkan pola-pola
gerakan baru agar sesuai dengan situasi yang dihadapinya.
3. Tujuan Pembelajaran menurut Gagne dan Briggs
Gagne (1974) menyatakan bahwa dalam proses internal berpengaruh
terhadap proses pembelajaran. Proses internal yang terjadi dalam diri siswa,
meliputi:
a. Perhatian siswa terhadap sesuatu
b. Pemilihan persepsi atau pandangan siswa terhadap sesuatu
c. Pemberian arti terhadap kata-kata yang disebut dengan pengkodean
semantik
d. Perolehan kembali suatu informasi yang disebut retrieval
e. Pengelolaan respon
f. Proses pengawasan
g. Harapan.
Gagne juga mengemukakan, bahwa kondisi internal ternyata dipengaruhi
oleh kondisi eksternal. Sejauh mana kondisi eksternal berpengaruh terhadap
kondisi internal dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.
80
Tabel 4.3 Kejadian Eksternal Berpengaruh terhadap Proses Internal (Yulaelawati, 2004:79)
Proses Internal Kejadian Eksternal
Perhatian Perubahan stimulus Membangunkan perhatian
Pemilihan persepsi Meningkatkan dan membedakan sifat-sifat obyek
Pemilihan persepsi
Pengkodean semantik
(semantic encoding)
Instruksi verbal, gambar, dan diagram menunjukkan
skema pengkodean
Perolehan informasi
(retrieval)
Isyarat, organ yang membantu ingatan (mnemonic
devices), dan pengelolaan
Pengelolaan respon Instruksi verbal tentang tujuan akan menjelaskan
pebelajar tentang kinerja kelas
Proses pengawasan Instruktur membangun susunan yang dapat
mengaktifkan dan menentukan strategi, misalnya
memperagakan suatu keterampilan
Harapan Menjelaskan pebelajar tentang tujuan untuk memenuhi
berbagai harapan khusus
Berdasarkan tabel di atas, jelas sekali bahwa kejadian eksternal dapat
berpengaruh pada proses internal siswa. Padahal proses internal juga berpengaruh
terhadap proses pembelajaran, sehingga dengan demikian agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai dengan baik oleh siswa, seorang guru harus dapat
menciptakan kondisi eksternal yang mendukung terhadap proses internal siswa.
81
Gagne berpendapat bahwa kondisi belajar merupakan tiang bangunan
untuk desain pembelajaran. Desain pembelajaran sendiri sebaiknya dirancang
berdasarkan masing-masing tipe belajar siswa. Tipe-tipe belajar siswa, menurut
Gagne dapat dikategorikan menjadi delapan kelompok. Kedelapan kelompok tipe
belajar ini dikenal dengan istilah ”Taksonomi Belajar Gagne”. Taksonomi Belajar
Gagne, terdiri dari:
a. Belajar signal
b. Keterkaitan stimulus-respon
c. Rangkaian sederhana
d. Asosiasi verbal
e. Perbedaan belajar
f. Belajar konsep
g. Belajar aturan
h. Penyelesaian masalah.
Tiap tipe belajar akan memperlihatkan respon yang berbeda ketika
menerima suatu stimulus. Secara lebih jelasnya mengenai kedelapan kelompok
tipe belajar menurut Gagne tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Kondisi/Tipe Belajar Berdasarkan Taksonomi Belajar Gagne
(Yulaelawati, 2004: 84-85) Kondisi/Tipe Belajar Definisi
Pembelajaran signal Pebelajar mengasosiasi respon yang telah
tersedia dengan stimulus atau signal baru
Pembelajaran stimulus-respon Pebelajar memberikan respon yang tepat
terhadap stimulus yang berbeda
Rangkaian sederhana Pebelajar memperoleh suatu hubungan antar
rangkaian stimulus-respon individu dalam
suatu urutan (dua atau lebih hubungan
stimulus-respon seperti pada rantai)
82
Asosiasi verbal Pebelajar memperoleh suatu hubungan dalam
rangkaian verbal
Perbedaan belajar Pebelajar melakukan perbedaan respon
terhadap berbagai stimulus yang berbeda dan
stimulus yang terlihat hampir sama
Belajar konsep Pebelajar menjadi mampu membuat respon
umum konsep terhadap sekelompok stimuli
untuk memahami
Belajar aturan Pebelajar mempelajari suatu rangkaian dari
dua konsep atau lebih
Penyelesaian masalah Pebelajar mengingat dan menghubungkan
gabungan aturan yang telah dipelajari yang
dapat diterapkan untuk suatu penyelesaian
masalah dalam situasi yang baru atau berbeda
Gagne bersama Briggs mensinyalir bahwa cara terbaik dalam mendesain
pembelajaran adalah dengan bekerja terbalik dari menyusun hasil belajar. Hasil
belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa, biasanya dirumuskan dalam
tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran menurut Gagne dan Briggs ada lima
kelompok, yaitu:
a. Keterampilan intelektual
b. Strategi kognitif
c. Informasi verbal
d. Keterampilan motorik
e. Sikap.
Keterampilan intelektual adalah kapabilitas yang membuat seseorang
kompeten, dan memungkinkan seseorang untuk mengadakan respon terhadap
lingkungan. Keterampilan intelektual terdiri dari diskriminasi, konsep konkret,
konsep terumuskan, aturan, dan pemecahan masalah.
83
Strategi kognitif adalah suatu keterampilan yang tersusun secara internal
yang mengendalikan tingkah laku seseorang. Istilah strategi kognitif berlaku
untuk berbagai keterampilan yang digunakan orang untuk mengatur proses-proses
memperhatikan, mempelajari, mengingat, dan berpikir. Dengan demikian, strategi
kognitif merupakan keterampilan yang digunakan oleh orang untuk
mengendalikan tingkah lakunya sendiri.
Informasi verbal sebenarnya adalah keterampilan mengolah berbagai
macam informasi. Apabila berbagai macam informasi disusun ke dalam sesuatu
yang mengandung fakta-fakta dan generalisasi-generalisai yang saling
berhubungan secara bermakna, maka sesuatu itu akan menjadi sebuah
pengetahuan. Pengetahuan merupakan sarana bagi pemikiran dan pemecahan
masalah.
Keterampilan motorik merupakan kemampuan manusia yang paling
mudah diamati. Biasanya keterampilan motorik dapat dianalisis menjadi
keterampilan yang menghasilkan performansi tertentu. Ciri performasi yang
berkaitan dengan keterampilan motorik adalah kecepatan, ketepatan, kekuatan,
atau kelenturan gerakan tubuh. Di sekolah, keterampilan motorik dapat berupa
kemahiran menulis, menggambar, berolah raga, menggunakan alat-alat
laboratorium dan lainnya yang berkaitan dengan aktivitas belajar.
Sikap adalah keadaan manusia yang kompleks yang mempengaruhi
tingkah lakunya terhadap orang lain, benda, dan peristiwa. Sikap juga dapat
diartikan sebagai keadaan internal manusia yang mempengaruhi pilihannya
terhadap perlakuannya pada obyek, manusia, atau peristiwa. Sikap pada diri siswa
biasanya sangat dipengaruhi oleh pengalaman yang dilalui sebelumnya.
G. Pengertian Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi
Pengukuran adalah pengenaan angka-angka pada performansi atau sifat
untuk dapat menyatakan kualitas atau kuantitas. (Subiyanto, 1988: 189)
Sedangkan Zainul & Nasution (2001) menyatakan bahwa pengukuran adalah
pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki
oleh orang, hal, atau obyek tertentu berdasarkan formulasi atau aturan yang jelas.
84
Berdasarkan dua pengertian di atas, maka pengukuran dapat menghasilkan data
kuantitatif maupun kualitatif dan sifatnya obyektif atau apa adanya sesuai dengan
apa yang diukur.
Penilaian adalah penerapan praktis dari pengukuran (Subiyanto, 1988:
189). Sedangkan Zainul & Nasution (2001) menyatakan penilaian adalah suatu
proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang
diperoleh melalui pengukuran hasil belajar dengan menggunakan instrumen tes
maupun non-tes. Penilaian sebenarnya diambil dari kata asessment (bahasa
Inggris) atau assidere (bahasa Perancis) yang artinya sit beside (duduk di samping
atau duduk di dekat). Berdasarkan hal tersebut, maka dalam bahasa Indonesia
karena sulit mencari padanan katanya, jika yang dimaksud adalah penilaian dari
awal sampai akhir pembelajaran sebaiknya disebut asesmen saja.
Adapun pengertian sit beside (duduk di samping atau di dekat)
mengandung makna yang luas, tetapi secara singkatnya memberikan gambaran
bahwa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, hendaknya seorang guru tidak
pernah jauh dari siswanya. Tujuannya agar guru bisa menilai perubahan tingkah
laku siswa dari awal sampai akhir pembelajaran berlangsung. Dengan demikian,
seorang guru dapat mengetahui dengan pasti siswanya dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang sudah ditetapkan atau tidak.
Evaluasi adalah suatu proses yang ditempuh seseorang untuk memperoleh
informasi yang berguna untuk menentukan mana dari dua atau lebih alternatif
yang paling diinginkan. (Subiyanto, 1988: 188) Jadi, evaluasi merupakan proses
memperoleh informasi dalam rangka untuk mengambil suatu keputusan. Arikunto
menyatakan bahwa kegiatan evaluasi mencakup kegiatan pengukuran dan
penilaian. Terkadang evaluasi lebih cenderung bersifat subyektif.
Zainul & Nasution (2001) menyatakan bahwa evaluasi merupakan
padanan dari penilaian. Inilah alasannya mengapa dalam melakukan penilaian
lebih baik spesifik menyatakan asesmen atau evaluasi. Perbedaan evaluasi dan
penilaian, dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5 Perbedaan Evaluasi dengan Asesmen
85
No. Evaluasi Asesmen
1. Menilai hasil belajar Menilai hasil dan proses belajar
2. Tes sebagai alat ukur Selain tes bisa dengan alat ukur lain
3. Tes diberikan di akhir pembelajaran
Tes diberikan selama pembelajaran (awal – akhir)
4. Menilai pelaksanaan kegiatan belajar
Menilai pelaksanaan kegiatan belajar dan proses
5. Evaluator tidak terlibat dalam proses evaluasi
Asestor terlibat dalam proses penilaian
6. Aspek yang dinilai hanya aspek kognitif
Aspek yang dinilai adalah aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif
7. Mengukur hasil yang telah diajarkan
Mengukur hal yang jauh ke depan
Dengan melihat tabel 4.5, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran
asesmen cakupannya lebih luas, sedangkan di luar pembelajaran evaluasilah yang
cakupannya lebih luas. Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan pencapaian tujuan belajar dapat tercapai. Adapun tujuan asesmen
bukan hanya untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pencapaian tujuan
belajar dapat tercapai, tetapi juga mengukur hal yang jauh ke depan.
Fungsi pengukuran, asesmen, evaluasi, dan tes dalam pendidikan secara
umum adalah untuk:
1. Seleksi
2. Penempatan
3. Diagnosis dan remedial
4. Umpan balik
5. Memotivasi dan membimbing belajar
6. Perbaikan kurikulum dan program pendidikan
7. Pengembangan ilmu.
H. Jenis Instrumen Asesmen
86
Instrumen untuk melakukan asesmen ada dua jenis, yaitu tes dan nontes.
Tes dilakukan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran pada ranah
kognitif. Nontes dilakukan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran
pada ranah psikomotorik dan ranah afektif.
1. Tes
Tes didefinisikan beberapa macam bergantung dari sudut pandang para
ahli. Salah satunya seperti yang diungkap oleh Zainul, A. & Nasution, N. (2001)
yang menyatakan bahwa tes adalah suatu pertanyaan atau seperangkat tugas yang
direncanakan untuk memperoleh informasi tentang atribut atau karakteristik
pendidikan atau psikologi yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut
mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.
Berdasarkan tujuan penggunaannya, tes dibedakan menjadi:
a. Pre-test dan post-test
Pre-test adalah tes yang diberikan sebelum kegiatan pembelajaran
dilaksanakan, tujuannya untuk mengetahui sejauh mana siswa
menguasai bahan yang akan diajarkan (entry behavior).
Post-test adalah tes yang diberikan setelah kegiatan pembelajaran
dilaksanakan, tujuannya untuk mengetahui sejauh mana siswa
menguasai bahan yang telah diajarkan.
b. Mastery test adalah tes untuk mengukur kemampuan penguasaan
minimal yang harus dikuasai oleh peserta tes. Tes ini biasanya
digunakan untuk menentukan tingkat ketuntasan penguasaan bidang
studi atau bagian bahan pelajaran tertentu.
c. Tes diagnostik adalah tes yang diberikan setelah satu pelajaran selesai
disajikan, tujuannya untuk mengetahui apakah siswa mendapat
kesulitan atau tidak pada bagian tertentu dari materi pelajaran yang
diberikan.
d. Tes prestasi belajar umum (general achievement, survey test) adalah
tes yang diberikan setelah siswa mendapat pelajaran yang bertujuan
87
untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa secara menyeluruh dan
menempatkan mereka sesuai dengan tingkat kemampuannya.
e. Tes formatif adalah tes yang diberikan setelah satu kegiatan belajar
diselesaikan yang bertujuan untuk mengumpulkan data/informasi
tentang kualitas proses pembelajaran tersebut.
f. Tes sumatif adalah tes yang diberikan setelah kegiatan belajar
diselesaikan dalam satu periode tertentu yang bertujuan untuk
mengumpulkan data/informasi mengenai taraf serap siswa terhadap
pelajaran yang telah diberikan.
Tes dapat diklasifikasikan menurut bentuk, tipe, dan ragamnya. Bentuk tes
ada dua, yaitu tes uraian (essay test) dan tes obyektif (objective test). Tapi
menurut Ebel dan Frisbie bentuk tes ada tiga, yaitu tes uraian (essay test), tes
obyektif (objective test), dan tes problem matematika. Dalam pembelajaran sains
yang lazim digunakan adalah bentuk tes uraian dan tes obyektif. Pada dasarnya,
setiap bentuk tes memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan demikian, dalam
membuat tes sangat perlu diperhatikan karakteristik dari konsep bahan ajar yang
diberikan kepada siswa agar guru bisa memilih bentuk tes yang tepat.
Kelebihan tes uraian, antara lain:
Dapat mengukur hasil belajar yang kompleks
Lebih memotivasi siswa untuk belajar lebih giat
Lebih mudah bagi guru untuk menyusun butir soalnya
Melatih kemampuan menulis
Melatih siswa bepikir secara integral tidak parsial
Melatih siswa memecahkan masalah.
Kelemahan tes uraian, antara lain:
Reliabilitasnya rendah
Diperlukan waktu yang relatif lama untuk menyelesaikan satu butir soal
Jika siswa tidak mengetahui jawabannya, terkadang melantur kemana-mana
Siswa yang kurang memiliki kemampuan menulis akan dirugikan.
Kelebihan tes obyektif, antara lain:
Reliabilitasnya tinggi
88
Mudah dikonstruksi
Mudah diskor
Sangat baik untuk mengukur kemampuan ingatan
Bisa mencakup pokok bahasan yang luas.
Kelemahan tes obyektif, antara lain:
Siswa bisa asal menebak jawabannya, jika tidak tahu
Terlalu menekankan pada kemampuan ingatan, tidak menggali kemampuan
siswa yang lebih tinggi
Waktu yang diperlukan oleh guru untuk mengkonstruksi soal relatif lebih
lama, karena harus sekaligus membuat alternatif jawabannya
Tipe tes merupakan klasifikasi bentuk tes, yaitu:
a. Bentuk tes uraian, terdiri dari dua tipe
tes uraian terbatas (restricted essay)
tes uraian bebas (extended essay)
b. Bentuk tes obyektif, terdiri dari tiga tipe
tes benar-salah (true-false)
tes menjodohkan (matching)
tes pilihan ganda (multiple choice)
Ragam tes merupakan klasifikasi dari tipe tes, yaitu:
a. Tes uraian terbatas terdiri dari tiga ragam
tes jawaban singkat
tes melengkapi
tes uraian terbatas sederhana
b. Tes uraian bebas (extended essay) terdiri dari dua ragam
tes uraian bebas sederhana
tes uraian ekspresif
c. Tes benar-salah (true-false) terdiri dari dua ragam
tes benar-salah sederhana
tes benar-salah dengan koreksi
d. Tes menjodohkan (matching) terdiri dari dua ragam
menjodohkan sederhana
89
menjodohkan hubungan sebab akibat
e. Tes pilihan ganda (multiple choice) terdiri dari lima ragam
pilihan ganda biasa
pilihan ganda hubungan antar hal
pilihan ganda analisis kasus
pilihan ganda kompleks
pilihan ganda membaca diagram.
Tes baru akan berarti bila terdiri dari butir-butir soal yang menguji tujuan
yang penting dan mewakili ranah pengetahuan, kemampuan dan keterampilan
secara representatif. Sangat penting sebelum tes dilaksanakan dibuat
perencanaannya terlebih dahulu. Terdapat enam hal yang harus dipertimbangkan
dalam perencanaan tes:
pengambilan sampel dan pemilihan butir soal
tipe tes yang akan digunakan
aspek yang akan diuji
format butir soal
jumlah butir soal
distribusi tingkat kesukaran butir soal.
2. Non-tes
Non-tes adalah serangkaian pertanyaan yang direncanakan untuk
memperoleh informasi tentang atribut atau karakteristik pendidikan atau
psikologi, tetapi jawabannya tidak selalu memiliki ketentuan yang dianggap
benar, karena bisa saja pertanyaan tersebut berupa permintaan pendapat untuk
mengetahui respon siswa terhadap suatu hal. Biasanya non-tes dilakukan untuk
mengukur ranah psikomotorik dan ranah afektif. Non-tes juga dapat mengukur
pengetahuan, namun dalam bentuk produksi, kualitas personal yang mencakup
nilai, dan sikap yang berkaitan dengan produksi dan kualitas personal.
Alat ukur non-tes yang biasa digunakan, antara lain bagan partisipasi
(participation charts), daftar cek (check list), skala lajuan (rating scale), dan skala
sikap (attitude scale). Masing-masing dari alat ukur ini memiliki penekanan
fungsi yang berbeda.
90
Bagan partisipasi berfungsi untuk mengukur sejauh mana keikutsertaan
siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Bagan partisipasi sangat berguna
dalam mengamati kegiatan diskusi kelas, namun belum bisa memberikan
informasi alasan siswa aktif ikut serta dalam kegiatan belajar. Berikut adalah
contoh bagan partisipasi:
BAGAN PARTISIPASI
Mata Pelajaran : ………………………………….. Topik : ………………………………….. Fakultas/Jurusan : ………………………………….. Hari/Tanggal : ………………………………….. Waktu : ………………………………….. Tujuan : …………………………………..
NO. NAMA SISWA
KUALITAS KONTRIBUSI
Baik dan Relevan
Baik tapi Tidak
Relevan
Kurang Baik, tapi Relevan
Kurang Baik dan
tidak Relevan
1. Amin Mahfudin … … … …
2. Berta Rongrong … … … …
3. Desi Ratnasari … … … …
91
4. Farhan Latif … … … …
5. Zidan Yajid … … … …
Daftar cek berfungsi untuk mengukur hasil belajar baik berupa produk,
prosedur, maupun proses yang dirinci ke dalam komponen-komponen yang lebih
kecil dan terdefinisi secara operasional dan sangat spesifik. Berikut contoh daftar
cek.
Petunjuk Pengerjaan Soal: Berilah tanda cek (√) pada kolom yang telah disediakan dalam tabel berikut untuk setiap pertanyaan yang disajikan.
NO. ASPEK YANG DIAMATI CEK
1. Alat dirangkai dengan benar …
2. Setiap angota kelompok bekerja sama dengan baik …
3. Eksperimen dilakukan dengan teliti …
4. Data hasil eksperimen dicatat dan dilaporkan …
5. Alat dibersihkan dan dikembalikan ke tempat semula …
Skala lajuan adalah alat ukur non-tes yang menggunakan suatu prosedur
terstruktur untuk memperoleh informasi tentang sesuatu yang diobservasi yang
menyebabkan posisi sesuatu dalam hubungan dengan yang lainnya. Skala lajuan
memiliki dua bagian utama, yaitu: 1) pernyataan, dan 2) petunjuk penilaian
tentang pernyataan tersebut. Skala lajuan memiliki beberapa tipe, antara lain
numerical rating scale, descriptive graphic rating scale, rangking methods rating
scale, dan paired comparisons rating scale. Berikut adalah contoh numerical
rating scale:
92
Petunjuk Pengerjaan Soal:
Nyatakan tingkatan setiap pertanyaan di bawah ini dengan melingkari salah satu
angka yang ada di depannya. Makna dari angka-angka tersebut adalah sebagai
berikut:
1 = sangat rendah
2 = agak rendah
3 = sedang
4 = tinggi
5 = sangat tinggi
1. Bagaimana rata-rata hasil belajar IPA siswa? 1 2 3 4 5
2. Bagaimana partisipasi siswa dalam kegiatan belajar IPA? 1 2 3 4 5
3. Bagaimana minat siswa dalam kegiatan belajar IPA? 1 2 3 4 5
4. Bagaimana kecepatan belajar siswa dalam kegiatan belajar IPA? 1 2 3 4 5
5. Bagaimana persentase siswa yang mengalami 1 2 3 4 5
kesulitan belajar IPA?
Skala sikap merupakan suatu skala untuk mengukur sikap. Pengertian
sikap sendiri adalah identitas kecenderungan positif atau negatif terhadap suatu
obyek psikologis tertentu. Thurstone menyatakan bahwa sikap adalah: 1) affect or
against, 2) evaluation of, 3) like or dislike of, 4) positiveness or negativeness
toward a psychological object.
Salah satu skala sikap yang paling banyak digunakan adalah skala sikap
Likert. Prinsip pokok skala Likert adalah menentukan lokasi kedudukan seseorang
dalam suatu kontinum sikap terhadap suatu obyek sikap, mulai dari yang sangat
negatif sampai dengan yang sangat positif. Skala Likert menggunakan skala lima
angka. Berikut contoh skala Likert:
Petunjuk Pengerjaan Soal:
Jawablah soal-soal berikut dengan kategori jawaban sebagai berikut:
A = sangat setuju
93
B = setuju
C = tidak punya pendapat
D = tidak setuju
E = sangat tidak setuju
NO. PERNYATAAN JAWABAN
A B C D E
1. IPA pelajaran yang sangat menyenangkan
… … … … …
2. IPA hanya disenangi oleh siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi
… … … … …
3. IPA pelajaran yang menyenangkan karena sering ada kegiatan eksperimen
… … … … …
4. Kegiatan eksperimen IPA hanya bisa dilakukan, jika tersedia sarana laboratorium yang lengkap
… … … … …
5. Pelajaran IPA sangat menyenangkan, jika gurunya juga menyenangkan
… … … … …
I. Contoh Soal
MATERI POKOK : DINAMIKA PARTIKEL
I. SOAL URAIAN
94
1. TIPE TES URAIAN BEBAS
a. Ragam Tes Uraian Bebas Sederhana Soal : Jelaskan pengertian sifat kelembaman benda!
b. Ragam Tes Uraian Bebas Ekspresif Soal : Mengapa gaya normal dengan gaya berat dikatakan bukan pasangan gaya aksi-reaksi?
2. TIPE URAIAN TERBATAS
a. Ragam Tes Jawaban Singkat Bentuk pertanyaan
Soal : Apakah satuan dari gaya dalam SI?
Bentuk asosiasi
Soal : Apakah nama satuan dari besaran-besaran berikut: gaya = .......... massa = .......... percepatan = ..........
b. Ragam Tes Melengkapi Soal : Gaya suatu benda besarnya dipengaruhi oleh ......... dan
......... benda.
c. Ragam Tes Uraian Terbatas Sederhana Soal : Sebutkan persamaan matematis ketiga hukum Newton tentang gerak!
II. SOAL OBYEKTIF 1. TIPE TES OBYEKTIF BENAR-SALAH
a. Ragam Tes Benar-Salah Sederhana Bentuk pertama
B – S Bila sebuah sedan dan truk yang berjalan dengan percepatan yang sama dari arah yang berlawanan, maka jika tabrakan keduanya akan terpental sama jauhnya.
Bentuk kedua Bila sebuah sedan dan truk yang berjalan dengan percepatan yang sama dari arah yang berlawanan, maka jika tabrakan .... B – S keduanya akan menerima gaya yang sama dan searah B – S keduanya akan menerima gaya yang sama, tetapi
berlawanan arah
95
B – S Mobil sedan akan menerima gaya yang lebih besar, karena massanya lebih besar dari mobil truk
B – S Mobil truk akan menerima gaya yang lebih besar, karena massanya lebih besar dari mobil sedan
B – S Mobil truk dan sedan tidak akan terpental sama sekali
b. Ragam Tes Benar-Salah dengan Koreksi B – S Bila sebuah sedan dan truk yang berjalan dengan
percepatan yang sama dari arah yang berlawanan, maka jika tabrakan keduanya akan terpental sama jauhnya.
2. TIPE TES OBYEKTIF MENJODOHKAN
a. Ragam Tes Menjodohkan Sederhana No. Kolom Pertama Kolom Kedua
1. a A. Gaya
2. m B. Percepatan
3. F C. Kecepatan
4. t D. Massa
5. v E. Waktu
b. Ragam Tes Menjodohkan Hubungan Sebab Akibat No. Kolom Pertama Kolom Kedua
1. Sifat inersia benda A. Benda diam susah untuk digerakkan 2. Sifat gaya aksi-reaksi B. Terasa sakit ketika memukul tembok 3. Gaya gesekan C. Ban dibuat bergerigi 4. Benda diam D. Jika gaya tarik dan gaya dorong
besarnya sama 5. Benda bergerak E. Gaya tarik/dorong lebih besar
daripada gaya normal benda
3. TIPE TES OBYEKTIF PILIHAN GANDA a. Ragam Tes Pilihan Ganda Biasa Tarikan atau dorongan yang menyebabkan benda bergerak merupakan pengertian dari .... a. percepatan b. kecepatan
96
c. inersia d. massa e. gaya
b. Ragam Tes Pilihan Ganda Hubungan Antar Hal Percepatan benda yang bergerak, besarnya akan .... a. berbanding terbalik dengan besar gaya yang mengenai benda b. berbanding terbalik dengan selang waktu benda bergerak c. sebanding dengan besar gaya yang mengenai benda d. sebanding dengan besar massa benda e. sebanding dengan besar berat benda
c. Ragam Tes Pilihan Ganda Analisis Kasus Perhatikan gambar1!
Gambar 1
Besar F maksimum agar A tidak lepas adalah .... a. F = (mA + mB) . a b. F = m . (aA + aB) c. F = (μs + μk) . m. g d. F = (μs + μk) . (mA + mB) e. F = (μs + μk) . (mA + mB). g
d. Ragam Tes Pilihan Ganda Kompleks Untuk soal berikut, pilihlah: A. Jika (1), (2) dan (3) benar B. Jika (1) dan (3) benar C. Jika (2) dan (4) benar D. Jika (5) saja yang benar E. Jika semuanya benar Besar percepatan benda dipengaruhi oleh .... (1) gaya (2) berat (3) massa (4) waktu (5) gesekan
B
A
F
97
e. Ragam Tes Pilihan Ganda Menggunakan Diagram/Grafik/ Tabel/Gambar
Gambar Grafik
Berdasarkan grafik e.1, maka besar percepatan gerak benda adalah .... a. 1 m/s2
b. 2 m/s2
c. 4 m/s2
d. 6 2 m/s2
e. 8 2 m/s2
F. Ringkasan
F (N)
m (kg)
98
Pengukuran adalah pemberian angka kepada suatu atribut atau
karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu
berdasarkan formulasi atau aturan yang jelas.
Asesmen adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar dengan
menggunakan instrumen tes maupun non-tes. Evaluasi merupakan proses
memperoleh informasi dalam rangka untuk mengambil suatu keputusan,
kegiatannya meliputi pengukuran dan penilaian.
Tujuan Pendidikan Nasional menurut UU RI No.20 Tahun 2003 Bab II
Pasal 2 adalah “Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.” Tujuan institusional adalah tujuan kelembagaan atau jenjang
pendidikan, misalnya tujuan pendidikan sekolah dasar, tujuan pendidikan sekolah
menengah, dan tujuan pendidikan perguruan tinggi. Tujuan kurikuler adalah
tujuan tiap mata pelajaran. Dalam prakteknya, tujuan kurikuler dijabarkan lebih
spesifik lagi dalam tujuan instruksional. Tujuan instruksional sendiri terbagi
menjadi dua, yaitu tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional
khusus (TIK) – dalam KTSP yang berlaku sekarang, TIU dan TIK menjadi
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Benyamin S. Bloom dengan teman-temannya mengajukan tujuan
pembelajaran dikelompokkan dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah
psikomotorik, dan ranah afektif. Ranah kognitif adalah hal-hal yang menyangkut
99
daya pikir, pengetahuan, dan penalaran, meliputi enam tingkatan berpikir, yaitu:
mengetahui; memahami; menerapkan; menganalisis; mengevaluasi; dan
menghasilkan karya. Ranah afektif adalah hal-hal berkaitan dengan
perasaan/kesadaran, meliputi aspek penerimaan, penanggapan, penilaian,
organisasi, dan pemeranan. Ranah psikomotorik adalah hal-hal berkaitan dengan
keterampilan fisik, keterampilan motorik, atau keterampilan tangan, meliputi
aspek persepsi, kesiapan, respon terpimpin, mekanisme, respon kompleks,
penyesuaian, dan mencipta.
Tujuan pembelajaran menurut Gagne dan Briggs ada lima kelompok,
yaitu: keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan
motorik, dan sikap.
Tes adalah suatu pertanyaan atau seperangkat tugas yang direncanakan
untuk memperoleh informasi tentang atribut atau karakteristik pendidikan atau
psikologi yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban
atau ketentuan yang dianggap benar. Bentuk tes ada dua, yaitu tes uraian (essay
test) dan tes obyektif (objective test).
Terdapat enam hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan tes,
yaitu pengambilan sampel dan pemilihan butir soal, tipe tes yang akan digunakan,
aspek yang akan diuji, format butir soal, jumlah butir soal, dan distribusi tingkat
kesukaran butir soal.
Non-tes adalah serangkaian pertanyaan yang direncanakan untuk
memperoleh informasi tentang atribut atau karakteristik pendidikan atau
100
psikologi, tetapi jawabannya tidak selalu memiliki ketentuan yang dianggap
benar, karena bisa saja pertanyaan tersebut berupa permintaan pendapat untuk
mengetahui respon siswa terhadap suatu hal.
Alat ukur non-tes yang biasa digunakan, antara lain bagan partisipasi
(participation charts), daftar cek (check list), skala lajuan (rating scale), dan skala
sikap (attitude scale). Bagan partisipasi berfungsi untuk mengukur sejauh mana
keikutsertaan siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Daftar cek berfungsi
untuk mengukur hasil belajar baik berupa produk, prosedur, maupun proses yang
dirinci ke dalam komponen-komponen yang lebih kecil dan terdefinisi secara
operasional dan sangat spesifik.
G. Soal Latihan
1. Jelaskan tujuan pembelajaran berdasarkan hierakhi tujuan pembelajaran
nasional dan berdasarkan pendapat para ahli!
2. Mengapa Anderson dan Krathwohl melakukan revisi terhadap taksonomi
Bloom?
3. Apakah perbedaan antara pengukuran, evaluasi, dan asesmen?
4. Jelaskan fungsi pengukuran, asesmen, evaluasi, dan tes dalam pendidikan
secara umum!
5. Apakah kelemahan pokok pengukuran hasil belajar di lembaga pendidikan
umumnya?
6. Jelaskan pengertian tes dan non-tes!
7. Mengapa tes untuk materi pelajaran yang cakupannya luas sebaiknya
dibuat dalam soal bentuk obyektif?
8. Sebutkan alat ukur non-tes yang biasa digunakan dalam pendidikan dan
jelaskan pengertiannya!
101
K. Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching,
and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Longman.
Harlen, W. 1992. The Teaching of Science. London: David Fulton Publishers. Popham, W.J. 1995. Classroom Assessment: What Teachers Need to Know. Los
Angeles: Allyn and Bacon. Purwanto, M.N. 2000. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:
Remaja Rosdakarya. Subiyanto. 1988. Evaluasi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta:
Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi. Yulaelawati, E. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran: Filosofi Teori dan Aplikasi.
Bandung: Pakar Raya.
102
Zainul, A. & Nasution, N. 2001. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: PAU-PPAI
Universitas Terbuka.
103
J. Daftar Pustaka
Almeida-Klein, Susanne. 1996. Treasure Within: Report to UNESCO of the International Commission on Education for the Twenty0first Century. UNESCO publishing.
Beauchamp, George A. 1975. Curriculum Theory. Wilmettee, Illionis: The KAGG Press.
BSNP (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Depdiknas: Jakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2002). Silabus Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Biolgi SLTP dan Tsanawiah.
Departemen Pendidikan Menengah Umum (2004). Pengembangan Kurikulum dan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi. Sosialisasi KSPBK Tahun 2003, bandung.
E. Mulyasa (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung: Rosda.
104
Nana S Sukmadinata (2004) Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kesuma Karya.
Said H Hasan (2004a). Materi Kuliah Perbandingan Kurikulum. Diktat Kuliah Pasca Sarjana: UPI.
Said H. Hasan (1994) Model Pengelolaan, Pemantauan, dan Penilaian Kurikulum Konversi Nasional Pendidikan Indoensia, II. Bandung: Grasindo.
Schubert, William H. (The University of Illionis at Chicago). 1986. Curriculum: Perspective, Paradigm, and Possibility. New York: MACMILLAN PUBLISHING COMPANY.
Sri Redjeki (1997) Telaah Perkembangan Konsep BIologi dalam Pendidikan di
Indonesia 1945-1994: Studi tentang Konsep Biologi dalam Buku Ajar Pendidikan Dasar dan Menengah. Disertasi Doktor Kependidikan. Program Pascasarjana IKIP Bandung. Tidak diterbitkan.
Rustaman, Y Nuryani. dkk (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang :
UNM.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Tamita Utama.
Zais, (1999).Curriculum: Principles and Foundations. New York : Harper & Row
105
Biografi Penulis
Zulfiani, seorang Dosen Prodi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pendidikan S1 ditamatkan di ITB Jurusan Biologi (1994), Pendidikan S2 diselesaikannya di Prodi. Pendidikan Biologi UPI Bandung (2003), dan menamatkan pendidikan S3 pada Prodi. Pendidikan IPA di UPI Bandung (2006). Selain publikasi pada jurnal ilmiah terkait pembelajaran sains, karya ilmiah yang telah dihasilkannya: Diktat Perencanaan Pembelajaran Biologi (FITK, UIN Jakarta-2007), Pendekatan Baru dalam Proses Pembelajaran Matematika dan Sains Dasar Sebuah Antologi (PIC, UIN Jakarta-2007), Buku ajar Strategi Pembelajaran Biologi (FITK, UIN Jakarta-2008), Modul IPA untuk Peningkatan Kualitas Guru Madrasah dan Pendidikan Agama Islam (Dirjen Pend. Agama Islam-Depag RI- 2009). Korespondensi via email [email protected]
Tonih Feronika, seorang Dosen Prodi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pendidikan S1 di UPI Jurusan Pendidikan Kimia (2001) dan S2 pada Prodi Pendidikan Kimia di UPI Bandung (2004). Karya tulis yang telah dhasilkannya: Buku Ajar Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetens (UIN Jakarta-2006). Korespondensi via email [email protected].
Kinkin Suartini, seorang Dosen Prodi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pendiidkan S1 di UNS Jurusan Pendidikan Fisika (1997), dan S2 pada Prodi. Pendidikan Fisika di UPI Bandung (2006) Karya ilmiah yang dihasilkannya : Mari Mencoba Sains (Listrik, Magnet, Energi) Regina-2007; Seri Olimpiade: Aneka Percobaan IPA Menara (Mega Perkasa-2007), Mengenal Magnet Selimut Bumi Kita (Tropica-2007), Etika Mengemukakan Pendapat (Tropica-2007), Melihat dengan Hati (Tropica-2007), Gotong Royong dalam Kehidupan (Tropica-2007), Pendekatan Baru dalam Proses Pembelajaran Matematika Dan Sains Dasar (PIC IISEP-UIN Jakarta-2008), Pembelajaran IPA di MI/SD (UIN Press-2008), Mudah Menguasai Bahasa Inggris (Tropica-2008), Tangkas Berbahasa Inggris (Tropica-2007), Buku Tematik Keluarga 1-3 (Tropica-2008). Korespondensi via email [email protected]